Anda di halaman 1dari 7

Sapa Laut Agustus 2017. Vol.

2(3): 61-67 E- ISSN 2503-0396

PENGARUH KENAIKAN SUHU AIR LAUT TERHADAP TINGKAH LAKU


IKAN KARANG (Amblyglyphidodon curacao) PADA WADAH TERKONTROL

The effect of increasing sea water treatment to the behavior of Staghorn Sergeant
(Amblyglyphidodon curacao) in control containers

Deniro1, Baru Sadarun 2, Yusnaini3


1,2
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo
3
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
Email : denikelauatan@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang
Amblyglyphidodon curacaopada wadah terkontrol. Lokasi penelitian ini diperairan Pulau Hoga Kecamatan
Kaledupa KabupatenWakatobi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu Lapangan (pengamatan langsung) dan laboratorium. Fokus pengamatan dalam pengukuran adalah
Maksimal termal kritikal (CTMax). Analisis data yang digunakan untuk melihat tingkah laku ikan ikan
dilakukan dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu air laut
berpengaruh terhadap tingkalaku ikan karang amblyglyphidodon curacao pada wadah terkontrol dapat dilihat
pada gerakanikan ditandai dengan tingkah laku bergerak dengan normal (aktivitas berenang tenang dan
frekuensi buka tutup operkulum tenang) dan tidak normal (berenang cepat, berenang miring, berenang
menabrak wadah, melompat-lompat, dan frekuensi buka tutup operkulum cepat). Suhu normal berada pada
kisaran 26,5 – 32,9 °C dan suhu tidak normal berada pada kisaran 33,4 0C -35,40C..

Kata Kunci: Suhu, tingkah laku, Amblyglyphidodon curacao, Hoga

Abstract
Behaviour Amblyglyphidodon curacao on the container control. The research focused on coral reef fish
species Amblyglyphidodon curocao. This type of fish is a reef fish generally live in the area 1- coral at a
depth of 15 m. The fish pick his spot in the coral as shelter, feeding, shelter, and a place bertelur.Marfologi
Amblyglyphidodon reef fish by species derived from the familyPomacentridae curacao has many genera,
with a cheek body and visible from the side rounded, fish this small sized highest in coral reefs. While the
food from this family, namely plankton, invertebrates and algae, some have a symbiosis with the anemone is
of the genus Amphiprion. The location of this research in waters Hoga island Kec.Kaledupa Kab.Wakatobi
ragency South East Sulawesi. Methods collection the data in this study was conducted in two stages, Field
(direct observation) and laboratorium.the focus of observation in measurement is critical thermal maximum
(CTMax) to determine the temperature tolerance limits reef fish can survive life. Result research shows the
tendency of reef fish can survive a temperature range of 370C-38,40C obtained based on the measurement of
Critical Thermal Maximum (CTMax). In this research can be concluded that the rise in sea temperatures take
effect behavior against reef fish Amblyglyphidodon curacao, to the critical limit of tolerance temperature rise
of 37 0C - 38 0C, and is characterized by loss of balance in reef fish Amblyglyphidodon curacao that fish can
not swim straight and began to move irregular.

Keywords: Temperature, behavior, Amblyglyphidodon curacao, Hoga

Pendahuluan
Suhu merupakan salah satu variabel metabolisme dalam tubuh, yang pada
lingkungan perairan yang sangat hakekatnya adalah naiknya kecepatan
penting.Ikan sebagai hewan ektotermal reaksi kimiawi. Kenaikan suhu akan
(poikilotermal) sangat bergantung kepada meningkatkan laju pertumbuhan sampai
suhu.Kenaikan suhu meningkatkan laju batas tertentu, dan setelah itu kenaikan

