Anda di halaman 1dari 8

KETAHANAN IKAN DI LUAR MEDIA AIR

Putri Novella/C14170010
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

Abstrak
Ikan merupakan suatu organisme akuatik yang seluruh kehidupannya dihabiskan
dalam lingkungan perairan. Oksigen merupakan salah satu variabel lingkungan yang sangat
penting keberadaaannya bagi ikan dalam menjalankan kehidupannya di perairan. Dalam
budidaya sangat penting mengetahui akan pentingnya oksigen bagi kehidupan ikan, apalagi
dalam hal transportasi ikan yang sangat harus diperhatikan kebutuhan oksigen tersebut jika di
luar media air. Praktikum ini bertujuan mengamati kemampuan suatu jenis ikan atau biota air
dalam bertahan hidup di luar media hidupnya. Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 4
Maret 2019 bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan
yang digunakan ialah ikan mas, ikan nila, ikan lele, dan belut. Perlakuan yang diberikan yaitu
dengan membalut ikan menggunakan dakron yang telah diberi air dan memasukkan nya ke
dalam botol lalu direkatkan dengan lakban. Ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan
dapat bertahan lebih lama di luar media air.
Kata kunci: ketahanan, mukus, oksigen,

Abstract
Fish is an aquatic organism whose entire life is spent in an aquatic environment.
Oxygen is one of the environmental varibles that is very important for its existence in carrying
out its life in the water. In aquaculture, it is veru important to know the importance of oxygen
for fish life, especially in the case of fish transportation which must be considered if the oxygen
needs outside the water medium. This practice aims to compare the ability of aquatic organisms
to survive outside the original media. Practicum is held on Monday, March 4, 2019 at the
Laboratory of Animal Physiology, Department of Aquatic Resources Management, Faculty of
Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. The fish used are carp, tilapia,
catfish, and eels. The treatment given is by dressing the fish using a dacron that has been given
water and putting it in a bottle and then gluing it with duct tape. Fish that have additional
breating apparatus can last longer outside the water medium.
Key words: resistance, mucus, oxygen

Latar Belakang
Ikan merupakan suatu organisme akuatik yang seluruh kehidupannya
dihabiskan dalam lingkungan perairan. Oksigen merupakan salah satu variabel
lingkungan yang sangat penting keberadaaannya bagi ikan dalam menjalankan
kehidupannya di perairan (Primaningtyas et al. 2015). Kandungan oksigen (O2)
yang tidak mencukupi kebutuhan dari ikan akan berimplikasi pada penurunan daya
hidup ikan yang meliputi seluruh aktifitas ikan, misalnya pertumbuhan, berenang, dan

Kelompok 4 (Inka Destiana)


reproduksi (Neelima et al. 2016). Dalam budidaya sangat penting mengetahui akan
pentingnya oksigen bagi kehidupan ikan, apalagi dalam hal transportasi ikan yang
sangat harus diperhatikan kebutuhan oksigen tersebut jika di luar media air. Tingkatan
suatu dari ketahanan ikan dalam bertahan hidup di luar media air tergantung dari jenis,
ukuran, kondisi fisiologis dan variabel lingkungan ikan tersebut (Khatir et al. 2017).
Kegiatan transportasi ikan tersebut kadang memaksa ikan untuk bertahan hidup
di luar media air, sehingga perlu penanganan yang baik dalam menunjang ikan tersebut
bertahan di luar media air. Penanganan transportasi yang tidak baik maka akan
menyebabkan ikan tersebut stress dan akan mengalami penurunan fisiologi pada ikan.
Ikan yang mengalami stres akan menyebabkan respirasi dan metabolisme meningkat.
Metabolisme yang meningkat menyebabkan terjadinya hipoksia pada ikan tersebut
(Srineetha et al. 2014). Kondisi tersebut dapat menyebabkan ikan mengalami kematian,
sehingga sangat perlu diketahui penanganan transportasi yang sesuai untuk jenis ikan
yang berbeda.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengamati kemampuan suatu jenis ikan atau biota air
dalam bertahan hidup di luar media hidupnya.

Metode Percobaan
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 4 Maret 2019 pukul 15.00-18.00 WIB
bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL). RAL biasanya digunakan untuk percobaan yang menggunakan
perlakuan yang berbeda di tiap kelompoknya terdiri dari perlakuan, kelompok, dan
ulangan. Perlakuan yang dilakukan yaitu ikan berada di luar media air, kelompoknya
yaitu menggunakan empat jenis ikan yang diuji, sedangkan ulangannya berada pada
tiap kelompok.

