1. Apakah Presiden mempunyai hak veto terhadap proses pembentukan UU?
2. a.) Darimana gagasan atau ide RUU berasal? b.) Siapa yang berhak mengusulkan suatu RUU? c.) Siapa yang melakukan riset dan merancang draft RUU? Mengelola draft pada saat pembahasan hingga disahkan? d.) Siapa dan dengan prosedur seperti apa untuk memastikan bahwa draft RUU konsisten dengan standar/kaidah perancangan dan memastikan bahwa isinya tidak bertentangan dengan UU yang berikut? 3. Apakah masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dalam proses pembentukan UU?Bagaimana caranya?
Jawab
1. Iya, presiden mempunyai hak veto terhadap proses pembentukan UU walaupun
Hak tersebut merugikan RUU yang dibatalkan. Dalam pengertiannya sendiri hak veto adalah hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan peraturan dan undang undang atau resolusi. Yang dimana biasanya melekat pada salah satu Lembaga tinggi negara. Namun hak veto sendiri bagi presiden hanyalah merupakan alat formal untuk mempengaruhi kekuasaan pembentuk undang undang yang menjadikan hak veto sebagai bentuk kekuasaan legislative Presiden.
2. a.) Berdasarkan Pasal 163 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 : (1)
Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. b.) Pasal 22D UUD NRI tahun 1945 dan UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Memberikan wewenang bagi DPD RI untuk mengusulkan RUU. c.) Yang melakukan riset serta draft RUU adalah yang mengusulkan RUU itu ke DPR. Contoh presiden mengusulkan RUU tentang Konservasi Keaneka Ragaman Hayati. Berarti yang melakukan riset serta draft RUU adalah tim riset yang dibuat oleh Presiden untuk menyampaikan ke DPR. d.) Dalam pengusulan RUU bertanggung jawab dalam substansi pasal agar tidak bertentangan dengan kaidah kaidah yang ada pada negara kita. Semisal Pemerintah mengusulkan tentang RUU RAPBN. Dalam pengusulan tersebut yang bertanggung jawab agar isi pasal tidak bertentangan pada UU adalah yang mengusulkan (Pemerintah) dengan berada di bawah pengawasan DPR. Dalam hal ini DPD memberi pertimbangan tetapi tidak bisa ikut membahas dikarenakan Batasan kewenangan yang dimiliki oleh DPD dalam ranah dareah saja. Yang ikut membahas tetap Presiden dengan DPR serta mempertimbangkan pertimbangan dari DPD agar susbstansi pasal yang dibuat sesuai dengan UU.
3. Berdasarkan pasal 96 undang undang No 12 tahun 2011 menjamin bahwa
masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan atau tertulis dalam pembentukan perundang undangan. Jadi masyarakat berhak untuk berpartisipasi secara langsung tetapi dengan prosedur yang benar. Cara masyarakat berpartisipasi dalam pembentukan perundang undangan dengan menyampaikan aspirasi lewat berbagai macam mediasi seperti demo atau melewati mediasi tokoh masyarakat untuk menyampaikan keluhan yang ada pada masyarakat agar bisa dimasukan dalam pembentukan perundang undangan.