Anda di halaman 1dari 26

Kajian terhadap

Jenis dan Tata Urutan


Peraturan Perundang-undangan Indonesia
Syihabudin

Abstract
Kind and procedural regulation oflaws managed in determining No. lll/MPf^2000 on Law
Resource and Procedural regulation oflaws contain some problem. Through this discus
sion, the writer shows some basic problem deals with the kind and procedural regulation
oflaws. Accordance with the task ofthe People's Consultative Assembly to criticize the
material and the lawstatus ofdetermina^on ofthe People's Consultative Assembly (MPFi/
S) issued sine 1966-2002, The People's Consultative Assembly (MPR) at the General
Council 2003, classifies The Determina^ons into 6 groups, as written in The People's
Consultab've Assembly Determination No. 1/MPf^2003 on searching the material and law
determination status ofthe People's Consultative Assembly Determination (MPRS) and
MPR 1960-2003. The People's Consultative Assembly Determination grouped the De
termination No.lll/MPR/2003 as a The People's ConsultaWe Assembly Determination
valid until Constitution established. The following writing is expected to be material of
discussion in forming the Laws as the replacement ofThe People's Consultative Assem
bly.

Pendahuluan

Salah satu masalah penting yang menjadi telah memiliki beberapa instrumen hukum
agenda reformasi hukum adalah penataan yang mengatur tentang sistem peraturan
peraturan perundang-undangan.^ Meski kita perundang-undangan,^ tetapi di sana sini kita

' Jimly Asshiddiqie, "Reformasi Menuju Indonesia Baru: Agenda Restrukturisasi Organisasi Negara,
Pembaruan Hukum, dan Keberdayaaan Masyarakaf, Makalah disampaikan pada Forum Konggres Mahasiswa
Indonesia Sedunia1, Chicago, AS,2001.
2Llhat Tap. MPR No. lll/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan, Kepres No. 188Tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang dan
Kepres No. 44Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundangnjndangan dan Bentuk Rancangan
Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Preslden.

46 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MEI2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

masih menemui berbagai kerancuan, Menurut Bagir Manan. jenis-jenis


terutama 'terkait dengan jenis, lembaga yang peraturan perundang-undangan yang diatur
berweriang mengeluarkan, serta tata Tap. MPRS di atasternyata lebih iuas daripada
urutannya'.^ yang diatur dalam UUD 1945, tetapi leblh
" "Pada awal Orde Baru, pernah diupayakan sempit dibandingkan dengan kenyataan yang
penertiban peraturan perundang-undangan, ada. Dalam praktiknya terdapat peraturan-
yaitu.dengan dikeiuarkannya Ketetapan MPRS peraturan lain yang tldak disebutkan di atas,
No. XlX/MPRS/1966 tentang Penlnjauan khususnya adalah Peraturan Tingkat Daerah.^
Kembali Produk-Produk Legislatlf Negara di Di lain pihak, Tap. No. XX/MPRS/1966 juga
Luar Produk MPRS yang tidak sesuai dengan dianggap berlebihan, karena memasukkan
UUD 1945. Bersamaan itu ditetapkan pula Instruksl sebagai saiah satu bentuk peraturan
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996 tentang perundang-undangan. Instruksi memuat tial-
Memorandum DPRGR Mengenal Sumber hai yang konkrit dan individual, sehingga tidak
Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata memenuhi esensi peraturan perundang-
Urutan Perundang-Undangan Republik Indo undangan. Karena berbagai kelemahan yang
nesia. ada pada Tap. tersebut, melalul Pasal 3 Tap.
Dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/ No. V/MPR/1973 tentang Penlnjauan Produk-
1996 tersebut ditentukan jenis peraturan Produk yang Berupa Ketetapan-Ketetapan
perundang-undangan dengan tata urutan: MPRS Rl, ditegaskan bahwa Tap. No. XX/
UUD Rl 1945, Tap. MPR, UU/Perpu, PP, Kepres, MPRS/1966 "perlu disempurhakan".® Tetapi
dan Peraturan-Peraturan pelaksana lainnya, sampai jatuhnya Orde Baru, belum juga
seperti Peraturari Menteri, Instruksl Menteri, dibentuk Ketetapan MPR baru yang menyem-
dan lain-iain. purnakannya.

' Pada awal kemerdekaan misalnya, kita menemui beberapa bentuk hiikum, seperti Maklumat, Surat
Edaran, dan Nota Dinas.yang dianggap mengikat secara hukum. Bahkan melalul produk hukum Maklumat,
pemerintah telah mengatur tentang fungsi KNIP sebagai lembaga leglslatifsementara dan mengubah sistem
pertanggungjawaban kabinet dari Presiden kepada pailemen (sistem pemerintahan pariementer). Uhat Maklumat
Wapres No. X, tertanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tertanggal 14 Nopember 1945. Demikian
halnya, pada masa Orde Lama, berdasarkan Surat Presiden No. 2262/HK/1959 tanggal 20 Agustus 1959
kepada DPRGR, dinyatakan bahwa di sampingjenis^enis peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan
dalam UUD 1945, yaltu UUD, UU, Perpu, dan PP, dipandang perlu dikeluarkan bentuk-bentuk peraturan
lainnya, yaltu: Penetapan Presiden, Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, PeraUjran
Menteri, dan'Keputusan Menteri. Susunan demikian menimbulkan kerancuan dalam praktlk ketatanegaraan.
Apalagi dalarri realltanya, Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden menjad sangatdomlnai dan menggant'kan
kedudukan Undang-Undang.
*Baglr Manan, Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia (Jakarta: Ind-Hill. Co,, 1992), hlrn. 25.
Lihat juga A. Hamid 8.Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara (Jakarta: Fakultas PascaSarjana Universltas Indonesia, 1990), him. 289-291.
®Kelnginan untukmenyempumakan Tap. No. >6</MPRS/1966 tersebutditegaskan kembali di dalam Tap.
No.lX/MPR/1978.

47
, Baru padamasa reformasi, tepatnya pada 3. penggunaan nomenkiatur Keputusan
Sidang Umum Tahun MPR 2000 tuntutan Presiden yang seiama ini dipakai tidak
perubahan tersebut direspon oleh MPR dengan membedakan secarategasantara keputusan
mengeluarkan Tap. No. III/l\/]PR/2000 tentang yang mengatur (regeling) dengan keputusan
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan yang bersifat administratif belaka
Perundang-Undangan.® Pasal 2 Tap. tersebut {beschikkingy,
menetapkan, bahwa tata urutan peraturan 4. bentuk Peraturan Menteri tidak dlsebut
perundang-undangan merupakan pedoman dalam tata urutan tersebut.
dalam pembuatan aturan tiukum di bawahnya. Seiain itu, daiam praktik juga masiti
Tata urutan peraturan perundang-undangan ditemui berbagai jenis produk tiukum yang
Rl adalah: UUD 1945, Ketetapan MPR Rl, tidak dikenal daiam sistem peraturan
Undang-Undang, Peraturan Pemerintati perundang-undangan yang berlaku. MA dan 81
Pengganti Undang-Undang. Peraturan Peme misainya, mengeluarkan aturan yang disebut
rintati, Keputusan Presiden; dan Peraturan Surat Edaran.® Kemudian beberapa kemen-
Daerati. terian mengeiuarkan peraturan dalam bentuk
Perumusan mengenai jenis dan tata Keputusan Menteri, sedangkan yang lain
urutanperaturan perundang-undangan diatas menggunakan istiiati Peraturan Menteri.
dapat dikatakan kurang sempurna dan Melaiui momen reformasi kiranya penting
mengandung beberapa keiemahan. Jimiy bag! kita untuk meiakukan pembaharuan
Asstiiddiqie mencatat setidaknya terdapat sistem peraturan perundang-undangan.
empat permasalalian mendasar, yaitu:' Peraturan-peraturanyang tumpang tlnditi dan
1. mengingat naskati Perubatian UUD tidak mengikiiti sistem yang baku tiarus
sekarang dibuat terpisati, maka setiarusnya ditertibkan sesuai dengan tingkatan dan
penyebutan UUD 1945 dilengkapi dengan: derajatnya. Keputusan yang bersifat mengatur
"...dan Perubatian UUD"; {regeling) dan menetapkan (beschikking)
2. penyebutan Perpu pada nomor urut tiarus dibedakan istilatinya. Demikian juga,
keempat di bawati UU dapat menimbulkan susunan tiirarki peraturan perundang-
penafsiran seakan-akan kedudukan Perpu undangan dewasa ini yang. dirasakan tidak
itu berada di bawati UU. Padatiai, sesuai lagi dengan perkembangan kebututian,
kedudukan tiukum keduanya adalati periu segera disempurnakan.
sederajat.

®Berdasarkan Tap No. 1/MPR/2003 tentang Peninjauan tertiadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
MPRS dan MPRTatiun 1960-2003, ditentukan batiwa Tap. No lii/MPR/2000 digolongkan sebagai Ketetapan
MPR yang letap berlaku sampal dengan terbentuknya UU.
^Jimiy Asstiiddiqie,Tata Urut Perundang-Undangan danProblema Peraturan Daerati", Makalah dalam
Lokakaiya Anggota DPRD se-lndonesia, diselenggarakan oleti LP3HET, Jakarta, 22Oktober 2000, tilm. 11.
®Di samping daiam bentuk Surat Edaran, Matikamati Agung juga mengeluarkan produk tiukum yang
bersifat mengatur, yaitu daiam bentuk Peraturan Matikamati Agung (Perma).

48 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. ME! 2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

Istilah dan Pengertian Peraturan ^ undang-undangan, tetapl yang dimaksudkan


Perundahg-Undangan dari kedua Istilah Inl adaiah peraturan
. Sampai saat ini, belum ada kesepakatan mengenal tatacara pembuatan. peraturan
tentang penggunaan istilah peraturan negara. Sedangkan blla yang dimaksudkan
perundang-undangan. Daiam kenyataan, balk adaiah peraturan yang dllahirkan darl
dalam naskah peraturan perundang-undangan perundang-undangan, disebut peraturan
maupun dalam berbagai iiteratur Hukum Tata (negara) saja.^^
Negara Indonesia, terdapat empat Istilah yang Soehino menggunakan istilah peraturan
sering dltemul dalam menyebut peraturan perundangan.^2 Istilah Ini perhah dipergunakan
perundang-undangan, yaitu; pertama, peraturan dalam Tap. MPRS No. XX/MPRS/1966 seba-
negara; kecfua, peraturan perundangan; ketiga, galmana tercantum dalam judul ketetapan
perundang-undangan; dan keempat, peraturan tersebut, yaitu "Sumber Tertib Hukurn Republlk
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Per
perundang-undangan
Dalam bahasaBelanda, dikenal Istilah wet, undangan Republik Indonesia" (betak miring
wetgeving, wettelijke regels atau wettelijke oleh penulls).
rege!ing(en)} Istilah wet sendlrl dibedakan • Istilah perundang-undangan terdapat
antara wet in formele zin (undang-undang pada dua konstltusl yang pernah berlaku di
dalam arti formal) dan wet in materieie zin Indonesia, yaitu terdapat pada judul Bagian 2
(undang-undang dalam artI material)). Istilah BAB IV Konstitusi RIS 1949 dengan rumusan
perundang-undangan dan peraturan perundang- "perundang-undangan" dan daiam'judul Bagi
undangan berasal dari Istilah wettelijke regels. an II BAB III UUDS1950 dengan rumusan yang
Sedangkan istilah peraturan negara mungkln sama. Istilah perundang-undangan Inl di
merupakan terjemahan darl staatsregeiing.^^ antaranya dipergunakan oleh Irawan Soejlto^^
Istilah peraturan negaradipergunakan oleh dan Amiroeddin Syarif.^"*
Solly Lubls. Lubisjugamempergunakan Istilah Adapun Istilah peraturan perundang-
peraturan perundang-undangan dan per undangan dl antaranya dipergunakan oleh A.

®Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar'llmuPerundang-undangan /ndones/a (Bandung: MandarMaju, 1998),


him. 15.
•°/f)/d.,hlm.16.
" M. Solly Lubls, Landasan dan TeknikPerundang Undangan, Ctk III, (Bandung: Mandar Maju, 1989),
him. 1-2.
" Soehino, Hukum Tata Negara, Teknik Perundang-Undangan, EdisI Kedua, Ctk. Ketiga, (Yogyakarta:
Liberty, 2003), him. 'l. Dalam buku lalnnyayangditeibitkantahun 1997, Soehino menyebut istilah "peraturan
perundang-undangan". LIhat Soehino, Hukum Tata Negara, Penyusunan danPenetapan Peraturan Daerah
(Yogyakarta: Liberty, 1997), him. 1.
" Irawan Soejito menyebut adanya perundang-undangan negara dan perundang-undangan daerah. Lihat,
Irawan Soejito, TeknikMembuatUndang-Undang, Ctk. Keiima, (Jakarta: PradnyaParamlta, 1993), him. 6.
"Amiroeddin Syarif, Pemndang-Undangan, Dasar, Jenis, dan TeknikMembuatnya, Ctk, Kedua, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), him. 5.

49
Hamid S.Attamimi, R. Sri Soemantri Bagir perundang-undangan." Penggunaan istilah
Manan,^® MariaFaridalndratiSoeprapto/'dan "peraturan perundang-undangan" lebih
DJoko Prakoso.^® Di samping itu, istilah ini juga berkaitan atau lebih relevan dalam pembicaraan
dipergunakan dalam Tap. No. lll/MPR/2000, mengenai jenis atau bentuk peraturan (hukum).
UU No. 5 Tahun 1956 tentang Peradilan Tata Dalam konteks lain lebih "kena" dipakai istilah
Usaha Negara, dan peraturan perundang- perundang-undangan saja, misalnya istilah ilmu
undangan lainnya. Perundang-Undangan, Teori Perundang-
Dewasa ini, banyak dipergunakan istilah Undangan, Dasar-Dasar Perundang-undangan,
yang terakhir ini, yaitu peraturan perundang- dan sebagainya.^
undangan. Menurut Attamimi istilah ini berasal >Penulis sendiri berpendapat, bahwa istilah
dari istilah dalam bahasa Belanda, yaituVeteffe peraturan negara dan peraturan perundangan
rege//hge/i," yang berarti peraturan-peraturan tidak tepat. Peraturan negara cakupannya
yang bersifat perundang-undangan^® atau terlaluluas.danbahkanbisamenyangkutpada
peraturan perundang-undangan.^^ peraturan kebijaksanaan (beleidsregels) yang
Menurut Rosjidi Ranggawidjaja, istilah di dikeluarkan pejabattata usaha negara melalui
atas tidak mutlak dipakai secara konsisten, freies ermessen. Sedangkan penggunaan
karena dalam konsteks tertentu lebih tepat istilah peraturan perundangan tidak tepat;
dipergunakan istilah perundang-undangan karena kataivefpadaumumnyaditerjemahkan
dandalam konteks lain digunakan istilah peraturan dengan "undang-undang dan bukan
"undang"."
R, Sri Soemantri, M., HakUji Material diIndonesia, Edisi Kedua, (Bandung: Alumni. 1997), hirh. 6.
Bagir Manan, op.cit,him. 1.Bagir Manan menyamakan istlahperaturan perundang-undangan dengan
istilah undang-undang dalamartl materiel. Ibid., him. 3.
" Menuait Maria Farida, peraturan perundang-undangan adalah teijemahan dari istilah Belanda wettelijke
regaling. Kata ivefumumnya diteijemahkan dengan "undang-undang". Sehubungan dengan katadasar"undang-
undang', makaterjemahanwettelijke regellng adalah peraturanperundang-undangan. Maria FaridaIndrati
Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan, Dasardan Pembentukannya (Yogyakarta: Kanisius, 1998), him. 53.
^®D]oko Prakoso, Proses Pembuatan Peraturan Daerah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), him. 9.
"A. Hamid S. Attamimi, op.dt, him. 200.
Rosjidi Ranggawidjaja, Pedoman Teknik Perancangan Peraturan Perundang-Undangan (Bandung:
CitaBakti Akademika, 1996), hlm.7.
A Hamid S. Attamimi,/oadf.
" Rosjidi Ranggawidiaja, Pengantar ...op.c/f., him. 17.
" Ibid., him. 17. A. Hamid S. Attamimi membagi Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan
(Gesetzgebungswlssen-schaft) menjadi dua, yaitu Ilmu Perundang-undangan (Gezetzgebungslehre) danTeori
Perundang-undangan (Gesefsgei)i/ngsf/ieor/e). Lihat, A. Hamid S. Attamimi, 'Teori Perundang-undangan
Indonesia, SuatuSisiilmu Pengetahuan Perundang-undangan Indonesia yangMenjelaskandan Menjemihkan
Pemahaman," PIdato Pengukuhan Jabatan Gum BesarTetap padaFakultas Hukum Universitas Indonesia, 25
April1992, him. 18-19.
" Menurut Maria Farida, keberatan terhadap istilah "peraturan perundangan" sebagai teijemahan wettelijke
regellng iaiah karena arti kata"undang" dewasaini tidak mempunyai kaitan denganpengertian hukum, kecuali

50 JURNAL HUKUM. NO. 22 VOL 10. MEI2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

Oieh karena itu, penulis sependapat atribusi maupun delegasi;


dengan Rosjidi Ranggawidjaja bahwa baik c. peraturan perundang-undangan tersebut
pengertian perundang-undangan maupun berisi tigkah laku. Jadi, peraturan
peraturan perundang-undangan keduanya perundang-undangan bersifat mengatur
merupakan istilah yang tepatsebagai terjemahan (regulerend), tidak bersifat sekali sejalan
dari wettelijke regeHng. Namun demikian; untuk (einmahlig); dan
menjaga konsistensi penggunaan istilah, d. peraturan perundang-undangan mengikat
penulis leblh memilih menggunakan istilah secara umum (karena ditujukan kepada
peraturan perundang-undangan, dengan umum), artinya tidak ditujukan kepada or-
alasan: (1) istilah ini secara resmi dipergunakan ang atau individu tertentu (tidak bersifat
oleh Tap. No. lll/MPR/2000 dan beberapa individual).
peraruran perundang-undangan lainnya; dan Berdasarkan pada oirl-ciri di atas, penulis
(2) istilah ini banyak dipergunakan oleh ahii mendefinisikan peraturan perundang-
Hukum Tata Negara, seperti R. Sri Soemantri, undangan sebagai berikut: "Setiap keputusan
Bagir Manan, A. Hamid 8. Attamimi, Maria tertulis yang dibentuk, ditetapkan, dan
Farida Indrati Soeprapto, Rasjidi Ranggawidjaja, dikeluarkan oleh pejabat atau lingkungan
dan Iain-Iain. jabatan yang berwenang yang berisi aturan
Dari beberapa pengertian peraturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat
perundang-undangan yang dikemukakan oleh secara umum (berdaya lakU' ke luar) dan
para ahli, dapatdiidentifikasi sifat-sifatdanciri- berlaku terus menerus (daurhaftig)"^^
ciri dari suatuperaturan perundang-undangan,
yaltu:25
Jenis Peraturan Perundang-Undangan
a. peraturan, perundang-undangan berupa
Indonesia
keputusan tertulis, jadi mempunyai bentuk
dan atau format tertentu; Kehadiran Tap. No. lll/MPR/2000 tentang
b. dibentuk, ditetapkan, dan dikeluarkan oleh sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
pejabat yang berwenang, baik di tingkat Perundang-undangan yang menggantikan
pusat maupun di tingkat daerah. Pejabat kedudukan Tap. No. XX/MPRS/1996 diharapkan
yang berwenang, maksudnya adalah mampu menertibkan sistem hukum Indone
pejabat yang ditetapkan berdasarkan sia pada umumnya dan sistem peraturan
' ketentuan yang berlaku berdasarkan perundang-undangan Indonesia pada
khususnya.2'
dandilakukan dengan carayang khusus pula, yangapabila tidak demikian, peraturan itu kehilangan kekuatan
mengikatnya (aflfond/g/ng, promulgation). Maria Farida Indrati Soeprapto, op.cit., him. 53.Lihat Juga, A Hamid
8. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden ...op.dt, him. 200.
Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantarllmu,...op.c/f., him. 19-20.
Maksuddari c/aur/ia/if/g,(beriaku terusmenerus) adalahkebalikan dari keputusan tertulis yangberiaku
sekali selesai (e/nma/r/rg).
" Tap. No. lll/MPR^OOOyang terdiri dari 8pasal mengatur mateii muatan yang padat, yaltu: (a) pengertian
danstatussumberhukum (Pasal1 ayat (1), (2), dan (3)); (b) jenisperaturan perundang-undangan beserta

