Anda di halaman 1dari 35

CRITICAL BOOK REPORT

BIOKIMIA : METABOLISME KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH :

Maria Purba (4163341035)

Nadia Vermoni Suci (4163341038)

Regita Ananda (4163341045)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Critical Book Report untuk memenuhi tugas Biokimia.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak/Ibu selaku dosen Biokimia di Universitas Negeri Medan atas bimbingan dan
segala kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam penulisan Critical Book
Report ini.
2. Semua sahabat dan teristimewa kepada orangtua yang telah memberikan dorongan dan
doa kepada penulis dan juga memberikan bantuan kepada penulis sehingga Critical
Book Report ini dapat terselesaikan.

Tak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa Critical Book Report ini masih jauh
dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi karya yang lebih
baik dimasa mendatang. Semoga Critical Book Report ini membawa manfaat bagi pembaca
dan bagi penulis sendiri khususnya.

Medan, 04 Maret 2018

Tim Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................

1.1 Latar belakang .............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................

1.5 Identitas Buku .............................................................................................................

BAB II RINGKASAN ISI BUKU ................................................................................................

BAB III KELEBIHAN BUKU .....................................................................................................

3.1 Kelebihan Buku ...........................................................................................................

BAB IV KELEMAHAN BUKU ..................................................................................................

4.1 Kelemahan Buku .........................................................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................................................

5.2 Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya semua buku yang telah ditulis oleh para penulis memiliki keunikan
masing-masing, namun ada juga diantara mereka yang masih memiliki kekurangan, hingga
buku tersebut belum begitu sempurna untuk dipelajari, sehingga dibutuhkan buku lain untuk
melengkapi kekurangan buku yang satu tadi. Namun dilain sisi, setiap buku pasti mempunyai
kelebihan sehingga layak untuk dibeli, dibaca maupun dijadikan referensi belajar. Tapi
seharusnya, kita harus sangat berterimakasih kepada para penulis buku, karena mereka telah
memberikan ilmu mereka untuk kita sehingga kita dapat belajar dari buku-buku mereka. Oleh
karena itu, saya membuat Critical Book ini, untuk melihat kelebihan dan kekurangan pada
buku Satu Kota Tiga Tuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ringkasan bab pada buku Biokimia karya Lehninger, Lubert dan Anna
tentang Metabolisme Karbohidrat?
2. Apakah kelebihan pada buku Biokimia karya Lehninger, Lubert dan Anna tentang
Metabolisme Karbohidrat?
3. Apakah kekurangan pada Biokimia karya Lehninger, Lubert dan Anna tentang
Metabolisme Karbohidrat?
1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada buku Biokimia karya Lehninger,
Lubert dan Anna tentang Metabolisme Karbohidrat

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk memberi pengetahuan baru kepada pembaca dan memberi informasi tentang
kelebihan dan kekurangan pada buku Biokimia karya Lehninger, Lubert dan Anna tentang
Metabolisme Karbohidrat sehingga dapat dijadikan referensi belajar atau tidak.
1.5 Identitas Buku

 BUKU 1

Judul buku : Dasar – Dasar Biokimia

Penulis : Albert L Lehninger (ahli bahasa Thenawidjaya)

Kota terbit : Bogor

Penerbit : Erlangga

Tahun terbit : 1990

Jumlah halaman: 384 halaman

Jilid :2

 BUKU III
Judul : Dasar-dasar Biokimia

Penulis : Anna Poedjadi dan F.M. Titin Supriyanti

Penerbit : UI Press

Tahun Terbit : 1994

 BUKU III

Judul Buku : Biokimia edisi 4 Volume 2

Penerbit : Buku Kedokteran EGC

Pencipta : Lubert Stryer

Tahun Terbit : 2000


BAB II

RINGKASAN BUKU

2.1 Buku I karya Lehninger

BAB 15: Glikolisis Lintas Pusat Katabolisme Glukosa

Glikolisis merupakan lintas pusat pada hampir semua organisme

Glikolisis merupakan suatu lintas pusat universal dari katabolisme glukosa tidak hanya di
dalam hewan dan tumbuhan tetapi juga didalam banyak mikroorganisme. Urutan reaksi
glikolitik pada setiap spesies berbeda hanya dalam cara pengaturan kecepatan reaksi, dan
dalam jalur metabolic selanjutnya dari piruvat yang terbentuk.

Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui oleh piruvat setelah glikolisis. Pada organisme
aerobic, glikolisis menyusun hanya tahap pertama dari keseluruhan degradasi aerobic glukosa
menjadi CO2 dan H2O.

Lintas piruvat yang kedua adalah reduksinya menjadi laktat. Jika jaringan hewan harus
berfungsi dalam keadaan anaerob terutama pada kontraksi aktif otot kerangka, piruvat yang
terbentuk dari glukosa tidak dapat dioksidasi lebih lanjut karena kurangnya oksigen.

Lintas piruvat yang ketiga menyebabkan pembentukan etanol. Didalam beberapa


mikroorganisme misalnya pada ragi roti piruvat yang terbentuk dari glukosa melalui
glikolisis diubah secara anaerobic menjadi etanol dan CO2 suatu proses yang disebut
fermentasi alcohol.

Fermentasi merupkana istilah umum yang menunjukkan degradasi anaerobic glukosa atau
nutrient organic lain menjadi berbagai produk untuk tujuan memperoleh energy dalam bentuk
ATP.

Pembentukan ATP Berkaitan Dengan Glikolisis

Bagi setiap molekul glukosa yang terurai dua molekul ATP dihasilkan dari ADP dan Pi.
Sekarang kita dapat memisahkan persamaan glikolisis anaerobic menjadi dua proses, yaitu

1. Pengubahan glukosa menjadi laktat, yang mengakibatkan pembebasan energy bebas


2. Pembentukan ATP dari ADP dan fosfat yang memerlukan input energy bebas.
Banyak energy bebas yang tetap tinggal di dalam produk glikolisis

Glikolisis membebaskan hanya sebagian kecil dari semua energy yang tersedia didalam
molekul glukosa. Kedua molekul laktat yang dibentuk oleh glikolisis mengandung hampir
semua energy molekul glukosa yang tersedia. Energy ini dapat dibebaskan hanya jika produk
glikolisis dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O.

Glikolisis memiliki 2 fase

Yang pertama mengubah glukosa menjadi piruvat oleh glikolisis lalu mengoksidasi piruvat
sempurna menjadi CO2 dan H2O. dengan menggunakan molekul oksigen.

Glikolisis anaerobic berperan pada hampir semua vertebrata termasuk pada manusia dalam
waktu yang pendek pada aktivitas otot yang bersifat ekstrim.

Fase kedua glikolisis yang dilangsungkan oleh 5 enzimm sisanya menggambarkan upah
glikolisis yaitu energy yang dibebaskan pada saat dua molekul gliseraldehida 3 fosfat diubah
menjadi 2 molekul piruvat disimpan oleh fosforilasi keempat molekul ADP menjadi ATP
yang terjadi bersamaan dengan proses ini. Walaupun 4 molekul ATP dibentuk didalam fase
kedua, hasil reaksi keseluruhan adalah 2 molekul ATP per molekul glukosa yang
dipergunakan, karena 2 molekul ATP harus diberikan pada fase pertama glikolisis.

Terdapat 3 jenis transformasi kimi yang berbeda yang terjadi selama glikolisis;

1. Pemecahan kerangka karbon glukosa menghasilkan piruvat yaitu lintas atom karbon
2. Fosforilasi ADP menjadi ATP oleh senyawa fosfat berenergi tinggi yang dibentuk
selama glikolisis yaitu lintas gugus fosfat
3. Pemindahan atom hydrogen atau electron

Glikolisis berlangsung melalui senyawa antara Berfosfat.

Ada 3 fungsi gugus fosfat yaitu:

1. Gugus fosfat megion sempurna pada Ph 7


2. Gugus fosfat sudah nyata
3. Gugus fosfat yang berfungsi sebagai gugus pengenalan atau pengikatan yang
dibutuhkan sebagai kedudukan yang cocok pada sisi aktif enzim enzim yang
bersangkutan.

Fase pertama glikolisis mengakibatkan pemotongan rantai heksosa

Fosforilasi Glukosa

Pada tahap pertama molekul D-glukosa diaktifkan bagi reaksi berikutnya dengan fosforilasi
pada posisi 6, menghasilkan glukosa 6-fosfat dengan memanfaatkan ATP. Reaksi ini yang
bersifat tidak dapat balik pada kondisi intraselular dikatalisis oleh heksokinase yang
ditemukan pada hampir semua sel hewan, tumbuhan dan mikrobal.

Fase kedua glikolisis merupakan reaksi penyimpan energy

Fase kedua glikolisis mengandung tahap tahap fosforilasi penyimpan energy. Energi bebas
dari molekul glukosa disimpan dalam bentuk ATP.

Lintas Pemberi Berasaln dari glikogen dan karbohidrat lain menuju lintas glikolitik
pusat

Banyak karbohidrat yang akhirnya memasuki rangkaian glikolitik untuk diuraikan dan
memberikan kandungan energinya. Yang paling utama adalah polisakarida cadangan
glikogen dan pati, disakarida maltose, laktosa, dan sukrosa dan monosakarida fruktosa,
manosa dan galaktosa.

Masuknya residu glukosa kedalam rangkaian glikolitik merupakan proses yang diatur

Kecepatan lintas katabolic pusat yang menguraikan glukosa untuk menghasilkan energy
kimia dalam bentuk ATP menyesuaikan diri dengan kebutuhan sel terhadap ATP.

Pertama tama kita akan melihat pengaturanmasuknya residu glukosa kedalam rangkaian
glikolitik. Kedua reaksi penting bagi masuknnya residu glukosa kedalam lintas glikolitik
dikontrol oleh enzim pengatur.

Cara masuk kedua bagi residu glukosa kedalam glikolisis adalah dari glikogen melalui kerja
glikogen fosforilase yang juga merupakan enzi pengatur. Pada hati dan otot fosforilase
glikogen berada pada keadaan strategi diantara cadangan bahan bakar glikogen dan system
glikolitik untuk penggunaan bahan bakar.
BAB 16 SIKLUS ASAM SITRAT

Oksidasi Glukosa menjadi CO2 dan H2O membebaskan Jauh Lebih Besar Energi
Dibandingkan dengan Glikolisis

Pemecahan glukosa menjadi laktat oleh glikolisis membebaskan hanya sebagian kecil energi
kimia yang tersedia pada strukutur molekul glukosa. Lebih banyak lagi energi yang
dibebaskan jika molekul glukosa dioksidasi sempurna jadi CO2 dan H2O, seperti
diperlihatkan oleh perbuhan energi bebas baku pada kedua reaksi ini :

Glukosa → 2 laktat + 2H+ ∆G°’ = -47,0 kkal/mol

Glukosa + 6O2 → 6CO2 + 6H2O ∆G°’ = -686 kkal/mol

Bila sel menguraikan glukosa secara anaerobik, laktat yang terbentuk masih mengandung
sampai 93 % energi yang tersedia pada glukosa awal. Hal ini disebabkan karena asma sitrar
merupakan molekul kompleks seperti glukosa dan belum terkosidasi secara total.

Pertama – tama Piruvat Harus Dioksidasi Menjadi Asetil-KoA dan CO2

Karbohidrat, asam lemak, dan hampir semua asam amino, akhirnya dioksidasi menjadi CO2
dan H2O melalui siklus asam sitrat. Namun demikian, pertama – tama sebelum zat makanan
dapat masuk ke siklus tersebut, kerangka karbon harus dipecahkan sehingga molekul ini
menghasilkan gugus asetil (pada asetil KoA) yaitu bentuk yang hampir semua input bahan
bakarnya diterima oleh siklus asam sitrat.

Gabungan dehidrogenasi dan dekarboksilasi piruvat menjadi asetil-KoA melibatkan tiga


enzim berbeda secara berurutan yaitu piruvat dehidrogenasi (E1), dehidrolipoil transasetilase
(E2), dan dihidrolipoil dehidrogenase (E3) dan juga lima koenzim atau gugus prostetik yang
berbeda, tiamin pirofosfat (TTP), flavin adenin dinukleotida (FAD), koenzim A(Ko A),
nikotinamida adenin dinukloetida (NAD+), dan asam lipoat. Semua enzim – enzim ini
koenzimnya, dirangkai menjasi sekumpulan enzim yang pertama kali di isolasi dan dipelajari
secara terperinci. Empat jenis vitamin yang diperlukan pada nutrisi manusia adalah
komponen penting dalam sistem tiamin (pada TPP), riboflavin(pada FAD), asam pantotenat
(pada KoA), dan nikotinamida (pada NAD+). Selain itu reaksi tersebut memerlukan asam
lipoat.
Asam lipoat dan bentuk aktifnya, gugus frostetik pada dihidrolipoil transasetilasi. Asam lipoat dan
gugus lipoil terdapat dalam bentuk teroksidasi atau disulfida, dalam bentuk tereduksi atau ditiolm
dan dalam bentuk terasilasi. Oleh karena itu, gugus lipoil berperan sebagai pembawa gugus asetil.
Gugus lipoil-lisil kira – kira 1.4 nm panjangnya, dan berperab sebagai tangan pengayun. Molekul ini
membawa atom H dari piruvat dehidrogenase le dihidropoil sehidragenase, dan juga membawa
gugus asetil menjuju KoA-SH. Asam lipoat kadang – kadang disebut pseudovitamin.

