Anda di halaman 1dari 72

UJI CEMARAN MIKROBA PADA KOSMETIK

EYELINER DENGAN METODE ALT


(ANGKA LEMPENG TOTAL)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH:
IRA ULFA YUNIKA
NIM : PO.71.39.0.15.042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2018
BIODATA

Nama : Ira Ulfa Yunika

Tempat Tanggal Lahir : Muara Enim, 29 Mei 1996

Agama : Islam

Alamat : Komplek Bekasi, Jl.Nuri No.103 Dekat RSUD

Dr.H Rabain Muara Enim, Kab/Kec: Muara Enim.

No. Telp/Email : 081278495732/ yunikaira@yahoo.co.id

Nama Orang Tua

Ayah : Kamaluddin

Ibu : Ida Yuhartini

Anak Ke :4

Jumlah Saudara :3

Nama Saudara : Bripda Paisal Amin

Wulan Damaiyanti

Muchammad Rizki, SE

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 3 Muara Enim (2008-2009)

2. SMP Negeri 4 Muara Enim (2009-2012)

3. SMA Negeri 2 Muara Enim (2012-2015)


Halaman Persembahan
Alhamdulillahirobbil’alamin saya haturkan kepada Allah SWT. atas
ridhonya lah saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan segala
kekurangannya, saya sangat berterima kasih kepada :

• Allah SWT yang selalu menunjukkan jalan keluar disaat aku kehilangan arah,
terima kasih atas nikmat-Mu yang berlimpah, serta atas segala kemudahan dan
kekuatan yang Engkau berikan selama ini.
• Kedua orang tua saya Bapak Kamaluddin dan Ibu Ida Yuhartini, terima
kasih yang selalu mendukung dan mendoakan dalam pengerjaan KTI ini,
materi yang tak terhitung jumlahnya, kesabaran atas segala kelalaian yang
kulakukan, tenaga dan pikiran yang selalu tercurah padaku, serta segala
pembelajaran hidup luar biasa yang kudapatkan selama ini.
• Kakak-kakak dan mbak-mbak ku yang selalu memberikan nasehat dan
motivasi dalam segala hal yang tak pernah terlupakan untuk menjadikanku
lebih dewasa dan lebih baik lagi kedepannya.
• Richat syahrun terima kasih yang selalu mendukungku, menyemangatiku
disaat aku jatuh dan terima kasih untuk segala nasihat, doa yang kamu berikan.
• Ketua jurusan, ibu Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt., M.Kes terima kasih
banyak atas segala nasihat, arahan dan kesabaran selama 3 tahun ini.
• Dosen pembimbing saya, bapak Muhammad Nizar, S.Pd., MM. terima kasih
atas bimbingan, pengarahan, waktu, motivasi, dan saran yang bapak berikan
dalam Karya Tulis Ilmiah ini
• Dosen pembimbing akademik saya, Dra. Sarmalina Simamora, Apt. M.Kes.
terima kasih atas bimbingan, nasehat, motivasi, waktu, dan arahan yang ibu
berikan kepada saya.
• Bapak dan Ibu dosen beserta para staff yang telah memberikan ilmu dan
bantuan selama 3 tahun ini.
• Teman kecilku ; Rohmawati, dwi agustin, Tanti, Tirta, Widya, Ulfah Terima
kasih atas kebersamaan yang tak terhentikannya, bantuan, pengorbanan, canda
tawa, kesedihan, kekonyolan, lelucon yang aneh, nasihat dan segala hal yang
telah kuterima selama ini.
• Sahabat-sahabat terbaikku; natha, ira karunia, andrean aditya, kiki, rahma yang
selalu memberikan semangat, doa, kegembiraan, canda tawa, dan selalu ada
buat aku yang tiada habisnya. Terima kasih sahabat-sahabatku.
• Sumber informasi karya tulis ilmiah kakak Rani nareza Ulfa Terima kasih atas
arahan dan saran buat aku selama ini.
• Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih semua.
• Teman-teman satu angkatan Reg 3A dan 3B.
• Almamaterku Poltekkes Kemenkes Palembang.
ABSTRAK

Latar Belakang: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Lempeng


Total dalam sediaan Eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga)
bulan. Eye liner merupakan jenis kosmetik yang banyak digunakan dikalangan
remaja dan dewasa. Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang
masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu
penyimpanan dan penggunaan, yang sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat. Untuk mengetahui apakah sifat dan karakteristik eye
liner masih dapat diterima, perlu dilakukan uji cemaran mikroba yang terdapat
pada kosmetik eye liner dengan metode ALT (Angka Lempeng Total).

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental deskriptif. Data


yang diperoleh berupa Angka Lempeng Total. Tahapan penelitian yang dilakukan
meliputi penentuan dan pemilihan tempat pengambilan sampel, pengambilan
sampel eye liner dan pengujian Angka Lempeng Total pada eye liner.

Hasil: Pada penelitian ini diperoleh Angka Lempeng Total dari eye liner. Hasil
penelitian menunjukkan nilai Angka Lempeng Total yang terkecil 0 koloni/ml
sampai yang terbesar 2,8×103 koloni/ml.

Kesimpulan: Semua sampel eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3
bulan dengan merek yang berbeda, ada yang memenuhi persyaratan keamanan
dan ada yang tidak memenuhi persyaratan keamanan.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “UJI CEMARAN MIKROBA
PADA KOSMETIK EYE LINER DENGAN METODE ALT (ANGKA
LEMPENG TOTAL)” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ratnaningsih DA, Apt.,M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Palembang.
2. Bapak Muhammad Nizar, S.Pd., MM. selaku pembimbing dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan,
dan motivasi hingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai.
3. Bapak dan ibu dosen pengajar serta staf Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa.
5. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan bantuan serta semangat
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan


pengalaman yang dimiliki. Sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Palembang, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kosmetik ..................................................................................................... 6
B. Eye Liner ..................................................................................................... 7
1. Definisi ................................................................................................... 7
2. Komponen Utama Eye liner ................................................................... 8
C. Sumber Kontaminasi ................................................................................... 10
1. Bahan Baku ............................................................................................. 10
2. Lingkungan ............................................................................................. 11
3. Peralatan ................................................................................................. 12
4. Packaging Material ................................................................................. 13
5. Personil ................................................................................................... 13
D. Uraian Umum Kontaminasi Mikroba pada Eye liner .................................. 14
1. Fungi ............................................................................................... 14
2. Khamir ............................................................................................ 14
3. Kapang atau Jamur ......................................................................... 15
4. Bakteri ............................................................................................ 15
E. Nama Produk dan Nama Pabrik ................................................................. 17
F. Angka Lempeng Total ................................................................................. 18
G. Media ........................................................................................................... 22
H. Analisis Angka Lempeng Total. .................................................................. 24
1. Penghitungan Lempeng .......................................................................... 24
2. Pengamatan ............................................................................................. 24
3. Cara Perhitungan .................................................................................... 24
I. Persyaratan Cemaran Mikroorganisme dalam Kosmetik ............................ 25
J. Kerangka Teori .......................................................................................... 26
K. Hipotesis ...................................................................................................... 27

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 28
C. Objek Penelitian .......................................................................................... 28
D. Cara Pengumpulan Data .............................................................................. 29
E. Alat Pengumpulan Data............................................................................... 29
1. Alat ......................................................................................................... 29
2. Bahan ...................................................................................................... 30
F. Prosedur Kerja ............................................................................................. 30
1. Persiapan Sampel .................................................................................... 30
2. Metode Pemeriksaan ............................................................................... 32
3. Sterilisasi Alat......................................................................................... 32
4. Larutan Pembawa ................................................................................... 33
5. Media ...................................................................................................... 33
6. Prosedur Pemeriksaan ............................................................................. 33
G. Variabel Penelitian ...................................................................................... 34
1. Variabel Independen ............................................................................... 34
2. Variabel Dependen ................................................................................. 34
H. Definisi Operasional .................................................................................... 35
I. Kerangka Operasional ................................................................................. 36
J. Cara Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 38
B. Pembahasan................................................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................. 45
B. Saran........................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 46
LAMPIRAN................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nama Produk dan Nama Pabrik ......................................................... 17


2. Persyaratan Cemaran Mikroba dalam kosmetik................................ 25
3. Data hasil ALT pada sediaan eye liner ............................................... 38
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengenceran pada sampel suspensi bakteri ........................................ 20


2. Sterilisasi Alat ..................................................................................... 53
3. Aquadest pro injection ........................................................................ 53
4. Pengenceran Sampel A ....................................................................... 54
5. Pengenceran Sampel B ....................................................................... 54
6. Pengenceran Sampel C ....................................................................... 54
7. Pengenceran Sampel D ....................................................................... 55
8. Pengenceran Sampel E ....................................................................... 55
9. Pemanasan PCA ................................................................................. 55
10. Penuangan Sampel .............................................................................. 56
11. Setelah Penuangan PCA ..................................................................... 56
12. Sampel di inkubasi ............................................................................. 56
13. Colony Counter .................................................................................. 57
14. Hasil Sampel Mb ................................................................................ 57
15. Hasil Sampel Mo ................................................................................ 57
16. Hasil Sampel Nyx .............................................................................. 58
17. Hasil Sampel Wardah ........................................................................ 58
18. Eye liner ............................................................................................. 58
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengenceran Sampel Eye liner ........................................................... 49


2. Perhitungan Jumlah Koloni/ml............................................................ 50
3. Gambar Tahap Penelitian ................................................................... 53
4. Hasil Penelitian .................................................................................. 59
5. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kosmetik berasal dari kata kosmesis (Yunani) yang artinya “berhias”.

Biasanya digunakan untuk meningkatkan penampilan atau aroma tubuh manusia.

Kosmetik pada umumnya yaitu campuran dari bahan kimia meskipun ada juga

berasal dari sumber-sumber alami, kebanyakan dari bahan sintetis, dan organ

tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit. Maka dalam hal tertentu kosmetik itu

akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut. Tak ada

bahan kimia yang bersifat indeferens (tidak menimbulkan efek apa-apa) jika

dikenakan pada kulit (Lubowe, 1955).

Berbagai jenis kosmetik dapat kita jumpai di banyak tempat misalnya di

rumah, salon kecantikan, maupun di klinik kecantikan atau kesehatan. Kosmetik

biasanya digunakan untuk mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya

tarik seseorang agar orang lain menyukainya. Kosmetik merupakan suatu benda

yang tidak asing lagi dalam kalangan wanita. Lipstik, Eye Shadow, Eye Liner,

Maskara, dan Bleaching Cream merupakan beberapa produk kosmetik yang biasa

digunakan sehari-hari oleh wanita.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kerusakan pada kelopak

mata, termasuk penggunaan kosmetik (Victor, 2010). Penggunaan kosmetik yang

sudah terkontaminasi adalah salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran

penyakit infeksi seperti benjol pada bagian mata, kemerahan pada bagian mata.

Sejak tahun 1950, beberapa laporan sudah memuat ditemukannya berbagai jenis
mikroorganisme dalam sediaan kosmetik (Naser, 2008). Hasil penelitian dinas

kesehatan (2016), angka kejadian tertinggi pada kelompok yang menggunakan

kosmetik mencapai 1.769 kasus. Sedangkan yang tidak menggunakan kosmetik

pada angka kejadian hanya 218 kasus.

Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam

batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan,

yang sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.

Perubahan yang terjadi pada produk kosmetik dapat berupa perubahan fisika,

kimia dan kandungan mikroorganisme. Kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi

melalui udara, tangan yang sudah terkontaminasi, cara penggunaan yang sangat

kurang baik, dan penggunaan bahan yang sudah terkontaminasi dalam jangka

waktu lama (Naser, 2008).

Banyak orang beranggapan bahwa kosmetik tidak akan menimbulkan hal-

hal yang membahayakan manusia karena hanya ditempelkan di bagian luar kulit.

Pendapat itu salah karena kulit mampu menyerap (absorbsi) bahan yang melekat

pada kulit. Kemampuan kulit meliputi dua aspek :Pertama, aspek positif yaitu

terjadinya penyerapan kosmetik, dapat membantu memperbaiki struktur dan faal

kulit. Kedua, aspek negatif yaitu penyerapan kulit dapat menimbulkan efek

samping pada kulit seperti dermatitis, akne kosmetik, kelainan pada saluran nafas

dan efek jangka panjang berbagai organ tubuh seperti hati, darah, ginjal, limpa,

paru-paru dan lain-lain (Wasitaatmaja, 1977). Mekanisme masuknya kosmetik ke

dalam kulit tidak hanya terjadi secara fisik, maupun secara kimiawi (Sartono,

2002).
Terkontaminasi terjadinya cara penggunaan yang sangat kurang baik, dan

penggunaan bahan yang sudah terkontaminasi dalam jangka waktu lama. Adapun

syarat kosmetik yang baik adalah harus stabil dan tidak boleh mengganggu fungsi

kulit dan kesehatan manusia. Karena adanya mikroba dalam sediaan kosmetik

dapat menyebabkan tidak stabilnya sediaan, dan menyebabkan timbulnya reaksi

alergi, infeksi pada kulit, sensitifitas dan penyakit kulit lainnya.

Mengingat bahwa mikroorganisme beserta sporanya tidak hanya terdapat

pada wadahnya. Hal tersebut memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam

sediaan. Kemudian berkembang biak menjadi koloni-koloni selama penyimpanan

atau setelah kemasan dibuka. Terkait dengan kondisi pemakaian, dan

penyimpanan kosmetik, Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

dalam Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kosmetik pasal 1 No: HK.

00.05.4.175, kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan

organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Menurut Keputusan Direktorat Jendral POM RI No. 00.06.4.02894,

mengenai syarat cemaran mikroba pada kosmetik yaitu Pseudomonas aeruginosa,

Candida albicans dan Stapylococcus aureus adalah negatif, dengan Angka

Lempeng Total 103koloni/ml. Dari ketiga bakteri patogen tersebut Pseudomonas

aeruginosa merupakan bakteri yang sangat berbahaya, khususnya pada mata, dan

cairan lensa serta dapat mengakibatkan kebutaan. Bakteri ini secara luas dapat
ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Bakteri

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik yaitu bakteri

yang memanfaatkan kerusakan mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu

infeksi. Sediaan kosmetik eye liner penggunaan secara berulang dapat

terkontaminasi dengan mikroba.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menguji cemaran

mikroba pada eye liner dengan metode ALT dan media yang digunakan yaitu

media Plate Count Agar (PCA). Sediaan eye liner yang dijadikan sampel ialah eye

liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga) bulan dan terdaftar di

BPOM. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada cemaran

mikroba pada sediaan eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga)

bulan.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah sampel eye liner tersebut memenuhi persyaratan cemaran

mikroba sesuai yang telah ditetapkan?

2. Apakah sampel eye liner tersebut terdapat cemaran mikroba?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada cemaran mikroba

pada sediaan eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga)

bulan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah sampel eye liner tersebut memenuhi

persyaratan cemaran mikroba sesuai yang telah ditetapkan atau

tidak.

b. Untuk mengetahui sampel eye liner tersebut terdapat cemaran

mikroba atau tidak.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk mengetahui adanya cemaran mikroba pada sediaan eye liner yang

telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga) bulan.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat seharusnya memperhatikan cara pemakaian yang baik, dan

cara menyimpan eye liner yang baik setelah pemakaian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No.27 (2013),

kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan membrane mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan

atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Menurut Muliyawan

dan Suriana (2013), kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya

keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran

bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit,

kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya

tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari

semula.

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu.Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga

untuk kesehatan. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki

maupun perempuan, sejak lahir hingga meninggalkan dunia ini. Produk-produk

itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut

sampai ujung kaki, sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai

(Tranggono dan Latifah, 2007).


Sejak 40 tahun terakhir, kosmetik berkembang pesat. Industri bahan kimia

memberi industri kosmetik banyak bahan dasar dan bahan aktif sementara setiap

tahun perkembangan-perkembangan baru terus terjadi. Kuantitas dan kualitas

bahan biologis untuk digunakan pada kulit pun semakin meningkat. Mereka yang

terjun dalam profesi kedokteran semakin meningkatkan perhatian pada ilmu

kosmetik kulit (Cosmetodermatolgy). Pengetahuan para ahli yang

mengembangkan produk-produk baru telah berubah secara radikal. Semula, inti

pengetahuan mereka berasal dari formulasi-formulasi yang mereka kembangkan

sendiri di salon, rumah, atau mereka warisi dari pendahulu mereka. Namun berkat

perkembangan teknologi yang begitu pesat, para ilmuwan kosmetik harus

memperbarui ilmu mereka secara kontinyu. Mereka harus memahami sifat-sifat

permukaan kulit dan rambut dan bagaimana produk kosmetik mempengaruhi

jaringan-jaringan tersebut.

B. Eye liner berbentuk cair

1. Definisi Eye liner berbentuk cair


Eye liner merupakan sediaan rias mata yang digunakan untuk memperindah

dan mempertajam bentuk mata. Eye liner tersedia dalam bentuk sediaan cair.

