Anda di halaman 1dari 31

Panduan Praktikum Biologi laut 2015

1. PENDAHULUAN

Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan,


hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian
laut mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut sekalipun serta di
sekitar muara sungai. Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan biota laut
disebut biologi laut.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang
panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur,
maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.
Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah
dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.
1. Menurut fisiografinya, ekosistem air laut secara horizontal dibagi sebagai
berikut:
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neritik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari
sampai bagian dasar dalamnya ± 200 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai
(1.500-10.000 m).
2. Menurut kedalamannya secara vertical, berturut-turut dari permukaani laut
semakin ke dalam, laut dibedakan sebagai berikut:
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air
sekitar 200 m.

1 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman


200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-
2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m,
tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak
mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih
dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lilia laut dan ikan laut yang
dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah
bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis
sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
Dalam kegiatan praktikum biologi laut ini secara garis besar ada 2
kegiatan yaitu Kegiatan di Laboratorium dan di Lapang. Kegiatan di laboratorium
adalah identifikasi organisme baik flora maupun fauna sedang kegiatan di
lapang meliputi:
1. Kegiatan di Intertidal
a. Kegiatan di pantai berbatu
b. Kegiatan di pantai berlumpur
c. Kegiatan di pantai berpasir
2. Kegiatan di Estuari
3. Zonasi Mangrove
4. Pengamatan Kualitas Air

2 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

2. ZONA INTERTIDAL

Zona Intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua


daerah yang terdapat di samudra dunia, merupakan pinggiran yang sempit
sekali, terletak diantara air pasang tertinggi dan air surut terrendah. Zona ini
merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari
karena sangat mudah dicapai manusia.

2.1 Biota Zona Intertidal


Hewan dan tumbuhan di zona Intertidal bervariasi kemampuannya dalam
adaptasi terhadap keadaan tekanan udara. Hal ini menyebabkan terjadinya
perbedaan penyebaran organisme. Kebanyakan hewan di daerah ini harus
menunggu sampai air menggenang kembali untuk mencari makan. Karena
pasang–surut terjadi secara teratur dan dapat diramalkan, maka pasang–surut
cenderung menimbulkan irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai.
Kebanyakan organisme Intertidal tinggal diam jika pasang turun dan kembali
melakukan kegiatan seperti biasa, misalnya mencari makan jika pasang naik.

2.2 Faktor – Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Zona Intertidal :


a) Pasang–Surut
b) Suhu
c) Gerakan ombak
d) Salinitas
e) Substrat

2.3 Tipe – Tipe Zona Intertidal


1. Pantai Berbatu
Pantai berbatu tersusun dari bahan yang keras, merupakan daerah yang
paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik
untuk spesies hewan maupun tumbuhan.

3 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

2. Pantai Berpasir
Pantai berpasir kelihatannya tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik.
Karena faktor–faktor lingkungan yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi
dimana seluruh organisme mengubur dirinya dalam substrat. Di pantai ini tidak
ada tumbuhan makroskopik yang tumbuh karena tidak ada tempat yang cocok
untuk menancapkan akarnya.
3. Pantai Berlumpur
Berbeda dengan pantai berpasir, pantai berlumpur sering menghasilkan
pertumbuhan yang besar dari berbagai tumbuhan. Tumbuhan yang paling
berlimpah adalah diatom. Selain itu, terdapat makro alga seperti spesies
Gracilaria, Ulva dan Enteromorpha.

2.4 Metodologi

10

K 7
E
Transek
L 6
O X X
M
5 X
P
O X X
K 2
3 1M

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Stasiun Pengambilan
Darat Sampel Laut

4 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

dibuat Transek kuadrat kemudian diamati:


1. Jenis dan kepadatan serta dominasi
Stasiun I dimulai dari arah darat ke laut, sebanyak 10 kali dengan jarak
1m
2. Profil zona Intertidal
Digambar dari arah laut ke darat
3. Jenis Substrat (sedimentasi)

2.5 Alat dan Bahan


Alat
 Transek kuadrat (ukuran 1 X 1 m)
 Tongkat skala
 Slang aerator
 Cetok
 Ember
 Kamera digital

