Anda di halaman 1dari 105

MODIFIKASI PATI KENTANG (Solanum tuberosum.

L)
SECARA PREGELATINASI DENGAN
PERBANDINGAN PATI DAN AIR (1:1,25)

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh :

MAHADMA BHIMA WHINATA


NIM. 1548201123

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU

JAMBI

2019

1
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang


saya tulis dengan judul “Modifikasi Pati Kentang (Solanum Tuberosum. L)
Secara Pregelatinasi Dengan Perbandingan Pati Dan Air (1:1,25)” adalah
hasil kerja/karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiarisme hasil karya orang
lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan.
Jika dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka status kelulusan dan
gelar yang saya peroleh menjadi batal dengan sendirinya.

Jambi, Agustus 2019


Yang Membuat Pernyataan

Mahadma Bhima Whinata

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mahadma Bhima Whinata


Tempat, Tanggal Lahir : Sarolangun, 5 Juni 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Citra Nusa Block H22 Simpang 3
Sipin Kec. Kota Baru, Provinsi Jambi
Email : mbhimawhinata@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Nasaruddin
Ibu : Muryati BS S.Pd
Riwayat pendidikan
1. Tahun 2003-2009 : SDN 64 KABUPATEN SAROLANGUN
2. Tahun 2009-2012 : SMP NEGERI 17 KABUPATEN SAROLANGUN
3. Tahun 2012-2015 : SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI
4. Tahun 2015-2019 : STIKES HARAPAN IBU JAMBI

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT yang tak pernah henti melimpahkan karunia,
ridho, dan nikmatNya kepada para makhluk yang hidup dan mati atas
kehendakNya. Tak lupa sholawat teriring salam semoga tercurah kepada
baginda Rasulullah Muhammad SAW, berserta keluarga dan para
sahabatnya, yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat muslim di
seluruh dunia.
Dengan mengucap Alhamdulillah aku persembahkan karya kecilku untuk
semua orang yang aku cintai dan aku sayangi

Kepada Orang Tua ku…


Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayah dan Mamakku tercinta,
terimakasih mamak dan ayah, yang selalu mendo’akan, mensupport, untuk
bantuan material dan non material., serta terimakasih juga karena sudah mau
mendengarkan keluh kesah adek selama penelitian.
Ayah,... Mamak.. terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk
membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian
ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah.
Dalam lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tanganku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau
tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas
menjagaku,mendidikku, membimbingku dengan baik, ya Allah berikanlah
balasan setimpal surga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti
dari panasnya sengat hawa api nerakamu..
Kepada Istriku...
Astri Rahayu, S. Farm.. Terimaksih telah menjadi bagian dari hidupku.
Terimakasih telah mendampingi, mensupport serta terkadang menjadi tempat
berkeluh kesah. Berawal dari satu kelompok ospek, satu kelas dalam

vi
perkuliahan, satu pembimbing akademik, hingga sekarang satu atap
denganku Alhamdulillah
Kepada Keluarga Besar…
Ayuk Deva, Abang Aziz,Ayuk Diah, Ayuk Rita, Abang Rizan, Ayuk Riza,
Abang Dika, Ayuk Ika, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu…
Terimakasih telah ikut mendo’akan kesuksesan adek, semoga keluarga kita
selalu dalam lindungan allah swt dan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat
aamiin
Kepada Dosen Pembimbing…
Ibu Barmi Hartesi, M.Farm., Apt dan Ibu Lia Anggresani, M.Si dan Ibu
Yuni Andriani Sebagai Pembimbing Akademik
Terimakasih sudah memberikan ilmu, motivasi, support serta meluangkan
waktunya untuk membimbing Astri sehingga Astri bisa meraih gelar sarjana.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu, Aamiin
Kepada Lapak.com…
Icha, Fia, Puput, Tiawa, Rani,Yova, Andre, Helman, Riko, Isan, Dimbi, Aam
Terimakasih untuk hari-hari indahnya, untuk semua hiburan selama
perkuliahan, susah senang bareng, dan ketawa bareng. Walaupun, kadang
sebel, kesal, heran dengan tingkah laku kalian yang sangat beragam, aku tetap
senang berada diantara kalian :*
Terus semangat menggapai cita-cita yang selanjutnya guys!!
See you on top, fix bakalan kangen!!!!!

Mahadma Bhima Whinata, S.Farm

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Modifikasi Pati Kentang

(Solanum tuberosum L.) Secara Pregelatinasi Dengan Perbandingan Pati Dan Air

(1:1,25)”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mugkin dapat tersusun tanpa adanya

bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Ibu Ns. Susi Widiawati, S. Kep, M. Kep selaku ketua STIKES Harapan

Ibu Jambi.

2. Ibu Rasmala Dewi, M. Farm., Apt selaku ketua Program Studi farmasi

STIKES Harapan Ibu Jambi.

3. Ibu Barmi Hartesi M.Farm., Apt dan Ibu Lia Anggresani M.Si selaku

Pembimbing I dan II yang bersedia memberikan bimbingan dan

meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Yuni Andriani, M.Si., Apt selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan pengarahan dan masukan selama masa perkuliahan.

5. Semua Dosen Program Studi Farmasi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan pengalaman selama masa perkuliahan sehingga dapat

dipergunakan dalam proses penelitian penyusunan skripsi ini.

viii
6. Ibu Erni, Ibu Desi Lelianti, Kak Poppy, Kak Elfa, dan Kak Elpa Zola

selaku Laboran yang telah membantu selama proses penelitian di

laboratorium.

7. Teman - teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan

semangat selama masa perkuliahan dan masa penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan pembacanya.

Jambi, Agustus 2019

Penulis

ix
ABSTRAK

Latar Belakang : Kentang (Sollanum tuberosum L.) merupakan suatu tumbuhan


yang menghasilkan pati. Bahan yang banyak digunakan di industri makanan dan
farmasi salah satunya adalah pati, yang digunakan sebagai bahan pengisi (filler),
pengahcur (desintegran) dan pengikat (binder) dalam pembuatan tablet, pil dan
kapsul. Pati sebagai bahan tambahan sangat luas pemakaiannya karena bersifat
inert dan dapat dicampur dengan hampir semua obat tanpa menimbulkan reaksi
kimia. Namun pati alami yang digunakan masih banyak kekurangan terutama
sifat alir yang jelek. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakterisitik
dari pati kentang pregelatinasi yang baik.

Metode : Penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di lbaoratorium


dengan membuat 9 formula pati pregelatinasi dengan perbandingan pati dan air
(1:1,25) serta variasi suhu (45,50 dan 55oC) dan rpm (200,250 dan 300)

Hasil : Pati alami yang didaptkan dilakukan standariasi agar mendapatkan


kualitas pati yang baik sesuai persyaratan, kemudian evaluasi pati pregelatinasi
dibandingkan dengan avicel dan starch RX. Hasil standariasi pati alami kentang
didapatkan hasil yang baik terkecuali pada cemaran logam berat timbal (Pb) yaitu
2,0mg/kg sedangkan syaratnya yaitu 1,0 mg/kg. Pada pati pregelatinasi
mendapatkan hasil karakteristik yang baik setiap formulanya. Pati alami yang
awalnya tidak mengalir setelah dibuat pregelatinasi semua formula dapat mengalir
dan memperbaiki sudut istirhat serta nilai kompresibilitasnya.

Kesimpulan : pati pregelatinasi didapatkan hasil yang baik pada semua formula
dan dengan meningkatanya suhu dan rpm akan memperbaiki karaktersistiknya. F9
adalah formula yang terbaik dengan menggunakan suhu 55oC dan 300 rpm.

Kata kunci : Kentang, pregelatinasi, suhu dan rpm.

x
ABSTRACT

Background: Potatoes (Sollanum tuberosum L.) is a plant that produces starch.


One ingredient that is widely used in the food and pharmaceutical industry is
starch, which is used as a filler, filler (desintegran) and binder in the manufacture
of tablets, pills and capsules. Starch as an additive is very widely used because it
is inert and can be mixed with almost all drugs without causing chemical
reactions. However, natural starch used is still lacking, especially the poor flow
properties. This study aims to obtain the characteristics of good pregelatinized
potato starch.

Method: This research was conducted by an experimental method in a laboratory


by making 9 pregelatinized starch formulas with a ratio of starch and water (1:
1.25) and temperature variations (45.50 and 55oC) and rpm (200.250 and 300)

Results: Standardized starch was standardized to get good starch quality


according to the requirements, then evaluation of pregelatinized starch was
compared with avicel and starch RX. The results of the natural variation of potato
starch obtained good results with the exception of lead heavy metal (Pb)
contamination which is 2.0 mg / kg while the requirement is 1.0 mg / kg.
Pregelatinized starch gets good characteristic results for each formula. Natural
starch, which initially does not flow after pregelatinization, all formulas can flow
and improve the angle of view and its compressibility value.

Conclusion: Pregelatinized starch obtained good results in all formulas and with
increasing temperature and rpm will improve its characteristics. F9 is the best
formula using a temperature of 55oC and 300 rpm.

Keywords: Potatoes, pregelatinized, temperature and rpm.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 5
2.1 Tanaman Kentang............................................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kentang ............................................................................ 5
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang ..................................................................... 8
2.2 Pati ....................................................................................................................... 9
2.2.1 Monografi Pati ...................................................................................................... 9
2.2.2 Karakterisasi Pati ................................................................................................ 10
2.2.3 Syarat Pati ............................................................................................................ 14
2.2.4 Pati Kentang ......................................................................................................... 14
2.2.5 Pati Termodifikasi ............................................................................................... 15
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................................... 5
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 19
3.2 Metode Penelitian .............................................................................................. 19
3.3 Alat dan Bahan .................................................................................................. 19
3.3.1 Alat ....................................................................................................................... 19
3.3.2 Bahan .................................................................................................................... 20
xii
3.4 Cara Kerja.......................................................................................................... 20
3.4.1 Pengambilan Tanaman Kentang di Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu
Aro Desa Mekar Jaya .......................................................................................... 20
3.4.2 Determinasi Tumbuhan Kentang di Herbarium Bandungense SITH ITB .. 20
3.4.3 Melakukan isolasi dan evaluasi pati kentang alami........................................ 20
3.4.4 Pembuatan Pati Kentang pregelatinasi ............................................................. 27
3.4.5 Pemeriksaan Sifat Fisika Kimia Pati Pregelatinasi ......................................... 28
3.4.6 Analisis Instrument ............................................................................................. 33
3.5 Analisis Data ..................................................................................................... 33
3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 35
4.1 Hasil................................................................................................................... 35
4.1.1 Hasil Pengambilan dan Determinasi Tumbuhan Kentang ...................... 35
4.1.2 Hasil Pembuatan Pati Kentang Alami .................................................... 35
4.1.3 Hasil Standarisasi Pati Kentang Alami ................................................. 35
4.1.4 Evaluasi Pati Alami dan Pati Pregelatinasi ................................................. 36
4.1.5. Hasil analisis Instrumental ..................................................................... 48
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 64
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 64
5.2 Saran .................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 65

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Morfologis Umbi Kentang ................................................................ 8


Tabel 2. Variasi Rasio Jumlah Pati : Air , Suhu Pemanasan dan Pengadukan
yang digunakan ................................................................................ 28
Tabel 3. Sudut istirahat untuk menentukan sifat alir serbuk ........................... 30
Tabel 4. Indeks Carr Sebagai Indikasi Sifat Alir Serbuk ................................ 32
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 34
Tabel 6. Standarisasi Pati Alami ..................................................................... 35
Tabel 7. Hasil Organoleptis............................................................................. 36
Tabel 8. Hasil Pengujian pH ........................................................................... 76
Tabel 9. Hasil Pengujian Susut Pengeringan .................................................. 77
Tabel 10. Hasil Pengujian Swelling power ..................................................... 78
Tabel 11. Hasil Distribusi ukuran partikel ....................................................... 79
Tabel 12. Dimater Panjang............................................................................... 82
Tabel 13. Hasil Kompresibilitas....................................................................... 85
Tabel 14. Hasil Faktor Hausner ....................................................................... 86
Tabel 15. Hasil Laju alir................................................................................... 87
Tabel 16. Hasil sudut istirahat .......................................................................... 89

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kentang ........................................................................ 5


Gambar 2. Struktur pati .................................................................................. 9
Gambar 3. Struktur Amilopektin ................................................................... 12
Gambar 4. Struktur Amilosa .......................................................................... 13
Gambar 5. Mikroskopik Perbesaran 100x ...................................................... 39
Gambar 6. Susut pengeringan Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi,
Avicel dan Starch RX .................................................................. 39
Gambar 7. pH Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel dan
Starch RX ..................................................................................... 40
Gambar 8. Swelling power Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi,
Avicel dan Starch RX ................................................................ 41
Gambar 9. Distribusi Ukuran Partikel Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi,
Avicel dan Starch RX....................................................................................... 43
Gambar 10. Frekuensi Kumulatif Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel
dan Starch RX ............................................................................... 43
Gambar 11. Laju Alir Pati Pregelatinasi .......................................................... 44
Gambar 12. Sudut Istirahat Pati Pregelatinasi.................................................. ` 45
Gambar 13. Faktor Hausner Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi,
Avicel dan Starch RX .................................................................. 46
Gambar 14. Kompresibilitas Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi,
Avicel dan Starch RX.................................................................... 47
Gambar 15. Hasil FTIR .................................................................................... 49
Gambar 16. Hasil scaning electron microscopy (SEM) dengan
perbesaran 1000x.......................................................................... 51
Gambar 17. Hasil XRD Pati Alami, Formula 3, Formula 6, Formula 9, Avicel
dan Starch RX ............................................................................... 51
Gambar 18.Hasil Pengujian XRD .................................................................... 89

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja ............................................................................. 70


Lampiran 2. Hasil Determinasi .................................................................... 71
Lampiran 3. Hasil Pengujian Pati Alami ....................................................... 72
Lampiran 4 Hasil Pregelatinasi Pati Kentang, Pati Alami, Avicel dan
Starch RX .................................................................................. 73
Lampiran 5. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba............................................ 75
Lampiran 6. Hasil Pengujian pH .................................................................... 76
Lampiran 7. Hasil Pengujian Susut Pengeringan ........................................... 77
Lampiran 8. Hasil Pengujian Swelling power ............................................... 78
Lampiran 9. Hasil Distribusi ukuran partikel ................................................. 79
Lampiran 10. Diameter Panjang ...................................................................... 82
Lampiran 11. Hasil Kompresibilitas ................................................................ 85
Lampiran 12. Hasil Faktor Hausner ................................................................. 86
Lampiran 13. Hasil Laju alir ............................................................................ 87
Lampiran 14. Hasil sudut istirahat ................................................................... 88
Lampiran 15. Hasil Pengujian XRD ................................................................ 89

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi produksi kentang

merupakan yang tertinggi diantara sayur-sayuran atau tanaman semusim

(holtikultura) di Provinsi Jambi. Produksi kentang hampir setiap tahunnya

menduduki peringkat teratas, pada tahun 2017 produksi kentang mencapai 822.

