Anda di halaman 1dari 69

GAMBARAN KADAR ASAM URAT PADA PASIEN YANG

MENGGUNAKAN ALLOPURINOL DENGAN TEPAT


DAN TIDAK TEPAT DI RUMAH SAKIT
PUSRI PALEMBANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Melakukan Penelitian


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH :

ANGGI IRMA YANI OKTARI


NIM : PO.71.39.0.16.041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2019
Halaman Persembahan
Alhamdulillahirobbil’alamiin. Sebagai ungkapan terima kasih,
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:

 Yang pertama dan paling utama Allah SWT yang mana berkat
rahmat dan karunia-Nya saya mampu menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
 Yang tercinta dan tersayang Bapak, Ibu, Adik & Keluargaku terima
kasih atas segala do’a, kasih sayang, perjuangan yang selalu
memberikan semangat untukku sampai saat ini.
 Pembimbing KTI ku ibu Dra. Sarmalina Simamora Apt., M.Kes
yang sudah sabar membimbing saya selama proses penyusunan KTI
ini. Terima kasih ibu atas segala perhatian, kesabaran, arahan, dan
ilmu yang ibu berikan selama ini.
 Pembimbing Akademikku Miss Mona Rahmi Rulianti, M.Farm,
Apt, terima kasih atas segala ilmu, motivasi dan kesabaran selama
saya kuliah disini.
 Ketua Jurusan Farmasi Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes atas segala
ilmu, motivasi, dan kesabaran selama saya kuliah di sini.
 Teman-teman seperjuangan Reguler III B, terima kasih sudah
menjadi bagian dalam hidupku untuk berjuang selama 3 tahun ini.
 Sahabatku MASAKI yang paling berisik, paling ribet, terima kasih
atas segala segalanya.
 Teman-teman Ladangsquadku yang sangat susah dikumpulkan full
team, terima kasih atas segala kebersamaan yang telah kita habiskan
bersama.
 KAMU yang selalu mendo’akan & memberikan semangat dari
kejauhan, terima kasih untuk selama ini!
 Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terima
kasih banyak atas do’a & dukungan kalian. Kalian luar biasa!
 Almamaterku Poltekkes Kemenkes Palembang
BIODATA

Nama : Anggi Irma Yani Oktari

Panggilan : Anggi

Tempat Tanggal Lahir : Suka Raja, 22 Oktober 1998

Alamat : Jl. Seduduk Putih RT.24 RW.06 No.21, 8

Ilir, Ilir Timur II, Palembang

Agama : Islam

Nama Orang Tua :

a. Ayah : Aswari

b. Ibu : Dewi Indriani

Jumlah Saudara :1

Anak ke :1

No.Hp : 0853-6608-9208

Email : anggiirma88@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 15 Pajar Bulan

2. SMP Negeri 1 Jarai

3. SMA Negeri 1 Pagaralam


ABSTRAK

Latar Belakang : Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin.
Sekitar 80-85% asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya
berasal dari makanan. Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar
berasal dari metabolisme nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic
acid (IMP), dan adenic acid (AMP). Kadar rata-rata asam urat dalam darah dan
serum tergantung usia dan jenis kelamin. Untuk laki-laki ambang normalnya 7,0
mg/dl dan perempuan 5,7 mg/dl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Gambaran kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan
tepat dan tidak tepat.
Metode : Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
Longitudinal Research, yaitu salah satu jenis peneltian sosial yang
membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu.
Pengumpulan data dimulai dengan pembagian kuesioner dan pengecekan kadar
asam urat. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan uji statistik Paired
Sample T-Test dan Independent Sample T-Test.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dengan 24 responden penderita asam urat di
RS Pusri palembang, terdapat 16 responden yang sudah tepat dalam penggunaan
allopurinol dan 8 responden masih belum tepat dalam penggunaan allopurinol.
Hasil uji statistik 0,000, jadi Ho ditolak, artinya Ada perbedaan antara kadar asam
urat pada pasien yang menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di
Rumah Sakit Pusri Palembang.
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat pada pasien
yang menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit Pusri
Palembang.
Kata Kunci : Asam urat, Allopurinol, Perilaku, Kadar
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT.
Karena telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Gambaran Kadar Asam Urat Pada Pasien yang Menggunakan Allopurinol
dengan Tepat dan Tidak Tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis masih banyak


mengalami kesulitan, terutama disebabkan karena kurangnya pengetahuan.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan semua pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan meski masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes selaku pembimbing dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, dan motivasi hingga Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Mindawarnis, Apt, M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Palembang.
3. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan
Farmasi.
4. Kedua Orang Tua yang selalu berdoa untuk penulis, memberikan motivasi,
dukungan moril dan material.
5. Teman seangkatan dan semua pihak yang telah banyak membantu yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan


pengalaman yang dimiliki sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
BIODATA
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asam Urat ........................................................................................... 6
B. Hiperurisemia ...................................................................................... 7
C. Gout .................................................................................................... 12
D. Prevalensi Penyakit Asam Urat ............................................................ 15
E. Pengobatan Penyakit Asam Urat (Gout dan Hiperurisemia) ................. 15
F. Allopurinol .......................................................................................... 16
G. Kerangka Teori .................................................................................... 21
H. Hipotesis .............................................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .................................................................................... 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 23
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 23
D. Cara Pengumpulan Data....................................................................... 25
E. Alat Pengumpulan Data ....................................................................... 25
F. Variabel ............................................................................................... 26
G. Definisi Operasional ............................................................................ 26
H. Kerangka Operasional .......................................................................... 27
I. Cara Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .................................................................................... 29
B. Pembahasan ......................................................................................... 34

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 45


LAMPIRAN ................................................................................................ 47
BIODATA ................................................................................................... 60

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Kadar Asam Urat Setelah Pemeriksaan .......................... 30

2. Distribusi Kadar Asam Urat Setelah Satu Bulan ............................ 30

3. Distribusi Frekuensi Perilaku Responden dalam Menggunakan


Allopurinol ................................................................................... 31

4. Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Allopurinol .................. 32

5. Distribusi Frekuensi Penurunan atau Peningkatan Kadar Asam Urat


Responden yang Menggunakan Allopurinol Setelah Satu Bulan .... 32

6. Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Penggunaan


Allopurinol Selama Satu Bulan dengan Perilaku Tepat .................. 33

7. Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum dan Setelah Penggunaan


Allopurinol Selama Satu Bulan dengan Perilaku Tidak Tepat ........ 33

8. Perbedaan Kadar Asam Urat pada Penggunaan Allopurinol dengan


Tepat dan Tidak Tepat ................................................................... 34

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Penelitian ...................................................................... 46

2. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 48

3. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................... 49

4. Kuesioner Responden .................................................................... 50

5. Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Paired Sample T-Test


Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Pada Penggunaan
Allopurinol dengan Perilaku Tepat ................................................ 52

6. Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Paired Sample T-Test


Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Pada Penggunaan
Allopurinol dengan Perilaku Tidak Tepat ...................................... 53

7. Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Independent Sample


T-Test Perbedaan Kadar Asam Urat pada Penggunaan Allopurinol
dengan Tepat dan Tidak Tepat ....................................................... 54

8. Hasil Kuesioner ............................................................................. 55

9. Lembar Kerja ................................................................................ 56

10. Foto Kegiatan Penelitian ................................................................ 57

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Sekitar 80-

85% asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari

makanan. Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari

metabolisme nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP),

dan adenic acid (AMP). Prosesnya berlangsung melalui perubahan intermediate

hypoxanthine dan guanin menjadi xanthin yang dikatalis oleh enzim xanthin

oksidase dengan produk akhir berupa asam urat (Lingga, 2012).

Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan

jenis kelamin (Misnadiarly, 2007). Kadar asam urat lebih besar dari 7,0 mg/dL

dikatakan tidak normal dan berkaitan dengan peningkatan risiko timbulnya gout.

Sekitar dua pertiga asam urat yang diproduksi setiap harinya akan diekskresikan

melalui urin. Pada saat asam urat akan dieliminasi melalui saluran cerna, asam

urat akan mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri di kolon. Penurunan

ekskresi asam urat dalam purin akan menyebabkan hiperurisemia dan

meningkatkan konsentrasi asam urat (Dipiro et al., 2008).

Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Untuk laki-

laki ambang normalnya dalam darah adalah 7,0 mg/dl dan perempuan 5,7 mg/dl

(Soeroso, 2011). Tingginya kadar asam urat serum atau hiperurisemia bisa

1
2

menyebabkan penyakit gout, yaitu penyakit akibat pengendapan kristal

monosodium urat (MSU) di jaringan. Endapan kristal MSU di jaringan bisa

menimbulkan berbagai macam penyakit seperti peradangan sendi akut atau kronik

berulang yang disebut rematik gout atau arthritis gout, timbulnya tofi (benjolan)

akibat menumpuknya MSU di persendian, tulang rawan, atau jaringan lunak,

terganggunya fungsi ginjal yang disebut nefropati gout dan terbentuknya batu

asam urat di ginjal atau kandung kemih (Dalimartha, 2014). Kadar asam urat yang

tinggi merupakan penanda awal gout meskipun untuk mencapai manifestasi gout

diperlukan waktu yang cukup lama. Hiperurisemia belum tentu mengalami gout,

tetapi gout sudah pasti ditandai dengan gejala hiperurisemia (Lingga, 2012).

