Anda di halaman 1dari 11

“JENIS – JENIS BELAJAR”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran”

Dosen Pengampu :

Nurchalistiani Budiana, M.Pd

Oleh :

1. Lia Dwi Maulida


2. Anjam Piani

PBSI Semester 4

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHADI SETIABUDI (UMUS) BREBES
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah


yang berjudul “Jenis-jenis Belajar ”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi
salahsatu tugas mata kuliah Bimbingan Konseling.

Penyusun menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah yang lainnya.

Brebes, 24 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................... ........ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ........ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB IPENDAHULUAN................................................................................................... 1

1. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
3. Tujuan..................................................................................................................... 1

BAB IIPEMBAHASAN.. .................................................................................................. 2

A. Jenis-jenis Belajar...................................................................................................... 2
1. Belajar Arti Kata-kata ......................................................................................... 2
2. Belajar kognitif ................................................................................................... 3
3. Belajar Menghafal .............................................................................................. 3
4. Belajar Teoritis ................................................................................................... 3
5. Belajar Konsep ................................................................................................... 4
6. Belajar kaidah .................................................................................................... 4
7. Belajar berfikir ................................................................................................... 5

BAB IIIPENUTUP............................................................................................................ 7

1. Kesimpulan. .......................................................................................................... 7
2. Saran. .................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah, lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakatnya sendiri.

Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya
mutlak diperlukan oleh para pendidik karena kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka
terhadap proses belajar, baik itu mengenai definisi belajar dan hal-hal yang berkaitan mungkin
akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu, pada makalah
ini akan dibahas definisi dan jenis-jenis belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:

1. Jenis-jenis belajar ?

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui jenis-jenis belajar


BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Belajar

Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-
macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-masing. Para ahli dengan
melihat ciri-ciri yang ada didalamnya, mencoba membagi jenia-jenis belajar ini, disebabkan
sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat belum ada kesepakatan atau keragaman dalam
merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan
sistematika jenis-jenis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang
dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.
Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan penggabungan dari
pendapat ketiga ahli diatas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para ahli diatas, ada jenis-
jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku
yang dibahas. Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah
belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar
konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetik. Untuk jelasnya ikutilah
uraian berikut :

1. Belajar Arti Kata-kata


Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam
kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya.
Misalnya, pada anak kecil, dia susah mengetahui kata "kucing" atau "anjing", tetapi dia belum
mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan
dia mengetahui juga apa arti kata "kucing" dan "anjing". Dia sudah tahu bahwa kedua binatang
itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi
menyebutnya "kucing". Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing tetapi anjing. Anak itupun
tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh
kecil dengan telinga yang kecil dari pada anjing.

Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa
hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun menggunakannya, tidak urung ditemukan
kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang
membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri
dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang menukiskan ide-idenya
kepada sidung pembaca. Oleh karena itu, penguasaam arti kata-kata adalah penting dalam
belajar.

2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Obyek-obyek
yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,gagasan atau lambang yang
merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya
berupa pengalamannya kepada temannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam
perjalanan, dia tidak dapat menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam
perjalanan itu dihadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan objek itu dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan
dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang
telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang
dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu. Belajar kognitif
penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar
kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap
objek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak
kearah perubahan.

3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga
nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli,
dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali
kealam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan,
pengertian, perhatian dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-
syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian
menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-
sia.

4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam
suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan
problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep,
relasi-relasi diantara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Misalnya,"bujur sangkar"
mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman;
tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan spesies. Sekaligus dikembangkan dalam metode-
metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efisien, misalnya dalam
penelitian fisika.

5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-
ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek
yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan
dalam kesadaran orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiripun
dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa). Konsep dibedakan atas konsep
konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep kongkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik.
Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja,kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor
dan sebagainya.
Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung
menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan.
Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya,
adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop
sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang
didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa. Misalnya, Ahmad adalah saudara sepupu
Mahmud; merupakan kenyataan (realitas), tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati
Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa.
Kata "saudara sepupu" dijelaskan. Penjelasan atas kata "saudara sepupu" itulah yang
dimaksudkan disini dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan
didapatkan pengertian, saudara sepupu adalah anak dari paman atau bibi. Akhirnya, belajar
konsep adalah berfikir dalam konsep dan pengertian. Taraf ini adalah taraf konsep konprehensif.
Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar
reseptif atau menerima.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intellectual skill), yang
dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu
sama lain, terbentuk suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu
menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata "besi dipanaskan memuai",
karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai "besi", "dipanaskan" dan "memuai",
dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi,
dipanaskan dan memuai), maka dia dengan yakin mengatakan bahwa "besi dipanaskan akan
memuai".
Kaidah adalah auatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu
representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku
sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah satu
upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas). Semoga
uraian diatas dapat menjadi penghubung dalam mmahami belajar kaidah.

7. Belajar Berfikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa
melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalui
operasi mental, khususmua menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja
tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berfikir konvergen dan berfikir divergen. Berfikir konvergen
adalah berfikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu
pemecahan dari suatu masalah. Berfikir divergen adalah berfikir dalam arah yang berbeda-beda,
akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berfikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
a) Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah
b) Masalah itu diperjelas dan dibatasi
c) Mencari informaai atau data dan kemudian data itu diorganisasikan
d) Mencari hubungan-hubungan untuk merumuakan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-
hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak
e) Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligua berlaku sebagai pengujian
kebenaran pemecahan teraebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
1. Kesadaran akan adanya masalah
2. Merumuskan masalah
3. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis
4. Menguji hipotesis-hipotesis itu
5. Menerima hipotesis yang benar
Meskipun diperlukan langkah-langkah menurut Dewey, tetapi pemecahan masalah itu tidak
selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat antara macam-macam langkah
tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

B. Prinsip-Prinsip Belajar
Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah berarti tidak
belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti
belajar.
Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efisien tentu saja
diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kearah keberhasilan.
Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar,
ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh
setiap siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu
sebagai berikut :

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan parsitipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan intruksional

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana,
sehingga siswa dengan mudah menangkap pengertiannya
3. Belajar harua dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk
mencapai tujuan intruksional
4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional
yang harus dicapainya
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang
8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan
kemampuannya, berexplorasi dan belajar yang efektif
9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya
10. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian yang
lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan
response yang diharapkan
11. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agae pengertian/keterampilan/sikap
itu mendalam pada
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar adalah suatu kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan suatu tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada beberapa jenis-jenis belajar diantaranya adalah belajar arti
kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar konsep, belajar kaidah,
belajar berpikir, belajar keterampilan motorik (motor skill), dan belajar estetis.

B. Saran

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi
sumber maupun penulisan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Diharapkan pembaca tidak merasa puas dengan materi yang telah dibaca dan mencoba mencari
definisi dan jenis-jenis belajar yang diungkapkan oleh para ahli lainnya sehingga mendapatkan
ilmu yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Kartadinata, Sunaryo dkk. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Depdikbud

Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai