Anda di halaman 1dari 5

KESEJAHTERAAN HEWAN

“TUGAS UJIAN TENGAN SEMESTER ”

OLEH:
Komang Ayu Triana Sanjiwani 18095110
Nabilah Rizky Amalia 18095110
Meiliani Herna Suprihatin 1809511061

KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2020
SOAL 1
Artikel : Memahami tentang Kesejahteraan Hewan
(Article : Understanding Animal Walfare)

Artikel pada soal nomor 1 ini memuat tentang Understanding Animal Walfare atau
dalam Bahasa Indonesia Memahami tentang Kesejahteraan Hewan oleh David Fraser.
Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah suatu keadaan fisik dan psikologi hewan
sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya. Berdasarkan UndangUndang Nomor 18
Tahun 2009, Animal welfare adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik
dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu di terapkan dan
ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap
hewan yang dimanfaatkan manusia.
Beberapa tahun belakangan ini pemahaman tentang kesejahteraan hewan mulai
digencarkan. Bahkan di Eropa, seseorang dianggap tidak beradab jika apa yang dilakukannya
menyebabkan orang lain menjadi sakit, memperlakukan hewan dengan buruk, atau merusak
lingkungan.
Tulisan kami ini bertujuan untuk memaparkan komentar terkait pemahaman tentang
kesejahteraan berdasar artikel yang ditulis oleh David Fraser tahun 2008. David Fraser dalam
menyatakan bahwa animal welfare dapat dikaji secara ilmiah, namun kajian tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh nilai atau ide dasar penelitinya mengenai apa yang dipandang
penting dalam menilai kualitas hidup hewan. Dan nilai - nilai dasar tersebut sangat
dipengaruhi oleh budaya dimana ilmuwan tersebut hidup dan berada. Menurut kami
pernyataan ini sangat tepat mengingat kualitas hewan memang sangat tergantung dari
ilmuwan yang menangani hewan ditempat tersebut.
Di awal artikelnya David Fraser menjelaskan bahwa terjadi berbagai perdebatan
tentang kesejahteraan hewan yang cenderung menekankan keprihatinan yang berbeda.
Beberapa menekankan kesehatan dasar dan fungsi hewan, terutama kebebasan dari penyakit
dan cedera. Lainnya menekankan "keadaan afektif" hewan, seperti rasa sakit, kesusahan dan
kesenangan yang dialami sebagai positif atau negatif. Lainnya menekankan kemampuan
hewan untuk melakukannya menjalani kehidupan yang wajar secara alami dengan melakukan
perilaku alami dan memiliki unsur-unsur alami di lingkungan mereka. Menurut kami
perbedaan ini wajar terjadi, karena jika dilihat kesejahteraan memang memiliki makna yang
luas, terlebih perdebatan ini sebenarnya bisa dijadikan satu kesatuan yang pastinya
menjadikan pengertian tentang kesejahteraan hewan itu sendiri menajdi lebih baik.
Selain itu di artikel ini David Fraser juga merincikan dilema tentang pemahaman
kesejahteraan hewan yang terjadi. Ia menjelaskan bahwa dua kelompok ilmuwan meninjau
literature ilmiah tentang kesejahteraan hewan yang sama namun mendapat kesimpulan yang
berbeda. Sehingga muncul pertanyaan bagaimana mungkin dua kelompok ilmuwan meninjau
literatur ilmiah yang sama tetapi mendapat kesimpulan yang berlawanan? Jika kita bisa
menyelesaikannya dilema ini, solusinya akan membawa kita ke jalan yang panjang
memahami kesejahteraan hewan dan penilaian ilmiahnya. Penjelasannya tentang dilema
kesejahteraan hewan ini menurut kami bisa membuat kita lebih memahami bahwa
penanganan kesejahteraan hewan walaupun menggunakan sumber yang sama bisa
menghasilkan pendapat yang berbeda, namun dengan hal itu kita bisa saling bertukar
pendapat dan akhirnya menghasilkan kesimpulan yang diinginkan.
Dipembahasan selanjutnya oleh David Fraser kita diajak untuk kembali ke perdebatan