Prevalensi penyakit asam urat atau sendi berdasar diagnosis nakes di

indonesia 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7%. Prevalensi

berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa

Barat (17,5%) dan Papua (15,4%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit asam

urat atau sendi pada penduduk umur >15 tahun di Indonesia 7,5% berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala (Riskesdas, 2018). Angka prevalensi penyakit asam

urat bervariasi pada negara-negara Barat yaitu antara 2,3-17,6 %. Penelitian di

Taiwan tahun 2013 prevalensi penyakit asam urat sebesar 41,4 % dan meningkat

sebesar 0,5% setiap tahun (Purwaningsih, 2010).

Pembentukan asam urat dalam dunia kedokteran dapat dihambat dengan

penggunaan allopurinol yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase.

Tujuannya untuk mengurangi produksi asam urat (Yenrina, 2014). Allopurinol

dapat memperpanjang serangan akut atau mengakibatkan serangan lain sehingga


3

allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah mereda lebih dahulu

(Johnstone, 2005). Pada pirai atau gout, allopurinol umumnya digunakan untuk

bentuk kronis parah yang ditandai dengan satu atau lebih keadaan berikut:

nefropati pirai, pengendapan tofi, batu urat di ginjal, gangguan fungsi ginjal, atau

hiperurisemia yang tidak mudah dikendalikan dengan obat urikosurik. Tujuan

terapi ini adalah untuk menurunkan asam urat dalam plasma di bawah 6 mg/dl.

Pengobatan tidak boleh diberikan selama serangan akut arthritis pirai. Tetapi

dimulai dengan dosis rendah untuk meminimalkan risiko memicu serangan

tersebut. Pemberian bersamaan dengan kolkiksin sebagai profilaksis juga

dianjurkan selama bulan-bulan pertama terapi dan kadang-kadang lebih lama lagi

(Gilman, 2007).

Berdasarkan penelitian Meilinda, (2018) dengan judul Korelasi

Pengetahuan dan Penggunaan Obat Allopurinol Pada Penderita Hiperurisemia di

RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja, untuk penggunaan obat, terdapat 33

responden tepat dalam penggunaan obat dan 7 responden tidak tepat dalam

penggunaan obat. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut untuk

mengetahui apakah ada perbedaan kadar asam urat pada pasien yang

menggunakan allopurinol dengan tepat dan tidak tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran kadar asam urat pasien pada awal terapi?

2. Bagaimana perilaku pasien yang menggunakan Allopurinol?


4

3. Bagaimana kadar asam urat pasien setelah menggunakan Allopurinol sekian

lama?

4. Bagaimana penurunan atau peningkatan rata-rata kadar asam urat pasien

yang menggunakan allopurinol setelah sekian lama?

5. Bagaimana perbedaan kadar asam urat pasien yang menggunakan

Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di RS Pusri Palembang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis perbedaan kadar asam urat pada pasien yang

menggunakan allopurinol secara tepat dengan pasien yang menggunakan

allopurinol secara tidak tepat di RS Pusri Palembang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran kadar asam urat pasien pada awal terapi.

b. Mengidentifikasi perilaku pasien yang menggunakan allopurinol.

c. Mengidentifikasi kadar asam urat pasien setelah menggunakan Allopurinol

sekian lama.

d. Mengidentifikasi penurunan atau peningkatan kadar asam urat pasien yang

menggunakan allopurinol setelah sekian lama.

e. Mengidentifikasi perbedaan kadar asam urat pasien yang menggunakan

allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di RS Pusri Palembang.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Untuk meningkatkan pelayanan informasi obat terutama pada pasien-pasien

penyakit kronis.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti

hal yang berkaitan dengan perbedaan kadar asam urat pada pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam urat

1. Definisi Asam Urat

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Sekitar 80-85%

asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari makanan.

Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari metabolisme

nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP), dan adenic

acid (AMP). Prosesnya berlangsung melalui perubahan intermediate hypoxanthine

dan guanin menjadi xanthin yang dikatalis oleh enzim xanthin oksidase dengan

produk akhir berupa asam urat (Lingga, 2012).

Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan

jenis kelamin. Asam urat tergolong normal bila kadar asam urat pria di bawah 7

mg/dl dan wanita di bawah 6 mg/dl, serta sebelum pubertas 3,5 mg/dl. Setelah

pubertas, pada pria kadarnya meningkat secara bertahap dan dapat mencapai 5,2

mg/dl. Pada perempuan kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru pada usia

pramenopause kadarnya meningkat mendekati kadar pada laki-laki, bisa mencapai

4,7 mg/dl. (Misnadiarly, 2007). Menurut Lingga (2012), kadar asam urat normal

wanita dewasa 2,4-5,7 mg/dl, pria dewasa 3,4-7,0 mg/dl dan anak-anak 2,8-4,0

mg/dl.

Asam urat sebenarnya merupakan limbah yang terbentuk dari penguraian

zat purin yang ada di dalam sel-sel tubuh. Sebagian besar asam urat dibuang

6
7

melalui ginjal dalam bentuk urine dan sebagian kecil lainnya dibuang melalui

saluran pencernaan dalam bentuk tinja. Apabila asam urat yang dibuang dari

tubuh jauh lebih sedikit dari jumlah yang diproduksi, asam urat akan menumpuk

dan akan membentuk kristal-kristal tajam natrium urat berukuran mikro yang

bermuara di dalam sendi atau di sekililing jaringan sendi. Ketika kristal-kristal

tajam tersebut masuk ke ruang persendian dan mengganggu lapisan lunak sendi,

terjadilah peradangan yang terasa sangat sakit (Anies, 2018).

2. Peran Asan Urat dalam Tubuh

Asam urat dibenci banyak orang, padahal asam urat juga berjasa bagi tubuh.

Salah satu fungsi asam urat adalah sebagai antioksidan alami yang dihasilkan

sendiri oleh tubuh (antioksidan endogen). Dalam kadar yang normal, asam urat

berperan sebagai antioksidan penting dalam plasma. Sekitar 60% radikal bebas

yang ada dalam serum manusia dibersihkan oleh asam urat. Asam urat bersifat

larut dalam darah sehingga mampu menangkap radikal bebas superoksida, gugus

hidroksil, oksigen tunggal dan melakukan chelasi terhadap logam transisi yang

bersifat merusak pertumbuhan sel (Lingga, 2012).

B. Hiperurisemia

1. Definisi Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Untuk laki-

laki ambang normalnya dalam darah adalah 7,0 mg/dl dan perempuan 5,7 mg/dl

(Soeroso, 2011). Menurut Irianto (2014) hiperurisemia adalah keadaan dimana


8

kadar asam urat di darah di atas normal, pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan

perempuan di atas 6 mg/dl. Penyebab hiperurisemia karena kelainan primer,

sekunder, atau idiopatik. Pada arthritis pirai akut, hiperurisemia terjadi akibat

perubahan (peningkatan maupun penurunan) kadar asam urat darah secara tiba-

tiba. Keadaan tersebut akibat alkohol, makanan tinggi purin, atau pemakaianobat

kurang tepat. Faktor pencetus lain misalnya trauma lokal pada sendi, tindakan

operasi, infeksi, pengobatan tidak berkelanjutan dan stress.

2. Penyebab Hiperurisemia

Menurut Lingga (2012), belum ada faktor tunggal yang secara pasti

diketahui sebagai penyebab hiperurisemia. Secara umum penyebab hiperurisemia

adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Hiperurisemia Primer

Hiperurisemia primer tidak disebabkan penyakit lain, tetapi murni karena

peningkatan asam urat serum. Ada dua faktor penyebab hiperurisemia primer,

yaitu kelainan enzim dan kelainan molekuler yang tidak jelas. Hiperurisemia ini

dialami hampir 90% penderita hiperurisemia. Meskipun penyebab pastinya tidak

jelas, secara umum 80-90% kasus disebabkan gangguan ekskresi asam urat dan

10-20% disebabkan peningkatan produksi asam urat.

b. Hiperurisemia Sekunder

Hiperurisemia sekunder masih terkait dengan penyakit lainnya. Peningkatan

kadar asam urat serum terjadi karena produksi asam urat yang berlebihan akibat

gangguan metabolisme purin. Terjadinya gangguan metabolisme purin disebabkan


9

oleh defisiensi glucose-6-phosphatase atau fructoce-6 aldolase. Hiperurisemia

dapat pula disebabkan oleh infrak miokard, status epileptikus, penyakit hemolisis

kronis, polisetamia, psoriasis, keganasan mieloproriferatif, dan limfoproriferatif

yang meningkatkan pemecahan ATP dan asam nukleat pada inti sel.

Sementara itu, peningkatan kadar asam urat serum yang kedua terjadi akibat

penurunan eksresi asam urat. Turunnya sekresi asam urat bisa disebabkan oleh

banyak hal. Diantaranya dehidrasi, penyakit ginjal kronis, diabetes insipidus,

myodema, hiperparatiroid, kebiasaan mengonsumsi alkohol, ketoasidosis,

keracunan bilirium, konsumsi obat dengan efek diuretik, salisilat dosis rendah,

obat tuberkulosis (pirazinamid atau etambutor), dan siklosporin.

c. Hiperurisemia Idiopatik

Sebenarnya hiperurisemia idiopatik termasuk ke dalam hiperurisemia

primer. Sekitar 90% hiperurisemia primer merupakan hiperurisemia idiopatik.