Umumnya sediaan eye liner yang cair mengandung bahan dasar air yang

merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Ada beberapa

bentuk sediaan eye liner yaitu bentuk padat seperti pensil, bentuk cair, dan bentuk

semi padat. Berisi pigmen warna dalam emulsi O/W (Water Based), atau

petrolatum dan lilin (Solvent Based), (Wasitaatmaja, 1997).

2. Komponen Utama Eye liner

Komponen eye liner yang digunakan adalah :


a. Air

Suatu zat biasanya digunakan sebagai pelarut.

b. Methyl methacrylate

Sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan memperpanjang waktu

penyimpanan produk. Meskipun diketahui beracun, tetapi kandungannya

masih banyak digunakan. Efek yang mungkin terjadi timbul banyak reaksi

alergi dan ruam kulit.

c. Acrylates copolymer

Sebagai kandungn di dalam kosmetik ialah bahan perekat, zat ini sangat

berbahaya karena dapat menyebabkan kanker, keracunan, hingga gangguan

psikomotorr bila terhirup dalam jumlah yang cukup banyak.


d. Propylene glycol stearate

Sebagai asam lemak digunakan produk penyebab makanan, produk

pembersih, produk perawatan, bahkan bahan pelumas (menimbulkan iritasi kulit

dan mata).

e. Iodopropynyl butylcarbamate

Biasanya digunakan dalam cat, produk perawatan dan kosmetik.

Menimbulkan reaksi yang cukup berbahaya dan iritasi pada kulit, mata,dll.

Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam eye liner adalah

bervariasi dan banyak. Oleh karena itu, ada beberapa tipe dasar pengikat yang

digunakan (Balsam dan Sagarin, 1972):

a) Pengikat larut air

Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya adalah larutan gum seperti

tragakan, karaya, dan arab. Penambahan pengawet penting dalam medium gum dan juga

dalam semua larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan bakteri.

b) Pengikat tidak larut air

Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam eye liner. Minyak

mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat digunakan dan

dicampur dengan sejumlah air untuk membantu pembentukan eye liner yang halus

dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk

menyeragamkan distribusi kelembaban eye liner.


c) Pengawet

Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk

selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana

mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya, baik

dari tangan atau dari alat yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan harus

menunjukkan terbebas dari mikroorganisme. Oleh karena itu, ditambahkan

pengawet untuk menghindari kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba.

d) Pengikat kering

Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat (Zink atau

Magnesium Stearat) dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya

eye liner.

C. Sumber Kontaminasi

Sumber kontaminasi pada kosmetik dapat berasal dari (Rieger, 2000):

a) Bahan Baku

Jika bahan baku yang digunakan dalam produksi kosmetik sudah

terkontaminasi, maka produk jadi pun akan sama terkontaminasi. Dan

penggunaan pengawet menjadi tidak berguna. Penggunaan air dalam produksi

kosmetik merupakan sumber terbesar terjadinya kontaminasi mikroba. Banyak

kasus ditemukan sumber kontaminasi berasal dari air yang diperoleh melaui ion

exchange atau air yang disimpan dalam penampungan. Kualitas air sangat

penting, air banyak digunakan sebagai bahan pembawa didalam sediaan atau

mencuci alat-alat.
Lemak, lilin dan minyak tidak mengandung air yang cukup untuk

pertumbuhan mikroba, sehingga relative sedikit mengandung mikroba. Bahan-

bahan yang berasal dari alam seperti gum, ekstrak, tragakan, akasia sangat rentan

terhadap terkontaminasi oleh jamur, kapang dan bakteri. Karena dilakukan proses

sanitasi terlebih dahulu sebelun dikemas dan digunakan untuk mengontrol

kontanimasi mikroba. Sementara untuk bahan-bahan alami yang lain seperti talk,

kaolin, dan pati beras, juga dapat mengandung bakteri, terutama bakteri yang

mengandung spora. Spora ini sulit untuk dihilangkan sehingga dapat terbawa

kedalam produk jadi. Oleh karena itu harus ada batasan mikroba yang jelas untuk

membantu mencegah kontaminasi yang tidak diinginkan di produk jadi. Wadah

bahan baku (seperti karung, drum, karton, dll) juga dapat menjadi sumber

kontaminasi. Oleh karena itu diperlukan penilaian resiko untuk menentukan

kemungkinan terjadinya kontaminasi, dengan melakukan program sampling atau

pengujian untuk memantau bahan baku. Misal pengecekan mutu air secara berkala

untuk melihat kemungkinan adanya kontaminasi mikroba.

b) Lingkungan

Udara bukan merupakan lingkungan alami untuk pertumbuhan mikroba

karena tidak cukup air dan bahan nutrisi yang diperlukan. Tetapi mikroba dapat

menempel pada partikel-partikel debu dan bahan yang tersuspensi di udara.

Jumlah mikroba di udara tergantung kepada aktifitas yang terjadi di lingkungan

tersebut dan jumlah debu/partikel tersuspensi. Dinding dan langit-langit ruang

kerja dapat menjadi sumber kontaminasi. Kontaminan di udara dapat berupa

jamur, spora bakteri dan mikroflora kulit (terutama micrococci). Pengendalian


lingkungan seperti pemantauan udara rutin dapat dilakukan untuk mengontrol

kontaminasi. Adapun bakteri di udara, yaitu: Bacillus sp, Clostridium sp, dll.

Sedangkan jamur: Penicillium sp, Aspergillus sp, Mucor sp.

c) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam produksi sediaan dapat merupakan sumber

kontaminasi, antara lain alat yang tidak dibersihkan sempurna, yaitu masih

mengandung sisa-sisa bahan. Pada waktu penyimpanan yang merupakan substrak

(yang digunakan oleh enzim) untuk pertumbuhan mikroba. Enzim (katalis organik

yang dihasilkan organisme). Debu yang berasal dari udara yang menempel pada

alat dapat mengandung mikroba. Peralatan yang digunakan harus didesain agar

mudah dibersihkan.

Penggunaan desinfektan hypochlorite dengan konsentrasi 150 – 200 ppm

selama 2 menit dan disterilisasi selam 10 menit dapat membersihkan peralatan

yang berasal dari logam dan kaca. Penggunaan detergen yang mengandung

komponen ammonium quartener atau mengandung iodine juga dapat digunakan

untuk menghilangkan sisa/residu produk sebelumnya dari peralatan tersebut. Dan

untuk pembilasan atau pencucian dapat digunakan dengan air panas yang berguna

untuk menonaktifkan residu dari bahan-bahan organic. Prosedur pembersihan

haruslah tervalidasi dan personil harus diberikan pelatihan mengenai prosedur

pembersihan peralatan. Hal ini untuk menjamin sanitasi dari peralatan yang

digunakan. Salah satu penyebab terjadinya kontaminasi mikroorganisme ialah

kegagalan dalam mengeringkan peralatan yang digunakan setelah pencuci dan


pembersihan. Karena harus dipastikan alat yang telah dicuci sudah kering

sempurna.

d) Packaging Material

Bahan kemasan harus terbebas dari debu dan bersih dari mikroba. Untuk

bahan-bahan kemasan tertentu seperti wadah botol atau plastik, sebelum

digunakan dilakukan pencucian terlebih dahulu. Karena wadah atau kemasan yang

disimpan dalam kantong bisa terdapat spora mikroba didalamnya, seperti spora

jenis Aspergillus sp, Clostridium sp, Bacillus sp, dan Micrococcus sp.

e) Personil

Terjadinya kontaminasi mikroba selama proses produksi sampai

pengemasan dapat disebabkan oleh operator/personil. Misalnya pada kulit, tangan,

dan wajah, dapat mengandung berbagai bakteri, seperti: Staphlococcus aureus,

Sarcina sp, Dikteroid sp, dan Alkaligenas sp. Pada bagian daerah kulit, terdapat

fungi: Epidermaphyton sp, Microsporum sp, dan Trhychophyton sp. Dari saluran

hidung terdapat bakteri dalam jumlah besar, antara lain: Staphylococcus aureus,

Staphylococcus albus, yang patogen: Haemophilus influenzae, Klebsiella

pneumonia. Operator/personil harus diberitahukan bahwa mereka berpotensi

menjadi sumber kontaminasi dan mereka harus dibekali pelatihan mengenai

“personal hygiene”. Selain itu pemakaian pakaian pelindung/baju khusus untuk

masuk ruang produksi juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

kontaminasi mikroba.
D. Uraian Umum Kontaminasi Mikroba pada Eye liner

a) Fungi

Fungi adalah suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri

spesifik, antara lain : mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai

klorofil, dapat berkembangbiak secara seksual maupun aseksual, dan beberapa

jenis mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang

mengandung selulosa atau khitin atau keduanya. Secara umum fungi dapat dibagi

atas 2 kelompok berdasarkan atas tipe selnya, yaitu :