Bahan
 Tali rafia 25 m (sudah di beri tanda tiap 5 m)
 Kertas label
 Selotip
 Karet gelang
 Plastik bening
 Kantong plastik besar

5 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

3. ESTUARIA

Menurut Nybakken (1988), estuaria adalah bentuk teluk di pantai yang


sebagian tertutup, dimana air tawar dan air laut bertemu dan bercampur.
Dimana berdasarkan cara gradien salinitas dibentuk, tipe estuaria dibagi
menjadi:
1. Estuaria positif atau estuaria baji garam
Estuaria yang terdapat aliran air tawar cukup memadai dan penguapan
tidak begitu tinggi (khas estuaria daerah beriklim sedang). Bersifat isohalin
(garis salinitas yang sama), dimana salinitas tertinggi pada atau dekat dasar dan
salinitas terendah pada atau dekat permukaan.
2. Estuaria negatif
Estuaria di mana aliran air tawar sedikit dan kecepatan penguapan tinggi
(pada iklim gurun pasir). Hal ini menyebabkan air permukaan menjadi hipersalin
(salinitas tertinggi) dan salinitas terendah pada dasar.
Menurut Dahuri (2003), berdasarkan aliran air dan pencampurannya,
estuaria menurut Meadows dan Campbell (1988) dapat dikelompokkan menjadi
empat tipe (Gambar 15), yaitu
(a) Tipe A
Estuaria tipe A memiliki kisaran pasang surut yang kecil, namun memiliki
aliran air tawar yang besar. Lapisan air laut ada di bawah lapisan air sungai,
sehingga percampuran secara vertikal di antara keduanya relatif kecil.
(b) Tipe B
Estuaria tipe B memiliki kisaran pasang surut yang lebih besar, sehingga
gerakan massa air laut melebihi gerakan air tawar yang masuk melalui badan
sungai.
(c) Tipe C
Pada estuaria C, aliran air tawar berkurang, namun sebalik-nya massa air
laut menjadi dominan, terutama pada saat terjadi pasang. Akibatnya, massa air
tawar akan mengalir di sebelah kanan estuaria, sehingga lebar estuaria akan

6 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

semakin besar. Proses percampuran dari kedua massa air tersebut akan
menghasilkan suatu batas yang bentuknya vertikal antara air tawar dan air laut.
(d) Tipe D
Estuaria tipe D memiliki aliran pasang surut yang besar, sehingga air
tawar dan air laut dapat bercampur secara sempurna (tidak terstratifikasi).
Estuaria tipe ini biasanya dangkal dan memungkinkan proses pengadukan
berlangsung secara intensif, sehingga akan menciptakan kondisi salinitas yang
homogen.

Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Gambar Potongan longitudinal dari berbagai tipe estuaria (Meadows dan


Campbell, 1988)
Sifat fisik estuaria:
a. Komposisi Fauna
Ada tiga komponen fauna: lautan, air tawar, air payau. Fauna lautan
merupakan terbesar dalam jumlah spesies, terdiri dari bintang laut stenohalin
(mampu mentolerir salinitas 30 ‰ atau lebih) dan euryhalin (mampu mentolerir
salinitas di bawah 30 ‰). Komponen air payau terdiri dari spesies yang terdapat
di pertengahan daerah estuaria pada salinitas 5‰ dan 30‰, seperti siput kecil
(Hydrobia), udang (Palaemonetes). Komponen air tawar, terdiri dari spesies
yang terbatas pada bagian hulu estuaria dan tidak dapat mentolerir salinitas di

7 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

atas 5‰. Selain itu juga terdapat binatang peralihan yang hanya menghabiskan
sebagian daur hidupnya di estuaria. Sebagaimana dikemukakan oleh Barnes
(1974) dalam Nybakken (1988), pada umumnya jumlah spesies organisme di
estuaria jauh lebih sedikit daripada habitat air tawar atau air laut. Hal ini
disebabkan karena ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan
salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas estuaria.
b. Vegetasi Estuaria
Hampir semua estuaria yang terus-menerus terendam terdiri dari substrat
lumpur dan tidak cocok melekatnya makroalga, lapisan bawah estuaria
seringkali tanpa tumbuhan hidup. Dataran lumpur estuaria sering kali banyak
mengandung flora diatom, genera yang umum meliputi Ulva, Enteromorpha,
Chaetomorpha, dan Cladophora. Perairan estuaria yang sangat keruh, vegetasi
yang dominan adalah tumbuhan emerjen (mencuat), genera yang dominan
adalah Spartina dan Salicornia. Komponen terakhir, yaitu baik air maupun
lumpur estuaria sangat kaya akan bakteri, karena banyaknya bahan organik
yang harus diuraikan.