518 juta ton. Kentang salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pati dengan

kadar amilosa 22,85% dan amilopektin 77,15% (Niken & Dicky, 2013).

Bahan yang banyak digunakan di industri makanan dan farmasi salah

satunya adalah pati, yang digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pengahcur

(desintegran) dan pengikat (binder) dalam pembuatan tablet, pil dan kapsul. Pati

sebagai bahan tambahan sangat luas pemakaiannya karena bersifat inert dan dapat

dicampur dengan hampir semua obat tanpa menimbulkan reaksi kimia. Pati juga

merupakan bahan alam yang murah yang dapat digunakan sebagai bahan

tambahan dengan toksisitas rendah seperti pati kentang (Odeniyi & Ayorinde,

2014).

Pati yang sering digunakan di industri farmasi ada dua macam yaitu pati

alami dan pati termodifikasi. Modifikasi pati dapat dilakukan dengan beberapa

cara diantaranya yaitu: fisika, kimia, enzim (Bestari, Hidayatullah, & Sulaiman,

2016). Salah satu modifikasi pati secara fisik yaitu dengan cara pregelatinasi,

metode ini dapat mengubah struktur granul pati serta dapat mengembang di dalam

1
air dan memiliki ukuran partikel yang lebih besar yaitu granul sehingga akan

memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas dari pati tersebut. (Hartesi., 2016).

Modifikasi secara pregelatinasi ini lebih singkat dan tidak memerlukan

bahan yang terlalu banyak hanya diolah secara tradisional dengan penambahan

air dan pemanasan pada suhu yang tepat. Dibandingkan modifikasi secara kimia,

modifikasi secara fisik ini lebih efisien dan ekonomis. Metode ini dapat

menanggulangi harga obat yang semakin mahal, dikarenakan terbatasanya bahan

tambahan atau eksipien untuk industri farmasi yang diproduksi di dalam negeri

(Mahalia, 2018). Bahan tambahan (eksipien) yang ada di Indonesia umumnya

masih banyak yang di impor dari Negara lain untuk memenuhi kebutuhan industri

farmasi, diantaranya adalah pati kentang dan jagung. Sedangkan Indonesia sendiri

memiliki bahan baku pati-patian yang melimpah salah satunya yaitu kentang

(Ardana, Hariati, & Rijai, 2015).

Berdasarkan penelitian sebelumnya pati pregelatinasi diketahui dapat

memperbaiki sifat fisika kimia pati tersebut dan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kualiatas pati yang dihasilkan salah satunya adalah rasio

amilum:air, suhu dan rpm. (Sari, Prasetia, & Arisanti, 2012) meneliti mengenai

pati singkong dengan variasi rasio pati:air (1:0,5, 1:0,75 dan 1:1) dengan variasi

suhu yaitu 50,55 dan 60o C, dimana modifikasi secara pregelatinasi ini dapat

meningkatkan sifat alir pati dibandingkan dengan pati alaminya yaitu dengan

terjadinya proses pengembangan pati didalam air sehingga membentuk ukuran

yang lebih besar yaitu granul. Hasil penelitian pati singkong didapatkan

karakteristik yang baik yaitu dengan rasio 1:1(pati:air) dan pada suhu 60o C

dengan memperbaiki sifat alir yaitu dengan nilai laju alir 13,70 gram/detik, nilai

2
sudut diam yaitu 25,26o. (Hartesi., 2016) melakukan penelitian dengan berbagai

variasi pati:air (1:075, 1:1 dan 1:1,25), suhu (50,55 dan 60o C) serta variasi rpm

(50,100 dan 150) menghasilkan hasil yang berbeda, dalam pati jagung

didapatkan hasil yang optimal yaitu menggunakan rasio 1:1,25 (amilum:air), suhu

65o C dan rpm 150 dengan memperbaiki laju alir yaitu dengan nilai laju alir yang

baik yaitu 20 gram/detik, nilai sudut istirahat yang baik yaitu 21,5o, pada

penelitian pregelatinasi pati jagung dengan peningkatan suhu dan rpm juga akan

meningkatkan sifat alirnya. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa seiring

peningkatan kadar air ,suhu dan rpm yang optimal akan meningkatkan sifat alir

dari pati tersebut.

Dari penelitian dan hasil uraian diatas didapatkan hasil yang berbeda

setiap tumbuhan dan memiliki nilai yang berbeda setiap variasi pati dan air, suhu

serta rpm dalam modifikasi pregelatinasi, maka peneliti tertarik untuk memilih

modifikasi pregelatinasi pada pati kentang. Penelitian ini dilakukan secara paralel

dengan 3 orang saya dengan perbandinganpati dan air 1:1,25 dan variasi suhu

serta rpm, dua teman lainnya yaitu dengan perbandingan 1:0,75 dan 1:1,25.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalahnya

yaitu bagaimana karakterisitik pati kentang (Solanum tuberosum. L) pregelatinasi

yang dihasilkan dari dimodifikasi secara pregelatinasi dengan perbandingan pati

dan air (1:1,25)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakterisitik dari pati

kentang pregelatinasi yang baik.


3
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu memperoleh pati kentang pregelatinasi yang

memiliki karakteristik yang baik sehingga dapat digunakan secara luas pada

bidang farmasi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kentang

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kentang


Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman sayuran semusim,

berumur pendek kurang lebih hanya 90–180 hari dan berbentuk perdu atau

semak, bahwa dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kentang

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Clasis : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Familia : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum Linn (Putro et al., 2010)

Gambar 1. Tanaman Kentang (Dokumen Pribadi).

5
1. Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk

poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun

primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan

(daun mejemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau keputih–putihan.

Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari

45 atau lebih besar 45. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang

dapat berkembang menjadi cabang sekunder. Daun berkerut–kerut dan

permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun tanaman berfungsi sebagai

tempat proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan

vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, respirasi dan

persediaan tanaman (Putro et al., 2010).

2. Batang

Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

varietasnya. Batang tanaman berbuku–buku, berongga, dan tidak berkayu,

namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat

mencapai 50–120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-

merahan atau hijau keungu-unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan

zat–zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari

daun ke bagian tanaman yang lain (Putro et al., 2010).

3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

tunggang dapat menembus tanah samp ai kedalaman 45 cm, sedangkan akar

6
serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus

tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih– putihan dan halus berukuran

sangat kecil. Di antara akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan

fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi

kentang. Akar tanaman berfungsi menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman

dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Putro et al., 2010).

4. Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam

rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang

dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna bunga

bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak

(calyx), daun mahkota (corolla), benang sari (stamen), yang masing–masing

berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, yakni putik

lebih cepat masak daripada tepung sari. Sistem penyerbukannya dapat

menyerbuk sendiri ataupun silang (Putro et al., 2010).

Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan

buah dan biji–biji. Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang

lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi

500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir

sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah

kurang lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi)

sekitar 6 bulan (Putro et al., 2010).

5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses

7
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari

rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.

Umbi berfungsi meny imp an bahan makanan sep erti karbohidrat, protein,

lemak, vitamin, mineral, dan air (Putro et al., 2010). Bahwa umbi kentang

memiliki morfologi bervariasi, dilihat dari bentuk warna kulit, warna daging,

dan mata tunasnya seperti disajikan pada tabel 2.1.

Tabel.1. Morfologis Umbi Kentang

No
Bagian Umbi Ciri – ciri visual
1
Bentuk umbi Bulat, bulat lonjong, dan lonjong memanjang
2
Warna kulit umbi Putih, kuning dan merah.

3
Warna daging umbi Putih, putih kekuning–kuningan dan kuning.
4
Mata tunas Dangkal, menengah (medium) dan dalam.

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kentang


Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi

atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000–3000 m dpl. Pada

dataran medium, tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300-700

mdpl. Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu

rendah (dingin) dengan suhu rata–rata harian antara 15–20 C.

Kelembaban udara 80- 90% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan

curah hujan antara 200– 300 mm per bulan atau rata–rata 1000 mm selama

pertumbuhan. Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal

berkisar antara 15–18 C. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat

apabila suhu tanah kurang dari 10 C dan lebih dari 30 C (Putro et al.,

2010)

8
Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur,

banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan

drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5–6,5. Jenis tanah yang paling

baik adalah Andosol dengan ciri–ciri solum tanah agak tebal antara 1–2 m,

berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau

lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah

Andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi,

produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral

(Putro et al., 2010)

Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang

cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin

kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak

langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke

tanaman dan ke areal pertanaman yang lain (Putro et al., 2010).

2.2 Pati

2.2.1 Monografi Pati


Pati merupakan cadangan karbohidrat (polisakarida) yang

melimpah di tanaman dan umumnya hasil fotosintesis tanaman yang

berdaun hijau, ditemukan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian.

Gambar 2 Struktur pati (amylum) (Putri Eria & Husni, 2012)


9
Adapun monografi dari pati adalah :

Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidak

berbau dan tidak berasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%)

Identifikasi : didihkan 1 bagian dengan 50 bagian air, terbentuk larutan kanji

yang transparan, hampir tidak berbau dan tidak merubah kertas

lakmus, tambahkan iodium terjadi warna biru yang jika dipanaskan

hilang dan jika didinginkan timbul kembali.

Keasaman-kebasaan : campurkan 10g etanol (70%) yang telah dinetralkan

terhadap larutan phenolphthalein, kocok baik-baik selama 1 jam

dengan NaOH 0,1 N dengan indikator phenophtalein 2ml.

Kadar air : tidak lebih dari 15% dengan sampel 1g

Kadar abu : tidak lebih dari 0,6% (Depkes RI, 2014)

2.2.2 Karakterisasi Pati


Pati merupakan karbohidrat yang merupakan polimer glukosa,

dan terdiri atas amilosa dan amilopektin. Pati dapat diperoleh dari biji-

bijian, umbi-umbian, sayuran, mau4pun buah-buahan. Sumber alami pati

antara lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul,

beras, sagu, amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. (Rai et al., 2015).

Pati adalah karbohidrat yang terdiri atas amilosa dan amilopektin.

Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan -(1> 4) unit

glukosa. Derajat polimerisasi amilosa berkisar antara 5006000 unit

glukosa, bergantung pada sumbernya. Amilopektin merupakan polimer

-(1> 4) unit glukosa dengan rantai samping -(1> 6) unit glukosa.

10
Dalam suatu molekul pati, ikatan -(1> 6) unit glukosa ini jumlahnya

sangat sedikit, berkisar antara 45%. Namun, jumlah molekul dengan

rantai yang bercabang, yaitu amilopektin, sangat banyak dengan derajat

polimerisasi 105  3x106 unit glukosa. (Rai et al., 2015).

Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-

butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula

merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk

identifikasi. Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk,

keseragaman granula, lokasi hilum, serta permukaan granulanya. Pati

tersusun oleh tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin, dan

material antara. Pada umumnya pati mengandung 15-30 % amilosa, 70-

85 % amilopektin dan 5-10 % material antara, Struktur dan jenis material

antara tiap sumber pati berbeda tergantung sifat-sifat botani sumber pati

tersebut. Amilopektin dan amilosa mempunyai sifat fisik yang berbeda.

Amilosa lebih mudah larut dalam air dibandingkan amilopektin. Bila

amilosa direaksikan dengan larutan iod akan membentuk warna biru tua,

sedangkan amilopektin akan membentuk warna merah.(Koswara, 2009).

Pati digunakan oleh tumbuhan sebagai sumber karbon dan energi.

Rantai kimia bertanggung jawab untuk sintesis pati yang melibatkan

molekul glukosa yang diproduksi dalam sel tanaman oleh proses

fotosintesis (Alcázar-alay, Angela, & Meireles, 2015). Berbagai macam

pati tidak memiliki sifat yang sama, tergantung dari panjang rantai atom

karbonnya serta lurus atau bercabang (Koswara, 2009).

11
Pada struktur granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun

dalam suatu cincin- cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula pati

kurang lebih 16 buah, yang terdiri atas cincin lapisan amorf dan cincin

lapisan semikristal (Rai et al., 2015).

1. Amilopektin

Gambar 3 Struktur Amilopektin (Putri Eria & Husni, 2012)

Amilopektin memiliki ikatan 𝛼-1,4 pada rantai lurusnya, serta

ikatan 𝛽-1,6 pada titik percabangannya. Ikatan percabangan berjumlah 4-

5% dari seluruh ikatan yang ada pada amilopektin. Pada amilosa

memiliki homogililikan D-glukosa dengan ikatan α-(1,4) dari struktur

cincin piranosa membentuk rantai lurus yang umumnya dikatakan

sebagai linier pati (Koswara, 2009).

Biasanya amilopektin mengandung 1000 atau lebih unit molekul

glukosa untuk setiap rantai. Berat molekul amilopektin glukosa untuk

setiap rantai. Berat molekul amilopektin bervariasi tergantung pada

sumbernya. Amilopektin pada pati umbi-umbian mengandung sejumlah

kecil ester fosfat yang terikat pada atom karbon ke 6 dari cincin glukosa

(Koswara, 2009).

12
2. Amilosa

Gambar 4 Struktur Amilosa (Putri Eria & Husni, 2012)

Amilosa adalah bagian dari rantai lurus yang dapat memutar dan

membentuk daerah sulur ganda. Pada permukaan luar amilosa yang

bersulur tunggal terdapat hidrogen yang berikatan dengan atom O-2 dan

O-6. Rantai lurus amilosa yang membentuk sulur ganda kristal tersebut

tahan terhadap amilase. Ikatan hidrogen inter- dan intra-sulur

mengakibatkan terbentuknya struktur hidrofobik dengan kelarutan yang

rendah. Oleh karena itu, sulur tunggal amilosa mirip dengan siklodekstrin

yang bersifat hidrofobik pada permukaan dalamnya (Rai et al., 2015).

Amilosa merupakan berbagai polimer dengan ikatan α-(1,4)-

glikosidik, yang berbentuk rantai lurus, dan dikatakan sebagai linear dari

pati, meskipun sebenarnya amilasedihidrolisa dengan 𝛽-amilase

menghidrolisis amilosa menjadi unit-unit residu glukosa dengan

memutuskan ikatan α-(1,4)-glikosidik dari ujung non pereduksi rantai

amilosa menghasilkan maltose (Rai et al., 2015).

Kandungan amilosa pada beberapa pati sumber bahan pangan yaitu

tapioka 17%, kentang 21%, beras 28,60%, beras dengan kadar amilosa

rendah 2,32%, gandum 28%, barley 25,30%, , oat 29,40%, maizena

28,70%. (Rai et al., 2015).


13
2.2.3 Syarat Pati
Pati digunakan sebagai bahan tambahan dalam sediaan farmasi

biasanya digunakan sebagai dilluent (pengencer atau pengisi), pati

digunakan sebagai bahan pencampuran suatu obat. Adapun syarat

penggunaan pati menurut (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009) yaitu :

a. 3-10% w/w bisa digunakan sebagai antiadheren, lubricant (pelicin),

dan pengisi kapsul/tablet.

b. Untuk pasta pati 3-2% sebagai binders (pengikat) untuk granulasi

basah.

c. Untuk disintegrant (pengancur) 3-25%.

d. Digunakan pada pH 4-8.