51
Dalam kenyataannya, Tap. yang diharap- pengertian in! kemudlan tertuang dalam
kan mampu menciptakan "tertib peraturan Penjelasan UUD 1945. Pengertian yang sama
perundang-undangan ini malah sebaliknya, diulang di dalam Tap. No. XX/MPRS/1966.
mengandung berbagai macam kerancuan, Pengertian UUD tersebut tampak dangkal,
yang menyebabkan kekacauan didalamsistem terutama jika memperhatikan Isi dan fungsi
peraturan perundang-undangan Indonesia. UUD 1945.2® Menurut berbagai kajian, isi
Beberapa masalah yang muncul Itu terkait konstitusi atau UUD meiiputi cita-cita ber
dengan pengertian sumber hukum, jenis negara, jaminan terhadap hak-hak asasi
peraturan perundang-undangan, hirarki manusia danwarganegara,struktur organisasi
peraturan perundang-undangan, dan pengujl- negara, serta pembagian dan pembatasan
an peraturan perundang-undangan.^® Beberapa tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fun
masalah yang penuOs temui di dalam Tap. damental.®®
tersebut terkait dengan jenis peraturan Pada awal reformasi, ketika muncul
perundang-undangan adalah: tuntutan yang demikian kuat dari masyarakat
untuk merubah UUD 1945, muncui permasa-
lahan bagaimanakah cara atau bentuk
1. UUD 1945 dan "Perubahan" UUD
perubahannya? Apabila perubahan UUD
Di dalam Tap. No. lll/MPR/2000 dijelaskan ditetapkan dengan dengan produk hukum
bahwa UUD merupakan hukum dasar tertulis berupa Ketetapan MPR, padahai daiam tata
negara Republlk Indonesia, memuat dasar urutan perundang-undangan ditentukan
dan garis-garls besar hukum dalam penye- bahwa Ketetapan MPR itu lebih rendah
lenggaraan negara. Dalam pembahasan kedudukannya daripada UUD, maka bagai-
rancangan UUD selama sidang-sldang mana mungkin perubahan terhadap UUD
BPUPKI tahun 1945, UUD dipahami sebagal dituangkan dalam perundang-undangan yang
tertulis dari hukum dasar yang mengatur derajatnya lebih rendah? Baik UUD maupun
masalah-masalah pokok dalam bernegara. Tap. MPR memang merupakan produk hukum

pengertian masing-masing (Pasal2 danpasal 3 ayat(1) sampai ayat(7)); (c) hirarki peraturan perundang-
undangan dan prinsip-prinsipnya; Pasal2jo.Pasal4 ayat(1); (d) pengaturan tentang lembaga-lembaga lain
dalam konteks hirarki hukum (Pasal 4 ayat(2)); dan(e) pengujian terhadap keabsahan peraturan perundang-
undangan (Pasal 5 ayat (1), (2), (3),dan (4)).
2® Mengingatbanyaknya permasaiahan didalam Tap tersebut, Fajrul Falaakh memasukkan Tap. ituke
dalam salahsatu produk MPR paska Pemilu 1999 yang bermasalah. Menurut Fajrul Falaakh, Tap Inl tidak
termasuk dalam dokumen amandemen konstitusi, tetapi isinya telah banyak mengubah konstitusi. Ketetapan
yangdihasilkan bersamaan Perubahan Kedua UUD 1945 ini tidak disebutoleh MPR sebagaiamandemen
konstitusi, tetapi telahmengacaukan UUD 1945dan keduaperubahannya. Mohammad Fajml Falaakh, et, al.,
Laporan Akhir Kajian tentang Penlnjauanterhadap Mater! dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR
Tahun 1960-2002 (Yogyakarta: Keijasama SetjenMPR-RI dengan UGM, 2003), him. 38.
2®/6/c/.,hlm.40-41.
R, SriSoemantri M., Prosedurdan SistemPerubahan Konstitusi (Bandung: Alumni, 1987), him. 48-51.

52 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MEI2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

MPR, tetapi karena nama yang diberikan 2. Ketetapan MPR


kepada produk itu berbeda, tentunya dera-
Ketetapan MPR mulai dikenal sejak sidang-
jatnya pun berbeda.^^ sehingga Tap. MPR tidak
sidang MPRS tahun 1960." Keberadaan
bisa dipergunakan untuk merubah UUD.
Ketetapan MPR didasarkan pada dua hal:^
Untuk itu, maka kemudlan diperkenalkan
a. Ketentuan-ketentuan yang tersirat dalam
bentuk hukum yang sama sekali belum dikenal
UUD 1945."
dalam sistem peraturan perundang-undangan
b. Praktik ketatanegaraan atau kebiasaan
Indonesia, yaitu bentuk "perubahan" atau
ketatanegaraan. Praktik atau kebiasaan
"amandemen" UUD.^^ pengan demikian akan
ketatanegaraan merupakan salah satu
terdapat perubahan pertama, kedua, ketiga,
sumber Hukum Tata Negara.dan terdapat
dan seterusnya. Oleh karena itu, dalam jenis-
pada setlap negara.
jenis peraturan perundang-undangan perlu
Dalam kenyataannya, Tap MPR(S)
dicantumkan secara tegas bentuk "Perubahan
memiliki peranan yang penting dalam
UUD" yang sederajat dengan UUD, sehingga
kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Terbukti,
jenis peraturan perundang-undangan yang
Tap. MPR telah mengatur berbagai masalah
pertama iaiah "UUD 1945 dan Perubahan
penting, termasuk didalamnya mengatur materi
UUD".
muatan konstltusi." Semenjak 1960 sampai

R. SriSoemantri M., UUD 1945, Kedudukan dan Aspek-AspekPerubahannya(Bar\(iung: Unpad Press,


2002), him. 8.
" Dari kajian yang dilakukan oleh R. Sri Soemantri M., terdapat dua macam sistem perubahan konstitusl,
yaitu sistem Perancis dan sistem Amerika Serikat Menurut sistem Perancis, apabila sebuah UUD diubah, yang
akan diajukan sebagai usul perubahan dan yang akan diberlakukan iaIah UUD yang baru yang telah diubah.
Hal ini beibeda dengan sjstem Amerika Serikat, d mana menggunakan sistem amandemen (perubahan). Agar
perubahan itu merupakan satu rangkaian kesatuan dengan UUD yang diubah, maka perubahan sebagai
"bentuk" dilampirkan pada UUD tersebut. Ibid., him. 18-20. Uhatjuga R. Sri Soemantri M., Prosedurdan Sistem
...op.cit, him. 92-107. Sistem Perancis pemahdigunakan diIndonesia, yaitu ketika berlakunya Konstitusi RIS
1949. Menurut ketentuan dalam konstitusi, UUD RIS dapatdiubah dengan Undang-Undang Federal yang
dibentuk oleh Pemerintah bersama-sama dengan DPRdan Senat.
" Sebelum terbentuk MPR sebagai hasil Pemiiihan Umum, disebut Tap. MPRS.
Bagir Manan, op.cit, him. 32. Peihatikan jugaR. Sri Soemantri M., Ketetapan MPR(S) sebagaiSalah
SatuSumberHukum Tata Negara (Bandung: Remaja Karya, 1988), him. 30-31.
" MPR menurut UUD 1945 mempunyai berbagai wewenang untuk melakukan tindakan ataumembuat
keputusan hukum seperti menetapkan GBHN, memilih dan mengangkat Presiden danWakii Presiden, serta
mengubahUUD 1945. Keputusan-keputusan hukum ini harusdiberi bentuk hukum tertentu. Keputusan MPR
diberi nama ketetapan didasarkan pada bunyi Pasal3 UUD 1945: "MPR menetapkan Undang-Undang Dasar
danGaris-Garis Besardaripada Haluan Negara". Karena "menetapkan", makalDentuknya diberi nama Ketetapan.
Sebagai contoh adalahTap. No. I\//MPR/1983 tentang Rerendum. Tap. ini telahdicabut dengan Tap.
No.VIII/MPR/1998.

53
dengan Sidang Umum Tahunan {SUT) MPR individual.^® Untuk meniadakan kerancuan,
2002, MPR telah mengeluarkan Ketetapan- perlu diadakan pembaharuan mengenai
Ketetapan I\/1PR{S) sebanyak 139 Ketetapan pengertian Ketetapan MPR (mengikat ke luar
MPR(S)." dan ke dalam) dan Keputusan MPR (mengikat
Banyaknya Ketetapan MPR tersebuttidak ke dalam).^®
terlepas dari luasnya wewenang yang dimiliki Sebagai baglan dari sistem peraturan
oleh MPR sebelum amandemen UUD 1945. perundang-undangan, Ketetapan MPR
Wewenang tersebut bersumber dari Pasal 1 semestinya dibatasi pada pengertian aturan
ayat (2), Pasal 3, Pasal 6 (2) UUD 1945, dan tingkah laku yang bersifat abstrak dan mengikat
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang (secara) umum.^^ Tap. No. lll/MPR/2000
Kedaulatan Rakyat. Berdasarkan ketentuan memberi pengertian Ketetapan MPR sebagai
tersebut, MPR ben/venang untuk mengeluarkan putusan MPR sebagai pengemban kedaulatan
Ketetapan sebagal berikut;^^ (a) Ketetapan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sldang
yang bersifat mengatur sekaligus perlntati MPR.'^ Rumusan yang tidak spesifik inilah yang
kepada Presiden; (b) Ketetapan yang bersifat menyebabkan adanya kerancuan antara
beschikking; 6an (c) Ketetapan yang mengatur Ketetapan MPR yang merupakan peraturan
ke dalam (interne regeiingen); perundang-undangan dan Ketetapan MPR
Dalam perkembangannya, kewenangan yang bersifat penetapan (beschikking).
MPR untuk mengeluarkan Tap. tersebut Pada era reformasi, paska perubahan I, II,
meluas, dan meliputi juga: (d) Ketetapan yang III, danIV UUD NegaraRI 1945terjadi perubahan
bersifat deklaratoir; (e)Ketetapan yang bersifat yang signifikan terhadap kelembagaan MPR.
rekomendasi; dan (a) Ketetapan yang bersifat MPR terdiri dari dua kamar (bikameral), yaitu
perundang-undangan yang berlaku mengikat Dewan Perwakilan Rakyatdan Dewan Perwakilan
umum. Daerah. Wewenang MPR selanjutnya ber
Ketetapan-Ketetapan tersebut tidak sumber padaPasal 3 ayat(1), (2) dan (3) serta
seluruhnya memenuht syarat sebagai pe'raturan Pasal 8 ayat (2) dan (3) UUD 1945.
perundang-undangan. Ada Ketetapan MPR Dl samping Itu, melalui Perubahan Keempat
yang berupa peraturan perundang-undangan UUD 1945 secara implisit menghendaki
dan ada yang berupa keputusan konkrit dan peniadaan jenls produk hukum berupa

Mohammad Fajrul Falaakh et., al., op.cit., him. 18.


^ Jimly Asshiddlqie et., a!., Laporan Penelitian Tinjauan Materi dan status Hukum Ketetapan Majells
Permusyawaratan Rakyat (MPRS)dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia Tahun
1960-2002, Keijasama Setjen MPR-RI dengan Universitas Indonesia, Jakarta. 2003, him. 8.
^ Ketetapan MPR yangkonkrit dan individual contohnya adalah Ketetapan mengenai pengangkatan
Presiden dan Wakil Presiden.
«Tap. No.lll/MPR/1983.
BagirManan, Teori Polltikdan KonstitusI, (Jakarta; Diijen Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2000), him. 137.
« Pasal 3 ayat (2) Tap. No. lll/MPR/2000.