3.1 Adaptasi Organisme Estuaria


1. Adaptasi Morfologis
Adaptasi morfologis dapat dikenali diantara organisme estuaria sebagai
pertanda semata-mata untuk kehidupan pada kondisi dengan fluktuasi suhu dan
salinitas. Biasanya mempunyai rumbai-rumbai halus dari rambut atau setae,
ukuran badan lebih kecil.
2. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi dominan yang diperlukan untuk kelangsungan kehidupan
estuaria, yang berhubungan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan
tubuh menghadapi fluktuasi salinitas eksternal. Kebanyakan organisme estuaria
adalah osmoregulator (organisme yang mempunyai mekanisme fisiologis untuk
mengatur kandungan garam pada cairan internalnya). Misalnya cacing
polichaeta, molusca, krustasea.

8 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

3. Adaptasi Tingkah Laku


Membuat lubang ke dalam lumpur, membenamkan diri ke dalam substrat
untuk menghindari pemangsa atau predator seperti burung, ikan. Mengubah
posisi pada substrat dengan cara bergerak ke hulu atau ke hilir estuaria. Ini
untuk menjaga organisme tetap berada pada suatu daerah yang mengalami
perubahan salinitas minimal. Misalnya kepiting estuaria.

3.2 Metodologi
1. Diamati kualitas airnya dengan mengukur di bagian :
a. Permukaan
 Suhu
 DO
 pH
 Salinitas
b. Tengah
 DO
 Kecerahan
c. Dasar
 DO
2. Dibuat profil zona Estuaria
Digambar dari arah laut ke darat / di foto dengan menggunakan kamera
digital
3. Diamati jenis substrat (sedimentasi)

3.3 Alat dan Bahan


Alat
 Kamera digital
 Botol DO
 Buret
 Statif
 Pipet tetes

9 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

 Corong
 Water sampler
 Refraktometer
 Thermometer Hg
 Kotak standar pH
 Washing bottle
 Secchi disk
 Tongkat berskala

Bahan
 Air estuary
 NaOH + KI
 MnSO4
 H2SO4 pekat
 Amylum
 Na2S2O3 (Na-thiosulfat)
 pH paper
 Aquadest
 Tissue

10 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

4. ZONASI MANGROVE

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah


pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena
merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut
akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Backer dan
Vander Brink (1968) menyatakan tumbuhan penyusun mangrove meliputi
genera Rhizophora, Bruguiera, Ceriop, Sonneratia, Aegiceros, Lumnitzera,
Aerostichum, Acanthus, Avicennia, Xylocarpus, Heritiera, Carbera dan Nypa.
Secara umum zonasi mangrove daerah Indo-Pasifik mulai dari tepi laut
kedaratan yaitu zona Avicennia yang berasosiasi dengan Sonneratia, tumbuh di
daerah yang senantiasa basah. Zona Rhizophora tersusun pada daerah yang
tergenang pada pasang-naik sampai batas pasang tertinggi. Zona berikutnya
adalah zona Bruguiera yang tumbuh pada daerah pasang tertinggi saat bulan
purnama. Zona terakhir adalah zona Ceriops, suatu asosiasi semak. Zona
Ceriops tidak selalu ada dan sering berasosiasi dengan pohon-pohon zona
Bruguiera (Nybakken, 1988).