tentang kesejahteraan beberapa dekade lalu. Ia menjelaskan bahwa penekanan utama
perdebatan ini adalah pada keprihatinan yang cukup tradisional dari dokter hewan dan
produsen hewan yang harus memperhatikan hewan bebas dari penyakit dan cedera, terpenuhi
kriteria makanan, air, tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya. Hal itu bisa kita
simpulkan sebagai fungsi dasar kesehatan hewan. Menurut kami dengan dijelaskan masalah
perdebatan ini kita bisa menjadi lebih menelaah pemahaman kita tentang kesejahteraan sudah
sesuai atau belum, jika belum kita bisa lebih mengkaji lagi tentang kesejahteraan hewan yang
seharusnya seperti apa.
Paparan selanjutnya David Fraser menjelaskan bahwa Perbedaan pandangan tentang
kesejahteraan hewan belum tentu melibatka ketidaksepakatan tentang fakta. Beberapa
menyimpulkan bahwa kesejahteraan hewan juga baik dalam sistem kurungan, seorang
kritikus mungkin menarik sebaliknya kesimpulan karena hewan-hewan tersebut akan
bertingkah abnormal jika dalam kurungan. Kedua pihak dapat menyepakati masalah faktual
seperti jumlah ruang per hewan dan kejadian penyakit. Ketidaksepakatan mereka adalah
tentang nilai-nilai - khususnya tentang apa yang mereka anggap lebih penting atau kurang
penting bagi hewan untuk memiliki kehidupan yang baik. Disini Ia menjelaskan tentang
perdebatan nilai-nilai kesejahteraan hewan. Menurut kami dengan adanya penjelasan ini kita
jadi bisa mengetahui bahwa tidak selamanya ilmuwan mempunyai cara yang sama dalam
menangani suatu kasus, bisa saja yang melakukan hal ini memang lebih baik dari pada hal
lain, akan tetapi ilmuwan yang melakukan hal lain juga belum tentu lebih buruk, itu
tergantung cara mereka melakukannya. Selain itu disini David Fraser juga mengajak kita
lebih dalam menguak mengapa hal-hal seperti ini diperdebatkan? Sehingga kita bisa lebih tau
bahwa kesejahteraan hewan bukan hal yang main-main.
Di point penjelasan terakhir David Fraser menjelaskan bahwa ketika ketidaksepakatan
berbasis nilai ini mulai muncul dalam perdebatan tentang sistem peliharaan kurungan, banyak
orang berpikir bahwa sains akan menyediakan jalan untuk memutuskan di antara berbagai
pandangan tentang kesejahteraan hewan dan akan menjelaskan mana yang salah dan mana
yang benar. Namun, para ilmuwan sendiri dipengaruhi oleh berbagai pandangan dunia yang
hadir dalam budaya. Padahal, saat memeriksa berbagai metode ilmiah yang digunakan untuk
mempelajari kesejahteraan hewan, kita dapat melihat bahwa kriteria yang berbeda
kesejahteraan hewan memberikan alasan untuk beberapa pendekatan ilmiah yang berbeda.
Dari papapran ini menurut kami bahwa sains tidak bisa diterapkan jika seseoarang sudah
terpengaruh oleh budaya sekitar. Ego masing-masing tinggi walaupun berhadapan dengan
fakta yang ada. Namun dengan adanya sains kita sebagai calon dokter hewan harus mampu
menerapkan fakta yang ada jangan sampai ikut terpengaruh budaya juga.
Perbedaan nilai-nilai etik inilah yang kemudian memicu perdebatan mengenai
kesejahteraan hewan di kalangan para ilmuwan diseluruh dunia. Beberapa ilmuwan
menekankan kajiannya pada kesehatan dan kondisi fisik hewan, seperti bebas dari penyakit
dan cedera. Ilmuwan lain menekankan kajiannya pada status afektif hewan, seperti rasa sakit,
stres, dan kegembiraan. Ilmuwan lain berpendapat bahwa kemampuan hewan untuk hidup
secara natural, bertingkah-laku atau bertindak bebas dan alamiah adalah faktor paling
penting bagi kesejahteraan hewan. Dalam satu kajian ilmiah tiga kriteria kelompok di atas
dapat saling tumpang tindih, namun di lain pihak kelompok-kelompok tersebut mempunyai
kriteria yang cukup jelas untuk dapat terpisah sebagai satu kelompok eksklusif. Bukan hanya