Namun, hiperurisemia idiopatik memiliki sedikit perbedaan dibandingkan kedua

jenis hiperurisemia lainnya. Sebagian hiperurisemia primer merupakan

hiperurisemia idiopatik, tetapi tidak semua hiperurisemia idiopatik merupakan

hiperurisemia primer. Pembagian ini disepakati oleh para urolog dan rematolog.

Hiperurisemia idiopatik dapat terjadi karena penyebab primer tidak jelas,

kelainan genetik, atau faktor fisiologi dan anatomi yang jelas. Karena itu,

hiperurisemia ini dinamakan idiopatik yang berarti tidak diketahui penyebabnya.

Kelainan fisiologi dan anatomi merupakan faktor risiko hiperurisemia, tetapi tidak

terdiagnosis, karena tidak menunjukkan gejala yang jelas, hiperurisemia yang

demikian layak dikategirikan sebagai hiperurisemia idiopatik. Karena itu,


10

diperlukan pemeriksaan yang lebih akurat, misalnya dengan pemindaian

menggunakan x-ray untuk memastikan organ mana yang terindikasi sebagai

penyebab rusaknya keseimbangan asam urat di dalam tubuh.

Menurut Dalimartha (2014), penyebab tingginya asam urat (hiperurisemia)

adalah sebagai berikut :

a. Produksi Asam Urat di Dalam Tubuh Meningkat

Keadaan ini terjadi karena tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan,

berikut beberapa keadaan penyebabnya.

1) Produksi asam urat di dalam tubuh (endogen) sangat berlebihan karena

adanya gangguan metabolisme purin bawaan (inborn error of purine

metabolism) akibat kekurangan enzim HGPRT. Kelainan ini bersifat pautan-

x, dimana perempuan sebagai pembawa gen ini biasanya tanpa gejala

(asimptomatik).

2) Produksi asam urat berlebihan juga bisa akibat kelainan herediter lainnya

yaitu terjadinya aktivitas berlebihan enzim fosforibosil pirofosfat sinetase

(PRPP-sinetase). Kelainan ini juga bersifat pautan-x.

3) Hiperurisemia juga bisa terjadi akibat mengonsumsi makanan yang berkadar

purin tinggi, seperti daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,

bayam, buncis, kembang kol, dan brokoli. Asam urat akan terbentuk dari

hasil metabolisme makanan tersebut.

4) Keadaan hiperurisemia juga bisa terjadi pada beberapa penyakit seperti

mudah pecahnya sel darah merah (hemolisis), leukimia (kanker sel darah

putih), atau akibat pengobatan kanker (kemoterapi dan radioterapi).


11

b. Kurangnya Pembuangan Asam Urat

Berkurangnya pembuangan asam urat terjadi akibat ketidakmampuan ginjal

untuk mengeluarkan asam urat yang terbentuk berlebihan di dalam tubuh.

Keadaan ini timbul akibat hal-hal berikut.

1) Minum obat tertentu seperti pirazinamid (obat TB paru), HCT (obat

diuretik/peluruh kencing), beta bloker seperti propanolol (obat darah tinggi),

dan salisilat yang sering dikonsumsi agar trombosit (platelet) tidak mudah

menggumpal. Obat-obat tersebut bisa meningkatkan kadar asam urat di

dalam darah.

2) Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa atau diet terlalu ketat) dan ketosis.

Pada keadaan ini, kekurangan kalori tubuh dipenuhi dengan membakar

lemak tubuh. Zat keton yang terbentuk dari pembakaran lemak akan

menghambat keluarnya asam urat melalui ginjal. Akibatnya, kadar asam

urat di dalam darah meningkat (hipurisemia).

3) Mengalami keracunan kehamilan (toksemia gravidarum).

4) Olahraga yang telalu berat.

5) Minum alkohol berlebihan. Alkohol menghambat keluarnya asam urat

melalui ginjal.

6) Kadar kalsium darah meningkat akibat penyakit hiperparatirodism dan

sarkoidosis.

7) Hipertensi esensial, gagal ginja, dan keracunan timah.


12

c. Produksi Asam Urat Berlebihan, Sedangkan Pembuangannya Terganggu

Terjadinya hiperurisemia ini disebabkan oleh gabungan produksi purin

endogen yang meningkat dan asupan purin yang tinggi disertai dengan

pembuangan asam urat melalui ginjal yang berkurang.

d. Penyebab Lain

Beberapa keadaan lain yang dapat menyebabkan hiperurisemia sebagai

berikut.

1) Suku bangsa dan ras tertentu. Hasil penelitian epidomiologi menunjukkan

bahwa bangsa Maori di Selandia Baru, bangsa Filifina, dan bangsa-bangsa

di Asia Tenggara mempunyai kecendrungan terserang penyakit ini.

2) Kegemukan (obesitas).

3) Mongolism (kelainan kongenital).

4) Intoleransi fruktosa, penyakit penimbunan glikogen, dan defisiensi glukosa-

6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Pada kelainan-kelainan tersebut, produksi

laktat berlebih sehingga pembuangan asam urat menurun.

C. Gout

1. Definisi Gout

Gout atau arthritis pirai atau penyakit asam urat adalah kelainan

metabolisme asam urat yang ditandai dengan hiperurisemia dan endapan kristal

asam urat pada jaringan sendi, terutama ibu jari kaki. Gout terjadi akibat

pengendapan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi yang menyebabkan

reaksi sel leukosit yang mengakibatkan peradangan sendi (Irianto, 2014). Gout
13

sebagian dipicu oleh faktor genetik. Bila orang tua menderita gout, kemungkinan

20% akan terkena gout. Kebiasaan makan dan gaya hidup seperti berlebihan

mengonsumsi jeroan dan makanan tinggi purin lainnya juga akan meningkatkan

risiko gout (Salma, 2014).

2. Stadium Penyakit Asam Urat (Gout)

Menurut Lingga (2012), fase peningkatan risiko penyakit asam urat adalah

sebagai beriku.

a. Hiperurisemia Asimtomatik

Hiperurisemia ini terjadi tanpa ditandai gejala klinis gout. Inilah

hiperurisema tahap awal. Sekitar 20-40% penderita mengalami sekali atau

beberapa kali serangan kolik renal sebelum akhirnya mengalami serangan

arthritis. Sebagian hiperurisemia merupakan hipersemia asimtomats. Penderita

tidak mengalami gejala khusus meski kadar asam uratnya tinggi. Fase ini akan

berakhir ketika muncul serangan akut gout dan batu asam urat (urolithiasis).

Biasanya, serangan tersebut muncul setelah 20 tahun mengalami hiperurisemia

asimtomatis.

b. Arthritis Gout Akut

Biasa dialami oleh pria berusia 40-60 tahun dan wanita di atas 60 tahun.

Namun, ada kondisi tidak lazim saat penyakit ini dialami oleh mereka yang

berusia di bawah 25 tahun. Kondisi khusus ini disebabkan oleh gangguan

enzimatis spesifik, penyakit ginjal, atau konsumsi obat yang menghambat sekresi

asam urat. Arthritis gout akut ditandai dengan radang sendi sangat aku yang
14

timbul secara cepat dalam waktu singkat. Biasanya, serangan terjadi pada saat

penderitanya sedang tidur. Karena itu, ketika bangun penderita biasanya tidak bisa

langsung berjalan. Keluhan umum yang dirasakan penderita adalah nyeri,

bengkak, kemerahan, demam, menggigil, dan badan terasa lelah. Selain itu akan

terjadi peningkatan laju endap darah pada tubuh penderitanya. Jika dilakukan

pemeriksaan radiologi, akan tampak pembengkakan di periartikuler.

c. Stadium Interkritikal

Stadium interkritikal merupakan tahap lanjutan dari arthritis gout akut.

Stadium ini kadang sulit ditentukan karena tidak muncul tanda-tanda radang akut

meskipun ditemukan kristal urat pada saat dilakukan aspirasi. Kristal tersebut

merupakan tanda telah terjadi kerusakan sendi ke arah progresif. Stadium ini

dapat terjadi selama beberapa tahun hingga 10 tahun serangan akut.

d. Gout Kronis (Kronis Tofaseus Gout)

Pada stadium ini ditemukan tofi pada poliartikuler, cuping telinga, MTP-1,

olekranon, tendon achilles, dan jari tangan. Penderita gout kronis sering kali tidak

mengalami nyeri, tetapi mudah mengalami inflamasi. Inflamasi tersebut

menyebabkan deformitas atau kerusakan progresif pada sendi. Pada tahap ini, tofi

sulit sembuh dan kadang muncul disertai dengan infeksi sekunder berupa bengkak

dan kaku pada sendi. Selain perubahan bentuk sendi, muncul perasaan tidak

nyaman yang persisten disertai dengan serangan akut. Pada stadium ini dapat

dipastikan terdapat endapan MSU pada tofi.

