Anda di halaman 1dari 6

Faktor Resiko Stunting Di Desa Jambu Malea

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir ini telah banyak di temukan penelitian terkait dampak kekurangan
intake zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari mulai meningkatnya resiko terhadap penyakit infeksi
dan kematian yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental. Salah satu
masalah gizi yang sampai saat ini masih belum terselesaikan terutama di negara Indonesia
adalah masalah stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai
dengan penurunan kecepatan pertumbuhan dan merupakan dampak dari ketidakseimbangan
gizi (Apriluana & Fikawati, 2018). Selain itu, Stunting juga merupakan salah satu bentuk dari
gangguan pertumbuhan linier terutama terjadi pada balita (Hendrayanti & Asbar, 2018).

Stunting merupakan masalah gizi yang mendapatkan perhatian baik secara nasional maupun
internasional. Menurut data yang dilansir WHO, 178 juta anak di bawah lima tahun
mengalami stunting. Stunting menjadi suatu permasalahan karena berhubungan dengan
meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian perkembangan otak suboptimal
sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Beberapa
studi menunjukkan risiko yang diakibatkan stunting yaitu penurunan prestasi akademik
meningkatkan risiko obesitas lebih rentan terhadap penyakit tidak menular dan peningkatan
risiko penyakit degeneratif (Picauly & Toy, 2013) dalam (Mitra, 2015).

Penelitian kohort prospektif di Jamaika yang dilakukan pada kelompok usia 9-24 bulan,
diikuti perkembangan psikologisnya ketika berusia 17 tahun, kemudian diperoleh bahwa
remaja yang terhambat pertumbuhannya lebih tinggi tingkat kecemasan, gejala depresi, dan
memiliki harga diri (self esteem) yang rendah dibandingkan dibandingkan dengan remaja
yang tidak terhambat pertumbuhannya. Anak-anak yang terhambat pertumbuhannya sebelum
berusia 2 tahun memiliki hasil yang lebih buruk dalam emosi dan perilakunya pada masa
remaja akhir. Oleh karena itu stunting merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya
manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada pengembangan potensi bangsa (Unicef,
2013; Unicef Indonesia, 2013) dalam (Mitra, 2015). Stunting merupakan bentuk kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung
lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan Keadaan ini diperparah dengan tidak
terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai. Periode 0- 24 bulan
merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode
emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap
bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan
pemenuhan gizi yang adekuat pada usia ini (Mucha, 2013) dalam (Mitra, 2015).

Berdasarkan gejala dan dampak yang timbul dari adanya stunting disebabkan karena adanya
beberapa faktor resiko atau faktor penyebab. Penyebab langsung adalah kurangnya asupan
makanan dan adanya penyakit infeksi. aktor lainnya adalah pengetahuan ibu yang kurang,
pola asuh yang salah, sanitasi dan hygiene yang buruk dan rendahnya pelayanan kesehatan
(Unicef, 1990). Selain itu masyarakat belum menyadari anak pendek merupakan suatu
masalah, karena anak pendek di masyarakat terlihat sebagai anak-anak dengan aktivitas yang
normal, tidak seperti anak kurus yang harus segera ditanggulangi. Demikian pula halnya gizi
ibu waktu hamil, masyarakat belum menyadari pentingnya gizi selama kehamilan
berkontribusi terhadap keadaan gizi bayi yang akan dilahirkannya kelak (Unicef Indonesia,
2013) (Mitra, 2015)

Dari beberapa faktor resiko yang muncul, tentu setiap kasus stunting yang timbul di sebabkan
oleh faktor yang berbeda. Pada setiap daerah perlu diketahui faktor resiko stunting sehingga
dapat dilakukan proses intervensi yang tepat. Sulawesi Barat merupakan provinsi dengan
angka stunting tertinggi kedua di Indonesia dan Polewali Mandar merupakan kabupaten
dengan penyumbang angka stunting yang tinggi di Sulawesi Barat. Adapan salah satu lokus
stunting di Polewali Mandar adalah Desa Jambu Malea Kecamatan Tapango. Sehingga perlu
dilakukan penanganan dengan terlebih dahulu menganalisis faktor resiko yang menjadi
penyebab utama stunting di Desa Jambu Malea Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali
Mandar.

METODE PELAKSANAAN

Tempat dan Waktu. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di Desa Jambu Malea
Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali Mandar. Waktu pelaksanaannya dilakukan selama
dua hari pada tanggal 26-27 Agustus 2022 pukul 10.00-12.00 WITA.

Khalayak Sasaran. Khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu dan balita yang beresiko
dan terindikasi stunting di Desa Jambu Malea. Informasi khalayak sasaran ini diperoleh dari
beberapa kader baik itu kader ceting maupun kader posyandu di Desa Jambu Malea.
Pemilihan khalayak sasaran tersbut dipilih dalam kegiatan ini untuk dapat memberikan
informasi mengenai faktor resiko stunting yang menyebabkan balita mengalami kondisi
stunting.

