Disusun oleh:
1. Akasa Surya A 20180610217
2. Ariel Binar Bendino 20200610175
3. Ksatria Dwi Putra R 20170610236
4. Gilang Maulan Akbar 20200610161
5. Sandi 20200610163
RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah yang bisa membatalkan wakaf?
2. Bagaimana hukum menukar dan menjual harta wakaf?
3. Bagaimana memperkembangkan harta wakaf?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui hal-hal yang bisa membatalkan wakaf
2. Untuk mengetahui menukar dan menjual harta wakaf
3. Untuk mengetahui bagaimana memperkembangkan harta wakaf
BAB II
PEMBAHASAN
B. WAKAF KHAIRI
Ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak dikhususkan untuk
orang orang tertentu. Jenis wakaf ini berdasarkan kepada hadis Umar bin al-Khattab yang
memperoleh sebidang tanah di Khaibar. Beliau mewakafkan tanahnya tersebut untuk fakir
miskin, ibnu sabil, sabilillah,para tamu, hamba sahaya yang ingin memerdekakan diri. Haditsnya
sebagai berikut: Dari Ibn Umar [diriwayatkan] ia berkata:
Umar mendapat sebidang tanah di Khaibar. Dia mendatangi Nabi saw. untuk memohon petunjuk
mengenainya seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat tanah di Khaibar
yang belum pernah aku dapatkan harta lebih berharga bagiku darinya, maka apakah perintahmu
mengenainya? Jawab baginda: "Jika kamu menghendaki, kamu tahan asalnya dan kamu
sedekahkan (manfaat)nya". Kata Ibn Umar: Maka Umar segera menyedekahkan (manfaat)nya,
dengan ketentuan asalnya tidak dijual belikan, tidak diwariskan dan tidak dihibahkan. Ibn Umar
melanjutkan: Umar menyedekahkan (manfaat)nya untuk kaum fakir, kerabat, budak-budak,
(orang-orang yang berjihad) di jalan Allah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak ada dosa bagi orang
yang mengelolanya untuk mengambil dari (hasil) nya sekedar yang ma'ruf (secukupnya menurut
kebiasaan setempat) atau memberi makan orang yang mengumpulkannya tanpa memiliki
asalnya" (HR. Muslim).
Waqif meninggal sebelum harta wakaf diserahterimakan, kecuali ada ahli warisnya yang
bersedia meneruskan wakaf.
Lahan yang diwakafkan masih tetap ditinggali.
Waqif mengambil sebagian harta yang telah diwakafkannya.
Berwakaf untuk hal-hal di luar kepentingan yang dapat diterima syariat Islam.
Pengelola waqaf adalah orang yang berwakaf.
Harta benda yang diwakafkan masih terbelit utang atau sengketa.
Itulah beberapa hal seputar wakaf dalam sudut pandang hukum positif di Indonesia dan hukum
Islam. Jika Anda berniat mewakafkan sebagian harta yang dimiliki, jangan lupa berkonsultasi
pada para ulama dan pejabat terkait agar prosesnya sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
Wakaf itu batal jika syarat-syarat yang ada pada rukun-rukunnya tidak terpenuhi atau rusak. Dan
madzhab Malikiyah secara khusus telah menyebutkan beberapa perkara yang membatalkan
wakaf, yang terpenting antara lain sebagai berikut:
1. Adanya penghalang, seperti mati atau bangkrutnya wakif, atau ia sakit yang bersambung
kepada kematian sebelum al-qabdhu (penyerahan harta wakaf). Dalam keadaan seperti ini
batallah wakaf, dan harta wakaf itu kembali kepada ahli warisnya dalam keadaan wakif mati, dan
kembali kepada orang yang menghutanginya dalam keadaan wakif bangkrut. Namun jika wakaf
tersebut diizinkan juga maka terlaksanalah wakaf tersebut, dan jika tidak diizinkan maka batallah
wakaf tersebut.
2. Jika wakif tersebut mendiami rumah yang diwakafkan sebelum sempurna satu tahun setelah
diserahkan, atau ia mengambil hasil tanah yang diwakafkan untuk kepentingan dirinya sendiri,
batallah wakaf.
3. Wakaf untuk suatu maksiat seperti mensyaratkan hasil wakaf untuk minum arak atau membeli
senjata untuk membunuh atau untuk membangun gereja. Ini semua membatalkan wakaf.
4. Wakaf untuk orang kafir harbi (yang memerangi umat Islam) itu batal, sementara wakaf untuk
dzimmi (orang kafir yang tinggal di negara Islam) itu sah.
5. Wakaf untuk diri sendiri bersama orang lain yang bukan ahli waris, seperti "aku wakafkan
tanahku untuk diriku dan Fulan", maka wakaf ini batal.
6. Wakaf dengan syarat segala sesuatunya diurus oleh wakif. Ini juga membatalkan wakaf.
7. Tidak mengetahui mana yang lebih dahulu wakaf atau hutang jika wakaf itu untuk orang yang
mahjur (dihalangi tindakannya). Jadi barang siapa mewakafkan hartanya kepada orang yang
dihalangi tindakannya dan telah diserahkannya hartanya itu kepadanya, padahal wakif itu
mempunyai hutang, dan ia tidak tahu apakah hutang itu sebelum wakaf atau setelahnya, maka
wakaf tersebut menjadi batal, dan harta wakaf harus dijual untuk melunasi hutangnya, karena
yang wajib harus didahulukan dari yang bersifat tabarru' (suka rela).
8. Wakif tidak membiarkan orang-orang umum memanfaatkan sasaran wakaf seperti masjid,
sekolah dan lainnya sebelum adanya penghalang (seperti sakit mati, mati dan bangkrut). Ini
membuat wakaf batal dan menjadi warisan.
9. Orang kafir mewakafkan hartanya untuk seperti masjid, sekolah Islam dan lainnya. Ini juga
batal.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://sonlawyers.com/2018/12/18/wakaf-dalam-hukum-di-indonesia/