OLEH :
ATHIKA PRATIWI
NIM: PO.71.39.0.12.003
Motto: “Be like a Flower that gives its fragrance even to the hand that
crushes it (Ali bin Abi Thalib)”
Dedikasi:
KTI ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua ku yang tercinta, Papa Akhiruddin dan Mama Nasrita
terimakasih untuk segala dukungan, motivasi, doa, dan curahan cinta serta
kasih sayang juga nasehat untuk tika.. tika sangat bersyukur kepada Allah
SWT sudah diberikan orang tua yang luar biasa seperti papa dan mama ..
I love you both so much walaupun tika LDR-an dengan mama
papa dan itu bikin sedih tapi karena kasih sayang dan perhatian kalian
yang luaaaar biasa tika bisa tahan jarang pulang hikhik
2. Kedua adik ku yang super gila, Dinta Lutfiani dan Nadine Antya Putri
terimakasih devil devil kesayangan mba ika, kalian super mengesalkan
tapi ngangenin sekalii salah satu karunia Allah SWT yang luar biasa
adalah kalian, terima kasih adik adikkuuu
3. Dosen pembimbing KTI saya, Drs.H.Benyamin M.Noer Apt,MM (papi Ben)
untuk segala masukan dan arahan yang diberikan, terimakasih telah
menjadi pembimbing tika dalam penyusunan KTI ini, pak ben memang
yang terbaik hehehe terimakasih pak Ben ^^
4. Kepala Jurusan Farmasi, Ibu Dra.Ratnaningsih D.A Apt, M.Kes untuk segala
arahan dan ilmu nya kepada tika selama 3 tahun ini, terima kasih bu
Ratna ^^
5. Dosen Pembimbing Akademik tika semasa kuliah di jurusan farmasi,
Bapak Dr.Drs.Sonlimar Mangunsong Apt, M,Kes untuk segala
bimbingan,ilmu,arahan, serta perhatian nya terima kasih pak Son ^^
6. Seluruh dosen di jurusan farmasi beserta para staf jajarannya untuk segala
bantuan nya
7. Kepada mba Anisa, Siti Khotimah, dan Ari Hepi Yanti dari Universitas
Tanjungpura, dimana penelitian nya yang berjudul “Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus L) Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli” telah menjadi dasar dari KTI
saya. Terima kasih untuk informasi dan kesediaannya dalam tanya jawab
yang saya lakukan, barakallah mba Anisa dkk
8. PT. Mustika Ratu dan Viva Kosmetik yang telah membantu dalam hal
penyediaan bahan pembuatan krim saya, Isopropil Miristat
9. Sepupu terganteng sealam semesta sejagad raya, Andre yang sudah
nebengin tika kekampus selama 3 tahun kuliah haha thank you oppa
saranghae !
10. Sahabat pare sayap kesayangan yang selalu ada didalam suka maupun
duka Ridha,Rahmi,Kiki,Diana,Fendiska,Dwi,Farida terimakasih sudah
memberi warna selama kehidupan dikampus 3tahun ini, untuk segala
cerita dan perjuangan yang kita rintis bersama HAHA me love you all ,
patner selama kuliah, Abu yang sudah bersabar untuk memahami tika di
laboratorium dan di kehidupan ini hahaha gamsahamnida !!! Patner
tebengan yang suka aneh ,Abeth yang sudah baik hati sekali sering
nebengin tika kerumah nenek wkwkwkwk makasih abethhhh ^^
11. Teman-teman seangkatan khusus nya reguler 3A , dan seluruh
mahasiswa/i
12. Jeringau (Acorus calamus.L), walaupun busuk bau dan mahal tapi
tanpamu penelitian ini bukan apa-apa, i love you jeringau
13. Para tikus teman-teman farmakologi, dear tikus dan mencit kalian
lumayan menghibur ketika sedang jenuh , maafkan ya belum berani
sentuh kalian hihi
14. Almamaterku, Poltekkes Kemenkes Palembang ...
BIODATA
Kesimpulan: Dari pengujian kestabilan fisik yang dilakukan terhadap krim yang
mengandung ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L) selama 28 hari
maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus
L) dapat dijadikan sediaan krim yang stabil pada Formula II dan Formula III,
sedangkan terjadi kenaikan diluar rentang dan pemisahan fase pada Formula I.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah swt karena atas limpahan berkat dan rahmat-
Nya lah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Formulasi Krim Ekstrak Etanol
Rimpang Jeringau (Acorus calamus L)” dapat terselesaikan sesuai waktu yang
telah ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan kelulusan
dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Kesehatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jurusan Farmasi Palembang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Benyamin M.Noer, Apt, MM selaku dosen pembimbing
dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang telah
memberikan bimbingan, pengetahuan, serta motivasi sehingga
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih DA, Apt, M.Kes selaku pembimbing
pendamping dan juga ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Palembang yang telah memberi banyak arahan dan ilmu dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak/Ibu Dosen Pengajar, Kayawan, Staf Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jurusan Farmasi Palembang.
4. Papa, mama dan keluarga atas doa, semangat, serta motivasi yang
tidak hentinya kepada penulis.
5. Teman seperjuangan dan seangkatan yang telah memberikan bantuan
serta semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan, pengalamanan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA
RINGKASAN
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 5
ii
E. Alat Pengumpulan Data.......................................................... 44
F. Variabel................................................................................... 45
G. Definisi Operasional................................................................. 45
H. Kerangka Operasional............................................................ 49
I. Pengolahan dan Analisis data................................................ 50
A. Hasil........................................................................................ 51
B. Pembahasan............................................................................. 58
A. Kesimpulan............................................................................. 67
B. Saran....................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 69
LAMPIRAN................................................................................................ 72
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau......................................41
2. Hasil Uji Viskositas Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus
calamus L)..................................................................................................52
3. Hasil Uji pH Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus calamus
L)................................................................................................................53
4. Hasil Uji Homogenitas Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus
calamus L)..................................................................................................54
5. Hasil Uji Pemisahan Fase Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus
calamus L)..................................................................................................54
6. Hasil Pengamatan Perubahan Bau Dari Krim Ekstrak Etanol Rimpang
Jeringau (Acorus calamus L).....................................................................55
7. Pengolahan data hasil kuisioner mengenai perubahan bau pada ketiga
formula krim yang mengandung ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
calamus L) dalam persen (%)....................................................................55
8. . Hasil Pengamatan Perubahan Warna Dari Krim Ekstrak Etanol Rimpang
Jeringau (Acorus calamus L).....................................................................56
9. Pengolahan data hasil kuisioner mengenai perubahan warna pada ketiga
formula krim yang mengandung ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
calamus L) dalam persen (%)....................................................................56
10. Hasil Pengamatan Terjadi Iritasi Kulit Dari Krim Ekstrak Etanol Rimpang
Jeringau (Acorus calamus L).....................................................................57
11. Rekapitulasi hasil uji kestabilan fisik krim ekstrak etanol rimpang jeringau
(acorus calamus L).....................................................................................57
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Tumbuhan Jeringau......................................................................................6
2. Penampang Kulit........................................................................................10
3. Skema Pembuatan Krim.............................................................................42
4. Grafik Perubahan Rata-Rata Hasil Pengukuran Viskositas Krim Ekstrak
Etanol Rimpang Jeringau (Acorus calamus L)..........................................52
5. Grafik Perubahan Rata-Rata Hasil Pengukuran pH Krim Ekstrak Etanol
Rimpang Jeringau (Acorus calamus L)......................................................53
6. Simplisia Jeringau......................................................................................70
7. Simplisia kering rimpang Jeringau (Acorus calamus L.)...........................71
8. Ekstrak kental rimpang jeringau................................................................71
9. Krim ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L.)......................71
10. Alat destilasi...............................................................................................72
11. Viskometer.................................................................................................72
12. pH meter Hanna.........................................................................................73
13. Mikroskop..................................................................................................73
14. Sentrifuse...................................................................................................74
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Gambar
1. Lampiran 1.Perhitungan konsentrasi ekstrak rimpang jeringau...................6
2. Lampiran 2.Perhitungan Bahan..................................................................10
3. Lampiran 3.Tabel hasil pengukuran viskositas krim ekstrak etanol
rimpang jeringau...........................................................................................42
4. Lampiran 4.Perhitungan nilai tanggapan bau dan warna dari Krim
Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus calamusL.).............................52
5. Lampiran 5.Gambar Alat dan Bahan yang digunakan...............................53
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jerawat atau dalam bahasa kedokteran dikenal dengan nama acne vulgaris
sebanyak 5204 yang mewakili setiap kecamatan di kota Palembang terdiri dari
2459 laki-laki dan 2745 perempuan dengan umur 14-21 tahun menderita jerawat
dengan prevalensi 30,1% akne komedonal, 35,8% akne papulopustular, dan 2,2%
akne nodulokistik dengan tipe prevalensi pria lebih tinggi dari wanita.