2.2.4 Pati Kentang (Amylum solani) (Depkes RI, 1995)

Pati Kentang adalah pati yang diperoleh dari umbi Solanum

tuberosum L (Famili Solanaceae).

Pemerian : serbuk halus; putih; tidak berbau.

Mikroskopik : butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30 -

100 m; atau membulat ukuran 10 – 35m; butir majemuk jarang, jika

ada terdiri majemuk 2 sampai 4; hilus berupa titik pada ujung yang

sempit, dengan lamela konsentris jelas terlihat. Amati di bawah cahaya

terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada

hilus.

Besi : tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan sebagai berikut : kocok

1,5 g zat dengan 15 ml asam klorida 2 N, saring; gunakan filtrate untuk

penetapan selanjutnya seperti tertera pada Uji Batas Besi dalam

14
Magnesium Karbonat Berat mulai dari “masukkan kedalam tabung

Nessler”

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 20,0 % lakukan pengeringan pada

suhu 100 C sampai 105 C hingga bobot tetap, menggunakan 1 g zat.

Kadar abu : tidak lebih dari 0,6 % penetapan dilakukan menggunakan

1,0g.

2.2.5 Pati Termodifikasi


Pati dapat dimodifikasi secara kimia, fisika maupun enzimatik

sesuai dengan kebutuhan spesifik suatu industri. Pati termodifikasi

memiliki kemampuan mengikat air yang jauh lebih banyak dibandingkan

pati alami. (Koswara, 2009). Modifikasi pati merupakan suatu proses

dengan mengubah struktur termasuk ikatan hidrogen dengan cara yang

terkontrol untuk meningkatkan dan memperluas aplikasi diindustri

farmasi. Modifikasi pati dapat dilakukan secara kimia, fisik atau

enzimatik. Pati yang dimodifikasi biasa banyak digunakan dalam farmasi

dan makanan di seluruh dunia (Mohammed, 2017). Modifikasi pati

bertujuan untuk mengubah struktur pati, meningkatkan stabilitas granul

pati selama proses pembuatan dan memperluas penggunaan pati dalam

berbagai bidang industri.

Pregelatinasi merupakan salah satu modifikasi fisika. Pati

pregelatin adalah pati yang mengalami proses fisik atau kimiawi dengan

adanya air baik dengan atau tanpa pemanasan untuk memecahkan semua

atau sebagian ikatan dari butir-butir pati dan untuk membuat pati

memiliki sifat mengalir yang baik serta dapat digunakan sebagai bahan

pembawa kempa langsung (Yusuf, Radjaram, & Setyawan, 2008). Pati


15
pregelatinasi merupakan modifikasi pati yang paling sederhana dengan

cara pemanasan menjadi bubur, roll drying, spray drying atau proses

ekstruksi (Mohammed, 2017).

Proses pati pregelatinasi ada 2 macam, yaitu pati pregelatinasi

sempurna dan sebagian. Pregelatinasi sempurna diperoleh dengan

memasak pati diatas suhu gelatinasi sehingga sudah tidak ada lagi

mengandung granul-granul pati yang utuh. Sedangkan pregelatinasi

parsial dilakukan hanya cukup dengan mengalirkan campuran air dan pati

melalu drum panas dengan suhu diatas suhu gelatinasi sehingga massa

akan mengering. Pada pati pregelatinasi sebagian ini masih ada

mengandung granul-granul pati yang utuh (Sari D, 2018). Tujuan dari

pati pregelatinasi adalah untuk meningkatkan ukuran partikel sehingga

didapatkan ukuran partikel yang lebih besar. Dengan ukuran partikel

yang besar maka akan memiliki pori-pori atau rongga-rongga yang besar

pula sehingga ketika berkontak dengan air maka akan lebih mudah

hancur (Rahayuningsih, Siswanto, & Suparman, 2010).

Secara fisik pati pregelatinasi berupa serbuk hablur berwarna

putih, tidak berbau dan mempunyai rasa yang lemah, tidak beracun dan

juga tidak mengiritasi (Yusuf et al., 2008). Pati pregelatin

mempertahankan integritas pati serta meningkatkan penebalan air dingin

dan meningkatkan kelengketan pati. Pati pregelatin menunjukkan aliran

yang dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan

penerimaan obat (Mohammed, 2017).

16
2.3 Analisis Instrumental

1. FTIR (Fourier Transform Infra Red)

FT-IR (Fourier Transform Infrared) Pengujian FT-IR digunakan

untuk mengetahui perubahan gugus fungsi yang terjadi. Pengujian

FT-IR merupakan salah satu instrumen yang banyak digunakan

untuk mengetahui spektrum vibrasi molekul yang dapat digunakan

untuk memprediksi struktur senyawa kimia. Data yang dihasilkan

ditampilkan dalam bentuk grafik. Terdapat tiga teknik pengukuran

sampel yang umum digunakan dalam pengukuran spektrum

menggunakan FTIR yaitu Photo Acoustic Spectroscopy (PAS),

Attenuated Total Reflectance (ATR), dan Difuse Reflectance

Infrared Fourier Transform (DRIFT). Setiap teknik memiliki

karakteristik spektrum vibrasi molekul tertentu. Metode

pembacaan spektrum vibrasi molekul pada FTIR ada dua macam,

yaitu metode reflektansi dan metode transmisi. Metode transmisi

memerlukan teknik khusus dalam preparasi sampel yaitu harus

dalam bentuk pellet disk (Beasley, et al.; 2014).

2. SEM (Scanning Electron Microscopy)

Scanning Electron Microscopy (SEM) digunakan untuk

mengamati detail permukaan sel atau struktur mikroskopik

lainnya, dan dan mampu menampilkan pengamatan obyek secara

tiga dimensi. Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah

elektron yang menggambarkan sampel dengan memindai seberkas

elektron dalam pola scan raster. Elektron berinteraksi dengan

17
atom yangmenyusun sampel yang menghasilkan sinyal yang

berisi informasi tentang topograpi permukaan sampel,

komposisi dan sifat – sifat lainnya seperti konduktivitas listrik.

Fungsi mikroskop elektron scanning atau SEM adalah dengan

memindai terfokus balok halus elektron ke sampel. Elektron

berinteraksi dengan sampel komposisi molekul. Energi dari

elektron menuju ke sampel secara langsung dalam proporsi jenis

interaksi elektron yang dihasilkan dari sampel. Serangkaian

energi elektron terukur dapat dihasilkan yang dianalisis oleh

sebuah mikroprosesor yang canggihyang menciptakan gambar

tiga dimensi atau spektrum elemen yang unik yangada dalam

sampel dianalisis."ni adalah rangkaian elektron yang dibelokkan

oleh tumbukan dengan elektron sampel (Malumba, et al., 2009).

3. XRD (X-Ray Diffraction)


Difraksi sinar-X adalah metode yang sangat penting untuk

mengkarakterisasi struktur kristal material. Teknik ini biasanya

dapat digunakan untuk analisis parameter kisi kristal tunggal, atau

tahap tersebut, tekstur atau bahkan stres analisis bahan

polikristalin (seperti serbuk). Tiga komponen dasar dari X-RD

yaitu; sumber sinar-X (X-Ray source), material contoh yang diuji

(specimen), detektor sinar-X (X-ray detector) (Holilah,

Asranudin, 2017).

18
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Teknologi

Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu Jambi yang

dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli 2019

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah metode eksperimen berupa penelitian di

laboratorium. Tahapan kerja yang akan dilakukan meliputi pengambilan

bahan di Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu Aro Desa Mekar Jaya,

determinasi tumbuhan kentang di Herbarium Bandungense SITH ITB, isolasi

pati kentang alami, standarisasi pati alami, Pembuatan pati pregelatinasi dan

evaluasi pati kentang pregelatinasi

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah Forced-Air Drying Oven (ZRD5110),

Moisture Balance (KERN), Homogenizer (IKA® RW 20 Digital), Hot

Plate (Thermo Scentific®), Timbangan Analitik (Shimadzu), Granule

Sieve (GS-6DR), Tap Density Tester (TDT-1-H), Miscroskop (Olympus

21), Flow Tester, whiteness meter electric, Blender, Lumpang Dan Alu,

kertas lakmus, alat-alat gelas yang digunakan (Pyrex®), sentrifuge

(Hettich), pH Meter HANNA (H18424), spektrofotometer, pisau, vortex,

cawan porselin, kain saring,kertas saring,pH meter, piring kaca oven,

19
botol timbang, kaca objek, kaca arloji, penggaris, stopwatch, Ravid Visco

Aanalyzer (RVA), FTIR, Scanning Electron Microscopy (SEM), XRD.

3.3.2 Bahan
Tanaman kentang yang didapat di Kab. Kerinci, Provinsi Jambi, Aquadest,

MgO (Emsure®).

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Pengambilan Tanaman Kentang di Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu

Aro Desa Mekar Jaya

3.4.2 Determinasi Tumbuhan Kentang di Herbarium Bandungense SITH ITB

3.4.3 Melakukan isolasi dan evaluasi pati kentang alami

1. Isolasi Pati Kentang

Kentang ditimbang sebanyak 45 kg yang telah dikupas kulitnya

kemudian dicuci kembali hingga bersih. Kentang tersebut kemudian

dipotong seperti dadu dengan ukuran (±3cm) untuk mempermudah

proses penggilingan. Setelah itu umbi kentang ini digiling

menggunakan blender dan hasilnya berupa bubur umbi kentang.

Bubur umbi yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan air dengan

perbandingan bubur umbi kentang dan air adalah (1:0,5) atau 45 kg

kentang diekstraki dalam 22,5 liter air, kemudian diaduk agar pati

lebih banyak terlepas dari sel umbi. Selanjutnya, bubur umbi peras

dengan kain flanel sehingga pati lolos dari kain dan suspensi pati serta

ampas tertinggal pada kain flanel Suspensi pati dibiarkan mengendap

di dalam wadah selama 6 jam. Setelah pati mengendap dibilas kembali

hingga bersih dengan aquadest. Endapan pati dikeringkan

menggunakan oven dengan suhu pengeringan 40 C dan dikeringkan


20
selama 5 jam. Setelah proses pengeringan selesai maka pati kentang di

gerus dan diayak pada mesh 80. (Martunis, 2012).

2. Standarisasi Pati Alami Kentang

1. Rendemen Pati (Erika, 2010)

Timbang berat dan timbang hasil pati yang diperoleh :

Berat pati alami (g)


Rendemen = x 100%
Berat kentang (g)

2. Organoleptis

Dengan mengamati organoleptisnya seperti, bau, rasa, bentuk dan

warna visual yang di letakkan di atas kaca arloji (Khairunnisa, Nisa,

Riski, & Fatmawaty, 2016)

3. Mikroskopik

Sejumlah pati di letakkan diatas objek gelas, dan ditetesi oleum anisi

dan diamati di bawah mikroskop perbesaran 100x.

4. Kelarutan

Ditimbnag pati sebanyak 0,1 gram dan titrasi menggunakan aquadest

catat berapa banyak aquadest yang terpakai selama titrasi. Syarat

kelarutan pati kentang, pati pregelatinasi, avicel dan starch RX

adalah praktis tidak larut dalam aquadest. (Depkes RI, 1995)

5. Susut Pengeringan

1 gram pati kentang dimasukkan ke dalam alat moisture balance.

Alat moisture balance diatur pada suhu 105°C dan waktu 1 jam,

kemudian ditunggu selesai dan lihat hasil yang ada pada layar

(Bestari & Hidayatullah, 2016). Syarat susut pengeringan pati

kentang adalah <20% (Depkes RI, 1995).

21
6. Uji pH

Ditimbang 1 gram pati dan didispersikan dalam 10 mL aquades,

ditentukan pH nya menggunakan pH meter. Alat pH meter

dikalibrasi dengan menggunakan larutan pH 7, pH 10 dan pH 4.

Elektroda pH meter dicelupkan kedalam larutan yang diperiksa

angka pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi

tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Khairunnisa et

al., 2016). berdasarkan persyaratan SNI standart pH yaitu 5,0-8,0

(SNI, 1995)

7. Pengujian Kadar Pati, Amilosa dan Amilopektin

Pengujian kadar kati menggunakan menggunakan metode Luff

Schroll. Membuat kurva standar amilosa dan membandingkan

dengan pati yang telah dibuat dan diukur menggunakan spektro.

Analisis kadar amilopektin dalam sampel ditentukan berdasarkan

hasil pengurangan kadar pati dengan kadar amilosa.

% Amilopektin = 100 % - % amilosa (Yenrina, 2015).

Pengujian ini dilakukan dilaboratorium Uji Fakultas Teknologi

Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

8. Swelling Power

Pati kentang ditimbang 0,1 gram (A) dan dicampur dengan 10 mL

aquades dalam 15 mL tabung sentrifuse yang telah diketahui

beratnya. Sampel diaduk dengan vortek selama 10 detik, selanjutnya

ditempatkan pada penangas air suhu 85°C selama 30 menit dengan

pengadukan kontinu selama 10 detik setelah 5, 15, dan 25 menit.

22
Sampel yang telah dipanaskan kemudian didinginkan pada suhu

ruang dan disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 30

menit. Supernatannya diambil, kemudian ditimbang endapannya (D).

Swelling power merupakan rasio antara berat endapan yang

tertinggal dalam tabung sentrifuse (D) dengan berat kering sampel.

(Parwiyanti et al., 2015)


𝐷
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐴 (𝑔/𝑔)

9. Derajat Putih

Pengukuran derajat putih pati diukur dengan whiteness meter

electric dengan standar serbuk MgO (Letviany, Santoso, Barat, &

Tethool, 2010). Syarat derajat putih >90% (SNI, 2009). Pengujian

ini dilakukan dilaboratorium Uji Fakultas Teknologi Industri

Pertanian Universitas Padjadjaran.

10. Kadar Abu

Siapkan cawan yang tertutup keringkan dalam tanur selama 1

jam, kemudian dinginkan dalam desikator dan ditimbang (Wo

gram). Timbang pati kentang sebanyak 5 gram dalam cawan

tersebut (W1 gram). Kemudian letakkan dalam tanur pengabuan,

bakar pada suhu 550°C selama 4-6 jam sampai didapatkan abu

yang berwarna abu-abu. Lalu sampel dikeringkan dalam desikator

selama 30 menit kemudian timbang (W2 gram) (Yenrina, 2015).

Persyaratan standar kadar abu maksimal yaitu 0,5 % (b/b) (SNI,

1995)

(𝑊2−𝑊0)
Kadar abu (%) = (𝑤1−𝑊0)
x 100%

23
11. Cemaran Logam Berat

Penentuan kandungan cemaran logam berat dilakukan

menggunakan instrument Atomic absorption spektrophotometry

(AAS). Dalam persyaratan SNI kadar maksimal logam-logam berat

adalah sebagai berikut, Timbal (Pb) 1,0 mg/kg, Tembaga (Cu) 10,0

mg/kg, Seng (Zn) 40,0 mg/kg, Raksa (Hg) 0,05 mg/kg, Arsen (As)

0,5 mg/kg. (SNI, 1995) Pengujian ini dilakukan dilaboratorium Uji

Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

12. Cemaran Mikroba

a. Angka Lempeng Total

Angka Lempeng total dimaksudkan untuk menunjukkan

jumlah mikroba yang terdapat dalam suatu produk dengan cara

menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media agar.