54 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MB 2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

Ketetapan MPR.''^ Sebagai pelaksanaan dan Tata Urutan Peraturan Perundang-


amanat konslitusi, MPR melalui Sidang Umum undangan.
Tahunan MPR 2003 (1-7 Agustus 2003) telah 5. Tap. MPR/S tentang Peraturan Tata Tertib
menetapkan Tap No. 1/MPR/2003 tentang MPR dinyatakan maslh berlaku sampai
Peninjauan terhadap Materi danStatusHukum ditetapkannya Peraturan Tata Tertib yang
Ketetapan MPRS dan MPR Tahun 1960-2003 baru oleh MPR hasil Pemllu 2004. /Vntara
dengan menggolongkan Tap. MPR/S tersebut lain Tap No. V/MPR/2002 tentang
ke dalam enam kelompok: Perubahan Keempatatas Ketetapan MPR
1. Tap. MPR/S yang dicabut dan dinyatakan No. II.MPR/1999 tentang Peraturan Tata
tidak berlaku, misalnya Tap No. Ill/MPR/ Tertib MPR.
1978 tentang Kedudukan dan Hubungan 6. Tap. MPR/S yang tidak perlu dilakukan
Tata Kerja Lembaga Tertlnggi Negara tindakan hukum lebih lanjut, seperti Tap No.
dengan/atau antar Lembaga-lembaga XXXIll/MPRS/1967 tentang Pencabutan
Tinggi Negara. Kekuasaan Pemerintahan Negara dari
2. Tap. MPR/S yangdinyatakan tetap berlaku Preslden Soekarno.
dengan beberapa ketentuan, contoh: Tap • Bardasarkan Tap. No. l/MPR/2003,
No. XX\//MPRS/1966 tentang Pembubaran penulis berpendapat bahwa Paska Pemilu
Partal Komunis Indonesia, Pernyataan 2004 MPR tidak diperkenankan untuk
sebagai Organisasi terlarang di Seluruh membuat Tap yang bersifat sebagai peraturan
Wilayah Negara Republik Indonesia dan perundang-undangan. Dengan demlklan Tap.
Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menye- MPR harus dikeluarkan dari hlrarkl peraturan
barkan atau Mengembangkan Faham atau perundang-undangan. Adapun dalam kerang-
Ajaran Komunls/Marxisme-Leninisme, ka pelaksanaan tugas dan wewenang MPR
dinyatakan tetap berlaku. Dengan ketentuan sebagaimana diperintahkan konstitusi, penulis
seluruh ketentuan dalam Ketetapan MPRS berpendapat, bahwa Ketetapan MPR tetap
itu kedepan djberlakukan dengan diperlukan, tetapl dengan catatan harus
berkeadilan dan menghormatl hukum, dikembalikan kepada fungsl awal, yaitu
prinsip demokrasi, dan HAM. sebagai keputusan administratif.^^
3. Tap. MPR/S yang tetap berlaku sampai
dengan terbentuknya pemerintahan hasll
3. Keputusan Presiden yang Bersifat
Pemllu 2004, antaralain Tap. No. IV/MPR/
"Mandiri"
1999 tentang GBHN 1999-2004
4. Tap MPR/S yang tetap berlaku sampai Dalam penelitan yang dilakukan oleh A.
dengan terbentuknya UU, antaralain Tap. Hamid S. Atlamimi, dalam kurun waklu Pellla
No. lll/MPR/2000 tentang Sumber Hukum l-Pelita IV, terdapatbanyak Keputusan Presiden

®Uhat Pasal IAturanTambahan UUD Negara Rl 1945. Di samping itu, kewenangan MPRuntuk menetapkan
garls-garis besar daripada haluan negara, sebagaimana disebut dalam Pasal 3 UUD 1945 dihapuskan.
Kewenangan Inilah yangoleh beberapa kaiangan dijadkan sebagai salahsatudasarlegalitas Ketetapan MPR.
** Sebagai bentuk hukum untuk pengangkatan dan pemberhentlan Presiden dan/atau Wakil Presiden.

55
yang berisi materi pengaturan yang bersifat (1) yang menegaskan DPR sebagai
mandiri,^® dalam arti tidak dimaksudkan untuk pemegang kekuasaan membentuk Undang-
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Undang. Demikian puia Pasal 5 ayat {1)
atau Peraturan Pemerintah. Praklik tersebut diubah menjadi Presiden berhak mengajukan-
mungkin dapat dibenarkan dengan alasan Rancangan Undang-Undang kepada DPR.
bahwa Presiden pada saat itu memang "Mengingat bahwa pada Perubahan
memegang kekuasaan membentuk Undang- Pertama UUD 1945 tersebut cabang kekuasa
Undang/® Dengan demikian, Presiden itu an iegislatif {membentuk Undang-Undang)
seiain sebagai eksekutif Juga mempunyai secara tegas dipindahkan dari Presiden
kedudukan sebagai legisiatif/' kepada DPR," maka-logika yang mungkin
Pengaturan demikian menimbulkan dapat dijadikan pertimbangan pembenar
berbagai persoaian; perfama, kekuasaan terhadap eksistensi Keputusan Presiden yang
Presiden menjadi demikian kuat, termasuk mengatur secara mandiri tersebut dengan
menentukan isi suatu Undang-Undang; kedua: sendirinya tidak dapat diterima iagi.®' Pada
ketentuan ini sangat mengendurkan kemauan prinsipnya Presiden bukan iagi pemegang
DPR untuk menggunakan hak inisiatifnya kekuasaan utama dalam pembentukan
mengajukan Rancangan Undang-Undang;"" Undang-Undang. Presiden hanya diberi hak
ketiga: seolah-oiah setiap Rancangan untuk mengajukan Rancangan Undang-
Undang-Undang harus disetujui dan DPR Undang.
harus menyetujui sesuai kehendak peme Dengan deniikian, tidak dibenarkan iagi
rintah, khususnya Presiden/® adanya peraturan untuk kepentingan
Untuk memuiihkan-kedudukan DPR pengaturan yang dibuat oleh Presiden atau
sebagai pemegang kekuasaan iegislatif dan Pemerintah secara mandiri. Semua peraturan
dalam rangka checkand balances, diadakaniah di bawah Undang-Undang hanyalah merupakan
perubahan terhadap ketentuan Pasal 20 ayat peiaksanaan iebih ianjut dari Peraturan Dasar

^ A. HamldAttamimi, Peranan Keputusan Presiden... op.cit,him. 368-371.


^ Jimiy Asshiddicje, Tata Unit... op.cit,him. 4-5.
" Perhatikan Pasal 4ayat (1) dan Pasai 5 ayat (1) UUD 1945 (sebeium amandemen). Pasai 4 ayat (1)
menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menumt Undang-
Undang Dasar. Selanjutnya Pasal 5ayat (1) menyebutkan, Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-
Undang dengan persetujuan Dewan Penwakilan Rakyat. Terhadap pasal ini, kemudian Soepomo memberikan
penjelasan yang berbunyi: "Kecuali executive power, Presiden bersama-sama dengan DPR menjaiankan
/eg/s/a&Vepowerdalam negara."
" Menumt datayang dhimpun oleh Mas Soebagio, sejak Proklamasi 17Agustus 1945 sampai akhir 1974,
terdapat sekitar766 Undang-Undang yang disahkan. Dari jumlah tersebut, yang merupakan usui inisiatif DPR
hanya 23buah (3 %) saja. Mas Soebagio, Aneka Masalah Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Bandung:
Alumni, 1976), him. 82-83.
« Baglr Manan, DPR, DPD, danMPR dalam UUD 1945 Bam (Yogyakarta: FH Ul! Press, 2003), him. 21.
Pasai20 ayat(1) jo. Pasai 5 ayat(1) UUD 1945.
JlmlyAsshiddiqie, TataUrut ...op.cit, him. 8.

56 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MEI2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

(UUD) dan Undang-Undang. pengaturan pelaksanaan administrasi negara


Satu-satunya peraturan yang berisi dan administrasi pemerintahan.
pengaturan yang mandiri hanyalah Peraturan Khusus untuk Kepres yang bersifat
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, di mengatur sebagai deiegasian dari Undang-
mana dari segi isinya seharusnya dituangkan Undang atau Peraturan Pemerintah, untuk
dalam bentuk Undang-Undang, namun dari meriibedakan dengan Kepres yang bersifar
segi proses pembuatannya ataupun karena penetapan administratif (beschikking), maka
adanya faktor eksternal berupa keadaan hendakiah diberi nama yang berbeda. Di sin!
bahaya atau kegentingan yang memaksa, penulis mengusuikan, untuk Keputusan
maka oleh Presiden ditetapkan Peraturan Presiden yang bersifat regeling dituangkan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam bentuk Peraturan Presiden, sedangkan
(Perpu) yang bersifat mandiri." Perpu tersebut yang bersifat beschikking tetap dalam bentuk
harus diajukan-untuk mendapat persetujuan Keputusan Presiden."
DPR menjadi UU dalam persidangan DPR Keputusan Presiden yang bersifat
yang berlkut, dan apabiia tidak disetujui harus beschikking tidak termasuk peraturan
dicabut kembaii oieh Presiden." perundang-undangan, tetapi ia tergoiong
sebagai Keputusan TMa Usaha Negafa.
4. Keputusan Presiden yang bersifat Dengan demiklan terhadap keputusan jenis
ini dapatdiajukan gugatan ke Pengadiian Tata
"Menetapkan" dan "Mengatur"
Usaha Negara. Hal ini dimaksudkan agarjenis
Meski Presiden tidak diperkenankan lagi peraturan perundang-undangan tersebut
untuk mengeluarkan Kepres yang bersifat mudah dikenal dan sekaiigus dibedakan,
"mandiri", tetapi Presiden masih memiiiki sehingga tidak memblngungkan masyarakat.
kewenangan untuk mengeluarkan peraturan Keputusan Presiden yang bersifat administra
yang bersifat rhengatur sebagai delegasi dari tif tidak dapat dikategorikan sebagai peraturan
Undang-Undang. Peraturan itu dapat berupa perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Dalam kerangka untuk menertibkan
Presiden. Dalam Tap. No. lii/MPR/2000 peraturan yang dibuat oleh Presiden terdapat
disebutkan bahwa Keputusan Presiden yang pemikiran untuk melebur Keputusan Presiden
bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk (Peraturan Presiden) ke daiam Peraturan
menjaiankan fungsi dan tugasnya berupa Pemerintah." Hai ini dimaksudkan untuk

" Ibid., him. 9.Di Negeri Belanda memang hanya dikenal "Konlrikelijk Besiuif. Tidak ada"Koninkelijk
Verordening". Hal ini berkaitan dengan pembatasanwewenang Raja atau Ratu yang tidak menjaiankan tanggung
jawab penyelenggaraan pemerintahan. Pihak yang menjaiankan pemerintahan adalah kabinet. Meskipun Raja
atau Ratu di sini menandatangani AmvB (serupa PR) tetapi pemerintah disini adalah "kablnef.
"Pasal 22 ayat (1), (2), dan (3)'UUD 1945.
Bandingkan dengan Bagir Manan, Teori dan Politik... op.cit, him. 141, dan JimlyAsshiddiqie, Tata Umt
...op.cit., him. 5.
" Abdul Razak dan M. Guntur Hamzah, "Tanggapan atas Laporan Akhir Kajian tentang Peninjauan