• Fungi yang bersifat uniseluler (khamir, ragi, dan yeast)

• Fungi yang bersifat multiseluler (kapang atau jamur, dan cendawan)

b) Khamir

Khamir merupakan fungi bersel satu atau uniseluler. Beberapa diantaranya

bersifat misellium dengan percabangan, dan hidupnya sebagian bersifat saprofit

dan ada pula yang bersifat parasit.Ada beberapa bentuk khamir, mulai dari bentuk

bulat (spherpoid), elips atau bulat telur, bentuk batang atau silindris seperti buah

jeruk, seperti sosis dan lain-lain. Bentuk-bentuk dari sel khamir tersebut dapat

membantu dalam identifikasi.Banyak jenis khamir mengubah karbohidrat menjadi

alkohol sehingga sangat berguna dalam pembuatan minuman beralkohol, juga

dapat digunakan untuk membuat roti, karena kemampuannya memproduksi gas

karbondioksida dalam adonan roti. Namun ada pula khamir yang dapat

menimbulkan penyakit pada manusia seperti Candida albicans.


c) Kapang atau Jamur

Kapang atau jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk

benang multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam

jaringannya. Namun ada beberapa yang terdiri atas satu sel. Banyak jamur yang

dapat dimanfaatkan dalam industri fermentasi, seperti pembuatan asam-asam

organik, antibiotika, alkohol dan sebagainya. Contohnya Penicillium

chrysogenum sebagai sumber antibiotika penisilin. Namun di sisi lain, ada pula

yang dapat menimbulkan penyakit yang gawat pada manusia.

d) Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (Yunani) yang berarti tongkat

atau batang. Sekarang nama tersebut digunakan untuk menyebut sekelompok

mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada

pengecualian).Bakteri merupakan mikroorganisme yang bersifat uniseluler, dan

untuk mengembangbiakkan diperlukan medium yang harus mengandung semua

zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, antara lain senyawa organik, seperti

protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin.

Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, tapi ada beberapa bersifat

fotosintetik dan berproduksi secara aseksual dengan cara pembelahan, baik

transversal maupun biner. Berdasarkan morfologinya, bakteri dapat dibagi atas 3

golongan yaitu :

a. Kokus (coccus), adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil.

Dapat dibedakan menjadi :


• Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria

gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.

• Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua,

misalnya Diplokokus pneumoniae, penyebab penyakit pneumonia atau

radang paru-paru.

• Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat

sehingga bentuknya mirip kubus.

• Streptokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok

memanjang membentuk rantai.

• Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk

sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip buah anggur.

b. Basil (bacillus), berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Bakteri ini

dapat dibedakan atas :

• Basil tunggal, yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal,

misalnya Salmonella thypi, penyebab penyakit tifus.

• Diplobasil, yaitu yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-

dua.

Streptobasil, yaitu yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan

memanjang membentuk rantai, misalnya Basillus antrhacis, penyebab penyakit

antraks.

c. Spiril (spirillum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok

serupa spiral. Dapat pula dibedakan menjadi :


• Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral, misalnya

Spirillum. Sel tubuhnya umumnya kaku.

• Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak

sempurna, misalnya Vibrio cholerae, penyebab penyakit kolera.

• Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur.

Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.

E. Nama Produk dan Nama Pabrik

Tabel 1. Nama produk dan Nama pabrik

No Nama Produk Nama Pabrik

1 WARDAH PT. PARAGON TECHNOLOGY AND

INNOVATION

2 MYBELLINE PT. YASULOR INDONESIA

3 MAKE OVER PT. PARAGON TECHNOLOGY AND

INNOVATION

4 NYX PT. TEGUH PESONA

5 PIXY PT.MANDOM INDONESIA


F. Angka Lempeng Total

a) Definisi Angka Lempeng Total

Angka Lempeng Total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri

mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel yang diperiksa. Prinsip dari ALT

adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob, mesofil setelah sampel

ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang kemudian di

diamkan selama 24-48 jam pada suhu 35-370C (Joko Wibowo Ristanto, 1989).

Menurut WHO pada tahun 2011, Angka Lempeng Total (ALT) disebut juga

angka lempeng heterotropik (heterotropic plate count/HPC) merupakan indikator

keberadaan mikroba heterotropik termasuk bakteri dan kapang yang sensitif

terhadap proses desinfektan seperti bakteri coliform, mikroba resisten desinfektan

seperti pembentuk spora dan mikroba yang dapat berkembang cepat pada air

olahan tanpa residu desinfektan. Meski telah mengalami proses desinfeksi yang

berbeda, umum bagi mikroba tumbuh selama perlakuan (treatment) dan distribusi

dengan konsentrasi berkisar 104-105 sel/ml. Nilai ALT bervariasi tergantung

berbagai faktor diantaranya kualitas sumber air, jenis perlakuan, lokasi sampling,

suhu air mentah, waktu pengujian, metode uji meliputi suhu dan waktu

inkubasi (Martoyo, Hariyadi dan Rahayu, 2014).

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada

pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan ALT. Uji Angka Lempeng Total

yang lebih tepatnya ALT merupakan metode untuk menghitung angka cemaran

mikroba yang terdapat dalam sampel dengan metode cara tuang (pour plate) pada
media padat dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-450C dengan posisi

terbalik. Hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka

dalam koloni (CFU) per ml/g atau koloni/100 ml (Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2008). Penentuan suhu 35-450C karena pada suhu

tersebut mikroba dapat tumbuh baik (Cappucino, Nathalie, 2008). Prinsip

pengujian ALT menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOMN nomor

96/mik/00) yaitu pertumbuhan koloni bakteri setelah cuplikan diinokulasikan pada

media lempeng agar dengan metode pour plate dan diinkubasi pada suhu yang

sesuai. Pada pengujian ALT menggunakan media PCA (Plate Count Agar)

sebagai media padatnya (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2008).

Angka Lempeng Total harus ditekan sekecil mungkin meskipun mikroba

tersebut tidak membahayakan kesehatan, namun terkadang karena pengaruh

sesuatu dapat menjadi mikroba membahayakan (Departemen Kesehatan RI,

1994). Perhitungan jumlah bakteri yang hidup (viable count) menggambarkan

jumlah sel yang hidup, sehingga lebih tepat apabila dibandingkan dengan cara

total cell count. Pada metode ini setiap sel mikroba yang hidup dalam suspensi

akan tumbuh menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dengan

lingkungan yang sesuai. Koloni bakteri adalah kumpulan dari bakteri-bakteri yang

sejenis dan mengelompok membentuk suatu koloni. Setelah diinkubasikan maka

akan diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh dan merupakan perkiraan

atau dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tertentu (Hadioetomo, 1993).
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroba, karena ada

beberapa mikroba tertentu yang cenderung mengelompok atau berantai. Bila

ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai, kelompok bakteri ini akan

menghasilkan 1 koloni (PPOMN, 2006). Pengenceran sampel sangat penting

untuk menghindari koloni bakteri atau kapang/khamir yang saling menumpuk

karena konsentrasi sangat pekat sehingga didapatkan koloni yang terpisah dan

dapat dihitung dengan mudah. Pengenceran ini sangat membantu terutama untuk

sampel yang memiliki cemaran sangat tinggi (Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2008).

Gambar 1. Pengenceran pada sample suspensi bakteri

b) Teknik Perhitungan Angka Lempeng

Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik

cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya

dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan


penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada

lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.

Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.

Angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan

dikalikan faktor pengenceran.

Jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar,

maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni yang

dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata tanpa

mikroskop. Metoda hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk

menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu:

• Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.

• Beberapa jenis jasad renik dapat dihitug satu kali.

• Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni yang

terbentuk mungkin berasal dari jasad renik yang menetap menampakkan

pertumbuhan yang spesifik.

c) Persyaratan Perhitungan Angka Lempeng Total

Adanya jumlah angka lempeng total yang ditemukan pada suatu sampel

dapat dijadikan acuan bahwa sampel tersebut masih layak untuk dikonsumsi atau

tidak. Adapun untuk batas persyaratan perhitungan dari angka lempeng total

adalah:

❖ Mikroba yang dapat dihitung 30-300 koloni

❖ <30 koloni, dianggap cemaran


❖ >300 koloni, spreader atau tak terhingga sehingga tak dapat dihitung

❖ Jumlah bakteri adalah jumlah koloni × faktor pengenceran

❖ Perbandingan jumlah bakteri dari pengenceran berturut-turut antara

pengenceran yang akhir dengan pengenceran yang sebelumnya jika sama

atau kurang dari 2 maka hasilnya dirata-rata. Jika lebih dari 2 digunakan

pengenceran sebelumnya.

