Anda di halaman 1dari 6

OSMOREGULASI HEWAN AKUATIS

Osmoregulation of Aquatic Animals

Resa Elita 1*), Faninda Rahmasari2), Dewi Sucitra3), Titiek Rukmini4)


Fadilaturahmah5) Arif Kurniawan6)
1)
NIM. 1710423029, Kelompok I, PraktikanFisiologiHewan, Biologi, FMIPA, UNAND
2)
NIM. 1710421011, Kelompok I, PraktikanFisiologiHewan, Biologi, FMIPA, UNAND
3)
NIM. 1710421017, Kelompok I, PraktikanFisiologiHewan, Biologi, FMIPA, UNAND
4)
NIM. 1710421027, Kelompok I, PraktikanFisiologiHewan, Biologi, FMIPA, UNAND
5)
NIM. 1710422016, Kelompok I, PraktikanFisiologiHewan, Biologi, FMIPA, UNAND
6)
NIM. 1710423027, Kelompok I, PraktikanFisiologiHewan, Biologi, FMIPA, UNAND
*Koresponden : Resaelita28@gmail.com

ABSTRAK
An experiment of Osmoregulation of aquatic animals was done on Wednesday, October 11th 2019
at Laboratory Teaching 2, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Andalas
University, Padang. The purpose of this experiment is to determine the indicators of physiological
changes due to nuisance aquatic animals osmoregulation changes in fish can be observed after the
initial treatment. At the beginning of the motion treatment, normal tail and eye conditions, the value
of the control overculum frequency 50, a solution of 0.5% 77 and a solution of 5% ie 60. After the
treatment of the active moving fish control solution, the frequency of overculum 60 and the body
condition is very slimy, at 0.5% solution of passive fish movements, the tail is bleeding, the eye
condition is bleeding and the overculum frequency value has increased to 85 and the body is slimy.
In a solution of 5% passive motion, the tail is bleeding, the eye is bleeding, the frequency of
overculum and rough body condition.
Keyword :NaCl, osmoregulation, osmoconformer, salinity

