Anda di halaman 1dari 14

KETENTUAN WAKAF

Diajukan Untuk Menenuhi Tugas


…………………………….

Dosen Pengampu:

………………………….

Oleh Kelompok: 1

:
Siti Aisyah : 21.11.1279
:
:

PROGRAM STUDI AHWAL ALSYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya dan Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ketentuan Wakaf” dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah
kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“………………” Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasa yang
sederhana dan mudah untuk dipahami.
Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
…………………….. yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan
petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan,
guna penyempurnaan makalah ini.
Selanjutnya terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Akhirnya,
kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.

Martapura, 13 Maret 2023

Penulis
Kelompok ….

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Ketentuan Wakaf Dari Syarat, Rukun, Jenis Barang, Dan Peruntukannya


................................................................................................................
2
B. Pendapat Ulama Tentang Ketentuan Wakaf......................................... 3
C. Dalil Ketentuan Wakaf......................................................................... 4
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat
dianjurkan bagi umat Islam karena pahala wakaf akan selalu mengalir meskipun
sang wakif telah wafat. Dalam sejarahnya, wakaf merupakan instrumen maliyah,
yang sebagai ajaran ia tergolong pada syariah yang bersifat sakral dan suci, tetapi
pemahaman dan implementasi wakaf tersebut tergolong pada fiqh (upaya yang
bersifat kemanusiaan); karena itu, bisa dipahami bahwa praktik dan realisasi
wakaf tersebut terkait erat dengan realitas dan kepentingan umat di masing-
masing negara muslim (termasuk Indonesia).
Di beberapa negara, wakaf secara serius dijadikan sebagai media untuk
mensejahterakan rakyat di samping pendapatan negara yang lain. Kekekalan objek
wakaf menjadi salah satu doktrin utama untuk melestarikan keberadaannya dan
modifikasi pemanfaat yang bervariasi menjadi inovasi pemberdayaan harta wakaf
sehingga tidak statis dan stagnan. Wakif mengalami perubahan bentuknya, tidak
hanya wakif perorangan tetapi juga wakif lembaga (baca: badan hukum), yang
dituntut kredibilitas dan akuntabilitasnya. Demikian pula dengan keberadaan
nadzir yang profesional menjadi pilihan dan keniscayaan zaman modern sekarang
ini dalam mengemban amanat untuk mengelola harta wakaf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ketentuan Wakaf Dari Syarat, Rukun, Jenis Barang, Dan
Peruntukannya?
2. Bagaimana Pendapat Ulama Tentang Ketentuan Wakaf ?
3. Apa Ayat Yang Membahas Tentang Ketentuan Wakaf Tersebut ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Ketentuan Wakaf Dari Syarat, Rukun, Jenis Barang, Dan
Peruntukannya
2. Untuk Mngtahui Pendapat Ulama Tentang Ketentuan Wakaf
3. Untuk Mengetahui Ayat-Ayat Yang Membahas Tentang Ketentuan Wakaf

1
BAB II
PEMBAHASAN

a. Imam Abu Hanifah


Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si
Wakif dalam rangka memper gunakan manfaatnya untuk kebajikan. Pemilikan
harta wakaf tidak lepas dari si Wakif, malah dia boleh menariknya kembali. Jika si
Wakif meninggal dunia, harta wakaf diwariskan kepada ahli warisnya. Jadi efek
dari wakaf hanyalah 'menyumbangkan manfaatnya'.
b. Imam Malik
Wakaf tetap menjadi milik Wakif, tetapi si Wakif tidak boleh melakukan
sesuatu yang menyebabkan ke- pemilikannya atas harta itu lepas, dan ia tidah
boleh menarik kembali wakafnya, serta ia wajib menyedekahkan manfaat wakaf
tersebut.
Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk waktu tertentu,
jadi tidak ada wakaf selama- nya (kekal)
Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara
pemilikan, tetapi membo- lehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan.
sedang benda itu tetap jadi milik si Wakif.
c. Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal
Wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakaf,
setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh lagi melakukan apapun
terhadap harta yang diwakafkan. Wakif menyalurkan manfaat harta yang
diwakafkannya kepada mauquf alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang
mengikat, dimana Wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.
d. Madzhab Imamiyah
Benda yang diwakafkan menjadi milik mauquf alaih, namun tidak boleh
menghibahkan dan menjualnya.