G. Media

Media perbenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan

bakteri di dalam skala laboratorium. Beberapa bakteri dapat tumbuh dengan baik

pada setiap media perbenihan, sedangkan yang lain membutuhkan media khusus.

suatu mikroorganisme, diperlukan suatu substrat makanan yang disebut media.

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah bahan yang tersusun dari bermacam-

macam zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan

mikroorganisme dalam menyusun komponen sel-selnya (Aulia, 2012). Menurut

Jawetz, dkk (2010) diperlukan media untuk pertumbuhan bakteri karena di dalam

media mengandung unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh jasad tersebut

agar tetap hidup. Unsur-unsur makanan itu berupa sumber karbon, nitrogen,

sulfur dan fosfor. Media itu sendiri sebelum digunakan harus dalam keadaan

steril, artinya tidak ditumbuhi mikroorganisme yang tidak diharapkan. Media

perbenihan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a) Harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan

dibiakkan

b) Kelembaban harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik

c) Media perbenihan harus steril dan tidak mengandung mikroorganisme lain

d) Media diinkubasi pada suhu tertentu (Radji, 2011).

Mikroba membutuhkan banyak nutrisi untuk dapat melakukan sintesa

protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Setiap nutrisi yang dibutuhkan

mikroorganisme dapat berbeda (Sumarsih, 2007). Media dapat berupa cairan

seperti kaldu dan dapat pula berupa padatan seperti agar dan gelatin. Sejumlah

bakteri yang diinokulasikan kedalam media pembenihan disebut inokulum.

Bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media pembenihan itu disebut

biakan bakeri. Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh manusia.

Akan tetapi beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrem yang

berada diluar batas pertahanan organisme eukariot. Bakteri digolongkan menjadi

tiga golongan yaitu psikofil adalah bakteri yang hidup di udara dingin, mesofil

adalah bakteri yang hidup diudara bersuhu sedang, dan termofil adalah bakteri

yang hidup di udara panas (Radji, 2011). Media pertumbuhan dapat digunakan

untuk hal-hal berikut:

a) isolat mikroorganisme menjadi kultur murni,

b) memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,

c) menumbuhkan mikroorganisme,

d) memperbanyak jumlah,

e) menghitung jumlah mikroba (Aulia, 2012).


H. Analisis Angka Lempeng Total

1. Perhitungan Angka lempeng total

a. Cara tuang atay sebar

Perhitungan angka lempeng total dilakukan dengan menginokulasikan

secara langsung sejumlah tertentu suspensi awal atau yang telah diencerkan secara

desimal ke dalam media spesifik dengan cara tuang atau sebar, dan diinkubasi

secara aerob pada suhu yang sesuai dalam waktu tertentu. Jumlah mikroba

dinyatakan dalam koloni atau CFU per ml atau per g produk.

2. Pengamatan

Untuk perhitungan yang tepat, hanya cawan petri dengan koloni lebih dari

30 dan kurang dari 300 untuk perhitungan cara tuang.

3. Cara perhitungan

Jumlah N mikroba yang ada di dalam contoh dihitung dengan

menggunakan:
∑C
N = -------------------------------------
[(1 x n1) + (0,1 x n2)] x (d)

Dengan :

N = jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g.

∑C = jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung

n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung

n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung

d = pengenceran pertama yang dihitung.


Jumlah N mikroba yang dapat dihitung menurut perhitungan balai besar

laboratorium kesehatan (BBLK) :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 × 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛


Rumus sampel =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

Hasil dibulatkan dalam 2 angka. Jika angka terakhir adalah di bawah 5,

angka sebelumnya tidak diubah; jika angka terakhir adalah 5 atau lebih, angka

sebelumnya di naikkan satu unit. Teruskan sampai diperoleh 2 angka yang

signifikan. Catat jumlah N yang didapat (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan No.HK.03.1.23.08.11.07331,2011).

I. Persyaratan Cemaran Mikroorganisme dalam Kosmetik

Kosmetik yang diproduksi dan atau yang diedarkan harus memenuhi

persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu. Selain itu juga harus memenuhi

persyaratan cemaran mikroba yang diatur dalam peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor 17 Tahun 2014.

Tabel 2. Persyaratan Cemaran Mikroorganisme dalam Kosmetik

Kosmetika untuk: Kosmetika selain untuk:

Persyaratan Anak dibawah 3 (tiga) Anak dibawah 3 (tiga)


Pengujian tahun tahun

Area sekitar mata dan Area sekitar mata dan

Membran mukosa Membran mukosa


Angka Lempeng Total Tidak lebih dari 5x 102 Tidak lebih dari 103

(ALT) koloni/g atau koloni/mL koloni/g atau koloni/Ml


J. Kerangka Teori

Pembuatan Penyimpanan

Eye Liner Mikroba

Angka Lempeng Total

Eye Liner

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Nomor 17 Tahun 2014

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti
Dari kerangka teori yang diatas, dapat dijelaskan bahwa eye liner dapat

dipengaruhi oleh cara pemakaian, penyimpanan, pembuatan, dan mikroba. Namun

variabel yang dapat dipengaruhi adalah Angka Lempeng Total (ALT) pada eye

liner yang berdasarkan Persyaratan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Nomor 17 tahun 2014 yaitu 103 koloni/g atau koloni/ml.

K. Hipotesis

HO = Tidak ada eye liner yang telah dipakai secara berulang-ulang selama

3 (tiga) bulan tidak memenuhi persyaratan cemaran mikroorganisme

dalam kosmetik.

HI = Ada eye liner yang telah dipakai secara berulang-ulang selama 3 (tiga)

bulan tidak memenuhi persyaratan cemaran mikroorganisme dalam

kosmetik.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental deskriptif yaitu

mendeskripsikan Angka Lempeng Total pada sediaan eye liner dengan cara

menghitung angka koloni pada sampel.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian uji cemaran mikroba pada kosmetik eye liner dengan metode

ALT (Angka Lempeng Total) dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018.

2. Tempat Penelitian

Penelitian uji cemaran mikroba pada kosmetik eye liner dengan metode

ALT (Angka Lempeng Total) dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan (BBLK) Kota Palembang.

C. Objek Penelitian

Kriteria Inklusi

1. 5 eye liner yang diambil berdasarkan sampling di poltekkes jurusan farmasi.

2. Eye liner yang telah terdaftar di BPOM.

3. Eye liner yang telah digunakan sebelumnya.


D. Cara Pengumpulan Data

Data didapat dari hasil penelitian di laboratorium dengan cara mengamati

dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada sampel yang sebelumnya telah

dilakukan pengenceran. Kemudian sampel tersebut dituang ke dalam cawan petri

dan di inkubasi.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Cawan Petri

b. Gelas Ukur

c. Beaker Glass

d. Corong

e. Autoclave

f. Pipet Volume

g. Tabung Reaksi

h. Dry Heat Oven

i. Penjepit

j. Vial dan Tutup vial

k. Inkubator

l. Kaca Pengaduk
2. Bahan

a. Sediaan eye liner

b. Media PCA

c. Aquadest

F. Prosedur Kerja

1. Persiapan Sampel

a. Siapkan 5 eye liner cair yang telah dipakai selama 3 (tiga) bulan.

b. Siapkan cawan petri, tabung reaksi, dan pipet volume yang sudah di

sterilkan.

c. Sample yang telah dipakai selama 3 (tiga) bulan dipipet 1 ml lalu

ditambahkan aquadest ad 9 ml masukkan ke dalam vial.

d. Setelah itu eye liner dipipet 1 ml untuk pengenceran, lalu siapkan 25 tabung

reaksi yang telah steril.

e. Kemudian sampel yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang

sudah di sterilkan lalu ditambahkan aquadest ad 9 ml, kocok hingga

homogen pengenceran 1:10.

f. Ambil 1 ml di tabung yang pertama dan masukkan ke dalam tabung yang ke

dua berisi larutan aquadest ad 9 ml untuk mendapatkan pengenceran 1:100

g. Ambil 1 ml di tabung yang kedua dan masukkan ke dalam tabung yang ke

tiga berisi larutan aquadest ad 9 ml untuk mendapatkan pengenceran 1:1.000


h. Ambil 1 ml di tabung yang ketiga dan masukkan ke dalam tabung yang ke

empat berisi larutan aquadest ad 9 ml untuk mendapatkan pengenceran

1:10.000

i. Ambil 1 ml di tabung yang keempat dan masukkan ke dalam tabung yang ke

lima berisi larutan aquadest ad 9 ml untuk mendapatkan pengenceran

1:100.000

j. Jumlah pengenceran 5 kali untuk satu campuran. Jadi jumlah sampel yamg

diencerkan yaitu 25 sampel.

k. Setelah semua sampel diencerkan. Kemudian, dipipet 1 ml dan dimasukkan

kedalam cawan petri yang sudah disterilkan.

l. Cairkan PCA dalam penangas air. Biasanya diperlukan dengan waktu

sekitar 10 menit. Perhatikan bahwa agar dicairkan dengan baik karena

pencairan yang tidak sempurna menyebabkan gumpalan agar sehingga

menyulitkan perhitungan jumlah.

m. Dinginkan agar sampai suhu 500C, kemudian tuangkan agar ke dalam cawan

petri dan biarkan membeku. Tandai cawan petri dengan nama dan tingkat

pengenceran.

n. Tuangkan PCA ke dalam masing-masing cawan petri dan goyangkan cawan

dengan gerakan ke arah jarum jam 5 kali dan gerakkan berlawanan arah

jarum jam 5 kali. Usahakan agar PCA tidak tumpah keluar sewaktu

memutar cawan petri. Berhati-hatilah sewaktu memutar cawan sehingga

tidak menimbulkan buih atau gelembung udara.


o. Biarkan lempengan agar membeku. Setelah membeku, balikkan lempeng

agar dan masukkan ke dalam inkubator selama 24-48 jam pada suhu 370C.

p. Hitung jumlah koloni pada lempeng agar yang memenuhi kriteria 30-300

koloni.

q. Amati ada tidaknya pertumbuhan koloni pada cawan petri tersebut.

2. Metode pemeriksaan

Dalam pemeriksaan metode yang digunakan adalah agar tuang standart plate

count. Sampel yang telah diencerkan dimasukkan kedalam cawan petri kemudian

ditambahkan media PCA. Cawan digoyangkan sedemikian rupa hingga rata.

Biarkan dingin dan membeku. Cawan dibalik dan diinkubasi selama 48 jam pada

suhu 370C di dalam inkubator.

3. Sterilisasi Alat

Seluruh alat yang akan digunakan untuk penelitian ini harus disterilkan

terlebih dahulu dengan menggunakan cara:

a) Alat berbahan kaca atau gelas seperti gelas ukur dan pipet volume, vial

disterilkan dalam Dry Heat Oven pada suhu 1600C selama 2 jam.

b) Penjepit kayu disterilkan dengan menggunakan cara diflambier selama 20

detik.

c) Untuk medium dan pengencer disterilkan dalam Autoclave pada suhu 1210C

selama 15 menit.

d) Tutup vial di didihkan selama 30 menit.


4. Larutan pembawa

Larutan Aquadets

• Siapkan labu takar 100 ml

• Masukkan aquadest ad 100 ml ke dalam labu takar

5. Media

Media agar yang digunakan adalah Plate Count Agar dengan komposisi

sebagai berikut:

PCA : 22,5 g

Aquadest : 1000 ml

Cara Pembuatan :

Larutkan PCA kedalam aquadest, kemudian panaskan sampai mendidih

Pindahkan kedalam wadah yang sesuai. Sterilisasi dengan autoclave.

6. Prosedur Pemeriksaan

a. Prosedur pemeriksaan sampel

1. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml, masukkan ke dalam cawan yang telah

disiapkan dan diberi kode sesuai dengan pengenceran masing-masing.

2. Tuang agar cair yang sudah steril Plate Count Agar 15 ml yang telah

sterilisasi dan di dinginkan hingga ± 450C ke dalam cawan. Goyangkan

cawan sedemikian rupa hingga rata. Biarkan dingin dan membeku. Lalu

diinkubasi terbalik selama 48 jam pada suhu 370C.


b. Prosedur Uji Angka Lempeng Total

I. Pembuatan media nutrien agar NA

1. Sebanyak 22,5 gram serbuk NA sintetik dicampur dengan air suling dalam

gelas erlenmeyer hingga 1000 ml

2. Kemudian dipanaskan sambil diaduk pada suhu yang tidak terlalu panas,

hingga bahan tersebut larut dan Ph diatur pada 7,0

3. Lalu disterilkan dalam otoklaf pada suhu 1150C selama 15 menit dengan

tekanan 2 atm

II. Uji Angka Lempeng Total

a) Siapkan cawan petri steril yang telah diberi kode kontrol agar.

b) Tuang agar steril plate count agar sebanyak 15 ml.

c) Biarkan membeku, lalu inkubasi terbalik selama 48 jam pada suhu 370C.

III. Pengamatan koloni

a) Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung 30-300 koloni.

b) Beberapa koloni yang bergabung merupakan suatu kumpulan koloni yang

besar dimana koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai suatu koloni.

c) Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai satu garis tebal dihitung

sebagai satu koloni.

G. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen : Sediaan eye liner yang telah dipakai berulang-ulang

selama 3 (tiga) bulan dengan pengenceran 1:10, 1:100, 1:1.000, 1:10.000,

1:100.000.
2. Variabel Dependen : Angka lempeng total.

H. Definisi Operasional

1. Sediaan Eye Liner yang berbentuk cair

a) Definisi : Sediaan eye liner yang terdaftar di BPOM dan telah digunakan

sebelumnya.

b) Alat ukur : Penandaan resmi pada kemasan dengan kode registrasi CD.

c) Cara ukur : Self Assesment.

d) Hasil ukur : Kode registrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan tanggal

kadaluarsa.

2. Angka Lempeng Total

Uji angka lempeng total pada eye liner merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui jumlah bakteri pada eye liner cair tersebut.

a) Cara Ukur : Metode Cawan

b) Alat Ukur : Koloni counter

c) Hasil Ukur : Memenuhi syarat atau

Tidak memenuhi syarat atau

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014).


I. Kerangka Operasional

Eye liner

W1 M1 MO1 N1 P1
W2 M2 MO2 N2 P2
W3 M3 P3
MO3 N3
W4 M4
MO4 N4 P4
W5 M5
MO5 N5 P5

Dicampur dan di aduk

Diambil 1 mL

Pengenceran Menggunakan
(10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5) Aquadest

Uji Angka Lempeng Total

Masing-masing
pengenceran dipipet 1
ml

Ditambah PCA yang


telah dipanaskan Metode Agar
Tuang
Dinginkan hingga beku

Inkubasi selama 48 jam


suhu 37oC

Koloni Tumbuh

Perhitungan Jumlah Koloni/ml

Pemenuhan Persyaratan
Angka Lempeng Total
J. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini adalah hasil

penghitungan angka lempeng total sediaan eye liner yang telah digunakan

sebelumnya. Data disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian dibandingkan dengan

persyaratan cemaran mikroba dalam kosmetik dari Badan Pengawas Obat dan

Makanan Nomor 17 Tahun 2014.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pemeriksaan angka mikroba dengan metode ALT (Angka


Lempeng Total) pada sediaan eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama
3 (tiga) bulan dengan 5 eye liner yang berbeda. Berjumlah 25 eye liner masing-
masing yang dimulai pada tanggal 09-14 April 2018 di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Palembang, maka didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Tabel 3. Data Hasil Angka Lempeng Total pada Sediaan Eye liner yang telah
dipakai selama 3 (tiga) bulan.

Sampel Konsentrasi Persyaratan


No Eye Liner 10-1
10-2
10-3 10-4 10-5 ALT TOTAL BPOM Kriteria
.
1 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
2 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
3 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
4 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
5 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙
3
6 Mo 133 33 0 0 0 2,5×10 koloni/ml TMS
7 Mo 120 30 0 0 0 2,1×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
8 Mo 125 33 0 0 0 2,3×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
9 Mo 130 35 0 0 0 2,4×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
10 Mo 135 38 0 0 0 2,6×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
11 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
12 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
13 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
14 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
15 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙
3
16 N 113 45 0 0 0 2,5×10 koloni/ml TMS
17 N 105 39 0 0 0 2,4×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
18 N 109 40 0 0 0 2,5×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
19 N 115 45 0 0 0 2,8×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
20 N 115 43 0 0 0 2,7×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
21 W 135 33 0 0 0 2,3×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
22 W 134 30 0 0 0 2,2×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
23 W 133 32 0 0 0 2,3×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
24 W 134 31 0 0 0 2,2×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS
25 W 133 32 0 0 0 2,3×103 koloni/ml ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 TMS

Tabel 3. Data Hasil Angka Lempeng Total pada Sediaan Eye liner
yang belum dibuka

Sampel Konsentrasi Persyaratan Kriteria


No. Eye liner 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 ALT Total BPOM
1 Mo 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
2 Mo 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
3 Mo 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
4 Mo 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
5 Mo 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
6 N 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
7 N 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
8 N 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
9 N 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
10 N 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
11 W 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
12 W 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
13 W 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
14 W 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
15 W 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
16 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
17 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
18 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
19 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
20 P 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
21 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
22 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
23 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
24 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
25 Mb 0 0 0 0 0 0 ≤ 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖⁄𝑚𝑙 MS
Keterangan :

ALT :Angka Lempeng Total

MS :Memenuhi syarat (≤103koloni/g atau koloni/ml)

TMS :Tidak memenuhi syarat (≥103koloni/g atau koloni/ml)


B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan melakkukan Uji


Angka Lempeng Total (ALT). Angka Lempeng Total adalah angka yang
menunjukkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri yang
dinyatakan dalam koloni per mililiter.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode agar tuang standart


plate court dan dilakukan di dalam Laminar Air Flow. Pada metode ini dilakukan
pengenceran dengan menggunakan sejumlah tabung pengencer. Pengenceran
sampel ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan sel-sel mikroba yang
bergabung menjadi satu yang akan dimasukkan ke dalam cawan petri sehingga
setelah diinkubasi akan terbentuk koloni dalam jumlah yang dapat dihitung.
Cawan petri yang dihitung memiliki jumlah koloni 30 sampai 300 koloni.
Pengenceran dapat dilakukan dengan perbandingan 1:10, 1:100, 1:1.000,
1:10.000, 1:100.000

Penelitian ini dilakukan terhadap 5 eye liner dengan 3 bulan penyimpanan


dimana sampel diambil langsung dari masyarakat masing-masing 1 sampel
dilakukan 5 kali pengenceran dan 1 sampel yang baru dibuka digunakan sebagai
countrol positif. Masing-masing eye liner di pipet 1 ml, setelah itu diencerkan
dengan aquadest ad 9 ml. Kemudian dari masing-masing pengenceran dipipet 1
ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang steril. Setelah itu tuang media
PCA (Plate Count Agar) yang sebelumnya telah dipanaskan dan kemudian di
dinginkan, setelah media PCA dingin kemudian di tuangkan ke dalam cawan petri
sedemikian rupa hingga cairan tercampur rata. Pemilihan media PCA karena
media yang baik untuk pertumbuhan mikroba termasuk bakteri sehingga
perhitungan koloni bakteri dapat terlihat jelas. Pada waktu menuang media PCA
ke dalam cawan petri, cawan tersebut tidak boleh terbuka terlalu lebar untuk
menghindari kontaminasi dari luar, lalu di kocok biarkan tercampur merata
setelah itu diam kan sampai media dingin dan membeku. Setelah sampel tersebut
dingin dan membeku lalu diinkubasi dengan posisi terbalik dengan suhu 370C
selama 48 jam.
Setelah pengenceran selesai, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap
kontrol media agar dan pengenceran. Kontrol agar merupakan agar steril yang
diinkubasi terbalik pada suhu 370C selama 48 jam. Sedangkan kontrol pengencer
merupakan campuran antara aquadest dengan agar steril yang diinkubasi terbalik
pada suhu 370C selama 48 jam. Setelah pengerjaan eye liner dan kontrol selesai
kemudian dilakukan perhitungan koloni bakteri, cawan yang dipilih dan dihitung
adalah cawan yang mengandung 30 sampai 300 koloni dan terlihat nya garis tebal
dihitung satu koloni. Dari 5 eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3
(tiga) bulan, dan 5 eye liner yang baru dibeli dipasaran diteliti didapatkan hasil
yaitu:

Eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga) bulan :

Sampel Mb (10-1 = 0 koloni/ml) Sampel Mo (10-1 = 2,5×103 koloni/ml)

(10-2 = 0 koloni/ml) (10-2 = 2,1×103 koloni/ml)

(10-3 = 0 koloni/ml) (10-3 = 2,3×103 koloni/ml)

(10-4 = 0 koloni/ml) (10-4 = 2,4×103 koloni/ml)

(10-5 = 0 koloni/ml) (10-5 = 2,6×103 koloni/ml)

Sampel Px (10-1 = 0 koloni/ml) Sampel Nyx (10-1 = 2,5×103 koloni/ml)

(10-2 = 0 koloni/ml) (10-2 = 2,4×103 koloni/ml)

(10-3 = 0 koloni/ml) (10-3 = 2,5×103 koloni/ml)

(10-4 = 0 koloni/ml) (10-4 = 2,8×103 koloni/ml)

(10-5 = 0 koloni/ml) (10-5 = 2,7×103 koloni/ml)


Sampel W (10-1 = 2,3×103 koloni/ml)

(10-2 = 2,2×103 koloni/ml)

(10-3 = 2,3×103 koloni/ml)

(10-4 = 2,2×103 koloni/ml)

(10-5 = 2,3×103 koloni/ml)

Eye liner yang belum dibuka dijual di pasaran :

Sampel Mo (10-1 = 0 koloni/ml) Sampel W (10-1 = 0 koloni/ml)

(10-2 = 0 koloni/ml) (10-2 = 0 koloni/ml)

(10-3 = 0 koloni/ml) (10-3 = 0 koloni/ml)

(10-4 = 0 koloni/ml) (10-4 = 0 koloni/ml)

(10-5 = 0 koloni/ml) (10-5 = 0 koloni/ml)

Sampel N (10-1 = 0 koloni/ml) Sampel P (10-1 = 0 koloni/ml)

(10-2 = 0 koloni/ml) (10-2 = 0 koloni/ml)

(10-3 = 0 koloni/ml) (10-3 = 0 koloni/ml)

(10-4 = 0 koloni/ml) (10-4 = 0 koloni/ml)

(10-5 = 0 koloni/ml) (10-5 = 0 koloni/ml)

Sampel Mb (10-1 = 0 koloni/ml)

(10-2 = 0 koloni/ml)

(10-3 = 0 koloni/ml)

(10-4 = 0 koloni/ml)

(10-5 = 0 koloni/ml)
Dari hasil penelitian di atas, eye liner yang telah dipakai berulang-ulang
selama 3 (tiga) bulan ada yang memenuhi persyaratan, dan ada yang tidak
memenuhi persyaratan karena ada yang melebihi jumlah maksimum, dan ada
yang tidak melebihi jumlah maksimum, eye liner yang baru dibeli dipasaran
memenuhi persyaratan karena tidak melebihi jumlah maksimum. Angka lempeng
total pada kosmetik berdasarkan persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan No. 17 tahun 2014 bahwa kosmetik harus mempunyai angka lempeng
total, bakteri tidak lebih dari 103/ml.

Angka Lempeng Total (ALT) yang terdapat pada eye liner yang dipakai
berulang-ulang selama 3 (tiga) bulan dengan eye liner yang berbeda ternyata
bervariasi. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan baku yang digunakan, cara
pembuatan, hygiene dan sanitasi, kondisi penyimpanan dan kemasan. Selain dapat
menimbulkan penyakit, mikroba juga dapat merusak sediaan itu sendiri.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian tersebut angka lempeng total pada 5 eye liner cair
yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga) bulan ada yang
tercemaran mikroba dan ada yang tidak cemaran mikroba.
2. Semua eye liner yang belum dibuka tidak terdapat cemaran mikroba.
3. Eye liner dibeli dipasaran sebelum dibuka agar untuk mengetahui bahwa
semua bahannya hygienis dan tidak terdapat cemaran mikroba.
4. Semua eye liner yang telah dipakai berulang-ulang selama 3 (tiga) bulan
dan eye liner yang belum dibuka ada yang memenuhi persyaratan dan
ada yang tidak memenuhi persyaratan dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan No. 17 tahun 2014 bahwa kosmetik harus mempunyai angka
lempeng total bakteri tidak lebih dari 10-3/ml.
5. Angka Lempeng Total adalah angka yang menunjukkan jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada cawan petri yang dinyatakan dalam 30-300
koloni.

B. Saran
Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan :
1. Sebaiknya konsumen tau cara penggunaan dan penyimpanan eye liner
dengan baik.
2. Sebelum melakukan pengenceran eye liner seharus nya diuji terlebih
dahulu larutan aquadest, media koloni dan harus ada perlakuan countrol
positif dan negatif.
3. Dalam pembuatan media untuk pertumbuhan bakteri diperlukan suatu
kondisi yang steril, agar pada saat pembuatan media tidak ada bakteri
yang tidak diinginkan ikut berkembang biak.
DAFTAR PUSTAKA

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics Science and Technology. Edisi
kedua. London: Jhon Willy and Son. Hal. 336-338, 400, 404-405.
(http://fydg.procom.hol.es/cosmetics-science-and-technology-second-
edition-balsam.pdf diakses tanggal 1 Februari 2017)
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Hal. 5, 660.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Metode Analisis PPOMN, MA
PPOMN nomor 97/mik/00, Uji Escherichia coli dalam Obat Tradisional.
Jakarta: BPOM, pp. 112-114

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan.


Info POM 9 (2) : 3-5. (http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/
Buletin%20Info%20POM/0208.pdf diakses tanggal 31 Januari 2017)

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Metode Analisis Kosmetika Nomor
HK.03.1.23.08.11.07331. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
RepublikIndonesia.(http://jdih.pom.go.id/produk/peraturan%20kepala%20B
POM/Per%20Ka%20BPOM_Metode%20Analisis%20Kosmetika%20plus%
20lampiran.pdf diakses tanggal 26 Januari 2017)

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Pengawasan Pemasukan Obat dan
Makanan ke dalam Wilayah Indonesia. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia. (http://jdih.pom.go.id/produk/PERATURAN
%20KEPALA%20BPOM/Per%20KBPOM%20No%2027%20tentang%20P
engawasan%20Pemasukan%20Obat%20dan%20Makanan_Nett.pdf diakses
15 Januari 2017)
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun
2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetika. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
RepublikIndonesia.(http://notifkos.pom.go.id/bpomnotifikasi%25201%2520
Persyaratan%2520Cemaran%2520Mikroba%2520dan%2520Logam%2520
Berat%2520dalam%2520kosmetika.pdf 1 Februari 2017)

Buckle, K. A., 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Cappucino, J.G., and Nathalie Sherman. 2008. Microbiology a Laboratory


Manual. eight edition, Pearson education, USA, pp.155-170.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Modifikasi Peraturan
Perundang-undangan Obat Tradisional. Jakarta. pp.157,165
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi
keempat. Jakarta. Hal. 847-852.

Duddin, 2015. Perhitungan bakteri angka lempeng.

Goodheart, H.P., 2013. Diagnosis Fotografik & Penatalaksanaan Penyakit Kulit.


Edisi ketiga. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia. Hal 23,
24, 26, 38.
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar dan Praktek-teknik dan
Prosedur Dasar dalam Laboratorium. Gramedia, Jakarta, pp. 42-46, 100.
(http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/download
print5.php/1675.pdf diakses tanggal 9 Februari 2017)
Hadioetomo, R.S., 1993, Mikrobiologi Dasar dan Praktik- teknik dan
ProsedurDasar dalam Laboratorium, Gramedia, Jakarta,pp. 44-46,100.
(http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/download-
print5.php/1675.pdf diakses tanggal 9 Februari 2018)
Jawetz; Melnick; dan Adelberg’s. 2010. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
Medika. Jakarta.
Junings, S.W., 2011. Pengaruh Lama Pemakaian Sediaan Kosmetik Eye Liner
Terhadap Cemaran Mikroba. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Farmasi
Kebangsaan Makassar.
Radji, M., 2011. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. pp.27-28, 125.
Sartono, 2002. Racun dan Keracunan, cetakan I, Widya medika, jakarta
Sumarsih, 2007, Nutrisi dan medium Kultur Mikroba. (http://sumarsih07
.files.wordpress.com/2008/11/nutrisi-dan-medium-kultur-mikroba,PDF.
Diakses tanggal 16 Januari 2017)
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Dalam : Djajadisastra, J. (Editor). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Indonesia. Hal. 3-4.

Tranggono, R.I., Latifah, F., 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi. Edisi 2.
Dalam : Djajadisastra, J. (Editor). Jakarta: Sagung Seto.

Ulfa, N.R., 2017. Uji Cemaran Mikroba pada Kosmetik Bedak Padat Dengan
Metode ALT (Angka Lempeng Total). Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Farmasi.
Poltekkes Kemenkes Palembang.
Wasitaatmadja, 1997. Penuntun Kosmetik Medik. Universitas Indonesia, Jakarta

Wibowo, Djoko & Ristanto., 1987. Mikrobiologi dalam Pengolahan Pangan.


Ghalia Indo: jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengenceran Sampel Eye Liner Cair
Pengenceran 1 : 10 = 1 ml hasil pengenceran 1 : 10
9 ml larutan Aquadest

Pengenceran 1 : 100 = 1 ml hasil pengenceran 1 : 100


9 ml larutan Aquadest

Pengenceran 1 : 1.000 = 1 ml hasil pengenceran 1 : 1.000


9 ml larutan Aquadest

Pengenceran 1: 10.000 = 1 ml hasil pengenceran 1 : 10.000


9 ml larutan Aquadest

Pengenceran 1: 100.000 = 1 ml hasil pengenceran 1 : 100.000


9 ml larutan Aquadest

a. Secara aseptis dipipet dengan pipet volume 10 ml sampel di masukkan ke

dalam beaker gelas. tambahkan larutan aquadest hingga di peroleh 100 ml

(pengenceran 1 : 10 atau 10-1).

b. Siapkan 4 vial yang berisi 9 ml aquadest.

c. Sampel yang telah diencerkan 10-1 dikocok homogen, lalu dipipet 1 ml dan

masukkan ke dalam vial pertama (pengenceran 1 : 100 atau 10-2).

d. Pipet 1 ml hasil pengenceran 10-2 lalu masukkan ke dalam vial kedua, kocok

homogen (pengenceran 1 : 1.000 atau 10-3).

e. Pipet 1 ml hasil pengenceran 10-3 lalu masukkan ke dalam vial ketiga, kocok

homogen (pengenceran 1 : 10.000).


f.
Pipet 1 ml hasil pengenceran 10-4 lalu masukkan ke dalam vial keempat,

kocok homogen (pengenceran 1 : 100.000 atau 10-5).


Lampiran 2. Perhitungan Jumlah Koloni/ml eye liner

Keterangan : untuk hasil padat tidak masuk dalam hitungan

Yang masuk dalam perhitungan ALT dalam pengamatan yaitu bahwa

Perhitungan yang dapat didalam cawan Petri adanya bakteri/koloni dengan

koloni lebih dari 30 dan kurang dari 300 untuk penghitungan cara tuang.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛


Rumus sampel =
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟

133 𝑥 10+33𝑥 100


1. Sampel Make Over 1 = = 2,5 𝑥 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
2

120×10+30×100
2. Sampel Make Over 2 = = 2,1 𝑥 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
2

125×10+33×100
3. Sampel Make Over 3 = = 2,3 𝑥 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
2

130×10+35×100
4. Sampel Make Over 4 = = 2,4 𝑥 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
2

135×10+38×100
5. Sampel Make Over 5 = = 2,6𝑥 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
2
∑C
N = -------------------------------------
[(1 x n1) + (0,1 x n2)] x (d)

1. Sampel Make Over 1 :

∑133
N = -------------------------------------
[(1 x 133) + (0,1 x 33)] x (133)
133
N= [(133)+ (3,3)] ×(133)

133
N=
18.127,9

N = 0,0073 7,3 × 103

2. Sampel Make Over 2 :

∑120
N = -------------------------------------
[(1 x 120) + (0,1 x 30)] x (120)
120
N= [(120)+ (3)] ×(120)

120
N=
14.760

N = 0,0081 8,1 × 103

3. Sampel Make Over 3 :

∑125
N = -------------------------------------
[(1 x 125) + (0,1 x 33)] x (125)
125
N= [(125)+ (3,3)] ×(125)
125
N=
16.037,5

N = 0,0077 7,7 × 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙

4. Sampel Make Over 4 :

∑130
N = -------------------------------------
[(1 x 130) + (0,1 x 35)] x (130)
130
N= [(130)+ (3,5)] ×(130)

130
N=
17.355

N = 0,0074 7,4 × 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙

5. Sampel Make Over 5 :

∑135
N = -------------------------------------
[(1 x 135) + (0,1 x 38)] x (135)
135
N= [(135)+ (3,8)] ×(135)

135
N=
18.738

N = 0,0072 7,2 × 103 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙


Lampiran 3. Gambar Tahap Penelitian

Gambar 1.
A. Drying Oven

B. Lemari pengering/penghangat

Gambar 2
Aquadest Pro Injection
Gambar 3
Pengenceran Maybelline

Gambar 4
Pengenceran Make Over

Gambar 5
Pengenceran Pixy
Gambar 6
Pengenceran Nyx

Gambar 7
Pengenceran Wardah

Gambar 8
Pemanasan PCA
Gambar 9
Penuangan Sampel

Gambar 10
Setelah Penuangan PCA

Gambar 11
Sampel di inkubasi
Gambar 12
Colony Counter

Gambar 13
Hasil Sampel Maybelline

Gambar 14
Hasil Sampel Make Over
Gambar 15

Hasil Sampel Nyx

Gambar 16
Hasil Sampel Wardah

Gambar 17
Eye liner

Anda mungkin juga menyukai