Anda di halaman 1dari 16

BAGAIMANAKAH ANDA MENIKAH DAN MENGATASI

PERMASALAHANNYA? (HABIB SEGAF BAHARUN)

DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Definisi Nikah.........................................................................1
B. Keutamaan Nikah...................................................................1
C. Tujuan Nikah..........................................................................3
D. Contoh Niat yang Baik dalam Menikah.................................7
E. Hukum Menikah.....................................................................8
F. Bahaya Menikah.....................................................................9
G. Anjuran Agama Melihat Wanita yang Akan Dinikahi sebelum
Menikah..................................................................................10
H.
BAB II ABC.................................................................................................21

A. Abc..........................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi Nikah
→ Kata nikah dalam bahasa Arab berarti menyatu dan bersetubuh.
→ Dan dalam arti syar’i adalah suatu aqad yang memperbolehkan dengan
aqad itu bersetubuh dengan istri dengan lafadz nikah atau kawin.

B. Keutamaan Nikah
→ Berikut di bawah ini adalah beberapa keutamaan menikah :
1. Membuka Pintu Rizki :
> QS. An-Nur : Ayat 32
Artinya : “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di
antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-
hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.
Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

2. Akan Dibanggakan Rasulullah di Hari Kiamat :


> HR. Ibnu Majah
Dari ‘Aisyah ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
“Menikah adalah sunnahku, barang siapa tidak mengamalkan sunnahku
berarti bukan dari golonganku. Hendaklah kalian menikah, sungguh
dengan jumlah kalian aku akan membangga-banggakan dengan
banyaknya kalian. Siapa yang memiliki kemampuan harta hendaklah
menikah, dan siapa yang tidak hendaknya berpuasa, karena puasa itu
merupakan tameng.”

1
> HR. Ahmad
Dari Sayyidina Umar ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Nikahlah kalian sehingga kalian akan banyak, karena sesungguhnya
aku akan membanggakan kalian kepada umat yang lain pada hari
kiamat, walaupun dengan bayi yang gugur.”

3. Dapat Menundukkan Pandangan dan Menjaga Kemaluan :


> HR. An-Nasa’i
Dari ‘Alqamah bahwa Utsman berkata kepada Ibnu Mas’ud; apakah
engkau punya keinginan kepada seorang wanita muda sehingga saya
dapat menikahkanmu dengannya? Kemudian Abdullah mengundang
‘Alqamah dan menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
“Barang siapa yang memiliki kemampuan maka hendaknya ia menikah,
karena sesungguhnya hal itu lebih menundukkan pandangan dan
menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum memiliki kemampuan
maka hendaknya ia berpuasa, karena sesungguhnya hal tersebut adalah
pengekang baginya.”

→ Kalam orang-orang shalih tentang keutamaan nikah :


1. Berkata Sayyidina Umar :
“Tidak mencegah seseorang untuk kawin kecuali karena 2 faktor.
Faktor pertama adalah ketidakmampuannya untuk kawin baik dari segi
materi atau fisik karena impoten. Faktor kedua adalah kefasikan orang
itu, karena dirinya ingin bebas bermain perempuan tanpa terikat. Dan
kedua faktor tersebut sama-sama tercela.”

2. Berkata Ibnu Abbas :


“Tidak sempurna ibadah seseorang sampai dia kawin.”

2
3. Sayyidina Ikrimah mengumpulkan anak-anaknya ketika mendekati
ajalnya lalu dia berkata kepada mereka :
“Anak-anakku, jika kalian ingin kawin maka aku akan kawinkan kalian,
karena jika seseorang berzina maka akan tercabut iman dari dadanya.”

→ Kisah-kisah tauladan tentang keutamaan nikah :


1. Dikisahkan bahwa Imam Ahmad bin Hambal menikah lagi pada hari
kedua dari kematian istri pertamanya, tatkala ditanyakan tentang hal itu
maka beliau menjawab, “Aku tidak ingin dikatakan seseorang duda
tanpa istri karena berarti telah meninggalkan sunnah Rasulullah.”

2. Berkata seseorang kepada Syaikh Ibrahim bin Adham, “Wahai Syaikh,


alangkah beruntungnya kamu telah mengisi semua waktumu untuk
ibadah.” Maka beliau menjawab, “Satu kesusahan yang ditimbulkan
keluarga kamu lebih baik dari apa yang aku alami sekarang.”

C. Tujuan Nikah
→ Berikut di bawah ini adalah 5 tujuan menikah yang disebutkan oleh Al-
Imam Ghazali di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin :
1. Dengan menikah kita akan mendapatkan keturunan, yang mana di dalam
kita mendapatkan anak itu ada 4 hal yang bernilai ibadah, yaitu :
1) Untuk meneruskan kelangsungan hidup jenis manusia di muka bumi
ini, sebagaimana dalam hadits disebutkan :
> HR. Ahmad
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Nikahlah kalian supaya kalian berketurunan.”

