OLEH :
Yang pertama dan paling utama Allah SWT yang mana berkat
rahmat dan karunia-Nya saya mampu menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Yang tercinta dan tersayang Bapak, Ibu, Adik & Keluargaku terima
kasih atas segala do’a, kasih sayang, perjuangan yang selalu
memberikan semangat untukku sampai saat ini.
Pembimbing KTI ku ibu Dra. Sarmalina Simamora Apt., M.Kes
yang sudah sabar membimbing saya selama proses penyusunan KTI
ini. Terima kasih ibu atas segala perhatian, kesabaran, arahan, dan
ilmu yang ibu berikan selama ini.
Pembimbing Akademikku Miss Mona Rahmi Rulianti, M.Farm,
Apt, terima kasih atas segala ilmu, motivasi dan kesabaran selama
saya kuliah disini.
Ketua Jurusan Farmasi Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes atas segala
ilmu, motivasi, dan kesabaran selama saya kuliah di sini.
Teman-teman seperjuangan Reguler III B, terima kasih sudah
menjadi bagian dalam hidupku untuk berjuang selama 3 tahun ini.
Sahabatku MASAKI yang paling berisik, paling ribet, terima kasih
atas segala segalanya.
Teman-teman Ladangsquadku yang sangat susah dikumpulkan full
team, terima kasih atas segala kebersamaan yang telah kita habiskan
bersama.
KAMU yang selalu mendo’akan & memberikan semangat dari
kejauhan, terima kasih untuk selama ini!
Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terima
kasih banyak atas do’a & dukungan kalian. Kalian luar biasa!
Almamaterku Poltekkes Kemenkes Palembang
BIODATA
Panggilan : Anggi
Agama : Islam
a. Ayah : Aswari
Jumlah Saudara :1
Anak ke :1
No.Hp : 0853-6608-9208
Email : anggiirma88@gmail.com
Latar Belakang : Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin.
Sekitar 80-85% asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya
berasal dari makanan. Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar
berasal dari metabolisme nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic
acid (IMP), dan adenic acid (AMP). Kadar rata-rata asam urat dalam darah dan
serum tergantung usia dan jenis kelamin. Untuk laki-laki ambang normalnya 7,0
mg/dl dan perempuan 5,7 mg/dl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Gambaran kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan
tepat dan tidak tepat.
Metode : Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
Longitudinal Research, yaitu salah satu jenis peneltian sosial yang
membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu.
Pengumpulan data dimulai dengan pembagian kuesioner dan pengecekan kadar
asam urat. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan uji statistik Paired
Sample T-Test dan Independent Sample T-Test.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dengan 24 responden penderita asam urat di
RS Pusri palembang, terdapat 16 responden yang sudah tepat dalam penggunaan
allopurinol dan 8 responden masih belum tepat dalam penggunaan allopurinol.
Hasil uji statistik 0,000, jadi Ho ditolak, artinya Ada perbedaan antara kadar asam
urat pada pasien yang menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di
Rumah Sakit Pusri Palembang.
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat pada pasien
yang menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit Pusri
Palembang.
Kata Kunci : Asam urat, Allopurinol, Perilaku, Kadar
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT.
Karena telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Gambaran Kadar Asam Urat Pada Pasien yang Menggunakan Allopurinol
dengan Tepat dan Tidak Tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
BIODATA
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................... 43
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Sekitar 80-
85% asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari
makanan. Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari
metabolisme nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP),
hypoxanthine dan guanin menjadi xanthin yang dikatalis oleh enzim xanthin
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan
jenis kelamin (Misnadiarly, 2007). Kadar asam urat lebih besar dari 7,0 mg/dL
dikatakan tidak normal dan berkaitan dengan peningkatan risiko timbulnya gout.
Sekitar dua pertiga asam urat yang diproduksi setiap harinya akan diekskresikan
melalui urin. Pada saat asam urat akan dieliminasi melalui saluran cerna, asam
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Untuk laki-
laki ambang normalnya dalam darah adalah 7,0 mg/dl dan perempuan 5,7 mg/dl
(Soeroso, 2011). Tingginya kadar asam urat serum atau hiperurisemia bisa
1
2
menimbulkan berbagai macam penyakit seperti peradangan sendi akut atau kronik
berulang yang disebut rematik gout atau arthritis gout, timbulnya tofi (benjolan)
terganggunya fungsi ginjal yang disebut nefropati gout dan terbentuknya batu
asam urat di ginjal atau kandung kemih (Dalimartha, 2014). Kadar asam urat yang
tinggi merupakan penanda awal gout meskipun untuk mencapai manifestasi gout
diperlukan waktu yang cukup lama. Hiperurisemia belum tentu mengalami gout,
tetapi gout sudah pasti ditandai dengan gejala hiperurisemia (Lingga, 2012).
berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa
Barat (17,5%) dan Papua (15,4%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit asam
urat atau sendi pada penduduk umur >15 tahun di Indonesia 7,5% berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala (Riskesdas, 2018). Angka prevalensi penyakit asam
Taiwan tahun 2013 prevalensi penyakit asam urat sebesar 41,4 % dan meningkat
allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah mereda lebih dahulu
(Johnstone, 2005). Pada pirai atau gout, allopurinol umumnya digunakan untuk
bentuk kronis parah yang ditandai dengan satu atau lebih keadaan berikut:
nefropati pirai, pengendapan tofi, batu urat di ginjal, gangguan fungsi ginjal, atau
terapi ini adalah untuk menurunkan asam urat dalam plasma di bawah 6 mg/dl.
Pengobatan tidak boleh diberikan selama serangan akut arthritis pirai. Tetapi
dianjurkan selama bulan-bulan pertama terapi dan kadang-kadang lebih lama lagi
(Gilman, 2007).
responden tepat dalam penggunaan obat dan 7 responden tidak tepat dalam
penggunaan obat. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kadar asam urat pada pasien yang
B. Rumusan Masalah
lama?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
sekian lama.
D. Manfaat Penelitian
penyakit kronis.
2. Bagi Mahasiswa
hal yang berkaitan dengan perbedaan kadar asam urat pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asam urat
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Sekitar 80-85%
asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari makanan.
Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari metabolisme
nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP), dan adenic
dan guanin menjadi xanthin yang dikatalis oleh enzim xanthin oksidase dengan
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan
jenis kelamin. Asam urat tergolong normal bila kadar asam urat pria di bawah 7
mg/dl dan wanita di bawah 6 mg/dl, serta sebelum pubertas 3,5 mg/dl. Setelah
pubertas, pada pria kadarnya meningkat secara bertahap dan dapat mencapai 5,2
mg/dl. Pada perempuan kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru pada usia
4,7 mg/dl. (Misnadiarly, 2007). Menurut Lingga (2012), kadar asam urat normal
wanita dewasa 2,4-5,7 mg/dl, pria dewasa 3,4-7,0 mg/dl dan anak-anak 2,8-4,0
mg/dl.
zat purin yang ada di dalam sel-sel tubuh. Sebagian besar asam urat dibuang
6
7
melalui ginjal dalam bentuk urine dan sebagian kecil lainnya dibuang melalui
saluran pencernaan dalam bentuk tinja. Apabila asam urat yang dibuang dari
tubuh jauh lebih sedikit dari jumlah yang diproduksi, asam urat akan menumpuk
dan akan membentuk kristal-kristal tajam natrium urat berukuran mikro yang
tajam tersebut masuk ke ruang persendian dan mengganggu lapisan lunak sendi,
Asam urat dibenci banyak orang, padahal asam urat juga berjasa bagi tubuh.
Salah satu fungsi asam urat adalah sebagai antioksidan alami yang dihasilkan
sendiri oleh tubuh (antioksidan endogen). Dalam kadar yang normal, asam urat
berperan sebagai antioksidan penting dalam plasma. Sekitar 60% radikal bebas
yang ada dalam serum manusia dibersihkan oleh asam urat. Asam urat bersifat
larut dalam darah sehingga mampu menangkap radikal bebas superoksida, gugus
hidroksil, oksigen tunggal dan melakukan chelasi terhadap logam transisi yang
B. Hiperurisemia
1. Definisi Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Untuk laki-
laki ambang normalnya dalam darah adalah 7,0 mg/dl dan perempuan 5,7 mg/dl
kadar asam urat di darah di atas normal, pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan
sekunder, atau idiopatik. Pada arthritis pirai akut, hiperurisemia terjadi akibat
perubahan (peningkatan maupun penurunan) kadar asam urat darah secara tiba-
tiba. Keadaan tersebut akibat alkohol, makanan tinggi purin, atau pemakaianobat
kurang tepat. Faktor pencetus lain misalnya trauma lokal pada sendi, tindakan
2. Penyebab Hiperurisemia
Menurut Lingga (2012), belum ada faktor tunggal yang secara pasti
a. Hiperurisemia Primer
peningkatan asam urat serum. Ada dua faktor penyebab hiperurisemia primer,
yaitu kelainan enzim dan kelainan molekuler yang tidak jelas. Hiperurisemia ini
jelas, secara umum 80-90% kasus disebabkan gangguan ekskresi asam urat dan
b. Hiperurisemia Sekunder
kadar asam urat serum terjadi karena produksi asam urat yang berlebihan akibat
dapat pula disebabkan oleh infrak miokard, status epileptikus, penyakit hemolisis
yang meningkatkan pemecahan ATP dan asam nukleat pada inti sel.
Sementara itu, peningkatan kadar asam urat serum yang kedua terjadi akibat
penurunan eksresi asam urat. Turunnya sekresi asam urat bisa disebabkan oleh
keracunan bilirium, konsumsi obat dengan efek diuretik, salisilat dosis rendah,
c. Hiperurisemia Idiopatik
hiperurisemia primer. Pembagian ini disepakati oleh para urolog dan rematolog.
kelainan genetik, atau faktor fisiologi dan anatomi yang jelas. Karena itu,
Kelainan fisiologi dan anatomi merupakan faktor risiko hiperurisemia, tetapi tidak
Keadaan ini terjadi karena tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan,
(asimptomatik).
2) Produksi asam urat berlebihan juga bisa akibat kelainan herediter lainnya
purin tinggi, seperti daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,
bayam, buncis, kembang kol, dan brokoli. Asam urat akan terbentuk dari
mudah pecahnya sel darah merah (hemolisis), leukimia (kanker sel darah
dan salisilat yang sering dikonsumsi agar trombosit (platelet) tidak mudah
dalam darah.
2) Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa atau diet terlalu ketat) dan ketosis.
lemak tubuh. Zat keton yang terbentuk dari pembakaran lemak akan
melalui ginjal.
sarkoidosis.
endogen yang meningkat dan asupan purin yang tinggi disertai dengan
d. Penyebab Lain
berikut.
2) Kegemukan (obesitas).
C. Gout
1. Definisi Gout
Gout atau arthritis pirai atau penyakit asam urat adalah kelainan
metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan endapan kristal
asam urat pada jaringan sendi, terutama ibu jari kaki. Gout terjadi akibat
reaksi sel leukosit yang mengakibatkan peradangan sendi (Irianto, 2014). Gout
13
sebagian dipicu oleh faktor genetik. Bila orang tua menderita gout, kemungkinan
20% akan terkena gout. Kebiasaan makan dan gaya hidup seperti berlebihan
mengonsumsi jeroan dan makanan tinggi purin lainnya juga akan meningkatkan
Menurut Lingga (2012), fase peningkatan risiko penyakit asam urat adalah
sebagai beriku.
a. Hiperurisemia Asimtomatik
tidak mengalami gejala khusus meski kadar asam uratnya tinggi. Fase ini akan
berakhir ketika muncul serangan akut gout dan batu asam urat (urolithiasis).
asimtomatis.
Biasa dialami oleh pria berusia 40-60 tahun dan wanita di atas 60 tahun.
Namun, ada kondisi tidak lazim saat penyakit ini dialami oleh mereka yang
enzimatis spesifik, penyakit ginjal, atau konsumsi obat yang menghambat sekresi
asam urat. Arthritis gout akut ditandai dengan radang sendi sangat aku yang
14
timbul secara cepat dalam waktu singkat. Biasanya, serangan terjadi pada saat
penderitanya sedang tidur. Karena itu, ketika bangun penderita biasanya tidak bisa
bengkak, kemerahan, demam, menggigil, dan badan terasa lelah. Selain itu akan
terjadi peningkatan laju endap darah pada tubuh penderitanya. Jika dilakukan
c. Stadium Interkritikal
Stadium ini kadang sulit ditentukan karena tidak muncul tanda-tanda radang akut
meskipun ditemukan kristal urat pada saat dilakukan aspirasi. Kristal tersebut
merupakan tanda telah terjadi kerusakan sendi ke arah progresif. Stadium ini
Pada stadium ini ditemukan tofi pada poliartikuler, cuping telinga, MTP-1,
olekranon, tendon achilles, dan jari tangan. Penderita gout kronis sering kali tidak
menyebabkan deformitas atau kerusakan progresif pada sendi. Pada tahap ini, tofi
sulit sembuh dan kadang muncul disertai dengan infeksi sekunder berupa bengkak
dan kaku pada sendi. Selain perubahan bentuk sendi, muncul perasaan tidak
nyaman yang persisten disertai dengan serangan akut. Pada stadium ini dapat
Perkembangan dari gout akut menjadi gout kronis sangat bervariasi untuk
setiap orang. Umumnya berlangsung setelah 3-42 tahun mengalami gout akut atau
15
hiperurisemia yang tidak segera tertangani. Studi epidemiologi pada populasi luas
mengatakan gout akut membutuhkan waktu rata-rata 11,6 tahun untuk menjadi
kronis. Pada tofi yang terbentuk akan muncul kerusakan tulang. Jika diamati
melalui x-ray akan tampak adanya erosi tulang dan sendi dengan batas sklerotik
yang jelas. Gout kronis yang menahun dapat menyebabkan tofi pada miokardium,
katup jantung, mata (terutama pada bagian sclera), dan laring. Kondisi penyakit
yang sudah parah ini ditandai dengan penyakit ginjal menahun atau gagal ginjal.
berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa
Barat (17,5%) dan Papua (15,4%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit asam
urat atau sendi pada penduduk umur >15 tahun di Indonesia 7,5% berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala (Riskesdas, 2018). Angka prevalensi penyakit asam
Taiwan tahun 2013 prevalensi penyakit asam urat sebesar 41,4 % dan meningkat
1. Obat
Serangan akut gout biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkiksis
bisa dijadikan alternative. Kolkiksin mungkin sama efeknya dengan AINS. Untuk
16
pengendalian gout jangka panjang (interval), pembentukan asam urat dan purin
2. Non-Obat
Menurut Salma (2014), berikut hal yang dianjurkan untuk mengurangi asam
urat, yaitu:
kambing, hati sapi, ikan sarden, kangkung, bayam, udang, kerang, dll.
F. Allopurinol
1. Definisi Allopurinol
(Yenrina, 2014). Allopurinol adalah obat yang paling umum digunakan untuk
17
menurunkan asam urat pada pengobatan jangka panjang dan pencegahan gout
karena menghambat enzim yang bertanggung jawab untuk produksi asam urat
(Harrison, 2011).
oksidase dan juga menekan produksi asam urat. Allopurinol dan oksipurinol
memiliki inti dasar purin. Enzim urikase mengoksidasi asam yang larut sebagai
senyawa antara oksidatif yang secara perlahan dikonversi secara non enzimatik
sebagai alantoin yang larut dan menghasilkan peroksida oksidan sebagai produk
glomerolus dan hanya sebagian kecil (10%) diekskresikan dalam urin sebagai
3. Dosis Allopurinol
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh
melebihi 300 mg/24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan dosis
100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya
100-600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari menurunkan urat serum menjadi normal
pada 85% pasien. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan
kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah
7-10 hari. Kadar urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan
allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu.
Resiko induksi serangan akut dapat dikurangi dengan pemberian bersama NSAID
atau kolkisin (1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama sebagai terapi kronik
(Johnstone, 2005).
4. Penggunaan Allopurinol
serangan lain sehingga allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah
mereda terlebih dahulu. Resiko induksi serangan akut dapat dikurangi dengan
pemberian bersama NSAID atau kolkisin (1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama
sebagai terapi kronik (Johnstone, 2005). Untuk pasien yang perlu memulai
serangan akut arthritis pirai. Tetapi dimulai dengan dosis rendah untuk
Waktu paruh allopurinol berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam
pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal
allopurinol dapat diberikan sehari sekali. Dosis harian sebesar 300 mg biasanya
19
2009).
Efek samping agak sering terjadi, terutama reaksi alergi kulit, juga
timbul pula demam dan kelainan darah. Kerusakan hati dan ginjal pernah
dilaporkan, begitu juga sindrom Stevans-Johnson pada dosis di atas 200 mg.
menggunakan dosis awal rendah dan lambat laun ditingkatkan, singkatnya sesuai
anjuran “Start Low, Go Slow With Allopurinol” (Tjay dan Rahardja, 2015).
paling umum, terjadi sekitar 3% diantara penderita. Reaksi dapat terjadi setelah
dapat terjadi lebih sering selama beberapa minggu pertama terapi, karena itu
kolkiksin dan obat AINS harus diberikan secara bersama-sama. Efek samping
6. Interaksi Obat
dapat mengganggu inaktivasi obat lain di hati, termasuk obat antiokoagulan oral.
Meskipun efeknya beragam dan dampak klinis hanya pada beberapa pasien,
enzim xantin oksidase, maka perombakan zat-zat yang diubah oleh xantin
purin azathioprin (Imuran) dan merkaptopurin. Oleh karena itu, dosis sitostatiska
G. Kerangka Teori
Hiperurisemia
Obat Non-obat
H. Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan kadar asam urat rata-rata pada pasien yang
Palembang.
Hi : Ada perbedaan kadar asam urat rata-rata pada pasien yang menggunakan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Research, yaitu salah satu jenis peneltian sosial yang membandingkan perubahan
subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Penelitian jenis ini sengaja
digunakan untuk penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.
dimana peneliti meneliti orang yang sama dari waktu ke waktu (Cresswell,
sikap dan perilaku pada populasi tertentu. Masa pengumpulan data juga minimal
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2019 di Rumah
Sakit Pusri Palembang. Selain itu penelitian juga dilakukan di rumah masing-
masing responden.
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan penderita
asam urat atau hiperurisemia di Rumah Sakit Pusri Palembang yang berobat pada
23
24
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan
allopurinol pada bulan April sampai Mei 2019. Teknik pengambilan sampel yang
pengambilan sampel berdasar kejadian kebetulan, yaitu siapa saja yang dianggap
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien pria dan wanita yang berobat di Rumah Sakit Pusri Palembang.
b. Kriteria Ekslusi
allopurinol.
25
penelitian.
Farmasi RS Pusri untuk menunggu pasien yang akan mengambil obat dan
kadar asam urat responden, apabila responden belum mengecek kadar asam
Alat yang digunakan untuk memgumpulkan data dalam penelitian ini adalah
kuesioner, alat tulis, alat dokumentasi, alat tes kadar asam urat (Easey Touch
26
GCU), Test strip untuk asam urat, alkohol, kapas, puncture fingertip, jarum
(lancet).
F. Variabel
G. Definisi Operasional
1. Penggunaan Allopurinol
frekuensi minum.
Hasil Ukur :
Alat Ukur : Medical record untuk data asam urat awal dan Gluco Dr
Hasil Ukur :
a. Normal : Kadar asam urat normal pada laki-laki 7,0 mg/dl dan
b. Tidak Normal : Bila Kadar asam urat pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan
H. Kerangka Operasional
Kuesioner
Kadar
28
jawaban yang benar dari setiap pertanyaan pada lembar kuesioner. Pertanyaan
Allopurinol oleh responden. Untuk jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan
jawaban yang salah akan diberi nilai 0. Pertanyaan pada kuesioner ada 7 buah
pertanyaan, jika jawaban yang benar ≥5 maka, data penggunaan obat allopurinol
tersebut dapat dikategorikan tepat. Dan jika jawaban yang benar <5, maka data
dengan menggunakan uji T-Dependen (Paired T-Test) dan uji T-Independen (Uji
beda Dua Mean). Menurut Hastono (2016), uji T- Dependen (Paired T-Test)
digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang
dependen. Sedangkan uji T-Independen (Uji beda Dua Mean) digunakan untuk
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2019 di Rumah Sakit
Pusri Palembang. Responden pada penelitian ini merupakan pasien rawat jalan
yang berobat di Rumah Sakit Pusri Palembang dan mendapatkan terapi obat
kepada responden untuk diisi sendiri oleh responden atau peneliti bertanya
kadar asam uratnya pada bulan berikutnya. Data dari hasil penelitian ini disajikan
dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan menggunakan program statistik, yaitu
uji Paired T-Test dan Independent T-Test. Sehingga diperoleh hasil Perbedaan
Kadar Asam Urat pada Pasien yang Menggunakan Allopurinol dengan Tepat dan
29
30
Data hasil kadar asam urat didapatkan peneliti dengan cara menanyakan
kadar asam urat kepada responden atau mengukur kadar asam urat responden
secara langsung yang dilakukan oleh peneliti. Kadar asam urat normal pada laki-
laki adalah 3,4 – 7,0 mg/dL dan kadar asam urat perempuan normalnya adalah 2,4
– 5,7 mg/dL. Sedangkan dari data yang diperoleh, kadar asam urat perempuan
terendah adalah 6,5 mg/dL dan laki-laki 7,3 mg/dL, yang mana kadar asam urat
satu bulan didapatkan peneliti dengan cara mengukur kadar asam urat responden
membuat janji dengan peneliti untuk dilakukan pengecekan kadar asam uratnya.
Kadar asam urat normal pada laki-laki adalah 3,4 – 7,0 mg/dL dan kadar asam
urat perempuan normalnya adalah 2,4 – 5,7 mg/dL. Dan data yang didapatkan
adalah 10 responden kadar asam uratnya sudah normal dan 14 responden lain
Allopurinol
No Perilaku N %
Kebiasaan menggunakan allopurinol
1 Benar 16 66,7%
Salah 8 33,3%
Kegunaan allopurinol
2 Benar 18 75%
Salah 6 25%
Pembelian tanpa resep
3 Benar 18 75%
Salah 6 25%
Berapa kali sehari mengkonsumsi allopurinol
4 Benar 18 75%
Salah 6 25%
Kapan waktu mengkonsumsi allopurinol
5 Benar 24 100%
Salah 0 0%
Apa yang dilakukan bila lupa minum obat
6 Benar 12 50%
Salah 12 50%
Berapa lama waktu mengkonsumsi Allopurinol
7 Benar 22 91,7%
Salah 2 8,3%
responden didapatkan penilaian berupa angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk
jawaban yang salah. Jawaban dari kuesioner dikumpulkan dan dihitung nilainya,
32
responden atau 33.3% responden yang masih belum tepat dalam penggunaan obat
Allopurinol.
Hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar asam urat pada awal dan
selama satu bulan. Hasilnya terdapat 14 orang responden atau 58.3% responden
33
mengalami penurunan kadar asam urat dan 10 orang responden atau 41.7%
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji statistik Paired T-Test,
didapatkan nilai sig (p value) 0.001. hal ini berarti nilai signifikan yang didapat
lebih kecil dari 0.05 (sig<0.05), berarti Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada
perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat sebelum dan sesudah
penggunaan allopurinol selama satu bulan dengan perilaku yang tepat pada pasien
0.001. nilai sig tersebut lebih kecil dari 0.05 (sig<0.05), yang berarti nilai Ho
34
ditolak dan nilai Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kadar
penggunaan yang tidak tepat pada pasien di Rumah Sakit Pusri Palembang.
Dari hasil uji statistik Independent T-Test, didapatkan hasil dari nilai
signifikan (p value) 0.000, hal ini berarti nilai signifikan lebih kecil dari 0.05
(sig<0.05), jadi nilai Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang
signifikan antara kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol
dengan tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang. Kadar asam urat
penurunan pada kadar asam uratnya, sedangkan pada pasien yang menggunakan
allopurinol dengan tidak tepat cenderung mengalami kenaikan pada kadar asam
uratnya.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran kadar asam urat pada
pasien yang menggunakan allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di rumah sakit
pusri palembang. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
35
Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa
normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan
yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat. Oleh karena itu kadar asam
urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung purin tinggi, seperti daging, kerang, dan jeroan.
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan jenis
kelamin. Asam urat tergolong normal bila kadar asam urat pria di bawah 3,4 – 7,0
mg/dl dan wanita di bawah 2,4 – 5,6 mg/dl. Pada perempuan kadar asam urat
Hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar asam urat pada awal
pemeriksaan adalah kadar asam urat perempuan terendah adalah 6,5 mg/dl dan
laki-laki 7,3 mg/dl, yang mana kadar tersebut masih tinggi atau diatas kadar asam
urat normal. Sedangkan pada hasil pengukuran kadar asam urat setelah
allopurinol pada saat tidak kambuh dan setiap hari secara teratur dan 33,3%
responden meminun allopurinol hanya saat nyeri asam uratnya kambuh. Hal ini
obat anti nyeri saat asam urat kambuh, padahal Allopurinol dapat memperpanjang
hanya diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu. Resiko induksi
serangan akut dapat dikurangi dengan pemberian bersama NSAID atau kolkisin
(1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama sebagai terapi kronik (Johnstone, 2005).
Kemudian yang kedua pada pertanyaan obat allopurinol diminum setiap hari
atau tidak, dan hasilnya ada 16 responden (66.7%) yang sudah patuh
mengkonsumsi allopurinol setiap hari secara rutin dan 8 responden (33.3%) masih
mengkonsumsi obat allopurinol hanya saat nyeri saja. Waktu paruh allopurinol
berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal
waktu paruh matabolitnya yang panjang, allopurinol dapat diberikan sehari sekali
(Sukandar, 2009).
allopurinol setelah makan atau tidak, dan hasil yang diperoleh adalah semua
sudah tepat sesuai dosis yang telah diberikan dokter dan 6 orang responden (25%)
masih belum sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan. Pada praktisnya,
kebanyakan pasien mulai dengan dosis 100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai
kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya 100-600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari
menurunkan urat serum menjadi normal pada 85% pasien (Johnstone, 2005).
asam urat pada pengobatan jangka panjang dan pencegahan gout karena
menghambat enzim yang bertanggung jawab untuk produksi asam urat (Harrison,
2011). Pembentukan asam urat dalam dunia kedokteran dapat dihambat dengan
(Yenrina, 2014).
sebanyak 16 orang responden atau 66.7% responden yang sudah tepat dalam
yang masih belum tepat dalam penggunaan Allopurinol. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden penderita asam urat di Rumah Sakit Pusri
kambuh dan 8 responden mengkonsumsi allopurinol pada saat asam urat kambuh
atau saat terjadi nyeri. Padahal Allopurinol dapat memperpanjang serangan akut
serangan akut telah mereda terlebih dahulu. Untuk pengobatan saat terjadi nyeri
bisa digunakan obat nyeri sendi yang tergolong dalam obat antiinflamasi
menjawab benar, yaitu untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah dan 25%
responden menjawab salah. Hal ini berarti masih ada beberapa responden yang
pembelian obat allopurinol di apotik tanpa resep, terdapat 75% yang menjawab
tidak pernah membeli allopurinol tanpa resep di apotik dan 25% lainnya pernah
mengkonsumsi allopurinol, dan hasil yang didapatkan adalah 75% sudah benar
yaitu satu kali sehari dan 25% lainnya menjawab tidak tentu atau tergantung rasa
sakit. Oleh karena waktu paruh metabolitnya yang panjang, allopurinol dapat
diberikan satu kali sahari secara teratur ntuk mendapatkan efek dari
mengkonsumsi allopurinol, yaitu berupa penurunan kadar asam urat dalam darah.
allopurinol, 50% responden menjawab minum obat pada waktu berikutnya, dan
39
50% lainnya menjawab menggandakan dosis atau hanya meminum obat saat
terjadi serangan atau saat kambuh. Dan pada pertanyaan berapa lama pemakaian
lebih dua minggi dan 8,3% mengkonsumsi allopurinol hanya satu sampai tiga hari
saja. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan kadar asam urat
serum pada 7-10 hari. Kadar asam urat harus dicek setelah 2-3 minggu
2005).
58.3% responden mengalami penurunan kadar asam urat dan 10 orang responden
atau 41.7% responden yang mengalami kenaikan kadar asam urat setelah
responden yang sudah tepat dalam penggunaan Allopurinol dan sebanyak 8 orang
responden atau 33.3% responden yang masih belum tepat dalam penggunaan
kadar asam urat, yaitu dari 8 responden yang menggunakan allopurinol dengan
cenderung mengalami penurunan kadar asam urat, yaitu dari 16 responden yang
40
asam urat dan terdapat 14 responden atau 87.5% responden yang mengalami
penurunan kadar asam urat setelah penggunaan allopurinol selama satu bulan. Hal
Kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu
kerang, dan jeroan (Misnadiarly, 2007). Peningkatan kadar asam urat serum
terjadi karena produksi asam urat yang berlebihan akibat gangguan metabolisme
Sementara itu, peningkatan kadar asam urat serum yang kedua terjadi akibat
penurunan eksresi asam urat. Turunnya sekresi asam urat bisa disebabkan oleh
keracunan bilirium, konsumsi obat dengan efek diuretik, salisilat dosis rendah,
Palembang
menghitung kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi selama satu bulan pada
didapatkan nilai sig 0.001<0.05, hal ini menunjukkan adanya perbedaan kadar
asam urat sebelum dan sesudah penggunaan allopurinol selama satu bulan dengan
perilaku yang tepat pada pasien di Rumah Sakit Pusri Palembang. Begitu juga
pada tabel 7 hasil uji statistik Paired T-Test diperoleh nilai sig 0.001<0.05, maka
Ho ditolak, artinya ada perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah
penggunaan allopurinol selama satu bulan dengan perilaku yang tidak tepat pada
perbedaan kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan
tepat dan tidak tepat berdasarkan kadar asam urat setelah penggunaan allopurinol
selama satu bulan dan diperoleh nilai sig 0.000<0.05, ini menunjukkan adanya
perbedaan kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan
tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang. Pada pasien yang
A. Kesimpulan
urat pada pasien yang menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di
uratnya.
3. Ada perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat pasien yang
Pusri Palembang.
42
43
B. Saran
1. Perlu ada pemahaman yang baik bagi masyarakat tentang asam urat dan cara
obat tersebut agar dapat memberikan manfaat yang sesuai dan aman untuk
menggunakannya.
dengan tepat dan tidak di lokasi yang berbeda dan sampel lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S., 2014. Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Dipiro, T.J., Wells, G.B., Schwinghammer, L.T. dan Dipiro, V.C., 2009,
Pharmacotherapy Handbook Seven Edition, 156-160, The McGraw-Hill
Companies, United States of America.
Gilman, A.G., 2007. Goodman and Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Ed.10,
Vol. 1, EGC, Jakarta
Harrison A, Lynch N, Stamp L and Taylor W., 2011. The Medical Management of
Gout Revisited. Best Practice Journal 37: 34-40.
Irianto, Koes, 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Alfabeta Cv, Bandung, hal 249-250.
Johnstone, A., 2005. Gout – the disease and non ‐ drug treatment. Hospital
Pharmacist, 12, 391‐394. Terjemahan Oleh: Diana, L. Gout Farmakologi
(2008), hal. 4.V
44
45
Lingga, L., 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. PT AgroMedia Pustaka,
Jakarta.
Salma., 2014. Tetap Sehat Setelah Usia 40. Gema Insani, Jakarta, Indonesia
Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I. Sigit, et al. 2009. ISO Farmakoterapi. PT ISFI
Penerbitan, Jakarta .
Yenrina, R., D. Krisnatuti, D. Rasjmida., 2014. Diet Sehat Untuk Penderita Asam
Urat. Penebar Swadaya, Jakarta.
46
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………………………
2. Alamat : ……………………………………………………
3. No.Hp : ……………………………………………………
4. Umur : ……………………………………………………
5. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
B. PERTANYAAN
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar.
1. Bagaimana kebiasaan anda dalam menggunakan obat allopurinol ?
a. Pada saat pegal linu (saat asam urat kambuh)
b. Pada saat tidak kambuh, setiap hari secara teratur
2. Untuk apa anda menggunakan obat allopurinol ?
a. Untuk menurunkan kadar asam urat saya
b. Untuk meredakan nyeri atau mengobati pegal linu yang saya derita
3. Apakah anda pernah membeli obat allopurinol di apotek tanpa resep
dokter ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
4. Bagaimana cara anda mengkonsumsi obat allopurinol ?
a. Diminum pada saat nyeri saja (saat asam urat kambuh saja)
b. Diminum setiap hari pada waktu yang sama
5. Berapa kali sehari anda mengkonsumsi obat allopurinol ?
a. 1-3 kali sehari (dosis 300 mg)
47
Lampiran 2.
Lampiran 3
Lampiran 4
KUESIONER RESPONDEN
51
52
Lampiran 5
Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Paired Sample T-Test Kadar
Perilaku Tepat
53
Lampiran 6
Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Paired Sample T-Test Kadar
Lampiran 7
Lampiran 8
Hasil Kuesioner
Lampiran 9
LEMBAR KERJA
Keterangan Penurunan
Kadar Asam
atau Peningkatan Perilaku
No. Nama Urat (mg/dl)
Sex Kadar
Setelah Tidak
Awal Menurun Meningkat Tepat
Terapi Tepat
1 M L 7.4 6.8 Turun T
2 Z L 7.7 8.1 Naik TT
3 SW L 7.5 6.8 Turun T
4 MH P 6.8 7.2 Naik T
5 SD P 6.9 5.7 Turun T
6 FJ L 8.2 7.4 Turun T
7 SK L 7.3 6.6 Turun T
8 JHI P 7.6 5.6 Turun T
9 JH P 6.9 7.8 Naik TT
10 FM P 7.2 6.5 Turun T
11 DA P 7.3 8.4 Naik TT
12 HS L 8.3 6.7 Turun T
13 SA L 7.9 8.2 Naik TT
14 MP L 7.3 7.9 Naik TT
15 FAW P 6.7 5.2 Turun T
16 A P 6.5 7.7 Naik TT
17 AK L 7.9 6.8 Turun T
18 SAK L 8.0 7.5 Turun T
19 TAM L 7.5 6.0 Turun T
20 CA P 6.7 7.6 Naik TT
21 AY P 6.5 7.8 Naik T
22 D L 8.4 7.4 Turun T
23 MS L 8.3 8.9 Naik TT
24 MN L 7.9 6.4 Turun T
Jumlah 14 10 16 8
Lampiran 10