11 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Keterangan:
(Ra) Rhizophora apiculata
(Rm) Rhizophora mucronata
(Rs) Rhizophora stylosa

Rhizophora Sonneratia Bruguiera

Rhizophora Bunga Bruguiera Buah Bruguiera

12 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), formasi mangrove


berdasarkan struktur ekosistemnya terbagi atas 3 kelompok yaitu:
1. Mangrove Pantai
Pengaruh air laut dominan dari pada air sungai
2. Mangrove Muara
Pengaruh air laut sama dengan air pengaruh air sungai
3. Mangrove Sungai
Pengaruh sungai lebih dominan dari pada pengaruh air laut
Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat
suprapasut dari pantai berlumpur dan teluk, goba dan estuari yang didominasi
oleh halofita (halophyta), yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin,
berpokok dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai, rawa
bersama-sama dengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ekosistem
mangrove terdiri dari dua bagian, bagian daratan dan bagian perairan. Bagian
perairan juga terdiri dari dua bagian yakni tawar dan laut (Romimohtarto dan
Juwana, 2001).
Kelompok hewan lautan yang dominan dalam hutan bakau adalah
molusca, udang-udang tertentu dan beberapa ikan yang khas. Moluska diwakili
oleh sejumlah siput. Hutan bakau juga ditempati sejumlah kepiting berukuran
besar. Hewan-hewan ini membuat lubang dalam substrat yang lunak dan
termasuk genera yang umum seperti kepiting alga (Fiddler Crab), kepiting darat
tropik (Cardisuma) dan berbagi kepiting hantu (Dotilla, Cleistostoma). Ikan yang
khas disini adalah ikan kecil dengan mata besar dari genus Periopthalmus dan
kerabatnya. Ikan ini secara kolektif disebut ikan blodok (Mudskipper) (Nybakken,
1988).

4.1 Metodologi
Pengamatan biota laut di daerah mangrove dilakukan dengan transek
belt, sebagaimana pada Gambar. 2

2,5 m 1 2 3 4 5
30 m
2,5m 6 7 8 9 10
5m 1m

Gambar. 2 Transek belt

13 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Kemudian diamati aspek-aspek sebagai berikut:


1. Jenis dan kepadatan serta dominasi
Stasiun I dimulai dari arah laut ke darat, dibuat sebanyak 5 stasiun
dengan jarak 1 m, kemudian dihitung kepadatan dan dominasi dengan
rumus:

 Kepadatan =

 Dominasi = 100%

2. Profil atau Zonasi Mangrove


Digambar / difoto dengan kamera digital dari arah laut ke darat (apakah
termasuk Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera)
3. Jenis Substrat (sedimen)

4.2 Alat Dan Bahan


Alat
 Transek belt
 Gunting
 Ember
 Cetok
 Seser
 Kamera digital

Bahan
 Plastik
 Tali raffia
 Karet gelang
 Kantong plastik besar
 Kertas label

14 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

5. IDENTIFIKASI MANGROVE

Taksonomi Tumbuhan oleh Lawrence (1964) diartikan sebagai suatu ilmu


yang mempelajari identifikasi, tata nama dan klasifikasi. Dalam taksonomi
tumbuhan ini sangat diperlukan penentuan nama yang benar dan
penempatannya didalam sistem klasifikasi tumbuhan. Identifikasi ialah
penentuan atau pemastian apakah suatu flora dan fauna dapat dimasukkan ke
dalam golongan flora dan fauna yang sebelumnya sudah diketahui identitasnya,
atau dengan perkataan lain flora dan fauna tadi dibandingkan (dicocokkan atau
dipersamakan) dengan salah satu anggota golongan itu. Tujuan atau hasil akhir
suatu pengidentifikasian ialah mendapatkan nama daripada flora atau fauna
yang diidentifikasi. Adakalanya dalam mengidentifikasi suatu tumbuhan belum
tentu memperoleh namanya dan selalu berhasil untuk mendapatkan identitas
suatu flora atau fauna, hal ini bergantung kepada kecekatan, ketelitian dan
keberuntungan serta beberapa faktor lainnya. Oleh karena itu, nama takson
atau golongan flora atau fauna yang dihasilkan dapat langsung diketahui nama
spesiesnya, ordo, familia atau juga genusnya (Rifai, 1976).
Menurut Rifai (1976) dalam Tjitrosoepomo (1998) hal pertama yang perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi suatu flora atau fauna adalah mempelajari flora
atau fauna tersebut sebaik-baiknya. Semua sifat morfologi (seperti posisi,
bentuk, ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain-lainnya).
Langkah berikutnya ialah mencoba memperbandingkan atau mempersamakan
ciri-ciri flora atu fauna tadi dengan ciri-ciri flora atau fauna yang sudah dikenal
identitasnya. Untuk identifikasi flora atau fauna yang tidak kita kenal, tetapi telah
dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, terdapat beberapa untuk mengetahuinya,
antara lain :
1. Ingatan.
2. Menanyakan kepada ahlinya.
3. mencocokkan dengan spesimen acuan.
4. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar
5. Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi flora dan fauna
6. Penggunaan Lembar Identifikasi Jenis (Species Identification Sheet)