2) Untuk mendapatkan cinta Rasulullah dengan kita memperbanyak


umatnya yang mana beliau bangga dengan hal itu. Sebagaimana dalam
hadits disebutkan :

3
> HR. Ahmad
Dari Sayyidina Umar ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Nikahlah kalian sehingga kalian akan banyak, karena sesungguhnya
aku akan membanggakan kalian kepada umat yang lain pada hari
kiamat, walaupun dengan bayi yang gugur.”

3) Mengharapkan doa anak itu kelak untuk kedua orang tuanya :


> HR. Muslim
Dari Abu Hurairah ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya, kecuali
3 perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa
anak yang sholeh.”

> Berkata sebagian ulama, “Walaupun anak itu tidak sholeh akan
bermanfaat doanya untuk orang tuanya.”

4) Mengharapkan syafa’at anak itu jika meninggal sebelum baligh,


sebagaimana dalam hadits disebutkan :
> Kitab Ihya’ Ulumuddin
Dari Abu Hurairah ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Jika hari kiamat tiba tatkala orang-orang sedang dihisab, maka
berkumpullah anak-anak yang meninggal sebelum baligh maka
dikatakanlah kepada mereka, ‘Masuklah kalian ke dalam surga’ maka
mereka mengatakan ‘Kami tidak akan masuk surga sehingga orang tua
kami juga masuk surga’, maka dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah
kalian beserta orang tua kalian ke dalam surga.”

4
2. Dengan menikah kita dapat membentengi diri dari godaan setan dan hawa
nafsu, sehingga kita dapat menjaga kemaluan dan kedua mata kita dari hal-
hal yang diharamkan oleh Allah. Sebagaimana dalam hadits disebutkan :
> Kitab Ihya’ Ulumuddin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barang siapa yang sudah melaksanakan pernikahan maka dia telah
membentengi setengah agamanya, maka bertaqwalah kepada Allah dari
separuh lainnya.”

3. Dengan menikah kita akan mendapatkan kesenangan dengan istri, yang


mana jiwa itu jika beristirahat dengan melakukan kesenangan sewaktu-
waktu, maka nanti akan menimbulkan semangat dan kekuatan dalam
jiwanya untuk melaksanakan ibadah. Oleh karenanya Allah SWT
berfirman :
> QS. Ar-Rum : Ayat 21
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”

> Berkata Sayyidina Ali :


“Senangkanlah hati ini sesaat karena jika dia dipaksakan maka akan
menjadi buta.”

> Bahkan Rasulullah sendiri menjelaskan bahwa istri itu adalah hal yang
paling menyenangkan dan merehatkan, sebagaimana dalam hadits
disebutkan :

5
HR. An-Nasa’i
Dari Anas bin Malik ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Disenangkan kepadaku dari dunia kalian 3 hal, wewangian, perempuan,
dan pelipur lara adalah shalat.”

4. Dengan menikah kita dapat memfokuskan diri untuk beribadah karena istri
yang nantinya akan mengurusi kebersihan rumah, memasak, menyapu, dan
urusan rumah yang lainnya, yang mana itu adalah sifat dari istri yang
shalihah. Oleh karena itu Abu Sulaiman Addaroni Rohimahullah
mengatakan :
“Istri yang shalihah bukan termasuk dari dunia yang melalaikan, karena
dia akan memfokuskan waktu kamu hanya untuk ibadah.”

5. Dengan menikah kita dapat menggandakan nilai pahala dengan mencari


nafkah untuk istri dan keluarga, bersabar dengan akhlak mereka yang
kurang baik, bersabar di dalam mendidik anak kelak, yang mana itu semua
mengandung pahala yang sangat besar. Sebagaimana dalam hadits
disebutkan :
> HR. Bukhari
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
“Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah
sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut
istrimu.”

6
D. Contoh Niat yang Baik dalam Menikah
→ HR. An-Nasa’i
Dari Umar bin Khatthab ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Semua perbuatan tergantung niat, dan balasan bagi tiap orang tergantung
yang diniati, barangsiapa berniat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya
karena dunia yang ingin digapai atau karena seorang perempuan yang ingin
dinikahi, maka hijrahnya sekedar yang diniatinya."

→ Sehubungan dengan pentingnya berniat dalam ibadah, disini akan


dicontohkan cara niat yang baik dalam menikah, sehingga pernikahannya itu
akan diridhai Allah dan menjadi sebab kebahagiannya.

→ Berkata Habib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad :


“Jika suatu amalan baik niatnya pasti akan sempurna dan sampai kepada
tujuannya."

