Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

Mata kuliah : Praktikum Ekologi Hewan

“KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN HEWAN”

OLEH :

NAMA : NADIA VERMONI SUCI

NIM : 4163341038

JURUSAN : BIOLOGI

PROGRAM : PENDIDIKAN BIOLOGI

KELOMPOK : 2 ( DUA)

Tgl.Pelaksanaan : 31 OKTOBER 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
I. JUDUL : KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN HEWAN

II. TUJUAN :

1. Mengetahui metode menentukan kelimpahan dalam populasi.


2. Mengetahui kelebihan metode fitfall-trap.
3. Mengetahui kekurangan metode fitfall-trap.
4. Mengetahui hubungan keanekaragaman dengan ekosistem.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keanekaragaman.

III. TINJAUAN TEORI


Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah
maupun yang hidup didalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang
tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan
bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan bisa tumbuhan dan
hewan lainnya, salah satu contoh dari hewan tanah adalah serangga. Tanpa fauna tanah,
perombakan tumpukan bahan organik di sekeliling kita akan berjalan lambat. Serangga tanah
merupakan salah satu kelompok yang sering dilupakan, padahal kehidupan kelompok ini
memiliki hubungan yang sangat erat dengan keadaan lingkungan tempat hidup. Serangga
tanah mempunyai potensi yang tidak ternilai terutama dalam membantu perombakan bahan
organik tanah, juga menjadi salah satu makhluk penyeimbang lingkungan. Beberapa diantara
serangga tanah dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah atau keadaan
tanah. Penelitian serangga tanah ini masih jarang dilakukan terutama di Indonesia, akibatnya
informasi yang terhimpun dari kelompok ini belum banyak. Oleh karena pada itu serangga
tanah mempunyai peranan yang cukup penting sehingga perlu diungkapkan dengan salah satu
cara, yaitu melakukan inventarisasi (Patang, 2010).
Serangga (disebut juga insekta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertunkai 6 (3 pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi (Campbell, 2003).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan
serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven, 1981). Diantara banyak
organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya spesies atau grup yang memperlihatkan
pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif
dari organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi
jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya
dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan
digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan
fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada
pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin
curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas karena batas yang tajam terbentuk
oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah
spesies an jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman
spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Ovy,
2016).

Teknik pengumpulan data untuk menghitung populasi serangga permukaan tanah


antara lain :

1. Sistem banjir
Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah. Teknik ini relatif lebih mudah
dan cepat yaitu dengan membasahi suatu area yang ditentukan dengan air. Beberapa saat
kemudian, serangga-serangga yang berada di dalam tanah keluar, kemudian dapat di
hitung jumlahnya.
2. Pitfall trap
Teknik ini di gunakan untuk serangga tanah pada daerah vegetasi rendah atau dilahan
kosong, dimana serangga-serangga tersebut merupakan serangga aktif.
3. Capture re-capture
Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah yang terbang diatas 1-2 meter.
Serangga di tangkap dengan menggunakan insect net.serangga yang tertangkap kemudian
ditandai dan dilepaskan kembali, dilakukan dengan pengulangan penangkapan serangga.
4. Light trap Teknik ini digunakan untuk serangga malam, dengan menggunakan suatu layar
atau suatu wadah yang telah berisi air, sabun dan formalin lalu diamkan dibawah cahaya
lampu. Serangga tertarik terhadap cahaya lampu yang kemudian akan terjatuh kedalam
wadah tersebut (Abdunnur.2002).

ALAT & BAHAN

a. Alat

No. Nama Alat Jumlah


1.
Cup 4 buah
2.
Tali plastik secukupnya

3.
Alat tulis Seperlunya

4.
Sendok 1 buah

5.
Cangkul 1 buah

b. Bahan

No. Nama Bahan Jumlah


1.
Alkohol 70% secukupnya

2.
Detergen Secukupnya

3.
Air Secukupnya

IV. PROSEDUR KERJA

No. Cara kerja


1.
Mencampurkan detergen dengan air kedalam cup sebanyak 1/3 dari cup.

2.
Memilih area yang memiliki karakteristik vegetasi yang berbeda.

3. Membuat garis transek yang membagi dua bagian area, setiap jarak 10 meter dari
tepi secara vertikal.

4. Pada setiap stasius yang telah ditentukan, menanan cup pop ice hingga rata
dengan tanah, lalu ditutupi dengan serasah.
5.
Melakukan pengulangan sebanyak 4 kali.

