Anda di halaman 1dari 8

EKOTOKSIKOLOGI

(TKL-5443)

UJI TOKSISITAS SOFTENER TERADAP IKAN PLATY

OLEH:
REZA HADI DWI NUARI

D1051131024

MAHDI MURSALIN

D1051131031

FAIZAL DIO PRATAMA

D1051131036

GINTINI OKTAVIA

D1051131042

YOGI ARMANSYAH P

D1051131045

REZA ERRIYANDA

D1051131049

GILANG RAMADHAN YUDHA

D1051131050

DOSEN PEMBIMBING:
HERDA DESMAIANI, S.SI.,M.SI

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental dimana dalam
penelitian ini terdapat variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol.
B. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini antara lain, yaitu:
a. Variabel manipulasi: konsentrasi softener
b. Variabel respon: jumlah ikan platy yang mati
c. Variabel kontrol: volume air, ukuran akuarium, jumlah ikan platy yang
dimasukkan kedalam akuarium, umur ikan platy, lamanya uji.
C. Alat dan bahan
Alat:

Akuarium besar
Akuarium kecil
Neraca digital
Aerator
Serok

1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah

Bahan:

Ikan Platy
Air suling
Softener

D. Hewan Uji yang Digunakan


Air limbah detergen maupun softener termasuk polutan atau zat yang
mencemari lingkungan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS (alkyl
benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen dan
softener tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Anonimous, 2009). Ikan dapat
digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai kemampuan merespon adanya
bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air
maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi

tertentu. Reaksi yang dimaksud antara lain adanya perubahan aktivitas pernafasan,
aktivitas dan gerakan renang, warna tubuh ikan dan sebagainya.
Ikan Platy merupakan ikan air tawar yang memiliki daya tahan tubuh yang
cukup kuat terhadap perubahan lingkungan akibat pencemaran oleh bahan-bahan
yang bersifat toksik. Tubuh ikan ini kecil, hanya seukuran jari kelingking orang
dewasa dengan panjang sekitar 2 cm. Memilki warna yang mencolok, kombinasi
merah dan kuning ataupun oranye dan hitam. Ikan Platy adalah jenis livebearing
dan milik keluarga Poecilliidae. Ikan ini berasal dari Amerika, tapi ikan liar
Poecilliidae hari ini ditemukan di perairan tropis dan subtropis di banyak bagian
dunia. Ikan Platy relatif kokoh, bahkan dapatbertahan hidup dengan tanpa
makanan (Anonim, 2011). Oleh karena itu, ikan ini cocok sebagai bioindikator
toksisitas pencemaran air.
E. Langkah kerja
1. Menyiapkan air bersih dalam akuarium besar untuk tempat penampungan ikan
Platy. Membiarkan air selama sehari semalam.
2. Menyiapkan ikan Platy 150 ekor. Memasukkan ikan Platy tersebut kedalam
akuarium besar. Mengaklimatisasi ikan selama 1 minggu.
3. Setelah 1 minggu, menyiapkan 4 akuarium kecil dengan mengisi akuarium
tersebut masing-masing 3 liter air suling tiap akuarium.
4. Melakukan uji orientasi, yaitu menentukan ppm dari softener dengan harapan
dapat menemukan LD100. Dalam praktikum ini 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan
300 ppm. 0 ppm sebagai kontrol.
5. Menimbang softener dengan neraca digital untuk tiap-tiap ppm
6. Memasukkan softener yang telah ditimbang sesuai ppm kedalam masingmasing akuarium.
7. Mengaduk-aduk akuarium agar softener larut.
8. Memasukkan masing-masing 10 ekor ikan Platy kedalam masing-masing
akuarium.
9. Mencatat waktu memasukkan ikan. Menunggu hingga 24 jam.
10. Setelah 24 jam, menghitung jumlah ikan yang mati ditiap-tiap konsentrasi
softener.
11. Selanjutnya, melakukan uji pendahuluan, yaitu menentukan ppm dari softener
dengan harapan dapat menemukan LC50. Dalam praktikum ini 0 ppm, 150 ppm,
175 ppm, dan 225 ppm. 0 ppm sebagai kontrol.

12. Menimbang softener dengan neraca digital untuk tiap-tiap ppm


13. Memasukkan softener yang telah ditimbang sesuai ppm kedalam masingmasing akuarium.
14. Mengaduk-aduk akuarium agar softener larut.
15. Memasukkan masing-masing 10 ekor ikan Platy kedalam masing-masing
akuarium.
16. Mencatat waktu memasukkan ikan. Menunggu hingga 24 jam.
17. Setelah 24 jam, menghitung jumlah ikan yang mati ditiap-tiap konsentrasi
softener.
18. Setelah mendapatkan data, menghitung LC50 dengan menggunakan analisis
probit atau TSK
19. Menyiapkan air suling masing-masing 3 liter untuk tiap akuarium kecil.
20. Memasukkan softener dengan konsentrasi 90 ppm, 180 ppm, 270 ppm
kedalam tiap-tiap akuarium.
21. Memasukkan 10 ekor ekor ikan kedalam tiap akuarium kecil. Menunggu 24
jam.
22. Setelah menunggu 24 jam, menghitung jumlah ikan yang mati dan mendata
nya.
23. Mengolah data.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Berbagai Macam Konsentrasi Softener
terhadap Ikan Platy
Konsentrasi
Uji