Prosedur Percobaan
Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu, terdapat empat jenis ikan yang
digunakan yaitu ikan lele, ikan nila, ikan mas, dan belut. Kemudian timbang keempat
ikan tersebut menggunakan timbangan digital. Selanjutnya siapkan botol plastik yang
sesuai dengan ukuran ikan tersebut, lalu diisi dengan dakron yang sudah diberi air. Lalu
dimasukkan dakron tersebut ke dalam botol plastik, selanjutnya ikan tersebut
dimasukkan dan dilapisi dakron lagi pada bagian atas ikan. Tutup botol plastik tersebut
menggunakan lakban hitam hingga tidak ada oksigen yang dapat masuk ke dalam botol
tersebut. Amati dan perhatikan ikan tersebut setiap 20 menit sekali sampai ikan tersebut
mati.

Kelompok 4 (Inka Destiana)


Pengambilan Data
Percobaan yang dilakuakan untuk mengetahui respon pada ikan yang dilakukan
terhadap empat ikan yang diamati. Berikut ini merupakan tabel acuan yang dipakai
untuk mengetahui respon pada ikan di luar media air.

Tabel 1 Parameter respon pada ikan


Parameter Satuan Alat/Metode Lokasi Pengamatan
Tingkat kematian Menit Perhitungan Laboratorium

Parameter yang Diukur


Parameter yang diamati adalah lamanya ikan mas, ikan nila, ikan lele, dan belut
dapat bertahan di luar media air serta kelulushidupan ikan yang diuji (SR). Secara
matematis SR dapat dirumuskan seperti berikut :

SR (%) = (Nt /N0) × 100


Keterangan :
S = persentase organisme yang hidup (%)
Nt = jumlah individu organisme pada akhir penelitian (individu)
N0 = jumlah individu organisme pada awal penelitian (individu)

Analisis Data
Data parameter biologi ikan nila, ikan mas, ikan lele, dan belut dianalisis secara
statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) yang
diolah dengan program Excel 2017 for Windows. Secara matematis, RAL dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Yij= µ+Ʈi+ɛij
Keterangan :
Yij : Pengaruh perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ0 :Rataan umum
Ʈi :Pengaruh perlakuan ke-i
ɛij :Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Data dibawah ini adalah hasil tingat kematian kumulatif dari perlakuan dengan
menggunakan ikan yang berbeda dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Berikut grafik
yang menunjukkan tingkat kematian kumulatif pada keempat jenis ikan tersebut
dengan waktu yang berbeda.

Kelompok 4 (Inka Destiana)


1600
1400 1480

Waktu Kematian
1200
1000
Mas
800 840 780
720 Nila
600
400 Lele
200 150 140 Belut
120
60 80
60 100
0
1 2 3
Ikan ke-

Gambar 1 Grafik kurva tingkat kematian kumulatif berbagai jenis ikan uji terhadap
waktu tertentu

Berdasarkan grafik diatas merujuk pada kematian kumulatif pada ikan nila, ikan
mas, ikan lele, dan belut. Hasil menunjukkan bahwa kematian kumulatif pada ikan mas
lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila, ikan lele, dan belut. Sedangkan belut
mendapatkan waktu kematian paling lama dibandingkan dengan ikan lainnya.

Tabel 2 Data input mukus keluar


Mas Nila Lele Belut
Waktu
1 5 9 2 6 10 3 7 11 4 8 12
20 Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
40 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
60 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
80 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
100 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
120 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
140 Ada Ada Ada Ada Ada Ada
700 Ada Ada Ada Ada
720 Ada Ada Ada Ada
780 Ada Ada Ada
800 Ada Ada
840 Ada Ada
1000 Ada
1480 Ada

Berdasarkan tabel diatas merujuk pada hasil keluarnya mukus pada ikan nila,
ikan mas, ikan lele, dan belut. Hasil menunjukkan bahwa mucus yang paling banyak
keluar terdapat pada belut kelompok 8. Lalu mucus yang paling sedikit keluar terdapat
pada ikan ikan mas kelompok 1 dan 5 serta ikan nila kelompok 2 dan 6.