6.
Penanaman cup dilakukan selama dua hari.

7.
Setelah dua hari, mensortir fauna yang terkena trap.
VI. HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

No Sampling
Nama Spesies Jumlah ẍ Pi Ln Pi Pi . ln Pi
. 1 2 3 4
1. Nyamuk 2 - - - 2 0,5 0,33

2. Rayap - 2 - 1 3 0,75 0,5

3. Lalat - - 1 - 1 0,25 0,16

TOTAL 6 1,5 0,99

B. Pembahasan
Indeks Keanekaragaman Shannon – Wienner

H”= -∑(Pi.ln Pi)

H”= -()

H”=

H= =Sedang

Pada praktikum kali ini menggunakan metode fitfall-trap, dimana salah satu bahan
dari trap ini ialah detergen. Detergen yang digunakan untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga jika ada serangga yang masuk tidak akan bisa keluar lagi.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Fitfall – trap

Kelebihan dari penggunaan metode fitfall-trap ialah penggunaannya yang mudah, alat
dan bahan mudah ditemukan dan digunakan, waktu penelitian dapat secara cepat.
Kekurangan dari penggunaan metode fitfall-trap ialah hewan – hewan yang cenderung
tertangkap ialah hewan yang berukuran kecil dan jika curah hujan tinggi penelitian dapat
gagal karena banjir.
Tujuan Penutupan Dengan Serasa

Tujuan ditutupnya setiap trap dengan serasah ialah mengurangi intensitas air yang masuk
kedalam trap, agar trap tetap berisikan air semula dan tidak tumpah. Dan juga agar serangga tidak
mengetahui keadaan trap. Serangga akan menganggap tidak ada apapun disana karena sekitar trap
seperti tanah biasa.

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Detergen

Hubungan Keanekaragaman kestabilan ekosistem

Keanekaragaman hayati adalah berbagai ciri, bentuk, dan perbedaan-perbedaan pada


makhluk hidup yang menjadi ciri khas makhluk hidup tersebut sehingga menjadikan variasi
atau keanekaragaman di bumi. Sedangkan, stabilitas komunitas adalah kemampuan populasi-
populasi dalam suatu komunitas untuk mempertahankan keadaannya walaupun banyak faktor
dari luar yang mempengaruhi. Pada keanekaragaman hayati menitikberatkan pada individu-
individu dalam suatu ekosistem, komunitas, populasi, dan bentuk gabungan lain antar
makhluk hidup di bumi yang memiliki suatu ciri khasnya sendiri (individu) sedangkan
stabilitas komunitas menitikberatkan pada suatu gabungan individu yang mempertahankan
keberadaannya. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kestabilan atau stabilitas dalam
komunitas atau ekosistem maka akan semakin tinggi pula tingkat keanekaragaman hayatinya.
Karena, jika tidak tercipta suatu kestabilan dalam komunitas atau ekosistem dapat
menghilangkan suatu populasi dalam komunitas tersebut atau menghilangkan suatu
komunitas dalam ekosistem, sehingga berkurangnya organisme dan berdampak pada
turunnya keanekaragaman.

Stabilitas dalam komunitas atau ekosistem bergantung pada interaksi yang terjalin
atau interaksi spesies yang terjalin secara seimbang yang melibatkan transfer energi, predasi,
kompetisi dan niche yang lebih kompleks. Pengaruh dari suatu anggota komunitas yang
sudah berumur tinggi juga menentukan seberapa besar tingkat stabilitas yang dimiliki
komunitas karena, komunitas yang berumur tinggi membuktikan seberapa tahannya
komunitas terhadap pengaruh dari luar untuk mempertahankan keadaannya. Sebagai contoh,
suatu komunitas pohon bakau yang memiliki berbagai populasi seperti ikan, pohon bakau itu
sendiri, dan burung-burung pemakan ikan lainnya. Semua jenis populasi tersebut setiap
jenisnya memiliki ciri khas mulai dari Populasi bakaunya yang memilliki keanekaragaman
jenis, mulai dari jenis api-api, Ceracak-ceracak, Rhizophora, bakau kurap, dan bakau minyak.