15 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Buku- buku kunci identifikasi yang digunakan adalah:


 Untuk Ikan : Taksonomi Ikan (Radiopoetra, 1998)
 Untuk molluska : The Avertebrate Taxonomy (Evans, 1985)
 Untuk umum : Biologi Laut (Romimuhtarto dan Juwana,2001)
 Untuk Mangrove : Biologi Laut (Romimuhtarto dan Juwana,2001)

5.1 Pengamatan Spesimen

 Teknik Penggambaran
Teknik penggambaran flora dan fauna dilakukan secara keseluruhan
yang meliputi bentuk, susunan, ukuran dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
flora dan fauna tersebut.
Teknik penggambaran Flora dan Fauna meliputi :
A. Penggambaran sketsa atau kasar
B. Penggambaran penjiplakkan
C. Penggambaran editing dan finishing

 Mengawetkan Spesimen
Koleksi memerlukan perawatan yang baik dan dalam keadaan darurat
harus dapat diamankan dengan mudah. Mengawetkan spesimen fauna
umumnya menggunakan formalin 4-5 % dan untuk fauna yang lebih besar dari
50 cm, sebelum diawetkan di dalam formalin terlebih dahulu sisi perut bagian
kanan diiris dengan pisau agar bahan pengawet dapat masuk ke dalam rongga
perut. Hal tersebut tidak mempengaruhi identifikasi karena untuk identifikasi
diperlukan sisi sebelah kiri (Saanin, 1968).
Sedangkan menurut Tjitrosoepomo, 1998 pengawetan untuk flora dapat
bermacam-macam, yang pada dasarnya dibedakan dua macam, yaitu :
A. Pemprosesan untuk menjadikan bahan yang dikoleksi itu menjadi
spesimen kering yang dikenal sebagai herbarium kering dengan cara :
1) Pengkoleksian spesimen
2) Proses pengeringan selalu disertai dengan pengepresan
3) Penempelan (“mounting”) herbarium

16 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

4) Perlakuan khusus untuk mencegah seranga atau jamur


5) Pemasangan label
6) Penyimpanan herbarium
B. Pemprosesan untuk menjadikan koleksi awetan, yang dikenal herbarium
basah dengan metode Schweinfurth.

5.2 Alat dan Bahan


Alat
 Jangka sorong
 Buku Identifikasi
 Kamera digital

Bahan
 Kertas gambar
 Biota

17 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

6. KUALITAS AIR

Kualitas air yang baik dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu
parameter fisika maupun parameter kimia.

6.1 PARAMETER FISIKA

◘ Kecerahan
kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin
tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam
air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya
kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain
itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-
bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat
mengurangi kecerahan air. Kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang
ditentukan secara visual dengan menggunakansecchi disk yang dikembangkan
oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam
satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai
yang dikenal dengan kecerahan secchi disk.

◘ Cahaya
Dilihat dari sudut biologi, cahaya merupakan faktor ekologi yang
terpenting. Tanpa adanya cahaya proses fotosintesis tidak akan berlangsung
dan tidak akan didapatkan bentuk-bentuk kehidupan. Sumber cahaya utama
adalah cahaya matahari.
Berdasarkan intensitas cahayanya, perairan bahari secara vertikal dibagi
menjadi 3 wilayah antara lain:
a. zone eufotik
b. zone disfotik
c. zone afotik

