Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERLINDUNGAN HAM BAGI ORANG DENGAN HIV/AID

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Hukum dan Hak Asasi Manusia
Dosen Pengampu: Ikhsan Syafuddin, SH, MH.
Oleh: Jos Odisyah Putra (D 101 19 472)
Kelas: E / BT 5

Fakultas Hukum | Universitas Tadulako


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul HAM dan Edukasi nya di Masyarakat Umum ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hak Asasi Manusia bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ikhsan Syafuddin, SH, MH., selaku
Dosen mata kuliah Hukum dan Hak Asasi Manusia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Wassalamualaikum wr.wb

Palu, 21 Maret 2021


Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A. Latar Belakang..................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................6
C. Tujuan...............................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Hak dan Kewajiban Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)..................................................7
B. Nilai-Nilai HAM Dalam Perlindungan Hak Penderita HIV/AIDS.................................10
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................................13
Daftar Pustaka................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku manusia selalu bersentuhan dengan Hukum dan HAM, Hukum adalah suatu alat
dengan dua fungsi utama, yakni sebagaisocial controldansocial engineering. Sebagaisocial
control, hukum dipakai sebagai alat untuk mengontrol perilaku tertentu dalam masyarakat
sehingga perilaku tersebut tidak merugikan dirisendiri dan anggota masyarakat lainnya,
sebagaisocial engineeringhukum dijadikan sebagai alat yang dapat mengubahsebuah masyarakat
sesuaikeinginan dan cita-cita hukum. Hukum juga berfungsi sebagai sarana untuk
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan nasional yang secara alamiah telah disepakati
sebagai masukan untuk melakukan modifikasi sosial (social modification).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejalapenyakit (sindrom)
yang didapat akibatturunnya kekebalan tubuh yangdisebabkan oleh HIV. HIV/AIDS sendiri
memang merupakan isu kesehatan yang cukup sensitifuntuk dibicarakan, Penularan virus
tersebut ditularkan melalui hubunganseksual, jarum suntik, mendapatkan transfusi darah yang
mengandung virusHIV dan ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan.
Terkait eratnya HAM dan HIV telah diakui secara luas. HIV/AIDS dilihat dari segi Hak
Asasi Manusia terdapat hak asasi fundamental yaitu: hak terhadap kesehatan dan hak untuk
bebas dari diskriminasi. Sesuai kenyataan sampai sekarang ini dibandingkan dengan hak
terhadap kesehatan, jalan keluar dari masalah diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS ini jauh
lebih kompleks dan sulit. Pada banyak kasus, penderita akhirnya bisa berdamai dengan
kenyataan bahwa mereka memang mengidap HIV dan mungkin akan meninggal karena AIDS.
Akan tetapi penderitaan yang lebih parah justru dialami karena adanya prasangka negatif yang
dikenakan kepada mereka.
Salah satu pendorong epidemi HIV dan meningkatkan dampaknya adalah pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Pada saat yang sama, HIV merusak kemajuan dalam realisasi Hak Asasi
Manusia. Setiap orang memiliki hak untuk mengakses layanan HIV dan layanan Kesehatan
lainnya, semua orang juga berhak atas perlakuaan yang sama di hadapan hukum dan hak atas
martabat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hak dan kewajiban Orang Dengan HIV/AIDS?
2. Bagaimana nilai-nilai HAM dalam Perlindungan Hak Penderita HIV/AIDS

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan mengenai hak-hak dan kewajiban Orang


dengan HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan mengenai nilai-nilai HAM dalam
Perlindungan Hak Penderita HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Kembali ke konsep dasar bahwa HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri setiap
manusia sejak di dalam kandungan tanpa terkecuali dan hak-hak ini tidak dapat diganggu gugat
atau dikurangi apalagi dicabut karena merupakan sebuah anugrah dan negara wajib
menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak rakyatnya.
Berbicara tentang Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), ada beberapa bentuk HAM yang
terkait dengan HIV/AIDS yang dapat dikaji. Hak-hak ini saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Merupakan tugas pemerintah dan kita semua untuk mempromosikan dan
melindungi hak-hak tersebut. Menurut dokumen WHO tahun 1998 mengenai petunjuk
pelaksanaan “HIV/AIDS and Human Rights” ada beberapa hal yang dapat diperhatikan
mengenai hak asasi ODHA, meliputi:
1. Hak atas perlakuan non-diskriminatif termasuk hak atas kedudukan yang
sama di depan hukum.