memicu perdebatan, bahkan perbedaaan nilai-nilai etik tersebut pun dapat menjadi dilema
yang mengancam animal welfare sebagai sebuah disiplin ilmu bagaimana kemudian mereka
dapat mempunyai dua kesimpulan yang bertolak belakang? Hal ini (sekali lagi) dapat terjadi
karena perbedaan nilai-nilai etik yang mereka anut tentang animal welfare, Kedua kelompok
ilmuwan tersebut menganut nilai yang berbeda dalam menentukan apa yang penting bagi
hewan untuk memiliki kesejahteraan yang baik (good welfare).
Kesimpulan dari artikel “Pemahaman tentang Kesejahteraan Hewan” ini adalah
Perbedaan nilai-nilai etiklah yang memicu perdebatan mengenai kesejahteraan hewan di
kalangan para ilmuwan diseluruh dunia. Beberapa ilmuwan menekankan kajiannya pada
kesehatan dan kondisi fisik hewan, seperti bebas dari penyakit dan cedera. Ilmuwan lain
menekankan kajiannya pada status afektif hewan, seperti rasa sakit, stres, dan kegembiraan.
Ilmuwan lain berpendapat bahwa kemampuan hewan untuk hidup secara natural, bertingkah-
laku atau bertindak bebas dan alamiah adalah faktor paling penting bagi kesejahteraan hewan.
Dalam satu kajian ilmiah tiga kriteria kelompok di atas dapat saling tumpang tindih, namun
di lain pihak kelompok-kelompok tersebut mempunyai kriteria yang cukup jelas untuk dapat
terpisah sebagai satu kelompok eksklusif. Bukan hanya memicu perdebatan, bahkan
perbedaaan nilai-nilai etik tersebut pun dapat menjadi dilema yang mengancam animal
welfare sebagai sebuah disiplin ilmu bagaimana kemudian mereka dapat mempunyai dua
kesimpulan yang bertolak belakang? Hal ini (sekali lagi) dapat terjadi karena perbedaan
nilai-nilai etik yang mereka anut tentang animal welfare, Kedua kelompok ilmuwan tersebut
menganut nilai yang berbeda dalam menentukan apa yang penting bagi hewan untuk
memiliki kesejahteraan yang baik (good welfare).
Menilik kompleksitas permasalahan ini, David Frazer menyarankan agar para
ilmuwan animal welfare menggunakan diagramyang dimana terdapat tiga elemen kunci yang
merupakan penggolongan secara umum tiga komponen penting dalam animal welfare. Ketiga
elemen kunci tersebut dapat saling tumpang tindih, dan setiap elemen mempunyai tingkat
kualitas kajian yang sama dalam animal welfare. Dengan kata lain, tidak ada elemen kajian
yang lebih tinggi dari elemen lainnya. Namun Ia menilai bahwa kajian animal welfare yang
melibatkan seluruh elemen diagram merupakan kajian animal welfare yang paling tinggi
tingkat kajiannya.
Kesimpulan komentar dari kami tentang artikel ini adalah kita sebagai calon dokter
hewan maupun dokter hewan itu sendiri harus berani mengambil langkah yang tepat guna
maksimalnya penerapan kesejahteraan hewan, hal yang kami tekankan tentang perdebatan
yang disajikan pada artikel ini adalah seharusnya elemen dalam kajian animal welfare
tersebut harus berdasar pada kelompok hewannya, seperti hewan kesayangan, hewan ternak,
hewan percobaaan atau satwa liar. Untuk semua kelompok hewan kesehatan dan kondisi
fisik yang baik adalah penting, namun bagi satwa liar kebebasan untuk dapat hidup secara
alamiah di habitat aslinya adalah elemen animal welfare yang menjadi lebih prioritas.
Kemudian bagi hewan kesayangan rasa afektif dan kesehatan merupakan elemen animal
welfare yang paling penting. Sedangkan bagi hewan percobaan status kesehatan, kondisi
fisik, dan eutanasia (jika diperlukan) yang manusiawi adalah yang paling penting. Banyak
ilmuwan yang berpendapat bahwa hasil kajian yang baik dan akurat hanya bisa diperoleh dari
hewan percobaan yang sehat. Kemudian bagi hewan ternak status kesehatan, kondisi fisik,
serta pemotongan hewan yang manusiawi dan meminimalisasi penderitaan sebelum dipotong
adalah elemen animal welfare yang paling penting.

Anda mungkin juga menyukai