Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOLOGI DASAR

“Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup”

Oleh :
Monyca Eca Yuni S. (150210103088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat dan karunia yang Allah SWT
berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup”.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliau kita dapat
mempelajari ilmu pengetahuan seperti saat ini. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk sarana belajar mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Negeri Jember
dalam mempelajari materi klasifikasi makhluk hidup pada mata kuliah Biologi
Dasar. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Joko Waluyo, M. Si dan Dr. Iis Nur Asyiah, SP., MP sebagai dosen
pembimbing/pengampu mata kuliah Biologi Dasar
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan bernilai ibadah
disisi Allah SWT. Penulis berusaha untuk menyusun makalah ini dengan sebaik
mungkin dan menyadari tentu ada kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 27 Juli 2018

i
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam semesta terdiri dari dua komponen, yaitu komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri
dari makhluk hidup baik yang berukuran mikroskopis maupun makroskopis.
Makhluk hidup jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Jumlah dan
keanekaragaman yang banyak menyebabkan kita sebagai pengamat mengalami
kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah
dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka kita memerlukan sebuah
cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk
hidup disebut Sistem Klasifikasi.
Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang klasifikasi makhluk hidup
dinamakan ilmu taksonomi. Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk mempermudah
pengenalan dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta mempermudah dalam
mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu taksonomi ini senantiasa
berkembang dari masa ke masa, sehingga muncul tokoh – tokoh baru dalam
taksonomi dan pendapat – pendapat serta teori – teori tentang taksonomi.
Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang
pertanyaan tersebut dalam makalah yang berjudul “Perkembangan Klasifikasi
Makhluk Hidup”. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan
pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan sistem klasifikasi makhluk hidup?
2. Bagaimana perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah in adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi sistem klasifikasi makhluk hidup
2. Mengetahui perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup

2
BAB 2. ISI

2.1 Definisi Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup


Klasifikasi merupakan penyusunan makhluk hidup secara teratur ke dalam
suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi makhluk
hidup secara individual yang menggambarkan kekerabatan antar individu.
Menurut Rideng (1989) klasifikasi adalah pembentukan takson-akson yang
bertujuan mencari materi keseragaman dalam keanekaragaman. Dikatakan pula
bahwa klasifikasi adalah penempatan organisme secara berurutan pada kelompok
tertentu (takson) yang didasarkan pada perbedaan dan persamaan. Sedangkan
Tjitrosoepomo (1993) mengatakan bahwa dasar pengadaan klasifikasi adalah
keseragaman kesamaan-kesamaan itulah yang dijadikan dasar klasifikasi.
Semua ahli biologi mrnggunakan suatu sistem kasifikasi untuk
mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur.
Kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori
lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris.
Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne ( 1707-1778), seorang ahli
botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarang dengan Carolus
Linnaeus.
Sistem klasifikasi dapat dikelompokkan menjadi 4 pendekatan, yaitu
klasifikasi buatan, alam, filogeni, dan molekuler. Kadang-kadang satu sama lain
saling bertautan sehingga batas perbedaannya cenderung tidak jelas. Urut-urutan
timbulnya sistem klasifikasi itu serta kesempurnaan ilmiah sistem-sistem yang
dihasilkannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara
keseluruhan, jadi berhubungan erat dengan kemajuan pengetahuan manusia
tentang makhluk hidup yang ada.
Sistem klasifikasi buatan hanya didasarkan pada satu atau dua ciri
morfologi yang mudah dilihat saja. Sistem klasifikasi seperti ini sekarang sudah
tidak terpakai lagi, sebab sudah tidak dapat mengimbangi kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan modern. Sistem klasifikasi alam, lebih
mencerminkan keadaan sebenarnya seperti yang terdapat di alam, dan sifatnya

3
serbaguna karena banyak pernyataan kekerabatan yang dimiliki kesatuannya
sehingga memiliki sifat-sifat yang dapat diramalkan. Sistem klasifikasi
filogenetik, menggunakan urutan klasifikasi yang menunjukkan urutan
filogeninya. Suatu takson anggota-anggotanya saling berkerabat erat satu sama
lain sebab berasal dari satu nenek moyang yang sama melalui suatu proses
evolusi. Yang dipakai dasar terutama hubungan kekerabatan dan sifat primitif
atau majunya suatu takson. Sistem klasifikasi molekuler, menggunakan kesamaan
susunan DNA yang dimiliki individu untuk melihat kekerabatannya.

