Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH SUHU TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Limnologi
yang dibina Ibu Ir. Ellana Sanoesi,MP

Oleh
Moh. Ali Hasan
Yuni Setyaningrum W.
Almas Azka Yudhistira
Ahmad Najib Yakini
Handoko Ki Hanis
Yuris Dika Priyono
Mariana Rahmatika O
Wahindra Purba K

135080500111037
135080500111038
135080500111063
135080500111077
135080500111078
135080500111079
135080500111084
135080500111089

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BUDIDAYA PERAIRAN
Oktober 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mmberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada tim penyusun sehingga makalah yang
berjudul Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan ini
dapat di selesaikan sesuai rencana.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Limnologi di
program studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada
Universitas Brawijaya. Makalah ini memberikan gambaran tentang bagaimana
pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan reproduksi ikan.
Dalam penyelasaian karya tulis ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ellana
Sanoesi, MP selaku dosen pembimbing mata kuliah Limnologi dan segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini.
Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Atas saran dan
kritiknya, kami ucapakan terima kasih.

Malang, Oktober 2014


Tim Penyusun

1.
1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam budidaya ikan, air merupakan media ikan hidup dan
memegang peran penting bagi keberlangsungan hidup ikan. Oleh karena
itu kondisi perairan tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan optimal
pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Selain pakan, salah satu faktor
keberhasilan suatu budidaya yaitu kondisi perairan itu sendiri, baik
secara kuantitas dan kualitas. Kuantitas air merupakan jumlah air yang
tersedia untuk mengairi kolam budidaya yang berasal dari sumber air.
Sementara itu, kualitas air mencakup sifat fisika, kimia, dan biologi dari
sumber air.
Menurut Effendi (2003), menyatakan bahwa kualitas air yaitu
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
di dalam air, kualitas air dinyatakan dengan beberapa paramter, yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya),
parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan
sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan
sebagainya)
Suhu

merupakan

salah

satu

parameter

fisika

yang

mempengaruhi proses fisika, kimia dan biologi perairan. Suhu dapat


mempengaruhi proses penting seperti pernapasan, pertumbuhan, dan
reproduksi. Suhu yang tinggi dapat megurangi jumlah oksigen terlarut
(DO) dan selera makan ikan. Masing-masing organisme perairan
memiliki kisaran suhu yang berbeda untuk pertumbuhannya. Oleh karena
itu penting bagi kita untuk mengetahui kisaran suhu yang baik bagi
organisme budidaya dan mengetahui bagaimana pengaruhnya dalam
kehidupannya.
Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan
gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar
energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri
terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat
merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan.

Dalam

rangka

meningkatkan

kelangsungan

hidup

dan

mempercepat proses pertumbuhan larva ikan mas, maka perlu dilakukan


pengkajian mengenai suhu terbaik untuk kelangsungan hidup. Makalah
ini dibuat bertujuan untuk mengetahui akibat dari adanya perubahan suhu
terhadap pertumbuhan dan reproduksi ikan.
1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapat perumusan masalah yaitu.
Bagaimana suhu berperan di perairan sebagai parameter fisika

1.3

kualitas perairan.
Bagaimana pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan.
Bagaimana pengaruh suhu terhadap reproduksi ikan.

Manfaat dan Tujuan


Adapun manfaat yang dapat diperoleh antara lain.

Dapat mengetahui bagaimana suhu berperan sebagai parameter

fisika kualitas perairan.


Dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan.
Dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap reproduksi ikan.

2.
2.1

PEMBAHASAN

Suhu sebagai Parameter Fisika Perairan


Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi pada laju metabolisme ikan
seperti pertumbuhan, perkembangbiakkan, pernapasan, denyut jantung,
kegiatan enzim dan proses fisiologis lainnya pada ikan. Keadaan ini akan
terlihat pada pemeliharaan ikan dengan suhu rendah dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan lambat bahkan terhenti. Selain itu suhu juga akan
mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun suatu
bahan pencemar.
Menurut Haslam (1995) dalam Effendi (2003) menyatakan
bahwa, suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi
udara, penutupan awan, dan aliran kedalaman badan air. Perubahan suhu
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah)
yang disukai bagi pertumbuhannya. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan

viskositas, reaksi

kimia,

evaporasi,

dan volatilisasi.

Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,


misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya. Selain itu, peningkatan
suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi
organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi
oksigen.
Semakin tinggi suhu suatu perairan semakin sedikit oksigen
terlarut di dalamnya sedangkan kebutuhan oksigen setiap kenaikan suhu
10C, ikan naik hampir dua kali lipat akan kebutuhan oksigennya. Contoh
lain yakni daya racun potasium sianida terhadap ikan akan naik dua kali
lipat setiap kenaikkan suhu 10C. Hal ini sesuai hukum Van Hoff bahwa
untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua sampai tiga
kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10 C. Thermometer digunakan
sebagai

alat untuk pengukuran suhu air dengan skala 110C.

Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan


minimum untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan

diri sampai suhu tertentu. Secara naluri ikan mempunyai toleransi yang
rendah terhadap perubahan suhu. Suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan
berkisar antara 25 C 31 C.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu air laut di
suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, dan intensitas
penyinaran matahari yang masuk ke laut. Selain itu, suhu air laut juga
dipengaruhi oleh faktor geografis dan dinamika arus. Kenaikan suhu dapat
menurunkan kelarutan oksigen dan meningkatkan toksisitas polutan.
Metabolisme yang optimum bagi sebagian besar makhluk hidup
membutuhkan kisaran suhu yang relatif sempit. Pengaruh suhu secara
langsung terhadap plankton adalah meningkatkan reaksi kimia sehingga
laju fotosintesis meningkat seiring dengan kenaikan suhu (dari 10C
20C). Pengaruh suhu tidak langsung adalah berkurangnya kelimpahan
plankton akibat suhu semakin menurun dan kerapatan air semakin
meningkat seiring bertambahnya kedalaman perairan (Simanjuntak, 2009)

Sumber: (Kordi, 2010)

Menurut Kordi (2010) menyatakan bahwa, perubahan suhu air


yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi perubahan daya
angkut darah. Suhu berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut

dalam air dan konsumsi oksigen hewan air. Suhu berbanding terbalik
dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut, tetapi berbanding lurus dengan
laju konsumsi oksigen hewan air dan laju reaksi kimia dalam air.
2.2

Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Ikan


Pertumbuhan merupakan parameter budidaya yang harus
dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi yang
diharapkan. Menurut Effendi (1978) dalam Rudiyanti dan Ekasari (2009),
pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik
panjang dan berat sesuai dengan pertambahan waktu. Faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan
adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas
penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang
tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan
ikan.
Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu
berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses
fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa,
sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur
hidrologi

kolom

perairan

yang

dapat

mempengaruhi

distribusi

fitoplankton.
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk
hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu
merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama
dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa
jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk
menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk
menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat
dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima,
saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat
sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2)

Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air


lainnya terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan
menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati.
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan
stratifikasi massa air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh
keadaan cuaca dan sifat setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan
pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu
perairan. Suhu air yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27C 32oC.
Kenaikan suhu perairan juga menurunkan kelarutan oksigen dalam air,
memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan disamping akan
menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan (Brown
dan Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air
berkisar antara 35C 40C merupakan suhu kritis bagi kehidupan
organisme yang dapat menyebabkan kematian. Perbedaan suhu air media
dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini
dapat mengakibatkan sebagian besar energy yang tersimpan dalam tubuh
ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang
mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau
pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena
gangguan sistem percernaan. Suhu air mempunyai pengaruh besar
terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahkluk hidup di perairan. Oleh
karena itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan
dan menyebabkan tingginya mortalitas ikan (Asmawi, 1983)
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan juga dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan, dan akan
mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air atau yang biasa disebut
dengan disolved oxygen (DO).
Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya.
Menurut Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh
derajat metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal
ini sesuai dengan hukum Vant Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap
perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 23 kali lipat setiap

kenaikan suhu sebesar 10C. Djajasewaka dan Djajadireja (1990)


menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25
27C. Suhu optimum seperti ini akan dicapai pada pagi dan sore hari.
Meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi
pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian
ikan. Cholik et. al (1986) menyebutkan bahwa perubahan drastis suhu
sampai mencapai 5C dapat menyebabkan stress pada ikan atau
membunuhnya. Selanjutnya Asmawi (1983), menyatakan bahwa suhu air
berkisar antara 35 40C merupakan suhu kritis bagi kehidupan
organisme yang dapat menyebabkan kematian. Perbedaan suhu air media
dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini
dapat mengakibatkan sebagian besar energy yang tersimpan dalam tubuh
ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang
mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau
pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena
gangguan sistem percernaan. Suhu air mempunyai pengaruh besar
terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahkluk hidup di perairan. Oleh
karena itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan
dan menyebabkan tingginya mortalitas ikan.
Menurut Effendi (2003), suhu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan.
Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan
mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian.
Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak
lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak lintang tempat
terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu
air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan,
terutama dalam proses metabolisme. Suhu media berpengaruh terhadap
aktifitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan yang tak sempurna
akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi yang terbuang.
Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju pencernaan

juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung


tinggi.
Tingkat pengosongan lambung yang tinggi menyebabkan ikan
cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi pakan tinggi,
nutien yang masuk kedalam tubuh ikan juga tinggi, dengan demikian ikan
memiliki energi yang cukup untuk pertumbuhan.
Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang
terlibat proses

katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme

berpengaruh terhadap

proses

anabolisme (sintesa nutrien

katabolisme (menghasilkan energi) dan


menjadi

senyawa baru yang dibutuhkan

tubuh). Jika aktifitas enzim metabolisme meningkat maka laju proses


metabolisme akan semakin cepat dan kadar

metabolit dalam darah

semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit alam darah menyebabkan ikan


cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi
pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan jumlah
energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk
proses-proses pemeliharaan dan reproduksi.
Suhu

dapat

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan

dan

kelangsungan organisme perairan. Berbagai jenis organisme memiliki suhu


optimal tertentu untuk masing-masing spesiesnya suhu air hangat
berkaitan dengan konsentrasi oksingen dalam air dan laju konsumsi
oksigen hewan air. Suhu air berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh
oksigen terlarut dan berbanding lurus dengan laju oksigen hewan air serta
laju kimia dalam air (Afriatna, 1998).

2.3

Pengaruh Suhu terhadap Reproduksi Ikan


Suhu diperairan juga dapat mempengaruhi pola serta sistem
reproduksi pada ikan. Menurut Webb (1978) dalam Arafah et al. (2005),
proses pengarahan jenis kelamin dapat dilakukan dengan manipulasi suhu

lingkungan. Suhu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan


reaksi-reaksi kimia dalam tubuh sepert laju metabolisme.
Menurut Sutisna dan Sutarmanto (2012), ditinjau dari segi
fisiologis, perubahan suhu air dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme
pada ikan. Di daerah subtropis dan dingin, suhu air berkaitan erat dengan
lama penyinaran matahari, sehingga kedua faktor abiotik tersebut
mempengaruhi proses biologi, seperti kematangan gonad, pemijahan, dan
penetasan telur pada pembenihan ikan. Kisaran suhu yang diperlukan
untuk pembenihan ikan adalah antara 25C-30C.
Air sebagai media hidup bagi telur harus memenuhi syarat bagi
kelayakan kehidupan suatu organisme. Air yang keruh akan menutup
lubang telur, sehingga proses metabolisme terganggu dan telur tidak
menetas. Oksigen merupakan kebutuhan yang vital untuk metabolisme.
Maka, tanpa kegiatan metabolisme, telur tidak akan mampu hidup dan
tumbuh. Temperatur juga mempengaruhi kegiatan tersebut, maka
temperatur harus dikontrol agar tidak terjadi perubahan temperatur secara
mendadak (Murtdijo, 2011).
Siklus reproduksi pada sebagian besar ikan dipengaruhi oleh
stimuli

dari

lingkungan

sekitarnya.

Kemudian

sensori

reseptor

menghantarkan simuli lingkungan ke otak dalam bentuk masukan saraf.


Informasi ini mencapai hypothalamus, yang menyebabkan pengeluaran
hypotalamic peptida yang dikenal sebagai hormon pengeluaran, yang
menstimulasi kelenjar ptiutary untuk menghasilkan hormon gonadotropic
hormone, yang bertindak dalam gonad. Gonad mengubah hasil hormon
steroid yang bertanggung jawab atas pembentukan gamet, serta untuk
mengatur karakteristik seksual sekunder, warna perkawinan, dan
pemuliaan.