18 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

◘ Suhu
Suhu di laut merupakan faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas organisme
maupun perkembangan organisme tersebut.
Kisaran suhu yang masih dapat ditoleransi oleh jasad-jasad laut tidak
begitu luas. Bahkan cukup banyak jasad laut yang mempunyai toleransi kisaran
suhu yang sempit.
Organisme laut berdasarkan toleransi suhu dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. organisme eurythermal
b. organisme stenothermal
Penyebaran suhu secara vertical:
a. Homogeneus layer
b. Thermocline layer
c. Deep layer
d. Bottom Layer

6.2 PARAMETER KIMIA

◘ Salinitas
Salinitas merupakan jumlah garam-garam yang larut dalam satuan
volume air yang dinyatakan dalam ‰ atau jumlah seluruh zat yang laut dalam 1
kg air laut. Salinitas rata-rata air laut adalah lebih kurang 35‰. Perbedaan
salinitas disebabkan karena adanya penguapan.
◘ pH
pH merupakan negatif logaritma dari konsentrasi H+ yang dikandung
dalam perairan. pH air laut sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan apakah
tercemar atau tidak serta kandungan garam-garam dan gas terlarut didalam air
laut.
◘ DO (oksigen terlarut)
Gas oksigen banyak dijumpai dilapisan permukaan. Oksigen berasal dari
udara didekatnya dapat secara langsung larut atau berdifusi kedalam air laut.

19 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Selain itu, adanya fitoplankton juga menambah kadar oksigen terlarut pada
lapisan permukaan saat siang hari.

6.3 METODOLOGI

◘ Suhu
Thermometer dimasukkan kedalam perairan sekitar 10 cm, ditunggu
sampai beberapa saat sampai air raksa dalam thermometer menunjuk atau
berhenti pada skala tertentu. Kemudian dicatat dalam skala °C. Pembacaan
thermometer dilakukan pada saat thermometer masih dalam air, jangan sampai
tangan menyentuh thermometer.
◘ Salinitas
Refraktometer dibersihkan dengan tisu pada bagian optiknya, kemudian
diambil air sampel dengan pipet tetes dan teteskan pada optik refraktometer
sebanyak 1 tetes. Setelah itu tentukan salinitas perairan dengan melihat skala
yang ditunjuk.
◘ pH
pH paper dimasukkan kedalam perairan sekitar 10 cm, ditunggu sampai
beberapa saatl. Setelah itu pH paper dikibaskan sampai setengah kering
kemudian dicocokkan pada kotak standart pH dan didapatkan nilai pH perairan.
Selain menggunakan pH paper digunakan pula pH meter sebagai pembanding.
◘ DO (oksigen terlarut)
Ukur dan catat volume botol DO yang akan digunakan, kemudian
masukkan botol DO kedalam perairan yang akan di ukur oksigennya secara
perlahan-lahan dengan posisi miring dan usahakan jangan sampai terjadi
gelembung udara kemudian ditutup. Lalu bukalah tutup botol yang berisi
sampel, tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH + KI, lalu dibolak balik biarkan
± 30 menit sampai terjadi endapan coklat. Setelah terbentuk endapan buang air
yang bening diatas endapan kemudian endapan yang tersissa diberi 2 ml H 2SO4
pekat dan kocok sampai endapan larut. Beri 3-4 tetes Amylum, dititrasi dengan
Na-thiosulfat 0,025 N sampai jernih (hingga tidak berwarna untuk pertama kali).

20 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Perhitungan:

V titran X N titran X 1000 X 8


DO (mg/l) =
V botol DO - 4

N = Normalitas Na-thiosulfat
V = Volume Botol
Selain itu kita juga menggunakan DO meter untuk membandingkan hasil
perhitungan secara manual dengan menggunakan alat.
6.4 ALAT DAN BAHAN

Alat

 Refraktometer
 Kotak standar pH
 Botol DO
 Buret
 Statif
 Pipet tetes
 Corong
 pH meter
 DO meter

Bahan

 Air sampel

 H2SO4 pekat

 MnSO4

 NaOH + KI

 Amylum

 Na2S2O3 (Na-thiosulfat)

21 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A. dan van Den Brink, R.C.B. 1968. Flora ossf Java. III. Wolters
Noordhof NV. Groningen

Hutabarat, S. dan M. Evans 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas


Indonesia. Jakarta

Koesoebiono. 1974. Marine Biology I. Fakultas Peternakan dan Perikanan.