Sikluis Asam Sitrat Merupakan Bentuk Lingkaran dan Bukan Suatu Sistem Enzim
Linear

Pertama kita perhatikan asanya perbedaan utama diantara glikolisis dan siklus asam sitrat.
Glikolisis dalam larutan linear pada tahap – tahap enzimariknya. Sebaliknya, sistem enzim
yang melaksanakan siklus asam sitrat berfungsi salam suatu siklus. Unruk memulai sistem
ini, asetil-KoA memberikan gugus asetilnya kepada senyawa 4-karbon oksaloasetat, untuk
membentuk senyawa 6-karbon sitrat. Sitrat lalu diubah menjadi isositrat, yang juga
merupakan molekul 6-karbon yang terhidrogenasi dengan melepaskan CO2, menghasilkan
senyawa 5-karbon ketoglutarat. Molekul ini kehilangan CO2 dan akhirnya menhgasilkan
senyawa 4-karbon suksinat dan molekul CO2 yang kedua. Suksinat lalu diubah secara
enzimatik dalam tiga tahap menjadi oksaloasetat berkarbon 4, yang akan memulai kembali
siklus.
Garis besar siklus asam sitrat. Kotak
pada gambar memberikan nomor atom
karbon pada masing – masing senyawa
antara pada siklus. Suksinil KoA
memiliki empat atom karbon pada
gugus suksinilnya, sebagian dari
molekul ini terubah menjadi suksinat
bebas.

Bagaimana Munculnya Pemikiran Mengenai Siklus Asam Sitrat ?

Siklus asam sitrat pertama – tama dikemukakan sebagai lintas oksidasi piruvat di dalam
jaringan heawan pada tahun 1937 oleh Hans Krebs. Peneliti – peneliti sebelumnya
menemukan bahwa asam organik dikarbosilat berkarbon 4 tertentu yang diketahui terdapat
dijaringan hewan, suksinat, fumarat malat, dan asam oksaloasetat, merangsang konsumsi
oksigen oleh otot. Krebs meyakinkan pengamatan ini dan menemukan bahwa asam – asam
organik ini menyebabkan terjadinya iksidasi piruvat. Pengamatan kedua yang dihasilkan oleh
krebs adalah bahwa malonat sutu penghambat kompetitif spesifik bagi dehidrogenase
suksinat, menghambat penggunaan piruvat secara aerobik oleh suspensi ototk tanpa
bergantung kepada jjenis asam organik aktif mana yang ditambahkan. Ini menunjukkan
bahwa suksinat dan suksinat dehidrogenase tentulah merupakan komponen esensial di dalam
reaksi enzimatik yang terlibat di dalam oksidasi piruvat

Menutupnya lingkaran pada


pencetusan awal teori siklus. Pada
waktu Krebs menemukan bahwa
piruvat dan oksaloasetat bereaksi
menghasilkan sitrat (reaksi pada
bayangan), hal ini membuktikan
bahwa urutan reaksi bersifat
lingkaran. Perhatikan bahwa
suksinar akan menumouk oada
penghambatan malonat, pada saat
piruvat dan oksaloasetat dioksidasi
Ringkasan Siklus Krebs

Sekarang kita telah melengkapu satu putaran siklus asam sitrat. Gugus asetil, yang
mengandung dua atom karbon, masuk ke dalam siklus dengan bereaksi dengan oksaloasetat,
dan atom karbon dikeluarkan dari siklus sebagai karbon dioksida. Pada akhir siklus
oksaloasetat dibentuk kembali. Sebagai produk samping siklus satu molekul ATP dibentuk
dari ADP dan fosfat melalui GTP yang dihasilkan oleh reaksi sintetase suksinil-KoA.
Walaupun siklus Krebs itu sendiri menghasilkan hanya satu molekul ATP per putaran,
keempat tahap dehidrogenasi pada siklus Krebs hanya memebrikan aliran elektron berenergi
tinggi yang cukup besar pada rantai pernapasan dan karenanya pada akhir akan membentuk
sejumlah bedasr molekul ATP selama fosforilasi oksidatif.

Mengapa Siklus Asam Sitrat ?

Asam asetat walaupun merupakan molekul kecil sederhana amat tahan terhadap oksidasi
kimia pada atom kabon metilnya. Kondisi yang cukup drastis yang tidak cocok dengan
lingkungan di dalam sel dibutuhkan untuk mengkosidasi asetat yaitu melalui jalan dengan
aktivitasi yang lebih rendah.

Uji Isotop pada Siklus Asam Sitrat

Perincian siklus ini dihasilkan oleh penelitian enzim - enzim pada siklus yang telah
dimurnikan. Siklus asam sitrat sebenarnya terjadi di dalam sel yang masih utuh pada
kecepatan tinggi telah dibuktikan banyak uuji ampuh dengan teknik pelacak isotop tersebut.
Karena asetat diubah secara enzimatik menjadi asetil KoA di dalam jaringan hewan, lintas
atom karbon karboksil gugus asetil dari asetil KoA di dalam reaksi siklus tersebut dapat
dilacak. Asam alfa ketoglutarat di isolasi dari jaringan setelah inkubasi.

Pengubahan Piruvat Menjadi Asetil-KoA Merupakan Proses Yang Diatur

Kecepatan glikolisis dikontrol pada dua tingkatan. Pertama jumlah bahan bakarnya yang
mengalir menuju urutan glikolitik merupakan proses yang diatur. Jadi, heksokinase yang
menyebabkan fosforilasi D-Glukosa 6-fosfat dan fosforilase glikogen yang melangsungkan
tahap pertama dalam pembentukan glukosa 6-fosfat dari glikogen, merupakan dua enzim
pengatur yang mengontrol masuknya glukosa ke dalam urutan glikolitik. Serupa dengan hal
ini, keceepatan siklus asam sitrat diatur segera oleh kecepatan pembentukan bahan bakar
asetil KoA, yang dihasilkan dari oksidasi piruvat dan dari oksidasi asam lemak.
Siklus Asan Sitrat Diatur

Tahap awal siklus asam sitrat diperkirakan merupakan penentu kecepatan siklus secara
keseluruhan. Dalam banyak jaringan, reaksi pertama dalam siklus :

Asetil-KoA + oksaloasetat → sitrat + KoA

Tampaknya menentukan kecepatan keseluruhan siklus, kecepatan reaksi sintase sitrat


tentunya dikontrol oleh konsentrasi asetil KoA, salah satu substratnya yang sebaliknya
dikontrol oleh konsentrasi oksaloasetat yang munkin merupakan faktor yang paling penting
karena konsentrasinya di dalam mitokondria amat rendah dan tergantung kepada keadaan
metabolik.

Senyawa Antara Siklus Asam Sitrat Dipergunakan Bagi Tujuan Metabolik Lain Dan
Dapat Digantikan Kembali

Mekanisme enzimatik mitokondria khusus yang dapat mengembalikan “pool” senyawa antara
disebut reaksi anaplerotik (“mengisi”). Dalam jaringan hewan yang paling penting adalah
karboksilasi enzimatik piruvat oleh CO2 untuk membentuk oksaloasetat melalui kerja piruvat
karboksilase yang menghasilkan reaksu balik. Jika siklus sitrat kekurangan oksaloasetat atau
setiap senyawa antara lainnya, piruvat dikarboksilasi untuk membentuk lebih banyak
oksaloasetat. Penambahan gugus karboksil secara enzimatik kepada molekul piruvat,
memerlukan energi yang diberikan oleh pemecahan ATP menjadi ADP dan fosfat. Karena
perubahan energi bebas baku dan reaksi keseluruhan amat kecil.

Lintas Sekunder dari Glukosa ke Asam Glukoronat dan Asam Askorbat

Lintas sekunder lain bagi glukosa pada jaringan hewan membentuk dua produk khusus D-
glukoronat, yang penting dalam detoksifikasi dan ekskresi senyawa organik asing, dan asam
L-askorbat atau vitamin C. D-Glukuronat merupakan senyawa antara pada pengubahan D-
glukosa menjadi L-glunoat yang selanjutnya terubah menjadi bentuk laktonnya. L-
Gulonolakton lalu terhidrogenasi oleh flavorprotein oksidase gulonolakton menghasilkan L-
askorbat atau vitamin C.
2.2 Buku II karya Lubert

Glikolisis diperoleh dari bahasa Yunani glyk (manis) dan lysis (pemecahan).
Glikolisis adalah urutan reaksi-reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi piruvat bersamaan
dengan produksi sejumlah ATP yang relatif kecil. Pada organisme aerob, glikolisis adalah
pendahuluan daur asam sitrat dan rantai tranpor elektron, saat sebagian besar energi bebas
glukosa dihasilkan. Sepuluh reaksi glikolisis terjadi dalam sitosol.

Pada tahap pertama, glukosa dikonversi menjadi fruktosa 1,6-bisfosfat melalui reaksi
fosforilasi, isomerisasi, dan fosforilasi kedua. Dua molekul ATP dipakai per molekul glukosa
pada reaksi-reaksi ini.

Pada tahap kedua, fruktosa 1,6 bisfosfat dipecah menjadi aldolase membentuk
dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida 3-fosfat, yang dengan mudah mengalami
interkonversi. Gliseraldehida 3 fosfat kemudian mengalami oksidasi dan fosforilasi
membentuk 1,3-bisfosfogliserat, suatu hasil fosfat dengan potensi transfer fosforilasi yang
tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan ATP dihasilkan. Pada tahap akhir glikolisis,
fosfoenolpiruvat, zat antara kedua dengan potensi transfer fosforil yang tinggi, dibentuk
melalui pergeseran fosforil dan dehidrasi. ATP lainnya dihasilkan sewaktu fosfoenolpiruvat
dikonversi menjadi piruvat. Terdapat keuntungan bersih dua molekul ATP pada pembentukan
dua molekul piruvat dari satu molekul glukosa.

Akseptor elektron pada oksidasi gliseraldehida 3-fosfat adalah NAD (+), yang harus
dihasilkan kembali agar glikolisis dapat berlangsung terus. Pada organisme aerob, NADH
yang terbentuk pada glikolisis mentransfer elektronnya ke O₂ melalui rantai transpor elektron,
dan dengan demikian menghasilkan kembali NAD (+). Pada keadaan anaerob, NAD(+)
biasanya dihasilkan kembali oleh sintesis laktat atau etanol dari piruvat. Dua proses ini
merupakan contoh fermentasi.

Jalur glikolisis mempunyai peran ganda: degradasi glukosa untuk menghasilkan ATP,
dan memberikan unti-unit penyusun untuk sintesis komponen-komponen sel. Kecepatan
konversi glukosa menjadi piruvat diatur sesuai dengan dua keperluan utama sel ini. Pada
keadaan fisiologis, reaksi-reaksi glikolisis dengan mudah reversibel kecuali reaksi-reaksi
yang dikatalisis oleh heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase. Fosfofruktokinase,
elemen pengontrol terpenting pada glikolisis, dihambat oleh kadar tinggi ATP dan sitrat, dan
diaktifkan oleh AMP dan fruktosa 2,6-bisfosfat. Pafa hati, bisfosfat ini menandakan bahwa
glukosa bahwa glukosa berlimpah. Karenanya, fosfruktokinase aktif bila diperlukan energi
atau unit-unit penyusun. Heksokinase dihambat oleh glukosa 6-fosfat, yang berakumulasi bila
fosfofruktokinase inaktif. Piruvat kinase, situs pengontrol lainnya, secara alosterik dihambat
oleh ATP dan alanin, dan diaktifkan oleh fruktosa oleh fruktosa 1,6-bisfosfat. Akibatnya,
piruvat kinase aktif maksimal bila muatan energi rendah dan zat-zat antar glikolisis
menumpuk. Piruvat kinase, seperti enzim bifungsi yang mengontrol kadar fruktosa 2,6-
bisfosfat, diatur melalui fosforilasi. Kadar glukosa yang rendah dalam darah mendorong
fosforilasi piruvat kinase hati, sehingga aktivitasnya menurun dan dengan demikian
menurunkan pemakaian glukosa dalam hati.

Induksi penyesuaian mempertinggi efisiensi katalitik heksokinase dan triosafosfat


isomerase dengan pencegahan reaksi sampingan yang tak diinginkan. Isomerase adalah
contoh enzim dan substrat yang dikontrol oleh difusi. Zat antara tioester mengheat sejumlah
energi bebas oksidasi gliseraldehida 3-fosfat, serangan oleg Pi menghasilkan hasil fosfat
kaya-energi. Arsenat, analog fosfat, memisahkan rangkaian reaksi-reaksi oksidasi dari
fosforilasi.

