OLEH KELOMPOK 2:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA
DAN KEUANGAN DAERAH” Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari dosen kami pada mata kuliah Hukum Keuangan Negara.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
mengerjakan Makalah ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Kami
menyadari, bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar bisa
menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan Semoga Allah SWT selalu mecurahkan berkah
dan ridho kepada kita semua. Aamiin.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ 2
BAB 1 .................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 5
PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA .................................................................................................... 5
A. Pengertian ................................................................................................................................. 5
B. Tujuan Pengawasan Keuangan Negara ..................................................................................... 5
C. Jenis-Jenis Pengawasan............................................................................................................. 5
D. Pemeriksaan Sebagai Tindak Lanjut Pengawasan ..................................................................... 7
E. Proses Pemeriksaan Operasional .............................................................................................. 7
F. Tindak Lanjut Pemeriksaan ....................................................................................................... 7
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH .................................................................................................... 8
A. Definisi Keuangan Daerah ......................................................................................................... 8
B. Sumber Pendapatan.................................................................................................................. 8
C. Landasan Yuridis Otonomi Daerah ............................................................................................ 9
D. Dasar Hukum Keuangan Daerah. ................................................................................................ 10
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah pada dasarnya bukanlah tujuan, melainkan alat bagi terwujudnya cita-
cita keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Kebijakan otonomi daerah yang
berorientasi kepada kepentingan rakyat tidak akan pernah terwujud apabila pada saat yang
sama agenda demokratisasi tidak terwujud. Dengan kata lain, otonomi daerah di satu sisi bisa
meminimalisasi konflik pusatdaerah, dan di sisi lain dapat menjamin citacita keadilan,
demokrasi, dan kesejahteraan bagi masyarakat, hanya mungkin diagendakan dalam kerangka
besar demokratisasi kehidupan bangsa di bidang politik, hukum, dan ekonomi. Ini berarti,
bahwa otonomi daerah tidak bisa dipisahkan dari demokratisasi kehidupan bangsa.
Selain itu, otonomi daerah haruslah dilihat sebagai otonomi masyarakat daerah, bukan
merupakan otonomi pemerintah daerah. Konsekuensi logis dari cara pandang seperti ini adalah
kebijakan otonomi daerah harus berorientasi pada pemberdayaan, pelayanan, dan
kesejahteraan bagi masyarakatnya.
B. Rumusan Masalah
• Bagaimana Pengelolaan Pengawasan Negara Dan Daerah?
C. Tujuan
• Untuk mengetahui Pengawasan Keuangan Negara Dan Pengawasan Keuangan
Daerah
BAB II
PEMBAHASAN
Pengawasan keuangan negara adalah ” Segala kegiatan kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran
negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam Anggaran “.
C. Jenis-Jenis Pengawasan
1. Berdasarkan Objek
• Pengawasan terhadap Penerimaan Negara:
1) Penerimaan dari Pajak dan Bea Cukai dilakukan oleh Kantor Inspeksi Bea dan Cukai.
• Pengawasan Detektif
Pengawasan detektif adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan meneliti
dan mengevaluasi dokumen-dokumen laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan. Berdasarkan cara melakukan pengawasan detektif dibedakan menjadi dua,
yaitu :
• Pengawasan Eksternal
Adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas yang sama
sekali berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.
• Pengawasan Fungsional
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional, baik yang berasal
dari internal Pemerintah, maupun dari lingkungan eksternal Pemerintah.
1. efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan penggunaan sumber daya dan dana yang
tersedia.
2. aspek-aspek yang perlu diperbaiki.
3. aspek-aspek tersebut secara mendalam, memaparkan perlunya perbaikan, serta
mengemukakan saran-saran perbaikan yang perlu dilakukan.
E. Proses Pemeriksaan Operasional
Proses pelaksanaan pemeriksaan operasional secara garis besar dilakukan dalam 4 (empat)
tahapan, yaitu :
1. Survei pendahuluan.
2. Evaluasi sistem pengendalian intern.
3. Pemeriksaaan terinci.
4. Penulisan laporan.
F. Tindak Lanjut Pemeriksaan
Setiap pejabat yang menerima laporan hasil pemeriksaaan harus melakukan tindak lanjut,
serta melaporkannya kepada BPKP. Tindak lanjut yang dilaporkan kepada BPKP dalam hal
ini tidak hanya tindak lanjut dari temuan pemeriksaan BPKP, melainkan tindak lanjut dari
temuan pemeriksaan aparat pengawas sendiri. Yang dimaksud tindak lanjut dalam hal ini :
Dilansir dari situs resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia, terdapat dua
pengertian keunagan daerah, yaitu:
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Tujuan diaturnya keuangan daerah oleh pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dalam pengelolaan sumber daya keuangan daerah. Selain itu, meningkatkan kesejahteraan
daerah dan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
B. Sumber Pendapatan
• Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lainnya.