→ Berikut di bawah ini adalah contoh niat-niat yang baik dalam menikah
yang diriwayatkan dari Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran :
1. Untuk mendapatkan cinta Allah dan Rasul-Nya.
2. Untuk mendapatkan anak demi berlangsungnya kehidupan manusia.
3. Untuk mendapatkan anak demi mendapatkan berkah dari doa anak tersebut
dan mendapat syafa’atnya jika dia meninggal sebelum baligh.
4. Untuk menjaga diri dari godaan setan, pandangan haram, dan dari lintasan-
lintasan hati yang tidak baik.
5. Untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang keji.
6. Untuk mencari kesenangan dengan istri agar lebih giat dalam beribadah.
7. Supaya ada yang mengurusi kebersihan rumah, mencuci pakaian, sampai
menyediakan makan sehingga lebih banyak waktu untuk beribadah.

7
8. Untuk melawan hawa nafsu dan melatihnya dalam melaksanakan hak-hak
istri, sabar terhadap akhlaknya yang kurang baik, dan memberi teladan
yang baik untuk menuju jalan yang baik.
9. Untuk mencari rizki yang halal untuk keluarga.
10. Untuk mendidik anak-anak serta memohon pertolongan, taufik, dan inayah
dari Allah.
11. Untuk melakukan apa saja yang berhubungan dengan pernikahan ini
karena Allah.
12. Dengan niat seperti niatnya para hamba-hamba Allah yang sholeh dan para
ulama yang mengamalkan dengan ilmunya dalam niat nikah mereka.

E. Hukum Menikah
→ Menikah memiliki hukum yang disesuaikan dengan kondisi atau situasi
orang yang akan menikah. Berikut di bawah ini adalah 5 macam hukum
menikah :
1. Wajib :
> Tidak dapat menahan hawa nafsu, sehingga jika tidak menikah akan
berzina.
> Jika bernadzar.

2. Sunnah :
> Jika ada keinginan untuk menikah.
> Mempunyai uhbah (bekal untuk menikah) berupa :
1) Mahar untuk istri.
2) Nafkah untuk hari pernikahan dan untuk malam harinya.
3) Mempunyai uang untuk membelikan 1 stel pakaian pada hari
pernikahan.

3. Makruh :
> Tidak ada keinginan untuk menikah.
> Tidak mempunyai uhbah.

8
4. Khilaful Aula :
> Ada keinginan untuk menikah, tetapi tidak mempunyai uhbah.
> Mempunyai uhbah, tetapi tidak ada keinginan untuk menikah.

5. Haram :
> Tidak mampu melaksanakan hak-hak istri jika menikah.

F. Bahaya Menikah
→ Perlu kiranya disebutkan di sini sisi bahayanya menikah, tetapi bukan
supaya orang tidak menikah, melainkan agar kita waspada dengan bahaya
menikah dan menjauhi bahaya-bahaya tersebut. Dijelaskan oleh Al-Imam
Ghazali bahwa ada 3 bahaya dari menikah, yaitu :
1. Dikhawatirkan sang suami tidak dapat menghidupi istrinya dengan harta
yang halal, sehingga dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
harta. Dan hal itu akan menjadi sebab kehancurannya kelak di hari kiamat,
sebagaimana dalam hadits disebutkan :
> Kitab Ihya’ Ulumuddin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ada seseorang hamba yang akan diberdirikan di mizan (timbangan Allah)
dan dia mempunyai kebaikan yang sangat banyak seperti pegunungan,
maka ditanyalah dia tentang bagaimana mendidik keluarganya, dan apakah
dia sudah benar-benar telah melaksanakan hak mereka, tentang hartanya
dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia infakkan, sehingga habis
kebaikannya dengan tuntutan-tuntutan tersebut dan tidak tersisa satu
kebaikan pun karenanya. Maka para malaikat pun mengatakan inilah orang
yang dimakan kebaikannya oleh keluarganya di dunia dan sekarang amal
baiknya pun digadaikan.”

2. Dikhawatirkan sang suami tidak dapat melaksanakan hak-hak istri dan


anaknya, dan tidak sabar di dalam mengurusi mereka serta dari akhlak

9
mereka yang kurang baik, sehingga itu semua akan menjadi sebab
kehancurannya di akhirat. Sebagaimana dalam hadits disebutkan :
> HR. Abu Daud
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Cukup bagi seseorang untuk menjadi pendosa dengan menyia-nyiakan
keluarganya.”

3. Dikhawatirkan istri dan anaknya itu, akan membuat suami lalai dari
perintah Allah SWT. Contohnya seperti, suami berbuat korupsi untuk
mendapatkan harta yang banyak yang akan digunakan untuk mewujudkan
keinginan istri dan anaknya.