Pemasukan glukosa yang bersifat eksogernik ke dalam sel-sel binatang diperantarai


oleh kelompok transporter yang diberi nama GLUT 1 sampai 5. Situs pengikat glukosa pada
protein membran plasma ini, bila ditempati, silih berganti menghadap sisi dalam dan sisi luar
sel. Nilai Km yang tidak sama dan pengaturan berbeda kelompok transporter ini menentukan
ciri metabolisme sel pada organ-organ yang berbeda.

Tabel Reaksi-Reaksi Glikolisis

No Langkah reaksi Enzim Tipe ∆G°’ ∆G

1 Glukosa + ATP → glukosa 6-fosfat + ADP + Heksokinase a -4,0 -8,0


H positif

2 Glukosa 6-fosfat ↔ fruktosa 6-fosfat Fosfoglukosa c +0,4 -0,6


isomerase

3 Fruktosa G-fosfat +ATP ↔ fruktosa 1,6- fosfofruktokinase a -3,4 -5,3


bisfosfat + ADP + H positif

4 Fruktosa 1,6-bisfosfat ↔ dihidroksiaseton Aldolase e +5,7 -0,3


fosfat + gliseraldehida 3-fosfat

5 Dihidroksiaseton fosfat ↔ gliseraldehida 3- Triosa fosfat c +1,8 +0,6


fosfat isomerase

6 Gliseraldehida 3-fosfat + Pi + NAD(positif) Gliseraldehida 3- f +1,5 -0,4


↔ 1,3-bisfosfogliserat + NADH + H (positif) fosfat
dehidrogenase

7 1,3-bisfosfogliserat + ADP ↔ 3-fosfogliserat Fosfogliserat a -4,5 +0,3


+ ATP kinase

8 3-fosfogliserat ↔ 2-fosfogliserat Fosfogliserat b +1,1 +0,2


mutase

9 2-fosfogliserat ↔ fosfoenolpiruvat + H₂O Enolase d +0,4 -0,8

10 Fosfoenolpiruvat + ADP + H (positif) → Piruvat kinase a -7,5 -0,4


piruvat + ATP

Daur Asam Sitrat

Daur asam sitrat merupakan jalur metabolisme bersama untuk oksidasi molekul bahan
bakar, juga berperan sebagai sumber bahan pembangunan untuk proses-proses biosintesis.
Sebagian besar molekul bahan bakar memasuki daur sebagai asetil KoA. Dekarboksilasi
oksidatif piruvat menjadi asetil KoA merupakan penghubung antara glikolisis dengan daur
asam sitrat. Pada eukariot, reaksi ini dan reaksi dalam daur berlangsung dalam mitokodria,
sedangkan glikolisis berlangsung di sitosol.

Daur dimulai dengan kondensasi oksaloasetat dengan asetil KoA menghasilkan sitrat,
yang kemudian mengalami isomerisasi menjadi isositrat. Karboksilasi oksidatif senyawa
anatar ini menghasilkan alfa ketoglutarat. Molekul CO₂ kedua dikeluarkan pada reaksi
berikutnya , alfa ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi suksinil KoA.
Ikatan tioester suksinil KoA dipecah oleh Pi menghasilkan suksinat dan senyawa fosfat
energi tinggi dalam bentuk GTP. Suksinat dioksidasi menjadi fumarat yang kemudian
mengalami hidrasi membentuk malat. Akhirnya, malat dioksidasi menghasilkan kembali
oksaloasetat. Jadi dua atom karbon dari asetil KoA memasuki daur dan dua atom karbon
meninggalkan daur sebagai CO₂ pada dekarboksilasi berurutan yang dikatalisis oleh isositrat
dehidrogenase. Pada empat reaksi oksidasi reduksi dalam daur, tiga pasang elektron
dipindahkan ke NAD (positif) dan satu pasang dipindahkan ke FAD. Pengemban elekton
tereduksi ini kemudian dioksidasi melalui rantai transport elektron menghasilkan sembilan
molekul ATP. Sebagai tambahan, satu senyawa fosfat energi tinggi terbentuk langsung dalam
daur asam sitrat. Dengan demikian, total dihasilkan sepuluh senyawa fosfat tinggi energi
untuk tiap fragmen dua atom karbon yang dioksidasi sempurna menjadi H₂O dan CO₂.

Dua asam sitrat hanya bekerja pada keadaan aerob karena memerlukan suplai NAD
(Positif) dan FAD. Akseptor elektron ini dibentuk kembali bila NADH dan FADH₂
memindahkan elektronnya ke O₂ melalui ranta transfor elektron, dengan disertai
pembentukan ATP. Akibatnya kecepatan daur asam sitrat tergantung pada kebutuhan akan
ATP. Regulasi tiga enzim dalam daur juga penting pada pengaturan. Muatan energi yang
tinggi menurunkan aktivitas sitrat sintase, isisitrat dehidrogenase dan alfa ketoglutarat
dehidrogenase. Pembentukan asetil KoA dari piruvat yang irreversibel merupakan tempat
pengaturan penting lainnya. Aktivitas kompleks piruvat dehidrogenase diatur secara ketat
melalui fosforilasi reversibel. Mekanisme-mekanisme ini saling melengkapi dalam
mengurangi kecepatan pembentukan asetil KoA pada saat muatan energi di dalam sel tinggi
dan bila senyawa antara untuk proses-proses biosintesis melimpah.

Reaksi Dari Asam Sitrat adalah :

Asetil KoA + 3 NAD(positif) + FAD + GDP + Pi + 2H₂O → 2CO₂ + 3 NADH + FADH₂ +


GTP + 2H (positif) + KoA

Fosforilasi Oksidatif

Pada fosforilasi oksidatif, sintesis ATP terangkai dengan aliran elektron dari NADH
atau FADH₂ ke O₂ melalu gradien proton melintasi membran dalam mitokondria. Aliran
elektron melalui tiga kompleks transmembran dengan orientsi berbeda, mengakibatkan
terpompanya proton keluar matrix mitokondria dan terbentuknya potensial membran. ATP
disentises bila proton mengalir kembali ke matriks melalui saluran didalam kompleks
pembentuk ATP, yang disebut ATP sintase. Fosforilasi oksidatif menjelaskan tema
fundamental bioenergetika : transmisi energi bebas melalui gradien proton.
Pengemban elektron dalam susunan respirasi dari membran dalam mitokondria adalah
flavgin, kompleks besi-belerang, kinon, gugus hem sitokrom, dan ion tembaga. Elektron
NADH di transfer ke gugus prostetik FMN dari NADHQ reduktase, yang pertama dari tiga
kompleks. Reduktase ini mengandung pusat-pusat Fe-S. Elektron muncul dalam QH₂, bentuk
reduksi daru ubikinon. Pengemban hidrofobik yang sangat mobil ini mentrasfernya ke
sitokrom oksidase. Kompleks ketiga ini mengandung sitokrom a dan a tiga dan dua ion
tembaga. Satu hem besi dan satu ino tembaga didalam oksidase ini mentranfer elektron ke O₂,
akseptor terahir, untuk membentuk H₂O.