Keabadian Benda Wakaf


Para imam madzhab, kecuali Imam Maliki, berpendapat bahwa wakaf
terjadi jika benda itu diwakafkan selama-lamanya atau terus menerus. Itu
sebabnya wa-kaf disebut sebagai shadaqah jariyyah.
Sementara pendapat Maliki, wakaf ada jangka waktunya, setelah itu
kembali kepada pemiliknya. Hal ini cukup relevan dengan kondisi saat ini, seperti

2
kita kenal dalam hukum agraria ada istilah HGB (Hak Guna Bangunan). Hak
Pakai, atau sistem kontrak.
Penjualan Benda Wakaf
Tidak terlalu banyak perbedaan di kalangan ulama tentang masalah ini Ada
yang sama sekali melarang menjualnya dan ada pula yang tidak berpendapat.
Secara umum, ketentuannya adalah
a. Masjid
Semua sepakat tidak boleh menjual masjid. Namun Imam Hambali
berpendapat bahwa masjid boleh dijadikan, ketika tidak ada jemaahnya yang
shalat di situ lagi atau karena masjid itu sudah tidak bisa dimanfaatk lagi kecuali
dengan cara dijual. Jadi terpaksa banget.
b. Kekayaan masjid
Sebagian ulama membolehkan menjualnya atau mengambil manfaatnya
sebagai upah bagi yang mengurusnya.
c. Wakaf Non Masjid
Sebagian ulama, kecuali Syafi`i membolehkan menjual wakaf non masjid
dengan alasan:
1. Bila benda wakaf itu sudah tidak memberi manfaat lagi sesuai dengan
peruntukkannya
2. Bila hanya bisa dimanfaatkan dengan menjualnya
3. Bila benda itu sudah rusak atau ambruk
4. Bila disyaratkan atau diizinkan oleh Wakif
5. Bila ada sengketa antara pengurus wakaf
6. Bila benda wakaf itu dijual sehingga hasilnya bisa dipakai untuk memperbaiki
bagian lainnya
7. Bila masjidnya ambruk, barang-barang seperti batu bata, papan, pintu, kaca dll
penjualannya dilihat dari kemaslahatannya yang dipandang oleh para pengurus.

Dasar Hukum Wakaf


Tidak ada ayat Al Quran yang secara tegas memerintahkan wakaf. Namun
ada ayat yang difahami ber- kaitan dengan wakaf sebagai amal kebaikan,
misalnya: QS Al Hajj 77, Ali Imran 92, dan Al Baqarah 261.

3
ٰ ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِ ْي ُك ِّل ُس ۢ ْنبُلَ ٍة ِّماَئةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهّٰللا ُ ي‬
‫ ِعفُ لِ َم ْن‬QQ‫ُض‬ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوالَهُ ْم فِ ْي َسبِي ِْل هّٰللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة اَ ۢ ْنبَت‬
‫يَّ َش ۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Artinya:
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui, 261

Selain itu ada beberapa hadits Nabi saw


Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila
anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali figa
perkara: shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakan orang tuanya (HR Muslim).
Hadits tersebut dikemukakan dalam bab wakaf. karena para ulama
menafsirkan shadaqah jariyyah dengan wakaf (Imam Muhammad Ismail al
Kahlani, tt. 87).
Dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa sahabat Umar ra memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah saw untuk memohon
petunjuk. Umar berkata. "Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang
engkau perintahkan kepadaku?"
Rasulullah saw menjawab, "Bila kamu suka, kamu lahan pokoknya
(tanahnya) dan kamu sedekahkan hasinya.
Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijua tidak juga dihibahkan
dan tidak juga diwariskan.
Berkata Ibnu Umar, Umar menyedekahkannya ke pada orang-orang fakir,
kaum kerabat, budak belian sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa
atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan
dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud
menumpuk harta (HR Muslim).
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, Umar mengatakan kepada Nabi saw, saya
mempunyai seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta
yang paling saya kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi
saw mengatakan kepada Umar, "Tahanlah (jangan jual, hibahkan atau wariskan
asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah" (HR
Bukhari dan Muslim).