57
mengurangi kekuasaan Presiden dalam Menterl, Keputusan Menterl, dan Keputusan
membual peraturan perundang-undangan. Bersama Menteri.®® Sistem peraturan perundang-
Menurut Bagir Manan, bentuk Peraturan undangan Indonesia tidak mengatur secara jelas
Presiden tetap diperlukan selama Peraturan tentang jenis produk hukum yang dikeluarkan
Pemerintah dibatasi hanyauntuk meiaksanakan oleh Menterl.^^ Akibatnya tidak ada kesatuan
Undang-Undang. Peraturan Presiden dapat bentuk produk hukum yang dipergunakan. Ada
dihilangkan kalau fungsi PeraturanPemerintah kementerlan yang menggunakan bentuk
diperluas tidak hanya meiaksanakan UU, hukum "Peraturan", tetapl adayang rhenggunakan
melainkan juga untuk mengatur adminlstrasi bentuk hukum "Keputusan". Keputusan Bersama
negara pada umumnya ® Untuk keperluan Inl Menterl biasanya dipergunakan untuk mengatur
tentunya diperlukan amandemen terhadap hal-halyang mellntasi batas kewenangan ieblh
Pasal5ayat{2) UUD1945. darl satu kementerlan.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, MeskI demiklan, dlakul-bahwa setlap
Presiden menjalankan fungsi (bahkan kementerlan pasti mengeluarkan peraturan
memlmpin) penyelenggaraan pemerintahan untuk mengatur teknispelaksanaan keglatannya
(adminsltrasi negara). Adminlstrasi negara dalam llngkup departemen atau tugasnya
menjalankan wewenang mengatur (regelen) maslng-maslng. Untuk Itu, maka diperlukan
dan menjalankan pemerintahan (bestiren). adanya suatu bentuk hukum tertentu yang
Presiden sebagal adminsltrasi negara dapat menjadi wadah bagi kebijakan tiap-tlap
membuat aturan adminlstrasi untuk menjalankan menterl. Sebagal pembantu Presiden dalam
fungsi adminlstrasi negara." meiaksanakan tugas pemerintahan, maka
menteri sayogyanyajuga memiiiki kewenangan
membentuk peraturan sebagalmana Presiden.
5. Peraturan/Keputusan Menterl dan
Peraturan tersebut diperlukan untuk
Lembaga Pemerintahan Setingkat
meiaksanakan lebih lanjut kebijakan yang
Menterl
telah digarlskan oleh Presiden.
Dalam praktik ketatanegaraan, setldaknya Dalam hirarki peraturan perundang-
kita menjumpai tigajenis produk hukum yang undangan yang diatur Tap. No. lli/MPR/2000
dikeluarkan oleh menterl, yaltu Peraturan tidak disebut Keputusan (Peraturan) Menterl.

terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS danMPR Tahun 1960-2002", Makaiah dalam DiskusI
Panel Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR Rl Tahun 1960-2002,
Keijasama Setjen MPR-RI dengan UGM, 6 Hotel Plaza Yogyakarta, 26 Mel 2003, him. 5,
" BaglrManan, Teoridan Pclltlk... loc.cit.
" Ibid.
" Keputusan Bersama Menteri blasa disebut dengan Surat Keputusan Bersama (SKB).
Pasal 4 ayat(2) Tap. Nomor lll/MPR/2000 hanya menyebutkan: "Peraturan atau Keputusan Mahkamah
Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Menteri, Bank Indonesia, Badan, Lembaga, atau komlsl yangsetingkat
yang dibentuk oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yangtermuat dalam perundang-
undangan Inl".

56 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. ME! 2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urufan...

Sepintas lalu berdasar Tap. MPR tersebut, dikeluarkan oleh menteri: (1) Peraturan
seolah-olah menteri sebagai pejabat administrasi Menteri-, dipergunakan untuk memberi bentuk
negara tidak berwenang membuat keputusan, tiukum kebijakan menteri yang bersifat
baik yang mengatur atau menerapkan. Tetapi, pengaturan (regeling), sebagai tindak lanjut
bila dikaji lebih teliti, secara tidak langsung dari pelaksanaan Peraturan Pemerintati dan
Pasal 4ayat (3) Tap. No. lll/MPR/2000 mengakui Peraturan Presiden; (2) Keputusan Menteri;
keberadaan Peraturan dan Keputusan Menteri. dipergunakan untuk kebijakan menteri yang
Dalam kaitan ini, Bagir Manan memberikan bersifat penetapan administratif (bescbikking).
catatan; Jenis Keputusan Menteri yang pertama dapat
"Dalam sistem ketatanegaraan di digolongkan ke dalam peraturan perundang-
manapun, wewenang menteri membuat undangan, sedangkan keputusan yang kedua
peraturan (administratif) diakui dan termasuk ke dalam kategori Keputusan Tata
mempunyai slfat peraturan perundang- Usaha Negara. Pembagian jenis keputusan
undangan. Menteri seiain sebagai pejabat di atas, juga berlaku bagi Lembaga Pemerintahan
publik adalati pejabat administrasi negara. Setingkat Menteri. Dengan demikian, lembaga
Sebagai pejabat administrasi negara, inipun juga dapat mengeluarkan keputusan
menteri -untuk melaksanakan tiak dan dalam bentuk Peraturan dan Keputusan
kewajiban atau wewenang departemennya- sebagaimana yang dikeluarkan menteri.
berhak membuat aturan-aturan. Wewenang Untuk Keputusan Bersama Menteri,
mengatur ini dapat bersumber dari atribusi, sebaiknya tidak dipergunakan lagi. Apabila
delegasi, mandat, atau dasar kebebasan ingin mengatur tial-tial yang melintasi batas
bertindak (freiesermessen, discretion, dis- kewenangan beberapa menteri, maka produk
cretionaiy powers). Berdasarkan aneka hukumnya dapat diwujudkan dalam bentuk
ragam sumber wewenang mengatur Peraturan Presiden (Keputusan Presiden),
tersebut, maka pengertlan mengatur tidak dengan alasan bahwa Presiden adalah kepaia
hanya terbatas pada peraturan perundang- pemerintahan yang membawahi para menteri.
undangan, tetapi juga termasuk Peraturan
Kebijakan (beleidsregel), dan berbagai
6. Wewenang Lembaga Negara Lain
bentuk keputusan yang bersifat umum
Membentuk Peraturan
lainnya. Kumpulan dari aneka ragam ini
di Belanda dinamakan "besiuiten van Di dalam Pasal4 ayat(2) Tap. No. lil/MPR/
aigemene strekking''.^^ 2000 dijelaskan, Peraturan atau Keputusan
Berdasarkan uraian di atas, penulis Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa
mengusulkan dua bentuk keputusan yang Keuangan, Bank Indonesia, badan, lembaga

Bagir Manan, "Tertib Peraturan Perundang-undangan Menurut Ketetapan MPR Rl Nomor lil/MPR/
2000," Material Course Hukum Pemdang-undangan. Jakarta, 2000, him. 12.
Diberi bentuk hukum Peraturan Presiden apabila bersifatperaturan perundang-undangan atau K^utusan
Presiden apabila menipakan keputusan yang bersifat penetapan {bescbikking).

59
atau komisi yang setingkalyang dibentuk oleh b. Dewan Perwakiian Rakyat dan Dewan
pemerintah tidak boleh bertentangan dengan Perwakilan Daerah
ketentuan yang termuat dalam tata urutan DPR sebagai iembaga leglslatif memiliki
peraturan perundang-undangan ini. kekuasaan untuk membentuk peraturan
Ketentuan di atas menimbulkan perundang-undangan dalam bentuk Undang-
pertanyaan: (1) apakah Peraturan danKeputus- Undang bersama-sama dengan Presiden.
an lembaga-lembaga di atas termasuk ke Undang-Undang adaiah aturan tingkah iaku
dalam kategori peraturan perundang- yang dibentuk oleh DPR dan disahkan oleh
undangan? Apakah yang dimaksud dengan Presiden. Rumusan demikian sebagai
badan, lembaga atau komisi yang setingkat konsekuensi dari Perubahan Pertama UUD
yang dibentuk oieh pemerintah? Terhadap 1945yang mengubah wewenang membentuk
pertanyaan di atas, khusus terkait dengan UU dari Presiden ke DPR. Perubahan
Peraturan dan Keputusan Menteri teiah dibahas wewenang membentuk UU itu semestinya
pada penjeiasan sebelumnya. membawa konsekuensi perubahan format
Adapun status produk hukum yang Undang-Undang, di mana frase "Presiden
dikeluarkan oleh iembaga negara lain selain Republik Indonesia"®^ yang mengawali setiap
Presiden dan Menteri dapat dijelaskan di Undang-Undang hendaknya digantl dengan
sebagai berikut: "Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indone
sia". UU ini memiliki oakupan yang luas,
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
karena pada dasarnya segala sesuatu dapat
MPR berwenang untuk mengubah dan
diatur dengan UU, keouali terhadap hal yang
menetapkan UUD sebagai pelaksanaan tugas
telah ditetapkan diatur dengan peraturan lain.®®
konstitusionainya." Dengan demikian MPR
Dalam hai materi yang akan menjadi
dapat membentuk peraturan perundang-
muatan suatu RUU berkaitan dengan otonomi
undangan, yaitu daiam bentuk hukum "UUD
daerah, hubungan pusat dan daerah;
dan Perubahan UUD." Di samping itu, sebagai-
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
mana dijelaskan di depan, MPR juga dapat
daerah; pengeloiaan sumber daya alam dan
mengeluarkan Ketetapan atauperaturan MPR,
sumber daya ekonomi iainnya, serta perimbangan
sebagai pelaksanaan dari tugas konsti-
keuangan pusat dandaerah, Dewan Perwakiian
tusionainya yang iain.®^
Daerah (DPD) turut serta dalam pembahasan
RUU tersebut.®®

Rasa! 3 ayat (1) jo. Pasal 37 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945.
" Pasal 3 ayat (2) dan (3) serta Pasal 8 ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945. Ketetapan MPR tersebut
meipaJan)<^xitusana±niBtiatiff)esc/?Mng), sedangkan Peraturan MPR mempakan peraturan yang sifatnya
interne regelingen. Keduanya tidak tergolong peraturan perundang-undangan.
Frase ini menunjukkan Presiden yang membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
^ Bagir Manan, Teoridan Politikop.cit, him. 138.
Pasai22DAyat(2)UUD1945.

60 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. ME! 2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

Seperti halnya MPR, DPR dan DPD-juga praktik. SEMA bukanlah peraturan.perundang-
memiliki kewenangan. untuk membuat undangan, la leblh merupakan peraturan yang
peraturan yang sifatnya interne regelingen. sifatnya interne regelingen atau sebagai
Peraturan demikian tidak termasuk ke dalam bentuk hukum darl kewenangan diskresi yang
jenis peraturan perundang-undangan. dimlllkl oleh Mahkamah Agung. R. Soebektl
c. Mahkamah Agung dan Mahkamah pernah menegaskan bahwa SEMA bukanlah
Konstitusi
sumber hukum, karena Itu la tidak menglkat.
MA dan MK merupakan lembaga negara Kedudukan SEMA hanya anjuran atau saran
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman. kepada para pengadllan, bukan kepada para
hakim."
MK adalah lembaga baru yang dibentuk
setelah Perubahan Ketiga UUD 1945.®' MA d. Badan Pemerlksa Keuangan
oleh Undang-Undang diberi wewenang SebagatmanaDPRdan MA, BPK sebagai
menetapkan Peraturan Mahkamah Agung suatu lembaga yang kedudukan dan
(Perma).®® Perma adalah semacam aturan wewenangnya diatur dl dalam UUD," juga
kebijakan yang ditujukan kepada aparaturnya memiliki kewenangan untuk membuat
sendirl dan diadakan untuk melancarkan pengaturan yangberslfat interne regelingen atau
pekerjaan peradllan. Sebagai aturan yang merupakan Peraturan Kebijakan (beleidsregel,
menyerupal aturan kebijakan, Perma tidak policy njle). Kewenangan membuat ketentuan
berada dalam tata urutan peraturan perundang- tersebut merupakan kewenangan yang
undangan, karena Itu tidak diuji terhadap dimlllkl oleh setiap lembaga.
peraturan perundang-undangan, melalnkan
e. Bank Indonesia
dengan asas-asas umum peraturan perundang-
Bl adalah badan negara (dalam UU
undangan dan pemerlntahan yang balk, seperti
disebut lembaga negara) yang Independen
asas melampaui wewenang, asas kewenangan,
yang berfungsl sebagai bank sentral. Bl
dan laln-lain.®®
berwenang mengeluarkan Peraturan Bank
Di samping Perma, dalam praktik MAjuga
Indonesia yang mated muatannya mempunyal
membuat pengaturan yang dlwujudkan dalam
sifat sebagai peraturan perundang-undangan."
bentuk Surat Edaran Mahkamah Agung
Menurut Baglr Manan, mesklpun Bl
(SEMA). Istllah SEMA Inl tidak dijumpai dl
adalah "independent agency", bahkan disebut
dalam sistem peraturan perundang-undangan/®
lembaga negara, tetapl fungsl Bl dillhat dad
tetapl la tumbuh dan berkembang dl dalam
fungsl-fungsl negara secara hakiki masuk

" KeberadaanMK dikukuhkandengan dlsahkannya UU No. 25Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi.