Jerawat yang timbul dapat menjadi radang karena disebabkan oleh infeksi
Jerawat yang terinfeksi dan tidak segera mendapatkan perawatan dapat merusak
struktur kulit (Prianto, 2014). Kondisi jerawat yang parah dapat menimbulkan
perasaan depresi dan kurang percaya diri (Tasoula dkk, 2012), sehingga penderita
(Tjekyan, 2008). Komponen yang digunakan dalam mengobati jerawat yang parah
1
2
(Draelos dan Thaman, 2006). Selain menggunakan perawatan medis, jerawat yang
(2014), rimpang dari tumbuhan jeringau dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat
tradisional, tanaman ini dapat digunakan sebagai obat kulit, contohnya sebagai
obat kurap (Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dan Gagas Ulung, 2014). Hal ini
disebabkan aktivitas antimikroba dari α dan β asaron serta flavonid dan saponin
Ganjewala, 2009). Penelitian Anisah dkk (2014) bahwa ekstrak etanol rimpang
konsentrasi 0,51%, 1,5%, dan 0,67% sebagai emulgator telah menghasilkan krim
krim dengan zat aktif dari ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L)
maka penulis berkeinginan untuk membuat formulasi krim dari ekstrak etanol
rimpang jeringau (Acorus calamus Linn). Tipe krim yang dipilih adalah krim tipe
M/A, karena krim tipe ini lebih disukai, mudah digunakan, dan mudah
B. Rumusan Masalah
diformulasikan menjadi sediaan krim tipe M/A dan stabil secara fisik ?
2. Apakah sediaan krim tipe M/A ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
3. Apakah sediaan krim tipe M/A ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
syarat ?
4. Apakah sediaan krim tipe M/A ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
calamus Linn) dapat memiliki viskositas yang stabil dan memenuhi syarat?
5. Apakah sediaan krim tipe M/A ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
calamus Linn) dapat memiliki warna dan bau yang stabil dan memenuhi
syarat ?
6. Apakah sediaan krim tipe M/A ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus
7. Apakah terjadi pemisahan fase pada krim tipe M/A ekstrak etanol rimpang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelian ini untuk menguji apakah ekstrak etanol rimpang
jeringau (Acorus calamus Linn) dapat dijadikan sediaan krim tipe M/A yang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menguji apakah krim tipe M/A dari ekstrak etanol rimpang jeringau
persyaratan.
b. Untuk menguji apakah krim tipe M/A dari ekstrak etanol rimpang jeringau
persyaratan.
c. Untuk menguji apakah krim tipe M/A dari ekstrak etanol rimpang jeringau
persyaratan.
d. Untuk menguji apakah krim tipe M/A dari ekstrak etanol rimpang jeringau
(Acorus calamus Linn) dapat memiliki warna dan bau yang memenuhi
persyaratan.
e. Untuk menguji apakah krim tipe M/A dari ekstrak etanol rimpang jeringau
f. Untuk menguji apakah terjadi pemisahan fase pada sediaan krim tipe M/A
dari ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus Linn) selama masa
penyimpanan.
D. Manfaat Penelitian
berbagai pihak bahwa rimpang dari tanaman jeringau (Acorus calamus Linn)
memiliki khasiat sebagai antijerawat dan dapat dijadikan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Acorus L
(sumber:http//isroi.wordpress.com )
6
7
2. Morfologi Tumbuhan
Jeringau (Acorus calamus L) berasal dari daerah asia yang beriklim sedang
termasuk dari India dan sekitar laut hitam dan Kaspia, di tanah yang becek atau
di beberapa pulau tertentu, tersebar dari tempat asal ke arah barat dan tenggara.
Jeringau dikenal sebagai tumbuhan rawa yang menyukai tanah berpasir. Di Jawa
tumbuh di sepanjang parit, kolam ikan, di telaga, dan dirawa pada ketinggian
2.050m di atas permukaan laut. Kemungkinan tumbuhan berasal dari sisa tanaman
yang dibiarkan tumbuh secara liar. Di daerah tropik seperti Indonesia tumbuhan
ini belum ditanam luas. Di beberapa kampung ditanam secara kecil-kecilan untuk
keperluan sendiri. Tumbuhan ini cocok ditanam di tanah lempung atau di tanah
aluvial ringan yang sedikit tergenang atau dapat diairi (Depkes RI, 1978).
putih kotor; Daun: tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal
memeluk batang, panjang ± 60cm, lebar ± 5cm, pertulangan sejajar; Daun : hijau.
tangkai sari panjang ± 2,75mm, kepala sari panjang ± 2,75mm, putik 1-1,5mm,
bewarna putih. Serajut buah coklat. Akarnya kuat dengan warna rimpang merah
nama lain , diantaranya adalah jeureunge (Aceh), jerango (Gayo), serango (Nias),
sebagai pengusir serangga. Selain itu kandungan minyaknya antara lain minyak
atsiri yang mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asaron),
episiobunin. Selain atsiri, jeringau juga mengandung resin, amilum (Sihite, 2009)
5. Khasiat
jeringau biasanya digunakan oleh industri bahan pewangi dan produksi minuman
sangat berguna sebagai bahan antibakteri. Ekstrak air dan alkohol rimpang
jeringau dapat menurunkan kadar lipid dalam darah dengan senyawa bioaktif α
dan β asarone, ekstrak tersebut juga memiliki aktivitas sebagai analgesik dan
neuroprotektif.
Minyak jeringau juga dikenal sebagai calamus oil. Selain sebagai obat, minyak
nya juga digunakan sebagai shampo dan sabun karena dapat menghilangkan
makanan, dan industri parfum. Selain itu, tepung rimpang dan minyak atsiri
tanaman ini juga dapat digunakan sebagai insektisida. (Pusat Studi Biofarmaka
LPPM IPB dan Gagas Ulung, 2014). Penelitian yang telah dilakukan oleh Anisah
dkk (2014) telah membuktikan bahwa ekstrak etanol dari rimpang jeringau
aureus yang merupakan salah satu bakteri penyebab jerawat pada konsentrasi
25%. Hal ini membuktikan ada nya aktivitas antibakteri yang ditunjukan oleh
B. Kulit
1. Struktur kulit
kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan
pengikat, otot polos, dan lemak. Diperkirakan luas permukaan kulit ± 18 kaki
kuadrat. Berat kulit tanpa lemak adalah ± 8 pound. Kulit manusia terdiri dari tiga
lapisan yang berbeda yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan berlemak.
(Anief, 1993)
Gambar 2. Kulit
(www.majalah1000guru.net)
Merupakan lapisan luar, dengan tebal 0,16 mm pada pelupuk mata sampai
1) Stratum corneum (lapisan tanduk) terdiri dari lapisan sel mati berkeratin
2) Stratum lucidum (daerah rintangan) merupakan sel gepeng tanpa inti yang
menyusun epidermis
Dermis atau corium tebalnya 3-5 mm, merupakan anyaman serabut kolagen
dan elastin yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat penting dari kulit. Dermis
lemak (sebasea), kelenjar keringat, otot dan serabut syaraf dan korpus pacini.
Menonjol ke epidermis, terdiri dari serabut saraf dan pembuluh darah yang
dan serabut retikulus. Serabut kolagen tugasnya memberikan kekuatan pada kulit
dan serabut elastis tugasnya memberikan kelenturan pada kulit dan memberikan
kekuatan pada alat di sekitar kelenjar dan folikel rambut. Sejalan dengan
penambahan usia, deteriosasi normal pada simpul kolagen dan serat elastik
terdapat serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus
adiposus yang tebalnya tidak sama. Kegunaan dari penikulus adiposus adalah
sebagai pegas bila terjadi tekanan trauma mekanis yang menimpa kulit dan
Dibawah subkutan terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot (Anief,
1993).
2. Fungsi Kulit
a. Fungsi Proteksi
1) Adanya selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga
2) Keasaman (pH) kulit akibat kulit dan lemak kulit (sebum) menahan dan
3) Jaringan kolagen dan jaringan lemak yang berfungsi untuk menahan atau
Kulit anak-anak dan orang tua lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang
dewasa. Kulit orang tua yang menipis diikuti dengan menipisnya epidermis dan
dermis. Sebaliknya, pada kulit anak-anak, tipisnya karena kedua jaringan tersebut
belum tumbuh secara sempurna. Akibat dari tipisnya lapisan kulit tersebut,
c. Fungsi Ekstraksi
sehingga kulit termasuk organ ekskresi. Fungsi ekskresi terjadi karena adanya
kelenjar keringat.
Pada suhu lingkungan yang berubah-ubah, kulit menjaga agar suhu tubuh
tetap stabil. Hal ini dikarenakan kerja kelenjar keringat dan pembuluh darah
C. Jerawat
1. Definisi jerawat
Jerawat atau dalam bahasa kedokteran dikenal dengan nama acne vulgaris
dkk (2007), jerawat adalah radang dermatosis yang parah yang mana terdapat
komedo tertutup maupun terbuka (blackheads and whiteheads) dan lesi yang
2. Penyebab jerawat
a. Adanya sumbatan di pori-pori kulit oleh sebum yang berubah menjadi padat
d. Reaksi radang akibat serbuan sel darah putih ke sekitar kelenjar sebasea
yang sudah mengalami bendungan dan akhirnya pecah. Isi lemak sebum
tumpah ruah ke dalam jaringan kulit janggat atau dermis, dan dianggap
benda asing sehingga memancing serbuan sel darah putih ke tempat tersebut
(Dwikarya, 2003).
15
menginfeksi jerawat yang tidak terawat dan kulit wajah yang dibiarkan kotor.
3. Jenis jerawat
a. Jerawat Juvenil
Jerawat semacam ini muncul saat masa puber. Biasanya menyerang remaja
usia 14-20 tahun. Penyebabnya adalah masalah hormonal yang belum stabil dalam
memproduksi sebum. Kulit wajah dengan jerawat tipe juvenil dapat diatasi
b. Jerawat Vulgaris
Jerawat ini berbentuk komedo yang terdapat banyak pada kulit berminyak.
Perawatan jerawat semacam ini dilakukan dengan penguapan hingga kulit cukup
kenyal dan lembab. Kemudian jerawat dapat diambil dengan sendok una dan
diolesi dengan krim jerawat. Biarkan semalaman lalu dibilas ketika kesokan
harinya.
c. Jerawat Rosacea
Biasanya terjadi pada wanita berusia 30-50 tahun. Kulit yang memiliki
penyakit jerawat tipe ini perlu mendapatkan perawatan medis kedokter. Jerawat
menimbulkan sisik dilipatan hidung. Perawatan kulit yang terkena jerawat tipe ini
16
biasanya dengan penguapan, kompres air panas, atau penyinaran dengan lampu
d. Jerawat Nitrosica
Jerawat jenis ini termasuk dengan yang paling berbahaya karena akan
menimbulkan luka atau bopeng. Tahap yang terjadi sudah termasuk tahap akhir
e. Bila mengandung nanah, lemak, dan cairan-cairan lain berarti jerawat sudah
f. Bila cyst tidak terawat, akan muncul scar/bopeng, karena rusaknya jaringan
kulit sedikit demi sedikit dengan produk yang mengandung asam glikolat
(Basuki, 2003).
17
4. Pengobatan jerawat
Terdapat tiga jenis solusi yang dapat dilakukan dalam mengobati jerawat,
yaitu:
tersebut dapat berupa multivitamin atau antibiotik, baik yang dioleskan ke area
kulit yang menderita jerawat maupun dikonsumsi secara oral dengan dosis
tertentu.
Menurut Prianto (2014), terdapat beberapa zat kimia yang umum digunakan
dalam produk kosmetik maupun obat untuk membantu meredakan jerawat, yaitu:
a) Asam Retinoid
yang dihasilkan oleh zat kimia ini adalah mengatur produksi sel keratin dalam
18
b) Antibiotik (topikal)
antibiotik harus dalam pengawasan dokter spesialis kulit karena banyak sekali
c) Benzoyl Peroxide
keratolitik (melarutkan zat keratin di dalam kulit). Zat ini biasa digunakan sebagai
seperti 2,5%, dan apabila tidak menunjukan reaksi iritasi maka konsentrasi bisa
Fungsi utama asam salisilat dan sulfur adalah keratolitik, selain itu juga
kulit bagian epidermis sel kulit mati. Penggunaan AHA dalam praktik sehari-hari
1) AHA digunakan dalam konsentrasi kecil pada produk obat atau kosmetik
2) AHA digunakan dengan konsentrasi tinggi pada produk obata yang dalam
sebagai chemical peeling, yaitu zat pengelupas total pada permukaan atas
f) Adapalen
Memiliki sistem kerja yang hampir sama dengan asam retinoid sehingga
efek samping nya pada dasarnya serupa. Penggunaan dalam krim biasanya dengan
konsentrasi 0,1% dan digunakan pada malam hari setelah mencuci wajah.
g) Asam Azelaik
krim pemutih kulit. Zat ini sering digunakan dalam kasus peradangan jerawat dan
h) Isotretinoin
folikel
D. Staphylococcus Aureus
1. Deskripsi
seperti anggur, fakultatif anareob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ºC, tetapi membentuk pigmen paling
baik pada suhu kamar (20-25°C). Koloni pada perbenihan pada bewarna abu-abu
pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia (Warsa, 1994). Infeksi
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat
(Warsa, 1994).