Undang-undang internasional mengenai HAM menjamin hak perlindungan hukum


dan kebebasan dari segala bentuk diskriminasi, baik yang berdasarkan warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, politik, tingkat sosial-ekonomi, dan sebagainya. Tindakan diskriminatif
tidak hanya keliru dan salah, tapi juga akan menimbulkan dan mempertahankan kondisi
yang memudahkan penularan HIV/AIDS. Diskriminasi menciptakan suasana lingkungan
yang menyulitkan perubahan perilaku dan menghambat masyarakat menanggulangi
masalah HIV/AIDS.

4. Hak atas kemerdekaan dan rasa aman.

Tak seorang pun boleh ditangkap, dipenjara, diisolasi atau dipisahkan dari
masyarakat, hanya karena ia terinfeksi HIV atau sakit AIDS. WHO menganjurkan agar
odha tetap berada di tengah-tengah masyarakat. Di penjara pun, seorang tahanan yang
terinfeksi HIV tidak boleh dipisahkan atau diisolasi dari tahanan lain.
5. Hak untuk menikah.

Odha mempunyai hak untuk menikah dan berkeluarga, dan untuk menghormati hak
tersebut maka penyuluhan dan konseling seharusnya tersedia untuk odha dan
pasangannya. Kita harus menghormati hak odha untuk hamil dan mempunyai anak.
Sewaktu perempuan dengan HIV hamil dan ia ingin melanjutkan kehamilannya, maka
bayinya juga mempunyai hak untuk dilahirkan normal tanpa cacat. Untuk melindungi hak
bayi, termasuk untuk menghindarkannya dari penularan HIV dari ibunya, odha
perempuan tersebut perlu mendapat layanan dan pengobatan sewaktu hamil, baik
sewaktu melahirkan maupun sesudahnya.

6. Hak untuk mendapatkan pendidikan.

Odha mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan odha seharusnya


tidak dibatasi, dan interaksi sosial di sekolah perlu dibina dengan baik agar odha tidak
tersingkir. Jika ini ditegakkan, tidak perlu lagi ada anak yang ditolak atau dikeluarkan
dari sekolah gara-gara status HIV-nya, apalagi hanya status HIV orangtuanya, seperti
yang terjadi tahun 2012 lalu di Jakarta. Namun untuk dicatat kejadian ini tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga pernah terjadi di Amerika, ketika seorang odha harus berhenti dari
sekolah karena protes beberapa orangtua siswa yang lain yang ketakutan anak-anaknya
tertular HIV karena satu sekolah bersama siswa dengan HIV.

7. HAM untuk perempuan berstatus odha.

Diskriminasi terhadap perempuan, de facto dan de jure, memudahkan perempuan


terinfeksi HIV. Subordinasi perempuan di dalam keluarga ataupun di masyarakat
merupakan faktor penting yang menyebabkan peningkatan kecepatan infeksi HIV pada
perempuan. Diskriminasi yang berlatar belakang ketimpangan gender juga menyulitkan
perempuan sewaktu menghadapi konsekuensi infeksi HIV pada diri mereka, ataupun
infeksi HIV pada anggota keluarganya.

8. HAM untuk odha anak.

Telah disepakati secara internasional bahwa yang disebut anak adalah yang berusia
kurang dari 18 tahun, kecuali undang-undang menentukan lain. Selain hak-hak yang
secara khusus dibahas pada Konvensi Hak-hak Anak, sebagian besar hak anak adalah hak
yang juga berlaku untuk orang dewasa, seperti hak untuk hidup, mendapatkan
pendidikan, layanan kesehatan, perlakuan non-diskriminatif, hak berserikat, dan hak
menyatakan pendapat. Hak-hak untuk bebas dari pelacuran, eksploitasi seksual dan
kekerasan seksual amat relevan dengan program pencegahan penularan HIV.

9. Hak untuk bepergian.

Odha mempunyai kebebasan untuk bepergian, dan seharusnya tidak boleh ada
peraturan untuk membatasi seseorang bepergian hanya berdasarkan status HIV-nya,
karena sama sekali tidak ada dasar ilmiahnya.

10. Hak untuk menyatakan pendapat.

Setiap orang mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya. Dalam kaitan dengan
hal tersebut, setiap orang berhak mendapatkan dan mencari informasi apa pun, termasuk
informasi mengenai pencegahan, perawatan, dan dukungan dalam mengatasi penyakit
infeksi HIV/AIDS.

11. Hak untuk berserikat.

Deklarasi Universal mengenai HAM menyatakan bahwa setiap orang mempunyai


kebebasan untuk berserikat secara damai. Dalam konteks HIV/AIDS, kebebasan
berserikat merupakan hal yang penting sekali untuk melaksanakan advokasi, lobi, dan
dukungan untuk odha. Odha perlu mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif,
baik langsung maupun tak langsung.