Universitas Diponegoro. Semarang

Lawrence, G.H.M. 1964. Taxonomi of Vascular Plants. The Mcmillan


Company. New York

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT


Gramedia Utama. Jakarta. 459 hal.

Radiopoetra.1998. Taksonomi Ikan. Djambatan. Jakarta. 320 hal


Rifai, M.A. 1976. Sendi-Sendi Botani Sistematika. Herbarium Bogoriense.
Lembaga Biologi Nasional L.I.P.I. 75 hal.

Romimohtarto, K. dan S, Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan


tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.128 hal.

Saanin, H. 1968. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan I. Bina Cipta.


Bandung. 256 hal.

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta. 216 hal.

22 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Tabel Identifikasi Flora dan Fauna


Tabel 1. Identifikasi Flora (Zona Intertidal dan Zona Mangrove)
Transek
Kelas Famili/Genus Jumlah
(stasiun)
1.
2.
Transek 1
3.
dst ....
1.
2.
Transek 2
3.
dst ....
1.
2.
Transek 3
3.
dst ....

Tabel 2. Identifikasi Fauna (Zona Intertidal dan Zona Mangrove)


Transek Gambar Gambar
Famili/Genus Kepadatan Jumlah
(Stasiun) Pengamatan Lieratur
1.
Transek
2.
1
dst....
1.
Transek
2.
2
dst ...

23 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Lampiran 2. Contoh Grafik Kelimpahan Organisme dan Pengukuran Profil


Pantai

Hubungan Kelimpahan Species dengan Stasiun

16
14
Jumlah individu

12
10 Scylla serrata
8 Turbo petholatus
6 Cypraea moneta
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Stasiun (transek)

Grafik a. Kelimpahan Organisme Intertidal

Hubungan Kerapatan Species dengan Stasiun

16
14
Jumlah individu

12
10 Rhizophora mucronata
8 Ceriops tagal
6 Ceriops decandra
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Stasiun (transek)

Grafik b. Kerapatan Jenis Mangrove

10 m
Ta li rafia
Tong kat b erskala

Panta i

24 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Contoh Pengukuran Profil Pantai


Lampiran 3. Petunjuk Pengamatan Mangrove
NO. PARAMETER VARIABEL METODE
a. Substrat - Lumpur
- Pasir
Pengamatan tekstur tanah
1 Faktor fisik - Lumpur
Berpasir
b Suhu Pengamatan suhu air
a Salinitas Pengamatan kadar garam air
2 Faktor kimia b DO Pengamatan kadar oksigen terlarut
c pH Pengamatan pH air
Pengamatan terhadap:
 Akar
a Identifikasi
 Bunga
 Daun
b Kerapatan Pengamatan jumlah pohon mangrove
 Pengamatan jenis organisme
yang menempel pada akar
 Pengamatan organisme yang
c Organisme yang
3 Faktor biologi hidup di atas atau di dalam
berasosiasi
substrat
 Pengamatan organisme yang
hidup di dalam air
Pengamatan terhadap sistem
perakaran:
d Pola adaptasi  Akar tunjang
 Akar lutut
 Akar kabel
Pengamatan struktur komunitas
mangrove, yaitu:
4 Zonasi a Zonasi  Daerah yang menghadap ke
arah laut
 Daerah di belakngnya

25 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Lampiran 4. Contoh Penggambaran Sampel Herbarium

26 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

Lampiran 5. Format Laporan Kelompok Praktikum Biologi Laut


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.3 Tempat dan Waktu
1.3.1 Tempat
1.3.2 Waktu

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zonasi
2.1.1 Intertidal
a Pengertian Zona Intertidal
b Faktor-faktor di zona Intertidal
c Biota pada Zona Intertidal
2.1.2 Mangrove
a Pengertian Zona Mangrove
b Biota pada Zona Mangrove
c Susunan Tanaman dari Perairan kedaratan di Mangrove
d Manfaat Ekosistem Mangrove
e Kebijakan Hutan Mangrove di Indonesia
f Rantai Makanan di Mangrove
2.1.3 Estuaria
a Pengertian Zona Estuaria
b Biota pada Zona Estuaria
2.2 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Organisme dan
Keanekaragaman Populasi
2.2.1 Intertidal
2.2.2 Mangrove