2. Pengobatan
lokal dalam pengobatan furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang
cukup berat, diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti
Staphylococcus aureus, seperti Jeringau (Acorus calamus L). Menurut Devi dkk
ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L) pada konsentrasi 25% dengan
10%.
22
E. Krim
1. Definisi krim
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar
(M.Anief, 1987). Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah
sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau
2. Tipe krim
Menurut Collet dan Aulton (1990), perbandingan antara jumlah air dan
minyak dalam sediaan krim akan memperngaruhi tipe krim yang dihasilkan, maka
a. Tipe air dalam minyak (A/M), jika bahan pembawa nya minyak
b. Tipe minyak dalam air (M/A), jika bahan pembawa nya air
Sifat krim yang dihasilkan dari tipe minyak dalam air (M/A) adalah mudah
dicuci, tidak lengket, dan tidak tahan lama pada daerah yang dioleskan. Untuk tipe
krim air dalam minyak (A/M), pemakaian dimaksudkan agar krim dapat bertahan
lama pada kulit, karena krim yang dihasilkan adalah krim yang lengket dan susah
dicuci. Tipe krim yang akan dipilih dalam formula ini adalah tipe minyak dalam
air (M/A) karena krim tipe ini mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga
apabila dioleskan di kulit maka air akan menguap dan memberi rasa dingin.
23
3. Formulasi Krim
a. Zat aktif
Zat aktif merupakan bahan atau zat yang mempunyai efek tertentu dan
b. Bahan pengemulsi
tidak berasa, dan tidak berbau, tidak toksik dan tidak mengiritasi, serta
membentuk sistem emulsi yang baik pada konsentrasi rendah (Collet dan Aulton,
1990). Umumnya zat pengemulsi berupa surfaktan anionik, kationik, atau non-
Pemilihan surfaktan didasarkan pada jenis dan sifat krim yang diinginkan.
Untuk tipe krim minyak dalam air (M/A), surfaktan yang digunakan biasanya
Sedangkan untuk tipe air dalam minyak (A/M) digunakan lanolin, setil alkohol,
c. Bahan pembawa
Bahan pembawa krim terdiri dari air dan minyak. Banyaknya penggunaan
keduanya tergantung tipe krim yang ingin dibuat (Idson dsn Lazarus, 1994).
d. Bahan pelembut
Stearil alkohol, setil alkohol, paraffin dan isopropil miristat biasa digunakan
24
sebagai pelembut (emolien) dan juga sebagai pembantu emulsi (Idson dan
Lazarus, 1994)
e. Bahan pengawet
kerusakan oleh bakteri. Kriteria umum bahan pengawet adalah toksisitas rendah,
yang merupakan kontaminan umum (Collet dan Aulton, 1990). Zat pengawet
yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12%-0,18% dan propil
paraben.
f. Bahan pelembab
pembentukan kerak bila krim dikemas dalam botol dan juga memperbaiki
konsistensi dan mutu terhapusnya krim jika digunakan pada kulit. Pelembab yang
g. Bahan antioksidan
iritasi, potensi, tercampurkan bau, perubahan warna dan kestabilan (Idson dan
Contoh antioksidan yang sering digunakan dalam sediaan farmasi antara lain α-
a. Fase minyak dilelehkan diatas waterbath, bagian yang larut air dicampur
dengan air panas kemudian kedua bagian tersebut digerus dalam lumpang
b. Fase minyak dan fase air dipanaskan perlahan sampai membentuk suatu
larutan sabun, kemudian gerus dalam lumpang panas sampai terbentuk krim.
Cara tersebut dilakukan dalam pembuatan krim dengan kadar fase minyak
yang tinggi
c. Bahan yang larut air ditambahkan 30% dan bahan fase minyak dilelehkan
bersama, kemudian tambahkan air panas dengan jumlah yang sama, gerus
terakhir fase air. Cara ini digunakan dalam pembuatan krim dengan minyak
Arlacel 60 1,5%
Tween 60 3,5%
Sorbitol 20%
Water 53%
Triethanolamin 0,67%
Vitamin E 0,56%
Pewangi q.s
27
Stabilitas fisik krim dapat rusak terutama pada sistem campurannya yang
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pecampuran dua
tipe krim jika zat pengemulsi nya tidak tersatukan (Farmakope Indonesia ed III,
1979). Kualitas, sifat reologi, dan stabilitas krim dipengaruhi oleh beberapa
luar dan fase dalam pada pembentukan emulsi. Perubahan suhu dan penambahan
komposisi salah satu fase secara berlebihan akan membuat krim menjadi rusak
(Idson dan Lazzarus, 1994). Sistem emulsi yang tidak stabil ditandai dengan
berpisahnya kedua fase (creaming), pecahnya emulsi, serta inversi fase. Hal ini
atau dingin dan kerja dari mikroba). Krim yang tidak stabil juga dapat dilihat dari
mempunyai daya tahan yang singkat kecuali diyakini bebas dari mikroorganisme.
Krim yang mengandung air sebaiknya cepat digunakan dan tidak digunakan lebih
dari 2 minggu setelah dibuka. Maka dari itu kemasan produk yang asli harus
mempunyai tanggal kadularsa dan asumsi penyimpanan yang cepat (Collent dan
Aulton, 1990).
28
F. Ekstraksi
1. Definisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut dengan
pelarut air atau cairan penyari. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif atau simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang
2. Fase ekstraksi
Menurut voight (1995), proses ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua fase:
a. Fase pembilasan
Pada saat cairan ekstraksi kontak dengan material simplisisa maka sel-sel
yang rusak atau tidak utuh lagi akibat penghalusan langsung bersentuhan dnegan
bahan pelarut. Dengan demikian komponen sel yang terdapat di dalamnya lebih
mudah diambil atau dibilas. Oleh karena itu, dalam fase pertama ekstraksi ini,
sebagian bahan aktif telah berpindah ke dalam bahan pelarut. Semakin halus
b. Fase ekstraksi
Pada fase ini, bahan pelarut harus mampu mendesak masuk kedalam sel
untuk mendesak komponen dalam sel keluar. Membran sel yang mengering,
memungkinkan pelarut masuk ke bagian dalam sel. Hal ini terjadi melalui
29
3. Jenis-jenis ekstraksi
a. Maserasi
dari cahaya dan dikocok kembali. Lama waktu maserasi sesuai Farmakope
pengocokan yang beulang-ulang. Setelah itu diproses dengan kain peras dan
sisanya diperas habis. Lalu cairan maserasi dari cairan yang diperoleh melalui
perasan disatukan, atur sampai mencapai jumlah yang diinginkan. Hasil maserasi
b. Perkolasi
dibasahi dengan cairan penyari yang cocok lalu di maserasi. Pindahkan sedikit
demi sedikit ke perkolator tiap kali ditekan dengan hati-hati dan di bagian atas
30
simplisia terdapat selapis cairan penyari. Tutup perkolator dan biarkan selama 24
jam, biarkan cairan penyari menetes dengan kecepatan 1ml/menit dan tambahkan
cairan penyari selama berulang-ulang secukupnya agar selalu ada selapis cairan
meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disaring atau diuapkan pada suhu dan
c. Sokletasi
(kertas,karton dll) di dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu
penyulingan dengan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu
melalui sebuah pipa sifon. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang akan menguap
dan mencapai ke dalam dinding pendingin aliran balik melalui pipet lalu
turun menyari simplisia dalam wadah gelas. Setelah mencapai tinggi maksimal,
secara otomatis cairan kembali lagi ke labu melalui pipa sifon. Dengan demikian
zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinyu dari bahan pelarut
murni.