4
Jadi kalau melihat hukumnya, wakaf termasuk dalam kategori muamalah
sunnah yang segala ketentuannya bersifat ijtihadi, artinya sesuai dengan hasil
penggalian hukum-hukum oleh para ahli fikih. Sehingga hal itu sifatnya fleksibel.
Jelaslah kalau wakaf itu potensinya cukup besar untuk bisa dikembangkan
sesuai kebutuhan zaman, terutama dalam pengembangan ekonomi lemah.
Beda dengan zakat. Kalau zakat kan hukumnya wajib dikeluarkan dengan
batas nishab yang ditentu kan. Ayat-ayat Al Quran yang membahas tentang zakat
diantaranya adalah QS At-Taubah 60 dan Al-Taubah 103.

2. The History of Wakaf


Masa Rasulullah saw
Wakaf disyariatkan setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, yaitu pada
tahun 2 Hijriyah. Ada dua pendapat fuqaha (para ahli fikih) tentang siapa yang
pertama kali melaksanakan wakaf.
Sebagian ulama mengatakan, yang pertama melaksanakan wakaf adalah
Rasulullah saw yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari 'Amr bin Saad
bin Muad.
la berkata, kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam. Orang
Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Anshar
mengatakan adalah wakaf Rasulullah saw (Asy-Syaukani, 129).
Rasulullah saw pada tahun 3 Hijriyyah pernah me wakafkan tujuh kebun
kurma di Madinah, diantaranya adalah kebun A'raf. Shafiyah, Dalal, Bargah dan
beberapa kebun lainnya.
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa yang pertama kali melaksanakan
syariat wakat adalah Umar bin Khattab ra, sesuai dengan hadits yang sudah kita
bahas sebelumnya.
Setelah Umar, syariat wakal dilakukan oleh Abu Thathah yang
mewakafkan kebun kurma kesayangan memberi manfaat bagi masyarakat banyak.
Dalam sejarahnya, wakaf terus berkembang dengan inovasi yang sesuai dengan
pergerakan zaman, seperti adanya bentuk wakaf tunai (uang), wakaf HAKI dll. Di
Indonesia, saat ini wakaf juga mendapat perhatian yang lebih serius dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Wakaf untuk memayungi berbagai hal yang
terkait dengan wakaf.

3. All About The Book of Wakaf

5
Nah, sekarang kita mulai sedikit lebih dalam mem- bahas tentang wakaf
ini. Biar nggak pusing, kita bahas sedikit demi sedikit dulu.

Syarat dan Rukun Wakaf


Wakaf dinyatakan sah bila telah dipenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf
adalah:
1. Waqif (orang yang mewakafkan harta)
2. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan) 3. Mauquf 'alaih (Pihak yang
diberi wakaf/peruntukan wakaf)
4. Shighat (pernyataan atau ikrar Wakif untuk mewa-
kafkan sebagian hartanya).

Syarat Pemberi Wakaf (Wakif)


Orang yang mewakafkan disyaratkan memiliki kecakapan hukum dalam
membelanjakan hartanya. Hal ini mencakup 4 kriteria:
1. Merdeka, bukan budak. Sekarang sudah tidak ada lagi kali ya yang disebut
budak?
2. Berakal sehat. Kalau orang tidak berakal sehat, alias gila, maka secara hukum
apa yang dilakukan tidak sah.
3. Dewasa/baligh. Kedewasaan juga menunjukkan ke bebasan kehendak. Anak
kecil yang belum baligh tidak boleh mewakafkan hartanya kecuali didampingi
oleh walinya.
4. Tidak berada dalam pengampuan (boros/tabamu)

Syarat Benda Wakaf (Mauquf bih)


Di sini akan berkaitan dengan dua hal yaitu syarat sahnya harta yang
diwakafkan, dan kadar benda yang diwakafkan
Syarat sahnya harta yang diwakafkan:
1. Mulaqawwam (segala sesuatu yang dapat disimpan dan halal digunakan dalam
keadaan normal/bukan dalam keadaan darurat)