2.2 Perkembangan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup


Awalnya manusia mengklasifikasikan tanaman dengan belajar tanaman
mana yang bisa dimakan dan mana yang beracun. Tanaman atau hewan baru
ditemukan oleh manusia (dan masih) dipelajari dan dimasukkan menjadi sebuah
kelompok. Beberapa tanaman ditemukan untuk membantu orang sakit dan yang
lainnya beracun. Beberapa hewan dapat menghasilkan makanan (misalnya susu
dan telur). setiap generasi ilmuwan bekerja untuk meningkatkan bagaimana
kelompok-kelompok ini diklasifikasikan.
Filosof Yunani Aristoteles (384-322) adalah ilmuwan pertama yang mulai
menggunakan sistem untuk menggambarkan tumbuhan dan hewan. Pada abad ke
17 sistem klasifikasi awal menggunakan hierarki nama, dimulai, dengan
kelompok umum besar (misalnya tanman, hewan) dan membuat kelompok
berikutnya lebih kecil dan lebih kecil tergantung pada karakteristik mereka.
Setiap organisme berakhir dengan nama Latin panjang yang menjelaskan
karakteristik masing-masing level hirarki.
Carl Linaeus (1707-1778) mencoba sistem klasifikasi ini tetapi
menemukan bahwa deskripsi mereka terlalu panjang. Dia menyimpulkan bahwa
dibutuhkan sebuah sistem yang lebih sederhana. Dia merubah deskripsi menjadi
kata tunggal dan membuat urutan takson. Perubahan deskripsi menjadi kata
tunggal ini nantinya dikenal sebagai tata nama binomial. Pandangan dualistik
Tanaman-Hewan berakar pada Aristoteles dan gurunya, Plato, di Akademi di
Athena hampir 2500 tahun yang lalu (sekitar 360 SM). dua supergroup tersebut

4
diformalkan pada 1735 oleh Carl von Linne’ dalam monumentalnya Systema
Naturae sebagai Kindom Plantae dan Animalia. Linnaeus juga memasukkan
mineral dalam sistem klasifikasi, menempatkan mereka di kingdom ketiga,
Regnum Lapideum.
Ahli evolusi Jerman, Ernst Haeckel, merupakan pendukung abad ke-19
yang paling kuat dari keunikannya organisme uniselular, memiliki pandangan
“bottom-up”, melihat keragaman dunia yang hidup dari sel-sel awal. Dia
mengusulkan bahwa banyak kelompok berevolusi secara terpisah dari garis
keturunan tumbuhan dan hewan, dan pada tahun 1866, hanya 7 tahun setelah
Darwin mempublikasikan the Origin of Species tahun 1859, menakan mereka
anggota Protistenreich atau Kingdom Protista. Pada awalnya, ia memasukkan
spons dan jamur tetapi, dalam publikasi terakhirnya (Haeckel, 1894, 1904),
Protista secara eksplisit dibatasi untuk didominasi organisme uniseluler atau
koloni yang tidak membentuk jaringan. Bakteri termasuk ke dalamnya, pertama
sebagai Mychota dan kemudian sebagai Moneran.
Herbert Copeland (1956) mengkritik dikotomi tumbuhan-hewan
tradisional, tetapi kedua pendekatan dan solusinya sangat berbeda dari Whittaker.
Tertarik pada "organisme yang lebih rendah," Copeland mengusulkan kingdom
baru, Mychota, untuk memasukkan semua organisme prokariotik dan kingdom
lain, Protoctista, untuk semua organisme eukariotik yang bukan tumbuhan atau
hewan. Daya tarik sistem ini bertumpu pada pembuatan kingdom tumbuhan dan
hewan monofiletik dan memecahkan masalah intermediet seperti Euglena yang
telah diklaim oleh ahli botani dan ahli zoologi. Menggabungkan jamur, berbagai
ganggang, protozoa, jamur lendir, dan organisme lain yang tidak memiliki
jaringan benar membuat kingdom Protoctista sangat heterogen. Meskipun
demikian, Copeland mengklaim bahwa kingdom baru ini monofiletik karena di
masa lalu, semua anggotanya yang beraneka ragam memiliki leluhur yang sama.
Copeland menempatkan bakteri, yang secara tradisional juga termasuk dalam
kingdom tumbuhan, ke dalam kingdom Mychota atas dasar struktur sel
prokariotik unik mereka.