G. Anjuran Agama Melihat Wanita yang Akan Dinikahi sebelum


Menikah
→ Melihat ciri-ciri wanita yang akan dinikahi sebelum menikah hukumnya
sunnah, dengan dasar sabda Rasulullah kepada sahabatnya Mughirah yang
telah meminang seorang wanita :
> HR. Tirmidzi
Dari al-Mughirah bin Syu’bah bahwa dia meminang seorang wanita, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Lihatlah
kepadanya karena itu akan menjadi sebab langgengnya kalian berdua.”

→ Sebagaimana dimengerti dari hadits di atas, hikmah dari melihat seorang


wanita yang akan dinikahi adalah supaya calon suami-istri itu saling
mengetahui ciri-ciri dari calon istri atau suaminya, sehingga menjadi
langgeng kehidupan rumah tangganya.

→ Akan tetapi tidak sunnah melihat calon istri kecuali jika memenuhi syarat-
syarat di bawah ini :
1. Dia sudah ada niat untuk menikah bukan hanya iseng, akan tetapi
melihatnya karena dorongan untuk menjadikannya sebagai calon istri.

10
2. Ada harapan untuk diterima pinangannya oleh keluarga wanita tersebut.
Akan tetapi kalau tidak ada harapan apapun alasannya maka tidak sunnah
atau bahkan haram melihatnya.
3. Melihatnya cukup di wajah dan tangan, tidak boleh melihat rambutnya dan
lain-lain.
4. Wanita itu bukan tunangan seseorang.
5. Wanita itu adalah wanita yang boleh dinikahi olehnya.

11
BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERPIKIR

H. Landasan Teori

1. Sistem

Maniah dan Hamidin (2017: 1) menyatakan bahwa “Sistem dapat

didefinisikan sebagai kumpulan dari elemen-elemen berupa data, jaringan

kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, sumber daya

manusia, teknologi baik hardware maupun software yang saling

berinteraksi sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan/sasaran tertentu

yang sama”.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bengris, A. (2014). Sistem Informasi Penjualan Properti di CV. Sinar Anugerah


Propertindo Berbasis Web. (Skripsi). Sistem Informasi, Universitas
Komputer Indonesia, Bandung.
Birks, M. & Mills, J. S. (2015). Second Edition Grounded Theory a Practical
Guide. London: SAGE Publications.
Haqi, B. & Setiawan, H. S. (2019). Aplikasi Absensi Dosen Dengan Java dan
Smartphone sebagai Barcode Reader. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Hastuti, D., & Arief, Y. (2018). Belajar Pemrograman Java Menggunakan Java
FX dan Database H2. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Hutahaean, J. (2014). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deeppublish.
Kosasi, S. (2016). Perancangan Sistem Informasi Pemasaran Online untuk
Memperluas Segmentasi Pasar Properti. Jurnal VOI, 05(2), 31-42.
https://voi.stmik-tasikmalaya.ac.id/index.php/voi/article/view/28
Maniah, & Hamidin. (2017). Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
Pembahasan Secara Praktis dengan Contoh Kasus. Yogyakarta:
Deeppublish.
Mulyani, S. (2016). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen
Keuangan Daerah: Notasi Pemodelan Unified Modeling Language(UML).
Bandung: Abdi Sistematika.
Mulyani, S. (2016). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit: Analisis dan
Perancangan. Bandung: Abdi Sistematika.
Riswaya, A. R. (2013). Sistem Penjualan Tunai dan Kredit Properti di PT.
Sanggraha Property. Jurnal Computech & Bisnis, 07(2), 106-116.
https://jurnal.stmik-mi.ac.id/index.php/jcb/article/view/106
Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2014). Sistem Informasi Akuntansi:
Accounting Information Systems Edisi 13 (Diterjemahkan oleh Safira, Kikin
Sakinah Nur, Puspasari, Novita). Jakarta: Salemba Empat.
Rossa, A. S. (2018). Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Informatika Bandung.
Sagita, B. (2017). Sistem Informasi Pemesanan Rumah pada Muna Property.
(Skripsi). Sistem Informasi, Universitas Muria Kudus, Kudus.
Sukamto, & Shalahuddin. (2013). Analisa dan Desain Sistem Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Supardi, & Yuniar. (2010). Semua Bisa Menjadi Programmer Java Basic
Programming. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Suprapto, F. (2018). Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Lentera Ilmu
Cendekia.
Sutanta, E. (2011). Basis Data Dalam Tinjauan Konseptual. Yogyakarta: Andi.
Tabrani, M., & Pudjiarti, E. (2017). Penerapan Metode Waterfall pada Sistem
Informasi Inventori PT. Pangan Sehat Sejahtera. Jurnal Inkofar, 01(2), 30-
40.
http://www.politeknikmeta.ac.id/meta/ojs/index.php/inkofar/article/view/12
Winata, S. (2013). Sistem Informasi Properti Agen Berbasis ASP.NET. (Skripsi).
Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang.

13
14

Anda mungkin juga menyukai