Metode Pengabdian. Metode pengabdian yang digunakan dalam merealisasikan kegiatan ini
dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan assesmen kepada ibu
balita yang menjadi sasaran. Proses assesmen dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara dan kuesioner. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor resiko
stunting yang terjadi pada balita di Desa Jambu Malea. Kemudian tahap kedua dilanjutkan
dengan melakukan intervensi kepada ibu balita yang beresiko dan terindikasi stunting. Proses
intervensi dilakukan dengan penyuluhan menggunakan poster dan stiker yang di tempel di
dinding khalayak sasaran. Stiker yang digunakan di cetak melalui percetakan dengan memuat
materi terkait stunting khsusnya cara pencegahan stunting. Selain itu, juga dilakukan
penyuluhan terkait protein hewani yang baik untuk pertumbuhan anak. Tahap ketiga
kemudian dilakukan intervensi dengan memberikan susu dan makanan tambahan kepada
sasaran. Adupun metode penyuluhan ini dilakukan secara door to door dengan respon
masyarakat yang antusias menyambut dan memberikan informasi yang ingin diketahui.

Indikator Keberhasilan. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah meningkatnya


pengetahuan ibu balita terkait stunting, ibu balita paham tentang makanan yang dikonsumsi
ibu ketika hamil dan anak yang dikonsumsi anak, stiker tertempel di dinding rumah serta
poster dan stiker di baca.

Metode Evaluasi. Metode evaluasi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan
melihat progres ibu dalam membawa anaknya ke posyandu.

PEMBAHASAN

Pengertian Stunting

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam kurun waktu yang lama sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan
(Almatsier, 2011) dalam (Apriluana & Fikawati, 2018). Pengertian lain menyatakan bahwa
stunting merupakan kondisi dimana balita dinyatakan memiliki panjang atau tinggi yang
pendek dibanding dengan anak seusianya. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek dari anak seusianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah
lahir, tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun (Izwardy, 2019) dalam (Choliq,
Nasrullah , & Mundakir, 2020)
Stunting adalah anak balita (bayi dibawah lima tahun) yang gagal tumbuh akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek dari seusianya. Kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek
(severly stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study). Sedangkan defenisi stunting menurut kementrian kesehatan (Kemenkes)
adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar devisi (stunted) dan
kurang dari -3SD (severly stunted) (Tim Nasional Prcepatan Penanggulangan Kemiskinan,
2017) dalam (Choliq, Nasrullah , & Mundakir, 2020)

Data Stunting Desa Jambu Malea

Rekap Status Gizi Umur 0-23 Bulan Februari 2022 Desa Jambu Malea
Indikator Sangat Kurang Kurang
BB/U 6 36
TB/U 19 44
BB/TB 1 8
Jumlah 26 88
Sumber Data : Puskesmas Pelitakan, 2022

Rekap Status Gizi Umur 0-59 Bulan Februari 2022 Desa Jambu Malea
Indikator Sangat Kurang Kurang
BB/U 2 14
TB/U 6 13
BB/TB 1 6
Jumlah 9 33
Sumber Data : Puskesmas Pelitakan, 2022
Faktor resiko stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi
buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Hal ini terjadi di Desa Jambu Malea
berdasarkan data Puskesmas bulan Juni 2022 dan hasil assesmen 27 Juli bahwa balita di
Jambu Malea memiliki gizi yang baik. Justru balita stunting disebabkan karena faktor lain.
Secara detil, adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting adalah sebagai berikut:
1. Prakter pengasuhan orang tua yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena seorang
ibu yang memiliki peran ganda. Selain di sektor domestik, seorang ibu juga terkadang
bekerja di sektor publik sehingga waktu untuk anak menjadi berkurang. Ini tentu
mempengaruhi pola pengasuhan ibu yang kurang baik.
2. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
3. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Berdasarkan hasil assesmen, sebagian besar
keluarga belum mempunyai akses air bersih dan sanitasi pribadi. Hal ini membuat
mereka harus menumpang pada milik orang lain atau melakukan aktivitas yang
membutuhkan air di sungai.
4. Pernikahan dini. Selain beberapa faktor diatas, stunting di Desa Jambu Malea terjadi
karena orang tua mereka yang melakukan pernikahan dini. Berdasarkan hasil
assesmen bahwa sebagian besar orang tua yang menjadi khalayak sasaran menikah
dibawah usia 19 tahun. Sehingga organ reproduksi belum matang, pengetahuan yang
belum memadai mengakibatkan melahirkan anak yang stunting.
5. Pendidikan Orang Tua yang Rendah.
6. Kurangnya kesadaran ibu dan sasaran ceting untuk datang ke posyandu

Bentuk Intervensi yang Dilakukan


1. Penyuluhan melalui poster terkait stunting
2. Penyuluhan melalui poster tentang DITSU
3. Pemasangan poster di dinding rumah

Bibliography
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian
Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media
Litbangkes, 28(4), 247 – 256.

Hendrayanti, & Asbar, R. (2018). FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA USIA 12 SAMPAI 60 BULAN. Media Gizi Pangan, 28(1), 70-75.
Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah
Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6),
254-261.

Anda mungkin juga menyukai