Perkembangan dari gout akut menjadi gout kronis sangat bervariasi untuk

setiap orang. Umumnya berlangsung setelah 3-42 tahun mengalami gout akut atau
15

hiperurisemia yang tidak segera tertangani. Studi epidemiologi pada populasi luas

mengatakan gout akut membutuhkan waktu rata-rata 11,6 tahun untuk menjadi

kronis. Pada tofi yang terbentuk akan muncul kerusakan tulang. Jika diamati

melalui x-ray akan tampak adanya erosi tulang dan sendi dengan batas sklerotik

yang jelas. Gout kronis yang menahun dapat menyebabkan tofi pada miokardium,

katup jantung, mata (terutama pada bagian sclera), dan laring. Kondisi penyakit

yang sudah parah ini ditandai dengan penyakit ginjal menahun atau gagal ginjal.

D. Prevalensi Penyakit Asam Urat

Prevalensi penyakit asam urat atau sendi berdasar diagnosis nakes di

indonesia 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7%. Prevalensi

berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa

Barat (17,5%) dan Papua (15,4%) (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit asam

urat atau sendi pada penduduk umur >15 tahun di Indonesia 7,5% berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala (Riskesdas, 2018). Angka prevalensi penyakit asam

urat bervariasi pada negara-negara Barat yaitu antara 2,3-17,6 %. Penelitian di

Taiwan tahun 2013 prevalensi penyakit asam urat sebesar 41,4 % dan meningkat

sebesar 0,5% setiap tahun (Purwaningsih, 2010).

E. Pengobatan Penyakit Asam Urat (Gout dan Hiperurisemia)

1. Obat

Serangan akut gout biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkiksis

bisa dijadikan alternative. Kolkiksin mungkin sama efeknya dengan AINS. Untuk
16

pengendalian gout jangka panjang (interval), pembentukan asam urat dan purin

bisa dikurangi dengan penghambat xantin oksidase allopurinol, atau urikosurik

seperti probenesid atau sulfinpirazon bisa digunakan untuk meningkatkan ekskresi

asam urat dalam urin (Sukandar, 2009).

2. Non-Obat

Menurut Salma (2014), berikut hal yang dianjurkan untuk mengurangi asam

urat, yaitu:

a. Hindari makanan yang mengandung tinggi purin. Seperti jeroan, daging

kambing, hati sapi, ikan sarden, kangkung, bayam, udang, kerang, dll.

b. Perbanyak minum air putih.

c. Makan-makanan yang mengandung potasium tinggi, seperti: sayuran, buah-

buahan, kentang, avokad, susu, yogurt, pisang, dan lain-lain.

d. Makan buah yang kaya vitaminn C, terutama jeruk dan stroberi.

e. Konsumsi produk alami yang dapat menyembuhkan asam urat, seperti

seleguri, habbatussauda, brotowali, the hijau, dll.

F. Allopurinol

1. Definisi Allopurinol

Pembentukan asam urat dalam dunia kedokteran dapat dihambat dengan

penggunaan allopurinol yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase.

Tujuannya untuk mengurangi produksi asam urat. Allopurinol berfungsi untuk

menghambat konversi hipoxantin menjadi xantin, xantin menjadi asam urat

(Yenrina, 2014). Allopurinol adalah obat yang paling umum digunakan untuk
17

menurunkan asam urat pada pengobatan jangka panjang dan pencegahan gout

karena menghambat enzim yang bertanggung jawab untuk produksi asam urat

(Harrison, 2011).

2. Mekanisme Kerja Allopurinol

Allopurinol dan metabolit utamanya bekerja dengan menghambat xantin

oksidase dan juga menekan produksi asam urat. Allopurinol dan oksipurinol

memiliki inti dasar purin. Enzim urikase mengoksidasi asam yang larut sebagai

senyawa antara oksidatif yang secara perlahan dikonversi secara non enzimatik

sebagai alantoin yang larut dan menghasilkan peroksida oksidan sebagai produk

sampingannya. Hampir semua urat yang beredar akan mengalami penyaringan di

glomerolus dan hanya sebagian kecil (10%) diekskresikan dalam urin sebagai

asam urat (Syamsudin, 2013).

3. Dosis Allopurinol

Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh

melebihi 300 mg/24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan dosis

100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya

100-600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari menurunkan urat serum menjadi normal

pada 85% pasien. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan

kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah

7-10 hari. Kadar urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan

allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar urat. Allopurinol dapat


18

memperpanjang durasi serangan akut atau mengakibatkan serangan lain sehingga

allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu.

Resiko induksi serangan akut dapat dikurangi dengan pemberian bersama NSAID

atau kolkisin (1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama sebagai terapi kronik

(Johnstone, 2005).

4. Penggunaan Allopurinol

Allopurinol dapat memperpanjang durasi serangan akut atau mengakibatkan

serangan lain sehingga allopurinol hanya diberikan jika serangan akut telah

mereda terlebih dahulu. Resiko induksi serangan akut dapat dikurangi dengan

pemberian bersama NSAID atau kolkisin (1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama

sebagai terapi kronik (Johnstone, 2005). Untuk pasien yang perlu memulai

allopurinol, tunggu setindaknya 2 minggu sampai serangan akut teratasi untuk

memulai terapi (Harrison, 2011). Pengobatan tidak boleh diberikan selama

serangan akut arthritis pirai. Tetapi dimulai dengan dosis rendah untuk

meminimalkan risiko memicu serangan tersebut. Pemberian bersamaan dengan

kolkiksin sebagai profilaksis juga dianjurkan selama bulan-bulan pertama terapi

dan kadang-kadang lebih lama lagi (Gilman, 2007).

Waktu paruh allopurinol berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam

pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal

bersama dengan allopurinol dan ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua

(Johnstone, 2005). Oleh karena waktu paruh matabolitnya yang panjang,

allopurinol dapat diberikan sehari sekali. Dosis harian sebesar 300 mg biasanya
19

mencukupi. Adakalanya diperlukan dosis sebesar 600-800 mg/hari (Sukandar,

2009).

5. Efek Samping Allopurinol

Efek samping agak sering terjadi, terutama reaksi alergi kulit, juga

gangguan lambung-usus, nyeri kepala, pusing, dan rambut rontok. Adakalanya

timbul pula demam dan kelainan darah. Kerusakan hati dan ginjal pernah

dilaporkan, begitu juga sindrom Stevans-Johnson pada dosis di atas 200 mg.

untuk mewaspadai hipersesitivitas terhadap allopurinol dianjurkan untuk

menggunakan dosis awal rendah dan lambat laun ditingkatkan, singkatnya sesuai

anjuran “Start Low, Go Slow With Allopurinol” (Tjay dan Rahardja, 2015).

Allopurinol dapat ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan penderita.

Reaksi hipersensitif, terutama kemerahan pada kulit, merupakan efek samping

paling umum, terjadi sekitar 3% diantara penderita. Reaksi dapat terjadi setelah

berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian kronis. Serangan gout akut

dapat terjadi lebih sering selama beberapa minggu pertama terapi, karena itu

kolkiksin dan obat AINS harus diberikan secara bersama-sama. Efek samping

saluran cerna berupa mual dan diare (Mycek, 2001).

6. Interaksi Obat

Allopurinol meningkatkan waktu paruh probenesid dan meningkatkan efek

urikosuriknya, sedangkan probenesid meningkatakan bersihan oksipurinol,

dengan demikian meningkatkan kebutuhan dosis allopurinol. Allopurinol juga


20

dapat mengganggu inaktivasi obat lain di hati, termasuk obat antiokoagulan oral.

Meskipun efeknya beragam dan dampak klinis hanya pada beberapa pasien,

dianjurkan untuk meningkatkan pemantauan aktivitas protrombin pada pasien

yang menerima kedua obat tersebut (Gilman, 2007). Allopurinol menghambat

enzim xantin oksidase, maka perombakan zat-zat yang diubah oleh xantin

oksidase dirintangi, sehingga efeknya diperkuat. Contohnya adalah antagonis

purin azathioprin (Imuran) dan merkaptopurin. Oleh karena itu, dosis sitostatiska

tersebut perlu diturunkan sampai 20-30%. Daya kerja antikoagulansia dan

klorpropamida diperkuat. Pada penggunaan kombinasi salisilat dan urikosurika

dosisnya perlu dinaikkan, karena ekskresi oksipurinol dipercepat oleh zat-zat

tersebut (Tjay dan Rahardja, 2015).

7. Merek Dagang Allopurinol

Nama Dagang Dosis Sediaan


Zyloric 100 mg, 300 mg
Alluric 100 mg, 300 mg
Isoric 100 mg, 300 mg
Allodan 100 mg, 300 mg
Tablet
Linogra 100 mg
Kemorinol 100 mg, 300 mg
Reucid 100 mg
Urica 100 mg

Alofar 100 mg, 300 mg


Kaplet
Licoric 100 mg

Hanoric 300 mg Kapsul


21

G. Kerangka Teori

Hiperurisemia

Obat Non-obat

1. Allopurinol 1. Hindari makanan tinggi purin.


2. Kolkiksin 2. Banyak minum air putih.
3. Probenesid 3. Konsumsi makanan yang mengandung
4. Sulfinpirazion potasium tinggi.
4. Konsumsi buah kaya Vitamin C.
5. Konsumsi produk alami yang dapat
menyembuhkan asam urat.
Terapi Allopurinol

Dosis Aturan Pakai Perhatian

1. Awal = 100-300 mg 1. Minum satu kali 1. Diminum teratur setiap hari


Sehari sehari 2. Tidak diminum saat
2. Pemeliharaan = 2. Setelah makan serangan, karena dapat
100-600 mg sehari memperpanjang durasi
serangan akut atau timbul
serangan lain.
3. Diberikan saat serangan
akut telah mereda.