5
Dalam bukunya The Classification of Lower Organism, Copeland (1956)
memberikan sistem taksonomi terperinci yang membagi kingdom barunya
menjadi filum, kelas, dan ordo. Dia memberi perhatian besar pada masalah
taksonomi penting dari nomenklatur, prioritas, stabilitas, dan hubungan
filogenetik. Misalnya, ia memberikan catatan sejarah panjang tentang berbagai
revisi taksonomis dan nama-nama kelompok yang mengarah ke kingdom
barunya, Protoctista. Whittaker tidak banyak menggunakan
pertimbangan-pertimbangan taksonomi teknis ini dan berpendapat bahwa
kingdom-kingdom harus sesuai utamanya dengan perbedaan ekologis yang jelas
dan hanya berfungsi sebagai unit taksonomi sekunder.
Whittaker sangat kritis terhadap keputusan Copeland untuk memasukkan
jamur, ganggang merah dan coklat, dan banyak kelompok eukariota mikroskopis
di kingdom Protoctista. Menurut Whittaker, "kingdom Protoctista tampaknya
lebih merupakan produk dari definisi taksonomis daripada pengelompokan
organisme dengan makna koheren atau tema evolusi umum" (Whittaker 1957,
hlm. 536). Dari perspektif Whittaker, jamur dan ganggang adalah dua jenis
organisme yang sangat berbeda, dan itu tidak masuk akal — secara ekologis atau
evolusi — menempatkan mereka di kingdom yang sama. Memaksakan ketertiban
pada alam yang kompleks dan kacau membutuhkan kejelasan konseptual. Dari
perspektif Whittaker, kingdom Copeland Protoctista sangat gagal dalam kriteria
ini.
Satu dekade kemudian, Whittaker mempublikasikan sistem lima-kingdom
definitifnya di jurnal Science, memastikan bahwa ide-idenya akan menjangkau
khalayak luas (Whittaker 1969). Meskipun artikel itu mengulangi banyak garis
pemikiran yang digunakan Whittaker pada tahun 1959, ada beberapa perbedaan
substantif dalam konten dan gaya. Yang paling penting, Whittaker sekarang
menerima keputusan Copeland sebelumnya untuk menempatkan semua
organisme prokariotik ke dalam kingdom mereka sendiri. Meskipun ia telah
mempertimbangkan kemungkinan ini pada tahun 1959, Whittaker membuat
keputusan yang lebih konservatif untuk memasukkan bakteri sebagai subkingdom

6
dari Protista. Kingdom prokariotik Monera kini bergabung dengan Kingdom
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia dalam versi final sistem Whittaker.
Whittaker membenarkan penambahan kingdom baru Monera ke sistemnya
karena beberapa alasan. Pada akhir tahun 1960-an, perbedaan
prokariota-eukariota adalah ide arus utama yang diterima oleh ahli mikrobiologi
terkemuka. Mengutip teori endosimbiotik yang masih kontroversial yang
diperjuangkan oleh Lynn Margulis sebagai penjelasan yang menarik untuk
evolusi sel eukariotik, Whittaker sekarang mengklaim bahwa batas
prokariota-eukariota mewakili divisi paling mendasar di dunia kehidupan.
Akhirnya, Whittaker berpendapat bahwa mode nutrisi absorpsi yang mencirikan
sebagian besar Monerans adalah metode asli untuk mendapatkan energi.
Fotosintesis telah berevolusi dalam beberapa Monerans, tetapi tiga mode
nutrisi menjadi mapan hanya setelah protista eukariotik pertama berevolusi
melalui endosimbiosis. Oleh karena itu, organisme dapat ditempatkan ke dalam
salah satu dari tiga tingkatan struktural: prokariota, eukariota uniseluler, dan
eukariota multiseluler. Dalam dua kelas yang lebih tinggi, berbagai garis
keturunan produsen, konsumen, dan dekomposer dapat diidentifikasi secara jelas,
meskipun hanya produsen dan dekomposer yang ditemukan di kelas prokariotik.
Pada tahun 1998, Cavalier-Smith menerbitkan model enam kingdom, yang
telah direvisi dalam makalah berikutnya. Alveolata dan rhizaria telah pindah dari
kingdom Protozoa ke kingdom Chromista. Cavalier-Smith tidak lagi menerima
pentingnya pembagian eubakteria-archaebacteria fundamental yang dikemukakan
oleh Woese dan yang lainnya dan didukung oleh penelitian terbaru. Bakteri
kingdomnya termasuk Archaebacteria sebagai filum Unibacteria subkingdom
yang hanya terdiri dari satu filum lain: Posibacteria. Kedua subkingdoms
Unibacteria dan Negibacteria dari Kingdom Bacteria (kingdom tunggal kingdom
Prokaryota) ditentang menurut topologi membran mereka.
Transisi bimembran-unimembranous dianggap jauh lebih fundamental
daripada cabang panjang jarak genetik Archaebacteria, dipandang sebagai tidak
memiliki signifikansi biologis tertentu. Cavalier-Smith tidak menerima
persyaratan untuk taxa menjadi monophyletic ("holophyletic" dalam