31
4. Pembagian ekstrak
Sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang. Akan
Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan
airnya berjumlah sampai 30%. Sediaan obat ini juga pada umumnya tidak sesuai
secara kimia)
produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedeemikian rupa
sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair. (voight, 1995)
32
larutan penyari etanol. Hasil maserasi berupa ekstrak cair didestilasi vakum
akan digunakan dalam formula adalah 6,84%. Ekstrak kental rimpang jeringau
2. Asam stearat
Pada sediaan farmasi topikal, asam stearat berfungsi sebagai pengemulsi bersama
TEA. Konsentrasi asam stearat yang digunakan dalam krim berkisar 1-20%
Mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut
dalam ethanol, heksan, dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air (Wade dan
Waller, 1994).
3. Triethanolamin
berbau amonia dan memiliki pH 10,5 Larut dalam etanol 95%, metanol, dan air.
33
Umumnya bebas dari efek iritasi pada kulit. Konsentrasi yang digunakan 2-4%
dari banyaknya asam lemak. Tidak dapat bereaksi dengan senyawa golongan amin
dkk., 2009).
4. Setil alkohol
Setil alkohol berbentuk seperti lilin, bewarna putih keras, sedikit berbau,
dan lunak. Berfungsi sebagai emollient atau pembentuk emulsi dalam krim dan
tekstur, dan menjaga konsistensi. Pada tipe krim minyak dalam air (M/A) , setil
yang larut dalam air. Sebagai pengemulsi, konsentrasi setil alkohol yang umum
digunakan adalah 2-5% (Wade dan Waller, 1994). Setil alkohol tidak larut dalam
air, larut dalam etanol, dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu,
pH stabil setil alkohol 6-6,5. Semakin besar konsentrasi setil alkohol yang
digunakan, maka akan terbentuk emulsi yang semakin tebal dan padat yang
5. Isopropil miristat
Merupakan cairan tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa. Isopropil
miristat biasanya tidak bercampur dengan zat yang beroksidasi kuat, digunakan
sebagai pelembut dalam sediaan krim dengan konsentrasi yang digunakan 1-10%.
34
Larut dalam aseton, kloroform, ethanol, etil asetat, lemak, alkohol lemak. Praktis
tidak larut dalam gliserin, propilenglikol, dan air (Wade dan Weller, 1994).
6. Metil paraben
Merupakan kristal putih dan tidak berbau. Larut dalam etanol, gliserin, air.
Digunakan sebagai antimikroba dalam sediaan topikal dan pada konsentrasi 0,02-
0,3% (M.Anief, 1997). Dalam sediaan krim, metil paraben dapat dikombinasikan
dengan propil paraben dengan konsentrasi 0,18% untuk metil paraben dan 0,02%
7. Paraffin liquidum
berbau dan hampir tidak memiliki rasa. Paraffin cair biasa digunakan sebagai
pelembut dalam sediaan krim. Paraffin cair tidak dapat bereaksi dengan kelompok
8. Oleum rosae
Oleum rosae merupakan minyak yang disuling dari tumbuhan mawar (Rossa
sinensis). Minyak mawar biasa digunakan sebagai corigen odoris atau pewangi
H. Rangkuman Preformulasi
Fase minyak terdiri dari asam stearat sebagai pembentuk massa, paraffin
cair sebagai pelembut, isopropil miristat sebagai pelembut, setil alkohol sebagai
basis krim, dan propil paraben sebagai pengawet. Fase air terdiri dari
aquadest yang dilebur bersama. Fase minyak dan fase air masing-masing dilebur
pada suhu 70°-80°C, kemudian dicampurkan dengan cara fase cair dimasukan
sedikit demi sedikit kedalam fase minyak pada suhu yang dipertahankan dan
digerus homogen. Setelah fase air dan fase minyak dicampur kemudian
Zat aktif yang digunakan dalam formulasi krim ini adalah ekstrak etanol
jerawat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan formula Abbasi dkk (2010)
0,67%, dan 0,77%. Variasi tersebut didasarkan pada ketentuan jumlah TEA yang
digunakan adalah 2-4% dari jumlah asam lemak. Pada formula ini, asam lemak
yaitu asam stearat dalam ketiga formula digunakan dalam jumlah yang tetap yaitu
22,2% (44,4 gram tiap formula). Dengan adanya varisi ini, diharapkan ekstrak
36
dapat tetap stabil dalam formula sehingga didapatkan formula krim yang baik dan
memenuhi syarat.
37
I. Kerangka Teori
Flavonoid Saponin
Alkaloid Jerawat
Pertumbuhan
bakteri terhambat mereda
Isopropil Miristat
Aquadest
(Pelembut) Oleum Rosae
Propil Paraben (Pewangi)
Setil Alkohol
J. Hipotesis
memenuhi syarat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Poltekkes Kemenkes Palembang dengan membuat tiga jenis formula krim yang
C. Objek Penelitian
didapat dari ekstraksi dengan metode maserasi pada rimpang jeringau yang segar
dan tidak busuk dengan panjang diameter ±0,8-2 cm sebanyak 4 kg yang dipilih
39
40
Prosedur kerja :
timbang sebanyak 700 gr, lalu masukan kedalam botol maserasi yang
bewarna gelap.
c. Siram dengan etanol yang telah di destilasi sampai semua sampel terendam
d. Tutup botol dan biarkan selama 5 hari ditempat yang gelap atau terlindung
dari cahaya, lakukan pengocokan botol tiga kali dalam sehari. Proses
bening.
f.` Ekstrak cair yang di dapat lalu di pekatkan menggunakan metode destilasi
vakum pada tekanan yang rendah sehingga akan didapatkan ekstrak yang
Tipe krim yang digunakan yaitu tipe krim minyak dalam air (M/A). Tipe
krim yang akan diformulasikan adalah tipe M/A di ambil dari formula III
41
Konsentrasi trietanolamin yang divariasi kan disetiap formula yaitu 2,5%, 3%,
dan 3,5% dari jumlah asam stearat dalam formula. Hal ini bedasarkan ketentuan
penggunaan TEA dalam krim yaitu 2-4% dari jumlah asam lemak (Wade and
Weller, 1994). Sehingga konsentrasi penggunaan TEA dalam penelitian ini adalah
0,55% untuk Formula I, 0,67% untuk Formula II, dan 0,77% untuk Formula III.