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSL
Sapa Laut Agustus 2017. Vol. 2(3): 61-67

suhu justru menurunkan laju pertumbuhan. salah satu faktor yang sangat penting
Setiap ikan diketahui mempunyai kisaran dalam mengatur proses kehidupan dan
suhu optimal yang pada suhu tersebut ikan penyebaran organisme (Nybakken, 1988).
tumbuh maksimal. Jika terjadi peningkatan Salah satu oganisme laut yang umum kita
suhu udara, maka akan meningkatkan suhu jumpai adalah ikan Amblyglyhidodon
permukaan laut dan berpengaruh terutama curacao. Jenis ikan ini merupakan ikan
pada pola arus dan tekanan udara di karang umumnya hidup di daerah karang
berbagai lautan sehingga mengubah pola pada kedalaman 1-15 m. Ikan tersebut
iklim atau cuaca di permukaan bumi memilih tempat hidupnya di daerah
(Sterr, 2001). terumbu karang sebagai tempat
Suhu merupakan parameter berlindung, tempat mencari makan, tempat
oseanografi yang mempunyai pengaruh tinggal, dan tempat bertelur. Diantara jenis
sangat dominan terhadap kehidupan ikan ikan karang yang senantiasa ditemukan di
khususnya dan sumber daya dan hayati daerah terumbu karang adalah famili
laut pada umumnya (Nontji, 1987). Pomacentridae. Famili ini dikenal dengan
Beberapa penelitian telah banyak nama damselfishes, merupakan salah satu
mengemukakan kenaikan suhu yang famili ikan karang yang umumnya banyak
terjadi di belahan bumi ini, diantaranya didapatkan pada komunitas ikan karang di
Jones and Wingley (1990), menyatakan suatu terumbu karang (Allen, 1998).
bahwa selama abad ke-20 suhu bumi telah Degradasi densitas yang besar yang
meningkat sebesar 0,5 0 C. Hal ini menghambat pencampuran antara lapisan
dipertegas Seiler and Hahn (2001), para atas dengan lapisan bawah (Nontji, 1993).
ahli meteorologi dunia sepakat bahwa Volume air dan konsentrasi dalam fluida
selama abad ke-21 suhu bumi akan internal tubuh ikan dipengaruhi oleh
meningkat sebesar 2-6 0 C, sebagai akibat konsentrasi garam pada lingkungan
dengan cepat menyesuaikan diri terhadap lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan
Perubahan suhu bumi. Sehingga hampir ini ikan melakukan proses osmoregulasi,
semua populasi ikan yang hidup di laut organ yang berperan dalam proses ini
mempunyai suhu optimum kehidupannya, adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi
maka dengan mengetahui suhu optimum memerlukan energi yang jumlahnya
dari satu spesies ikan dapat menduga tergantung pada perbedaan konsentrasi
keberadaan ikan, yang kemudian dapat garam yang ada antara lingkungan
digunakan untuk tujuan perikanan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan.
(Nybakken, 1988). Toleransi dan preferensi salinitas dari
Ikan merupakan hewan berdarah organisme laut bervariasi tergantung tahap
dingin (poikilotermal) yang artinya suhu kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil,
tubuh ikan mengikuti suhu disekitarnya, dan dewasa.Salinitas merupakan faktor
sehingga suhu tubuh mereka berubah-ubah penting yang mempengaruhi keberhasilan
sesuai dengan suhu lingkunganya reproduksi pada beberapa ikan dan
(Kamler, 1989).Sebagai hewan air ikan distribusi berbagai stadia hidup (Reddy,
memiliki beberapa mekanisme fisiologis 1993).
yang tidak dimiliki oleh hewan darat.
Secara keseluruhan ikan lebih toleran Bahan dan Metode
terhadap perubahan suhu air, beberapa Penelitian ini telah dilaksanakan
spesies mampu hidup pada suhu air pada bulan Juni-Juli 2015, mulai dari
mencapai 29 o C, sedangkan jenis lain pengambilan sampel Ikan karang spesies
dapat hidup pada suhu air yang sangat Amblyglyphidodon curacao diambil di
dingin, akan tetapi kisaran toleransi perairan Pulau Hoga Selanjutnyasampel
individual terhadap suhu umumnya tersebut diuji Laboratorium Marine
terbatas (Sukiya, 2005). Research Centre, Pulau Hoga, Kecamatan
Sebagian besar biota laut bersifat Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Sulawesi
poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi Tenggara.
lingkungan) sehingga suhu merupakan

Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang (Deniro et al.) 62
Sapa Laut Agustus 2017. Vol. 2(3): 61-67

Tabel 1. Alat dan Bahan beserta kegunaannya


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat -
- Net - Untuk mengambil organisme
- Wadah control (100x50 cm) - Sebagai wadah aklimatisasi dari
lapangan
- Wadah control (30 x 15 cm) - Seabagai wadah pengamatan
- Ember - Wadah aklimatisi
o
- Termoter C Untuk mengukur suhu perairan
o
- Termostat C Untuk pengatur kenaikan suhu
- Jangka sorong mm Untuk mengukur panjang tubuh
ikan
- Timbangandigital(0,001 kg) kg Untuk mengukur berat tubuh ikan
- Stowatch sekon Untuk mengukur waktu tingkalaku
ikan
- Alat tulis - Untuk menulis segala aktivitas
penelitian
- Kamera 1 unit Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan dilapangan
2. Bahan
- Amblyglyphidodon curacao - Objek Penelitian
- Buku identifikasi - Untuk Mengidentifikasi jenis ikan

Setelah pengumpulan sampel di Penyiapan Wadah Pengontroluntuk


lapangan selesai, selanjutnya sampel penelitian yaitu wadah yang berukuran 40
dipindahkan di laboratorium penelitian cm × 20 cm dengan tinggi wadah 25 cm
kelautan dimana sampel akan disimpan yang telah dilapisi dengan Aluminium foil.
diakuarium. Untuk pemeliharaan dalam satu Dalam wadah tersebut dimasukkan air laut
wadah akuarium ukuran 30 cm x 50 cm yang bersal dari perairan Pulau Hoga
ditempatkan 10 ekor jenis ikan yang sama volume air laut yang dimasukkan yaitu 7
dengan ± 50 liter air, selalu pastikan ikan l/cm3. Alat lain seperti termometer,
tidak mudah stres. Bila terdapat buangan termostat, dan aerator dimasukan kedalam
biologis sari ikan, air akuarium disaring wadah yang telah terisi dengan air laut.
untuk membuang buangan kotoran dari
ikan, kemudian air akuarium diganti tiap a. Pengaturan Suhu (CTMax)
tiga kali sehari agar mutu ikan dalam Pengaturan suhu air digunakan alat
kondisi steril. pemanas (termostat) sebanyak 1 unit.
Stress yang terjadi pada ikan Berdasarkan percobaan pendahuluan untuk
merupakan suatu rangsangan keseimbangan menaikan suhu digunakan alat pemanas
tingkah laku ikan ikan terhadap lingkungan. yang diset dengan perhitungan bahwa dalam
Biasanya stress ikan diakibatkan perubahan kenaikan suhu 0,20C–0,30C dibutuhkan
lingkungan seperti kenaikan suhu secara waktu 1 menit. Hal ini sesuai dengan
mendadak, perpindahan tempat ikan tanpa pernyataan Huntsman and Sparks (1924),
proses aklimatisasi, pengambilan sampel yang menyatakan bahwa paparan kenaikan
secara tidak ramah lingkungan. Mora dan suhu dalam penggunaan metode panas kritis
Ospina (2001), mendefinisikan CTMax ikan ialah 0,20C/menit. Sehingga untuk
sebagai stres ikan dalam mencapai titik menaikan suhu 1oC diperlukan waktu 5
kritisnya yang ditandai dengan hilangnya menit.Suhu dipantau setiap 5 menit dengan
keseimbangan terdeteksi ketika individu menggunakan termometer.seluruh kenaikan
tidak bisa berenang lurus dan mulai suhu pada akuarium tiap 5 menit dan catat
bergerak tidak teratur dalam posisi tubuh pergerakan ikan jika memperlihatkan
miring. pergerakan tidak seperti awalnya.

Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang (Deniro et al.) 63
Sapa Laut Agustus 2017. Vol. 2(3): 61-67

CTMax pergerakan ikan diamati secara pengukuran berat organisme dicatat


kasat mata untuk mengetahui seberapa besar hasilnya.
pengaruh kenaikan suhu terhadap daya tubuh d. Melepas kembali ikan yang diuji ke
ikan.Pergerakan ikan diamati dengan dua habitatnya.
kategori, diantaranya Normal dan Kritis. Setelah melakukan pengukuran
Normal, ketika ikan yang sudah dinaikan tingkah laku ikan ikan mulai dari pengaturan
suhunya dalam wadah terkontrol masih suhu terhadap respon ikan, pengukuran
mengalami pergerakan seperti kondisi di panjang tubuh ikan, dan pengukuran berat
lingkungan awalnya. Kritis (tidak Normal), tubuh ikan.Selanjutnya, ikan diaklimatisasi
ketika pergerakan ikan yang mulai cepat, kewadah yang telah disediakan berupa ember
menabrakan tubuhnya ke dinding wadah. untuk mengembalikan suhu tubuhnya
Selain itu, ikan berenang miring diakibatkan terhadap paparan kenaikan suhu panas. Ikan
kenaikan suhu yang semakin panas membuat didiamkan di dalam ember selama 30 menit
ikan kehilangan keseimbangan berenang. dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi
Kerja CTMax adalah menaikan suhu suhu tubuhnya secara normal.Setelah ikan
air sampai titik kritis tercapai. Titik kritis dilihat kembali bergerak secara normal atau
yang dimaksud ialah hilangnya respon ikan stabil maka ikan dilepaskan di laut agar ikan
dalam berenang lurus, ikan berenang tidak kembali ke habitat alamianya.
teratur. Hal ini sesuai dengan Mora dan Analisis data yang digunakan untuk
Ospina (2001), bahwa titik kritis pada ikan melihat tingkah laku ikan ikan dilakukan
terdeteksi ketika individu tidak bisa dengan analisis deskriptif. Analisis
mengkoordinasikan berenang lurus dan mulai deskriptif merupakan sebuah metode yang
bergerak dalam posisi miring. Setelah titik memberikan gambaran penilaian terhadap
kritis tercapai, ikan dipindahkan ke wadah sebuah sampel berdasarkan data hasil
yang telah disediakan untuk proses penelitian.
aklimatisasi, kemudian alat pemanas
dimatikan. Ikan diaklimatisasi dalam ember Hasil dan Pembahasan
yang berisi air laut denagan durasi waktu Pengamatan CTMax ikan
selama 30 menit, hal in untuk Amblyglyhidodon curacao diperoleh ilai
mengembalikan kondisi tubuh ikan dari rata-rata CTMax adalah 37.810C. Nilai
pengaruh kenaikan suhu yang menyebabkan tertinggi tercapai pada suhu 39,40C pada
lemahnya ikan berenang. Setelah ikan menit 38,4 dan nilai terendah tertuju pada
aktivkemali berenang maka di kembalikan suhu 37 0C.Pengamatan tingkah laku ikan
pada kondisi alamnaya agar populasinya Amblyglyhidodon curacao berdasarkan nilai
tetap terjaga. suhu awal dan kenaikan suhu disajikan pada
Tabel 2 berikut.
b. Pengukuran panjang ikan karang spesies Perubahan kenaikan suhu air laut
(Amblyglyhidodon curacao) berpengaruh terhadaptingka laku ikan karang
Pengukuran panjang tubuh ikan hal ini di tandai dengan respon tingkah laku
dilakukan dengan menggunakan jangka ikan dan proses metabolisme,reproduksi,
sorong, pengkuran dilakukan setelah ekskresi amonia dan resistensi terhadap
pegukuran CTMax. Pengukuran panjang penyakit (Nabib dan Pasaribu,1989).
tubuh ikan dimulai dari ujung kepala – Toleransi suhu kritis menyampaikan
ujung ekor dan setiap pengukuran tubuh informasi penting mengenai fisiologi suhu
ikan ditulis hasilnya. ikan dari habitat yang berbeda. Hasil
perbandingan tingka laku ikan yang berbeda
c. Berat tubuh ikan karang spesies memberikan pengetahuan baru tentang
(Amblyglyhidodon curacao) bagaimana setiap spesies mentolerir masalah
Pengukuran berat menggunakan yang terkait dengan perubahan suhu
timbangan digital 0,001 kg, pengukuran lingkungannya. Perubahan suhu mem-
berat dilakukan setelah pengukuran di pengaruhi tingkat kesesuaian perairan
CTMax.selanjutnya pengukuran berat sebagai habitat organisme, karena itu setiap
dilakukan tanpa menggunakan air dan setiap organisme mempunyai batas kisaran
maksimum dan minimum (Effendi, 2003).

Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang (Deniro et al.) 64
Sapa Laut Agustus 2017. Vol. 2(3): 61-67

Tabel 1. Data pengamatan kritikal termal maksimum (CTMax) ikan Amblyglyhidodon curacao
Ikan uji Waktu (menit) Panjang (cm) Berat (gr) CTMax (0C)
Ikan I 46,2 8.1 30.1 37.1
Ikan II 48,2 7.2 21.2 37.6
Ikan III 43 8 33.9 37
Ikan IV 50 7.8 28.2 38.4
Ikan V 39,4 7.4 24.3 37.4
Ikan VI 40 6.1 13.1 37.7
Ikan VII 36 7.8 32 38
Ikan VIII 37 7.1 21 38.4
Ikan IX 33,2 8.5 33.6 38.1
Ikan X 38,4 5.1 6.9 39.4
Mean 7.31 24.43 37.81
SD 1.02247 9.03893 0.53219
Cov. Var. 0.13987 0.36999 0.01408
Sumber: Data hasil Penelitian diolah

Tabel 2. Data pengamatan tingkalaku ikan Amblyglyhidodon curacao


Tingkalaku ikan
0
No. Aktivitas CTMax ( C) Kritis
Normal
(Tidak Normal)
1 Berenang tenang 26,5 – 32,7 
2 Frekuensi buka tutup operkulum tenang 26,5 – 32,7 
3 Berenang cepat 33,4 - 39,4 
4 Berenang miring 33,4 - 39,4 
5 Berenang menabrak wadah 33,4 - 39,4 
6 Melompat-lompat 33,4 - 39,4 
7 Frekuensi buka tutup operkulum cepat 33,4 - 39,4 

Perubahan tingkah laku ikan suhu yang semakin panas. Begitu halnya,
A. curacao menunjukkan perbedaan yang ketika ikan berenang dengan tubuh miring
berbeda disetiap keneaikan suhu dan waktu dan melambat serta ada beberapa yang
pengamatan. Seperti yang terlihat pada melayang-layang dipermukaan itu diartikan
lampiran. Nilai rata-rata pengaturan suhu air sebagai titik kritis ikan telah tercapai. Ikan ini
awal diperoleh 26,50C diwaktu 0-5 menit mencapai titik kritis (CTMax) tertinggi pada
dengan kenaikan suhu 0,2 - 0,3 0C per menit suhu 39,40C dengan lama waktu 38,4 menit.
atau setiap jangka waktu 5 menit kenaikan Ikan yang berasosiasi dengan karang
suhu yang terjadi 1 0C. Pergerakan ikan pada lebih terbatas tingkah laku ikannya atas
suhu awal ditandai dengan tingkah laku ikan fluktuasi suhu. Ikan karang A. curacao
bergerak dengan normal dan aktif. menyukai hidup diantara karang-karang
Selanjutnya, pada kenaika suhu rata-rata bercabang, ikan jenis ini tidak dapat pergi
37.810C dan nilai tertinggi tercapai pada jauh dari karang sebagai sumber makanannya
suhu 39,40C pada menit 38,4 dimulai dan tempat berlindungan Suharti (1996).
pergerakan ikan tidak stabil atau lebih cepat Nilai CTMax yang telah diperoleh
dari biasanaya serta ikan terlihat berenang bahwa suhu yang mampu ditempuh oleh ikan
dengan menambarakan dirinya pada wadah karang A. curacao 37–38,4 °C, ini akan
akuarium. Namun ada beberapa ikan yang mengurangi laju pertumbuhan ikan ini
telah stress (colaps) dan tidak bisa sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan
melanjutkan pada kenaikan suhu lebih dari (Boyd and Lichtkoppler, 1982), bahwa Ikan
39,40C. Jika semakin lama waktu peredaman jenus Chromis meruapakan ikan yang banyak
ikan dalam pengaturan suhu maka ikan terdapat diarea karang, menghabiskan
semakin stress dalam mentolerir kenaikan hidupnya dilingkungan karang.Stilman, 2002

Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang (Deniro et al.) 65
Sapa Laut Agustus 2017. Vol. 2(3): 61-67

dalam penelitian CTMax-nya menyatakan Simpulan


bahwa ikan yang berasosiasi dengan karang Berdasarkan hasil dan pemabahasan
lebih terbatas daya tahan tubuhnya atas diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
fluktuasi suhu. Lanjut, Suharti (1996), tingkalaku ikan A. curacao yang tolerans
menyatakan ikan dengan jenus Chromis terhadap kenaikan suhu ialahdengan nilai
menyukai hidup diantara karang-karang CTMax 39,40C pada menit 38,4 dan nilai
bercabang, ikan jenis ini tidak dapat pergi terendah tertuju pada suhu 370C dengan
jauh dari karang sebagai sumber makanannya waktu yang dibutuhkan 38,4 menit dibanding
dan tempat berlindungan. dengan ikan Chromis ternate yang
Perolehan nilai CTMax untuk Chromis membutuhkan waktu 49 menit dalam
ternate merupakan batas toleransi ikan pada
umumnya untuk hidup maupun berkembang. Daftar Pustaka
Sementara untuk ikan A. curacao bahwa Allen, G. R. ; R. Steene& M. Allen. 1998. A
nilai CTMax yang diperoleh diluar dari batas Guide to Angelfishes & Buterflyfishes.
ikan untuk pertumbuhanya namun energi Odyssey Publishing/Tropical Reef
yang digunakan untuk metabolism. Spott Research. Amblyglyphidodon curacao
(1979), menyatakan bahwa kenaikan suhu (Bloch, 1787) Aphia ID: 277597.
diluar batas toleransi dapat menyebabkan laju Anwar, J., A.J, Whitten, S.J. Damanik& N,
metabolisme dalam tubuh ikan meningkat. Hisyam. 1984. Ekologiekosistem
Hal ini dipertegas dengan pernyataan Sumatera. Yogykarta: GadjahMada
Stickney (1979), yang menyatakan bahwa University Press.
pada sebagian besar spesies ikan, laju Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982.
metabolisme di atas suhu optimum (33-400C) Water Quality Management in Pond
akan meningkat dan energi mulai dialihkan Fish Culture. Auburn University,
dari pertumbuhan untuk laju metabolisme Auburn.
yang tinggi. Effendi. H. 2003. Telah Kualitas Air Sebagai
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pengelolaan Sumberdaya dan
terhadap ikan yang hidup berbeda. Untuk Lingkungan Perairan. Penerbit
speseis chromis mencapai nilai CTMax Kanisius, Yogyakarta]
tertinggi 37,20C dengan waktu yang Eme, J., Bennett, W.A., 2009. Critical
dibutuhkan 49 menit. Sementara ikan thermal tolerance polygons of tropical
A. curacao mencapainya selama 38.4 menit marine fishes from Sulawesi,
dengan CTMax tertinggi 39,40C. sehingga Indonesia. Journal of Thermal
diperoleh bahwa ikan A. curacao lebih tahan Biology. 34, 220–225.
terhadap kenaikan suhu dibanding ikan Gunther, A. 1859. Catalogue of the
Chromis ternate. Hal ini sesuai dengan acanthopterygian fishes in the
pernyataan Bennett dan Beitinger (1997), collection of the British Museum.
bahwa dalam pengujian CTMax untuk ikan Gasterosteidae, Berycidae, Percidae,
karang dapat mencapai suhu hingga 45,30C. Aphredoderidae, Pristipoma tidae,
Ikan mampu menyesuaikan diri dengan Mullidae, Sparidae. London, 1, i–xxxi
kondisi lingkungan sekitaranya asalkan tidak + 1–524.
ada perubahan yang menuntun secara ekstrim Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1995.
(mendadak). Boyd dan Lichtkoppler, 1982 Pengantar Oceanografi. Universitas
menyatakan bahwa jika pada kondisi tertentu, Indonesia Press, Jakarta.
suhu permukaan perairan dapat mencapai 35 Hsieh, C.H. and T.S. Chiu. 2002. Summer
ºC atau lebih besar maka biasanya ikan akan Spatial Distribution of Copepods and
berenang menjauhi permukaan perairan. Hal Fish Larvae in Relation to
ini diperjelas oleh Munday, et al., (2008) Hydrography in the Northern Taiwan
bahwa ikan tropis lebih cenederung Strait. Zool-Stud. 41(1):85-98.
dipengaruhi oleh konsekuensi tidak langsung Kamler, E. 1989. Early Life History of Fish,
dari perubahan global (misalnya dari an Energetic Aproach. Champman and
degradasi terumbu atau peruabahan struktur Hall Fish and Fisheies Series. London.
lingkungan) bukan dari kematian akibat suhu Kitagawa T, Nakata H, Kimura S, Itoh T,
secara langsung. Tsuji S, Nitta A. 2006. The efect of

Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang (Deniro et al.) 66
Sapa Laut Agustus 2017. Vol. 2(3): 61-67

water temperature on habitat use of Hupfer, eds.). Wissenschaftliche


young pasificbluef in tuna Auswertungen, Hamburg.
(Thynnusthhynusorientalis) in the East Walsh, S.J., Haney, D.C., Timmerman, C.M.,
china Sea. Ocean research Institute, Dorazio, R.M., 1998.
University of Tokyo Nakano, Tokyo. Physiologicaltolerances of juvenile
Journal Fisheries Science 2006; 72 : robust redhorse, Moxostomarobustum:
1166-1176 conservation implications for an
Mora, C.Ospina, A.F. 2004. Effect of body imperiled species. Environ. Biol.
size on reef fish tolerance toextreme Fishes 51,429–444.
low and high temperatures. Environ. Wedemeyer, 1996.Growth and Ecology of
Biol. Fishes 70, 339–343. Fish Populations. Academik Press.
Nelson, J.S. 2006. Fishes of The World. John LondonFa.
and Wiley and Sons, Inc. Canada. Wibowo. 1996. Dampak Perubahan Iklim
Nontji, 1987. Laut Nusantara, Djambatan: Terhadap Ekosistem Alami. Wacana
Jakarta. No. 3/Juli-Agustus 1996.
Nybakken, J. W., 1992. BiologiLaut,
SuatuPendekatanEkologis. PT.
Gramedia, Jakarta.
Reddy, Michael (1993).“The Conduit
Metaphor.”In Andrew Ortony (ed.),
Metaphor and Thought (pp. 164-201).
Cambridge U.K.: Cambridge
University Press.
Rondonuwu, A.B. 2013. Distribusi dan
Kelimpahan Ikan Karang Family
Pomacentridae Di Perairan Terumbu
Karang Desa Poopoh Kecamatan
Tombariri Kabupaten Minahasa. FPIK
UNSRAT.
Romimoharto, K. dan Juwana, 2007. Biologi
Laut: Ilmu Pengetahuan tentang
BiotaLaut. Djambatan, Jakarta.
Sabrun Jamil, Marsoedi, Soemarno, Sukoso.
2010. Penentuan Daerah Konsentrasi
Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta) dengan Menggunakan
Model Kinesis di Perairan Pantai Barat
Sulawesi Selatan. Dinas Kelautan dan
perikanan kabupaten Pangkep sulawesi
selatan dan Program Pascasarja
Universitas Brawijaya.
Soro kin, Y. I., 1993. Coral Reef
Ecology.Spinger-Verlag, Berlin,
Heidelberg.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito,
Bandung.
Seiler, W, and J Hahn. 2001. The Natural
and Anthropogenic Greenhouse Effect-
Changing ChemicalComposition of the
Atmosphere due to Human Activities.
Pp.116-122 in Climate of the 21
Century:Changes and Risk: Scientific
Facts (JL Lozán, H Graßl, and P

Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap tingkah laku ikan karang (Deniro et al.) 67

Anda mungkin juga menyukai