Anda di halaman 1dari 9

Sapa Laut Mei 2017. Vol.

2(2): 45-53 E- ISSN 2503-0396

RESPON IKAN Plectroglyphidodon lacrymatus TERHADAPKENAIKAN SUHU

Response of Jewel Damsel (Plectroglyphidodon lacrymatus) Towards Temperature Rise

Lisa Iha1, Muhammad Ramli2, La Ode Alirman Afu3


1,2,3
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu kendari 93232
1
Email : ihar73@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui respon dan suhu kritis atau Critical Thermal maximum (CTMax) ikan
Plectroglyphidodon lacrymatus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di Laboratorium Marine
Research Centre, Pulau Hoga, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Metode yang digunakan yaitu
Critical Thermal Method (CTM), dengan pendekatan batas suhu kritis atau Critical Thermal maximum
(CTMax) pada wadah terkontrol dan selanjutnya di analisis secara deskriptif. Hasil pengamatan sejumlah
sample ikan P.lacrimatus ditemukan respon ikan pada setiap kenaikan suhu, dimana terjadi pergerakan dan
tingkah laku yang beragam mulai dari suhu awal dimasukan pada wadah terkontrol yaitu 27,5 oC. Selanjutnya
ikan terlihat berenang lebih cepat, berenang miring, menabrak wadah dan loncat kepermukaan wadah
terkontrol pada suhu kritis. Suhu kritis/CTMax diperoleh pada titik suhu 36,49 oC dengan rata-rata lama
waktu uji 39,3/menit. CTMax terendah diperoleh pada suhu 35,8 oC pada menit ke-39. Ikan
Plectroglyphidodon lacrymatus mampu mencapai suhu kritis atau CTMax dikisaran paparan suhu 37,4 oC
dengan lama waktu pengujian selama 45 menit.

Kata Kunci : Suhu, Respon Ikan, Plectroglyphidodon lacrymatus

Abstract
This study aims to determine the response and critical temperature or Critical Thermal maximum (CTMax)
of Plectroglyphidodon lacrymatus fish. The study was conducted in July 2015 at the Laboratory of Marine
Research Center, Hoga Island, Kaledupa, District of Wakatobi. The Critical Thermal Method (CTM) was
utilized with a critical temperature threshold approach or Critical Thermal Maximum (CTMax) in a
controlled container and then analyzed descriptively. Results found the response of P.lacrymatus at every
temperature rise, where the movement and behavior varied from the initial temperature entered in the
controlled container which was 27.5C. Furthermore, fish were seen to swim faster, swam skew, crashed the
container and jumped to the surface of the controlled container at a critical temperature. The critical
temperature/CTMax was obtained at a temperature point of 36.49C with an average length of test time of
39.3/min. The lowest CTMax was obtained at 35.8°C at 39 min. Plectroglyphidodon lacrymatus is able to
reach critical temperature or CTMax in the exposure range of temperature 37,4oC with the duration of test for
45 minutes.

Keywords: temperature, fish response, Plectroglyphidodon lacrymatus

Pendahuluan
Fenomena alam yang menjadi laut terutama tidak stabilnya suhu bumi
perhatian seluruh dunia adalah perubahan seperti naiknya suhu air laut di seluruh
iklim (Climate Change), berbagai cara belahan bumi dan Indonesia saat ini.
telah dilakukan oleh para peneliti di Terjadinya perubahan iklim sangat
seluruh dunia dengan berbagai metode berpengaruh terhadap semua unsur
dan indikator perubahan iklim yang alamiah kehidupan manusia dan
berbeda-beda untuk melihat tingkat sumberdaya hayati laut terutama ikan
toleransi dan adaptasi makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung.
dibumi ini. Pola sebaran suhu yang terjadi saat
Perubahan iklim telah menyebab- ini besar pengaruhnya terhadap Peristiwa
kan berbagai persoalan bagi lingkungan naiknya suhu air laut hal mempengaruhi

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSL
Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

pola sebaran dan adaptasi serta berbagai Bahan dan Metode


faktor lain seperti pertumbuhan dan stres Penelitian ini dilaksanakan pada
fisiologi ikan serta Suhu merupakan salah bulan Juli 2015. Sampel ikan P.
satu faktor yang penting bagi lacrymatus diambil di Perairan Pulau
kelangsungan hidup karena suhu Hoga. Selanjutnya, sampel tersebut diuji
mempengaruhi aktivitas dan per- Laboratorium Marine Research Centre,
kembangbiakkan ikan di perairan Pulau Hoga, Kecamatan Kaledupa,
(Wernberg, 2012). Kabupaten Wakatobi.
Ikan memiliki kemampuan Pengambilan sampel dilakukan
berbeda-beda dalam menoleransi suhu dengan menggunakan jaring (net) yang
dalam suatu perairan, ketika terjadi dipasang pada ekosistem terumbu karang,
induksi suhu dalam suhu perairan maka dan pada saat itu memilih sampel ikan
akan ada tekanan terhadap perairan dan sebanyak 10 ekor ikan P. lacrymatus.
ekosistem, ikan pun secara otomatis akan Dalam pengambilan sampel tersebut,
mendapatkan tekanan. Saat tekanan akan dilakukan dalam kondisi surut agar
terjadi respon pada ikan dengan yaitu memudahkan dalam memperoleh sampel.
beradaptasi terhadap lingkungannya atau
dengan cara berpindah tempat (shifting) Penyesuaian Sampel Ikan Pada Wadah
dengan berenang ke kedalaman dan Penampungan/Akuarium
ketempat lainnya yang masih terjangkau. Pengambilan sampel di lapangan
Taman Nasional Wakatobi dengan telah selesai, selanjutnya sampel
keanekaragaman karang dan ikan yang dipindahkan di laboratorium dimana
tinggi, dimana salah satu spesies ikan sampel akan disimpan di akuarium.
karang yaitu Plectroglyphidodon Untuk penyesuaian dalam satu wadah
lacrymatus yang masuk dalam famili akuarium ukuran 30 cm x 50 cm
Pomacentridae ada di perairan tersebut . ditempatkan 10 ekor jenis ikan yang sama
Ikan P. lacrymatus hidup dan dengan ± 50 liter air.
berasosiasi dengan kelimpahan yang
sangat umum ditemukan dan jarang Perlakuan pada Wadah Terkontrol
berkeliaran jauh dari terumbu karang. a. Persiapan Wadah Terkontrol
Sebagai ikan asosiatif, ikan ini dapat Wadah kontrol yang digunakan
menjadi salah satu bioindikator untuk yaitu wadah palstik yang berukuran 50
mengetahui perubahan suhu perairan cm x 25 cm dan kemudian di isi air
Wakatobi, karena tidak menutup sebanyak 15 liter sebagai media
kemungkinan akan terjadi dan percobaan. Selanjutnya memasang
mempengaruhi kehidupan keanekaragam termostat sebagai alat kontrol suhu,
hayati laut tertinggi di dunia tersebut. aerator sebagai sirkulasi udara pada media
Berdasarkan latar belakang tersebut, air dan menyiapkan termometer digital
untuk melihat pengaruh perubahan suhu sebagai pengukur suhu serta stopwatch
di perairan terhadap kehidupan sebagai alat penghitung waktu percobaan.
organisme, maka perlu dilakukan b. Memasukan Sampel Ikan dan
penelitian untuk mengkaji tentang respon Aklimatisasi
ikan P. lacrymatus terhadap kenaikan Sampel ikan dimasukan pada wadah
suhu. Tujuan dan kegunaan dari terkontrol yang telah disiapkan dan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dilakukan aklimatisasi sebagai langkah
respon ikan Plectroglyphidodon penyesuaian ikan terhadap wadah kontrol
lacrymatus terhadap kenaikan suhu dan tersebut sebelum dilakukan percobaan,
mengetahui tingkat suhu kritis (CTMax) sampel ikan diaklimatisasi selama 15
pada ikan P. Lacrymatus. menit setelah itu dilakukan percobaan.

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 46


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

Tabel 1. Alat dan Bahan beserta kegunaanya


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Net - Untuk mengambil organisme
- Wadah kontrol (50 x 25) cm Sebagai wadah aklimatisasi dari
Lapangan
- Ember - Sebagai wadah penampung
o
- Termometer C Untuk mengukur suhu perairan
o
- Thermostat C Untuk pengatur kenaikan suhu
- Jangka sorong mm Untuk mengukur panjang tubuh ikan
Untuk mengukur berat tubuh ikan
- Timbangan digital (0,01) g Untuk mengukur waktu daya tahan
tubuh ikan
- Stop watch s Untuk menulis segala aktivitas
penelitian
- Alat tulis - Sebagai alat dokumentasi
- Kamera -
2. Bahan
Objek Penelitian
- P.lacrymatus

Tabel 2. Tingkah laku ikan saat suhu normal dan kritis


Normal Tidak Normal/Kritis
Ketika ikan yang sudah dinaikan Ketika pergerakan ikan yang mulai cepat,
suhunya masih mengalami pergerakan menabrakan tubuhnya ke dinding wadah,
yang biasa seperti awalnya ikan ikan berenang miring, dan terkadang
dimasukan dalam wadah penelitian. melompat diakibatkan penaikan suhu yang
semakin meningkat sehingga ikan
kehilangan daya tahan tubuhnya.
Sumber : Gunawan, 2016

c. Pengaturan suhu (CTMax) Setelah dilakukan persiapan wadah


Berdasarkan percobaan sebagai media percobaan dan aklimatisasi
pendahuluan untuk menaikan suhu sampel dan pengaturan suhu pada media
digunakan alat pemanas yang diset percobaan, selanjutnya dilakukan
(thermostate) dengan perhitungan bahwa pengamatan langsung dan pencataan pada
dalam kenaikan suhu 0,2oC– 0,3oC ikan sebagai bahan percobaan untuk
membutuhkan waktu 1 menit. Hal ini melihat waktu, suhu dan respon ikan
sesuai dengan pernyataan Huntsman and seperti tingkah laku.
Sparks (1924), bahwa paparan kenaikan Respon ikan diamati secara kasat
suhu dalam penggunaan metode panas mata melalui tingkah laku dari ikan
kritis ikan ialah 0,2oC/menit. Sehingga tersebut terhadap kenaikan suhu hingga
untuk menaikan suhu 1oC diperlukan CTMax nya. Tingkah laku ikan diamati
waktu 5 menit. Suhu dipantau tiap 5 dengan dua kategori yaitu normal dan
menit dengan menggunakan termometer kritis/tidak normal.
celcius. e. Pengukuran Panjang
d. Pencatatan Waktu, Suhu (CTMax) dan Pengukuran panjang tubuh ikan
Respon Ikan dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong dengan tingkat ketelitian 0,02 mm.

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 47


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

Pengukuran ini dilakukan setelah – 29,8oC), berenang cepat (30,7oC –


melakukan pegukuran CTMax. 32,4oC), Berenang miring dan menabarak
Pengukuran panjang tubuh ikan dimulai wadah (32,4oC – 34,1oC), melompat dan
dari ujung kepala–ujung ekor dan setiap operculum mulai terbuka-tertutup cepat
pengukuran tubuh ikan dicatat hasilnya. (34,1oC – 26,1oC) dan ikan pada Suhu
f. Berat Tubuh Ikan (38oC) mulai melemah.
Pengukuran berat tubuh ikan Setelah pengamatan respon
menggunakan timbangan digital 0,01 g. dilakukan pengukuran panjang dan berat
Pengukuran berat ini dilakukan setelah sampel ikan P. lacrymatus. Hasil
melakukan pengukuran CTMax. Setelah pengukuran panjang dan berat ikan dapat
ikan dilihat kembali bergerak secara dilihat pada Tabel 4.
normal atau stabil maka ikan dilepaskan Kisaran kenaikan suhu bumi
kembali ke laut habitat sebagai alamianya. semakin meningkat setiap tahun yang
Analisis data yang digunakan diakibatkan oleh pemanasan global,
untuk mengetahui respon ikan yaitu seluruh aspek ekosistem kehidupan
dengan menggunakan analisis secara makhluk hidup di bumi baik didarat
deskriptif. Analisis deskriptif ini akan maupun di perairan turut mengalami
mendiskripsikan dan menggambarkan dampaknya sehingga biota laut dan
data-data yang diperoleh dengan penyajian organisme lainnya perlu berdaptasi dengan
data dalam bentuk grafik, tabel, caranya masing-masing sehingga tidak
persentase, diagram dan lainnya punah dan tetap berkembang biak dengan
berdasarkkan data hasil penelitian. baik.
Suhu merupakan faktor lingkungan
Hasil dan Pembahasan yang paling berpengaruh di udara maupun
Berdasarkan hasil penelitian respon dalam kolom perairan. Suhu air
ikan P. lacrymatus terhadap kenaikan mempunyai peranan dalam kecepatan laju
suhu. Respon ditunjukan dalam bentuk metabolisme dan respirasi biota air serta
tingkah laku dari masing-masing kluster proses metabolisme ekosistem perairan
kenaikan suhu. Hasil uji respon ikan, (Odum, 1971). Kehidupan organisme di
dapat dilihat pada Tabel 3. perairan pun sangat tergantung dengan
Setiap kenaikan suhu dimana, kestabilan semua faktor lingkungan
respon tidak normal mulai terjadi pada khususnya suhu perairan karena dapat
kisaran suhu 30,7oC sampai dengan mempengaruhi parameter fisik maupun
kisaran suhu tertinggi yaitu 38oC. Respon kimia perairan seperti DO, pH, salinitas
ikan terhadap kenaikan suhu ditunjukan dan lainya, hal ini penting untuk menjaga
dengan tingkah laku yang berbeda-beda, siklus ekosistem, habitat dan organisme
mulai dari berenang dan operculum perairan khususnya pada ekosistem
terbuka-tertutup normal pada suhu (27,5oC karang.

Tabel 3. Respon ikan terhadap kenaikan suhu


Kisaran- Suhu
Respon Ikan Normal Tidak Normal
(°C)
Berenang normal 27,5 – 29,8 
Operkulum terbuka/tertutup normal 27,5 – 29,8 
Berenang cepat 30,7 – 32,4 
Berenang miring 32,4 – 34,1 
Berenang menabrak wadah 32,4 – 34,1 
Melompat 34,1 – 36,1 
Operkulum terbuka/tertutup cepat 34,1 – 36,1 
Ikan melemah 36,1 – 37,4 

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 48


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

Tabel 4. Panjang dan Berat Ikan P. lacrymatus


No Ikan uji Panjang (mm) Berat (g) CTMax
1 I 5,76 11,21 35,8
2 II 5,66 9,34 36,1
3 III 5,62 9,11 36
4 IV 5,62 10,37 36
5 V 5,70 9,59 36,6
6 VI 5,96 10,97 36,6
7 VII 6,00 10,61 37
8 VIII 5,60 9,72 36,7
9 IX 5,46 9,61 36,7
10 X 5,62 8,66 37,4

Kehidupan organisme perairan aktif dan normal. Dari suhu awal tersebut
seperti ikan mampu beradaptasi dengan hingga naiknya bertambah pada 27,5°C
kisaran suhu yang beragam karena dapat pergerakan operculumpun masih terlihat
dipengaruhi seiring terjadinya perubahan stabil/normal. Pada saat suhu perairan
suhu. Ketika terjadi kenaikan suhu secara normal ikan dapat melakukan
drastis maka perubahan suhu tersebut metabolisme dan berkembang biak
mempengaruhi tingkat kesesuaian dengan baik seiring dengan tingkah laku
perairan sebagai habitat organisme ikan itu sendiri.
akuatik, karena itu setiap organisme Sesuai dengan pernyataan Boyd
akuatik mempunyai batas kisaran suhu and Lichtkoppler (1982), bahwa suhu
maksimum dan minimum (Efendi, 2003). yang optimal bagi pertumbuhan ikan
Berdasarkan pengujian sampel tropis berkisar antara 25°C – 32ºC.
yang dilakukan pada wadah terkontrol, Dimana Semakin tinggi suhu semakin
menunjukan hasil rata-rata pada saat cepat perairan mengalami kejenuhan akan
sesudah pengujian dengan suhu air di oksigen yang mendorong terjadinya
awal perlakuan berada pada rata-rata difusi oksigen dari air ke udara, sehingga
27,5°C dengan maksimal kenaikkan suhu konsentrasi oksigen terlarut dalam
0,2°C – 0,3°C setiap 1 menit sehingga perairan semakin menurun. Sejalan
diperoleh kenaikan suhu 1°C per 5 menit. dengan itu, konsumsi oksigen pada ikan
Dari hasil tersebut ditemukan bahwa menurun dan berakibat menurunnya
tingkat respon ikan yang dapat dilihat metabolisme dan kebutuhan energi.
melalui pergerakan atau tingkah laku ikan Kenaikan suhu 30,7°C – 32,4°C
berbeda-beda disebabkan oleh pengaruh ikan mulai bergerak cepat pada wadah
suhu yang semakin meningkat seiring terkontrol, terlihat bahwa suhu pada
dengan dinaikannya thermostat dengan wadah mulai merangsang naik dari suhu
waktu tertentu. awal. Gerakan cepat yang terjadi pada
Saat dilakukannya penelitian untuk rangsangan pertama menandakan ikan
mengamati tingkah laku ikan P. mulai mengalami stres. Sehingga gerakan
lacrymatus sebagai wujud adanya respon, cepat yang terjadi sesuai dengan
pada suhu awal yaitu 27,5°C dapat dilihat pernyataan bahwa semua jenis ikan
bahwa pergerakannya masih bergerak mempunyai toleransi yang berbeda-beda