Pasal 79 UU No. 14 Tahun 1985 tentangMahkamah Agung.
Baglr Manan, Teori dan Politlk ...op.cit., him. 148.
" JimlyAsshiddlqie, Tata Urut ...op.cit, him. 1.
" Budiman 8. Sagaia, Tugasdan WewenangMPR dlindonesia {Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), him. 243.
" Pasal 23 E, Pasal 23 F, dan Pasal 23 G UUD 1945.
" UU Nomor23 Tahun1999tentang BankIndonesia.

61
dalam fungsi pemerintahan atau administrasi dan keputusan lembaga-lembaga tersebut
negara. Karena itu, Peraturan Bl pada termasuk ke daiam kategori peraturan
dasarnya adalah peraturan administrasi perundang-undangan? Dan apakah yang-
negara. Untuk menguji Peraturan Bi tidak dimaksud dengan badan, lembaga, atau
menggunakan prinslp tata urutan peraturan komisi yang setingkat yang dibentuk oieh
perundang-undangan, melainkan pada pemerintah?
ukuran wewenang. Sepanjang peraturan Menurut penulis, berdasarkan pada kajian
tersebut dalam wewenang Bi, maka semua diatas,jenisperaturan yangtermasuk kedalam
peraturan administrasi iain mesti dikalahkan. peraturan perundang-undangan adalah
Demikian juga sebaliknya, kaiau Peraturan Bi Peraturan Menteri dan Peraturan Lembaga
melanggar batas wewenang dan bertentangan Pemerintahan Setingkat Menteri.'^ Sedangkan
dengan peraturan administrasi lainnya (mulai peraturan atau keputusan lembaganegara iain
dari PP dan seterusnya) harus dibatalkan.^^ (termasuk di daiamnya Keputusan Menteri
Di samping daiam bentuk Peraturan, BI dan Keputusan Lembaga Pemerintahan
juga menggunakan bentuk hukum iain dalam Setingkat Menteri) bukan termasuk ke dalam
memberikan aturan terhadap dunia perbankan, hirarki peraturan perundang-undangan.
yaitu Surat Edaran Bank Indonesia (SEBi). Peraturan dan Keputusan jenis terakhir ini
Menurutpandangan penulis, balk peraturan BI iebih dekat kepada peraturan yang bersifat in
maupun SEBI, masing-masing merupakan terne regeiingen atau sebagai Peraturan
peraturan yang bersifat internal. Art'nya khusus Kebijakan (beieidsregei).
mengatur dunia perbankan. Dengan demikian,
kedua jenis aturan tersebut tIdak dapat
7. Peraturan Gubernur, Bupati/Walikota,
dikategorikan sebagai peraturan perundang-
dan Kepala Desa
undangan, tetapi iebih merupakan interne
regelingen atau beleidsregel. Di dalam Tap. No. ill/MPR/2000 dijelaskan
Berdasar ulasan di atas, penulis meniiai bahwa Peraturan Daerah adalah peraturan
bahwa ketentuan Pasai 4 ayat (2) Tap. Nomor untuk meiaksanakan aturan hukum di atasnya
iil/MPR/2000 yang menyebut adanya jenis dan menampung kondisi khusus dari daerah
hukum peraturan dan keputusan pada yang bersangkutan. Peraturan Daerah ini terdiri
beberapa lembaga negara (Menteri, MA, BPK, dari:
Menteri, Bi, badan, lembaga atau komisi yang a. Peraturan Daerah Provinsi, dibuat oieh
setingkat yang dibentuk oleh pemerintah) Dewan Perwakiian Rakyat Daerah
mengandung beberapa kelemahan. Di sini Provinsi bersama dengan Gubernur;
dapat dipertanyakan, apakah jenis peraturan b. Peraturan Daerah Kabupateh/Kota, dibuat

BagirManan, Teori danPolitik ...op.cit, him.148-149.


Dalam pemahaman penulis, pengertian 'badan, lembaga atau komisi setingkatyang dibentuk pemerintah"
adalah lembaga pemerintahanyang setingkatdengan menteri, yang biasa dsebut dengan Lentaga Pemerintahan
Non Departemen (LPND). Bandingkan dengan JImiyAsshiddiqIe, Tata Uait ...op.c/f., him. 12.

62 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MEI2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah b. Keputusan; jenis ini merupakan bentuk
Kabupaten/KotabersamaBupati/Walikota; dari keputusan administrasi, atau yang
dan biasa disebut sebagai Keputusan Tata
c. Peraturan Desaatau yang setingkat, dibuat Usaha Negara.
oleh Badan Perwakilan Desa atau yang
setingkat.
Hirarki Peraturan Perundang-Undangan
Perda merupakan jenis peraturan
Indonesia
perundang-undangan yang disebut paling
akhir di dalam Tap. No. lll/MPR/2000. Hal ini Di samping dalam hal jenis peraturan
tidak berarti bahwa dl bawah Itu tidak terdapat perundang-undangan, sistem perundang-
peraturan perundang-undangan lainnya.'® undangan Indonesia juga menylsakan
Untuk melaksanakan Perda, Kepala Peme- persoalan-persoalan lain, yaitu terkait dengan
rintahan yang bersangkutan juga diberi tata urutan (hlrarki) peraturan perundang-
wewenang untuk membuat peraturan yang undangan. Tata urutan (hlrarki) peraturan
bersifat pelaksanaan. Oleh karena itu, blla perundang-undangan in( penting karena
Presiden berwenang mengeiuarkan Peraturan berpengaruh terhadap derajat kekuatan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, maka maslng-masing peraturan perundang-
Gubernur, Bupatl/Walikota, dan Kepala Desa undangan. Pasal 4 Tap. No. ill/MPR/2000
juga berwenang mengeiuarkan Peraturan menyebutkan:
Gubernur, Peraturan Bupati/Walikota, dan "Sesuai dengan tata urutan perundang-
Peraturan Kepala Desa sebagal pelaksanaan undangan Ini, maka" setiap aturan hukum
terhadap peraturan yang lebih tinggi tersebut" yang lebih rendah tidak bolehbertentangan
Dengan demiklan, Gubernur, BupatI/ dengan aturan hukum yang lebih tinggi".
Walikota, dan Kepala Desadapat mengeiuarkan Pengaturan di atas sesuai dengan asas
duajeniskeputusan tertulis, yaitu dalam bentuk: peraturan perundang-undangan yang
a. Peraturan: jenis jnilah yang merupakan mengatakan: "lex superiore deregat lex
bagian darl hlrarki peraturan perundang- infiriore" (hukum yang lebih tinggi mengalahkan
undangan, sehingga dapat diuji berdasarkan hukum yang tlngkatannya di bawahnya). Hal ini
sistem peraturan perundang-undangan. dimaksudkan agar tercipta kepastian hukum
Peraturan Kepala Daerah ini dimaksudkan daiam sistem peraturan perundang-undangan.
untuk melaksanakan Peraturan Daerah Ajaran tentang tata urutan (hirarki) peraturan
sesuai dengan tlngkatannya maslng- perundang-undangan demikian mengandung
maslng. beberapa prinsip:'®
" Menumt ketentuan Pasal 69dan 72ayat(1) UU Nomor22Tahun 1999 tentang Pemeiintahan Daerah,
produk hukum daerah terdiri dari duamacam, Pertama, Peraturan Daerah yang ditetapkan bersama oleh
Kepala Daerah dan Dewan Penwakilan Rakyat Daerah (DPRD); Kedua, Keputusan Kepala Daerah yang
dikeluarkan oleh Kepala Daerah.
" JimlyAsshiddiqie, Tata Urut ...op.c/f., him. 8.
" Bagir Manan, Teori dan Politik ...op.cit,him. 133. Bandingkan dengan Hans Kelsen.Trans. Anders
Wedberg, General Theory of law and Sfafe (New York: Russel and Russel, 1973), him. 133.

63
1. Peraturan perundang-undangan tingkat UU. Seialn itu, UU jugamustahii dapatdijadikan
lebih rendah harus bersumber atau sebagai pedoman daiam penyusunan setiap
memiliki dasar hukum dari suatu peraturan Perpu, karena daiam praktik, sangat mungkin
perundang-undangan tingkat lebih tlnggi. pemerintah terpaksa menetapkan Perpu untuk
2. isi atau muatan peraturan perundang- mengubah UU yang teiah ada sebeiumnya.'^
undangan yang iebih rendah tidak boleh Secara teoritis aturan ini juga kurangtepat,
menyimpangi atau bertentangan dengan karena hakikatnya muatan Perpu samadengan
peraturan perundang-undangan yang UU dan memiliki kedudukan yang sejajar. Biia
lebih tinggi tingkatannya. tidak sejajar, bagalmana mungkin Perpu bisa
Biia dikaji secara mendalam, hirarki mencabut UU? Perpu dapat mencabut UU
peraturan perundang-undangan, sebagaimana karena kedudukan Perpu setingkat dengan
diaturTap. No. iil/MPR/2000, masih menyisakan UU. Perpu posisinya menggantikan UU dalam
beberapa masaiah mendasar. Beberapa kondisi kegentingan yang memaksa.®"
masalah tersebut akan diuraikan di bawah ini; Demikian juga, daiam praktik Tap. MPR
No. Iil/MPR/2000 di atas tidak beriaku. Hal ini
1. Kedudukan Peraturan Pemerintah
terbukti dengan banyaknya Perpu yang
Penganti Undang-Undang (Perpu)
mencabut atau menggantikan UU. Sebagai
Menurut Tap. MPR No. iii/MPR/2000, contoh, Perpu No. 2 Tahun 2000 tentang
dalam hirarki peraturan perundang-undangan Kawasan Perdagangan Bebasdan Pelabuhan
Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti Bebas Sabang mencabut UU sebeiumnya
Undang-Undang (Perpu) diletakkan pada yang mengatur bahwa Sabang sebagai
nomor urut keempat di bawah Undang- pelabuhan tertutup.®^
Undang. Hal ini dapat menimbuikan penafsiran Mengapa Perpu harus berkedudukan
seakan-akan kedudukan Perpu itu di bawah sederajat dengan UU? Pertama, materi
UU.
muatan yang diatur Perpu semestinya diatur
Aturan tersebut, balk secara yuridis, teoritis, dengan UU. Kedua, Perpu adalah caradarurat
maupun praktis tldak dapat diterima. Menurut untuk membentuk, mengubah, mengganti
Yusril, secara yuridis penempatan Perpu di atau mengesampingkan suatu UU. Untuk
bawah. UU bertentangan dengan ketentuan mencegah penyaiahgunaan yang dapat
Pasai 22 UUD 1945 beserta Penjelasannya, menimbuikan kekacauan hukum, ditentukan
bahwa Perpu mempunyal kedudukan yang syaratformal dan materiel yang kuat.®^ Syarat
sama dengan UU. ini berarti Perpu tidak bisa formal adalah "sifat kesementaraan." Sebagai
diletakkan pada posisi satu tingkat di bawah "UU" yang dikeiuarkan Presiden pada saat

" Yusril Ihza Mahendra, "Problematika Sekitar Perpu", harian Republika, 8-9September 2000.
®Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 menegaskan: "Dalam hal ihwal yang memaksa, Presiden berhak menetapkari
PeraturanPemerintahsebagai PenggantiUndang-Undang".
^ Materi Kuliah IKapita Selekta Hukum Tata Negara, pada Program Maguster ilmu Hukum Ull, sebagaimana
disampaikan oiehMoh. Mahfud MD., pada tangga! 18Oktober 2002.
^ Bagir Manan, Tertib Peraturan ...op.cit, him. 11.