Zat aktif berupa ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L) yang
Tabel 1. Rencana formula krim ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus
L):
Jumlah yang digunakan dalam
F. I F. II F. III
Ekstrak etanol
(Acorus calamus L)
1) Bahan yang merupakan fase minyak yaitu asam stearat, paraffin cair,
2) Lebur fase air yaitu trietanolamin, metil paraben, dan aquadest dilebur pada
3) Campur massa 1 dan massa 2 sedikit demi sedikit, kemudian gerus hingga
Asam Stearat
Paraffin Cair
Peleburan 70°-80°C
Fase Minyak
Isopropil Miristat
Setil Alkohol
Triethanolamin
Fase Cair Metil Paraben Peleburan 70°-80°C
Aquadest
Ekstrak kental
Oleum Rosae
Rimpang Jeringau
pemisahan fase, bau, warna, dan iritasi setelah dilakukan penyimpanan selama 28
hari yaitu 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari. Pengamatan yang dilakukan
a. pH
mengendap, ukur airnya dengan pH meter. pH krim yang baik adalah pH yang
b. Homogenitas
bawah). Tiap sampel letakkan pada kaca objek, kemudian tutup dengan deek gelas
dan difikasi. Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100X, amati partikel-
partikel krim yang dilihat. Homogenitas krim yang baik adalah tidak terdapatnya
c. Viskositas
dipasang pada alat kemudian dicelupkan kedalam krim yang telah diletakkan
dalam beaker glass. Viskositas krim yang baik berkisar 2000-50000 cp.
44
d. Pemisahan fase
fisik krim dan diuji menggunakan alat sentrifugasi. Terjadinya pemisahan fase
Pengamatan bau dan warna krim dilakukan setelah krim melalui masa
f. Aseptabilitas
diberikan kuisioner apakah terdapat rasa tidak nyaman (iritasi) yang ditimbulkan
alkohol, isopropil miristat, metil paraben, propil paraben, paraffin caair, oleum
rosae, aquadestilata.
mixer, timbangan gram halus, anak timbangan gram halus, mortir, stamper,
pengaduk kaca, timbangan analitik, penjepit kayu, sudip, kertas saring, perkamen,
45
Brookfield
F. Variabel
G. Definisi Operasional
1. pH
(Acorus calamus L)
2. Homogenitas
homogen.
3. Pemisahan fase
(Acoruscalamus L)
4. Viskositas
5. Bau
6. Warna
calamus L)
7. Aseptabilitas
atau tidak.
8. Kestabilan fisik
.
49
H. Kerangka Operasional
Rimpang Jeringau
(Acorus calamus L)
berkhasiat yang dapat digunakan dalam pengobatan jerawat. Bahan ini dapat
dibuat menjadi sediaan krim anti jerawat. Formulasi sediaan krim sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar pengemulsi, bahan pembawa, pH,
terhadap pH, viskositas, warna, bau, homogenitas, dan uji pemisahan fase.
pengukuran terhadaphasil dari sediaan krim selama 28 hari. Analisis data yang
Palembang.
rata dari data yang diperoleh, sedangkan perhitungan bau dan warna dianalisis
A. Hasil
jeringau (Acorus calamus L) sebanyak 4kg. Pada bulan april rimpang jeringau
menggunakan pelarut etanol 96% yang telah didestilasi. Hasil maserasi disaring
sebesar 15,46%, berbeda dengan hasil rendemen yang didapatkan oleh Sa’roni,
Adjirni, dan Pudjiastuti (2002) yakni sebesar 20%. Hal ini dapat disebabkan oleh
rendemen akan semakin besar. Ekstrak dari rimpang jeringau (Acorus calamus L)
51
52
disetiap formulanya yaitu 0,55%, 0,67%, dan 0,77%. Hal ini bedasarkan ketentuan
penggunaan TEA dalam krim yaitu 2-4% dari jumlah asam lemak (Wade and
Weller, 1994) maka trietanolamin yang divariasi kan disetiap formula yaitu 2,5%,
3%, dan 3,5% dari jumlah asam stearat dalam formula. Kemudian dilakukan uji
viskositas, pH, homogenitas, pemisahan fase, warna, bau, dan aseptabilitas. Hasil
pengamatan uji kestabilan fisik pada krim yang mengandung ekstrak etabol
rimpang jeringau (Acorus calamus L) dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 2. Hasil Uji Viskositas Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus
calamus L) selama penyimpanan 28 hari
Kestabilan Fisik
0 7 14 21 28
Keterangan tabel:
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat (2000-50000 cp)
53
50000
40000
30000
20000
10000
Formula 1
0 Formula 2
Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 Formula 3
Tabel 3. Hasil Uji pH Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus calamus L)
selama penyimpanan 28 hari
Kestabilan Fisik Krim
0 7 14 21 28
Keterangan tabel:
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat (pH 4,5-6,5)
54
5.8
5.6
5.4
5.2
5
4.8
4.6
4.4 Formula 1
4.2 Formula 2
Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 Formula 3
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau (Acorus
calamus L) selama penyimpanan 28 hari
Kestabilan Fisik
0 7 14 21 28
Formula 1 H H H H H
Formula 2 H H H H H
Formula 3 H H H H H
Keterangan tabel:
Formula 1, Formula 2, dan Formula 3 tetap homogen selama masa penyimpanan
28 hari. Pengujian menggunakan sekeping kaca objek dan mikroskop
55
Tabel 5. Hasil Uji Pemisahan Fase Krim Ekstrak Etanol Rimpang Jeringau
(Acorus calamus L) selama penyimpanan 28 hari
Kestabilan Fisik
0 7 14 21 28
Formula 1 TM TM TM TM M
Formula 2 TM TM TM TM TM
Formula 3 TM TM TM TM TM
Keterangan Tabel:
TM: Tidak Memisah
M : Memisah
Tabel 6. Hasil Pengamatan Perubahan Bau Dari Krim Ekstrak Etanol Rimpang
Jeringau (Acorus calamus L) selama penyimpanan 28 hari oleh 30
responden
Formula I - 30
Formula II 5 25
Formula III 1 29
56
Tabel 7. Pengolahan data hasil kuisioner mengenai perubahan bau pada ketiga
Formula I - 100%
Persen frekuensi responden yang menyatakan terjadi perubahan bau pada Formula
II sebesar 16,67% dan pada Formula III sebesar 3,33% sehingga disimpulkan
tidak terjadi perubahan fisik berupa bau pada Formula II dan Formula III karena
frekuensi yang menyatakan terjadi perubahan bau kurang dari 50% atau kurang
Tabel 8. Hasil Pengamatan Perubahan Warna Dari Krim Ekstrak Etanol Rimpang
Jeringau (Acorus calamus L) selama penyimpanan 28 hari oleh 30
responden
Perubahan Warna Krim
Krim
Berubah Tidak Berubah
Formula I 10 20
Formula II 8 22
Formula III 7 23
57
Tabel 9. Pengolahan data hasil kuisioner mengenai perubahan warna pada ketiga
Formula I sebesar 33,33%, Formula II sebesar 26,67% dan pada Formula III
sebesar 23,33% sehingga disimpulkan tidak terjadi perubahan fisik berupa warna
pada ketiga formula karena frekuensi yang menyatakan terjadi perubahan warna
Tabel 10. Hasil Pengamatan Terjadi Iritasi Kulit Dari Krim Ekstrak Etanol
Rimpang Jeringau (Acorus calamus L) selama penyimpanan 28 hari
oleh 30 responden
Iritasi Kulit
Krim
Iritasi Tidak Iritasi
Formula I - 30
Formula II - 30
Formula III - 30
58
Dari hasil pengamatan kestabilan fisik krim ekstrak etanol rimpang jeringau
homogenitas, pemisahan fase, bau, warna, dan iritasi kulit, maka didapat
rekapitulasi dari ketiga formula yang dibuat untuk melihat apakah semua sediaan
telah memenuhi persyaratan kestabilan fisik atau tidak. Hasil rekapitulasi tersebut
Tabel 11. Rekapitulasi hasil uji kestabilan fisik krim ekstrak etanol rimpang
Formula Pemisahan
Viskositas pH Homogenitas Bau Warna Iritasi MS TMS
Fase
I TMS MS MS TMS MS MS MS 5 2
II MS MS MS MS MS MS MS 7 -
III MS MS MS MS MS MS MS 7 -
Keterangan tabel:
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan dari uji kestabilan fisik krim yang mengandung
homogenitas, pemisahan fase, bau, warna, dan iritasi kulit selama penyimpanan
1. Rendemen Ekstrak
jeringau adalah 700gr yang kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 96% yang
telah didestilasi. Hasil maserasi kemudian diproses dengan destilasi vakum, lalu
didapatkan ekstrak sebanyak 108,27 gr. Dengan begitu rendemen yang didapatkan
dari ekstrak etanol rimpang jeringau adalah sebesar 15,46%. Berbeda dengan
oleh Sa’roni, Adjirni, dan Pudjiastuti (2002) dalam penelitiannya yaitu sebesar
simplisia yang akan di maserasi, semakin kering simplisisa yang akan dimaserasi
maka semakin tinggi nilai rendemen yang didapatkan. Selain itu perbedaan hasil
rendemen juga dapat disebabkan oleh perlakuan saat proses maserasi. Menurut
Ansel (1989), maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana dimana bahan
simplisia dipotong halus, dan semakin halus simplisia maka nilai rendemen akan
semakin besar. Selain itu, apabila dilakukan pengocokan yang sering dan waktu
yang lama maka zat aktif yang tersari akan semakin banyak. Dalam penelitian ini
disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya matahari. Setelah itu disaring
Namun dalam penelitian ini ekstrak yang didapat tidak begitu kental sehingga
sendirinya.
60
2. Kestabilan Fisik
a) Viskositas
tertinggi didapat dari Formula I hari ke-21. Dari data yang diperoleh bahwa
cenderung terjadi penurunan viskositas pada Formula II dan Formula III selama
masa penyimpanan 28 hari, namun masih memenuhi syarat DSN (2006) yaitu
viskositas krim yang baik berkisar 2000-50000 cp. Sedangkan untuk Formula I
yaitu pada hari ke-21 terjadi kenaikan viskositas krim yang paling besar yaitu
52360, hal ini menunjukan bahwa viskositas yang dimiliki oleh krim formula I
Formula II 0,67%, dan Formula III 0,77%. Dapat dilihat bahwa semakin besar
konsentrasi TEA yang digunakan, maka semakin besar viskositas krim yang
dihasilkan. Hal ini terlihat pada hasil viskositas Formula I hingga Formula III.
penurunan viskositas. Menurut Rowe dkk (2003), adanya setil alkohol dalam
menyerap air dan uap air selama penyimpanan. Hal ini yang menyebabkan
b) pH
hari, dapat dilihat pada tabel.3 rentang pH dari krim ekstrak etanol rimpang
disetiap formulanya serta pengaruh dari ekstrak etanol rimpang jeringau yang
memiliki pH asam yakni 4,94. Menurut Rowe dkk (2009), penggunaan TEA dan
asam stearat umumnya 1:2,2 atau 2-5% dari jumlah asam stearat. TEA dan Asam
dalam proses pengujian seperti ketidaktelitian penulis dan juga kesalahan internal
pH krim yang tidak konstan. Faktor suhu saat penyimpanan juga dapat
masuk kedalam rentang pH krim yang baik untuk kulit yaitu 4,5-6,5 sehingga
dapat dikatakan krim ekstrak etanol rimpang jeringau baik Formula I, Formula II,
c) Homogenitas
dari krim ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L) selama 28 hari
setipis mungkin pada objek glass dan diamati menggunakan mikroskop dengan
62
pembesaran 100 kali. Hasil yang didapat bahwa tidak terjadi penggumpalan
partikel krim, yang berarti distribusi partikel nya merata. Penambahan ekstrak
baik. Menurut Idson (1994) sediaan krim yang stabil menunjukan homogenitas
yang baik selama masa penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa krim yang
menunjukan bahwa ketiga formula dari krim ekstrak etanol rimpang jeringau
d) Pemisahan Fase
yang terjadi tiap jam selama 5 jam, Formula I dan Formula II tidak menunjukan
pemisahan fase (TM: Tidak Memisah), sedangkan Formula I pada awalnya tidak
menunjukan pemisahan namun terjadi pemisahan fase pada hari ke-28 jam kedua
(M: Memisah). Namun tidak terjadi pemisahan fase minyak dan fase cair secara
yang cukup jauh di Formula I hari ke-28. Hal ini diindikasi sebagai penyebab
pemisahan fase yang terjadi pada Formula I. Kecepatan pengadukan yang sesuai
63
selama proses homogenisasi krim juga berperan dalam terjadi atau tidaknya
berguna untuk meramalkan waktu simpan dari suatu sediaan. Hukum Stokes
Sentrifugasi pada 3750 rpm dalam radius sentrifugasi 10 cm untuk waktu 5 jam
setara dengan efek gravitasi untuk kira satu tahun. Ditinjau pada tabel 4 bahwa
ketiga formula krim tetap homogen ketika dilihat dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100 kali namun pada hari ke-28 Formula I memisah pada jam kedua
ketika diuji menggunakan sentrifuse. Hal ini menunjukan bahwa formula I krim
ekstrak etanol rimpang jeringau tidak stabil untuk dijadikan sebagai formula krim
dalam jangka waktu yang lama. Perlakuan dalam pengujian homogenitas krim
yang menggunakan mikroskop hanya dengan perbesaran 100 kali juga diindikasi
sebagai alasan penulis tidak melihat adanya tanda pendistribusian partikel yang
tidak merata sebelum krim akhirnya memisah ketika diuji menggunakan alat
sentrifugasi.