PENDAHULUAN
Tekanan osmotik dan ionik air sangat suatu proses pengaturan tekanan
berhubungan dengan osmoregulasi, osmose disebut dengan osmoregulasi.
baik air sebagai media internal maupun Hal ini penting dilakukan, terutama
eksternal. Agar sel-sel organ tubuh oleh organisme perairan karena harus
ikan dapat berfungsi dengan baik maka terjadi keseimbangan antara substansi
sel-sel tersebut harus berada dalam tubuh dan lingkungannya, membran sel
cairan media dengan komposisi dan yang permeabel merupakan tempat
konsentrasi ionik yang sesuai dengan lewatnya beberapa substansi yang
kebutuhannya. Oleh karena itu bergerak cepat, dan adanya perbedaan
diperlukan pengaturan (osmoregulasi) tekanan osmotik antara cairan tubuh
agar tercipta komposisi dan dan lingkungan (Fujaya, 2004).
konsentrasi ionik cairan dalam sel Pada ikan Regulasi ion dan air
(intraseluler) dengan cairan luar sel terjadi hipertonik atau isotonik
(ekstraseluler) yang hampir sama tergantung pada perbedaan (lebih
(Brown, 1957). tinggi, lebih rendah atau sama)
Upaya hewan air untuk konsentrasi cairan tubuh dengan
mengontrol keseimbangan air dan ion konsentrasi media hidupnya.
antara tubuh dan lingkungannya, atau Perbedaan tersebut dapat dijadikan
sebagai strategi dalam menanggani (lingkungan) yang dapat menjaga
komposisi cairan ekstra selular dalam kestabilan regulasi asam basa dalam
tubuh ikan. Untuk ikan potadrom tubuh (Wedemeyer, 1996).
yang bersifat hiperosmotik terhadap Meminum air laut merupakan
lingkungannya dalam proses sumber utama air pada ikan air laut
osmoregulasi air bergerak ke dalam untuk mengembalikan air yang hilang
tubuh dan ion ion keluar ke melalui difusi insang, ginjal, dan
lingkungan dengan cara difusi mungkin pula melalui kulit. Setelah
keseimbangan cairan tubuhnya dapat air masuk ke dalam usus, dinding usus
terjadi dengan cara meminum sedikit aktif mengambil ion- ion monovalen
air atau tidak minum sama sekali.. dan air, sebaliknya membiarkan lebih
Untuk ikan-ikan oseanodrom yang banyak ion-ion divalen tetap di dalam
bersifat hipo asmotik terhadap usus sebagai cairan rektal agar
lingkungannya, air mengalir secara osmolaritas usus sama dengan darah.
osmose dari dalam tubuhnya melalui Pada ikan air tawar, proses meminum
ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, juga tetap terjadi, meskipun air secara
sedangkan ion ion masuk ke dalam osmosis masuk ke dalam tubuh,
tubuh secara difusi. Sedangkan untuk namun jumlahnya sedikit (Fujaya,
ikan ikan euryhaline memiliki 2004).
kemampuan untuk dengan cepat Tujuan praktikum ini adalah
menyeimbangkan tekanan osmotik untuk mengetahui indikator-indikator
dalam tubuhnya dengan media perubahan fisiologis hewan akuatis
hipoosmotik namun karena kondisi akibat gangguan osmoregulasi dan
lingkungan perairan tidak selalu tetap. untuk mengetahui efek fisiologis
(Black, 1957). beberapa senyawa kimia (garam dan
Terjadinya penurunan salinitas detergen) pada hewan akuatis berupa
dari air laut menjadi air tawar dapat ikan.
mempengaruhi keseimbangan antara
konsentrasi air dan ion dalam tubuh METODE PRAKTIKUM
ikan yang berkaitan dengan proses
osmoregulasi. Osmoregulasi dapat Waktu dan Tempat
terjadi karena adanya penyesuaian Praktikum ini dilaksanakan pada
keseimbangan antara substansi tubuh Hari jumat 11 Oktober 2019 pukul
dan lingkungan Fujaya (2004). di Laboratorium Teaching II, Jurusan
Adanya peningkatan salinitas Biologi, Fakultas Matematika dan
air akan mengakibatkan keadaan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
hipertonik berkurang, sehingga ikan Andalas, Padang.
akan lebih banyak menggunakan
energi untuk pertumbuhannya. Alat dan Bahan
Selain itu salinitas juga merupakan Adapun alat dan bahan yang
fasilitator dari pertukaran ion-ion digunakan yaitu wadah ikan, gelas
antara darah (tubuh) ikan dan air ukur, pipet tetes, pinset, stopwatch,
timbangan, kertas label, air ledeng, Dibiarkan selama 5 menit lalu diamati
larutan NaCl konsentrasi 0,5% dan kembali kondisi ikan tersebut di
NaCl konsentrasi 5%, Oreocromis dalam larutan. Setelah selesai, ikan
niloticus diangkat dan ditempatkan di dalam
air biasa untuk memulihkan
Cara Kerja kondisinya. Dilakukan selama 5
Disiapkan alat dan bahan terlebih menit. Setelah ituikan dipindahkan ke
dahulu. Disediakan larutan garam dalam larutan garam dengan
dengan konsentrasi 0,5% dan 5% konsentrasi 5% dan dicatat kondisi
dengan volume masing-masing 1000 ikan tersebut setelah 5 menit
ml. Lalu dimasukkan seekor ikan perlakuan. Dilakukan perbandingan
yang masih hidup ke dalam larutan antar larutan.
0,5% dan dicatat kondisi awal ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari praktikum osmoregulasi hewan akuatik yang telah dilaksanakan didapatkan hasil yaitu:
Tabel Pengamatan Efek Salinitas Terhadap Osmoregulasi Ikan

Parameter Kondisi ikan


pengamatan Awal perlakuan Setelah perlakuan

level konsentrasi
garam (NaCl) kontrol 0,50% 5% kontrol 0,50% 5%
1. Gerakan
(normal, pasif,
aktif, sangat
aktif) Normal Aktif Normal Aktif Pasif Pasif
2. Kondisi ekor
(normal,
pendarahan) Normal Normal Normal Normal Pendarahan Pendarahan
3. Kondisi mata
(jika dapat
diamati,
pendarahan,
normal) Normal Normal Normal Normal Pendarahan Pendarahan
4. Frekuensi buka
tutup
overculum/men
it 50 77 60 60 85 54
5. Kondisi
tubuh(lendir,
urine/kotoran, Sangat
ada atau tidak) Tidak tidak Tidak berlendir Berlendir Kasar

Dari tabel diatas dapat diketahui gerakan ikan aktif dan pada kosentrasi
perubahan ikan dapat diamati setelah 5% gerakan ikan kembali normal. Setelah
perlakuan awal. Gerakan ikan pada saat perlakuan gerakan ikan pada kontrol
awal perlakuan dengan kontrol aktif, pada larutan 0,5% pasif dan pada
gerakannya normal, pada kosentrasi 0,5% larutan 5% pasif.
Hal ini disebabkan karena setelah pada kondisi salinitas yang sama
perlakuan kosentarsi 0,5% dan 5% ikan dengan konsentrasi ion dalam darah
mengalami adaptasi terhadap larutan akan lebih banyak menggunakan
yang memiliki kosentrasi lebih dari energi untuk pertumbuhan
kosentrasi tubuhnya..
(Stickney, 1979).
Peningkatan konsentrasi awal
Pada tebel terlihat perubahan
salinitas yang rendah cukup memberi
kecepatan frekuensi buka tutup
waktu kepada ikan untuk beradaptasi
overculum, awal perlakuan nilai
dan bertahan hidup. Peningkatan
frekuensi buka tutup overculum pada
salinitas yang rendah mengakibatkan
kontrol yaitu 50, larutan 0,5% yaitu
kontrol permeabilitas dan
77 dan larutan 5% yaitu 60,
sistem osmoregulasinya cepat
sedangkan setelah perlakuan
kembali normal dan tidak
kecepatan frekuensi buka tutup
mengganggu daya tahan dan
overculum kontrol yaitu 60, larutan
pertumbuhan ikan. Ini akan berbeda
0,5% yaitu 85% dan 5% yaitu 54 . hal
jika peningkatan salinitas dilakukan
ini terjadi karena perubahan kondisi
langsung pada konsentrasi tinggi,
larutan setelah perlakuan.
walaupun tersedia cukup waktu untuk
Akibat adanya kejutan
beradaptasi terhadap lingkungannya,
konsentrasi salinitas yang mendadak,
benih tidak dapat bertahan hidup lebih
daya tahan tubuh benih menurun.
lama (Brown, 1957).
Ikan air tawar yang dipindahkan ke
Salinitas merupakan salah satu
dalam media bersalinitas tinggi akan
faktor yang ada dalam sifat kimia air
cenderung memasukkan garam-garam
dan keberadaannya di dalam air dapat
ke dalam tubuhnya. Sebaliknya ikan
menjadi faktor penghambat atau
laut yang dipindahkan ke dalam
pemacu pertumbuhan ikan. Selain
media yang bersalinitas lebih rendah
itu, salinitas keseimbangan setelah
akan memasukkan air ke dalam
10-48 jam (Black,1957).
tubuhnya secara terus menerus
Dari tabel diatas dapat
pada kecepatan yang tidak
diketahui kondisi ekor dan mata ikan
normal sampai terjadi Ikan air
saat awal perlakuan normal, setelah
tawar yang diadaptasikan ke media
perlakuan pada larutan kosentrasi
air bersalinitas lebih tinggi dari
0,5% dan 5% mengalami pendarahan
tubuhnya memperlihatkan perubahan
. hal ini dikarenakan adanya
konsentrasi garam tubuh secara