Aliran elektron melalui tiap-tiap kompleks inin menyebabkan terpompanya proton


dari sisi matriks ke sisi sitosol membran dalam mitokondria. Terbentuk daya gerak proton
yang terdiri dari gradien Ph dan potensial membran. Aliran balik proton ke sisi matriks
melalui ATP sintase menyebabkan sintesis ATP. Kompleks enzim ini terdiri dari Unit F
hidrofobik yang membawa proton melalui membran dan unif F₁ hidrofilik yang mengkatalisis
sintesis ATP berurutan pada tiga situs. Aliran proton melalui ATP sintase melepaskan ATP
yang terikat erat.

Aliran dua elektron melalui NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase dan sitokrom
oksidase membangkitkan suatu gradien yang cukup untuk sintesis masing-masing 1, 0,5 dan
1 molekul ATP. Dengan demikian, terbentuk 2,5 ATP per NADH yang dioksidasi dalam
matriks mitokondria. Pada tiap kali oksidasi FADH₂ hanya terbentuk 1,5 ATP karena
elektron masuk rantai pernafasan pada situs kedua, karena kerja sistem angkut gliserofosfat.
Masuknya ADP kedalam matriks mitokondria terangkai dengan keluarnya ATP oleh ATP-
ADP translokase, protei pengangkut yang digerakkan oleh potensial membran. Kurang lebih
terbentuk 30 ATP bila satu molekul glukosa dioksidasi sempurna menjadi CO₂ dan H₂O.

Transpor elektron biasanya terangkai erat dengan fosforilasi. NADH dan FADH₂
hanya dioksidasi bil ADP pada saat yang sama mengalami fosforilasi menjadi ATP.
Perangkaian ini, disebut kontrol respirasi, dan dapat dirusak oleh senyawa-senyawa
pengawarangkai seperti DNP, yang meniadakan gradien proton dengan membawa proton
melintasi membran dalam mitokondria.
2.3 Buku II karya Anna Poedjiadji

Bab 10

Metabolisme Karbohidrat

Pendahuluan

Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan sumber energi yang
utama bagi organisme hidup. Dalam makanan, karbohidrat terdapat sebagai polisakarida yang
dibuat dalam tumbuhan dengan cara fotosintesis. Tumbuhan merupakan gudang yang
menyimpan karbohidrat dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilun digunakan oleh hewan
dan manusia apabila ada kebutuhan untuk memproduksi energi. Disamping dalam tumbuhan,
dalam tubuh hewan dan manusia juga terdapat karbohidrat yang merupakan sumber energi ,
yaitu glikogen.

Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis, baik


dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat ini ialah
glukosa, fruktosa, galaktosa, dan manosa serta monosakarida lainnya. Senyawa- senyawa ini
kemudian diabsorpsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.

Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah
yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sebagai
contoh apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk memproduksi energi, maka glikogen
dalam hati akan mengalami proses hidrolisis untuk membentuk glukosa. Sebaliknya apabila
suatu reaksi tertentu menghasilkan produk yang berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat
menghambat produksi tersebut. Dalam hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-enzim
mempunyai peranan sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang terjadi dalam sel
ini disebut metabolisme.

Tujuan

1. Menjelaskan tahap-tahap reaksi yang terjadi pada proses glikolisis


2. Menerangkan energi yang digunakan maupun yang terjadi dalam proses glikolisis
3. Menerangkan tahap-tahap reaksi dalam proses glikogenesis
4. Menjelaskan tahap-tahap reaksi dalam proses glikogenesis
5. Menerangkan tahap-tahap reaksi dalam proses glukoneogenesis
6. Menerangkan taha-tahap reaksi dalam siklus asam sitrat
7. Mendiskusikan energi yang terjadi dalam siklus asam sitrat
8. Menjelaskan proses fosforilasi oksidatif

Proses Glikolisis

Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak
dapat menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi
anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses
ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu.

Heksokinase

Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa -6-fosfat
dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi sebagai berikut.

Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu oleh ion 𝑀𝑔++ sebagai
kofaktor. Enzim ini ditemukan oleh Meyerhof pada tahun 1927 dan telah dapat dikristalkan
dari ragi, mempunyai berat molekul 111.000. Heksokinase yang berasal dari ragi dapat
merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada
glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamina. Dalam otak, otot dan hati
terdapat enzim heksokinase yang multi substrat ini. Dalam kinase, hati memproduksi
fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat.

Enzim heksokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila
glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, maka senyawa ini akan menjadi inhibitor
bagi enzim heksokinase. Selanjutnya enzim akan aktif kembali apabila konsentrasi glukosa-
6-fosfat menurun pada tingkat tertentu.

Fosfoheksoisomerase
Isomerasi adalah pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat dengan
enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah diperoleh dari
ragi dengan cara kristalisasi. Enzim fosfoglukoisomerase terdapat pada jaringan otot dan
mempunyai berat molekul 130.000

Fosfofruktokinase

Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu


oleh ion 𝑀𝑔++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dari ATP ke
fruktosa-6-fosfat dan ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat
dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses
metabolisme ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan asam sitrat dapat menghambat,
dilain pihak adanya AMP, ADP dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi efektor positif yang
merangsang enzim fosfofruktokinase. Enzim ini adalah suatu enzim alosterik dan mempunyai
berat molekul kira-kira 360.000.

Aldolase

Reaksi tahap keempat dalam rangkaian glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-
1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-
gliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis telah ditemukan
dan dimurnikan oleh Warburg. Enzim ini terdapat dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja
sebagai katalis dalam reaksi penguraian beberapa ketosa dan monofosfat, misalnya fruktosa-
1,6-difosfat, sedoheptulosa-1,7-difosfat, fruktosa-1-fosfat, eritrulosa-1-fosfat. Hasil reaksi
penguraian tiap senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi aseton fosfat.

Triosafosfat Isomerase

Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-
gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiasetonfosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam
proses glikolisis ialah D-gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah
dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidroksiasetonfosfat
akan tertimbun dalam sel. Hal ini tidak berlangsung karena dalam sel terdapat enzim
triosafosfat isomerase yang dapat mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-
gliseraldehida-3-fosfat. Adanya keseimbangan antara kedua senyawa tersebut dikemukan
oleh Meyerhof dan dalam keseimbangan dihidroksiasetonfosfatterdapat dalam jumlah dari
90%.

