Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 14 PENJELASAN PERUNDANG-UNDANGAN

Nama : NOOR FAJARI ROZIQ


NIM : 201310110311050
Kelas : IV/A
Mata Kuliah : Ilmu Perundang-Undangan

FUNGSI PENJELASAN DALM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM


I. Fungsi Penjelasan Dalam Pembentukkan Produk Hukum   ( Peraturan
Perundang-Undangan)
Penjelasan undang-undang merupakan kebiasaan negara-negara yang
menganut “ Civil Law” gaya Eropa continental. Tradisi membuat penjelasan ini
berasal dari Belanda yang biasanya membuat penjelasan undang-undang dalam
bentuk “ Memori Van Toelichting”. Bahkan setelah Undang-Undang Dasar 1945
( UUD 1945), atas ini siatif Soepomo dibuat pula naskah “ Penjelasan Tentang
Oendang-Oendang Dasar Negara Tahun 1945” sebagaimana diumumkan dalam
Berita Negara Repoeblik Indonesia pada 1946. Kebiasaan ini tidak lazim dikalangan
negara-negara yang menganut tradisi “ Common Law”. Namun demikian karena
kebutuhan, akhir-akhir ini penjelasan undang-undang juga dikenal luas seperti
missalnya di India  dan berbagai negara yang menganut tradisi “ Common Law “
lainnya.
Penjelasan ( explanation) berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai
kata-kata tertentu atau beberapa aspek atau konsep yang terdapat dalam suatu
ketentuan ayat atau pasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang karena
itu dikhawatirkan oleh perumusnya akan dapat menimbulkan salah penafsiran
dikemudian hari. Jika diuraikan tujuan adanya penjelasan atau explanation  adalah
untuk :
1. Menjelaskan pengertian atau maksud dari suatu ketentuan ( to explain the
meaning and intention of the main provision);
2. Apabila terdapat ketidakjelasan ( obscurity ) atau kekaburan ( Vagueness ) dalam
suatu undang-undang, maka penjelasan dimaksudkan untuk memperjelas
sehingga ketentuan dimaksud konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
pengaturan yang bersangkutan ( to classify the same so as to make it consistent
with the dominant object which it seeks to suserve );
3.  Menyediakan tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama dari undang-
undang agar keberadaannya semakin bermakna dan semaki berguna ( to provide
an additional support to the dominant object in the main statue in order to make
it meaningful and purposeful );
4. Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasan untuk
menekan kesalahan dalam mengedepankan objek undang-undang, penjelasan
dapat membantu pengadilan dalam menafsirkan” the true purport and object of
the enactment” ;dan
5. ( it cannot take away statutory right with which any person under a statute has
been clothed, or set at nought the working of an Act by becoming a hindrance in
the interpretation of the same )
II. Fungsi Penjelasan Dalam Pembentukkan Peraturan Perundang-Undangan
Di Indonesia
Dalam praktik ketatanegaraan di Indonesia, setiap undang-undang selalu
diberi penjelasan. Didalamnya terkandung penjelasan yang bersifat umum dan
penjelasan atas setiap rumusan pasal atau ayat yang memerlukan penjelasan. 1
Mengenai pasal atau ayat yang dianggap tidak memerlukan penjelasan biasanya
dalam penjelasan ditulis dengan perkataan “ cukup jelas “.  Sementara itu untuk
peraturan perudang-undangan dibawah undang-undang, hanya diberi penjelasan

1Bima, “Penjelasan Dalam Pembentukkan Produk Hukum”, dalam http://asma1981.blogspot.com


Diakses tanggal 25 Mei 2015.

