ii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk hidup dengan baik, semua makhluk hidup membutuhkan lingkungan
hidup yang memadai dan memiliki syarat tertentu. Bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya ada berbagai macam faktor lingkungan yang dimiliki untuk
mencapai suatu kondisi lingkungan yang ida]eal bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu. salah satu faktor lngkiungan yang akan kami bahas disini
adalah suhu. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
karena ia berasal dari matahari sumber energi terbesar bumi.
Ikan adalah hewan air yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Keberadaan ikan diperairan tidak bisa dipisahkan dari faktor – faktor biofisik
perairan seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zathara, dsb. Suhu pada
ekosistem perairan berfluktuasi baik harian maupun tahunan, terutama mengikuti
pola temperatur udara lingkungan sekitarnya, intensitas cahaya matahari, letak
geografis, penaungan dan kondisi internal perairan itu sendiri seperti kekeruhan,
kedalaman, kecepatan arus dan timbunan bahan organik di dasar perairan. Suhu
memiliki peran yang sangat penting terhadap kehidupan di dalam air. Kelarutan
berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas biologis di dalam perairan
sangat dipengaruhi oleh suhu. Sebagaimana diketahui bahwa meningkatnya suhu
sebesar 10°C akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 2 – 3 kali lipat.
Meningkatnya laju metabolisme akan menyebabkan kebutuhan oksigen
meningkat, sementara dilain pihak naiknya temperatur akan menyebabkan
kelarutan oksigen dalam air menurun. Fenomena ini akan menyebabkan
organisme air mengalami kesulitan untuk respirasi.
Salah satu segi terpenting pada makhluk hidup adalah kemampuannya
berkembangbiak (reproduksi). Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu
proses alam dalam usaha mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di
alam. Ada dua cara berbeda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan,
yaitu reproduksi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi
karena bertemunya gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (sel telur) dalam
1|Page
suatu proses pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada reproduksi aseksual,
keturunan yang terbentuk tanpa melalui proses pembuahan (Kimball 1994).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh suhu terhadap daerah pemihajan
2. Apa pengaruh salinitas terhadap daerah pemijahan
3.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dari Makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan parameter oseanografi dalam hal ini suhu permukaan air laut dan klorofil A
kaitannya terhadap daerah pemijahan dan pembesaran ikan
2|Page
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemijahan
Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata
rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan
bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi
dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu
sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk keamanan
kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan kondisi
yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan
mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu
untuk melangsungkan prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melangsungkan
pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat
pada ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut
mati karena kehabisan tenaga
3|Page
Ditegaskan oleh Sriharti (1997), suhu rendah akan mempengaruhi metabolisme
dan pencernaan makanan. Namun, suhu terlalu tinggi dapat mengurangi nafsu
makan (BPP Teknologi 2000).
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur,
benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses
penetasan telur dan perkembangan telur. Suhu yang tinggi selama itu masih
barada di kondisi optimum akan mempercepat penetasan telur. Suhu air yang
terlalu rendah (dingin) mengakibatkan proses penetesan pada telur ikan akan
menjadi lambat, untuk mempertahankan suhu supaya optimal maka pada budidaya
pembenihan secara intensif sering menggunakan alat pemanas air (heater) yang
biasa digunakan di akuarium atau di bak fiber. suhu air yang diperlukan untuk
proses penetasan telur ikan berkisar antara 25 - 30 derajat celcius.
Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda
untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu
memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
1. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
2. Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
3. Penurunan gas (oksigen) terlarut
4. Efek pada proses reproduksi ikan
5. Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan.
4|Page
C. Pengarhuh Arus Terhadap Daerah Pemijahan Dan Pembesaran Ikan
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, hubungan arus terhadap
penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis
dan daerah pemijahan ke daerah pembesaran dan ke tempat
mencari makan. Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi
ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus,
khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-
ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan makanan.
(Lavastu dan Hayes 1981).
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang
dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus.
Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis mendatar
pada tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah reseptor yang ada pada organisme yang
mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti
gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju
arus. (Reddy, 1993).
Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara
dua arus atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan
divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi
tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga
menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan yang
penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus eddies.
Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies.
Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus
eddi (melalui rantai makanan). (Reddy, 1993).
5|Page
Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas
lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut
lebih tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di
permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair
akan menawarkan salinitas air permukaannya.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan
di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau
lebih bergantung intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini
berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga
biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer)
dengan gradasi densitas yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan
di atas dan di bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak
banyak lagi ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan
massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain
dengan mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum
dengan metode inti (core layer method).
Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh
konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini
ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini
adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya
tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan
eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari
organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva,
juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup.
(Reddy, 1993).
6|Page
migrasi pemijahan mungkin merupakan akhir bagi individu banyak spesies.
Sedangkan migrasi ke hilir menjamin kelangsungan hidup kebanyakan individu.
Respon terhadap stres karena migrasi ke hilir tidak seberapa besar dibandingkan
dengan arti penting kelangsungan hidup ikan, sebaliknya bila ruaya ini tidak
dilakukan maka tidak akan ada ruaya pemijahan. Karena ikan raibow trout
memerlukan tiga atau empat hari untuk beradaptasi di dalam salinitas yang
perlahan-pelahan meningkat sebelum mereka dapat bertahan hidup di dalam air
laut murni, maka diduga bahwa ikan salmonidae peruaya memerlukan periode
peralihan. Hal ini tidak terjadi di alam, kecuali bila estuarianya memanjang
sehingga perubahan salinitas berlangsung secara perlahan-lahan. Ini bukanlah
persyaratan fisiologis. Perubahan salinitas secara mendadak tidak menyebabkan
kematian ikan yang siap menghadapi perubahan seperti ini.
Lebih lanjut, Smith (1982) menambahkan bahwa perilaku menyukai air laut (yang
disebabkan oleh hormon tiroksin) menjaga ikan agar tetap menjalankan pola
osmoregulai air laut dan mencegah ikan untuk kembali ke perairan tawar apabila
ada perairan tawar di estuaria. Arti penting kesukaan terhadap air laut ini terlihat
di dalam laboratorium : toleransi terhadap air tawar yang ditunjukkan oleh smolt
ikan chinook salmon di dalam air laut baru menghilang hampir sebulan sesudah
mereka memasuki laut. Mereka masih bertahan hidup bila dikembalikan ke air
tawar murni 8 sampai 10 hari sesudah hidup di dalam air laut. Mereka memiliki
kemampuan penuh untuk bertahan hidup di dalam air tawar, bila mereka
menghendakinya. Pada kasus lain dalam pengamatan laboratorium, smolt ikan
coho salmon menghabiskan waktu hampir sebulan di dalam air laut dan kemudian
bertahan hidup dengan baik ketika dikembalikan ke air tawar. Sebaliknya, seekor
ikan coho dewasa yang sudah ada di dalam air tawar selama tidak lebih dari tiga
hari dan kemudian dikembalikan ke air laut ternyata mati dalam waktu semalam,
mungkin akibat dehidrasi. Jadi smolt ikan salmon tampaknya jauh lebih tahan dan
lebih kurang menderita stres selama migrasinya dibandingkan ikan dewasa.
7|Page
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai
daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung
kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana
telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh.
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih
sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan
telur dan perkembangan telur. Suhu yang tinggi selama itu masih barada di
kondisi optimum akan mempercepat penetasan telur
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, hubungan arus terhadap
penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis
dan daerah pemijahan ke daerah pembesaran dan ke tempat
mencari makan. Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat
orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan
arus, khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi
ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan
makanan.
Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung
tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan
faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan
dan distribusi berbagai stadia hidup.
8|Page