Kondisi lingkungan diperlukan untuk pemantangan oocyt,


musim kawin, memengaruhi sistem saraf pusat melalui hipofisa dan
gonad. Lama penynaran, suhu, dan hujan merupakan faktor penting yang
terlibat dalam regulasi siklus reproduksi. Mekanisme penentuan waktu
reproduksi sangat-sangat ditentukan oleh spesies. Contohnya, ikan salmon
bertelur pada saat musim gugur, yang sedikit demi sedikit menaikan lama
penyinaran dan diikuti oleh kenaikan atau penurunan lama penyinaran, hal
ini memegang peran penting dalam regulasi siklus reproduksi.
Suhu memiliki peran penting dalam siklus reproduksi spesies
cyprinid. Perkembangan gonad berperan dalam Indian Carps selama satu
periode ketika lama penyinaran dan suhu naik. Perubahan pada volume,
viskositas air, meluapnya daerah shallow water dan pengenceran, atau
pergantian air juga termasuk faktor-faktor penting. Suhu yang hangat dan
lama penyinaran yang panjang memengaruhi siklus reproduksi Chinese
carps. Sebuah informasi akan menunjukkan bahwa penyebab umum
perkembangan gonad adalah variasi musiman lama penyinaran dan suhu,
ketika bertelur akan dikontrol dengan suhu atau dengan hujan.
Kematangan seksualitas bermacam-macam pada masing-masing
spesies. Contohnya, Tilapia matang gonad dalam waktu setengah bulan,

sedangkan yang lain mungkin memakan waktu setengah tahun. Pada ikan
yang sama mungkin dapat matang lebih cepat dalam kondisi perairan yang
hangat dan lebih lama pada perairan yang lebih dingin; contohnya adalah
carps dan Chinese carps. Carps, membutuhkan tiga sampai empat tahun
untuk matang di Eropa, dan hanya memerlukan waktu satu tahun di daerah
tropis. Chinese carps membutuhkan lima sampai tujuh tahun untuk matang
di Eropa dan memebutuhkan waktu satu sampai tiga tahun di daerah tropis
dan subtropis.
Menurut

Murtidjo

(2011)

menyatakan

bahwa,

dalam

pembenihan ikan, pada penanganan induk merupakan salah satu upaya


untuk mematangkan gonad dan calon induk. Hal ini penting yang akan
menentukan kelangsungan hidup benih. Apabila penanganan induk salah
akan menyebabkan telur yang sudah matang menjadi hancur. Sehingga
diperlukan

manipulasi

lingkungan

untuk

merangsang

ikan

dan

mengeluarkan telurnya. Yakni dengan cara menaikkan volume air,


menurunkan

temperatur,

memberikan

menempatkan bahan-bahan perlekatan telur.

kesan

bau

lumpur,

dan

3
3.1

PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang mempengaruhi
proses

fisika,

kimia

dan

biologi

perairan.

Suhu

dapat

mempengaruhi proses penting seperti pernapasan, pertumbuhan,


dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat megurangi jumlah oksigen

terlarut (DO) dan selera makan ikan.


Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya.
Kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan
kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal ini sesuai dengan
hukum Vant Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan
kimiawi, kecepatan reaksinya naik 23 kali lipat setiap kenaikan

suhu sebesar 10C.


Suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25 27C. Suhu

optimum seperti ini akan dicapai pada pagi dan sore hari.
Perubahan suhu air dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme
pada ikan. Di daerah subtropis dan dingin, suhu air berkaitan erat
dengan lama penyinaran matahari, sehingga kedua faktor abiotik
tersebut mempengaruhi proses biologi, seperti kematangan gonad,
pemijahan, dan penetasan telur pada pembenihan ikan. Kisaran
suhu yang diperlukan untuk pembenihan ikan adalah antara 25C30C

3.2

Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa perikanan, lebih mempelajari
secara mendalam lagi mengenai berbagai macam faktor-faktor yang
memengaruhi keberlangsungan hidup hewan budidaya. Selain itu,
hendaknya kita mempelajari bagaimana pengaplikasiannya dalam dunia
budidaya. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat memahami
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, H., S. Mariam., dan Alimuddin. 2005. Pengaruh Suhu Terhadap


Reproduksi dan Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters).
Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(1): 1-4
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia: Jakarta
Barus, Ternala Alexander. 2002. Pengantar Limnologi. Kanisius: Yogyakarta
Cholik. F., Artati dan R. Arifudin, 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS
Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Kelabora D.M. 2010. Pengaruh Suhu terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan
Terubuk 38(1): 71-81
Kordi, M. G. H. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam
Terpal. Yogyakarta: Lily Publisher
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar Swadaya
Murtidjo, B. A. 2011. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta:
Kanisius
Rudiyanti, S. dan A. D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas
(Cyprinus Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3
G. Jurnal Saintek Perikanan, Vol. 5 No.1:39-47
Simanjuntak, S. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika terhadap
Distribusi Plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Jurnal
Perikanan 9 (1): 31-45
Sutisna, D.H., dan Ratno S. 2012. Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta:
Kanisius
T. V. R. Pillay and M. N. Kutty. 2005. Aquaculture: Principles and Practices.
California: Willey

Anda mungkin juga menyukai