Sumber : Johnstone, 2005


22

H. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan kadar asam urat rata-rata pada pasien yang

menggunakan allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di RS Pusri

Palembang.

Hi : Ada perbedaan kadar asam urat rata-rata pada pasien yang menggunakan

allopurinol dengan tepat dan tidak tepat RS Pusri Palembang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif Longitudinal

Research, yaitu salah satu jenis peneltian sosial yang membandingkan perubahan

subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Penelitian jenis ini sengaja

digunakan untuk penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.

Desain penelitian menggunakan Panel study, yaitu desain survei longitudinal

dimana peneliti meneliti orang yang sama dari waktu ke waktu (Cresswell,

2012:380). Penelitian panel juga bertujuan untuk melihat perubahan pendapat,

sikap dan perilaku pada populasi tertentu. Masa pengumpulan data juga minimal

dilakukan dua kali.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2019 di Rumah

Sakit Pusri Palembang. Selain itu penelitian juga dilakukan di rumah masing-

masing responden.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan penderita

asam urat atau hiperurisemia di Rumah Sakit Pusri Palembang yang berobat pada

23
24

bulan Maret hingga Juni 2019.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan

penderita asam urat di RS Pusri Palembang yang mendapatkan resep obat

allopurinol pada bulan April sampai Mei 2019. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik Accidental sampling, yang merupakan teknik

pengambilan sampel berdasar kejadian kebetulan, yaitu siapa saja yang dianggap

tepat dan secara kebetulan bertemu peneliti dapat dijadikan sampel.

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien pria dan wanita yang berobat di Rumah Sakit Pusri Palembang.

2) Mempunyai riwayat penyakit asam urat dan menggunakan obat Allopurinol.

3) Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian.

b. Kriteria Ekslusi

1) Pasien penyakit asam urat yang tidak bersedia menjadi responden.

2) Pasien penderita penyakit ginjal kronik non-gout yang mendapat terapi

allopurinol.
25

D. Cara Pengumpulan Data

1. Peneliti mendatangi RS Pusri Palembang, dan mengajukan surat izin

penelitian kebagian administrasi untuk mendapatkan izin melakukan

penelitian.

2. Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian, peneliti datang ke Instalasi

Farmasi RS Pusri untuk menunggu pasien yang akan mengambil obat dan

menyerahkan resep. Jika terdapat Allopurinol di resep pasien tersebut,

peneliti menemui pasien dan meminta ketersediaannya untuk menjadi

responden dan mengisi kuesioner.

3. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner atau peneliti akan

mewawancarai responden berkaitan dengan pertanyaan kuesioner dan

mencatatkan jawaban responden pada lembar kuesioner.

4. Setelah melakukan pengisian kuesioner, peneliti mengumpulkan kembali

kuesioner dan mengecek kelengkapannya. Setelah itu, peneliti menanyakan

kadar asam urat responden, apabila responden belum mengecek kadar asam

uratnya, peneliti mengecek langsung kadar asam urat responden tersebut.

Peneliti juga meminta ketersedian responden untuk dicek kembali kadar

asam uratnya satu bulan kemudian.

5. Peneliti melakukan analisis data dan pengolahan data.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk memgumpulkan data dalam penelitian ini adalah

kuesioner, alat tulis, alat dokumentasi, alat tes kadar asam urat (Easey Touch
26

GCU), Test strip untuk asam urat, alkohol, kapas, puncture fingertip, jarum

(lancet).

F. Variabel

Variabel Independent : Perilaku penggunaan obat Allopurinol

Variabel Dependent : Kadar asam urat

G. Definisi Operasional

1. Penggunaan Allopurinol

Definisi : Perilaku responden dalam mengkonsumsi obat

Allopurinol yang diberikan, apakah menggunakan obat

sesuai dengan aturan, baik dari jumlah, waktu minum dan

frekuensi minum.

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Self Assessment

Hasil Ukur :

a. Tepat : Bila pasien menggunakan allopurinol sesuai aturan baik

dari jumlah, waktu minum, dan frekuensi minum.

(penggunaan dengan kategori tepat bila nila ≥5).

b. Tidak Tepat : Bila pasien menggunakan allopurinol tidak sesuai aturan

baik dari jumlah, waktu minum, dan frekuensi minum.

(penggunaan dengan kategori tidak tepat bila nilai <5).


27

2. Kadar Asam Urat

Definisi : Kadar asam urat responden pada awal penetapan diagnosa

hiperurisemia, dicatat dari medical record dan kadar asam

urat setelah menggunakan Allopurinol sekian lama, diukur

dengan Gluco Dr atau Easy Touch (Test Kit) oleh penulis.

Alat Ukur : Medical record untuk data asam urat awal dan Gluco Dr

atau Easy Touch untuk data asam urat terkini.

Cara Ukur : Observasi

Hasil Ukur :

a. Normal : Kadar asam urat normal pada laki-laki 7,0 mg/dl dan

pada perempuan normalnya 5,7 mg/dl (Soeroso, 2011).

b. Tidak Normal : Bila Kadar asam urat pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan

pada perempuan di atas 5,7 mg/dl).

H. Kerangka Operasional

Responden/Pasien Penderita Penyakit Asam Urat


yang menggunakan obat Allopurinol

Kadar Asam Urat Awal

Kuesioner

Mengkonsumsi obat Mengkonsumsi obat


allopurinol secara tidak
allopurinol secara tepat
tepat

Kadar
28

I. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Cara pengolahan data pada kuesioner yaitu dengan menghitung jumlah

jawaban yang benar dari setiap pertanyaan pada lembar kuesioner. Pertanyaan

pada lembar kuesioner bertujuan untuk mencari ketepatan penggunaan obat

Allopurinol oleh responden. Untuk jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan

jawaban yang salah akan diberi nilai 0. Pertanyaan pada kuesioner ada 7 buah

pertanyaan, jika jawaban yang benar ≥5 maka, data penggunaan obat allopurinol

tersebut dapat dikategorikan tepat. Dan jika jawaban yang benar <5, maka data

penggunaan obat allopurinol responden tersebut dapat dikategorikan tidak tepat.

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis

dengan menggunakan uji T-Dependen (Paired T-Test) dan uji T-Independen (Uji

beda Dua Mean). Menurut Hastono (2016), uji T- Dependen (Paired T-Test)

digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang

dependen. Sedangkan uji T-Independen (Uji beda Dua Mean) digunakan untuk

mengetahui perbedaan mean/rata-rata pada dua kelompok data yang independen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2019 di Rumah Sakit

Pusri Palembang. Responden pada penelitian ini merupakan pasien rawat jalan

yang berobat di Rumah Sakit Pusri Palembang dan mendapatkan terapi obat

Allopurinol pada hari penelitian dilaksanakan. Dari penelitian ini jumlah

responden yang didapatkan dengan menggunakan metode Accidental Sampling

secara keseluruhannya adalah 24 responden yang masuk ke dalam kriteria inklusi.

Saat pasien akan mengambil obat di instalasi farmasi RS Pusri Palembang,

peneliti melakukan pengecekan terhadap resepnya, jika terdapat Allopurinol

peneliti meminta ketersediaan pasien untuk mengisi kuesioner.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan

kepada responden untuk diisi sendiri oleh responden atau peneliti bertanya

langsung kepada responden dan mengisikan data serta jawaban responden di

lembar kuesioner, serta sekaligus meminta ketersediaan responden untuk dicek

kadar asam uratnya pada bulan berikutnya. Data dari hasil penelitian ini disajikan

dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan menggunakan program statistik, yaitu

uji Paired T-Test dan Independent T-Test. Sehingga diperoleh hasil Perbedaan

Kadar Asam Urat pada Pasien yang Menggunakan Allopurinol dengan Tepat dan

Tidak Tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang.

29
30

1. Tabel 1 : Distribusi Kadar Asam Urat Pada Awal Pemeriksaan

Kadar Asam Urat


Laki-laki Perempuan Jumlah %
(mg/dL)
6,5 – 7,1 0 7 7 29,2%
7,2 – 7,8 6 3 9 37,5%
7,9 – 8,5 8 0 8 33,3%
Total 14 10 24 100%

Data hasil kadar asam urat didapatkan peneliti dengan cara menanyakan

kadar asam urat kepada responden atau mengukur kadar asam urat responden

secara langsung yang dilakukan oleh peneliti. Kadar asam urat normal pada laki-

laki adalah 3,4 – 7,0 mg/dL dan kadar asam urat perempuan normalnya adalah 2,4

– 5,7 mg/dL. Sedangkan dari data yang diperoleh, kadar asam urat perempuan

terendah adalah 6,5 mg/dL dan laki-laki 7,3 mg/dL, yang mana kadar asam urat

tersebut masih tinggi atau diatas kadar asam urat normal.

