DOI:
ABSTRAK
Ikan yellow phantom merupakan salah satu ikan hias introduksi yang memiliki warna tubuh
kekuningan, sirip ekor berwarna kuning, dan terdapat ciri khas yaitu black spot dibagian sisi kanan
dan kiri dibagian belakang insang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas warna dan
pertumbuhan ikan yellow phantom dengan paparan spektrum cahaya berbeda. Ikan yellow phantom
berukuran 2,73±0,13 cm dengan rataan bobot ikan yaitu 0,38±0,05 g dipelihara dalam akuarium
berukuran 25×25×25 cm selama 21 hari. Pakan yang diberikan yaitu cacing sutera. Pakan diberikan
tiga kali sehari secara at satiation. Pemeliharaan dilakukan dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan yaitu
perlakuan K (kontrol), M (LED merah), H (LED Hijau), P (LED Putih), dan B (LED Biru). Hasil
penelitian pada perlakuan LED putih memberikan pengaruh kualitas warna terbaik berdasarkan
keragaan warna secara visual sebesar 33,11±0,86% untuk warna hitam dan 37,91±0,76% untuk warna
kuning. LED merah memberikan pertumbuhan terbaik dengan pertumbuhan panjang total 0,40±0,09
cm, laju pertumbuhan harian 1,20±0,19%, dan efisiensi pakan sebesar 0,68±0,14%. Kadar glukosa
darah berkisar antara 28,33±3,05-51,33±3,21 mg dL-1.
Rumus pertumbuhan bobot sebagai berikut Rumus perhitungan jumlah konsumsi pakan
(Effendie 1979): sebagai berikut :
𝑊𝑡 − 𝑊𝑜 F = Jumlah pakan awal (g) – pakan sisa (g)
PM =
𝑡
Keterangan : Efisiensi Pakan (EP)
PM : pertumbuhan mutlak (gram/ekor/hari) Efisiensi pakan merupakan parameter yang
Wt : bobot rata-rata hari ke-t (gram) digunakan untuk mengetahui kemampuan ikan
Wo : bobot rata-rata hari ke-0 (gram mengonsumsi dan mencerna pakan dari total
T : lama perlakuan pakan yang diberikan. Rumus perhitungan
efisiensi pakan dapat dihitung dengan
Pertumbuhan Panjang Total (PPT)
menggunakan rumus berikut (Takeuchi 1988):
Pertumbuhan panjang merupakan
perubahan panjang yang diukur berdasarkan [(𝑊𝑡 + 𝑊𝑑) − 𝑊𝑜]
panjang total. Panjang total merupakan EP (%) = × 100
𝐹
panjang yang diukur dari ujung mulut sampai
ujung ekor ikan. Pengukuran panjang Keterangan :
dilakukan dengan menggunakan milimeter EP : efisiensi pakan (%)
blok. Rumus pertumbuhan panjang sebagai Wt : biomassa ikan pada akhir penelitian
berikut (Effendie 1979) : (gram)
Wd : bimassa ikan mati selama penelitian
PP = Pt – Po (gram)
Keterangan : Wo : biomassa ikan pada awal pemeliharaan
PP : pertumbuhan panjang (cm) (gram)
Pt : panjang rata – rata individu pada hari ke- F : jumlah pakan yang diberikan (gram)
t (cm) Jumlah Sel Kromatofor
Po : panjang rata – rata individu pada hari ke- Perhitungan jumlah sel kromatofor
0 (cm) dilakukan diakhir pemeliharaan dengan
Laju Pertumbuhan Harian (LPH) mengambil bagian epidermis (kulit) dari tubuh
Laju pertumbuhan harian merupakan ikan. Metode ini menggunakan teknik
pertambahan bobot ikan diukur dengan histologi dengan pewarnaan hematoksilin dan
menimbang sampel dari masing-masing eosin. Sampel yang digunakan tiga ulangan
perlakuan dengan menggunakan timbangan untuk setiap perlakuan. Kemudian sampel
digital dan dihitung rataannya. Rumus laju dipotong dengan ketebalan 0,6 μm. Kemudian
pertumbuhan harian (Huisman 1987): setelah tahap histologi selesai preparat diamati
dengan menggunakan mikroskop dengan
𝑡 𝑤𝑡 perbesaran 40x10 dan dihitung jumlah sel
α = (√𝑤𝑜 − 1) x 100
kromatofornya. Luas daerah yang dihitung sel
kromatofornya yaitu 1 mm2 (Novita et al.
Keterangan : 2019).
α : laju pertumbuhan harian (%)
Wt : bobot rata-rata ikan ke-t (gram) Keragaan Warna Visual
Wo : bobot rata-rata ikan ke-0 (gram) Keragaan warna visual dilakukan dengan
t : lama pemeliharaan (hari) menggunakan kamera DSLR (Digital Single-
Lens Reflex) 16 pixel pada akhir pemeliharaan.
Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Pengambilan gambar dilakukan sedemikian
Jumlah konsumsi pakan adalah banyaknya rupa sehingga pengambilan gambar
jumlah pakan yang dihabiskan selama menggunakan kamera sesuai dengan keadaan
perlakuan. Jumlah pakan yang dikonsumsi aslinya. Sampel foto ikan yang digunakan tiga
oleh ikan ditimbang setap memberikan pakan. ulangan untuk setiap perlakuan. Kemudian
dianalisis dengan menggunakan software
Adobe Photoshop seperti yang digunakan oleh pemeliharaan yaitu dengan volume 100 ml.
penelitian Aras et al. (2015). Pengamatan Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari
dilakukan pada bagian black spot dan sirip dengan tujuan air dapat diamati langsung di
ekor dengan tiga ulangan foto pada setiap laboratorium Lingkungan.
perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Glukosa
Pengukuran kadar glukosa darah pada ikan Hasil Penelitian
uji dilakukan dengan menggunakan Kinerja pertumbuhan ikan yellow phantom
glukometer dan strip glucotest. Ikan uji (Hyphessobrycon roseus) yang dipelihara
kemudian diambil darahnya dengan memotong dengan paparan spektrum cahaya berbeda
tubuh bagian pangkal ekor. Kemudian setelah dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil
darahnya keluar diteteskan ke strip glucotest penelitian adanya perbedaan paparan spektrum
sampai pangkal garis untuk menyimpan darah cahaya menunjukan hasil pertumbuhan bobot
sampel penuh. Setelah itu strip glucotest (PB), pertumbuhan panjang total (PPT), laju
dimasukan kedalam glukometer. Bagian ujung pertumbuhan harian (LPH), jumlah konsumsi
dari strip glucotest sensitif sehingga harus pakan (JKP), dan efisiensi pakan (EP) berbeda
dijaga agar saat pembacaan hasil pengukuran nyata (P<0,05).
glukosa darah tidak terjadi error. Kemudian Pertumbuhan bobot tertinggi yaitu pada
ditunggu sebentar hingga hasilnya terbaca oleh perlakuan dengan menggunakan LED merah
glukometer. Strip glucotest yang digunakan yaitu sebesar 0,0052±0,0009 g/ekor/hari,
sebanyak 15 buah dan masing-masing strip sedangkan pertumbuhan bobot terendah yaitu
hanya dapat digunakan satu kali artinya satu pada perlakuan kontrol sebesar 0,0009±0,0005
strip untuk satu sampel darah. g/ekor/hari. Pertumbuhan panjang tubuh
Kualitas Fisika Kimia Air tertinggi yaitu pada perlakuan LED merah
Parameter kualitas air yang diukur meliputi sebesar 0,41±0,06 cm, sedangkan
suhu, pH, Dissolved Oxygen (DO), Total pertumbuhan panjang tubuh terendah yaitu
Amonia Nitrogen (TAN), dan nitrit dilakukan pada perlakuan kontrol sebesar 0,15±0,04 cm.
pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Sampel yang Laju pertumbuhan harian (LPH) tertinggi yaitu
diambil yaitu satu botol sampel setiap pada perlakuan LED merah dengan nilai
akuarium. Botol sampel yang digunakan untuk sebesar 1,20±0,19%, sedangkan laju
mengambil air sampel dari wadah pertumbuhan terendah yaitu pada perlakuan
kontrol 0,23±0,14%.
PB
(g/ekor/ 0,0009±0,0005a 0,0052±0,0009c 0,0025±0,0003b 0,0025±0,0003b 0,0021±0,0002b
hari)
Jumlah konsumsi pakan tertinggi yaitu spektrum LED biru sebesar 100±0,00%,
pada perlakuan LED merah yaitu dengan nilai sedangkan perlakuan spektrum lampu LED
sebar sebesar 16,14±0,45 g, sedangkan jumlah putih dengan nilai sebesar 96,67±5,77%.
konsumsi pakan terendah pada perlakuan Sel Kromatofor
kontrol dengan nilai sebesar 12,53±1,23 g. Jumlah sel kromatofor ikan yellow
Efisiensi pakan tertinggi yaitu pada perlakuan phantom selama pemeliharaan 21 hari dapat
spektrum lampu LED merah dengan nilai dilihat pada Gambar 1. Jumlah sel kromatofor
sebesar 0,68±0,14%, sedangkan efisiensi tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan
pakan terendah yaitu pada perlakuan kontrol spektrum lampu LED putih sebesar
yaitu dengan nilai sebesar sebesar 196,7±15,3 sel kromatofor. Jumlah sel
0,16±0,10%. Tingkat kelangsungan hidup ikan kromatofor terendah terdapat pada perlakuan
yellow phantom seperti dapat dilihat pada kontrol. Hasil pengamatan menggunakan
Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup pada mikroskop dengan perbesaran 40x10 dapat
perlakuan kontrol, spektrum lampu LED dilihat adanya bintik-bintik ungu kehitaman
merah, spektrum lampu LED hijau, dan yang merupakan sel kromatofor .
250,00
Jumlah kromatofor (sel)
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
K M H P B
Perlakuan
Gambar 1. Jumlah sel kromatofor ikan yellow phantom Hyphessobrycon roseus pada perlakuan
kontrol (K), spektrum lampu LED merah (M), spektrum lampu LED hijau (H), spektrum
lampu LED putih (P), dan spektrum lampu LED biru (B)
Gambar 2. Warna ikan yellow phantom secara visual pada ikan dengan perlakuan kontrol (K),
LED merah (M), LED hijau (H), LED putih (P), dan LED biru (B)
Tabel 2. Keragaan warna secara visual ikan yellow phantom (Hyphessobrycon roseus)
Kualitas Warna
Ikan Yellow Phantom (%)
Perlakuan
Warna Hitam Warna Kuning
K 31,79±0,18c 30,75±0,65a
M 30,01±0,38b 36.06±0,74b
H 27,33±0,58a 35,71±1,20b
P 33,11±0,86d 37,91±0,76c
B 31,58±0,87c 30,92±3,11a
menunjukan tingkat kelangsungan hidup dan didapatkan dengan perlakuan paparan LED,
pertambahan biomassa tertinggi ditunjukan pertumbuhan panjang total (PPT) ikan yellow
pada spekrum lampu LED merah pada phantom tertinggi yaitu pada perlakuan
pemeliharaan larva Wallango attu (Giri et al., spektrum lampu LED merah 0,41±0,06 cm.
2002). Pertumbuhan panjang total pada perlakuan
Nilai LPH pada perlakuan LED merah LED merah berbeda nyata dengan perlakuan
sebesar 1,20±0,19% dan berbeda nyata spektrum lampu LED lainnya (P<0,05).
(P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Perlakuan LED merah pada ikan rainbow trout
Penggunaan lampu LED merah telah menunjukan hasil panjang total tertinggi yaitu
dilakukan pada ikan rainbow trout dan sebesar 30.7±0,2 cm dan berbeda nyata
hasilnya menunjukan bahwa laju pertumbuhan (P<0,05) dengan perlakuan spektrm lampu
spesifik tertinggi yaitu pada spektrum lampu LED putih dan spektrum lampu LED biru
LED merah sebesar 0,87±0,01% (Karakatsouli (Karaktsouli et al., 2008).
et al., 2008). Berdasarkan hasil yang
60,00
Glukosa darah (mg dL-1)
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Perlakuan
Gambar 3. Kadar glukosa darah ikan yellow phantom (Hyphessobrycon roseus) pada perlakuan
kontrol (K), spektrum lampu LED merah (M), spektrum lampu LED hijau (H), spektrum
lampu LED putih (P), dan spektrum lampu LED biru (B).
Tabel 3. Parameter fisika kimia air pada media pemeliharaan ikan yellow phantom (Hyphessobrycon
roseus)
Perlakuan
Parameter
K M H P B
Suhu (°C) 28,2-30,0 28,0-30,2 27,9-29,3 28,0-29,5 27,9-29,3
Dissolved Oxygen
4,5-5,6 4,6-5,8 4,5-6,0 4,4-5,3 4,4-5,8
(DO) (mg L-1)
Total Amonia
0,008-0,070 0,008-0,070 0,008-0,078 0,004-0,078 0,008-0,032
Nitorgen (mg L-1)
kualitas warna ikan Botia Chromobotia Masfah R, Setyawati TR, dan Yanti AH. 2018.
macracanthus (Bleeker, 1852). Jurnal Tingkat kecerahan sisik ikan arwana merah
Ikhtilogi Indonesia 16(1):45-55. (Scleropages formosus). Protobiont 7(2):
Audina M, Yanti AH, dan Setyawati TR. 2017. 43-46.