96
apabila dipandang perlu. Jika tidak dianggap perlu, peraturan perundang-undangn
dibawah undang-undang tidak dilengkapi dengan penjelasan sama sekali.
Seperti yang diuraikan diatas, pada pokoknya, penjelasan suatu perudang-
undangan berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentuk peraturan perundang-undangan
itu atas norma-norma hukum tertentu yang diberi penjelasan. Oleh karena itu,
penjelasan hanya memuat uraian atau elaborasi lebih lanjut norma yang diatur dalam
batang tubuh peraturan yang dijelaskan. Dengan demikian penjelasan yang diberikan
tidak boleh menyebabkan timbulnya ketidakjelasan atau malah kebingungan. Selain
itu penjelasan juga tidak boleh berisi norma hukum baru ataupun yang berisi
ketentuan lebih lanjut dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh. Apalagi jika
penjelasan itu memuat ketentuan-ketentuan baru yang bersifat terselubung yang
bermaksud mengubah atau mengurangi substansi norma yang terdapat didalam
batang tubuh. Untuk menghindari jangan sampai penjelasan itu berisi norma-norma
hukum baru yang berbeda dari batang tubuh ketentuan yang dijelaskannnya. Maka
pembahasan rancangan penjelasan haruslah dilakukan secara integral dengan
keseluruhan naskah rancangan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Dalam praktik peraturan perundang-undangan di Indonesia biasanya
mempunyai dua macam Penjelasan yaitu:
1. Penjelasan Umum berisi penjelasan yang bersifat umum, misalnya latar
belakangpemikiran secara sosiologis, politis, budaya, dan sebagainya, yang
menjadi pertimbangan bagi pembentukan peraturan perundang-undangan
tersebut.
2. Penjelasan Pasal demi Pasal, merupakan penjelasan dari pasal-pasal peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Penjelasan pasal demi pasal hendaknya
dirumuskan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Isi penjelasan tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam
batang tubuh;
b) Isi penjelasan tidak memperluas atau menambah norma yang ada dalam
batang tubuh;
c) Isi penjelasan tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur
dalam batang tubuh;
d) Isi penjelasan tidak mengulangi uraian kata, istilah, atau pengertian yang telah
dimuat di dalam Ketentuan Umum.
e) Apabila suatu pasal tidak memerlukan penjelasan, hendaknya diberikan
keterangan “Cukup Jelas”.
Jika Lembaran Negara digunakan sebagai tempat mengundangkan “isi” atau
teks peraturan perundang-undangan, maka Tambahan Lembaran Negara untuk
memuat Penjelasan Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang, dan Peraturan Pemerintah.
Diatas telah dijelaskan bahwa umumnya peraturan perundang-undangan
dalam praktik ketatanegaraan di Indonesia semua peraturan perundang-undangan
selalu diberi penjelasan. Namun UUD 1945 hasil amandemen tidak lagi mempunyai
penjelasan ( autentik ) sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Tambahan Pasal II
yang menyatakan bahwa “ Dengan ditetapkannnya perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-
pasal”
Meskipun banyak yang mempermasalahkan bahwa penjelasan didalam UUD
1945 harus tetap dicantumkan karena penjelasan masih  menempel di naskah yang
asli maka penjelasan itu masih berlaku, namun Moh. Mahfud MD tidak sependapat
dengan hal tersebut, alasannay antara lain sebagai berikut :
1. Jika hanya karena terlampir didalam naskah UUD 1945 yang asli kemudian
penjelasan itu dianggap masih berlaku maka hal ini tak masuk akal. Sebab yang
lain-lain pun masih ada dalam naskah yang asli, tetapi tidak berlaku lagi karena
sudah diamandemen; misalnya tentang Pemilihan Presiden oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat ( MPR ) dan tentang kedudukan dan unsur-unsur MPR
itu masih ada didalam UUD 1945 yang asli tapi nyatanya tidak berlaku lagi
karena sudah diamandemen.

97
2. Didalam ketentuan Aturan Peralihan Pasal II itu sudah jelas bahwa UUD
sekarang hanya terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal. Lalu apa artinya
ketentuan ini jika masih akan dikatakan bahwa penjelasan itu berlaku ?
3. Konsensus MPR pada awal persetujuan untuk dilakukannya amandemen adalah
pemindahan isi penjelasan yang bersifat normatif kedalam pasal-pasal UUD. Ini
sudah menjelaskan mengapa kemudian dicantumkan aturan tambahan Pasal II
tersebut. Jadi sejak awal sudah ada konsensus di MPR untuk meniadakan
penjelasan dan memasukkan isinya yang bersifat normative kedalam pasal-pasal
UUD tersebut. Dapat disebut sebagai contoh masuknya prinsip negara hukum
kedalam pasal 1 ayat ( 3 ) yang berbunyi : “ Negara Indonesia adalah Negara
hukum “ ayat ini merupakan pemindahan dari butir pertama sistem Pemerintahan
Negara yang semula ada didalam penjelasan UUD 1945 yang asli.
4. Jika dilihat dari latar belakang yang lain maka peniadaan penjelasan itu sejalan
dengan pandangan yang dominan ketika itu bahwa seharusnya sebuah UUD tidak
perlu penjelasan, sebab tak lazim adanya penjelasan pada UUD. UUD memang
berbeda dengan UU yang memang biasa memilki penjelasan atau memorie van
toelichting.  Pandangan ini kemudian diterima dan dijadikan konsensus MPR
yang kemudian dituangkan juga di dalam Aturan Tambahan.
Dari penjelasan diatas nampaknya setelah mengalami amandemen UUD 1945
tidak lagi memerlukan sebuah penjelasan sebagaimana yang telah diuraikan oleh
Mahfud MD diatas. Namun untuk peraturan perundang-undangan dalam bentuk
Undang-Undang harus mencantumkan sebuah penjelasan karena undang-undang itu
sifatnya berlaku secara umum; agar jangan sampai di kemudian hari menimbulkan
penafsiran yang salah apabila tidak diberi penjelasan secara otentik.
Contoh konkrit adalah pasal 33 UUD 1945 yang sebelum diamandemen
menyatakan bahwa : “bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Dalam penjelasannya : kata “dikuasai”  bukan bearti negara menjadi pemilik
atas semua smuber daya alam tetapi mengandung makna : diatur dengan sebaik-
baiknya, kemudian ditujukan untuk kemakmuran rakyat.
Lain halnya dengan peraturan  yang tingkatannya dibawah undang-undang,
tidak mesti harus disertai dengan penjelasan secara otentik. Kalaupun ada peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang itu diberi penjelasan yang otentik,
maka kemungkinan hal tersebut dipandang perlu oleh pembuatnya.
PENJELASAN PERUNDANG-UNDANANGAN
Bentuk Dan Kedaulatan Negara
Pasal 1
Menetapkan bentuk Negara Kesatuan dan Republik mengandung isi pokok
pikiran kedaulatan rakyat.2 Majelis Permusyawaratan Rakyat ialah penyelenggara
negara yang tertinggi. Majelis ini dianggap sebagai penjelmaan rakyat yang
memegang kedaulatan Negara.
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Pasal 2
Maksudnya ialah supaya seluruh rakyat, seluruh golongan. seluruh daerah
akan mempunyai wakil dalam Majelis sehingga Majelis itu akan betul-betul dapat
dianggap sebagai penjelmaan rakyat. Yang disebut "golongan-golongan" ialah badan-
badan seperti koperasi serikat pekerja, dan lain-lain badan kolektif. Aturan demikian
memang sesuai dengan aliran zaman. Berhubung dengan anjuran mengadakan sistem
koperasi dalam ekonomi, maka ayat ini mengingat akan adanya golongan-golongan
dalam badan-badan ekonomi.
“Ayat 2 Badan yang akan besar jumlahnya bersidang sedikit-sedikitnya sekali
dalam 5 tahun”. Sedikit-sedikitnya, jadi kalau perlu dalam 5 tahun tentu boleh
bersidang lebih dari sekali dengan mengadakan persidangan istimewa.
Pasal 3

2 Adi, “Fungsi Penjelasan peraturan perundang-undangan” dalam http://www.hukumonline.com,


Diakses 25 Mei 2015.

98
Oleh Karena Majelis Permusyawaratan Rakyat memegang, kedaulatan negara,
maka kekuasaannya tidak terbatas, mengingat dinamika masyarakat, sekali dalam 5
tahun Majelis memperhatikan segala yang terjadi dan segala aliran-aliran pada waktu
itu dan menentukan haluan-haluan apa yang hendaknya dipakai untuk di kemudian
hari.
Kekuasaan Pemerintahan Negara
Pasal 4 dan pasal 5 ayat 2
Presiden ialah kepala kekuasaan eksekutif dalam negara. Untuk menjalankan
undang-undang, ia mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan pemerintah
(pouvoir reglementair)
Pasal 5 ayat 1
Kecuali executive power, Presiden bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat menjalankan legislative power dalam negara.
Pasal 6, 7, 8, 9 Telah jelas.
Pasal 10, 11, 12, 13, 14, 15
Kekuasaan-kekuasaan Presiden dalam pasal-pasal ini ialah konsekuensi dari
kedudukan Presiden sebagai Kepala Negara.
Dewan Pertimbangan Agung
Pasal 16
Dewan ini ialah sebuah Council of State yang berwajib memberi pertimbangan-
pertimbangan kepada pemerintah. Ia sebuah badan penasehat belaka.
Kementerian Negara
Pasal 17
Lihatlah di atas.
Pemerintahan Daerah
Pasal 18
I. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tak akan
mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah
Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi pula
dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat otonom (streek dan
locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya
menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Di daerah-daerah
yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di
daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan.3
II. Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende
landchappen dan volksgetneenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di
Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu
mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang
bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-
daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-
daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut.
Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 19, 20, 21, dan 23
Lihatlah diatas. Dewan ini harus memberi persetujuannya kepada tiap-tiap
rancangan undang-undang dari pemerintah. Pun Dewan mempunyai hak inisiatif
untuk menetapkan undang-undang.
III. Dewan ini mempunyai juga hak begrooting pasal 23. Dengan ini, Dewan
Perwakilan Rakyat mengontrol pemerintah. Harus diperingati pula bahwa semua
anggota Dewan ini merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakya
Pasal 22
Pasal ini mengenai noodverordeningsrecht Presiden. Aturan sebagal ini
memang perlu diadakan agar supaya keselamatan negara dapat dijamin oleh
pemerintah dalam keadaan yang genting, yang memaksa pemerintah untuk bertindak
lekas dan tepat. Meskipun demikian, pemerintah tidak akan terlepas dari pengawasan
Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, peraturan pemerintah dalam pasal ini,
yang kekuatannya sama dengan undang-undang harus disahkan pula oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
3Ibid.

99
Hal Keuangan
Pasal 23
Ayat I memuat hak begrooting Dewan Perwakilan Rakyat. Cara menetapkan
anggaran pendapatan dan belanja adalah suatu ukuran bagi sifat pemerintahan negara.
Dalam negara yang berdasarkan fascisme, anggaran itu ditetapkan semata-mata oleh
pemerintah. Tetapi dalam negara demokrasi atau dalam negara yang berdasarkan
kedaulatan rakyat, seperti Republik Indonesia, anggaran pendapatan dan belanja itu
ditetapkan dengan undang-undang. Artinya dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup dan dari mana didapatnya
belanja buat hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan
dewan perwakilannya. Rakyat menentukan nasibnya sendiri, karena itu juga cara
hidupnya. Pasal 23 menyatakan bahwa dalam hal menetapkan pendapatan dan
belanja, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat daripada kedudukan
pernerintah. Ini tanda kedaulatan rakyat. Oleh karena penetapan belanja mengenai
hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang
menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan
dengan undang-undang yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Juga
tentang hal macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Ini
penting karena kedudukan uang itu besar pengaruhnya atas masyarakat. Uang
terutama adalah alat penukar dan pengukur harga. Sebagai alat penukar untuk
memudahkan pertukaran jual-beli dalam masyarakat. Berhubung dengan itu perlu ada
macam dan rupa uang yang diperlukan oleh rakyat sebagai pengukur harga untuk
dasar menetapkan harga masing-masing barang yang dipertukarkan. Barang yang
menjadi pengukur harga itu, mestilah tetap harganya, jangan naik turun karena
keadaan uang yang tidak teratur. Oleh karena itu, keadaan uang itu harus ditetapkan
dengan undang-undang. Berhubung dengan itu, kedudukan Bank Indonesia yang akan
mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas, ditetapkan dengan undang-
undang.
Kekuasaan Kehakiman
Pasal 24 dan 25
Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan
dalam undang-undang tentang kedudukan para hakim.4
Warga negara
Pasal 26
Orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, peranakan
Tionghoa, dan peranakan Arab yang bertempat kedudukan di Indonesia, mengakui
Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara, Republik Indonesia
dapat menjadi warga negara.
Pasal 27, 30, dan 31 Telah jelas.Pasal-pasal ini mengenai hak-hak warga negara.
Pasal 28, 29, dan 34
Pasal ini mengenai kedudukan penduduk. Pasal-pasal, baik yang hanya
mengenai warga negara maupun yang mengenai seluruh penduduk membuat hasrat
bangsa Indonesia untuk membangunkan negara yang bersifat demokratis dan yang
hendak menyelenggarakan keadilan sosial dan perikemanusian.
Agama
Pasal 29
Ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Pertahanan Negara
Pasal 30 Telah jelas.
Pendidikan
Pasal 31 Telah jelas.
Pasal 32
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi
rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai
4 Ibid.

100
kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya,
persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusian bangsa Indonesia.
Kesejahteraan Sosial
Pasal 33
Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi, ekonomi produksi dikerjakan oleh
semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang.
Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang!
Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh
ke tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya. Hanya
perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada ditangan
orang-seorang. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah
pokok pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.5
Pasal 34 Telah cukup jelas, lihat diatas.
Bendera Dan Bahasa
Pasal 35 Telah jelas.
Pasal 36 Telah jelas.
Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh
rakyatnya dengan baik-balk (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan sebagainya)
bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu
pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.
Perubahan Undang-Undang Dasar
Pasal 37 Telah jelas.6
Penjelasan Perundang-Undangan
Penjelasan Peraturan Perundang-undangan. Penjelasan merupakan suatu
penafsiran/ penjelasan resmi yang dibuat oleh pembentuk peraturan perundang-
undangan untuk mengetahui maksud latar belakang peraturan perundang-undangan
itu diadakan, serta untuk menjelaskan segala sesuatu yang dipandang masih
memerlukan penjelasan. Naskah Penjelasan peraturan perundang-undangan, harus
disiapkan bersama-sama dengan Rancangan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan. Penamaan dari Penjelasan suatu peraturan perundang-undangan, ditulis
sesuai dengan nama peraturan perundang-undangan yang dijelaskan. Dalam praktik
peraturan perundang-undangan di Indonesia biasanya mempunyai dua macam
Penjelasan yaitu:
1. Penjelasan Umum berisi penjelasan yang bersifat umum, misalnya latar belakang
pemikiran secara sosiologis, politis, budaya, dan sebagainya, yang menjadi
pertimbangan bagi pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.
2. Penjelasan Pasal demi Pasal, merupakan penjelasan dari pasal-pasal peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Penjelasan pasal demi pasal hendaknya
dirumuskan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Isi penjelasan tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam
batang tubuh;
 Isi penjelasan tidak memperluas atau menambah norma yang ada dalam batang
tubuh;
 Isi penjelasan tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur
dalam batang tubuh;
 Isi penjelasan tidak mengulangi uraian kata, istilah, atau pengertian yang telah
dimuat di dalam Ketentuan Umum.
 Apabila suatu pasal tidak memerlukan penjelasan, hendaknya diberikan
keterangan “Cukup Jelas”.

5 Ibid.
6 Ibid.

101
Jika Lembaran Negara digunakan sebagai tempat mengundangkan “isi” atau
teks peraturan perundang-undangan, maka Tambahan Lembaran Negara untuk
memuat Penjelasan Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang, dan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan
1) Setiap Undang-Undang perlu diberi penjelasan.
2) Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran resmi pembentuk Peraturan Perundang-
undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan
hanya memuat uraian atau jabaran lebih lanjut dari norma yang diatur dalam
batang tubuh. Dengan demikian, penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas
norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan
dari norma yang dijelaskan.
3) Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan
lebih lanjut. Oleh karena itu, hindari membuat rumusan norma di dalam bagian
penjelasan.
4) Dalam penjelasan dihindari rumusan yang isinya memuat perubahan terselubung
terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
5) Naskah penjelasan disusun bersama-sama dengan penyusunan rancangan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
6) Judul penjelasan sama dengan judul Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan.

102
DAFTAR PUSTAKA
Bima, “Penjelasan Dalam Pembentukkan Produk Hukum”, dalam http://asma1981.blogspot.com.

Adi, “Fungsi Penjelasan peraturan perundang-undangan” dalam http://www.hukumonline.com.

103

Anda mungkin juga menyukai