2. Tabel 2 : Distribusi Kadar Asam Urat Setelah Satu Bulan

Kadar Asam Laki- Peremp


N % Normal Tinggi
Urat (mg/dL) laki uan
5,2 – 6,4 2 3 5 20,83%
6,5 – 7,7 8 4 12 50% 10 14
7,8 – 9,0 4 3 7 29,17%
Total 14 10 24 100% 24

Data kadar asam urat responden setelah penggunaan allopurinol selama

satu bulan didapatkan peneliti dengan cara mengukur kadar asam urat responden

secara langsung dengan mendatangi rumah responden yang sebelumnya telah


31

membuat janji dengan peneliti untuk dilakukan pengecekan kadar asam uratnya.

Kadar asam urat normal pada laki-laki adalah 3,4 – 7,0 mg/dL dan kadar asam

urat perempuan normalnya adalah 2,4 – 5,7 mg/dL. Dan data yang didapatkan

adalah 10 responden kadar asam uratnya sudah normal dan 14 responden lain

kadar asam uratnya masih tinggi atau masih diatas normal.

3. Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Perilaku Responden dalam Mengkonsumsi

Allopurinol

No Perilaku N %
Kebiasaan menggunakan allopurinol
1 Benar 16 66,7%
Salah 8 33,3%
Kegunaan allopurinol
2 Benar 18 75%
Salah 6 25%
Pembelian tanpa resep
3 Benar 18 75%
Salah 6 25%
Berapa kali sehari mengkonsumsi allopurinol
4 Benar 18 75%
Salah 6 25%
Kapan waktu mengkonsumsi allopurinol
5 Benar 24 100%
Salah 0 0%
Apa yang dilakukan bila lupa minum obat
6 Benar 12 50%
Salah 12 50%
Berapa lama waktu mengkonsumsi Allopurinol
7 Benar 22 91,7%
Salah 2 8,3%

Berdasarkan kuesioner tentang perilaku penggunaan allopurinol dari 24

responden didapatkan penilaian berupa angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk

jawaban yang salah. Jawaban dari kuesioner dikumpulkan dan dihitung nilainya,
32

jika nilainya ≥5 maka perilaku penggunaan obat allopurinol responden tersebut

tepat, bila <5 maka perilakunya dikatakan tidak tepat.

4. Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Penggunaan Allopurinol

Perilaku Frekuensi Persentase


Tepat 16 66.7%
Tidak Tepat 8 33.3%
Total 24 100%

Berdasarkan tabel di atas, dari pertanyaan pada kuesioner yang telah

diberikan kepada responden diperoleh sebanyak 16 orang responden atau 66.7%

responden yang sudah tepat dalam penggunaan Allopurinol dan 8 orang

responden atau 33.3% responden yang masih belum tepat dalam penggunaan obat

Allopurinol.

5. Tabel 5 : Distribusi frekuensi penurunan atau peningkatan kadar asam urat

responden yang menggunakan Allopurinol setelah satu bulan

Kadar Asam Urat Frekuensi Persentase


Menurun 14 58,3%
Meningkat 10 41,7%
Total 24 100%

Hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar asam urat pada awal dan

setelah penggunaan allopurinol selama satu bulan didapatkan penurunan atau

peningkatan kadar asam urat pada responden setelah penggunaan allopurinol

selama satu bulan. Hasilnya terdapat 14 orang responden atau 58.3% responden
33

mengalami penurunan kadar asam urat dan 10 orang responden atau 41.7%

responden yang mengalami kenaikan kadar asam urat setelah penggunaan

allopurinol selama satu bulan.

6. Tabel 6 : Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum dan Setelah Penggunaan

Allopurinol selama satu bulan dengan Perilaku Tepat

Kadar Rata-rata N Sig (p value)


Sebelum 7.506 16
0.001
Sesudah 6.650 16

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji statistik Paired T-Test,

didapatkan nilai sig (p value) 0.001. hal ini berarti nilai signifikan yang didapat

lebih kecil dari 0.05 (sig<0.05), berarti Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada

perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat sebelum dan sesudah

penggunaan allopurinol selama satu bulan dengan perilaku yang tepat pada pasien

di Rumah Sakit Pusri Palembang.

7. Tabel 7 : Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum dan Setelah Penggunaan

Allopurinol selama satu bulan dengan Perilaku Tidak Tepat

Kadar Rata-rata N Sig (p value)


Sebelum 7.325 8
0.001
Sesudah 8.013 8

Berdasarkan hasil uji statistik Paired T-Test, didapatkan nilai signifikan

0.001. nilai sig tersebut lebih kecil dari 0.05 (sig<0.05), yang berarti nilai Ho
34

ditolak dan nilai Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kadar

asam urat sebelum dan sesudah penggunaan allopurinol dengan perilaku

penggunaan yang tidak tepat pada pasien di Rumah Sakit Pusri Palembang.

8. Tabel 8 : Perbedaan Kadar Asam Urat pada Penggunaan Allopurinol

dengan Tepat dan Tidak Tepat

Penggunaan Kadar Rata-rata N Sig (p value)


Tepat 6.650 16
0.000
Tidak Tepat 8.013 8

Dari hasil uji statistik Independent T-Test, didapatkan hasil dari nilai

signifikan (p value) 0.000, hal ini berarti nilai signifikan lebih kecil dari 0.05

(sig<0.05), jadi nilai Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang

signifikan antara kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol

dengan tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang. Kadar asam urat

pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan tepat cenderung mengalami

penurunan pada kadar asam uratnya, sedangkan pada pasien yang menggunakan

allopurinol dengan tidak tepat cenderung mengalami kenaikan pada kadar asam

uratnya.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran kadar asam urat pada

pasien yang menggunakan allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di rumah sakit

pusri palembang. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
35

Accidental sampling, yaitu konsumen yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti digunakan sebagai sample.

1. Kadar Asam Urat dalam Darah

Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa

normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan

yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat. Oleh karena itu kadar asam

urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengkonsumsi

makanan yang mengandung purin tinggi, seperti daging, kerang, dan jeroan.

Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan jenis

kelamin. Asam urat tergolong normal bila kadar asam urat pria di bawah 3,4 – 7,0

mg/dl dan wanita di bawah 2,4 – 5,6 mg/dl. Pada perempuan kadar asam urat

biasanya tetap rendah, baru pada usia pramenopause kadarnya meningkat

mendekati kadar pada laki-laki (Misnadiarly, 2007).

Hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar asam urat pada awal

pemeriksaan adalah kadar asam urat perempuan terendah adalah 6,5 mg/dl dan

laki-laki 7,3 mg/dl, yang mana kadar tersebut masih tinggi atau diatas kadar asam

urat normal. Sedangkan pada hasil pengukuran kadar asam urat setelah

penggunaan allopurinol selama satu bulan mengalami perubahan jumlah kadar

asam uratnya. Dari 24 responden, 10 responden (41,7%) kadar asam uratnya

sudah mengalami penurunan dan kembali normal sedangkan 14 responden lainnya

atau 58,3% responden kadar asam uratnya masih tinggi.


36

2. Cara Penggunaan Obat Allopurinol

Dari data yang diperoleh sebanyak 66,7% responden mengkonsumsi

allopurinol pada saat tidak kambuh dan setiap hari secara teratur dan 33,3%

responden meminun allopurinol hanya saat nyeri asam uratnya kambuh. Hal ini

dikarenakan masih banyak responden yang menganggap allopurinol merupakan

obat anti nyeri saat asam urat kambuh, padahal Allopurinol dapat memperpanjang

durasi serangan akut atau mengakibatkan serangan lain sehingga allopurinol

hanya diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu. Resiko induksi

serangan akut dapat dikurangi dengan pemberian bersama NSAID atau kolkisin

(1,5 mg/hari) untuk 3 bulan pertama sebagai terapi kronik (Johnstone, 2005).

Kemudian yang kedua pada pertanyaan obat allopurinol diminum setiap hari

atau tidak, dan hasilnya ada 16 responden (66.7%) yang sudah patuh

mengkonsumsi allopurinol setiap hari secara rutin dan 8 responden (33.3%) masih

mengkonsumsi obat allopurinol hanya saat nyeri saja. Waktu paruh allopurinol

berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12‐30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal

normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan allopurinol dan

ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua (Johnstone, 2005). Oleh karena

waktu paruh matabolitnya yang panjang, allopurinol dapat diberikan sehari sekali

(Sukandar, 2009).

Selanjutnya berdasarkan waktu minum, apakah responden mengkonsumsi

allopurinol setelah makan atau tidak, dan hasil yang diperoleh adalah semua

responden atau sebanyak 24 responden sudah mengkonsumsi allopurinol sesudah

makan. Dan berdasarkan kesesuaian dosis, terdapat 18 orang responden (75%)


37

sudah tepat sesuai dosis yang telah diberikan dokter dan 6 orang responden (25%)

masih belum sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan. Pada praktisnya,

kebanyakan pasien mulai dengan dosis 100 mg/hari dan dosis dititrasi sesuai

kebutuhan. Dosis pemeliharaan umumnya 100-600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari

menurunkan urat serum menjadi normal pada 85% pasien (Johnstone, 2005).