Tingkat kecerahan sisik bagian pangkal Medkour B, Mehanna M, and Abdelmonem M.
caput, dorsal, dan pangkal caudal ikan 2013. Comparison study between using
Barbodes lateristriga yang ditemukan di HS, LED, and C.F lamp in roadway
sungai mentuka Kabupaten Sekadau. lighting. New York Science Journal 6(10):
Protobiont 6(3): 98-101. 26-30.
Axelrod HR, Axelrod GS, Burgess WE, Nasir NA and Farmer KW. 2017. Effects of
Pronek N, Scott BM, and Walls JG. 2004. differents artificial light colors on the
Atlas of freshwater aquarium fishes. Ed ke- growth of juvenils common carp (Cyprinus
10. T.F.H: Washington. caropio). Esopo. Environ. Journal 3(3):
Bouef G and Le Bail PY. 1999. Does light have 79-86.
an influence on fish growth?. Aquaculture Novita RD, Nirmala K, Supriyono E, dan Ardi
177:129-152. I. 2019. Efektivitas paparan spektrum
Cho HC, Kim JE, Kim BH, and Baek HJ. 2015. cahaya lampu Light Emitting Diode (LED)
Effects of water temperature change on the terhadap pertumbuhan dan kualitas warna
hematological responses and plasma yuwana ikan badut, Amphiprion percula
cortisol levels in growing of red spotted (Lacepede, 1802). Jurnal Ikhtiologi
grouper, Epinephelus akaara. Journal of Indonesia 19(1): 127-141.
The Korea Society of Developmental Nurdin M. 2014. Perbedaan Lama Penyinaran
Biology 19(1): 19-24. dan Intensitas Cahaya Terhadap
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Pertumbuhan Serta Sintasan Juvenil Ikan
Yayasan Dewi Sri: Bogor. Tengadak Barbonymus schwanenfeldii
Giri SS, Sao SK, Sahu BB, Monthy SN, [Tesis]. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Mukhopadhayay PK, and Ayyappan S. Rahmawati R, Cindelaras S, dan Kusrini E.
2002. Larval survival and growth in 2016. Keragaan pertumbuhan dan warna
Wallango attu (Bloch & Schneider; effects ikan wild betta Betta sp. dengan rekayasa
of light, phptoperiod and feeding regimes. intensitas cahaya dan warna latar. Jurnal
Aquaculture 213: 151-161. Riset Akuakultur 11(2): 155-162.
Goddard S. 1996. Feed Management in Satyani D dan Subamia IW. 2009. Ikan hias air
Intensive Aquaculture. Cahpman and Hall: tawar ekspor indonesia. Media Akuakultur
New York. 4(1): 1-17.
Head AB and Malison JA. 2000. Effetcs of Subamia IW, Meilisza N, dan Permana A.
lighting spectrum and disturbance level on 2013. Peningkatan kualitas warna kuning
the growth and stress responses of yellow dan merah serta pertumbuhan benih ikan
perch Perca flavences. Journal World koi melalui pengayaan tepung kepala
Aquaculture Society 31: 73-80. udang dalam pakan. Jurnal Riset
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Akuakultur 8(3): 429-438.
Production. Agricultural University press: Takeuchi, T. 1988. Laboratory work-chemical
Wageningen. evaluation of dietary nutrients. In:
Karakatsouli N, Papoutsoglou SE, Panopoulos Watanabe, T. (ed.) Fish Nutrition and
G, Papoutsoglou ES, Hadio S, and Mariculture. JICA Kanagawa International
Kalogiannis D. 2008. Effects of light Fisheries Training Centre: Tokyo.
spectrum on growth and stress response of Uthayasiva M, Haq MA, and Kumar TT. 2014.
rainbow trot Oncorhyncus mykiss reared Significance of light intensity to enhance
under recirculating system conditions. the colour of marine ornamental fish
Aquaculture Engineering 38: 36-42. Amphiprion clarkii (Bannet, 1830) in