ALT secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan

pangan namun bermanfaat dalam menunjukkan kualitas,masa

simpan/waktu paruh, kontaminasi dan status higienis pada saat

proses produksi (SNI, 2008).

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran angka lempeng

total yaitu maksimal 106 kolongi/gram (SNI, 1995) , pengujian

ini dilakukan di Labkesda DKI Jakarta.

24
b. Uji E.colli

Pengujian dilakukan dengan uji pendugaan, uji peneguhan

dan isolasi identifikasi melalui uji biokimia indole, Methyl red,

Voges-Proskauer dan Citrate (IMViC). Untuk uji pendugaan

dan peneguhan hasil positif ditandai dengan adanya gas dalam

tabung durham, uji produksi indole hasil positif ditandai dengan

adanya bentuk cincin merah pada lapisan atas media dan hasil

negatif terbentuk cincin kuning, Uji Voges-Proskauer (VP)

hasil positif ditandai dengan adanya warna merah muda eosin

dalam waktu 2 jam, Uji Methyl red hasil positif ditandai dengan

warna merah dan warna kuning hasil negatif, sedangkan Uji

Citrate hasil positif ditandai dengan terbentuknya kekeruhan

pada media. Jumlah E.colli dinyatakan berdasarkan hasil APM,

isolasi-identifikasi dan uji biokimia (SNI, 2008).

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran E.colli yaitu

maksimal negatif/gram (SNI, 1995) , pengujian ini dilakukan di

Labkesda DKI Jakarta.

c. Uji Angka Kapang/Khamir

Pertumbuhan kapang dan khamir yang diinkubasi dalam

media agar pada suhu 25o C selama 5 hario. Penentuan kapang

dan khamir dapat dilakukan dua metode yaitu cawan agar

tuang (pour plate) dan ataucawan agar sebar (spread plate)

(SNI, 2015).

25
Kapang dan Khamir dapat menyebabkan pembusukan dan

kerusuakan pada bahan pangan dan beberapa dapat

menyebabkan reaksi alergi dan infeksi terutama pada populasi

yang kekebalannya kurang (SNI, 2008).

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran

Kapang/Khamir yaitu maksimal 104 koloni (SNI, 1995),

pengujian ini dilakukan di Labkesda DKI Jakarta.

d. Uji Salmonella sp.

Pertumbuhan Salmonella padan media selektif dengan pra

pengayakan (pre-enrichment), dan pengayakan (enrichment)

yang dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji serologi (SNI,

2008).

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran Salmonella

yaitu negatif/25gram (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan, 2009), pengujian ini dilakukan di Labkesda DKI

Jakarta.

e. Uji Pseudomonas

Karbon organik dioksidasi menjadi karbon dioksida (CO2)

oleh persulfat dengan adanya sinar ultraviolet, CO2 yang

dihasilkan diukur secara langsung dengan alat inframerah non

dispersi, direduksi menjadi metana dan diukur dengan detektor

ionisasi pembakaran (flame ionization detector) (SNI, 2006).

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran Pseudomonas

yaitu negatif/gram. (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

26
dan Makanan, 2009) , pengujian ini dilakukan di Labkesda DKI

Jakarta.

f. Uji Staphylococcus aureus

Metode yang digunakan adalah dengan hitung cawan secara

sebar pada permukaan media. Koloni mempunyai ciri khas

bundar, licin dan halus, cembung, diameter 2mm – 3mm,

berwarna abu-abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona opak,

dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone) (SNI,

2008).

Berdasarkan persyaratan SNI kadar cemaran

Staphylococcus aureus yaitu negatif/gram (SNI, 2009),

pengujian ini dilakukan di Labkesda DKI Jakarta.

13. Suhu Gelatinasi dan Viskositas

Suhu gelatinasi dan Viskositas di lakukan menggunakan alat

Ravid Visco Analyzer (RVA). Pengujian ini dilakukan dilaboratorium

Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

3.4.4 Pembuatan Pati Kentang pregelatinasi


Pati kentang pregelatinasi yang baik akan terbentuk dengan

perbandingan air, pati dan penggunaan suhu serta pengadukan yang tepat.

Pati pregelatinasi dibuat 9 dengan perbandingan rasio pati dan air sebesar

1:1,25 dan suhu pemanasan 45, 50 dan 55°C serta pengadukan masing-

masing 200, 250 dan 300 rpm.

Formula I (F1) dibuat dengan cara Air dipanaskan sebanyak 187,5 ml

sampai suhu 45°C pada hot plate, lalu ditambahkan pati kentang sebanyak

150 gram dan suhu 45°C dijaga selama 10 menit dengan pengadukan 200 rpm
27
menggunakan homogenizer hingga masa terbentuk massa kental. Massa

kental tersebut dikeringkan pada suhu 45°C selama 48 jam. Setelah kering,

pati lalu diayak dengan mesh 60, untuk Formula 2 - Formula 9 (F2-F9)

dilakukan dengan cara yang sama hanya berbeda pada suhu dan rpm sesuai

dengan tabel dibawah. (Hartesi., 2016)

Tabel 2. Variasi Rasio Jumlah Pati : Air , Suhu Pemanasan dan Pengadukan
yang digunakan
Pati : Air Suhu (°C) Pengadukan (rpm) Formula
200 F1
45 250 F2
300 F3
200 F4
1 : 1,25 50 250 F5
300 F6
200 F7
55 250 F8
300 F9

3.4.5 Pemeriksaan Sifat Fisika Kimia Pati Pregelatinasi


1. Rendemen Pati Pregelatinasi (Erika, 2010)

Timbang berat dan timbang hasil pati yang diperoleh :

Berat pati pregelatinasi (g)


Rendemen = x 100%
Berat kentang alami (g)

1. Organoleptis

Dengan mengamati organoleptisnya seperti, bau, rasa, bentuk

dan warna visual yang diletakkan di kaca arloji (Khairunnisa et

al., 2016)

2. Uji PH

Ditimbang 1 gram pati dan didispersikan dalam 10 mL

aquades, ditentukan pH nya menggunakan pH meter. Alat pH

meter dikalibrasi dengan menggunakan larutan pH 7, Ph 10 dan

pH 4. Elektroda pH meter dicelupkan kedalam larutan yang

28
diperiksa angka pH meter dibiarkan bergerak sampai

menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter

dicatat (Khairunnisa et al., 2016). berdasarkan persyaratan SNI

standart pH pati pregelatinasi yaitu 4,5-7,0. (SNI, 1995)

3. Susut Pengeringan

1 gram pati kentang dimasukkan ke dalam alat moisture

balance. Alat moisture balance diatur pada suhu 105°C dan

waktu 1 jam, kemudian ditunggu selesai dan lihat hasil yang ada

pada layar (Bestari & Hidayatullah, 2016). Syarat susut

pengeringan pati pregelatinasi adalah <20%.

4. Distribusi Ukuran Partikel

Ditimbang 50 gram pati. Dilakukan pengayakan secara

bertingkat mulai dari no. 34, 40, 50, 60, 80 selama 10 menit dengan

60 rpm. Hasil pengayakan dari masing-masing mesh ditimbang.

Presentase fines yang dikehendaki adalah 10%-20% (Kadek Lenny

Karisma Sari, I G.N. Jemmy Anton Prasetia, 2008)

5. Perhitungan Diameter Panjang

Pengujian ini dilakukan agar mengetahui ukuran partikel dengan

rumus : 𝛴𝑛. 𝑑
Diameter Panjang:
𝛴𝑛

6. Pengujian Laju Alir dan Sudut istirahat

a. Pengujian laju alir

Sebanyak 25 gram pati ditimbang. Kemudian pati tersebut

dituang melalui tepi corong secara perlahan-lahan kedalam

29
corong yang bawahnya tertutup. Tutup corong bagian bawah

dibuka secara perlahan-lahan dan pati dibiarkan mengalir keluar.

Dicatat waktu yang diperlukan sampai semua pati melewati

corong dengan menggunakan stopwatch. Kecepatan alir yang

ideal yaitu >10 gram/detik (Kadek Lenny Karisma Sari, I G.N.

Jemmy Anton Prasetia, 2008)

berat serbuk (g)


Laju alir =
waktu (detik)

b. Pengujian sudut istirahat

Sebanyak 25 gram pati kentang ditimbang. Kemudian, pati

tersebut dituang melalui tepi corong secara perlahan-lahan ke

dalam corong yang bagian bawahnya tertutup. Tutup corong

bagian bawah dibuka secara perlahan-lahan dan biarkan pati

mengalir keluar hingga membentuk kerucut. Tinggi pati yang

berbentuk kerucut tersebut dan jari-jari pati lalu diukur. Sudut

istirahat yang baik berkisar antara 25°-30° (Hartesi., 2016).

h
Tga =
r

ket : h: tinggi tumpukan (cm)

r: jari-jari tumpukan (cm)

: sudut tumpukan (°)

Tabel 3. Sudut istirahat untuk menentukan sifat alir serbuk


Sudut Istirahat (Derajat) Jenis Aliran

<20 Sangat Baik


20-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Sangat Buruk

30
7. Pengujian bobot jenis

Kerapatan nyata dan kerapatan mampat dapat digunakan untuk

menghitung nilai kompresibilits. Kompresibilitas dapat

menunjukkan sifat alir dan kemampuan termampatkan suatu serbuk

(Higea et al., 2012)

a. kerapatan nyata/bulk density untapped

pati kentang ditimbang sebanyak 100 gram (W) dan

dimasukkan kedalam gelas ukur 200 ml yang terpasang pada tap

volumeter. Permukaan alat uji diratakan dan volumenya (V)

dibaca. Density nyata (n) dihitung dengan persamaan berikut

(Higea et al., 2012)

W (g)
ρn =
V (ml)

b. Kerapatan Mampat/bulk density tapped

Pati kentang ditimbang sebanyak 100 gram (W) dan

dimasukkan ke dalam gelas ukur 200 ml yang terpasang pada tap

volumeter. Permukaan pati kentang diratakan, gelas ukur

dihentakkan sebanyak 1250 kali lalu volume serbuk terbaca (x).

Penghentakan dilakukan sebanyak 1250 kali lagi dan volumenya

(y) dibaca. Bila volume (y) tidak berselisih dengan (x) besar 2

mL, maka (x) adalah volume serbuk (vm). Desnity mampat (m)

dihitung dengan persamaan berikut (Higea et al., 2012)

W (g)
ρm =
Vm (ml)

31
8. Faktor Hausner

Faktor Hausner adalah perbandingan antara density mampat

dengan density nyata. (Khairunnisa, Nisa, Riski, & Fatmawaty,

2016)
ρ mampat
FH = ρ nyata

9. Pengujian kompresibilitas

Kompresibilitas adalah kemampuan suatu bahan dimana

volumenya akan berkurang pada saat mendapat tekanan.

Kompresibilitas yang baik yaitu sebesar 5%-20% (Khairunnisa,

Nisa, Riski, & Fatmawaty, 2016)

kerapatan mampat − kerapatan nyata


Kompresibilitas = x100%
Kerapatan mampat

Nilai indeks carr yang diperoleh dari hasil perhitungan pada nilai

kerapatan mampat dan kerapatan nyata dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 4. Indeks Carr Sebagai Indikasi Sifat Alir Serbuk (Mita, 2014).
Indeks Kompersibilitas (%) Rasio Hausner Sifat Alir
< 10 1,00-1,11 Istimewa
11-15 1,12-1,18 Baik
16-20 1,19-1,25 Cukup baik
21-25 1,26-1,34 Agak baik
26-31 1,35-1,45 Buruk
32-37 1,46-1,59 Sangat buruk

Nilai kompresibilitas >25 makan sifat alir serbuk makin buruk

karena jika serbuk sangat rapat (kompresibilitas tinggi) maka akan

sulit mengalir sehingga laju alirnya semakin buruk (Hartesi., 2016).

32
3.4.6 Analisis Instrument
1. FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Sampel pelet (yang dibentuk di dalam ruang dievakuasi)

ditempatkan di pemegang sel (sel yg dpt dibongkar universal) dan

dimasukkan ke dalam sistem FTIR (Spectrum BX, PerkinElmer,

Inggris) dan dipindai di berbagai 350-4000nm. Spektrum FTIR

dalam format OPUS disimpan dalam format Data Point Table

(DPT) (Gbenga, Olakunle, & Adedayo, 2014). Pengujian ini

dilakukan di Universitas Negeri Padang.

2. SEM (Scanning Electron Microscopy)

Sampel serbuk diletakkan pada sampel holder alumunium dan

dilapisi dengan emas dengan ketebalan 10 nm. Sampel diamati

berbagai perbesaran alat SEM. Voltase diatur pada 40 kV dan arus

20 mA. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium PPLG Bandung.

3. XRD (X-Ray Diffraction)

Pati kentang dilakukan karakterisasi menggunakan teknik difraksi

sinar-X (XRD JEOL JDX 3530 X-Ray Diffractometer) untuk

mengetahui fasa kristal dan kristalinnya. Sampel disinari

menggunakan radiasi CuK dengan panjang gelombang

gelombang λ = 1,541 Å, tegangan 40 kV, dan arus 30 mA dengan

rentang sudut 2θ = 5-50°. (Holilah, Asranudin, 2017). Pengujian ini

dilakukan di Laboratorium PPLG Bandung.

3.5 Analisis Data


Dalam analisa data, peneliti memilih untuk menggunakan statistik

deskriptif yaitu ukuran simpangan dan ukuran simpangan yang digunakan

33
merupakan simpangan baku (standar deviasi). Simpangan baku adalah ukuran

simpangan yang paling sering digunakan. Menurut (Sugiyarto, 2015) rumus

simpangan baku adalah sebagai berikut:

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆= √
𝑛−1

3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Tabel 5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan Ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan dan pelaksanaan penelitian
2 Pengelolahan data
3 Penulisan skripsi/makalah seminar
4 Perispan seminar hasil
Penyempurnaan skripsi dan persiapan
5
ujian akhir
6 Ujian akhir

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Pengambilan dan Determinasi Tumbuhan Kentang

. Hasil determinasi tumbuhan kentang di Herbarium Bandungense SITH

ITB adalah kentang digunakan yaitu Solanum tuberosum Linn. Hasil

determinasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.2 Hasil Pembuatan Pati Kentang Alami

Hasil pembuatan pati kentang alami yang didapatkan dari 45 kg yaitu 0,94 kg.

4.1.3 Hasil Standarisasi Pati Kentang Alami

Pengujian standarisasi pati kentang alami dilakukan agar didapatkan pati

kentang alami yang berstandart Pharmaceutical grade, Pengujian ini

mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, hasilnya dapat

dilihat pada tabel berikut. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3 dan

lampiran 5.