Kelompok 4 (Inka Destiana)


Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan tingkat
kematian kumulatif pada ikan nila, ikan mas, ikan lele, dan belut. Berdasarkan hasil
pengamatan dapat dilihat bahwa belut yang paling bertahan dalam praktikum di luar
media air ini. Ketahanan ikan di luar media air menunjukkan seberapa tahan ikan
tersebut dalam bertahan hidup berdasarkan lama tingkat kematian ikan dengan
memiliki perbedaan dalam alat pernapasannya (Balamurugan et al. 2016). Ikan-ikan
tersebut akan mampu mengatur proses pernapasan yang dimiliki pada saat keadaan di
luar media air yang dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan pada ikan tersebut,
lalu pada bukaan mulut dan operculum ikan tersebut juga mempercepat dalam proses
pengambilan udara, serta dalam penggunaan oksigen yang melalui proses kimiawi
sebagai reseptor dengan memiliki fungsi dalam proses metabolisme didalam tubuh ikan
tersebut (Kulkarni 2016). Hal inilah yang dapat membantu ikan dalam bertahan hidup
di luar media dengan waktu yang singkat. Selain itu, ikan mampu bertahan hidup juga
karena mampu memanfaatkan sisa-sisa air yang berada pada dakron. Namun, ikan tidak
mampu bertahan hidup di luar media air dengan kurun waktu yang lama karena kondisi
kerapatan dan viskositas udara dengan air berbeda hal ini lah yang akan menyebabkan
ikan mati (Kusunoki dan Angel 2011). Sedangkan pada ikan lele dan belut mampu
bertahan hidup diluar media air lebih lama karena kedua ikan tersebut memiliki alat
pernapasan tambahan dibandingkan ikan nila dan ikan mas tidak memiliki alat
pernapasan tambahan, maka ikan nila dan ikan mas tidak mampu bertahan lebih lama
seperti ikan lele dan belut. Mucus yang dikeluarkan oleh keempat ikan tersebut juga
termasuk dalam respon ikan untuk ketahanannya di luar media air yang berfungsi
menjaga kelembapan pada tubuh ikan (Panase et al. 2018).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan lele dan belut mampu bertahan lebih
lama di luar media air dibandingkan dengan ikan mas dan ikan nila. Hal ini karena ikan
lele dan belut memiliki alat pernapasan tambahan atau alat pernapasan udara yaitu
arboresen pada ikan lele dan bukofaring pada belut. Masing-masing alat pernapasan
tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu mampu menyimpan cadangan air yang
nantinya akan dialokasikan oleh ikan jika dalam lingkungan yang ekstrem (Oladele et
al. 2011). Berdasarkan data pengamatan hampir 24 jam ikan lele dan belut mampu
bertahan di luar media air dengan memanfaatkan alat pernapasan tambahan yang
dimilikinya, sedangkan pada ikan mas dan ikan nila hanya mampu bertahan ± 1 jam
saja kemampuan dalam ketahanan di luar media air.
Berdasarkan hasil data ANOVA yang didapatkan adalah Fhit<Ftabel hal itu
menunjukkan bahwa gagal tolak Ho. Maksdunya adalah ikan dalam ketahanan di luar
media air dipengaruhi secara nyata dengan adanya perbedaan jenis ikan. Dapat
dibuktikan dengan adanya perbedaan alat pernapasan terhadap keempat jenis ikan yang
diujikan dalam pengamatan tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan ikan yang memiliki
alat pernafasan tambahan memiliki ketahan yang lebih lama karena terdapatnya
cadangan oksigen yang tersimpan di dalam alat pernafasan tersebut. Sedangkan pada
ikan yang tidak memiliki alat pernapasan tambahan dan hanya mengandalkan insang
saja, dapat dilihat pada ikan mas dan ikan nila tidak mampu bertahan lebih lama hanya
mampu bertahan ± 1 jam karena konsumsi oksigen yang tidak ada serta kelembapan
pada tubuh ikan tersebut akan berkurang.