Allopurinol adalah obat yang paling umum digunakan untuk menurunkan

asam urat pada pengobatan jangka panjang dan pencegahan gout karena

menghambat enzim yang bertanggung jawab untuk produksi asam urat (Harrison,

2011). Pembentukan asam urat dalam dunia kedokteran dapat dihambat dengan

penggunaan allopurinol yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase.

Tujuannya untuk mengurangi produksi asam urat. Allopurinol berfungsi untuk

menghambat konversi hipoxantin menjadi xantin, xantin menjadi asam urat

(Yenrina, 2014).

3. Perilaku Responden dalam Menggunakan Allopurinol

Dari hasil kuesioner yang telah diberikan pada 24 responden diperoleh

sebanyak 16 orang responden atau 66.7% responden yang sudah tepat dalam

penggunaan Allopurinol dan sebanyak 8 orang responden atau 33.3% responden

yang masih belum tepat dalam penggunaan Allopurinol. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden penderita asam urat di Rumah Sakit Pusri

Palembang sudah tepat dalam penggunaan obat Allopurinol.

Dari data yang diperoleh tentang kebiasaan responden dalam penggunaan

allopurinol, terdapat 16 responden yang mengkonsumsi allopurinol pada saat tidak


38

kambuh dan 8 responden mengkonsumsi allopurinol pada saat asam urat kambuh

atau saat terjadi nyeri. Padahal Allopurinol dapat memperpanjang serangan akut

atau mengakibatkan serangan lain sehingga allopurinol hanya diberikan jika

serangan akut telah mereda terlebih dahulu. Untuk pengobatan saat terjadi nyeri

bisa digunakan obat nyeri sendi yang tergolong dalam obat antiinflamasi

nonsteroid (OAINS) seperti aspirin dan ibuprofen.

Pada pertanyaan tentang kegunaan obat allopurinol, 75% responden

menjawab benar, yaitu untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah dan 25%

responden menjawab salah. Hal ini berarti masih ada beberapa responden yang

mengganggap allopurinol sebagai obat antinyeri saat terjadi serangan. Untuk

pembelian obat allopurinol di apotik tanpa resep, terdapat 75% yang menjawab

tidak pernah membeli allopurinol tanpa resep di apotik dan 25% lainnya pernah

membeli allopurinol tanpa resep di apotik.

Komponen lainnya diteliti mengenai berapa kali sehari responden

mengkonsumsi allopurinol, dan hasil yang didapatkan adalah 75% sudah benar

yaitu satu kali sehari dan 25% lainnya menjawab tidak tentu atau tergantung rasa

sakit. Oleh karena waktu paruh metabolitnya yang panjang, allopurinol dapat

diberikan satu kali sahari secara teratur ntuk mendapatkan efek dari

mengkonsumsi allopurinol, yaitu berupa penurunan kadar asam urat dalam darah.

Untuk kapan waktu penggunaanya allopurinol, 24 responden (100%) sudah

mengkonsumsi allopurinol setelah makan.

Pada pertanyaan tentang apa yang dilakukan jika lupa meminum

allopurinol, 50% responden menjawab minum obat pada waktu berikutnya, dan
39

50% lainnya menjawab menggandakan dosis atau hanya meminum obat saat

terjadi serangan atau saat kambuh. Dan pada pertanyaan berapa lama pemakaian

obat allopurinol, terdapat 91,7% yang mengkonsumsi allopurinol selama kurang

lebih dua minggi dan 8,3% mengkonsumsi allopurinol hanya satu sampai tiga hari

saja. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan kadar asam urat

serum pada 7-10 hari. Kadar asam urat harus dicek setelah 2-3 minggu

penggunaan allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar asam urat (Johnstone,

2005).

4. Penurunan atau Peningkatan Kadar Asam Urat Responden Setelah

Penggunaan Allopurinol selama satu bulan

Berdasarkan data pengukuran asam urat, terdapat 14 orang responden atau

58.3% responden mengalami penurunan kadar asam urat dan 10 orang responden

atau 41.7% responden yang mengalami kenaikan kadar asam urat setelah

penggunaan allopurinol selama satu bulan. 16 orang responden atau 66.7%

responden yang sudah tepat dalam penggunaan Allopurinol dan sebanyak 8 orang

responden atau 33.3% responden yang masih belum tepat dalam penggunaan

Allopurinol. Pada tabel 5 tersebut, dapat dilihat bahwa responden yang

menggunakan allopurinol dengan tidak tepat cenderung mengalami peningkatan

kadar asam urat, yaitu dari 8 responden yang menggunakan allopurinol dengan

tidak tepat tersebut, semuanya mengalami kenaikan kadar asam urat.

Sedangkan pada responden yang menggunakan allopurinol dengan tepat

cenderung mengalami penurunan kadar asam urat, yaitu dari 16 responden yang
40

menggunakan allopurinol dengan tepat, hanya terdapat 2 responden atau 12.5%

responden dengan penggunaan allopurinol yang tepat mengalami kenaikan kadar

asam urat dan terdapat 14 responden atau 87.5% responden yang mengalami

penurunan kadar asam urat setelah penggunaan allopurinol selama satu bulan. Hal

ini membuktikan bahwa penggunaan allopurinol dengan tepat sangat

mempengaruhi penurunan kadar asam urat.

Kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu

banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, seperti daging,

kerang, dan jeroan (Misnadiarly, 2007). Peningkatan kadar asam urat serum

terjadi karena produksi asam urat yang berlebihan akibat gangguan metabolisme

purin. Terjadinya gangguan metabolisme purin disebabkan oleh defisiensi

glucose-6-phosphatase atau fructoce-6 aldolase. Hiperurisemia dapat pula

disebabkan oleh infrak miokard, status epileptikus, penyakit hemolisis kronis,

polisetamia, psoriasis, keganasan mieloproriferatif, dan limfoproriferatif yang

meningkatkan pemecahan ATP dan asam nukleat pada inti sel.

Sementara itu, peningkatan kadar asam urat serum yang kedua terjadi akibat

penurunan eksresi asam urat. Turunnya sekresi asam urat bisa disebabkan oleh

banyak hal. Diantaranya dehidrasi, penyakit ginjal kronis, diabetes insipidus,

myodema, hiperparatiroid, kebiasaan mengonsumsi alkohol, ketoasidosis,

keracunan bilirium, konsumsi obat dengan efek diuretik, salisilat dosis rendah,

obat tuberkulosis (pirazinamid atau etambutor), dan siklosporin (Lingga, 2012).


41

5. Perbedaan Kadar Asam Urat pada Pasien yang Menggunakan

Allopurinol dengan Tepat dan Tidak Tepat di Rumah Sakit Pusri

Palembang

Dengan menggunakan uji statistik Paired sample T-Test, peneliti

menghitung kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi selama satu bulan pada

16 pasien yang menggunakan allopurinol dengan perilaku yang tepat dan

didapatkan nilai sig 0.001<0.05, hal ini menunjukkan adanya perbedaan kadar

asam urat sebelum dan sesudah penggunaan allopurinol selama satu bulan dengan

perilaku yang tepat pada pasien di Rumah Sakit Pusri Palembang. Begitu juga

pada tabel 7 hasil uji statistik Paired T-Test diperoleh nilai sig 0.001<0.05, maka

Ho ditolak, artinya ada perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah

penggunaan allopurinol selama satu bulan dengan perilaku yang tidak tepat pada

pasien di Rumah Sakit Pusri Palembang.

Dan pada uji statistik Independent sample T-Test, peneliti menghitung

perbedaan kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan

tepat dan tidak tepat berdasarkan kadar asam urat setelah penggunaan allopurinol

selama satu bulan dan diperoleh nilai sig 0.000<0.05, ini menunjukkan adanya

perbedaan kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol dengan

tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit Pusri Palembang. Pada pasien yang

menggunakan allopurinol dengan tepat cenderung mengalami penurunan pada

kadar asam uratnya, sedangkan pasien yang menggunakan allopurinol dengan

tidak tepat cenderung mengalami peningkatan pada kadar asam uratnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan kadar asam

urat pada pasien yang menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di

Rumah Sakit Pusri Palembang, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar asam urat responden setelah menggunakan Allopurinol selama satu

bulan banyak yang sudah menurun, yaitu sebanyak 14 responden (58,3%),

dan 10 responden (41,7%) mengalami peningkatan pada kadar asam

uratnya.

2. Kadar asam urat pada pasien yang menggunakan atau mengkonsumsi

Allopurinol dengan tepat cenderung menurun dan pasien yang

mengkonsumsi Allopurinol dengan tidak tepat atau kurang tepat, kadar

asam uratnya cenderung mengalami peningkatan.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat pasien yang

menggunakan Allopurinol dengan tepat dan tidak tepat di Rumah Sakit

Pusri Palembang.

42
43

B. Saran

1. Perlu ada pemahaman yang baik bagi masyarakat tentang asam urat dan cara

pengobatannya serta harus berhati-hati dan mengikuti petunjuk penggunaan

obat tersebut agar dapat memberikan manfaat yang sesuai dan aman untuk

menggunakannya.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti lebih lanjut

perbedaan kadar asam urat pada pasien yang menggunakan allopurinol

dengan tepat dan tidak di lokasi yang berbeda dan sampel lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Anies., 2018. Penyakit Degeneratig : “Mencegah & Mengatasi Penyakit


Degeneratif dengan Perilaku & Pola Hidup Modern yang Sehat. Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta.