• Dana Perimbangan, meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus.
• Pendapatan daerah lain yang sah.
Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini adalah pengawasan terhadap angaran
keuangan daerah/APBD. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah Pasal 42 menjelaskan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanan Perda dan peraturan perundang-undangan lainya, peraturan
kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan
daerah dan kerjasama internasional di daerah. Berdasarkan dari Undang-Undang tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus
kepada pengawasan terhadap pelaksanan APBD.
1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan UU dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan UU.
“ Pasal 18B “ :
3.
Pengawasan angaran meliputi seluruh siklus angaran, mulai dari tahap perencanan,
pelaksanan, maupun pertangungjawaban. Secara sederhana pengawasan angaran merupakan
proses pengawasan terhadap kesesuaian perencanan angaran dan pelaksananya dalam
melaksanakan pembangunan daerah. Pengawasan terhadap pelaksanan perlu dilakukan, hal ini
bertujuan untuk memastikan seluruh kebijakan publik yang terkait dengan siklus
angaran dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan berorientasi pada prioritas publik. Namun sebelum sampai pada tahap pelaksanan, angota
dewan harus mempunyai bekal pengetahuan mengenai angaran sehinga nanti ketika melakukan
pengawasan terhadap pelaksanan angaran, angota dewan telah dapat mendeteksi apakah ada
terjadi kebocoran atau penyimpangan alokasi angaran.
Berdasarkan hak ini, DPRD memiliki posisi, tugas, dan fungsi penting dalam pengawasan
APBD yang lebih luas, dimana anggota DPRD harus melakukan fungsi pengawasan secara
nyata. Indriani dan Baswir (2003:79) menyatakan bahwa pengawasan keuangan daerah
(APBD) harus dimulai dari proses perencanaan hingga proses pelaporan. Fungsi pengawasan
tersebut yaitu:
1) Perencanaan
Pada tahap ini DPRD memiliki peran dalam melakukan kegiatan yaitu menampung
aspirasi masyarakat, menetapkan petunjuk dan kebijkan publik tentang APBD dan menentukan
strategi dan prioritas dari APBD tersebut, melakukan klarifikasi dan ratifikasi (diskusi APBD
dalam rapat paripurna), serta mengambil keputusan dan pengesahan.
2) Pelaksanaan
Peran DPRD direalisasikan dengan melakukan evaluasi terhadap APBD yang dilaporkan
secara kuarter dan melakukan pengawasan lapangan melalui inspeksi dan laporan realisasi
anggaran, termasuk juga evaluasi terhadap revisi atau perubahan anggaran. Hal tersebut
dikarenakan adanya masalah yang sering timbul pada tahap implementasi yaitu banyaknya
revisi dan perubahan APBD.
3) Pelaporan
Fungsi pengawasan dari DPRD dapat diimplementasikan dengan mengevaluasi laporan
realisasi APBD secara keseluruhan (APBD tahunan) dengan memeriksa laporan APBD dan
catatan atas audit APBD dan juga inspeksi lapangan.
Dari ketiga tahap tersebut pelaksaan pengawasan yang profesional dan independen sangatlah
diperlukan. Terdapat tiga tipe pengawasan (Handoko, T. Hani., 1999) yaitu;
1. Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control atau Steering Control) adalah suatu proses
pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-
penyimpangan dari standar atau tujuan yang memungkinkan koreksi dapat dibuat sebelum
suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Pendekatan ini dengan menditeksi masalah-masalah
sedini mungkin dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah benar-benar
terjadi dan menimbulkan kerugian yang besar.
2. Pengawasan Konkruen (Concurrent Control atau Screening Control) adalah suatu proses
pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan. Pengawasan ini
menghendaki bahwa dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu
atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum semua kegiatan dapat dilanjutkan
untuk menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control atau Past-Action Control) adalah suatu proses
pengawasan yang dilakukan dengan mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan. Pada tipe ini pengawasan dilakukan setelah suatu kegiatan terjadi atau selesai.
Penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan, dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
dilakukan perbaikan pada kegiatan yang sama dimasa mendatang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keuangan daerah adalah kemampuan pemerintahan daerah untuk mengelola, mulai
merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi berbagai sumber
keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dan
tugas pembantuan di daerah yang diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).