Membicarakan hak asasi odha adalah juga membicarakan mengenai kewajiban, Odha
berkewajiban menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya dan mencegah penularan HIV
dari dirinya ke orang lain. Bila odha pergi ke dokter, dokter gigi, bidan, atau harus dirawat di
rumah sakit, ia perlu memberitahukan status HIV-nya. Di Jakarta, pada prakteknya, kebanyakan
odha didampingi oleh sahabat odha (buddy) dari Sanggar Kerja Yayasan Pelita Ilmu atau
diwakili oleh dokternya, untuk menyampaikan masalah kesehatannya dan sekaligus status HIV-
nya. Bila melakukan hubungan seks odha juga harus selalu memakai kondom.
B. Nilai-Nilai HAM Dalam Perlindungan Hak Penderita HIV/AIDS

Dalam interaksi masyarakat, nilai-nilai HAM merupakan suatu nilai yang nyata atau benar-
benar ada. HAM pun memiliki tujuan agar terciptanya keselarasan dan keserasian dan mencegah
konflik seminimal mungkin. Pembahasan tentang HAM, berarti membahas tentang hak manusia
yang paling dasar dan fundamental. Setiap Manusia berhak atas perlindungan HAM.
Nilai-nilai HAM telah dirumuskan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan.
Dalam kaitan dengan perlindungan hak penderita HIV/AIDS ada tiga nilai yang sangat
mendasar, yaitunon diskriminasi, toleransi dan empati. Paragraf-paragraf berikut ini akan
memberikan batasan pengertian ketiga nilai HAM tersebut.

1. Nilai Non Diksriminasi

Salah satu nilai HAM yang sifatnya universal adalah non diskriminasi. namun
demikiaan, pada kenyataannya masih terjadi diskriminasi, karena ada pandangan-
pandangan negatif yang memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan
pada prasangka mereka akan status “kelompok rentan” seseorang.
Perilaku yang menunjukkan adaya diskriminasi dapat dilihat dari perilaku para
staf rumah sakit yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita
HIV/AIDS. Perilaku diskriminasi juga dapat dilihat dari sikap atasan yang
memberikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka,
atau keluarga/ masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau dipercayai hidup,
dengan HIV/AIDS. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk
pelanggaran hak asasi manusia dan tentu saja tindakan diskriminasi seperti ini
bertentangan dengan UU 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Secara teoritis, ada dua bentuk diskriminasi yaitu institusional dan individual.
Diskriminasi individual yaitu bersikap tidak adil kepada orang lain hanya karena
alasan pribadi belaka. Diskriminasi ini biasanya dilakukan oleh individu,seperti
halnya seorang guru yang tidak memperhatikan seorang anak. Sementara institusional
adalah perlakuan tidak adil terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berasal
dari golongan tertentu, terutama dari kelompok minoritas, di dalam institusi-institusi
atau organisasi-organisasi pemerintahan ataupun swasta.

12. Nilai Toleransi

Pengertian secara umum, toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yangberarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas
dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah
toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas,
misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal
maupun konsevastif.
Pengertian dari perspektif HIV/AIDS, toleransi adalah suatu nilai yang
diimplementasikan dalam sikap dan tindakan yang memberikan perlindungan
terhadap hak penderita HIV/AIDS. Sementara itu, empati adalah suatu sikap peduli
terhadap hak penderita HIV/AIDS. Sedangkan non diskriminasi adalah suatu nilai
yang tidak memberikan perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan penderita
HIV/AIDS.
Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan
sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara dalam semangat persaudaraan. Kalimat yang tercantum dalam Pasal 3
ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tersebut bermakna bahwa setiap
manusia yang terlahir kemuka bumi ini dijamin kebebasan dan kemerdekaannya
tanpaada pihak lain yang berhak untuk mengganggu atau mencabutnya karena itu
merupakan anugrah yang langsung diberikan oleh Tuhan seiring dengan
keberadaannya di dunia.
Substansi pasal tersebut selaras dengan yang tercantum dalam Pasal 1 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang menyatakan bahwa semua orang
dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.
Lebih jauh Pasal2 DUHAM menyebutkansetiap orang berhak atas semua hak dan
kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada
pengecualian apapun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan ataukemasyarakatan, hak
milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Dari penjabaran pasal tersebut semakin jelas
bahwa dalam menjalankan aturan tentang hak-hakhakiki manusia tidak boleh ada
pengecualian dengan apapun alasanya.
Sebuah nilai (value) yang takenfor granted dalam HAM adalah toleransi
(tolerance). Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare,artinya menahan diri, bersikap
sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang
yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan
yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya.
Dalam deklarasi prinsip-prinsip toleransi UNESCO, dinyatakan, “Toleransi
adalah penghargaan, penerimaan dan penghormatan terhadap kepelbagaian cara-cara
kemanusiaan, bentuk-bentuk ekspresi dan kebudayaan”.
Toleransi (tolerance) bermakna to endure without protest (menahan perasaan tana
prote). Toleransi adalah sebuah nilai (value) itu sendiri dan bukan sekedar suatu
kejelekan yang lebih rendah yang harus ditolerir dalam kondisi-kondisi tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi memiliki arti kelapangan dada atau
suka rukun kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain,
tidak mau mengganggu kebebasan berpikir dan berkeyakinan lain.
Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati
nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesama agama apapun, suku, golongan,
ideologi, atau pendangannya. Seorang yang toleran berani mengadakan
wawancaraatau berdialog dengan sikap terbuka untuk mencari pengertian dan
kebenaran dalam pengalaman orang lain, untuk memperkaya pengalaman sendiri
dengan tidak mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakini.