Orientasi

Pendahuluan

Eksperimen

Perlakuan
(ppm)
0 (kontrol)
100
200
300
0 (kontrol)
150
175
225
0 (kontrol)
90
180
270

Jumlah ikan per 24 jam


Awal

Mati

Sisa

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

0
3
2
10
0
0
7
10
0
0
3
10

0
7
8
0
0
10
3
0
0
10
7
0

Presentase
ikan mati
(%)
0
30
20
100
0
0
70
100
0
0
30
100

Analisis
Pada uji orientasi, konsentrasi softener yang digunakan yaitu 100 ppm,
200 ppm dan 300 ppm yang masing-masing menyebabkan kematian pada ikan
platy sebesar 30%, 20% dan 100% pada pengamatan 24 jam setelah perlakuan.
Pada uji pendahuluan, konsentrasi softener yang digunakan yaitu 150 ppm, 175
ppm dan 225 ppm yang masing-masing menyebabkan kematian pada ikan platy
sebesar 0%, 70% dan 100% pada pengamatan 24 jam setelah perlakuan. Dari uji
pendahuluan ini dapat dihitung nilai LD 50 yaitu sebesar 183 ppm. Jadi pada uji
eksperimen, konsentrasi softener yang digunakan yaitu 90 ppm (0,5 x LD 50), 180
ppm (1 x LD50)dan 270 ppm (1,5 x LD50) yang masing-masing menyebabkan
kematian pada ikan platy sebesar 0%, 30% dan 100%.
B. Pembahasan

Berdasarkan uji pendahuluan, didapatkan nilai LD50 sebesar 183 ppm, hal
ini menjadi standart kadar softener di perairn, artinya keadaan ambang batas
softener di perairan adalah sebesar 183 mg per liter air. Pada uji eksperimen,
dilakukan perlakuan 90 ppm (0,5 x LD 50), 180 ppm (1 x LD50)dan 270 ppm (1,5 x
LD50) yang masing-masing menyebabkan kematian pada ikan platy sebesar 0%,
30% dan 100%. Pada perlakuan 1 x LD50 dilakukan pemberian softener sebanyak
180 ppm, tetapi konsentrasi ini tidak menimbulkan 50% kematian hewan uji,
tetapi hanya sbesar 30%. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang digunakan
sebagai perlakuan kurang dari LD50.
Ciri-ciri ikan yang mati pada setiap perlakuan yaitu sisiknya mengelupas dan mata
buram. Ini adalah akibat dari toksikan surfaktan anionik yaitu Linier Alkyl
Benzene Sulfonate/LAS. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan. Sehingga, pada saat ikan mati,sisik ikan akan mengelupas.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Softener memiliki efek toksik pada ikan Platy. Semakin tinggi konsentrasi
softener, semakin tinggi tingkat kematian ikan. Konsentrasi softener yang
menyebabkan ikan platy lethal 50% dari jumlah hewan uji yaitu sebesar 183 ppm.
Ikan platy yang mati akibat perlakuan pada percobaan ini sisiknya akan
mengelupas. Hal ini terjadi karena adanya aktivits dari bahan aktif softener yaitu
Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS.
B. Saran
Sebaiknya dalam penelitian selanutnya dilakukan uji toksisitas softener
sekali bilas yang sedang marak beredar di masyarakat. Sehingga dapat
dibandingkan antara toksisitas dan efektivitas penggunaan softener dan softener
sekali bilas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Ikan Sebagai Indikator Pencemaran Air. Dikases melalui
http://WordPress.com/akademiperikananyogyakarta.html pada tanggal 27
Maret 2012.
Anonim. 2009. Pengolahan Limbah Deterjen dengan Biofilter. Diakses melalui
http://greenradio.fm.hml pada tanggal 28 Maret 2012.
Anonim. 2011. Ikan Platy. Diakses melalui http://google.com/zona_ik@n.htm
pada tanggal 27 Maret 2012.
Haifah, N.H. Artikel. Ataoksikologo Hasil Reaksi Kuartener Amonium Klorida
dan Linear Lakilbenzen Sulfonat (LAS) Terhadap Organisme Akuatik.
Diakses melalui http://google.com/toksikologisoftener.htm pada tanggal 27
Maret 2012.
Heryani, A., Puji, H. 2008. Pengolahan Limbah Deterjen Sintetik dengan
Trickling Filter. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 28
Maret 2012.
Lestari, N.C. 2011. Perilaku Hewan sebagai Bioindikator Lingkungan. Diakses
melalui http://google.com/bioindikator.htm pada tanggal 27 Maret 2012.
Pratiwi, N.F. 2011. Cara Kerja Molto Ultra Sekali Bilas. Diakses melalui
http://google.com/softener.htm pada tanggal 27 Maret 2012.
Rahman, A.Z., Sandriansyah, D., Meiria, dkk. 2010. Laporan. Toksisitas pemutih
dan pewangi terhadap perilaku fauna air dan lingkungan.
Scheibel, J. 2004. Jurnal of surfactan and detergent. The Evolution of Anionic
Surfactan Technology to Meet The Requirement of The Laundry Detergent
Industry.

Anda mungkin juga menyukai