Kelompok 4 (Inka Destiana)


Keluarnya mucus pada ikan dalam mempertahankan kelembaban pada tubuh
ikan tersebut juga mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Pada ikan mas dan ikan nila
masih memproduksi mucus hanya pada menit ke ± 60 dan paling lama pada ikan nila
kelompok 10 yaitu sampai 140 menit. Lalu pada ikan lele dan belut mampu
memproduksi mucus lebih banyak hingga menit-menit yang lebih lama. Hal ini karena
pada ikan lele dan belut yang tidak memiliki sisik pada tubuhnya yang dalam
melindungi tubuhnya dari gesekan. Maka dari itu kedua ikan tersebut memproduksi
mucus lebih banyak dibandingkan ikan yang memiliki sisik. Karena kedua ikan
tersebut memang pada awalnya sudah memproduksi mucus pada habitat air untuk
melindungi diri dari gesekan yang tubuhnya tersebut tidak memiliki sisik lalu ditambah
lagi dengan keadaan di luar media air yang harus memproduksi mucus lebih banyak
untuk menjaga kelembaban tubuhnya dalam mempertahankan hidup (Mohamed et al.
2013).

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan bahwa tingkat kematian
kumulatif pada ikan lele dan belut lebih lama dibandingkan dengan ikan nila dan ikan
mas. Hal ini dikarenakan ikan lele dan belut memiliki alat pernapasan tambahan berupa
arboresen dan bukofaring. Tingkat ketahanan di luar media air juga berpengaruh pada
jenis dan ukuran tubuh ikan tersebut.

Saran
Saran dari praktikum ini sebaiknya menggunakan ikan yang berbeda pada saat
praktikum agar dapat mengetahui respon yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan ikan berbeda.

Daftar Pustaka
Balamurugan J, Kumar TTA, Prakash S, Meenakumari B, Balasundaram C,
Harikrishnan R. 2016. Clove extract: A potential source for stress free transport
of fish. Aquaculture. 454: 171-175.
Khatir EG, Ali SA, Mohamed WE. 2017. Effect of water temperature on
masculinization and growth of Nile Tilapia fish. Journal of Aquaculture. 8(9):
1-5.
Kulkarni SJ. 2016. A review on research and studies on dissolved oxygen and its
affecting parameters. International Journal on Research and Review. 3(8): 18-
22.
Kusunoki ATW, Angel LEAD. 2011. First record of the common carp Cyprinus carpio
var. communis (Linnaeus, 1758) and the mirror carp Cyprinus carpio var.

Kelompok 4 (Inka Destiana)


specularis (Lacepede, 1803) in Tabasco, Southern Gulf of Mexico. Aquatic
Invasions. 6(1): 57-60.
Mohamed AH, Serrano AE, Traifalgar RH. 2013. Variations in the rate of oxygen
consumption by fry and fingerlings of the African catfish Clarias gariepinus
(Burchell, 1822). European Journal of Experimental Biology 3(1): 348-353.
Neelima P, Rao NG, Rao GS, Rao JCS. 2016. A study on oxygen consumption in a
freshwater fish Cyprinus carpio to lethal and sublethal concentrations of
cypermethrin (25 % Ec). International Journal of Current Microbiology and
Applied Sciences. 5(4): 338-348.
Oladele OO, Olufemi BE, Oladosu GA, Adediji IO. 2011. Arborescent organ necrosis
syndrome in catfish, Clarias gariepinus (Burchell): a case report. Journal of
Fish Diseases. 3(4): 801-804.
Panase P, Saenphet S, Saenphet K. 2018. Biochemical and physiological responses of
Nile tilapia Orechromis niloticus lin subjected to cold schock of water
temperature. Aquaculture Reports. 11:17-23.
Primaningtyas AW, Hastuti S, Subandiyono. 2015. Performa produksi ikan lele
(Clarias gariepinus) yang dipelihara dalam system budidaya berbeda. Journal
of Aquaculture Management and Technology. 4(4): 51-60.
Srineetha U, Reddy MV, Bhaskar M. 2014. Effect of environmental acidic pH on
oxygen consumption in different stages of fish, Cyprinus carpio(L). Journal of
Environmental Science, Toxicology and Food Technology. 8(8): 17-21.

Lampiran

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 5 300.007 60.0014 1888.851
Column 2 8 366.685 45.83563 1249.935
Column 3 42 2900.21 69.05262 400.4937
Column 4 74 3768.16 50.92108 462.7815

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 9875.391 3 3291.797 6.186822 0.000592 2.677107
Within Groups 66508.24 125 532.0659

Total 76383.63 128

Kelompok 4 (Inka Destiana)


Kelompok 4 (Inka Destiana)

Anda mungkin juga menyukai