perbedaan kosentrasi larutan.
berangsur-angsur akibat kontrol
Menyebabkan kondisi fisiologi hewan
permeabilitas oleh hormon dan sistem
mengalami gangguan.
saraf otomatis terhadap lingkungan
Salah satu aspek fisiologis
baru dan pengaruh langsung sel-sel
ikan yang dipengaruhi oleh salinitas
tubuhnya (Brown, 1957).
adalah tekanan dan konsentrasi
Pada percobaan ini juga
osmotik serta konsentrasi ion dalam
didapatkan hasil yaitu sebelum
cairan tubuh. Ikan yang dipelihara
perlakuan kondisi tubuh ikan tidak
mengeluarkan sekret, setelah menjadi pasif, kondisi ekor dan
perlakuan pada kontrol ikan banyak mata mengalami pendarahan, dan
mengeluarkan lendir, pada larutan kondisi tubuh menjadi berlendir
0,5% kondisi ikan berlendir dan pada dan kasar, nilai frekuensi
overculum tertinggi pada larutan
saat larutan 5% kondisi ikan kasar.
0,5%.
Hal ini disebabkan karena
setelah perlakuan kosentrasi larutan DAFTAR PUSTAKA
berubah, ikan cenderung meminum Black, V. S. 1957. Excretion and
cairan sebanyak banyaknya untuk Osmoregulation. In M. E. Brown
menyeimbangkan kosentrasi dalam (Eds.). The Physiology at Fishes.
cairan tubuhnya dan mengeluarkan Vol. I. Academi Press. New York.
sekret lewat sisiknya. Brown, M. E. 1957. Experimental Studies
Meskipun permukaan tubuhnya on Growth, p: 361 – 399. In M. E.
diselubungi oleh sisik dan mucus yang Brown (Ed). The Physiology of Fis.
relatif impermeabel, manun demikain Boyd CE. 1982. Water Quality
bayak air yang masuk ke dalam tubuh Management for Fish Culture.
dan juga terjadi pengeluaran ion-ion Elsevier Scientific Publishing Co.,
melintasi insang yang bersifat sangat Amsterdam.
permiabel. Selain itu insang disini juga Brett JR. 1979. Enviromental Factors and
merupakan organ eksresi yang Growth, Fish Physiology Vol. VIII.
membuang zat buangan bernitrogen Academic Press, New York. hlm.
dalam bentuk ammonia. Untuk menjaga 559-679.
cairan tubuhnya agar tetap dalam Cole GA. 1988. Textbook of Limnology.
keadaan konstan (keadaan lunak), ikan Third edition. Waveland Press, Inc.,
air tawar secara terus menerus Illinois, USA.
mengeluarkan sejumlah besar air. Ini Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan.
dilakukan dengan cara memproduksi PT Rineka Cipta. Jakarta.
sejumlah besar filtrat glomerulus dan Stickney, R. R. 1979. Principles of
kemudian dilakukan reabsorbsi pilihan Warmwater Aquaculture. John
zat terlarut dan tubulus renalis menuju Willey and Sons. New York. 375
kedalam darah yang terdapat di kapiler hal.
peritubuler. Akibatnya terbentuklah urin Wedemeyer GA. 1996. Fish Hatchery
dengan jumlah besar, bersifat encer Management. Western Fisheries
(hipotonik dibandingkan dengan darh Research Center, New York.
ikan tersebut), mengandung ammonia Wulangi, S Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip
dan sedikit mengandung zat terlarut fisiologi Hewan. DepDikBud.
(Wulangi, 1993). Bandung.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan
pada praktikum kali ini yaitu:
1. Perubahan osmoregulasi pada
hewan akuatik Oreocromis
niloticus sangat jelas dilihat
setelah perlakuan yaitu gerak

Anda mungkin juga menyukai