Pengujian bau, warna, dan iritasi kulit dari krim ekstrak rimpang jeringau
responden. Data hasil kuisioner tersebut menunjukan bahwa pada tabel.6 dan
tabel.7 perubahan bau krim yang mengandung ekstrak rimpang jeringau (Acorus
64
bau pada Formula II dan 3,33% responden yang menyatakan terjadi perubahan
bau pada Formula III sedangkan semua responden menyatakan tidak terjadi
fisik krim berupa perubahan bau pada ketiga formula kurang dari 50% atau
kurang dari setengah responden. Maka disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan
fisik pada krim yang mengandung ekstrak rimpang jeringau (Acorus calamus L)
berupa bau pada ketiga formula sehingga bau pada ketiga formula dianggap
Pada tabel.8 dan tabel.9 mengenai perubahan warna dari krim yang
26,67% responden yang menyatakan terjadi perubahan warna pada Formula II,
lalu 23,33% responden yang menyatakan terjadi perubahan warna pada Formula
III. Seperti hal nya dengan perubahan bau pada ketiga formula, frekuensi
responden yang menyatakan terjadi perubahan warna pada ketiga formula kurang
dari 50% atau kurang dari setengah jumlah responden. Maka disimpulkan bahwa
tidak terjadi perubahan fisik berupa warna pada krim yang mengandung ekstrak
rimpang jeringau (Acorus calamus L), sehingga ketiga krim dianggap memenuhi
persyaratan karena tidak terjadi perubahan warna yang berarti pada Formula I, II,
dan III.
65
Pada tabel.10 mengenai uji iritasi krim yang mengandung ekstrak rimpang
jeringau (Acorus calamus L), 100% responden menyatakan tidak terjadi gejala
iritasi saat mengoleskan ketiga formula krim yang mengandung ekstrak rimpang
seperti pada perubahan bau dan warna. Hal ini menunjukan bahwa bahan-bahan
yang terdapat dalam formula tidak menyebabkan iritasi kulit dan kondisi sediaan
Dari hasil pengujian kestabilan fisik krim yang meliputi viskositas, pH,
homogenitas, pemisahan fase, bau, warna dan iritasi kulit dapat disimpulkan
bahwa ekstrak rimpang jeringau (Acorus calamus L) dapat dibuat menjadi sediaan
krim yang baik dan stabil kecuali pada Formula I. Pada Formula I terjadi kenaikan
viskositas yang melebihi rentang viskositas krim yang baik yaitu 2000-50000 cp,
hal ini berkaitan dengan terjadi nya pemisahan fase pada Formula I hari ke-28
pada jam kedua, karena penurunan viskositas menyebabkan pemisahan fase pada
krim. Adanya setil alkohol juga mempengaruhi viskositas krim karena sifat setil
alkohol yang menyerap air dan uap air selama masa penyimpanan sehingga dapat
menurunkan viskositas krim. Dari Formula I hingga Formula III terjadi kenaikan
II, dan Formula III. Semakin banyak emulgator maka semakin besar viskositas
yang dihasilkan
Dalam hal pH, ketiga formula memiliki nilai pH yang baik dan memenuhi
persyaratan walaupun terjadi kenaikan dan penurunan yang tidak konstan namun
66
Dari segi perubahan bau dan warna yang dilakukan dengan kuisioner
perubahan kurang dari 50% maka ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi
perubahan bau dan warna yang berarti pada ketiga formula. Kekurangan dari
penelitian ini juga terdapat pada hasil pengukuran dan pengujian yang tidak linear,
hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang pada saat digunakan tidak baku atau
A. Kesimpulan
mengandung ekstrak etanol rimpang jeringau (Acorus calamus L.) dan telah
1. Ekstrak etanol rimpang jeringau Acorus calamus L.) dapat dijadikan sediaan
krim yang stabil secara fisik pada Formula II dan Formula III, sedangkan
67
68
pada Formula II dan Formula III, sedangkan pemisahan fase terjadi pada
Formula I.
B. Saran
2. Perlu ditambah zat pewangi yang dapat menutupi aroma khas dari rimpang
jeringau (Acorus calamus L.) yang kurang enak (contoh: minyak Akar
Basuki, K.S. 2003. Tampil Cantik Dengan Perawatan Sendiri. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
69
70
Draelos Z.A., Thaman L.A. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Products.
(281:284)
Harmanto, N. 2006. Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta (17:31)
Idson, B., dan Jack L. 1994. Semi Solid. Dalam: Lachman,L., H.A. Lieberman,dan
J.L. Kanig (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan
Oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, (halaman
1091:1145)
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa :
Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
King, R.E. 1984. Dispensing of Medication (9th Edition). In: Professor of Industry
Pharmacy (Editor). Philadelpia Collage of Pharmacy and Science, Made
Publishing Company, Philadelpia, USA
Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dan Gagas Ulung. 2014. Sehat Alami Dengan
Herbal 250 Tanaman Herbal Berkhasiat Obat +60 Resep Menu
Kesehatan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Reiger, M.M. 1994. Emulsi. Dalam: Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L Kanig
(Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan Oleh: Siti
Suyatmi. Universitas Indinesia, Jakarta, Indonesia, (halaman 1091:1145)
71
Saman S.I., Bialangi N., Wenny J.A., Musa. 2012. Isolasi dan Karakterisasi
Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Rimpang Jeringau. Universitas Negeri Gorontalo
Sihite, D.T. 2009. Karakteristik Minyak Atsiri Jeringau (Acorus calamus L).
Skripsi S1
Tasoula E., Chalikias J., Danopoulou I., Rigopoulos D., Gregoriou S., Lazarou D.,
Katsambas A. 2012. The Impact of Acne Vulgaris on Quality of Life and
Psychic Health in Young Adolescents in Greece. Results of A Population
Survey. Anais Bras Dermatol, 87(6):862-869
Tjekyan, R.M.S, 2008. Kejadian dan Faktor Risiko Akne Vulgaris. Dalam : Media
Medika Indonesia Volume 43 (halaman 37:43). Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang dan IDI Jawa Tengah, Indonesia
Wade, A., dan Weller P,J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients (2th
Edition). American Pharmaceutiucal Press, Washington. (hal: 99-103, 243,
328, 494-497, 538-539)
Wilkinson,J.B., and R.J Moore. 1982. Harry’s Cosmeticology. 7th Ed. George
Godwin. London
: = 1,36 = 3,42
Konsentrasi kloramfenikol yang biasa digunakan dalam sediaan topikal: 2%
3,42 × 2% = 6,84 % ekstrak etanol rimpang jeringau yang digunakan dalam
tiap formula
= × 100% = 15,46%
Rendemen ekstrak jeringau yang didapat Sa’roni, Adjirni, dan Pudjiastuti (2002)
sebesar 20%
72
73
Formula II
Hari ke Viskositas (cp) Rata-rata
0 43000 42987 42709 42898
7 43819 42673 42999 42953
14 39522 40037 39778 39779
21 39645 39657 39807 39703
28 38046 38688 37024 37919
74
Formula III
Hari ke Viskositas (cp) Rata-rata
0 49010 48589 49001 48866
7 50117 46855 47314 48035
14 45071 44256 44779 45071
21 44958 44678 44532 44722
28 43132 43567 43009 43236
Lampiran 4. Perhitungan nilai tanggapan bau dan warna dari Krim Ekstrak
Etanol Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.)
A. Tabel perhitungan nilai tanggapan bau
Perubahan Bau Krim
Krim
Berubah Tidak Berubah
Formula I - 30
Formula II 5 25
Formula III 1 29
Tanggapan berubah
Formula II : ×100% = 16,67%
Formula III : ×100% = 3,33%
Kurang dari 50% maka dinyatakan tidak berubah
Formula I 10 20
Formula II 8 22
Formula III 7 23
75
Tanggapan berubah:
Formula I : ×100% = 33,33%
Lampiran Kuisioner