27 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

2.2.3 Estuaria
2.3 Kualitas Air
2.3.1 pH
2.3.2 Suhu
2.3.3 Salinitas
2.3.4 DO
2.3.5 Kecerahan

3. METODOLOGI
3.1 Fungsi Alat dan Bahan
3.1.1 Fungsi Alat
3.1.2 Fungsi Bahan
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Zona Intertidal
a. Pengambilan dan Identifikasi Biota dengan Metode Transek
Kuadrat
b. Pengukuran Kelandaian Pantai
c. Pengukuran Kecepatan Arus
3.2.2 Zona Mangrove
Pengambilan dan Identifikasi Biota dengan Metode Belt Transek
3.2.3 Zona Estuari
Pengukuran Kualitas Air
a. pH
b. Suhu
c. Oksigen Terlarut
d. Salinitas
e. Kecerahan

28 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

4. DATA HASIL, PERHITUNGAN DAN ANALISA


4.1 Data Hasil
4.1.1 Pantai Berbatu
a Biota Pantai Berbatu
b Grafik Hubungan Jumlah Biota dengan Transek
4.1.2 Pantai Berpasir
a Biota Pantai Berpasir
b Grafik Hubungan Jumlah Biota dengan Transek
4.1.3 Mangrove
a Biota Mangrove
b Grafik Hubungan Jumlah Biota dengan Transek
4.1.4 Data Kualitas Air
4.1.5 Profil Pantai, Estuaria dan Mangrove
a Profil Pantai
b Profil Estuaria
c Profil Mangrove
4.1.6 Hubungan Tinggi dengan Panjang pada Kemiringan Pantai
4.2 Analisa Hasil dan Prosedur
4.2.1 Mangrove
a Analisa Prosedur
b Analisa Hasil (data + grafik)
4.2.2 Pantai
a Analisa Prosedur
b Analisa Hasil (data + grafik)
4.2.3 Estuaria
a Analisa Prosedur
b Analisa Hasil (data + grafik)
4.3 Keadaan Pantai Kondang Merak

29 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
(daftar pustaka minimal 3 text book buku bahasa Inggris, 3 text book
buku bahasa Indonesia, 5 jurnal bahasa inggris, dan 5 jurnal bahasa indonesia
minimal 10 tahun terakhir)
Lampiran
Data Kualitas Air
Zona Suhu pH DO Salinitas
Pantai
Mangrove
Estuaria

ACC I : Laporan tulis tangan


ACC II : Ketik computer
- Spasi 1,5
- Size 11
- Arial
- Margin Kiri 4 cm, kanan atas bawah 3 cm
- Kertas A4
- Jilid Hard Cover Warna Biru

30 Pendahuluan
Panduan Praktikum Biologi laut 2015

DAFTAR ASISTEN BIOLOGI LAUT


2015/2016

No. Nama Prodi Angkatan Nomor hp


1. Ratna Antika Wardani BP 2011 085732444427
(Co. Ass)
2. Yunita Dwi Mayangsari BP 2011 085731234326
3. Nikita Happy BP 2011 085649308798
4. Nur Wasilah BP 2011 085640675827
5. Harun Wijaya BP 2011 085749891891
6. Jessica BP 2011
7. Yetti M BP 2011
8. Dian Novalisa MSP 2011 085735226136
9. Arievina W MSP 2011 085645623586
10. Cathrine F. L MSP 2011 085733725092
11. Ahmad Waris M MSP 2011 085745574702
12. Febrian Kuncoro MSP 2011 085649059394
13. Fandi Putra MSP 2011 0817384174
14. Ainun Silvia MSP 2011 085745212942
15. Wahyu Kurniallah BP 2012 085730861976
16. Immaria F BP 2012 087817974975
17. Retno Palupi BP 2012 08701445005
18. Ibtida’ul Munir BP 2012 085655932720
19. Lely Rahmadhani MSP 2012 085731768577
20. Nirma Prasetya MSP 2012 085706992990
21. Duwi Widayati MSP 2012 087758086506
22. Diklawati Jatayu MSP 2012 085785594720

31 Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai