Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui respon dan suhu kritis atau Critical Thermal maximum (CTMax) ikan
Plectroglyphidodon lacrymatus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di Laboratorium Marine
Research Centre, Pulau Hoga, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Metode yang digunakan yaitu
Critical Thermal Method (CTM), dengan pendekatan batas suhu kritis atau Critical Thermal maximum
(CTMax) pada wadah terkontrol dan selanjutnya di analisis secara deskriptif. Hasil pengamatan sejumlah
sample ikan P.lacrimatus ditemukan respon ikan pada setiap kenaikan suhu, dimana terjadi pergerakan dan
tingkah laku yang beragam mulai dari suhu awal dimasukan pada wadah terkontrol yaitu 27,5 oC. Selanjutnya
ikan terlihat berenang lebih cepat, berenang miring, menabrak wadah dan loncat kepermukaan wadah
terkontrol pada suhu kritis. Suhu kritis/CTMax diperoleh pada titik suhu 36,49 oC dengan rata-rata lama
waktu uji 39,3/menit. CTMax terendah diperoleh pada suhu 35,8 oC pada menit ke-39. Ikan
Plectroglyphidodon lacrymatus mampu mencapai suhu kritis atau CTMax dikisaran paparan suhu 37,4 oC
dengan lama waktu pengujian selama 45 menit.
Abstract
This study aims to determine the response and critical temperature or Critical Thermal maximum (CTMax)
of Plectroglyphidodon lacrymatus fish. The study was conducted in July 2015 at the Laboratory of Marine
Research Center, Hoga Island, Kaledupa, District of Wakatobi. The Critical Thermal Method (CTM) was
utilized with a critical temperature threshold approach or Critical Thermal Maximum (CTMax) in a
controlled container and then analyzed descriptively. Results found the response of P.lacrymatus at every
temperature rise, where the movement and behavior varied from the initial temperature entered in the
controlled container which was 27.5C. Furthermore, fish were seen to swim faster, swam skew, crashed the
container and jumped to the surface of the controlled container at a critical temperature. The critical
temperature/CTMax was obtained at a temperature point of 36.49C with an average length of test time of
39.3/min. The lowest CTMax was obtained at 35.8°C at 39 min. Plectroglyphidodon lacrymatus is able to
reach critical temperature or CTMax in the exposure range of temperature 37,4oC with the duration of test for
45 minutes.
Pendahuluan
Fenomena alam yang menjadi laut terutama tidak stabilnya suhu bumi
perhatian seluruh dunia adalah perubahan seperti naiknya suhu air laut di seluruh
iklim (Climate Change), berbagai cara belahan bumi dan Indonesia saat ini.
telah dilakukan oleh para peneliti di Terjadinya perubahan iklim sangat
seluruh dunia dengan berbagai metode berpengaruh terhadap semua unsur
dan indikator perubahan iklim yang alamiah kehidupan manusia dan
berbeda-beda untuk melihat tingkat sumberdaya hayati laut terutama ikan
toleransi dan adaptasi makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung.
dibumi ini. Pola sebaran suhu yang terjadi saat
Perubahan iklim telah menyebab- ini besar pengaruhnya terhadap Peristiwa
kan berbagai persoalan bagi lingkungan naiknya suhu air laut hal mempengaruhi
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSL
Sapa Laut Mei 2017. Vol. 2(2): 45-53
Kehidupan organisme perairan aktif dan normal. Dari suhu awal tersebut
seperti ikan mampu beradaptasi dengan hingga naiknya bertambah pada 27,5°C
kisaran suhu yang beragam karena dapat pergerakan operculumpun masih terlihat
dipengaruhi seiring terjadinya perubahan stabil/normal. Pada saat suhu perairan
suhu. Ketika terjadi kenaikan suhu secara normal ikan dapat melakukan
drastis maka perubahan suhu tersebut metabolisme dan berkembang biak
mempengaruhi tingkat kesesuaian dengan baik seiring dengan tingkah laku
perairan sebagai habitat organisme ikan itu sendiri.
akuatik, karena itu setiap organisme Sesuai dengan pernyataan Boyd
akuatik mempunyai batas kisaran suhu and Lichtkoppler (1982), bahwa suhu
maksimum dan minimum (Efendi, 2003). yang optimal bagi pertumbuhan ikan
Berdasarkan pengujian sampel tropis berkisar antara 25°C – 32ºC.
yang dilakukan pada wadah terkontrol, Dimana Semakin tinggi suhu semakin
menunjukan hasil rata-rata pada saat cepat perairan mengalami kejenuhan akan
sesudah pengujian dengan suhu air di oksigen yang mendorong terjadinya
awal perlakuan berada pada rata-rata difusi oksigen dari air ke udara, sehingga
27,5°C dengan maksimal kenaikkan suhu konsentrasi oksigen terlarut dalam
0,2°C – 0,3°C setiap 1 menit sehingga perairan semakin menurun. Sejalan
diperoleh kenaikan suhu 1°C per 5 menit. dengan itu, konsumsi oksigen pada ikan
Dari hasil tersebut ditemukan bahwa menurun dan berakibat menurunnya
tingkat respon ikan yang dapat dilihat metabolisme dan kebutuhan energi.
melalui pergerakan atau tingkah laku ikan Kenaikan suhu 30,7°C – 32,4°C
berbeda-beda disebabkan oleh pengaruh ikan mulai bergerak cepat pada wadah
suhu yang semakin meningkat seiring terkontrol, terlihat bahwa suhu pada
dengan dinaikannya thermostat dengan wadah mulai merangsang naik dari suhu
waktu tertentu. awal. Gerakan cepat yang terjadi pada
Saat dilakukannya penelitian untuk rangsangan pertama menandakan ikan
mengamati tingkah laku ikan P. mulai mengalami stres. Sehingga gerakan
lacrymatus sebagai wujud adanya respon, cepat yang terjadi sesuai dengan
pada suhu awal yaitu 27,5°C dapat dilihat pernyataan bahwa semua jenis ikan
bahwa pergerakannya masih bergerak mempunyai toleransi yang berbeda-beda
laku ikan akan berjalan dengan normal ini memang memiliki daya tahan tubuh
pula. Namun bila terjadi perubahan suhu, terhadap suhu sampai 37 oC.
respon yang diberikan oleh ikan akan Disisi lain ikan mampu
menunjukan penyesuaian metabolisme menyesuaikan diri dengan kondisi
tubuhnya terhadap lingkungan untuk lingkungan sekitarnya asalkan tidak ada
mempertahankan kehidupannya. Respon perubahan yang menuntun secara ekstrim
yang diperlihatkan oleh ikan biasanya (mendadak). Boyd dan Lichtkoppler
berupa perubahan tingkah laku atau (1982), menyatakan bahwa jika pada
pergerakan ikan. kondisi tertentu, suhu permukaan
Kenaikan suhu bukan hanya perairan dapat mencapai 35oC atau lebih
berpengaruh pada ikan sebagai besar maka biasanya ikan akan berenang
organisme, namun suhu yang naik akan menjauhi permukaan perairan.
berpengaruh pula pada ekosistem Setelah melakukan uji respon dan
terumbu karang yang menjadi habitat melihat tingkat suhu kritis atau
bagi ikan famili Pomacentridae sebagai Critichal Thermal Maximum (CTMax),
tempat berlindung, mencari makan dan dilakukan pengukuran panjang ikan,
memijah (spawning Ground). Seperti dimana panjang rata-rata dari sepuluh
pendapat Allen (1991), bahwa Ikan sampel ikan P. lacrymatus. Pada
karang dari famili Pomacentridae pengukuran panjang berat ditemukan
termasuk jenis yang sangat tergantung rata-rata panjang sampel tersebut yaitu
pada ruang lingkup atau daerah tertentu 5,71 mm. Dari sepuluh sampel tersebut
yang terbatas berhubungan dengan panjang maksimal 6,01 mm dan untuk
spesies lain. Family Pomacentridae akan panjang minimum yaitu 5,45 mm.
berkembang biak dengan baik pada Tahapan akhir pengamatan
daerah yang cukup menyediakan tempat selanjutnya yaitu menimbang berat
untuk berlindung yang seimbang. sampel. Saat penimbangan ditemukan
Hasil pengamatan pada beberapa rata-rata berat sampel 9,91 g, dengan
sampel ikan P. lacrymatus tentang suhu berat maksimum ditemukan mencapai
kirtis (CTMax), ditemukan bahwa rata- 11,21 g dan untuk berat minimum yaitu
rata CTMax nya pada titik suhu 36,49oC 8,66 g.
dengan rata-rata lama waktu uji Saat pengukuran sampel,
39,3/menit. Sedangkan untuk CTMax ditemukan bahwa ukuran dan berat ikan
terendah dari masing-masing sampel menentukan ketahanannya terhadap
tersebut yaitu 35oC dengan lama waktu paparan suhu pada media/wadah kontrol
39 menit. tersebut. Sehingga rata-rata ukuran
Pengamatan CTMax menunjukan panjang dan berat sampel ikan pada saat
ketika terjadi kenaikan suhu yang drastis penelitian berlangsung mengalami respon
dimana suhu perairan lebih cepat yang sama pada kenaikan suhu yang
meningkat dibandingkan tingkat sama pula. Menurut Kelabora (2010),
aklimatisasi ikan terhadap kondisi suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan
lingkungannya, maka hal ini akan sebagian besar energi yang tersimpan
menyebabkan degradasi atau kematian dalam tubuh ikan digunakan untuk
pada organisme lain seperti karang penyesuaian diri terhadap lingkungan
sebagai habitat ikan famili Pomacentridae yang kurang mendukung, sehingga dapat
khususnya jenis P. lacrymatus karena merusak sistem metabolisme atau
tidak mampu menoleransi kisaran suhu di pertukaran zat. Selain itu, pada suhu
atas rata-rata 36,49oC. Sedangkan Eme optimum bagi ikan akan meningkatkan
dan Bennett (2009), menyatakan, hewan pertumbuhan ikan yang baik.
akuatik yakni ikan intertidal yang Perbedaan suhu air media dengan
diberikan paparan suhu kritis, ikan jenis tubuh ikan akan menimbulkan gangguan