Anda di halaman 1dari 15

Lapangan Hukum Tata Negara

Disusun oleh:

VIO ALVIONITA

E071191006

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Lapangan Hukum Tata Negara” .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan makalah ini
kedepannya. Semoga makalah ini berguna serta bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf
jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya
milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Makassar, 20 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan .............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.........................................................................................6
B. Asas-asas Hukum Tata Negara.......................................................8
C. Masalah Ketatanegaraan...............................................................11
D. Sistem Pemerintah Negara............................................................13
BAB III PEMBAHASAN

A. Kesimpulan....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Era Reformasi tahun 1998, kehidupan ketatanegaraan Indonesia menjadi dinamis.
Fondasi penting dinamisasi ketatanegaraan tersebut adalah reformasi konstitusi yang
memungkinkan perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Sebelum dilakukan
perubahan, jumlah butir ketentuan yang tercakup dalam naskah Undang-Undang Dasar 1945 yang
asli yaitu hanya terdiri dari 71 butir ketentuan. Setelah dilakukan perubahan sebanyak empat kali
dalam satu rangkaian proses perubahan dari tahun 1999 hingga tahun 2002, butir ketentuan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melonjak drastis menjadi 199
butir. Dari 199 butir ketentuan tersebut, hanya 25 butir ketentuan yang berasal dari naskah asli
yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sebanyak 174 butir ketentuan selebihnya atau lebih dari 300 persen adalah ketentuan yang baru
sama sekali. Banyak pihak yang merasa kecewa atau bahkan menentang perubahan secara besar-
besaran tersebut. Bahkan dikalangan guru besar hukum tata negara sendiri banyak terlibat dalam
gerakan politik yang berusaha untuk mengubah atau bahkan mengembalikan hasil perubahan yang
sudah ditetapkan itu ke naskah UUD 1945 yang asli sebagaimana disahkan pada tahun 1945.
Namun,terlepas dari perbedaan-perbedaan pendapat yang demikian, naskah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah berubah dan perubahannya itu sudah disahkan
secara konstitusional. Oleh karena itu, sekarang bukan lagi saat untuk menyatakan setuju atau
tidak setuju. Akan tetapi sekarang adalah saatnya untuk melaksankan segala ketentuan UUD 1945
pasca perubahan itu secara konsekuen. Jika perbedaan pendapat tidak dapat dikembangkan dalam
tataran ilmiah,maka tentunya perbedaan-perbedaan itu justru dapat memperkaya perspektif bagi
perkembangan ilmu hukum tata negara positif di indonesia.

Kemudian untuk zaman yang semakin maju dengan perkembanganya, dan sesuai
realitasnya untuk mengajukan adanya sebuah komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemenkan UUD 1945. Kemudian kita berfikir, bagaimana kita cara kita dalam
perwujudan komitmen itu dan siap yang berwenang melakukanya serta dalam suatu seperti apa
perubahan itu bkal terjadi menjadikan suatu bagian terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karna dengan hal itu kita dapat mengetahui seberpa hal pengetahuan untuk masyarakat indonesia
kedepanya, yaitu wajah indonesia yang bersifat demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai
keadilan sosial , kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan, yang tertera di dalam teks Pancasila.
Untuk itu, setelah adanya perubahan konstitusi bersama kita dapat mempelajari hukum
tata negara yang ada di negeri kita, semoga kita dapat memahami sekaligus menyikapinya
sebagaimana negara kita dimasa ini itu penuh dengan permaslahan-permasalahan dalam

4
penyusunan ketatanegaraan di era sesudah reformasi ini. Dan kemudian di dalam makalah ini akan
kami bahas yang bermula dari apa sih maksud dari masalah-masalah sekaligus fungsi dari
“HUKUM TATANEGARA” itu sendiri.

B. RumusanMasalah
1. Apa maksud dari hukum tata negara?
2. Apa asas-asas hukum tata negara?
3. Apa masalah pokok yang di atur hokum tata negara?
4. Apa saja sistem pemerintahan negara?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu hukum Tata Negara
2. Dapat mengetahui apa saja aspek yang dibahas dalam hukum Tata Negara

5
BAB 1I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hukum tata Negara adalah suatu hukum yang mengenai suatu Negara. Untuk lebih
jelasnya kita menguraikan apakah arti dari negara itu sendiri.
1. Logemanbuah merumuskan negara itu sebagai organisasi kemasyarakatan, yaitu suatu
pertmbahan kerja (werkverband) yang bertujuan dengan kekuasaanya mengatur serta
menyelenggarakan masyarakat. Atau sering di sebut dengan pertambahan-
pertambahan sebuah jabatan atau lapangan pekerjaan yang teetap
2. Van A pel doorn mengemukakan bahwa sebagai “ tanda” menunjukkan “negara”,
pengertian “kedaulatan” sebetulnya tidk dapat di pakai karena pengertian tersebut
tidak tentu, tidak pasti, dan sifatnya “kedaulatan” itu senantiasa berubah

Dapat kita lingkup kajian hukum tata negara mempunya dua arti, pertama
sebagai staatsrechtswetenschap (ilmu hukum tata negara) dan kedua, sebagai positief staatsrecht
(hukum tata negara positif).
Istilah “hukum tata negara” dapat dianggap identik dengan pengertian “Hukum
Konstitusi” yang merupakan terjemahan langsung dari perkataan Constitutional Law (Inggris),
Droit Constitutionnel (Perancis), Diritto Constitutionale (Italia), atau Verfassungsrecht (Jerman).
Dari segi bahasa, istilah Constitutional Law dalam bahasa Inggris memang biasa diterjemahkan
sebagai “Hukum Konstitusi”. Namun, istilah “Hukum Tata Negara” itu sendiri jika diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris, niscaya perkataan yang dipakai adalah Constitutional Law. Oleh karena
itu, Hukum Tata Negara dapat dikatakan identik atau disebut sebagai istilah lain belaka dari
“Hukum Konstitusi”. Kemudian hasil terjemahan dari perkataan bahasa Belanda saatsrecht. Sudah
menjadi kesatuan pendapat diantara para sarjana hukum Belanda untuk membedakan antara
“hukum tata negara arti luas dan hukum tata negara dalam arti sempit”. Dan untuk membagi
hukum tata negara dalam arti luas itu atas dua golongan hukum yaitu:

1. Hukum tata negara dalam arti sempit (staatsrecht in enge zin) Atau untuk singkatnya
dinamakan hukum tata negara (staatscrecht)
2. Hukum tata usaha negara (atministratiefrecht).
Contohnya Seperti yang terjadi di hindia Belanda, di hindia Belanda mengatakan
bahwa hokum tata Negara hindia Belanda terdiri dari kaidah-kaidah hukum mengenai
tata (inrichting) Hindia Belanda alat-alat perlengkapan kekuasaan negara yang harus
menjalankan tugas Hindia Belanda, Susunan, tata, wewenang, dan perhubungan
kekuasaan  dan diantara alat-alat perlengkapan itu. Sementara itu untuk hokum tata

6
usaha Negara Hindia Belanda di rumuskan oleh Kleintjes sebagai kaidah hokum
mengenai penyelenggaraan tugas masing-masing alat perlengkapannya.

Van Vollenhoven menerangkan bahwa hokum tata usaha Negara itu adalah semua kaidah
hukum yang bukan hukum tata negara material bukan hokum perdata material, dan bukan hokum
pidana material. Kemudian ia membuat skema pembagian untuk hokum usaha tata Negara atas
golonganya:

1. Hukum Pemerintahan
2. Hukum Peradilan
a. Peradilan Ketatanegaraan
b. Peradilan Perdata
c. Peradilan Tata Usaha
d. Peradilan Pidana
3. Hukum Kepolisian
4. Hukum Perundang-undangan