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 49


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

terhadap perubahan suhu apalagi yang pernyataan Rustadhie (2011), bahwa


drastis. Ikan mampu hidup baik pada setiap jenis ikan biasanya mempunyai
kisaran suhu 23°C-30°C, Kitagawa kisaran suhu di perairan yang cocok.
(2006). Didapat pula pada kenaikan suhu
Gerakan atau tingkah laku ikan 36,1°C-38°C ikan mengalami
dengan model berenang miring dan peningkatan terbuka dan tertutupnya
menabrak wadah terjadi pada kisaran opercukulum dan pada pengamatan
suhu 32,4°C – 34,1°C, pergerakan dikisaran suhu ini ikan mulai melemah
tersebut menujukan ikan mulai tidak tidak mampu merespon lagi suhu yang
stabil dalam bergerak. Dan pada suhu ada pada wadah terkontrol tersebut.
34,1°C- 36,1°C ikan mulai loncat Kenaikan suhu air pada wadah terkontrol
kepermukaan air sebagai respon ikan tersebut mengakibatkan oksigen yang
karena panasnya air pada wadah terlarut di dalam air menjadi berkurang
terkontrol yang terus naik. Menurut jika suhu di berikan semakin tinggi. Hal
Kanisius (1992), bahwa Kenaikan suhu ini mengakibatkan oppercullum semakin
air akan menyebabkan beberapa akibat bergerak cepat dikarenakan oksigen
seperti jumlah oksigen terlarut didalam terlarut semakin rendah sehingga ikan
air menurun, kecepatan reaksi kimia harus berusaha keras untuk mendapatkan
meningkat, kehidupan ikan dan hewan oksigen berada di dalam air tersebut,
lainnya terganggu, jika batas suhu yang disini ikan akan semakin membutuhkan
mematikan terlampaui, ikan dan hewan oksigen ketika oksigen terlarut turun.
air lainya mungkin ikut mati. Peryataan tersebut sebut sesuai
Ikan P.lacrymatus pada dengan teori Effendi (2003) mekanisme
pengamatan kenaikan suhu di kisaran peningkatan suhu perairan mengakibat-
36,1°C – 37,4°C mulai melakukan kan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
gerakan yang tidak stabil (berenang evaporasi. Selain itu peningkatan suhu
cepat, miring dan tidak stabil) seperti juga mengakibatkan peningkatan
dijelaskan pada uji kenaikan suhu kecepatan metabolisme dan respirasi
lainnya. Pada kisaran suhu tersebut ikan organisme air dan selanjutnya meng-
sudah mencapai titik kritisnya (CTMax), akibatkan peningkatan konsumsi oksigen.
suhu dimana sampel ikan tidak mampu Peningkatan suhu perairan sebesar 10C
menoleransi suhu. Tepat pendapat Mora menyebabkan terjadinya peningkatan
dan Ospina (2004), bahwa pada suhu konsumsi oksigen oleh organisme akuatik
kritis atau CTMax merupakan sebagai sekitar 2-3 kali lipat. Sehingga ikan akan
titik akhir ikan yang kehilangan meningkatkan pengambilan oksigen di
keseimbangan. Hilangnya keseimbangan dalam air dengan cara mempercepat
ikan terdeteksi ketika individu ikan tidak pergerakan opperculum. Sedangkan
bisa berenang lurus dan mulai bergerak menurut Salmin (2005), kebutuhan
tidak teratur dalam posisi tubuh miring. oksigen biologi (BOD) didefinisikan
Respon ikan dapat dilihat dengan sebagai banyaknya oksigen yang
adanya pergerakan cepat sampai, diperlukan oleh organisme pada saat
berenang miring dan melompat pemecahan bahan organik, pada kondisi
dipermukaan air wadah kontrol, ikan aerobik. Pemecahan bahan organik
menunjukan reaksi yang berlebihan diartikan bahwa bahan organik ini
karena kondisi lingkungan yang tidak digunakan oleh organisme sebagai bahan
sesuai habitatnya. Hal ini sesuai dengan makanan dan energinya diperoleh dari
pernyataan Nybakken (1988), bahwa proses oksidasi.
sebagian besar biota laut bersifat Sejalan dengan pendapat Rustadhie
poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi (2011), bahwa dalam keadaan suhu
lingkungan). Hal ini juga sejalan dengan normal metabolisme maupun tingkah