7
terminologinya) untuk menjadi valid. Dia mendefinisikan Prokaryota, Bakteri,
Negibacteria, Unibacteria dan Posibacteria sebagai paraphyletic valid (karena itu
"monofiletik" dalam arti ia menggunakan istilah ini) taksa, menandai inovasi
penting signifikansi biologis (dalam hal konsep niche biologis).
Setelah melakukan penelusuran dan penelitian terkait sistem klasifikasi
yang ada, pada abad ke 20, Ruggiero dkk mengusulkan dua superkingdom
(Prokaryota dan Eukaryota), klasifikasi tujuh kingdom sebagai perpanjangan
praktis dari skema enam kingdom Cavalier-Smith. Skema yang diberikan oleh
Ruggiero meliputi: kingdom prokariotik Archaea (Archaebacteria) dan Bakteri
(Eubakteria), dan kingdom eukariotik Protozoa, Chromista, Jamur, Plantae, dan
Animalia.

8
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem klasifikasi makhluk hidup adalah sebuah sistem yang
mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
dimiliki oleh individu dan tingkat kekerabatannya antar individu. Sistem
klasifikasi dapat dikelompokkan dalam 4 pendekatan, yaitu klasifikasi
buatan, klasifikasi alami, klasifikasi filogeni dan klasifikasi molekuler.
2. Sistem klasifikasi makhluk hidup diawali oleh Aristoteles pada 2500
tahun yang lalu dengan membagi makhluk hidup dalam 2 kelompok, yaitu
tumbuhan dan hewan. Pada 1735 Carolus Linneaus memperkuat
klasifikasi tersebut dengan memunculkan dua kingdom, yaitu kingdom
Plantae dan kingdom Animalia. Pada abad ke 19, Ernst Haeckel
mengkritik dua kingdom yang telah ada dan memunculkan pernyataannya
tentang tiga kingdom yang terdiri dari kingdom Plantae, kingdom
animalia dan kingdom Protista. Pada 1956, Herbert Copeland
mengusulkan kingdom baru, yaitu Mychota atau sekarang disebut dengan
Fungi. Pada tahun 1959, Whittaker membuat keputusan yang lebih
konservatif untuk memasukkan bakteri sebagai subkingdom dari Protista.
Kingdom prokariotik Monera kini bergabung dengan Kingdom Protista,
Fungi, Plantae, dan Animalia. Pada tahun 1998, Cavalier-Smith
menerbitkan model enam kingdom, yang telah direvisi dalam makalah
berikutnya. Alveolata dan rhizaria telah pindah dari kingdom Protozoa ke
kingdom Chromista. Pada abad ke 20, Ruggiero dkk mengusulkan dua
superkingdom (Prokaryota dan Eukaryota), klasifikasi tujuh kingdom
meliputi: kingdom prokariotik Archaea (Archaebacteria) dan Bakteri
(Eubakteria), dan kingdom eukariotik Protozoa, Chromista, Jamur,
Plantae, dan Animalia.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca mampu bagaimana perkembangan sistem klasifikasi
makhluk hidup sesuai yang telah diuraikan di atas. Memperbanyak referensi dari
buku lain yang lebih lengkap juga sangat disarankan bagi para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hagen, Joel B. 2012. Five Kingdoms, More or Less: Robert Whittaker and the
Broad Classification of Organisms. BioScience. Vol. 60(1): 67-74
Ruggiero, Michael A. Dennis P. Gordon, Thomas M. Orrell, Nicolas Bailly,
Thierry Bourgoin, Richard C. Brusca, Thomas Cavalier-Smith, Michael D.
Guiry, dan Paul M. Kirk. 2015. A Higher Level Classification of All
Living Organisms. Plos One. Vol. 10(4): 1-60
Silvester, Helen. 2015. Oxford Science 7 Australian Curriculum. Oxford
University Press: Australia
Taylor, Max. 2003. The collapse of the two-kingdom system, the rise of
protistology and the founding of the International Society for Evolutionary
Protistology (ISEP). International Journal of Systematic and Evolutionary
Microbiology. Vol. 53: 1707-1714

10

Anda mungkin juga menyukai