Tabel 6. Standarisasi Pati Alami


Standarisasi pati alami
No Syarat
Parameter Pengujian
SNI HOPE F.I
1 Rendemen 2,08% - - -
Organoleptis
warna putih putih putih
2 bentuk serbuk - serbuk serbuk
bau tidak berbau tidak berbau tidak berbau
rasa tidak berasa tidak berasa tidak berasa
praktis tidak praktis tidak
3 Kelarutan Praktis tidak larut
- larut larut
4 Susut pengeringan 15,63% - <20 % <20 %
5 pH 6,87 - 5,0-8,0 5,0-8,0

35
Kadar Pati 74,44%
-
6 Amilosa 28,54 % - -
Amilopektin 71,46 %
7 Swelling Power 15,1g/g - - -
8 Derajat Putih 93,66% <90 % - -
0,25%
9 Kadar abu <0,5 %
0,24% - -
Cemaran Logam Berat
Pb 2 mg/kg 1 mg/kg
Cu 3,3 mg/kg 10 mg/kg
10 Zn 30,56 mg/kg 40 mg/kg - -
Hg Tidak terdeteksi 0,05 mg/kg
As Tidak terdeteksi 0,5mg/kg
Cemaran Mikroba
ALT 3,9x10 < 10
E.colli negatif/gram negatif/gram
11 Angka Kapang Khamir 2,2x10 < 10 - -
Salmonella sp negatif/gram negatif/gram
Pseudomonas
negatif/gram negatif/gram
aeruginosa
Staphylococcus aureus negatif/gram negatif/gram
12 Suhu Gelatinasi 63,24oC - 64oC -

4.1.4 Evaluasi Pati Alami dan Pati Pregelatinasi


a. Rendemen
Pati kentang pregelatinasi yang dibuat 88 gram/formula didapatkan

rendemen setiap formula yaitu dengan nilai rata-rata 90,61%..

rendemen pati alami yaitu 2,08 %.

b. Organoleptis
Tabel 7. Hasil Organoleptis

Parameter
No Sampel
Warna Bentuk Bau Rasa
1 Pati Alami Putih Sangat halus Tidak Berbau Tidak Berasa
2 F1 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
3 F2 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
4 F3 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
5 F4 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
6 F5 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
7 F6 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
8 F7 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
9 F8 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa

36
10 F9 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
11 Avicel Putih Polimorf Tidak Berbau Tidak Berasa
12 Starch RX Putih Sangat halus Tidak Berbau Tidak Berasa

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

c. Mikroskopik

Pati alami F1

F2 F3

37
F4 F5

F6 F7

F8 F9

38
Starch RX Avicel
Gambar 5. Mikroskopik Perbesaran 100x

d. Kelarutan
Kelarutan dari avicel, starch rx, pati alami dan pati pregelatinasi

seluruh formula yaitu praktis tidak larut yaitu dengan nilai >10.000.

e. Susut Pengeringan

18
16
14
Susut Pengeringan %

12
10 rpm 200
8 rpm 250
6 rpm 300
4
2
0
F2 F3 F4 F5
F1 1 2 F6 F7 F8
3 F9 Pati alami
4 Starch5 RX Avicel
6
Suhu 45oC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding

Gambar 6. Susut pengeringan Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel


dan Starch RX

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
39
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Pada pengujian susut pengeringan yaitu pati alami 15,63%, pati pregelatinasi

rata-ratanya 6,35%, starch RX 9,45% dan avicel 5,91%.

f. Uji pH

4 rpm200
pH

rpm250
2 rpm300

0
1 F3
F1 F2 2 F6
F4 F5 3 F9 Pati Alami
F7 F8 4 5
Starch RX Avicel 6
Suhu 45oC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding

Gambar 7. pH Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel dan Starch RX

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Pada pengujian pH didapatkan hasil sebagai berikut, pati kentang alami

mendapatkan nilai 6,9 pH pada pati pregelatinasi hampir sama dengan rata-
40
rata 7,0 pH avicel 5,7 dan starch rx yaitu 7,0.

g. Pengujian kadar pati, amilosa dan amilopektin


Kadar pati yang didapatkan yaitu 74,44%, amilosa 28,54 % dan
amilopektin 71,46 %

h. Swelling Power

25

20
Swelling power (g/g)

15
rpm 200
10 rpm 250
rpm 300
5

0
F1 F2
1 F3 F4 F5
2 F6 F7 F8
3 F9 Pati alami
4 Starch 5RX Avicel6
Suhu 45OC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding

Gambar 8. Swelling power Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel dan
Starch RX

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Nilai Swelling power yang didapatkan pada pati kentang alami yaitu 14,85

g/g, pati pregelatinasi dengan rata-rata 17,72 g/g, starch RX 7,90 g/g dan

avicel 2,28 g/g.

41
i. Derajat Putih
Pengujian derajat putih serbuk pati kentang diharapkan mendapat nilai

tinggi yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai derajat putih berarti

derajat putih pati kentang alami semakin bagus. Berdasarkan SNI bahwa

derajat putih harus >90%. Hasil derajat putih pati kentang yaitu 93,66%.

j. Kadar Abu
Hasil pengujian kadar Abu yang didapatkan yaitu 0,25% dan hasil

pengujian kadar Abu dari FTIP Unpad yaitu 0,24%

k. Cemaran Logam Berat


Pada Pengujian Cemaran Logam berat Timbal (Pb) 1,0 mg/kg, Tembaga

(Cu) 10,0 mg/kg, Seng (Zn) 40,0 mg/kg, Raksa (Hg) 0,05 mg/kg, Arsen

(As) 0,5 mg/kg. (SNI, 1995). Dimana hasil yang didapatkan yaitu kadar

Cemaran Pb yang tidak memenuhi syarat yaitu 2,0 mg/kg, sedangkan

kadar logam berat lainnya telah memenuhi syarat yaitu Cu 3,30 mg/kg, Zn

30,56 mg/kg, Hg dan As tidak terdeteksi. Hasil ini dapat dilihat pada

lampiran 3.

l. Cemaran Mikroba

Hasil Cemaran Mikroba telah memenuhi syarat, hasil dapat dilihat pada

lampiran 5

m. Suhu Gelatinasi

Hasil pengujian Suhu Gelatinasi yaitu 63,24oC

42
n. Distribusi Ukuran Partikel

60

P Alami
50
F1
F2
40
% Frekuensi

F3

30 F4
F5
20 F6
F7
10 F8
F9
0
STARCH RX
0 200 400 600 800
Avicel
Ukuran Partikel µm

Gambar 9. Distribusi Ukuran Partikel Pati Alami Kentang,Pati


Pregelatinasi, Avicel dan Starch RX
120
F1
100 F2
F3
% Kmulatif

80 F4
F5
60 F6
F7
40 F8
F9
20
Pati Alami
Starch RX
0
<180 215 275 362,5 462,5 501
Ukuran Partikel µm

Gambar 10. Frekuensi Kumulatif Pati Alami Kentang, Pati


Pati Pregelatinasi, Avicel dan Starch RX

43
o. Pengujian Diameter Panjang
Diameter Panjang
Formula
(µm)
F1 246,53
F2 248,87
F3 250,78
F4 252,36
F5 247,60
F6 254,04
F7 251,46
F8 244,49
F9 254,11
Pati Alami 175,82
Starch RX 160,42
Avicel 309,34

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

p. Pengujian Laju Alir

14
12
10
8
Laju Alir g/s

rpm200
6 rpm250
4 rpm300
2
0
F1 1 F3
F2 F4 2F5 F6 F7 F8
3 F9

Suhu 45OC Suhu 50oC Suhu 55OC

Gambar 11. Laju Alir Pati Pregelatinasi

44
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Dari hasil pembuatan pregelatinasi pati kentang bahwa semakin tinggi

suhu dan semakin besar rpm pengadukan akan mempengaruhi sifat alir

pati prgelatinasi, dari setiap formula rata-rata laju alirnya adalah 9,95

gram/detik dengan nilai laju alir terbesar yaitu formula 9 12,41 gram/detik,

bahwa ini telah memenuhi syarat yaitu >10gram/detik.

q. Hasil Pengujian Sudut Istirahat


30

25

20
Sudut Istirahat

15
rpm200

10 rpm250
rpm300
5

0
F1 F2
1 F3 F4 2F5 F6 F7 F8
3 F9

Suhu 45oC Suhu 50OC Suhu 55OC

Gambar 12. Sudut Istirahat Pati Pregelatinasi

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
45
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Pada pregelatinasi pati kentang memiliki sudut istirahat yang baik

yaitu 20-30o, dengan nilai sudut istirahat terkecil pada formula 9 yaitu

20,43o, secara umum sudut istirahat semua formula pati pregelatinasi

termasuk dalam kategori baik. Pada avicel,pati alami dan starch RX

tidak terbentuk sudut isitirahat karena semuanya tidak dapat mengalir.

r. Hasil Pengujian Faktor Hausner

rpm 200
rpm 250
Faktor Hausner

1 rpm 300

0
1 F3
F1 F2 2 F6
F4 F5 3 F9 Pati alami
F7 F8 4 Starch5RX Avicel6

Suhu 45OC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding

Gambar 13. Faktor Hausner Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel dan
Starch RX

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
46
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Nilai faktor hausner setiap formula termasuk ideal dengan rata-rata 1,14

dimana syarat faktor hausner yang baik adalah 1,12-1,18 dibandingkan nilai

faktor hausner pati alami dan pembanding avicel dan starch RX yang lebih

besar yaitu dengan nilai 1,55, 1,58 dan 1,51.

s. Hasil Pengujian Kompresibilitas

40

30
Kompresibiilitas

20 rpm 200
rpm 250
rpm 300
10

0
1 F3
F1 F2 2 F6
F4 F5 3 F9
F7 F8 4
Pati alami 5
Starch RX Avicel6
Suhu 45OC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding

Gambar 14. Kompresibilitas Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi,


Avicel dan Starch RX

Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
47
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300

Pengujian kompresibilitas pati alami memiliki nilai 35,48%, avicel

36,71% dan starch RX 33,55%. Sedangkan pada pati pregelatinasi

didapatkan nilai kompresibilitas yang baik pada formula 9 yaitu 9,44% ini

menunjukkan F9 termasuk dalam kategori istimewa dengan syarat

kompresibilitas yaitu <10% (istimewa) dan 32-37% (sangat buruk).

4.1.5. Hasil analisis Instrumental


1.Hasil pengujianFTIR Pregelatinasi pati kentang

Avicel Starch RX

48
Pati Alami Formula 3

Formula 6 Formula 9

Gambar 15. Hasil FTIR

Hasil pengujian FTIR pada pati alami, pati pregelatinasi, avicel dan

starch RX memiliki pola grafik yang sama yang menunjukkan tidak

adanya perubahan kimia yang terjadi pada pregelatinasi pati kentang.

49
2. Hasil pengamatan morfologi permukaan pregelatinasi pati kentang

menggunakan SEM perbesaran 1000x

Avicel Starch RX

Pati Alami Formula 3

50
Formula 6 Formula 9

Gambar 16. Hasil scaning electron microscopy (SEM) dengan perbesaran


1000x

3. Hasil pengujian XRD

1000

800
Intensity (counts)

avicel
600 Pati Alami
Starch RX
400
Formula 3
200 Formula 6
Formula 9
0
0 20 40 60 80
2 Theta(◦)

Gambar 17. Hasil XRD Pati Alami, Formula 3, Formula 6, Formula 9, Avicel
dan Starch RX

Hasil pola difraksi X-ray terlihat bahwa pati alami, starch RX dan pati

pregelatinasi memiliki pola difraksi yang tidak begitu tajam ini menunjukkan

semuanya berbentuk amorf, sedangkan pada avicel memiliki pola difrkasi

yang tajam dan berarti menunjukkan bahwa avicel secara fisik berbentuk

kristal

51
4.2 Pembahasan

Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bandungense

SITH ITB kentang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kentang

jenis Solanum tuberosum Linn yang didapatkan didaerah Kab.Kerinci. Pada

pengolahan pati alami kentang menggunakan perbandingan kentang dan air

1:0,5 didapatkan hasil rendemen yaitu 2,08%, ekstraksi pati kentang pada

dasarnya merupakan suatu proses untuk memisahkan granula-granula pati

dari umbinya. Granula-granula ini terikat di dalam sel-sel bersama dengan

bahan lain pembentuk protoplasma seperti protein, karbohidrat terlarut, lemak

dan lainya. Rendemen pati kentang dihitung berdasarkan perbandingan berat

kentang alami dengan berat pati yang telah didapatkan (Zahra Zahruniya.,

2014). Berat pati yang didapatkan yaitu 0,94 kg dan hasil rendemen nya

adalah 2,08 % dari total berat kentang 45 kg. Hasil rendemen yang

didapatkan sangat rendah faktor pengolahan sangat berpengaruh pada hasil

rendemen yang dihasilkan semakin tinggi rendemen menandakan proses

isolasi yang maksimum, misalnya pada saat pemerasan yang dilakukan

kurang optimal sehingga sel pati tidak terekstraksi dengan sempurna. Selain

itu juga proses penghancuran kentang juga sangat berpengaruh karena

tujuannya adalah untuk memecah dinding sel agar butir pati yang ada

didalamnya dapat keluar. Karena semakin tinggi suatu rendemen

menunjukkan hasil yang didapatkan semakin maksimal (Arnida., 2015)

Pati pregelatinasi kentang yang dibuat 88gram/formula didapatkan hasil

rendemen setiap formula yang hampir sama yaitu dengan nilai rendemen

rata-rata 90,61%. Pengurangan ini terjadi karena selama pembuatan pati


52
alami dan pregelatinasi terjadi lengket pada alat homogenizser, terjadi

pengurangan saat menggerus pada lumpang dan pada saat pengayakan. Pati

kentang selanjutkan dilakukan standarisasi agar didapatkan pati kentang

alami yang berstandart Pharmaceutical grade

Pada pengujian organoleptis pati alami, pati pregelatinasi, starch RX

dapat diamati bau, rasa, bentuk dan warna. Hasilnya adalah tidak berbau,

tidak berasa, bentuk serbuk dan warna putih sesuai dengan persyaratan yang

ada pada Handbook of pharmaceutical excipient dan certificate of analysis,

sedangkan pada avicel didaptkan hasil yang berbeda pada bentuknya yaitu

serbuk kristal, warna putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Pengujian mikroskopik menyatakan bahwa pati kentang yang dapat

dilihat pada perbesaran 100x berbentuk bulat telur serta hilus berupa titik

terletak diujung dan lamela terlihat jelas hasil dari pati alami dan

pregelatinasi menunjukkan hasil yang sama (Hernandez,. 2011), pada starch

RX merupakan berasal dari tanaman singkong yang dilihat dari mikroskopik

bahwa terdapat topi baja dengan hilus terletak di tengah sedangkan pada

avicel bukan merupakan dari pati-patian sehingga tidak terlihat bagian hilus

dan lamela. ini menunjukkan hasil yang sesuai hasil ini dapat di lihat pada

gambar 5. Pada pengujian kelarutan pati alami,pati pregelatinasi semua

formula (F1,F2,F3,F4,F5,F6,F7,F8,F9), avicel dan starch RX bahwa

termasuk praktis tidak larut dengan nilai >10.000.

Pengujian susut pengeringan bertujuan untuk menentukan jumlah semua

jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu (Depkes

RI, 2014). Pada pengujian susut pengeringan pregelatinasi pati kentang alami

53
dan pregelatinasi diharapakan memenuhi standart yaitu dengan nilai <20%

(Rowe et al, 2009), dan susut pengeringan berdasarkan certificate of analysis

avicel <6% dan Starch RX <10%. Pada pengujian susut pengeringan terlihat

bahwa telah memenuhi syarat yang telah tertera yaitu pati alami 15,63%, pati

pregelatinasi 6,35%, starch RX 9,45% dan avicel 5,91%. Jika pada susut

pengeringan tidak memenuhi syarat akan berdampak dalam masa

penyempinan memicu pertumbuhan jamur dan mikroba yang mengakibatkan

pembusukan atau degradasi senyawa yang terkandung didalamnya.

pH standart pati kentang alami dan pati pregelatinasi yaitu 5,0-8,0 (Rowe

et al, 2009), sedangkan berdasarkan certificate of analysis pH avicel 5,0-7,0

dan Starch RX 6,0-7,5. Pada pengujian pH dapat dilihat bahwa semuanya

memenuhi syarat, pati kentang alami mendapatkan nilai 6,9 pH pada pati

pregelatinasi hampir sama dengan rata-rata 7,0 pH avicel 5,7 dan starch RX

yaitu 7,0. Dilihat secara keseluruhan bahwa pati pregelatinasi dan pati alami

memiliki nilai yang hampir sama dengan pembanding yang berada dipasaran.

Kadar Amilosa dan amilopektin pada umumnya pati mengandung 20–30

% amilosa, 70–80% amilopektin (Koswara, 2009). Hasil pengujian pada pati

kentang alami didapatkan bahwa amilosa yang terkandung adalah 28,54 %

dan amilopektin 71,46 % ini menunjukkan termasuk dalam rentang nilai

masing-masing pengujian. Sedangkan penelitian kadar amilosa dan

amilopektin kentang adalah 22,85% dan amilopektin 77,15% (Niken &

Dicky, 2013), namun pada pengujian amilosa sedikit berbeda yaitu amilosa

jagung adalah 8,09% disini terlihat bahwa kadar amilosa pada jagung jauh

lebih kecil dari kentang (Anniesah et al, 2018).

54
Pengujian kadar pati yang didapatkan pada pati kentang yaitu sebesar

74,44 % hasil ini berbeda dengan kandungan pati pada beberapa tanaman

lainnya seperti ubi kayu putih 81,39 % (Murtiningrum., 2012) dan pada

pengujian oleh (Ifmaily., 2018) bahwa pati sukun sebesar 71,67%. Kadar pati

ini bisa dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur panen optimum dan kondisi

cuaca pada saat panen. Kadar pati umbi yang dipanen pada saat musim hujan

akan lebih rendah karena kadar air yang tinggi. Semakin cepat atau semakin

lama umur panen optimum akan juga mempengaruhi kadar pati, selain itu

kadar pati juga dipengaruhi oleh tingkat kemurnian pati saat di proses, karena

semakin banyak campuran seperti serat, pasir/kotoran akan menurunkan

kadar pati persatuan beratnya (Khairun Nisah., 2017). Dari hasil kadar pati

yang diapatkan pada pati kentang yang cukup tinggi seharusnya sejalan

dengan hasil rendemen yang tinggi pula, namun hasil rendemen yang

didapatkan sangat rendah, hal ini kemungkinan proses ekstraksi pati yang

kurang optimal.

Swelling Power dilakukan untuk melihat seberapa besar daya

mengembang pada pati, pada pengujian ini didaptkan hasil swelling power

pati alami yaitu 15,10 g/g, pati pregelatinasi dengan swelling power terbesar

yaitu pada Formula 3 yaitu 20,19 g/g dan nilai terkecil pada formula 4 yaitu

15,07 g/g, starch RX 7,90g/g dan avicel 2,28g/g. Dari data diatas dapat

dilihat bahwa pati pregelatinasi memiliki daya mengembang yang besar dan

avicel memiliki daya mengembang yang kecil ini disebabkan karena avicel

bukan dari pati-pati yang mengandung amilosa yang dapat mengembang

didalam air. Berdasarkan (Anniesah et al., 2018) bahwa nilai swelling power

55
pada jagung yaitu 8,33 g/g disini terlhat bahwa nilai swelling pada jagung

lebih rendah karena kadar amilosa pada jagung lebih rendah dibandingkan

pada kentang. Nilai swelling power berkaitan dengan kandungan amilosa dan

amilopektin, dimana semakin tinggi kadar amilosa maka akan semakin tinggi

daya mengembang pati dalam air karena sifat amilosa yang dapat menyerap

air (Kristinah et al., 2015). Pati yang memiliki amilosa tinggi akan memiliki

sifat yang renyah sehingga cocok digunakan sebagai penghancur

(desintegrant) dalam sediaan tablet, karena jika kandungan amilopektin yang

lebih tinggi akan meningkatkan kekerasan suatu tablet dan akan berpengaruh

terhadap waktu hancur tablet semakin menurun (Wira., 2013). Daya serap air

suatu pati dapat mempengaruhi swelling power. Semakin besar daya serap air

maka akan menyebabkan swelling power semakin meningkat (Jading et al.,

2004)

Nilai derajat putih serbuk serbuk pati berdasarkan SNI yaitu >90%. Pada

pengujian derajat putih didapatkan bahwa pati kentang memiliki nilai derajat

putih 93,66% ini menunjukkan bahwa telah memnuhi syarat. Pengujian

Kadar Cemaran logam berat dilakukan agar mendapatkan bahan yang aman

digunakan. Syarat cemaran logam berat berdasarkan SNI itu sendiri adalah

Timbal (Pb) 1 mg/kg, Tembaga (Cu) 10 mg/kg, Seng (Zn) 40 mg/kg, Raksa

(Hg) 0,05 mg/kg, Arsen (As) 0,5 mg/kg . Didapatkan bahwa hasil cemaran

pada logam Pb melewati persyaratan yaitu 2 mg/kg kadar jumlah Pb yang

tinggi akan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada bayi dan anak-anak

kelebihan Pb akan menyebabkan kerusakan otak, penghambatan

pertumbuhan, kerusakan ginjal, gangguan pendengaran, mual, sakit kepala

56
sedangkan pada orang dewasa dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah, gangguan pencernaan, kerusakan ginjal, syaraf dan gangguan

reproduksi. Dimana dosis letal pada manusia untuk logam Pb yaitu 1,7mg/kg

(SNI., 2009). Kadar cemaran Pb ini berdasarkan SNI bahwa bterdapat pada

udara, air dan tanah, dimana selama pengerjaan isolasi pati pada proses

pencucian menggunakan air keran dan selama pencucian tanah tidak

dibersihkan terlebih dahulu. Berdasarkan syarat jarak penanaman kentang

harus jauh berpuluh-puluh kilometer dari daerah jalan lintas dan cemaran

asap kendaraan, oleh karena itu negara indonesia masih belum mampu

menghasilkan dan masih mengimport bahan baku pati yang berstandar

pharmaceutical grade. Untuk kadar cemaran logam berat lainnya telah

memenuhi syarat dapat dilihat pada lampiran 3

Batas cemaran mikroba yaitu ALT (angka lempeng total) <106, E.colli

negatif/gram, angka kapang dan khamir <104, Salmonella sp negatif/gram,

Pseudomonas aeruginosa negatif/gram dan Staphylococcus aureus

negatif/gram (SNI, 2009). Pengujian didaptkan hasil yang baik dan

memenuhi syarat dapat dilihat pada lampiran 5. Jika dalam cemaran mikroba

melebihi batas yang telah ditetapkan akan berdampak buruk dalam hal

kualtias dan keamanan penggunaan bahan baku obat untuk manusia dapat

menimbulkan dampak negatif seperti penyakit.

Hasil pengujian suhu gelatinasi pati kentang yaitu 63,24oC hasil ini

menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan syarat yaitu 64oC (Rowe

et al, 2009). Suhu gelatinasi merupakan suhu awalnya pati membentuk gel

dan terjadinya peningkatan viskositas serta kejernihan, dimana gelatinasi

57
adalah proses pecahnya ikatan antar molekul-molekul pati dengan adanya air

dan panas serta kemungkinan molekul pati untuk mengikat air (Kartikasari.,

et al 2016). Berdasarkan penelitian bahwa kadar amilosa yang tinggi pada

suatu tanaman akan menurukan kebutuhan panas untuk proses gelatinasi atau

suhu gelatinasi akan lebih rendah (Beni., 2007). Jika dilihat dari

perbandingan kadar amilosa tanaman jagung dan kentang, bahwa kadar

amilosa jagung yaitu 8,08 % (Anniesah et al, 2018) dan hasil penelitian ini

amilosa kentang yaitu 28,54 % ternyata suhu gelatinasi pati jagung disini

lebih tinggi yaitu 71oC dibandingkan suhu gelatinasi pati kentang 64oC

(Rowe et al, 2009).

Pengujian distribusi ukuran partikel akan menunjukkan pengaruhnya

terhadap laju alir. Distribusi ukuran partikel yang tidak seragama dalam setiap

mesh mengakibatkan laju alir pati yang. Ukuran partikel dapat mempengaruhi

kemampuan laju alir suatu serbuk. Semakin halus ukuran partikel maka laju

alir semakin berkurang karena gaya kohesivitas antar partikel semakin besar

(Qurratul., 2016). Begitu sebaliknya jika distribusi ukuran partikel

terdistribusi normal atau dengan beragamnya ukuran partikel ini

menunjukkan sifat alir pati tersebut baik. Pada pregelatinasi pati kentang

distribsui ukuran partikelnya banyak tertahan pada mesh 60 yaitu 49,76%.

Sedangkan pati kentang alami menunjukkan hasil distribusi ukuran partikel

yang tidak merata pada setiap mesh dimana pati banyak melewati mesh 80,

hal ini karena ukuran partikel pati alami lebih kecil dibandingkan ukuran

pregelatinasi pati kentang yaitu <180 m, ini menunjukkan sifat alir pati

alami yang buruk dari pati alami sedangkan pada pati pregelatinasi memiliki

58
ukuran granul yang berkisar antar 362,5-275m. Dimana syarat ukuran

partikel pati pregelatinasi itu sendiri adalah tidak kurang dari 149m dan

tidak lebih dari 420m (Rowe et al, 2009). Perubahan ukuran partikel ini

disebabkan karena proses pregelatinasi yang terjadi. Proeses pregelatinasi

mengakibatkan pati membengkak dan berubah menjadi susunan yang

berbentuk granul-granul. Jika dilihat dari grafik yang terbentuk dari setiap

formula pati pregelatinasi yang dibuat, tidak ada perbedaan terhadap

distribusi ukuran partikel. Berarti perbedaan suhu dan rpm setiap formula

tidak berpengaruh terhadap distribusi ukuran partikel.

Pada Pengujian diameter panjang dilakukan untuk mengetahui uukuran

partikel suatu sampel karena tujuan modifikasi pati pregelatinasi ini adalah

merubah secara fisik dengan memperbesarkan ukuran partikel tanpa

mengalami perubahan kimia, karena akan memperbaiki sifat alir,

kompresibulitas dan sudut istirahat suatu serbuk. Ini merupakan hal yang

penting dalam bidang farmasi terutama dalam pembuatan tablet kempa

langsung, dimana hasil pengujian diameter panjang menunjukkan hasil

ukuran partikel pati pregelatinasi yang lebih besar dibanding pati alami

kentang yaitu yang berukuran 175,82 µm sedangkan hasil pada pati

pregelatinasi ukuran partikel rata-rata setiap formula adalah 250,03 µm ini

menunjukkan partikel pati pregelatinasi termasuk dalam rentang yang

dipersyaratkan yaitu 149-420 µm (Rowe et al, 2009).

Pengujian laju alir merupakan suatu aspek penting terutama dalam

pembuatan tablet kempa langsung. Sifat alir yang buruk mengakibatkan hasil

tablet yang di kempa akan menunjukkan hasil yang tidak seragam bahkan

59
tablet tidak dapat di kempa. Kecepatan alir yang ideal yaitu >10 gram/detik

(Kadek Lenny Karisma Sari, I G.N. Jemmy Anton Prasetia, 2008). Pati

kentang alami, avicel dan starch RX sebagai pembanding tidak dapat

mengalir pada corong ini menunjukkan bahwa pati alami, avicel dan starch

RX tidak apat digunakan sebagai pengisi dalam tablet kempa langsung,

sedangkan pregelatinasi pati kentang memiliki sifat alir yang baik. Dari hasil

pembuatan pregelatinasi pati kentang bahwa semakin tinggi suhu dan

semakin besar rpm pengadukan akan mempengaruhi sifat alir pati

prgelatinasi, dari setiap formula rata-rata laju alirnya adalah 9,95 gram/detik

dengan nilai laju alir terbesar yaitu F9 dengan laju alir 12,41 gram/detik.

Pada pengujian sudut istirahat bahwa semakin tinggi nilai sudut istirahat

yang terbentuk, maka akan semakin jelek sifat alirnya. Pada serbuk yang

mudah mengalir, sudut istirahat yang terbentuk semakin kecil atau landai.

Sudut istirahat dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran patikel, serta sifat

kohesivitas serbu, dimana semakin tinggi kohesivitas maka partikel akan

semakin mudah berlekatan (Qurratul., 2016). Pada pati kentang alami, starch

RX dan avicel tidak terbentuk sudut istirahat karena tidak dapat mengalir

pada corong, disebabkan ukuran partikel pati alami yang sangat kecil yaitu

<180 m sehingga meningkatnya gaya kohesi. Sedangkan pada pregelatinasi

pati kentang memiliki sudut istirahat yang baik yaitu 20-26o dengan

persyaratan 20-30o termasuk kategori baik, dengan nilai sudut istirahat

terkecil pada F9 yaitu 20,43o (Hartesi., 2016)

Nilai faktor hausner yang mendekati 1 maka sifat alir suatu serbuk

semakin baik. Faktor hausner adalah perbandingan antara bobot jenis mampat

60
dengan bobot jenis nyata (Khairunnisa, Nisa, Riski, & Fatmawaty, 2016).

Nilai faktor hausner yang ideal yaitu 1-1,25 (Khairunnisa, Nisa, Riski, &

Fatmawaty, 2016). Dapat dilihat dari gambar 4.7 bahwa nilai faktor hausner

setiap formula termasuk ideal dengan rata-rata 1,14 dibandingkan nilai faktor

hausner pati alami dan pembanding avicel dan starch RX yang lebih besar

yaitu dengan nilai 1,55, 1,58 dan 1,51.

Pengujian nilai kompresibilitas dilakukan untuk menghitung bobot jenis

nyata dan bobot jenis mampat. Nilai kompresibilitas yang baik adalah 5-20%

(Khairunnisa, Nisa, Riski, & Fatmawaty, 2016). Pengujian kompresibilitas

pati alami memiliki nilai 35,48%, sedangkan pada pati pregelatinasi

didapatkan nilai rata-rata setiap formula 13,12o. Nilai kompresibilitas F3

15,24%,F6 10,59% dan kompresibilitas terbaik yaitu pada F9 9,44% dapat

dilihat secara umum bahwa nilai kompresibilitas semakin baik dengan

peningkatan suhu dan rpm. Nilai kompresibilitas terbaik pada formula 9

yaitu 9,44% dengan suhu 55o C dan 300 rpm, nilai kompresibilitas pada avicel

36,71% dan starch RX 33,55%. ini berarti menunjukkan bahwa

kompresbilitas pati pregelatinasi lebih baik dari pati alami dan pembanding

avicel dan starch RX yang berada dipasaran.

Pengujian analisis XRD digunakan ntuk mengidentifikasi fasa kristalin

dalam material. Berdasarkan pola difraksi yang terbentuk terlihat bahwa pati

alami,pati pregelatinasi,starch rx memiliki pola difraksi yang tidak begitu

tajam yaitu pada rentang intensitas 200-400 ini menunjukkan bahwa secara

fisik berbentuk amorf, sama dengan penelitian terdahulu oleh (Hartesi., 2016)

dan (Eldo S., 2012) bahwa pati pregelatinasi didapatkan berbentuk amorf,

61
sedangkan pada avicel terbentuk pola difraksi yang tajam yaitu terlihat bahwa

intensitas nya mencapai 800-1000 sehingga avicel berbentuk kristal.

Untuk pengujian FTIR digunakan untuk melihat perubahan secara kimia

dan melihat gugus fungsi dari suatu senyawa pada bilangan gelombang 600-

4000. Pada pengujian FTIR pati kentang alami dan pregelatinasi terbentuk

empat serapan pada masing-masing bilangan gelombang. Pada pengujian

FTIR dimana sampel pati alami, pati pregelatinasi, avicel dan starch RX

termasuk rentang pada gugus O-H yaitu pada gelombang bilangan 3200-

3400. Bilangan gelombang C-H yaitu 2850-3000 dimana semuanya juga

memiliki gugus C-H sebagai penyusunnya. Pada bilangan gelombang 2100-

2360 merupakan penanda dari C-C dimana merupakan dari penyusun

senyawa tersebut dan C-O (Abdul Rohman, 2014), grafik ini juga

menunjukkan hal yang sama pada jurnal terdahulu yaitu (Afifah et a , 2015)

yang menunjukkan adanya empat gugus fungsi dari pati kentang tersebut.

Secara umum hasil grafik FTIR yang terbentuk semuanya hampir sama dan

menunjukkan tidak adanya perubahan secara kimia pada pati pregelatinasi.

Pada pengujian Scaning electron microscopy (SEM) dilakukan untuk

mengetahui morfologi permukaan dengan perbersaran 1000x dapat terlihat

bahwa permukaan avicel memiliki pori yang sangat banyak dan tidak rata,

morfologi permukaan starch RX memiliki pori diantar partikelnya. Pada

pegujian Scaning electron microscopy pati pregelatinasi dan pati alami

berbentuk bulat telur. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh (Didah et al,

2014) bahwa pati yang belum mengalami modifikasi akan berbentuk utuh dan

permukaan terlihat halus karena belum terjadi kerusakan struktur granulnya.

62
Pada Permukaan pati alami kentang cenderung halus sendagkan pada pati

pregelatinasi terlihat ada perbedaan di antara formula 3, formula 6 dan

formula 9 dimana pada formula 3 terlihat sedikit berpori dan tidak halus

sedangkan pada formula 6 dan 9 lebih banyak dan pada formula 9 lebih

terlihat jelas bahwa morfologi permukaan nya tidak rata dan terlihat pori-pori

pada permukaan. Ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan suhu dan rpm

pada setiap formula mempengaruhi dari morfologi pati pregelatinasi yang

membuat permukaan pati pregelatinasi pori-pori dipermukaannya semakin

banyak dan jelas.

63
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pati kentang alami yang didapatkan yaitu tidak memenuhi standart

pharmaceutical grade dengan kadar Pb berlebih yaitu 2 mg/kg, namun

modifikasi pati kentang pregelatinasi yang dihasilkan dapat memperbaiki

karakteristik terlihat pada F9 dimana semakin tinggi suhu dan semakin tinggi

rpm pengadukan semakin baik pati yang dihasilkan.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dengan membuat tablet kempa langsung menggunakan pati kentang

pregelatinasi sebagai bahan pengisi dan dilakukan variasi suhu dan rpm yang

lebih banyak agar memperkuat hasil yang telah ada.

64
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. 2014. Spektroskopi Inframerah Dan Kemotrika Untuk Analisis


Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Afifah Radhiyatullah, Novita Indriani, M.hendra S.Ginting. 2015. Pengaruh Berat


Pati Dan Volume Plasticizer Gliserol Terhadap Karakteristik Film Bioplastik
Pati Kentang. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol 4. No 3.

Alcazar-alay, S. C., Angela, M., & Meireles, A. (2015). Physicochemical


properties , modifications and applications of starches from different botanical
sources Physicochemical properties , modifications and applications of starches
from different botanical sources, (June).

Ardana, M., Hariati, & Rijai, L. (2015). Karakterisasi Fisikokimia Pati Buah
Pisang Talas (Musa paradisiaca var Sapientum L) Sebagai Eksipien Formulasi
Tablet. Jurna Farmasi, 3, 24–25.

Anniesah Rahayu Sakinah, Insan Sunan Kurniawansyah. 2016. Isolasi


Karaktersisasi Sifat Fisikokimia dan Aplikasi Pati Jagung Dalam Bidang
Farmasetika. Farmaka Vol 16 Nomor 2.

Arnida Mustafa, 2015. Proses Pembuatan Pati Ubi Kayu (Tapioka) Berbasis
Neraca Massa. Jurnal Agrotek Volume 9, No 2.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Nomor 16 Tahun 2016.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Produksi Sayuran dan Buah-Buahan Tahun
2017.

Beasley, M.M., E.J. Bartelink, L. Tailor & R.M. Miller. 2014. Comparison of
Transmission FT-IR, ATR, and DRIFT Spectra: Implications for Assessment
of Bone Bioapatite Diagenesis. Journal of Archaeological Science, 46(1): 16-
22

Beni Hidayat, Adil Basuki Ahza dan Sugiyono. 2007. Karakterisasi Tepung Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas Shiroyutaka Serta Kajian Potensi
Kegunaannya Sebagai Sumber Pangan Karbohidrat Alternatif. Jurnal teknologi
dan Indsutri Pangan Vol XVII No 1.

Bestari, A. N., & Hidayatullah, R. (2016). Pembuatan Amylum Sagu


(Metroxylonsagu, Rottb.) Pregelatin dan Material Komposit sebagai Filler-
Binder SediaanTablet. Prosiding Rakernas Dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016, 16–31.

BSN. 1995. SNI 01-3729-1995


65
BSN. 2006. SNI 01-3553-2006

BSN.2008 SNI 2897-2008

BSN. 2009 SNI 7388-2009

BSN.2015. SNI 2332-7-2015

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia (3rd ed.). Jakarta.

Depkes RI. (2014). Farmakope Edisi V. Jakarta.

Didah Nur Faridah, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan dan Titi Candra Sunarti.
(2014) Karakteristik Sifat Fisikokimia Pati Garut (Maranta arundinanceae).
Agritech, Vol 34, No 1.

Eldo Sularto Marbun. (2012).Sintesis Bioplastik Dari Pati Ubi Jalar Menggunakan
Penguat Logam ZnO Dan Penguat Alami Selulosa. Universitas Indonesia.

Erika, C. (2010). Produksi Pati Termodifikasi dari Beberapa Jenis Pati. Jurnal
Rekayasan Kimia Dan Lingkungan, 7(3), 130–137.

Gbenga, B. L., Olakunle, O., & Adedayo, A. M. (2014). Influence of


Pregelatinization on the Physicochemical and Compressional Characteristics of
Starches Obtained from Two Local Varieties of Dioscorea Rotundata. Journal
Of Pharmacy, 4(6), 24–32.

Hartesi, B. (2016). Modifikasi Pati Jagung Dengan Metode Pregelatinasi Sebagai


Bahan Pengisi Untuk Sediaan Tablet Kempa Langsung. (Tesis). Bandung:
Universitas Padjadjaran Bandung.

Haryati, T., Siahaan, D., & Long, K. (2004). Pengembangan Teknik Differential
Scanning Calorimetric Untuk Analisis Kontaminan Minyak Sawit dan
Produknya.

Hernandez, J, et al. 2011. Isolation and Characterization of Mexican chayote tuber


(Sechium edule Sw.) starch. Starch/Sta``rke, 63, 32-41.

Higea, J. F., Octavia, M. D., Halim, A., & Indriyani, R. (2012). Pengaruh besar
ukuran partikel terhadap sifat – sifat tablet metronidazol, 4(2).

Holilah, Asranudin, A. N. K. (2017). Sifat fisiko kimia tepung suweg


(Amorphophallus paeoniifolius) Asal Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI, (September), 20–21.

Ifmaily. 2018. Penetapan Kadar Pati Buah Sukun (Artocarpus altilis L) dengan
Metode Luff Schoorl. Chempublish Journal vol 3 No. 1

66
Immaningsih, N. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formlasi Tepung-tepungan
Untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Panel Gizi Makan 35(1): 13-2

Jading, A., Tethool, E., Payung,P., dan Gultom, S. 2009. Karakteristik Fisikokimia
Pati Sagu Hasil Pengeringan Secara Fludidasi Menggunakan Alat Pengering
Cross Flow Fluidized Bed Bertenaga Surya dan Biomassa. Reaktor. 13(3): 155-
164.

Kadek Lenny Karisma Sari, I G.N. Jemmy Anton Prasetia, C. I. S. A. (2008).


Pengaruh rasio amilum : air dan suhu pemanasan terhadap sifat fisik amilum
singkong pregelatin yang ditunjukan sebagai eksipien.

Kartikasari Subekah Nawa, Puspita Sari, Achmad Subagio. 2016. Karakterisasi


Sifat Kimia, Profil Amilografi (RVA) dan Morfologi Granula (SEM) Pati
Singkong Termodifikasi Secara Biologi. Jurnal Agroteknologi Vol10 No 01.

Khairun Nisah. 2017. Stduy Pengaruh Kandungan Amilosa dan Amilopektin


Umbi-Umbian Terhadap Karakteristik Fisik Biodegradable dengan Plasticizer
Gliserol. Jurnal Biotik Vol 2.

Khairunnisa, R., Nisa, M., Riski, R., & Fatmawaty, A. (2016). Evaluasi Sifat Alir
Dari Pati Talas Safira ( Colocasia esculenta var Antiquorum ) Sebagai
Eksipien Dalam Formulasi Tablet. Journal of Pharmaceutical and Medicinal
Sciences, 1(1), 22–26.

Kristinah Haryani, Hadiyanto, Mochamad Alpin dan Riang.2015. Modifikasi Pati


Sorgum (Sorgum bicolor L.,Moench) Dengan Metode Heat-Moisture
Treatment Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bihun.Prosiding Sentrinov Vol 001
Semarang.

Koswara, S. (2009). Teknologi Modifikasi Pati. In e-book pangan (pp. 10–15).


Yogyakarta.

Letviany, Z., Santoso, B., Barat, P., & Tethool, E. (2010). Sifat Fisikokimia dan
Fungsional Pati Buah Buah Aibon (Brugueira gymnorhiza L.). Jurnal Natur
Indonesia, 12(2), 156–162.

Lukman, A., Anggraini, D., & Rahmawati, N. (2013). Pembuatan dan Uji Sifat
Fisikokimia Pati Beras Ketan Kampar yang Dipragelatinasi. Jurnal Penelitian
Farmasi Indonesia, 1(2), 67–71.

Mahalia, L. D. (2018). Upaya Peningkatan Sifat Farmasetika Eksipien Sediaan


Tablet Dari Pati Ubi Jalar. Jurnal Surya Medika, 3(2), 106–114.

Malumba P, Massaux C, Deroanne C, Masimango T, Béra F. Influence of drying


temperature on functional properties of wet-milled starch granules.
Carbohydrate Polymers. 2009; 75(2): 299–306

67
Martunis. (2012). Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas Dan
Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi Dan Industri
Pertanian, 4(3), 26–30.

Mita, N. N. K. dan S. R. (2014). Pengaruh Natural Binder pada Hasil Granulasi


Parasetamol. Farmaka, 14, 228–235.Mohammed, K. G. (2017). Modified
Starch and Its Potentials as Excipient in Pharmaceutical Formulations, 1(1), 1–
4.

Murtiningrum, Elvis F.Bosawe, P. Istalaksana dan Abadi Jading. 2012.


Karakteristik Umbi dan Pati Lima Kultivar Ubi Kayu (Manihot utilisima)
Jurnal Agrotek Vol 3. No 1.

Niken, A., & Dicky, H. (2013). Isolasi Amilosa Dan Amilopektin Dari Pati
Kentang. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 2(3), 57–62.

Odeniyi, M. A., & Ayorinde, J. (2014). Effects of Modification and Incorporation


Techniques on Disintegrant Properties of Wheat (Triticum Aestivum) Starch in
Metronidazole Tablet Formulations. Journal Industry Pharmachy, 44(3), 147–
155.

Oktavia, I., & Kusdiyantini, E. (2018). Analisis Cemaran Escherichia coli,


Staphylococcus aureus dan Salmonella sp. pada Makanan Ringan. Berkala
Bioteknologi, 1(1), 6–11.

Parwiyanti, Pratama, F., Wijaya, A., Malahayati, N., & Lidiasari, E. (2015).
Swelling Power dan Kelarutan Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.)
Termodifikasi Melalui Heat-Moisture Treatment dan Penambahan Gum
Xanthan untuk Produk Roti. Prosiding Seminar 692 Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi 2015, 692–699.

Putri Eria, R., & Husni, P. (2012). Potensi Pati Asal Tanaman Waluh (Sechium
edule ) Sebagai Alternatif Eksipien Farmasi, 15, 42–52.

Putro, A. T. A. M., Sunu, P., & Ani, S. W. (2010). Budidaya Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum L.) Di Luar Musim Tanam. Jurnal Pertanian.

Rahayuningsih, D., Siswanto, A., & Suparman. (2010). Pengaruh Penggunaan


Amilum Singkong Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur terhadap Sifat
Fisik Tablet Aspirin. Pharmacy, 7(3), 28–38.

Rai, S. P., Wiendi, N. made A., & Krisantini. (2015). Optimasi Produksi Bibit
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) Kultivar Granola dengan Teknik
Fotoautotrofik. Jurnal Bul. Agrohorti, 3(1), 28–38.

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. (2009). Handbook Pharmaceutical


Excepients (6th ed.). by the Pharmaceutical Press.