6
2 Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan, sehingga tidak menimbulkan
sengketa atau kebingungan. misainya jangan mewakafkan tanah (sebagian yang
mana?)
3. Milk Wakit. Kepemilikannya harus juga sempurna bukan sebagian milik orang
lain Contoh, mewakafkan rumah yang cicilannya belum lunas. Karena
kepemilikannya belum sepenuhnya (sebagian milik pengembang, maka rumah
dimaksud balum dapat diwakafkan.
4. Terpisah, bukan milik bersama. Demikian juga, kepemilikan bersama tidak
boleh diwakafkan, wong milik bersama kok. Ya, kalau yang lain semua setuju,
tetapi kalau yang lain tidak setuju bagaimana

Secara umum, syarat benda itu dapat diwakafkan ketika berupa benda
yang memiliki keabadian manfaat yang dapat diambil berulang-ulang. Sifatnya
tidak berupa benda yang langsung habis. Sebagai misal makanan atau minuman.
Kedua benda ini tidak bisa diwakafkan karena sifatnya yang langsung habis ketika
dimakan atau diminum.
Lagian nggak mungkin lah orang mewakafkan bakso semangkuk, bakwan
sepiring, es buah sebaskom. minyak wangi sebotol. dan lain sebagainya. Kalau
kita memberikan makanan, minuman, minyak wangi atau benda lain yang sifatnya
dapat habis seketika kepada orang lain, maka disebut sedekah biasa. Sementara
kalau wakaf itu, bendanya harus utuh dan manfaatnya dapat diambil secara
berulang-ulang. Dalam undang- undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf bahwa
wakaf itu harus dapat diambil manfaat selamanya atau dalam jangka waktu
tertentu.
Bagaimana dengan wakaf uang? Bukankah uang sifatnya lentur, bisa
muncul tiba-tiba, sekaligus bisa hilang dalam sekejab.
Ya memang betul uang itu sifatnya mobile atau lentur. Namun, dalam
pelaksanaan wakaf, uangnya tetap tidak boleh berkurang seperti karakter wakaf
lainnya dengan cara memelihara keabadiaan nilal nominalnya. Oleh karena itu,
wakaf uang harus dikelola secara transparan untuk dinvestasikan pada produk-
produk LKS dan/atau instrumen Syariah. (PP No. 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-undang tentang Waket Pasal 48 ayat (2)).
Bagaimana jika dalam pengelolaannya dilakak di luar bank Syariah dan
terjadi lost atau kerugian dalam PP tersebut Pasal 48 ayat (5) telah mengatur
bahwa pengelolaan di luar bank Syariah harus mengasuransikan dengan asuransi
Syariah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian yang dapat
mengurangi, atau bahkan menghilangkan aset wakaf.

7
Jenis Benda yang diwakafkan:
Benda wakaf tak bergerak:
a Tanah
b. Bangunan
c. pohon untuk diambil buah/hasilnya d. sumur untuk diambil aimya

Benda wakat bergerak:


a. hewan
Dalilnya dari Hadits yang diceritakan Abu Hurairah ra. "Orang yang
menahan (mewakafkan) kuda di jalan Allah, karena imannya kepada Allah dan
mengharapkan pahalanya dari Allah maka makanannya, kotorannya, dan
kencingnya dalam penilaian Allah yang mengandung kebaikan kebaikan" (HR.
Bukhari).
b. perlengkapan rumah ibadah
c. senjata
d. pakaian
e. buku
f. mushaf
g. uang, saham, atau surat berharga lainnya. Ini yang sekarang dikenal dengan
wakaf tunai.

Berhubungan dengan wakaf tunal, ada beberapapendapat yang bisa kita ambil.
1. Imam Bukhari menyebutkan bahwa Imam Azh Zhuhri (wafat 124H)
berpendapat boleh mewakafkan dinar dan dirham. Caranya ialah menjadikan dinar
dan dirham tersebut sebagai modal usaha, kemudian menyalurkan keuntungannya
sebagai wakaf.
2. Dr. Az-Zuhaili juga menyebutkan memperbolehkannya sebagai pengecualian
karena sudah banyak dilakukan masyarakat, sesuai dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra, yang berbunyi. "Apa yang dipandang
kaum muslimin itu baik. dipandang baik juga oleh Allah"
Syarat Penerima Wakaf (Mauquf 'alaih)

8
Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan
diperbolehkan syariat Islam. Pada dasamya, wakal adalah amal kebaikan yang
mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya. Karena itu mauquf 'alaih haruslah
pihak yang berbuat kebajikan. Para ulama fikih sependapat bahwa infaq kepada
pihak yang berbuat kebajikan inilah yang membuat wakaf menjadi ibadah yang
mendekatkan manusia kepada Tuhannya.