13. Nilai Empati

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, empati diartikan suatu keadaan mental
yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan
perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain.156Empati sangat terkait dengan
simpati, yaitu rasa kasih, rasa setuju atau kecenderungan sikap terhadap suaut
keadaan tertentu. Bersimpati berarti menaruh kasih kepada keadaan seseorang.
Sementara itu, empati adalah kemampuan memahami orang lain, seolah menjadi
dirinya. Kemampuan memahami jalan pikiran, argumentasi dan apresiasi orang lain.
Empati itu adala perwujudan kasih sayang sesama manusia. Imajinasikan seandainya
di dunia tidak ada rasa empati, tidak akan ada persahabatan, kekerabatan, kasih
sayang, cinta dan keadilan. Empati didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif
yang kompleks pada distres emosional orang lain. Empati simpatik dan mencoba
menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
Secara sederhana dapat dinyatakan berempati melakukan (mempunyai) empati.
Secara teknis dapat dinyatakan apabila seseorang mampu memahami perasaan dan
pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu. Jika empati diartikan secara harfiah
bahwa dengan berempati, seseorang masuk ke dalam diri orang lain dan menjadi
orang lain agar bisa merasakan dan menghayati orang lain, maka timbul penilaian
bahwa mustahil orang tersebut bisa melakukannya tanpa melepaskan diri dari dirinya
sendiri, sehingga terdapat aku yang ada dan aku yang keluar dan menjadi orang lain.
Hal tersebut pun mustahil jika terjadi dalam keadaan biasa karena jika sampai terjadi
berarti ada pembelahan diri (splits personality, schizophrenia) yang justru menjadi
tanda adanya hambatan yang serius di dalam kepribadian seseorang. Pada sisi, empati
menjadi salah satu cara yang efektif dalam usaha mengenali, memahami, dan
mengevaluasi orang lain karena dimungkinkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

HAM merupakan aspek penting dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dengan kata
lain tidak dapat dikesampingkan dalam perihal apapun bahkan dalam menangani Orang Dengan
HIV/AIDS, mengingat konsep dasar HAM bahwa setiap manusia di muka bumi memiliki
kebutuhan-kebutuhan pokok yang telah melekat pada dirinya sejak dalam kandungan dan tidak
dapat diganggu gugat.
Dalam pengaplikasiannya pun di masyarakat, nilai-nilai HAM sangat konkret, dan benar-
benar berpengaruh dalam terciptanya keselarasan dan keserasian dan mencegah konflik
seminimal mungkin. Namun, tidak sedikit pula orang-orang yang mengabaikan nilai-nilai HAM
dalam perlindungan Hak Orang dengan HIV/AIDS.
Hal ini sangat berdampak kepada pengaruh terhadap Orang dengan HIV/AIDS untuk
memperoleh layanan kesehatan yang penting dan seringkali menyelamatkan jiwa.

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas.
Daftar Pustaka
Bob. 2019. gueberani.com. juni 10. Accessed maret 27, 2021.
https://gueberani.com/2019/06/10/hak-asasi-manusia-dan-hiv/.
dkk, Yulrina Ardhiyantidan. 2015. “Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan.” 04.
Yogyakarta: Deepublish.
Kusama, Amin Huda Nurarif dan Hardhi. 2015. “Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc.” 10. Jogjakarta: Mediaction.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39. 1999. HAK ASASI MANUSIA.

Anda mungkin juga menyukai