Gliseraldehida-3-Fosfat Dehidrogenase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi
asam 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim 𝑁𝐴𝐷 + , sedangkan gugus fosfat
diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat.
Gliseraldehida-3-Fosfat Dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal dan ragi
dan mempunyai berat molekul 145.000.

Enzim ini adalah suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masing-masing
mengikat satu molekul 𝑁𝐴𝐷 + , jadi pada tiap molekul enzim terikat empat molekul 𝑁𝐴𝐷+ .

Fosfogliseril Kinase

Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat
menjadi asam 3-fosfogliserat.

Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan ion 𝑀𝑔++ diperlukan sebagai
kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini
mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam
bentuk ATP.

Fosfogliseril Mutase

Fosfogliseril Mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-


fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat.
Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat dari satu atom C ke atom C lain dalam satu
molekul. Berat molekul enzim fosfogliseril mutase yang diperoleh dari ragi adalah 112.000.

Enolase

Reaksi berikutnya adalah reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat dari asam 2-
fosfogliserat dengan katalis enzim enolase dan ion 𝑀𝑔++ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion 𝐹 − dapat
menghambat kerjanya enzim enolase, sebab ion 𝐹 − dengan ion 𝑀𝑔++ dan fosfat dapat
membentuk kompleks magnesium fluoro fosfat. Dengan terbentuknya kompleks ini akan
mengurangi jumlah ion 𝑀𝑔++ dalam campuran reaksi dan akibat berkurangnya ion 𝑀𝑔++
maka efektivitas reaksi berkurang.

Piruvat Kinase

Enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam
fosfoenol piruvat kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul asam piruvat.
Piruvat kinase telah dapat diperoleh dari ragi dalam bentuk kristal. Enzim ini adalah suatu
tetramer dengan berat molekul 165.000. Dalam reaksi tersebut diatas, diperlukan ion 𝑀𝑔++
dan 𝐾 + sebagai aktivator.
Laktat dehidrogenase

Reaksi yang menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir glikolisis,
yaitu pembentukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini digunakan
NADH sebagai koenzim.

Glikogenesis dan Glikogenolisis

Telah dijelaskan bahwa glukosa merupakan sumber bahan bagi proses glikolisis, karena
glukosa terdapat dalam jumlah banyak bila dibandingkan dengan monosakarida lain. Oleh
karena itu umlah glukosa yang diperoleh dari makanan terlalu berlebih, maka glukosa akan
disimpan dengan jalan diubah menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot. Proses sintesis
glikogen dari glukosa ini disebut glikogenesis. Glikogen dalam hati dapat pula dibentuk dari
asam laktat yang dihasilkan pada proses glikolisis.

Konsentrasi glukosa dalam darah manusia normal ialah antara 80 dan 100 mg/100 ml. Setelah
makan makanan sumber karbohidrat, konsentrasi glukosa darah dapat naik hingga 120-130
mg/100 ml, kemudian turun menjadi normal lagi. Dalam keadaan berpuasa konsentrasi
glukosa darah turun hingga 60-70 mg/100 ml. Kondisi glukosa darah yang lebih tinggi
daripada normal disebut hiperglikemia, sedangkan yang lebih rendah daripada normal disebut
hipoglikemia.Bila konsentrasi telalu tinggi maka sebagian glukosa dikeluarkan dari tubuh
melalalui urine.

Pembentukan glikogen dari glukosa, baik dalam hati maupun dalam otot, dapat berlangsung
karena adanya uridin difosfat glukosa.

Dengan glukosa -1-fosfat. Kebalikan dari glikogenesis ialah glikogenolisis, yaitu reaksi
pemecahan molekul glikogen menjadi molekul-molekul glukosa. Gambar 10-4
memperlihatkan reaksi glikogenesis maupun gikogenolisis.
Glikogen yang etrdapat dalam hati dan otot dapat dipecah menjadi molekul glukosa-1-fosfat
melalui suatu proses yang disebut fosforolisis, yaitu reaksi dengan asam fosfat. Enzim
fosforilase ialah enzim yang menjadi katalis pada reaksi glikogenolisis itu.

Ada dua macam fosforilase yaitu fosforilase a, bentuk aktif, dan fosforilase b, suatu bentuk
tidak aktif yang dapat diaktifkan. Aktivasi fosforilase b berlangsung oleh adanya fosfokinase,
ATP dan ion Mg++.

Glukoneogenesis

Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam
laktat diubah menjadi glukkosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yang
diseabut glukoneogenesis (pembentukan gula baru). Pada dasarnya glukoneogenesis ini
adalah sintesis glukosa senyawa-senyawa bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan
beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Walaupun
proses glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa, namun bukan kebalikan dari proses
glikolisis , karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya
diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut maka proses glukoneogenesis
berlangsung melalui tahap reaksi lain yaitu:

1. Foafoenolpiruvat dibentuk dari asam piruvat melalui pembentukan asam oksalo


asetat.
a) Asam piruvat + CO3 + ATP + H2O asam oksalo + ADP
+ fosfat + 2 H+
b) Oksalo asetat +guanosin trifosfat fosfoenol piruvat +
Guanosindifosfat + CO2
Reaksi (a) menggunakan katalis piruvatkarboksilase dan reaksi (b) menggunakan
fosfoenolpiruvat karboksilase. Jumlah reaksi (a) dan (b) ialah :

Asam piruvat + ATP + GTP + H2O fosfoenolpiruvat + ADP + GDP


+ fosfat + 2 H+
2. Fruktosa -6-fosfat, dibentuk dari fruktosa -1,6-difosfat dengan cara hidrolisis oleh
enzim fruktosa -1,6-difosfatase.

Fruktosa-1,6-difosfat + H2O fruktosa -6-difosfatase.

3. Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glukosa-6-fosfat dengan katalis glukosa-6-


fosfatase.

glukosa-6-fosfat + H2O glukosa + fosfat


BAB III

KEUNGGULAN BUKU

BUKU I :

Keterkaitan Antar Bab

Setelah membaca dan mereview buku maka dapat diketahui bahwa keterkaitan antar
bab tentang metabolisme karbohidrat pada buku I yaitu terkait satu sama lain karena pada
setiap bab yang tertera tehubung satu sama lain dan kedepannya sehingga pembaca tidak
mengalami kekeliruan saat membaca buku I dan pada saat membahas tentang
metabolisme karbohidrat dimulai dengan terbentuknya siklus – siklus pada metabolisme
karbohidrat dan pembentukan ikatan – ikatan kimia yang berhubungan dengan kehidupan.
Serta dimulainya kalimat – kalimat yang mudah dimengerti serta suatu konsep yang
mendukung pemahaman dalam materi antar bab tersebut.