Pentingnya Pengelola Wakaf (Nazhir)


Nazhir adalah pihak yang diberi kepercayaan mengelola harta wakaf. Para
ulama sepakat bahwa Wakif harus menunjuk Nazhir, baik perseorangan, organiso
atau lembaga. Tujuannya agar harta wakaf tetap ter jaga dan terurus, sehingga
harta itu tidak sia-sia. Kala Nazhir nggak mampu melaksanakan tugasnya, maka
pemerintah wajib menggantinya dengan tetap menjelaskan alasan-alasannya.
Syarat moral Nazhir:
1. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS
2. Jujur, amanah dan adil
3. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha
4. Pilihan sungguh-sungguh dan suka tantangan
5. Cerdas spiritual dan emosional.

Syarat manajemen:
1. Punya jiwa leadership yang OK. Jiwa kepemimpinan itu penting karena terkait
dengan pengelolaan harta umat dan manajemen SDM.
2. Visioner. Maksudnya memiliki konsep untuk pengembangan masa depan.
3. Cerdas intelektual sosial dan pemberdayaan. Tentu kecerdasan sangat penting.
karena untuk meme cahkan berbagai persoalan diperlukan kejelian dan kecepatan
peroanganan.
4. Profesional dalam bidang pengelolaan harta. Ya, kalau belum memiliki
pengalaman dalam pengelolaan harta takut amburadul.

9
Syarat bisnis:
1. Mempunyai keinginan. Tentu keinginan dalam pengelolaan. Bahasa
sederhananya memiliki semangat.
2. Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk magang. Pengalaman merupakan
salah satu poin penting. Tanpa pengalaman dikhawatirkan bekerja tidak optimal.
3. Punya ketajaman untuk melihat peluang usaha seperti seorang enterpreneur.
Hmm... kira-kira siap nggak ya jadi Wakif atau Nazhir?

4. The Types of Wakaf


Bila ditinjau dari segi peruntukannya, wakaf dibagi atas dua jenis, yaitu:
1. Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, satu orang atau
lebih, keluarga si Wakif atau bukan
Dalilnya secara hukum Islam dibenarkan berdasarkan Hadits Nabi saw
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Musim, dari Anas bin Malik ra tentang
adanya wakat keluarga Abu Tholhah terhadap kaum kerabatnya.
Di ujung hadits tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Aku telah mendengar ucapanmu tentang hal sebut. Saya berpendapat
sebaiknya kamu memberikannya kepada keluarga terdekat. Maka Abu Thalhah
membagikannya untuk para keluarganya dan anak-anak pamannya.
Pada perkembangannya, wakaf ahli dinilai kurang bisa dirasakan
manfaatnya oleh umum. Apalagi kadang suka muncul pertentangan antar
keluarga. Di Mesir. Turki. Maroko dan Aljazair, wakaf jenis ini telah dihapuskan.
Menurut pertimbangan dari berbagai segi. wakaf dalam bentuk ini dinilai tidak
produktif

2 Wakaf Khairi
Wakaf yang peruntukkannya secara tegas untuk keagamaan dan
kepentingan masyarakat luas. Seperti wakaf yang diserahkan untuk kepentingan
pembangunan masjid, sekolah, jembatan, kuburan, pantiasuhan yatim piatu, dan
lain sebagainya yang berupa wakaf konsumtif Sedangkan yang produktif itu
terdiri dari berbagai jenisnya.
Hal yang membedakan dengan yang konsumtif adalah pola
pengelolaannya, seperti wakaf tanah yang dikelola secara produktif, tanah wakaf

10
yang diatasnya dibangun usaha-usaha produktif, wakaf uang yang dikelola pada
produk-produk Syariah dan jenis wakaf produktif lainnya.

11

Anda mungkin juga menyukai