64 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MB! 2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

"genting", maka Perpu ilu harus mendapatkan perundang-undangan hanyalah Undang-


persetujuan dari DPR dalam persidangan Undang Dasar dan Perubahan Undang-
berikutnya.®^ Apabila tidak mendapatkan Undang Dasar.
persetujuan, maka Perpu itu harus dicabut®''
3. Kedudukan Peraturandan Keputusan MA,
Syarat material -in! yang pokok dan
BPK, Bl, Menteri, dan Lembaga lain yang
konstitutif- adalah harus dapat menunjukkan
Setingkat yang Dibentuk oleh Pemerintah
secara nyata "kegentingan yang memaksa"®®
sebagai dasar materiel lahirnya wewenang Pasai 4 ayat (2) TAP Nomor ill/MPR/2000
membuat Perpu. Tanpa "hal ihwal kegentingan menyebutkan:
yang memaksa" Presiden tidak berwenang "Peraturan atau Keputusan Mahkamah
menetapkan Perpu.®® Agung, Badan Pemeriksa Keuangan,
Menteri, Bank Indonesia, Badan, Lembaga,
2. Kedudukan Ketetapan MPR atau Komisi yang setingkat yang dibentuk
Mengingat bahwa paska Pemiiu 2004 oleh pemerintah tidak boieh bertentangan •
dimungkinkan tidak akan dijumpai iagi dengan ketentuan yang termuat dalam
Ketetapan MPR daiam sistem peraturan perundang-undangan ini."
perundang-undangan Indonesia, maka Ketentuan di atas menegaskan bahwa
kedudukan hirarki Ketetapan MPR yang Peraturan dan Keputusan MA, BPK, Menteri,
diietakkan di bawah UUDdan Perubahan UUD (Gubernur?) Bi, serta Peraturan dan Kepu
dengan sendirmya akan hilang dari hirarki tusan Badan, Lembaga ataupun Komisi yang
peraturan perundang-undangan. Produk setingkat (Menteri?) tidak boleh bertentangan
hukum MPR yang bersifat sebagai peraturan dengan peraturan perundang-undangan (UUD

®®Pasa! 22 ayat (2) UUD 1945.


" Pasai 22ayat (3) UUD 1945. Ketentuan UUD tersebut cfpertegas lag! dalam Pasai 3ayat (4) Tap. Nomor
lli/MPR/2000: "Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dibuat oleh pemerintah dalam ha! ihwal
kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut: (a) Perpu harus dajukan keDPR dalam masa
persidangan yang berikut; (b) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan;
(c) jika ditolak DPR, Perpu tersebut harus dioabut." Mengenai siapayang akan mencabut Perpu yang ditolak
oleh DPR, menjadi masaiahyang cukupproblematik. LihatYusril Ihza Mahendra, loc.dt
Menurut Bagir Manan, kegentingan yang memaksa harus menunjukkan: (1) adakrisis yang menimbulkan
bahaya atau hambatan secara nyataterhadap kelancaran menjalankan fungsi pemerintahan. Hambatan ini
bersumber pada peratutan perundang-undangan yangada atau karena suatu kekosongan yang bersifat
sangatmendesak danharus dpecahkan dengan sangatsegera. Krisis itu memeriukan pengaturan segerapada
tingkatan Undang-Undang. (2) Materi muatan Perpu hanya terbatas padapeiaksanaan fungsi pemerintahan
(administrasi negara). Perpu tidak dapat mencakup bidang ketatanegaraan {staatsrechtelijk).
Hal-hal yang berkaitan dengan kelerrtagaan negara, seperti soal-soal peradilan tidak boieh diaturdengan
Perpu. (3) Perpu hanya dapatditetapkan padasaat DPRsedang tidak bersidang (reses). Apabila DPR dalam
masabersidang, Presiden dilarang menetapkan perpu. Bagir Manan, Teori danPolitik...op.c/f., him. 139-140.
®® Suatu Perpu yang ditetapkan tanpa secaranyata menunjukkan "kegentingan yang memaksa" adalah
batal demi hukum karena dibuat tanpawewenang {onbevoegd).

65
sampai dengan Perda). Pengaturan demikian Menteri, sehingga pembuatan dan
menurut Jimly Asshiddiqie menimbulkan penetapan Perda di daerah-daerah
beberapa masalah, antara lain:®^ tidak perlu mengacu kepada pedoman
a, Apakah Peraturan dan Keputusan yang ditetapkan oleh Menteri.
yang diletapkan oleh lembaga tinggi Masalah-masalah di atas, dapat disele-
negaraseperti MA dan BPK dianggap saikan tentunya dengan memperbaiki Tap.
sederajat dengan Peraturan dan Nomor lll/MPR/2000. Dalam hal ini kedudukan
Keputusan yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga harus diperjelas,
Menteri, B!,.dan bahkan badan, termasuk juga status peraturan yang
Lembaga, atau Komisi sederajatyang dikeluarkannya. Menurut penulis, sebagai-
dibentuk oleh Pamerintah? mana dljelaskan pada sub bab sebelumnya,
b. Apakah Peraturan Mahkamah Agung dari beberapa lembaga tersebut, yang
dan Peraturan Badan Pemeriksa berwenang untuk mengeiuarkan keputusan
Keuangan tidak boleh bertentangan tertulis yang bersifat peraturan perundang-
dengan Peraturan Pamerintah, tidak undangan hanyalah Menteri dan Lembaga
boleh bertentangan dengan Keputusan Pemerintahan Non Departemen. Keputusan
Presiden, dan bahkan tidak boleh tertulis tersebut dalam bentuk "peraturan".®®
bertentangan dengan Peraturan Peraturan Menteri dan Peraturan
Daerah Propinsi, Peraturan Daerah Lembaga Pemerintahan Non Depertemen,
Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa? mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut
' 0. Apakah Keputusan Mahkamah Agung dibentuk oleh Presiden, maka peraturan-
dalam menyelesaikan sesuatu perkara peraturan yang dibentuk oleh lembaga-
kasasi tjdak boleh bertentangan lembaga tersebut kedudukannya jelasberada
dengan semua ketentuan perundang- di bawah produk hukum yang dikeluarkan
undangan yang tingkatannya di Presiden. Peraturan perundang-undangan
bawah Undang-Undang? Padahal yang dibuat oleh lembaga-lembaga tersebut
sesuai dengan asas kebebasan merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari
hakim, demi keadilan berdasarkan Peraturan Presiden.Olehkarena itu, peraluran-
Ketuhanan Yang Maha Esa, putusan peraturan tersebut harus mendapalkan atribusi
hakim dapat saja bertentangan dari Peraturan Pemerintah dan/atau Peraturan
dengan Undang-Undang. Presiden.
d. Apakah kedudukan Perda lebih tinggi 4. Peraturan Daerah dan Peraturan Menteri®®
daripada Peraturan atau Keputusan
Sebelum adanya Tap. No. III/MPR/2000,

^ Jimly Asshiddiqie, Tata Urut ...op.cit,him. 12.


^ Keputusan tertulis yang bersifat pengaturan yang dkeluarkan oleh MA, MK, BPK, dan B1 pada dasamya
menjpakan pengaturan yang sifatnya interne regelingen (ditujukan untuk intem lembaga yang bersangkutan)
atau berupa Peraturan Kebijakan {beleidsregel, policyrule).
Peraturan Menteri yang dimaksudkan d sini adalah keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh Menteri
yang bersifat sebagai peraturan perundang-undangan.

66 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. ME! 2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

Peraturan Menteri merupakan instrumen terhadap peraturan perundang-undangan


panting dalam penyelenggaraan pemerlntahan. yang leblh tinggi tidak boleh semata-mata
Setiap Perda hampir semuanya mendasarkan berdasarkan "pertlngkatan", melalnkan juga
pada Peraturan Menteri. Hal ini dikarenakan pada "llngkungan wewenangnya". Suatu
Peraturan Menteri masuk ke dalam hlrarki Peraturan Daerah yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, dan suatu peraturan perundang-undangan tingkat
kedudukannya dl bawati Keputusan Preslden. leblh tinggi (kecuall UUD) belum tentu salah,
Setelah adanya Tap. No. lll/MPR/2000 terjadi kaiau ternyata peraturan perundang-undangan
perdebatan dl seputar kedudukan Peraturan tingkat tinggi yang melanggar hak dan
(Keputusan) Menteri, apakah termasuk wewenang daerah yang dijamin UUD atau
peraturan perundang-undangan atau tidak, Undang-Undang Pemerlntahan Daerah.^°
dan bagalmanakah kedudukannya dalam tata Dalam perspektif yang berbeda, Fajrul
urutan perundang-undangan. Falaakh menllai bahwa penempatan Perda
Pertanyaan dl atas muncul karena dalam pada tingkatan yang terendah dalam
tata urutan perundang-undangan yang diatur hirarklperaturan perundang-undangan masih
Tap. dlatas Peraturan Menteri tIdak dimasukkan. dijiwal oleh mekanlsme hubungan pusat-
Padahal dalam praktik ketatanegaraan, daerah menurut UU No. 5 Tahun 1974 tentang
keberadaan peraturan tersebut sangat penting Pemerlntahan Daerah. Menurut UU No. 22
dalam penyelenggaraan pemerlntahan dl Tahun 1999 tentang Pemerlntahan Daerah,
daerah. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa daerah dapat mengeluarkan peraturan untuk
Peraturan Pemerlntah yang dlamanatkan oleh bidang-bldang yang teiah mengalami
UU untuk dibentuk belum semuanya dibuat, desentralisasl. Dengan demlkian Perda
sehlngga terjadi kekosongan hukum. Di sini berstatus "menggantikan" UU mengeni bidang
Peraturan Menteri berperan penting dalam desentralisasl, khusus untuk daerah yang
mengisi kekosongan tersebut. Untuk Itu, maka bersangkutan. Perda tidak selalu dalam hlrarki
penulls mengusulkan agar Peraturan Menteri paling bawah dalam tata urut peraturan
dimasukkan ke dalam struktur tata urutan perundang-undangan, sehlngga harus
perundang-undangan dan kedudukannya ditundukkan kepada Peraturan Pemerlntah
berada dl bawah Peraturan Preslden. Dengan dan/atau Keputusan Preslden.®^
demlklan, kedudukan Peraturan Daerah Menanggapl pendapat Fajrul Falaakh dl
berada dl bawah Peraturan Menteri. atas, penulls sependapat dengan pandangan
MeskI demlklan, mengingat bahwa Baglr Manan bahwa, meski Perdaberada pada
Peraturan Daerah (termasuk Peraturan Desa) hlrarki terakhir dalam tata urut peraturan
dibuat oleh satuan pemerlntahan yang mandlrl perundang-undangan, pengujiannya terhadap
(otonom), dengan llngkungan wewenang peraturan perundang-undangan yang leblh
yang mandlrl pula, maka dalam pengujiannya tinggi tidak boleh semata-mata berdasarkan

Baglr Manan, Teori danPolltik ...op.cit., him. 142.


Mohammad Fajiul Falaakh. at, al., op.cit, him. 61.

67
"pertingkatan", melainkan jugapada ^ingkungan undangan di mana-mana, antara Perda
wewenangnya". Dengan demikian, bisa jadi Propinsi bisajadi bertentangan dengan Perda
ketika terjadi pertentangan antara Perda Kabupaten/Kota, dan bahkan tidak menutup
dengan PP (atau bahkan dengan UU), Perda kemungkinan akan terjadi pertentangan antara
yang dimenangkan, dengan alasan PP atau Perda Kabupaten/Kota dengan Perda
UU telah melampaui wewenang yang telah Kabupaten/Kota lainnya.
didesentralisasikan kepada daerah otdnom. Untuk itu, penuiis mengusuikan, agar
masing-masing peraturan tersebut dibuat
5. Kedudukan Perda Propinsi, Perda
secara berjenjang. Perda Propinsi menempati
kabupaten/Kola, dan Perdes
posisi tertinggi, diikuti Perda Kabupaten/Kota,-
Pasal 3 ayat (7) Tap. No. lll/MPR/2000 baru kemudian Peraturan Desa. Peiaksanaan
menyebutkan: "Peraturan Daerah merupakan pengaturan demikian tentunya dengan
peraturan untuk melaksanakan aluran hukum memperhatikan kewenangan masing-masing
di atasnya dan menampung kondisi khusus Daerah, sebagaimana dl atur daiam BAB IV
dari daerah yang bersangkutan, terdiri dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Peraturan Daerah Propinsi, Peraturan Daerah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa". Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi
Pengaturan tersebut memunculkan sebagai Daerah Otonom.
pertanyaan, bagaimanakah kedudukan Perda Di samping itu, daiam peiaksanaan prinsip
Propinsi, Perda Kabupaten/Kota, dan Perdes, 'lex superiore derogat lex infiriore'' harus
apakah masing-masing memiiiki kedudukan diimbangi dengan prinsip lain, yaitu 'lex
yang sederajat, ataukah berbeda? Kedudukan speclalis deregaflex generalis", bahwa norma
masing-masing tersebut penting daiam hukum yang khusus, baik materinya maupun
kaitannya dengan Pasal 4 ayat (1) Tap. Nomor wilayah beriakunya ataupun waktu beriakunya,
ili/MPR/2000, di mana kedudukan terkait erat dapatsaja mengatur yang berbeda darinorma
dengan derajat kekuatan masing-masing hukum yang bersifat umum tersebut.^ Daiam
peraturan. penerapan asas ini tentunya terkait eratdengan
UU No.22Tahun 1999tentang Pemerintahan kewenangan masing-masing daerah sebagai
Daerah mengatur bahwa hubungan antara mana di atur oieh peraturan perundang-
daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota undangan di atas.o
tidak iagi bersifat hirarkis, meiainkan koordi-
natif, dan horizontal. Biia mengingal ketentuan
demikian, maka masing-masing Perda Simpulan
tersebut memiiiki kedudukan yang sederajat. Uraian di atas menunjukkan, bahwa sistem
Namun demikian, penuiis menilai bahwa peraturan perundang-undangan Indonesia
biia peraturan-peraturan tersebut diietakkan setelah amandemen UUD 1945 temyata maslh
pada derajat yang sama, maka akan menim- menyisakan beberapa masaiah mendasar
buikan sengketa peraturan perundang- terkait dengan jenis dan tata urutannya. Seiring

JImlyAsshiddiqie, TataUrut... op.cit, him. 13.


92 i;

68 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MEI2003:46 - 71


Syihabudin. Kajian terhadap Jenis dan Tata Urutan...

dengan ketentuan Tap. No. I/MPR/2003 tentang Rakyat (MPR) Republik Indonesia
Peninjauan terhadap Mated dan Status Hukum Tahun 1960-2002, Kerjasama Setjen
Ketetapan MPRS dan MPR Tahun 1960-2003 MPR-RI dengan Universitas Indonesia,
yang mengelompokkan Tap. No. lll/MPR/2003 Jakarta, 2003.
sebagai Ketetapan MPR yang masih berlaku
sampai dibentuknya UU, make penulis Attamimi, A. Hamid 8., Peranan Keputusan
Presiden Republik Indonesia dalam
merekomendasikan kepada lembaga pem-
bentuk UU untuk segera membuat UU yang Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara, Jakarta: Fakultas Pasca
mengatur tentang Ketentuan-Ketentuan
Sarjana Universitas Indonesia, 1990.
Pokok Peraturan Perundang-undangan guna
menertibkan dan menyempurnakan sistem , Teori Perundang-undangan Indonesia,
peraturan perundang-undangan Indonesia. Suatu Sisi llmu Pengetahuan
UU tersebut setidaknya mengatur tentang Perundang-undangan Indonesia yang
jenis-jenis peraturan perundang-undangan Menjelaskan dan Menjernihkan
beserta pengertiannya masing-masing, tata Pemahaman, Pidato Pengukuhan
urutan dan konsekuensi yuridisnya, serta Jabatan Guru Besar Tetap pada
mekanisme menegakkan tata urutan tersebut Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
melalul sistem pengujian terhadap peraturan 25 April 1992.
perundang-undangan.o Falaakh, Mohammad Fajrul, et., al., Laporan
Akbir Kajian tentang Peninjauan
Daftar Pustaka terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan MPR Tahun
Asshiddiqie, Jimly, "Tata Urut Perundang-
1960-2002, Kerjasama Setjen MPR-RI
Undangan dan Problema Peraturan dengan UGM, Yogyakarta, 2003.
Daerah", Makalah dalam Lokakarya
Anggofa DPRD se-lndonesia, diselang- Kelsen, Hans, Trans. Anders Wedberg, Gen
garakan oleh 'LP3HET, Jakarta, 22 eral Theory of law and State, New
Oktober 2000. YorkiRussel and Russel, 1973.
, "Reformasl Menuju Indonesia Baru: Lubis, M. Solly, Landasan dan Teknik
Agenda Restrukturisasi Organisasi Perundang Undangan, Ctk III,
Negara, Pembaruan Hukum, dan Bandung: Mandar Maju, 1989.
Keberdayaaan Masyarakaf, Makalah Manan, Baglr, Dasar-Dasar Perundang-
disampalkan pada Forum Konggres Undangan Indonesia, Jakarta: Ind-Hill.
Mahasiswa Indonesia Sedunia I, Chi Co,, 1992.
cago, AS, 2001.
, Tertib Peraturan Perundang-undangan
, et., al., Laporan Penelitian Tmjauan Menurut Ketetapan MPR Rl Nomor III/
Materi dan status Hukum Ketetapan MPR/2000, Material Course Hukum
Majelis Permusyawaratan Rakyat Perundang-undangan, Jakarta, 2000.
(MPRS) dan Majelis Permusyawaratan

69
, Teori Politik dan Konstitusi, Jakarta; tentang Peninjauan terhadap Materl
Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, dan Status Hukum Ketetapan MPRS
2000. dan MPR Tahun 1960-2002", Makalah
dalam DiskusI Panel Peninjauan
, DPR, DPD, danMPR dalam UUD1945
terhadap Mated dan Status Hukum
Bam, Yogyakarta; FH UH Press, 2003.
Ketetapan MPRS dan MPR Ri Tahun
Mahendra, Yusril Ihza, "Problematika Sekitar •1960-2002, Kerjasama Setjen MPR-Rl
Perpu", Republika, 8-9 September • dengan UGM, dl Hotel Plaza
2000. Yogyakarta, 26 Mel 2003.
M, R. Sri SoemantrL, Prosedur dan Sistem Sagala, Budlman S., Tugas dan Wewenang
. Perubahan Konstitusi, Bandung: MPR di Indonesia, Jakarta: Ghalla In
Alumni, 1987. donesia, 1982.
, KefefapanMPRfSj sebagaiSalah Satu Soebaglo, Mas, Aneka Masalah Hukum Tata
SumberHukum Tata Negara, Bandung: Negara Repubiik indonesia, Bandung:
Remaja Karya, 1988. Alumni, 1976.
, Hak Uji Material di Indonesia, Edisi Soejito, Irawan , Teknik Membuat Undang-
Kedua, Bandung: Alumni, 1997. Undang, Ctk. Kellma, Jakarta: Pradnya
, UUD 1945, Kedudukan dan Aspek- Paramlta, 1993.
Aspek Perubahannya, Bandung: Soeprapto, Maria Farlda Indrati, Ilmu
Unpad Press, 2002. Perundang-Undangan, Dasar dan
Prakoso, Djoko, Proses Pembuatan Pembentukannya, Yogyakarta:
Peraturan Daerah, Jakarta: Ghalla In Kanlslus, 1998.
donesia, 1985. Syarif, Amlroeddln, Perundang-Undangan,
Ranggawldjaja, Rosjidi, Pedoman Teknik Dasar, Jenis, dan Teknik Membuatnya,
Perancangan Peraturan Perundang- Ctk. Kedua, Jakarta: RIneka Gipta,
1997.
Undangan, Bandung: CIta Baktl
Akademika, 1996. Soehino, Hukum Tata Negara, Teknik
, Pengantar ilmu Perundang-undangan
Perundang-Undangan, EdisI Kedua,
Indonesia, Bandung: Mandar Maju, Ctk. Ketiga, Yogyakarta: Liberty, 2003.
1998. , Hukum Tata Negara, Penyusunan dan
Razak, Abdul, dan M. Guntur Hamzah,
Penetapan Peraturan Daerah,
Tanggapan atas Laporan Akhir Kajlan Yogyakarta: Liberty, 1997.

70 JURNAL HUKUM. NO. 23 VOL 10. MB 2003; 46 - 71


Syihabudin. Ka]ian terhadap Jenis dan Tafa Urutan...

Peraturan Perundang-undangan Tap No. 1/MPR/2003 tentang Peninjauan


UUD 1945 terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan MPR Tahun
Tap. MPR No. lll/MPR/2000 tentang Sumber 1960-2003.
Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan. No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
BOBOBO

71

Anda mungkin juga menyukai