Kemutakhiran Isi Buku

Dari segi aspek, kelayakan isi yang mencakup materi metabolisme karbohidrat pada
buku mempunyai kecakupan pada materi dapat di lihat dari kalimat – kalimat yang
mendukung dan juga ikatan rantai,siklus seta reaksi kimia yang mendukung aspek
kemutakhiran pada materi serta bahasa yang digunakan pada materi tentang metabolisme
karbohidrat sangat baik dan alur tiap subab mendukung dari kalimat – kalimat utama dan
dalam penggunaan istilah, simbol atau lambang pada materi mempunyai keterangan atau
penjelasan tentang istilah, simbol, maupun lambang dari suatu kalimat atau kata.

BUKU II

Keterkaitan Antar Bab

Setelah membaca dan mereview buku maka dapat diketahui bahwa keterkaitan antar bab
tentang metabolisme karbohidrat pada buku I yaitu terkait satu sama lain karena pada
setiap bab yang tertera tehubung satu sama lain dan kedepannya sehingga pembaca tidak
mengalami kekeliruan saat membaca buku I dan pada saat membahas tentang
metabolisme karbohidrat dimulai dengan terbentuknya siklus – siklus pada metabolisme
karbohidrat dan pembentukan ikatan – ikatan kimia yang berhubungan dengan kehidupan.
Serta dimulainya kalimat – kalimat yang mudah dimengerti serta suatu konsep yang
mendukung pemahaman dalam materi antar bab tersebut.

Kemutakhiran Isi Buku

Dari segi aspek, kelayakan isi yang mencakup materi metabolisme karbohidrat pada
buku mempunyai kecakupan pada materi dapat di lihat dari kalimat – kalimat yang
mendukung dan juga ikatan rantai,siklus seta reaksi kimia yang mendukung aspek
kemutakhiran pada materi serta bahasa yang digunakan pada materi tentang metabolisme
karbohidrat sangat baik dan alur tiap subab mendukung dari kalimat – kalimat utama dan
dalam penggunaan istilah, simbol atau lambang pada materi mempunyai keterangan atau
penjelasan tentang istilah, simbol, maupun lambang dari suatu kalimat atau kata.

BUKU III

Keterkaitan Antar Bab

Keterkaitan antar bab dari buku ini, dimana materi yang di bahas tercantum dalam satu
bab. Serta pembagian dalam biokimia terbagi dalam bentuk poin – poin . Serta materi
mengenai metabolisme karbohidrat terpampang jelas dan memiliki gambar yang
memudah kan si pembaca untu memahami nya

Kemutakhiran isi buku

Didalam isi buku yang di bahas sudah lebih jelas dan lengkap juga sehingga mudah buat
di pahami oleh si pembaca, dan penggunaan bahasa pun juga jelas. Dari segi aspek,
kelayakan isi yang mencakup materi metabolisme karbohidrat pada buku mempunyai
kecakupan pada materi dapat di lihat dari kalimat – kalimat yang mendukung dan juga
ikatan rantai,siklus seta reaksi kimia yang mendukung aspek kemutakhiran pada materi
BAB IV

KELEMAHAN BUKU

BUKU I

Keterkaitan Antar Bab

Pada Buku I materi metabolisme karbohidrat terdapatnya kelemahan pada keterkaitan


antar bab yaitu karena pada penjabaran materi beberapa sub bab yang tidak dibahas secara
jelas dan tidak sinkron antar sub bab sehingga membingungkan pembaca dalam memahami
materi.

Kemutakhiran Buku

Di tinjau dari aspek kelayakan isi buku, penulisan meteri yang telah ditulis oleh
penulis ada Pada buku I terdapat beberapa sub bab yang tidak lengkap menjelaskan suatu
tahap atau langkah pada siklus. Namun Pada penjelasan isi materi pada buku menurut saya
mudah dipahami oleh pembaca, bahasa yang digunakan dalam kalimat yaitu aktif dan tidak
ada bahasa yang tidak dimengerti oleh pembaca.

BUKU II

Keterkaitan antar Bab

Dalam buku ini terutama pada bab 10 tentang metabolisme karbohidrat masing
masing materi satu sama lain memiliki keterkaitan yang dimana pada penjelasan yang
pertama dijelaskan pengertian dari karbohidrat kemudian dilanjut ke dalam proses kimia
yang terdapat pada karbohidrat yaitu proses glikolisis, setelah itu dilanjutkan pada
pembagian proses yang adaa pada glikolisis dan begitu selanjutnya sampai pada tiga
tahap reaksi glukoneogenesis . Dimana topik yang dibahas memiliki hubungan ke topik
yang sesudah maupun sebelumnya.

Kemuktahiran isi buku

Dalam buku terdapat bab tentang metabolisme karbohidrat yang sudah sangat baik
kemuktahirannya dimana materi yang dijelaskan dalam bab ini sudah sesuai dengan
kebutuhan akan pelajaran dimasa sekarang.
BUKU III

Keterkaitan Antar Bab

Keterkaitan antar bab pada buku pertama, belum semua materi masuk kedalam bab
tersebut dan masih ada penjelasan yang terkait dalam materi metabolisme karbohidrat
tersebut.

Kemutakhiran isi buku

Kemukhtairan isi buku tersebut dimana hanya sedikit ada kekurangan yang kurang
terkaitnya penjelasan mengenai metabolisme karbohidat tersebut. .

BAB V

IMPLIKASI TERHADAP

Program pembangunan di Indonesia

Pemerintah Indonesia memberikan prioritas tinggi kepada perkembangan pendidikan


di Indonesia dan seluruh masyarakat Indonesia agar pendidikan di Indonesia dapat
berkembang sesuai yang diharapkan.
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari segi harga memang buku ini sangat ekonomis dan tergolong murah untuk
mahasiswa, buku ini cocok untuk dijadikan sumber pengetahuan umum untuk pelajar.

5.2 Saran

Dari segi bahasa yang dipilih masih sangat sulit untuk dimengerti bahkan banyak
sekali ditemukan kata-kata yang tidak baku di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Worth Publisher. New York

Pedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta

Stryer Lubert. Biokimia. Edisi 4. Diterjemahkan oleh: Mohammad Sadikkin, dkk. Jakarta:
EGC; 2000. p.605.

Anda mungkin juga menyukai