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 50


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

laku ikan akan berjalan dengan normal ini memang memiliki daya tahan tubuh
pula. Namun bila terjadi perubahan suhu, terhadap suhu sampai 37 oC.
respon yang diberikan oleh ikan akan Disisi lain ikan mampu
menunjukan penyesuaian metabolisme menyesuaikan diri dengan kondisi
tubuhnya terhadap lingkungan untuk lingkungan sekitarnya asalkan tidak ada
mempertahankan kehidupannya. Respon perubahan yang menuntun secara ekstrim
yang diperlihatkan oleh ikan biasanya (mendadak). Boyd dan Lichtkoppler
berupa perubahan tingkah laku atau (1982), menyatakan bahwa jika pada
pergerakan ikan. kondisi tertentu, suhu permukaan
Kenaikan suhu bukan hanya perairan dapat mencapai 35oC atau lebih
berpengaruh pada ikan sebagai besar maka biasanya ikan akan berenang
organisme, namun suhu yang naik akan menjauhi permukaan perairan.
berpengaruh pula pada ekosistem Setelah melakukan uji respon dan
terumbu karang yang menjadi habitat melihat tingkat suhu kritis atau
bagi ikan famili Pomacentridae sebagai Critichal Thermal Maximum (CTMax),
tempat berlindung, mencari makan dan dilakukan pengukuran panjang ikan,
memijah (spawning Ground). Seperti dimana panjang rata-rata dari sepuluh
pendapat Allen (1991), bahwa Ikan sampel ikan P. lacrymatus. Pada
karang dari famili Pomacentridae pengukuran panjang berat ditemukan
termasuk jenis yang sangat tergantung rata-rata panjang sampel tersebut yaitu
pada ruang lingkup atau daerah tertentu 5,71 mm. Dari sepuluh sampel tersebut
yang terbatas berhubungan dengan panjang maksimal 6,01 mm dan untuk
spesies lain. Family Pomacentridae akan panjang minimum yaitu 5,45 mm.
berkembang biak dengan baik pada Tahapan akhir pengamatan
daerah yang cukup menyediakan tempat selanjutnya yaitu menimbang berat
untuk berlindung yang seimbang. sampel. Saat penimbangan ditemukan
Hasil pengamatan pada beberapa rata-rata berat sampel 9,91 g, dengan
sampel ikan P. lacrymatus tentang suhu berat maksimum ditemukan mencapai
kirtis (CTMax), ditemukan bahwa rata- 11,21 g dan untuk berat minimum yaitu
rata CTMax nya pada titik suhu 36,49oC 8,66 g.
dengan rata-rata lama waktu uji Saat pengukuran sampel,
39,3/menit. Sedangkan untuk CTMax ditemukan bahwa ukuran dan berat ikan
terendah dari masing-masing sampel menentukan ketahanannya terhadap
tersebut yaitu 35oC dengan lama waktu paparan suhu pada media/wadah kontrol
39 menit. tersebut. Sehingga rata-rata ukuran
Pengamatan CTMax menunjukan panjang dan berat sampel ikan pada saat
ketika terjadi kenaikan suhu yang drastis penelitian berlangsung mengalami respon
dimana suhu perairan lebih cepat yang sama pada kenaikan suhu yang
meningkat dibandingkan tingkat sama pula. Menurut Kelabora (2010),
aklimatisasi ikan terhadap kondisi suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan
lingkungannya, maka hal ini akan sebagian besar energi yang tersimpan
menyebabkan degradasi atau kematian dalam tubuh ikan digunakan untuk
pada organisme lain seperti karang penyesuaian diri terhadap lingkungan
sebagai habitat ikan famili Pomacentridae yang kurang mendukung, sehingga dapat
khususnya jenis P. lacrymatus karena merusak sistem metabolisme atau
tidak mampu menoleransi kisaran suhu di pertukaran zat. Selain itu, pada suhu
atas rata-rata 36,49oC. Sedangkan Eme optimum bagi ikan akan meningkatkan
dan Bennett (2009), menyatakan, hewan pertumbuhan ikan yang baik.
akuatik yakni ikan intertidal yang Perbedaan suhu air media dengan
diberikan paparan suhu kritis, ikan jenis tubuh ikan akan menimbulkan gangguan

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 51


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

metabolisme. Kondisi ini dapat Ucapan Terima Kasih


mengakibatkan sebagian besar energi Ucapan terimakasih kepada
yang tersimpan dalam tubuh ikan Operation Wallacea yang telah bekerja
digunakan untuk penyesuian diri sama dengan Fakultas Prikanan dan Ilmu
terhadap lingkungan yang kurang Kelautan Universitas Halu Oleo sehingga
mendukung tersebut, sehingga dapat penulis bisa melakukan riset/penelitian
merusak sistem metabolisme atau bersama-sama peneliti dari Operation
pertukaran zat. Hal ini dapat Wallacea. Ucapan terima kasih pula
mengganggu pertumbuhan ikan karena kepada seluruh civitas akademika
gangguan sistem percernaan. Menurut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Asmawi (1983), bahwa suhu air dan kepada semua sahabat dan mitra atas
mempunyai pengaruh besar terhadap motivasi serta bimbingan selama penulis
pertukaran zat atau metabolisme kuliah dan mengerjakan tugas akhir ini.
mahkluk hidup di perairan. Oleh karena
itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat Daftar Pustaka
menghambat pertumbuhan dan Allen, G. R. 1991. Damselfishes of the
menyebabkan tingginya mortalitas ikan. World. Aquarium Systems, Mentor,
Ohio, 271 pp.
Simpulan Asmawi, S. 1983. Ekologi Ikan. Fakultas
Berdasarkan hasil dan pembahasan Perikanan Unlam. Penerbit Media
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan Kampus. Banjarmasin. 105 Hal.
sebagai berikut. Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982.
1. Respon ikan Plectroglyphidodon Water Quality Management in
lacrymatus terhadap kenaikan suhu Pond Fish Culture. Auburn
yang ditunjukan dengan gerakan dan University, Auburn.
tingkah laku ikan dengan berenang Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air
cepat dimulai dari kisaran suhu 30,7oC bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
– 32,4 oC, berenang miring dan Lingkungan Perairan. Penerbit
tubuhnya ke dinding wadah pada suhu Kanisius, Yogyakarta
32,4 oC – 34,1 oC dan Operkulum Eme, J. and Bennett, W.A. 2009. Critical
terbuka/tertutup dengan cepat pada thermal tolerance polygons of
suhu 34,1oC – 36,1 oC, Ikan mulai tropical marine fishes from
melemah tak berdaya Pada Suhu 36,1 Sulawesi, Indonesia. Journal of
o
C – 37,4 oC. Thermal Biology. 34, 220–225
2. Suhu kritis ikan atau Critical Thermal Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara.
Maximum (CTMax) rata-rata pada titik Yogjakarta. Penerbis Kanisius
suhu 36,49oC dengan rata-rata lama Kelabora, D.M. 2010. Pengaruh Suhu
waktu uji 39,3/menit dan untuk Terhadap Kelangsungan Hidup dan
CTMax terendah dari masing-masing Pertumbuhan Larva Ikan Mas
sampel tersebut yaitu 35oC dimenit ke (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala
39. Perikanan Terubuk. 38(1): 71 – 81.
Kamler, E. 1989. Early Life History of
Saran Fish, an Energetic Aproach.
Perlunya pengembangan penelitian Champman and Hall Fish and
lanjutan untuk dilakukan penelitian Fisheies Series. London.
dengan rentang waktu yang lebih lama Kitagawa T, Nakata H, Kimura S, Itoh T,
dari penelitian ini dan menggunakan Tsuji S, Nitta A. 2006. The efect of
spesies ikan yang berbeda dengan lokasi water temperature on habitat use of
perairan lain di Sulawesi Tenggara. young pasific bluefin tuna (Thynnus
thhynus orientalis) in the East china

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 52


Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53

Sea. Ocean research Institute,


University of Tokyo Nakano,
Tokyo. Journal Fisheries Science
2006; 72 : 1166-1176
Mora, C. Ospina, A.F. 2004. Effect of
body size on reef fish tolerance to
extreme low and high temperatures.
Environ. Biol. Fishes 70, 339–343.
Nybakken, j. W. 1988. Biologi Laut.
Suatu Pendekatan Ekologis.
Jakarta: Gramedia.
Nyabaken, J. W. 1993. Biologi Laut
Suatu Pendekatan Ekologis. PT.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar
Ekologi.Cetakan ke-3. Gajah Mada
University
Press, Yogyakarta.
Rustadhie. 2011. Tingkah Laku Ikan
Terhadap Perubahan Suhu, diakses
20 November 2013
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk
Menentukan Kualitas Perairan.
Jurnal Oseana. Vol 30: Halaman
21-26
Soede LP, M Erdmann, edt. 2006. Rapid
Ecological Assessment Wakatobi
National Park. Denpasar-Bali.
WWF-TNC
Wenberg T,.and A. Smale. 2011. An
Extreme Climatic Event Alters
Marine Ecosystem Structure in a
Global Biodiversity Hotspot.
J.Exp.Mar.Biol.Ecol.400. (264-267).

Respon Ikan Plectroglyphidodon lacrymatus terhadapkenaikan suhu (Iha et al.) 53

Anda mungkin juga menyukai