Menurut J.H.A. Logemann hokum tata Negara adalah serangkaian kaidah hokum
mengenai pribadi hokum dari jabatan atau kumpulan jabatan mengenai berlakunya hokum tersebut
di suatu negara. Pribadi hokum jabatan adalah pengertian yang meliputi serangkaian persoalan
mengenai subjek kewajiban kita dalam mendapatkan batasan wewenang.
Dan didalam bukunya college-aantekeningen over het staatsrecht van nederlands
indie juga mengatakan  bahwa ilmu hokum tata Negara mempelajari sekumpulan kaidah hukum
yang di dalamnya tersimpul kewajiban dan wewenang kemasyarakatan dari organisasi negara, dari
pejabat-pejabatnya keluar yang berhubungan satu sama lain dengan pihak lain atau dengan kata
lain satu kesatuan dari sebuah organisasi.
Menurut Van praag, hokum tata Negara atau hokum usaha Negara adalah suatu sistem
delegasidariperaturanperaturantentangkeuasaan yang bertingkat-tingkat.Dan di dalam tata Negara
terdapat kaidah kaidah yang mendelegasikan kekuasaan dari pembuat UUD pada pembuat UU,
dari organ tertinggi ke organ yang terendah untuk membuat peraturan yang berlaku. Seperti KUH
Perdata, KUH Pidana, dan lainlain. Dan pendelegasian yang tertera itu tadi adalah tingkat
tertinggi. Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat yang d kemukakan oleh para ilmuan lain.
Kemudian dari beberapa pendapat-pendapat diatas dapat kita simpulkan Hukum Tata Negara
adalah sekumpulan peraturan yang mengatur organisasi dari pada negara, hubungan antara alat
perlengkapan Negara dalam garis vertical dan horizontal serta kedudukan warga Negara dan hak-
hak azasinya.

B. Asas-asas Hukum Tata Negara


1. PengertianAsas-asas HTN\

7
Asas hukum adalah dasar-dasar yang menjadi sumber pandangan
hidup,kesadaran, cita-cita hukum dari masyarakat. Menurut Boedisoesetyo,mempelajari
asas-asas hukum ketatanegaraan suatu negara tidak luput dari penyelidikan tentang
hukum positifnya. Dan dari hukum positifnya ini yang terutama dan karenanya
terpenting adalah Undang-Undang Dasarnya, sebab dari ketentuan-ketentuan dari
Undang-Undang Dasar itu, akan dapat disimpulkan antara lain tipe negara dan asas-asas
kenegaraan dari negara yang bersangkutan.
 Disamping itu, yang dimaksud dengan asas-asas hukum tata negara, bukan berarti
bahwa yang dibahas  hanyalah mengenai asas-asasnya saja dari hukum tatanegara,
melainkan meliputi pula mempelajari tentang pengertian-pengertian. Asas-asas dan
pengertian-pengertian, masing–masing mempunyai makna berbeda. Bangunan hukum
yang bersumber pada perasaan manusia disebut asas-asas hukum, sedangkan yang
bersumber pada akal pikiran manusia disebut pengertian-pengertian hukum. Pengertian-
pengertian yang terdapat dalam hukum tata negara pada umumnya bersifat tetap,
sedangkan asas-asasnya seringkali berubah-ubah. Perubahan pada asas-asas itu
disebabkan karena pandangan hidup masyarakatnya yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
dapat dikemukakan disini bahwa suatu bangunan demokrasi dalam hukum tata negara
dapat dilihat dari segi pengertiannya maupun dari segi asasnya.

2. Asas-asas HTN
a. Asas Konstitusi

Istilah konstitusi berasaal dari bahasa perancis (constutuer) yang berarti


membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Dinegara-negara yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah constitution yang
dalam bahasa indonesia berarti konstitusi.
K.C.Wheare, mengartikan konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan
dari suatu negara berupa kumpulan peraturan yang membentuk, yang mengatur atau
memerintah dalam pemerintahan suatu negara yang didalamnya terdapat berbagai aturan
pokok yang berkaitan dengan kedaulatan, pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga
negara, cita-cita dan ideologi negara, hak asasi manusia, politik, masalah ekonomi,
budaya,dll.
Setiap negara didirikan atas dasar falsafah tertentu. Tafsir itu merupakan
perwujudan dari keinginan rakyatnya. Oleh karena itu, setiap negara memiliki falsafah
yang berbeda. Karena suatu falsafah itu identik dengan keinginan dan watak rakyat dan
bangsanya, tidak mungkin untuk mengambil untuk mengambil falsafah negara lain untuk
dijadikan falsafah bangsanya begitu juga. Karena falsafah itu merupakan perwujudan

8
dari watak dan keinginan dari suatu bangsa, segala aspek kehidupan bangsa tersebut
harus sesuai dengan falsafahnya.
Dalam bidang hukum, pancasila merupakan sumber hukum materiil. Oleh karena
itu, setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengannya. Dalam
penjelasan UUD 1945, dapat diketahui bahwa pembukaan UUD 1945 mengandung
empat pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Republik
Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan cita-cita hukum bangsa Indonesia yang
mendasari hukum dasar negara, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pokok-
pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
Pokok pikiran pertama “Negara” begitu bunyinya ”melindungi segenap bangsa
Indonesia dan dan seluruh tumpah darah indonesia dengan berdasarkan atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia “. Dalam pembukaan ini,
diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa indonesia seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham golongan
dan segala paham perseorangan.
Pokok pikiran kedua:”Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat”. Inimerupakan pokok pikiran keadilan sosial, yang didasarkan pada kesadaran
bahwa manusia Indonesia  mempunyai hak dan kwajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pokok pikiran ketiga:”Negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan
dan permusyawaratan perwakilan”. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam
Undang-undang Dasar harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas
permusyawaratan perwakilan. Pokok pikiran yang ketiga ini menunjukkan bahwa
didalam negara Indonesia, yang berdaulat adalah rakyat Indonesia sehingga kedaulatan
ada ditangan rakyat.
Pokok pikiran keempat:”negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beadab”. Oleh karena itu, Undang-Undang
dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran yang keempat ini menunjukkan keyakinan
bangsa Indonesia akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, adanya cita kemanusiaan dan cita
harkat dan martabat manusia bahkan semua itu menjadi dasar negara yang mengikat,
baik pemerintah maupun rakyatnya. Keempat pokok  pikiran tersebut jelas merupakan
pancaran dari pandangan hidup dan dasar falsafah negara pancasila.

b. Asas Negara Hukum

9
Pada pengertian negara hukum, ada dua kata yang perlu mendapat penjelasan
terlebih dahulu, yaitu kata negara dan kata hukum. Secara etimologi negara berasal dari
kata staat (Belanda dan
Jerman);state (inggris); etat (Prancis); status atau statuum (Latin). Kata-kata tersebut
berarti “ meletakkan dalam keadaan berdiri”, “menempatkan”, atau “membuat berdiri”.
Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia hendak bergaul antara seorang
dengan orang lain dalam rangka menyempurnakan kebutuhan hidupnya. Semakin luas
pergaulan manusia dan semakin  banyak kebutuhan nya pada suatu organisasi negara
yang akan melindungi dan memelihara keselamatan hidupnya. Menurut pendapat
Bellefroid, bahwa negara itu suatu persekutuan hukum yang menempati suatu wilayah
selama-lamanya dan yang dilengkapi dengan suatu kekuasaan tertinggi untuk
menyelenggarakan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
Apakah hukum itu? Hukum yang kita maksud dalam kaitannya dengan negara
disini adalah hukum positif yang berlaku mengikat sebagaimana dasar negara dan
peraturan perundang-undangan yang ditaati dan diterapkan oleh warga negara dan
lembaga-lembaga negara secara sama tanpa mengenyampingkan teori-teori hukum yang
ada.
Menurut Satjipto Rahardjo, Hukum itu merupakan bagian dari perangkat kerja
sistem sosial. Menurut para ahli hukum, bahwa negara hukum pada hakikatnya adalah
negara yang menolak melepaskan kekuasaan tanpa kendali.  Negara yang cara
penyelenggaraannya berdasarkan hukum yang adil dan demokratis.
Paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan  sebab pada
akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasan negara atau pemerintah
diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat.
Perubahan UUD 1945  pasal 1 ayat (3) menegaskan  bahwa “negara indonesia adalah
Negara Hukum”.  Konsekuensi ketentuan ini bahwa setiap sikap, kebijakan, dan perilaku
alat negara dan masyarakat harus berdasarkan dan sesuai dengan ketentuan hukum,
dengan memerhatikan pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa
Indonesia.
Konsep Negara Hukum menurut Julius Stahl ditandai oleh empat unsure pokok:

 Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia


 Negara didasarkan pada pemisahan kekuasaan
 Pemerintah diselenggarakan berdasarkan Undang-undang
 Ada Peradilan administrasi negara
 Elemen Kelmebagaan
 Elemen Kaidah Aturan

10
 Elemen perilaku subyek hukum yang menyandang hak dan kewajiban
yang ditentukan oleh norma aturan itu
 Hak Asasi Manusia
 Pemisahan Kekuasaan
 Pemerintah berdasarkan undang-undang
 Peradilan administrasi

C. Masalah Ketatanegaraan
a. Perihal negara

Didalam kehidupan berkelompok  tersebut meningkat menjadi bernegara


maka falsafah hidup tersebut didalam rapat-rapat BPUPKI disebut sebagai
filosofische gronslag dari negara yang didirikan. Falsafah hidup suatu negara
akan menjelma suatu tata nilai yang dicita-citakan bangsa yang bersangkutan.
Sebagai yang dicita-citakan maka ia membentuk ide-ide dasar dari segala hak
aspek kehidupan manusia didalam kehidupan berkelompoknya.

b. Tata organisasi

Didalam Undang-Undang Dasar kita disebut dengan istilah “berserikat”


sedangkan apabila tidak permanen disebut “berkumpul”. Karena itu tata
organisasi merupakan pengelompokan pertama yang kita lakukan terhadap
analisis negara dalam strukturnya. Apabila suatu organisasi kita dalilkan sebagai
suatu kerja sama berdasarkan pembagian kerja yang tetap, maka suatu pekerjaan
yang tetap didalam organisasi kita sebut fungsi yang diselenggarakan atau
diemban oleh seseorang . fungsi tersebut adalah tetap sifatnya sedangkan
pelakunya dapat diganti-ganti.

c. Kekuasaan Tertinggi didalam Negara

Beberapa teori yang terkenal ialah teori kedaulatan Tuhan, Kedaulatan


Raja, teori Kedaulatan Rakyat dan teori Kedaulatan negara. Berdasarkan teori
bernegara bangsa indonesia,maka kedaulatan rakyat diorganisasi melalui
organisasi sosial politik dan dilembagakan didalam Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang melakukan sepenuhnya kedaulatan rakyat atas nama rakyat karena
kedaulatan adalah ditangan rakyat demikian rumusan Undang-Undang Dasar
1945. Dari Majelis Permusyawaratan Rakyat kedaulatan rakyat diorganisasi lebih
11
lanjut pada mandatarisnya bersama-sama bagian Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat, melalui persetujuan diantara
mereka yang disebut undang-undang, maka terbentuklah lembaga-lembaga
lainnya berdasarkan undang-undang tersebut.

d. Perwakilam

Secara ringkas masalah perwakilan diindonesia meliputi ragam lembaga


perwakilan, penbentukannya serta kewenangannya. Ragam perwakilan menurut
UUD 1945, ialah adanya Majelis Permusywaratan Rakyat sebagai lembaga
perwakilan tertinggi, dimana sebagian dari padanya disebut Dewan Perwakilan
Rakyat Pusat. Disamping itu ada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai
aparat pemerintahan  didaerah(tingkat 1 dan tingkat 2)

e. Aparatur negara

Tuntutan pada masyarakat sekarang ialah aparatur pemerintahan yang


bersih dan berwibawa. Untuk itu muncullah pelbagai pemikiran tentang
pembinaan dan pengawasan. Timbul problematik tentang manajemen negara atau
ada yang menyebutkannya sebagai sistem manajemen nasional.

f. Tata hukum

Analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis tata hukum, bahkan
aliran yuridis murni beranggapan bahwa negara adalah tidak lain daripada
personifikasi hukum, suatu himpunan tata hukum berdasarkan suatu sistem
tertentu. Dengan demikian analisis tata hukum meliputi: konstitusi atau hukum
dasar, fungsi-fungsi kenegaraan, hak dan kwajiban konstitutional warga negara
dan penduduk, dan konsep-konsep negara hukum.

g. Konstitusinegara

Bangsa indonesia didalam alinea keempat pembukaan UUD 1945,


menuangkan susunan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar, berarti bangsa indonesia menuangkan konstitusinya
kedalam suatu hukum dasar tertulis, disamping itu ditegaskan bahwa disamping
hukum dasar tertulis ada hukum dasar tidak tertulis yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek dan penyelenggaraan negara sekalipun tidak
tertulis.

12
h. Fungsi kenegaraan

Fungsi-fungsi kenegaraan seperti fungsi legislatif menjadi terbatas


peraturan perundangan . Namun karena didalam perkembangan materi muatan
perundang-undangan dianggap sangat penting terutama yang menyangkut
anggaran pendapatan dan belanja negara, maka pengawasan pelaksanaannya
menjadi kewenangan legislatif pula

D. Sistem Pemerintah Negara


a. Indoensia ialahnegara yang berdasarkan hukum
b. Sistem konstitusi tidak bersifat absilutisme
c. Kekuasaan Negara tertinggi di tangan MPR
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah tertinggi di bawah majelis
e. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, menteri tidak bertnaggung jawab atas Presiden.
f. Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hukum tatanegara adalah suatu hukum yang mengenai suatu negara. Istilah
“hukum tata negara” dapat dianggap identik dengan pengertian “Hukum Konstitusi” yang
merupakan terjemahan langsung dari perkataan Constitutional Law (Inggris), Droit
Constitutionnel (Perancis), Diritto Constitutionale (Italia), atau Verfassungsrecht (Jerman).
Dari segi bahasa, istilah Constitutional Law dalam bahasa Inggris memang biasa
diterjemahkan sebagai “Hukum Konstitusi”. Namun, istilah “Hukum Tata Negara” itu
sendiri jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, niscaya perkataan yang dipakai adalah
Constitutional Law. Oleh karena itu, Hukum Tata Negara dapat dikatakan identik atau
disebut sebagai istilah lain belaka dari “Hukum Konstitusi”.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.Siti Soetami,S.H.pengantar tata hukum Indonesia (Bandung: PT ERESCO, 19932)


Dr.ni’matul huda,Sh.,M.HUM. HUKUM TATA NEGARA INDINESIA.(Jakarta:Raja
Dr.ni’matul huda,Sh.,M.HUM. HUKUM TATA NEGARA INDINESIA.(Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2007), hal.67
E.utrecht moh.shaleh djindang,Sh pengantar dalam hukum indonesia (jakarta: Sinar harapan, 1983)
hlm.324
E.utrecht moh.shaleh djindang,Sh pengantar dalam hukum indonesia (Jakarta: Sinar harapan, 1983)
Grafindo  Persada,2007
H.Alwi Wahyudi,S.H,M.Hum.Hukum Tata Negara Indonesia.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2012)
hlm.60
H.Alwi wahyudi,S.H.,M.Hum.Hukum Tata Negara Indonesia.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2012)
Ibid hlm: 6-7
Ni’matul Huda,S.H.M.Hum.HUKUM TATA NEGARA INDINESIA.(Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2007), hlm.67
Ni’matul Huda,S.H.M.Hum.Hukum Tata Negara Indonesia.(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007)
hlm.107
Prof.Drs.C.S.T.Kansil,S.H.Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2,(Jakarta:Rineka Cipta,2003) 
Prof.Drs.C.S.T.Kansil,S.H.Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2,(Jakarta:Rineka Cipta,2003)
hlm.62

15

Anda mungkin juga menyukai