Keanekaragaman tersebut dapat terjaga jika terdapat kestabilan didalamnya yakni


kemampuan mempertahankan keadaan dari pengaruh luar, tetapi jika stabilitas tersebut tidak
dapat terjadi, maka populasi bakau akan mengalami pengurangan yang otomatis akan
mengurangi jenis-jenis yang ada (keanekaragaman). Dampak ini akan terus berlanjut
sehingga berkurangnya populasi ikan yang hidup (termasuk aneka jenis ikan yang hidup di
kawasan bakau) beserta burung-burung pemakan ikannya. Yang mungkin pada awalnya ikan
ada jenis ikan gelodok, belanas, dan kalasan tinggal ikan gelodok saja, atau awalnya burung
pemakan ikan ada lima jenis menjadi dua jenis dan akibat-akibat selanjutnya berakibat pada
menurunnya keanekaragaman hayati pada komunitas tersebut.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman


Menurut Krebs (1978) ada 6 faktor yang saling berkait menentukan derajat naik
turunnya keanekaragaman, yaitu :
1. Waktu.
Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas tua yang
sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda yang
belum berkembang. Dalam ekologi, waktu dapat berjalan lebih pendek atau hanya sampai
puluhan generasi. Skala ekologis mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan
dalam lingkungan tetapi belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut.
Keragaman jenis suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan jenis melalui
evolusi tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis melalui kepenuhan dan emigrasi.
2. Heterogenitas ruang.
Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan
fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya. Faktor heterogenitas
berlaku pada skala makro maupun mikro.
3. Kompetisi.
Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang berbeda)
menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaan
sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu
memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.
4. Pemangsaan.
Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang
berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup
berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemengsaan terlalu
tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis.
5. Kestabilan iklim.
Makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan yang
stabil lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.
6. Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi.
Keenam faktor ini saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman jenis dalam
komunitas yang berbeda. Keanekaragaman spesies sangatlah penting dalam menetukan batas
kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam akibat turut campur tangan manusia.
Menurut praktikum yang telah dilakukan, bahwa penggunaan metode fitfall–trap
memiliki kekurangan yaitu hewan yang terperangkap cenderung pada hewan – hewan yang
berukuran kecil dan sering kali gagal karena cuaca yang tidak bagus seperti curah hujan yang
tinggi. Walaupun demikian metode fitfall-trap memiliki kelebihan yaitu alat dan bahan yang
digunakan mudah ditemukan, pekerjaan metode yang mudah dilakukan, dan dapat dilakukan
dengan waktu yang singkat dan efektif.

VII. KESIMPULAN

1. Dalam menentukan kelimpahan (jumlah individu) dalam suatu populasi dapat


dilakukan dengan menggunakan metode pencacahan (sensus) atau metode sampling.
2. Kelebihan dari penggunaan metode fitfall-trap ialah penggunaannya yang mudah, alat
dan bahan mudah ditemukan dan digunakan, waktu penelitian dapat secara cepat.
3. Kekurangan dari penggunaan metode fitfall-trap ialah hewan – hewan yang cenderung
tertangkap ialah hewan yang berukuran kecil dan jika curah hujan tinggi penelitian
dapat gagal karena banjir.
4. Jika tidak tercipta suatu kestabilan dalam komunitas atau ekosistem dapat
menghilangkan suatu populasi dalam komunitas tersebut atau menghilangkan suatu
komunitas dalam ekosistem, sehingga berkurangnya organisme dan berdampak pada
turunnya keanekaragaman.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi keanekragaman hewan ialah Waktu,
heterogenitas ruang, kompetisi, pemangsaan, kestabilan iklim dan produktifitas
merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Abdunnur.2002. Analisis Komunitas Makrozoobentos. Jurnal ilmiah Mahakam.Vol, I. No 2.


Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru – Van
Hoeve.
Ovy Dwi Rachmasari, dkk. 2016. Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. ISSN 2442 – 3750. Volume 2 (2)
Patang, Fatmawati. 2010. Keanekaragaman Takson Serangga Dalam Tanah Pada Areal
Hutan Bekas Tambang Batubara PT. Mahakam Sumber Jaya Desa Separi Kutai
Kartanegara –Kalimantan Timur. Issn 1829 - 7226 Bioprospek Volume 7 (1).

Anda mungkin juga menyukai