Anda di halaman 1dari 2

Nama: Farrell Abrar Maulaya

Kelas: HTN A-5

NIM: 032111133186

Tugas Self Study

1. Apakah Presiden mempunyai hak veto terhadap proses pembentukan UU?


2. a.) Darimana gagasan atau ide RUU berasal?
b.) Siapa yang berhak mengusulkan suatu RUU?
c.) Siapa yang melakukan riset dan merancang draft RUU? Mengelola draft pada saat
pembahasan hingga disahkan?
d.) Siapa dan dengan prosedur seperti apa untuk memastikan bahwa draft RUU
konsisten dengan standar/kaidah perancangan dan memastikan bahwa isinya tidak
bertentangan dengan UU yang berikut?
3. Apakah masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dalam proses pembentukan
UU?Bagaimana caranya?

Jawab

1. Iya, presiden mempunyai hak veto terhadap proses pembentukan UU walaupun


Hak tersebut merugikan RUU yang dibatalkan. Dalam pengertiannya sendiri hak
veto adalah hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan peraturan
dan undang undang atau resolusi. Yang dimana biasanya melekat pada salah satu
Lembaga tinggi negara. Namun hak veto sendiri bagi presiden hanyalah
merupakan alat formal untuk mempengaruhi kekuasaan pembentuk undang
undang yang menjadikan hak veto sebagai bentuk kekuasaan legislative Presiden.

2. a.) Berdasarkan Pasal 163 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 : (1)


Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD.
b.) Pasal 22D UUD NRI tahun 1945 dan UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD Memberikan wewenang bagi DPD RI untuk mengusulkan
RUU.
c.) Yang melakukan riset serta draft RUU adalah yang mengusulkan RUU itu ke
DPR. Contoh presiden mengusulkan RUU tentang Konservasi Keaneka Ragaman
Hayati. Berarti yang melakukan riset serta draft RUU adalah tim riset yang dibuat
oleh Presiden untuk menyampaikan ke DPR.
d.) Dalam pengusulan RUU bertanggung jawab dalam substansi pasal agar tidak
bertentangan dengan kaidah kaidah yang ada pada negara kita. Semisal
Pemerintah mengusulkan tentang RUU RAPBN. Dalam pengusulan tersebut yang
bertanggung jawab agar isi pasal tidak bertentangan pada UU adalah yang
mengusulkan (Pemerintah) dengan berada di bawah pengawasan DPR. Dalam hal
ini DPD memberi pertimbangan tetapi tidak bisa ikut membahas dikarenakan
Batasan kewenangan yang dimiliki oleh DPD dalam ranah dareah saja. Yang ikut
membahas tetap Presiden dengan DPR serta mempertimbangkan pertimbangan
dari DPD agar susbstansi pasal yang dibuat sesuai dengan UU.

3. Berdasarkan pasal 96 undang undang No 12 tahun 2011 menjamin bahwa


masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan atau tertulis dalam
pembentukan perundang undangan. Jadi masyarakat berhak untuk berpartisipasi
secara langsung tetapi dengan prosedur yang benar. Cara masyarakat
berpartisipasi dalam pembentukan perundang undangan dengan menyampaikan
aspirasi lewat berbagai macam mediasi seperti demo atau melewati mediasi tokoh
masyarakat untuk menyampaikan keluhan yang ada pada masyarakat agar bisa
dimasukan dalam pembentukan perundang undangan.

Anda mungkin juga menyukai