Dalimartha, S., 2014. Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Dipiro, T.J., Wells, G.B., Schwinghammer, L.T. dan Dipiro, V.C., 2009,
Pharmacotherapy Handbook Seven Edition, 156-160, The McGraw-Hill
Companies, United States of America.

Gilman, A.G., 2007. Goodman and Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Ed.10,
Vol. 1, EGC, Jakarta

Hastono, S.P., 2016. Analisis Data pada Bidang Kesehatan. PT RajaGrafindo


Persada, Jakarta.

Harrison A, Lynch N, Stamp L and Taylor W., 2011. The Medical Management of
Gout Revisited. Best Practice Journal 37: 34-40.

Irianto, Koes, 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Alfabeta Cv, Bandung, hal 249-250.

Johnstone, A., 2005. Gout – the disease and non ‐ drug treatment. Hospital
Pharmacist, 12, 391‐394. Terjemahan Oleh: Diana, L. Gout Farmakologi
(2008), hal. 4.V

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI, 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Meilinda, L.A., 2018. Korelasi Pengetahuan dan Penggunaan Obat Allopurinol


pada Penderita Hiperurisemia di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.
Politeknik Kesehatan Palembang, Palembang, Indonesia.

44
45

Lingga, L., 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. PT AgroMedia Pustaka,
Jakarta.

Misnadiarly., 2007. Rematik :”Asam Urat – Hiperurisemia – Arthritis Gout. Ed.1,


Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

Mycek, M.J., R.A. Harvey, P.C. Champe., 2001. Farmakologi : “Ulasan


Bergambar”. Ed.2, Widya Medika, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta, Jakarta,


Indonesia.

Purwaningsih, T., 2010. Faktor-Faktor Risiko Hiperurisemia. Universitas


Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Rau, E., J. Ongkowijaya., V. Karengian., 2015. Perbandingan Kadar Asam Urat


pada Subyek Obes dan Non Obes di Fakultas Kedokteran Universitas SAM
Ratulangi Manado. e-Clinic(eCL)3:2.

Salma., 2014. Tetap Sehat Setelah Usia 40. Gema Insani, Jakarta, Indonesia

Stringer, J.L., 2009. Konsep Dasar Farmakologi :”Panduan untuk Mahasiswa”.


Ed.3, EGC, Jakarta.

Soeroso, Joewono., 2011. Asam Urat. Penebar Plus, Jakarta. Indonesia.

Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I. Sigit, et al. 2009. ISO Farmakoterapi. PT ISFI
Penerbitan, Jakarta .

Syamsudin., 2013. Farmakologi Molekuler : “Mekanismer Kerja Obat Pada


Tingkat Molekul. EGC, Jakarta, hal. 26.

Tjay, T.H, dan K. Rahardja., 2015. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,


dan Efek-Efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Yenrina, R., D. Krisnatuti, D. Rasjmida., 2014. Diet Sehat Untuk Penderita Asam
Urat. Penebar Swadaya, Jakarta.
46

LAMPIRAN

Lampiran 1

KUESIONER

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………………………
2. Alamat : ……………………………………………………

3. No.Hp : ……………………………………………………
4. Umur : ……………………………………………………
5. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan

B. PERTANYAAN
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar.
1. Bagaimana kebiasaan anda dalam menggunakan obat allopurinol ?
a. Pada saat pegal linu (saat asam urat kambuh)
b. Pada saat tidak kambuh, setiap hari secara teratur
2. Untuk apa anda menggunakan obat allopurinol ?
a. Untuk menurunkan kadar asam urat saya
b. Untuk meredakan nyeri atau mengobati pegal linu yang saya derita
3. Apakah anda pernah membeli obat allopurinol di apotek tanpa resep
dokter ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
4. Bagaimana cara anda mengkonsumsi obat allopurinol ?
a. Diminum pada saat nyeri saja (saat asam urat kambuh saja)
b. Diminum setiap hari pada waktu yang sama
5. Berapa kali sehari anda mengkonsumsi obat allopurinol ?
a. 1-3 kali sehari (dosis 300 mg)
47

b. 1 kali sehari (dosis 300 mg)


c. Tidak tentu, tergantung rasa sakit
6. Kapan waktu anda mengkonsumsi obat allopurinol ?
a. Sebelum makan
b. Sesudah makan
7. Apa yang anda lakukan bila lupa meminum obat allopurinol ?
a. Minum obat pada waktu berikutnya seperti biasa
b. Menggandakan dosis obat
c. Tidak ada, Saya hanya minum obat allopurinol saat asam urat saya
kambuh saja
8. Berapa lama waktu anda mengkonsumsi obat allopurinol ?
a. 1-3 hari saja
b. Selama kurang lebih 2 minggu
48

Lampiran 2.

SURAT IZIN PENELITIAN


49

Lampiran 3

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN


50

Lampiran 4

KUESIONER RESPONDEN
51
52

Lampiran 5

Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Paired Sample T-Test Kadar

Asam Urat Sebelum dan Sesudah Pada Penggunaan Allopurinol dengan

Perilaku Tepat
53

Lampiran 6

Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Paired Sample T-Test Kadar

Asam Urat Sebelum dan Sesudah Pada Penggunaan Allopurinol dengan

Perilaku Tidak Tepat


54

Lampiran 7

Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Statistik Independent Sample T-Test

Perbedaan Kadar Asam Urat pada Penggunaan Allopurinol dengan Tepat

dan Tidak Tepat


55

Lampiran 8

Hasil Kuesioner

Pertanyaan Penggunaan Allopurinol Perilaku


No. N Sex Skor Tidak
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Tepat
Tepat
1 M L 1 1 1 1 1 1 1 7 T
2 Z L 0 0 1 1 1 0 1 4 TT
3 SW L 1 0 1 1 1 1 1 6 T
4 MH P 1 1 0 1 1 0 1 5 T
5 SD P 1 0 1 1 1 1 1 6 T
6 FJ L 1 1 0 1 1 1 1 6 T
7 SK L 1 1 1 1 1 1 1 6 T
8 JHI P 1 1 0 1 1 1 1 7 T
9 JH P 0 1 1 0 1 0 0 3 TT
10 FM P 1 0 1 1 1 1 1 6 T
11 DA P 0 0 1 1 1 0 1 4 TT
12 HS L 1 1 1 1 1 1 1 7 T
13 SA L 0 1 0 0 1 0 1 3 TT
14 MP L 0 1 1 0 1 0 1 4 TT
15 FAW P 1 1 1 1 1 1 1 7 T
16 A P 0 1 1 0 1 0 0 3 TT
17 AK L 1 1 0 1 1 0 1 5 T
18 SAK L 1 1 0 1 1 1 1 6 T
19 TAM L 1 1 1 1 1 0 1 6 T
20 CA P 0 0 1 0 1 0 1 3 TT
21 AY P 1 1 1 1 1 0 1 6 T
22 D L 1 1 1 1 1 1 1 7 T
23 MS L 0 1 1 0 1 0 1 4 TT
24 MN L 1 1 1 1 1 1 1 7 T
Jumlah 16 8
Keterangan Nilai Skor : Nilai Total:
≥5 = Tepat Tepat = 16
<5 = Tidak Tepat Tidak Tepat =8
T : Tepat
TT : Tidak Tepat
56

Lampiran 9

LEMBAR KERJA

Keterangan Penurunan
Kadar Asam
atau Peningkatan Perilaku
No. Nama Urat (mg/dl)
Sex Kadar
Setelah Tidak
Awal Menurun Meningkat Tepat
Terapi Tepat
1 M L 7.4 6.8 Turun T
2 Z L 7.7 8.1 Naik TT
3 SW L 7.5 6.8 Turun T
4 MH P 6.8 7.2 Naik T
5 SD P 6.9 5.7 Turun T
6 FJ L 8.2 7.4 Turun T
7 SK L 7.3 6.6 Turun T
8 JHI P 7.6 5.6 Turun T
9 JH P 6.9 7.8 Naik TT
10 FM P 7.2 6.5 Turun T
11 DA P 7.3 8.4 Naik TT
12 HS L 8.3 6.7 Turun T
13 SA L 7.9 8.2 Naik TT
14 MP L 7.3 7.9 Naik TT
15 FAW P 6.7 5.2 Turun T
16 A P 6.5 7.7 Naik TT
17 AK L 7.9 6.8 Turun T
18 SAK L 8.0 7.5 Turun T
19 TAM L 7.5 6.0 Turun T
20 CA P 6.7 7.6 Naik TT
21 AY P 6.5 7.8 Naik T
22 D L 8.4 7.4 Turun T
23 MS L 8.3 8.9 Naik TT
24 MN L 7.9 6.4 Turun T
Jumlah 14 10 16 8

Kadar asam urat normal laki-laki = 3,4-7,0 mg/dL


Kadar asam urat normal pereumpuan = 2,4-5,7 mg/dL
57

Lampiran 10

FOTO KEGIATAN PENELITIAN


58

Anda mungkin juga menyukai