68
Sari, K. L. K., Prasetia, I. G. N. J. A., & Arisanti, C. I. S. (2012). Pengaruh Rasio
Amilum : Air dan Suhu Pemanasan Terhadap Sifat Fisik Amilum Singkong
Pregelatin yang Ditujukan Sebagai Eksipien Tablet. Jurnal Farmasi Udayana,
I, 50–64.

Sugiyarto. (2015). Dasar-Dasar Statistik Farmasi. Yogyakarta: Binafsi.

Wira Noviana, Auzal Halim, Henny Lucida. 2013. Uji Sifat Fisikokimia Mocaf
(Modified cassava Flour) dan Pati Singkong Termodifikasi Untuk Formulasi
Tablet. Artikel Penelitian Universitas Andalas.

Yenrina, R. (2015). Metode Analisis Bahan Pangan dan Komponen Bioaktif.


Padang: Andalas University Press.

Yusuf, H., Radjaram, A., & Setyawan, D. (2008). Modifikasi Pati Singkong
Pregelatin sebagai Bahan Pembawa Cetak Langsung. J. Penelit. Med. Eksakta,
7(1), 31–47.

Zahra Zahruniya. 2014. Optimasi Pembuatan Pati Resisten Tipe III Dari Pati
Singkong (Manihot Esculenta Crantz). Bogor:Institusi Pertanian Bogor.

69
Lampiran 1. Skema Penelitian

Pengambilan sampel tanaman kentang

Determinasi
Isolasi pati kentang
Pati alami kentang

Standarisasi Pati Alami Kentang Modifikasi Pati Kentang


1. Rendemen Pati
2. Organoleptis Pati : Suhu Pengadukan Formula
3. Mikroskopik Air (°C) (Rpm)
4. Kelarutan
200 F1
5. Susut Pengeringan
45 250 F2
6. Uji Ph
300 F3
7. Kadar Pati, Amilosa
dan Amilopektin 200 F4
1:
8. Swelling Power 50 250 F5
1,25
9. Derajat Putih 300 F6
10. Kadar Abu 200 F7
11. Cemaran Logam Berat 55 250 F8
12. Cemaran Mikroba 300 F9
13. RVA (Ravid Visco Analyzer)

Pati kentang pregelatinasi

Evaluasi pati kentang alami dan pregelatinasi

1. Rendemen Pati Pregelatinasi


2. Organoleptis
3. Uji PH
4. Susut Pengeringan
5. Distribusi Ukuran Partikel
6. Pengujian laju alir dan sudut istirahat
7. Pengujian bobot jenis
8. Pengujian Faktor Hausner
9. Pengujian kompresibilitas
10. FTIR (Fourier Transform Infra Red)
11. SEM (Scanning Electron Microscopy)
12. XRD (X-Ray Diffraction)

70
Lampiran 2. Hasil Determinasi

71
Lampiran 3. Hasil Pengujian Pati Alami

72
Lampiran 4. Hasil Pregelatinasi Pati Kentang, Pati Alami, Avicel dan Starch RX

F1 F2

F3 F4

F5 F6

F7 F8

73
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Pregelatinasi Pati Kentang, Pati Alami, Avicel dan

Starch RX

F9 Starch RX

Avicel Pati Alami

74
Lampiran 5. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba

75
Lampiran 6. Hasil Pengujian pH
Tabel 8. Hasil Pengujian pH

PH P1 P2 P3 Rata-rata ± SD

F1 6,9 7 7,1 7,0 ± 0,1000

F2 6,8 6,8 6,6 6,7 ± 0,1155

F3 6,7 6,5 6,6 6,6 ± 0,1000

F4 7,1 7 7,2 7,1 ± 0,1000

F5 7,2 7 7 7,1 ± 0,1155

F6 7 7,2 7,3 7,2 ± 0,1528

F7 7 7,2 7,2 7,1 ± 0,1155

F8 7 7,1 7 7,0 ± 0,0577

F9 7 7,2 7,2 7,1 ± 0,1155

Pati Alami 7 6,8 6,8 6,9 ± 0,1155

Starch Rx 7,1 7 7 7,0 ± 0,0577

Avicel 5,8 5,5 5,7 5,7 ± 0,1528

76
Lampiran 7. Hasil Pengujian Susut Pengeringan

Tabel 9. Hasil Pengujian Susut Pengeringan

Susut Pengeringan (%) P1(%) P2 (%) P3 (%) Rata-rata ± SD

F1 6,30 6,10 6,40 6,27 ± 0,1504

F2 6,42 6,34 6,62 6,46 ± 0,1460

F3 6,60 6,23 6,23 6,35 ± 0,2122

F4 6,49 6,50 6,24 6,41 ± 0,1513

F5 6,01 6,12 6,35 6,16 ± 0,1725

F6 6,20 6,20 6,69 6,36 ± 0,2809

F7 6,25 6,40 6,20 6,29 ± 0,1047

F8 6,66 6,45 6,43 6,51 ± 0,1255

F9 6,22 6,33 6,45 6,33 ± 0,1131

Pati alami 15,72 15,68 15,49 15,63 ± 0,1252

Starch RX 9,64 9,62 9,10 9,45 ± 0,3054

Avicel 5,93 5,90 5,91 5,91 ± 0,0147

77
Lampiran 8. Hasil Pengujian Swelling power

Tabel 10. Hasil Pengujian Swelling power

Endapan Endapan Endapan Swelling Swelling Swelling


Swelling Rata-rata ± SD
1 (g) 2 (g) 3 (g) 1 (g/g) 2 (g/g) 3 (g/g)
F1 1,94 1,84 1,80 19,37 18,42 18,03 18,61 ± 0,2945

F2 1,80 1,82 1,78 18,04 18,20 17,82 18,02 ± 0,1907

F3 2,10 2,01 1,94 21,05 20,14 19,37 20,19 ± 0,8380

F4 1,53 1,49 1,50 15,30 14,90 15,00 15,07 ± 0,2082

F5 1,67 1,58 1,54 16,70 15,80 15,40 15,97 ± 0,6658

F6 1,88 1,78 1,76 18,80 17,80 17,60 18,07 ± 0,6429

F7 1,93 1,89 1,88 19,30 18,90 18,80 19,00 ± 0,2646

F8 1,87 1,79 1,81 18,70 17,90 18,10 18,23 ± 0,4163

F9 1,67 1,61 1,63 16,70 16,10 16,30 16,37 ± 0,3055

Pati Alami 1,55 1,49 1,48 15,50 14,94 14,85 15,10 ± 0,3513

Starch RX 0,76 0,76 0,85 7,60 7,60 8,50 7,90 ± 0,5196

Avicel 0,29 0,22 0,17 2,93 2,24 1,67 2,28 ± 0,6315

Contoh perhitungan F1 (Formula 1) swelling power

D
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 =
𝐴
Keterangan : D = Berat endapat (g)

A = Berat sampel (g)

1,94 g
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 =
0,1 𝑔

=19,37 g/g

78
Lampiran 9. Hasil Distribusi ukuran partikel

Tabel 11. Hasil Distribusi ukuran partikel

Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,24 1,03 1,40 1,22 2,45 99,04
462,5 3,01 3,98 2,72 3,24 6,48 96,59
F1 362,5 4,14 4,00 3,97 4,04 8,08 90,12
275 26,40 25,15 25,10 25,55 51,10 82,04
215 12,53 11,45 12,77 12,25 24,50 30,94
<180 2,13 3,82 3,36 3,22 6,44 6,44
49,45 49,44 49,32 99,04
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuens %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,97 1,23 1,20 1,47 2,94 99,10
462,5 2,32 2,23 2,43 2,33 4,65 96,16
F2 362,5 8,18 7,23 6,24 7,22 14,43 91,51
275 22,12 23,14 22,21 22,49 44,99 77,07
215 11,32 12,31 13,94 12,86 25,72 32,09
<180 3,41 3,13 3,01 3,19 6,37 6,37
49,32 49,28 49,04 99,10
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,84 1,43 1,53 1,60 3,20 99,66
462,5 4,25 3,25 4,01 3,84 7,67 96,46
F3 362,5 4,03 3,91 3,93 3,96 7,91 88,79
275 26,01 25,13 25,37 25,51 51,01 80,87
215 10,27 12,24 12,73 11,75 23,49 29,86
<180 3,08 3,28 3,18 3,18 6,37 6,37
49,49 49,24 49,22 99,66
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,12 1,32 1,22 1,22 2,44 99,03
462,5 3,24 3,10 3,22 3,19 6,38 96,59
F4 362,5 6,32 5,32 5,13 5,59 11,18 90,21
275 24,23 23,46 24,33 24,01 48,01 79,03
215 13,54 14,95 13,52 14,01 28,01 31,02
<180 1,21 1,31 1,98 1,50 3,01 3,01
49,67 49,47 49,40 99,03
Ukuran Rata-
F5 P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
Partikel rata (g)
79
(µm)
501 1,25 1,58 1,15 1,33 2,65 99,71
462,5 3,59 4,01 3,68 3,76 7,53 97,05
362,5 7,02 6,25 6,04 6,44 12,88 89,53
275 23,04 22,39 22,41 22,61 45,23 76,65
215 13,44 13,09 13,63 13,39 26,77 31,42
<180 2,43 2,13 2,42 2,33 4,65 4,65
49,52 49,47 49,33 99,71
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,79 1,25 1,15 1,40 2,79 99,35
462,5 2,42 2,50 2,04 2,32 4,64 96,56
F6 362,5 6,40 6,50 5,47 6,13 12,25 91,92
275 24,84 24,86 26,30 25,67 51,34 79,66
215 10,48 10,42 10,57 10,49 20,99 28,33
<180 3,60 3,82 3,58 3,67 7,34 7,34
49,55 49,35 49,12 99,35
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,43 1,22 1,13 1,26 2,52 99,84
462,5 3,05 3,47 3,62 3,38 6,76 97,32
F7 362,5 5,22 4,14 4,96 4,77 9,55 90,56
275 26,48 26,05 26,17 26,23 52,47 81,01
215 12,38 12,28 11,37 12,01 24,03 28,55
<180 2,43 2,33 2,02 2,26 4,52 4,52
49,56 49,49 49,27 99,84
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,48 1,91 1,53 1,64 3,28 99,49
462,5 3,24 2,43 2,14 2,60 5,20 96,21
F8 362,5 6,12 8,48 7,16 7,26 14,51 91,00
275 25,14 23,44 24,36 24,31 48,62 76,49
215 12,42 10,44 11,38 11,41 22,83 27,87
<180 2,49 2,54 2,52 2,52 5,04 5,04
49,42 49,24 49,10 99,49
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,33 1,21 1,14 1,23 2,45 99,54
F9 462,5 2,44 3,06 3,64 3,04 6,09 97,08
362,5 3,38 3,14 3,01 3,18 6,36 90,99

80
275 27,23 28,26 27,06 27,52 55,04 84,64
215 11,37 10,37 10,97 11,24 22,48 29,60
<180 3,76 3,45 3,48 3,56 7,12 7,12
49,52 49,49 49,30 99,54
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Fre %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 0 0 0 0 0 99,21
462,5 0,11 0,21 0,17 0,16 0,32 99,21
Pati
Alami 362,5 1,50 1,39 1,39 1,42 2,85 98,89
275 15,66 18,13 17,16 16,98 33,97 96,04
215 12,09 12,15 10,13 11,45 22,91 62,07
<180 20,41 17,81 20,82 19,58 39,16 39,16
49,77 49,69 49,67 99,21
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,75 1,25 1,92 1,64 3,28 99,06
462,5 6,09 5,97 6,28 6,11 12,23 95,78
Starch
RX 362,5 3,73 4,93 4,95 4,54 9,07 83,55
275 24,64 25,84 25,74 25,40 50,81 74,48
215 7,39 7,24 8,37 7,66 15,33 23,67
<180 5,99 4,29 2,22 4,17 8,34 8,34
49,59 49,51 49,49 99,06
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekeunsi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 2,10 2,00 2,30 2,14 4,27 99,05
462,5 10,15 10,17 10,20 10,17 20,35 94,78
Avicel 362,5 18,12 18,16 18,40 18,23 36,45 74,43
275 15,21 15,40 15,40 15,34 30,68 37,98
215 1,55 1,45 1,18 1,53 3,06 7,30
<180 2,15 2,20 2,01 2,12 4,24 4,24
49,89 49,38 49,28 99,05

81
Lampiran 10. Diameter panjang
Tabel 12 Diameter Panjang

Diameter diameter rata rata


Formula jumlah (n) (n.d)
(µm) (µm)
0-180 90 6,44 579,60
181-215 198 24,5 4851,00
216-275 245,5 51,1 12545,05
F1 276-363 319,5 8,08 2581,56
364-463 413,5 6,48 2679,48
464-501 482,5 2,45 1182,13
99,05 24418,82
0-180 90 6,37 573,30
181-215 198 25,72 5092,56
F2 216-275 245,5 44,99 11045,05
276-363 319,5 14,43 4610,39
364-463 413,5 4,65 1922,78
464-501 482,5 2,94 1418,55
99,1 24662,62
0-180 90 6,37 573,30
181-215 198 23,49 4651,02
216-275 245,5 51,01 12522,96
F3 276-363 319,5 7,91 2527,25
364-463 413,5 7,67 3171,55
464-501 482,5 3,20 1544,00
99,65 24990,07
0-180 90 3,01 270,90
181-215 198 28,01 5545,98
216-275 245,5 48,01 11786,46
F4 276-363 319,5 11,18 3572,01
364-463 413,5 6,38 2638,13
464-501 482,5 2,44 1177,30
99,03 24990,78
0-180 90 4,65 418,50
181-215 198 26,77 5300,46
216-275 245,5 45,23 11103,97
276-363 319,5 12,88 4115,16
F5 364-463 413,5 7,53 3113,66
464-501 482,5 2,65 1278,63
99,71 25330,37
0-180 90 7,34 660,60
181-215 198 20,99 4156,02

82
216-275 245,5 51,34 12603,97
F6
276-363 319,5 12,25 3913,88
364-463 413,5 4,64 1918,64
464-501 482,5 2,79 1346,18
99,35 24599,28
0-180 90 4,52 406,80
181-215 198 24,03 4757,94
216-275 245,5 52,47 12881,39
F7 276-363 319,5 9,55 3051,23
364-463 413,5 6,76 2795,26
464-501 482,5 2,52 1215,90
99,85 25108,51
0-180 90 5,04 453,60
181-215 198 22,83 4520,34
216-275 245,5 48,62 11936,21
F8 276-363 319,5 14,51 4635,95
364-463 413,5 5,2 2150,20
464-501 482,5 3,28 1582,60
99,48 25278,90
0-180 90 7,12 640,80
181-215 198 22,48 4451,04
216-275 245,5 55,04 13512,32
F9 276-363 319,5 6,36 2032,02
364-463 413,5 6,09 2518,22
464-501 482,5 2,45 1182,13
99,54 24336,52
0-180 90 39,16 3524,40
181-215 198 22,91 4536,18
216-275 245,5 33,97 8339,64
Pati
276-363 319,5 2,85 910,58
Alami
364-463 413,5 0,32 132,32
464-501 482,5 0,00 0,00
99,21 17443,11
0-180 90 4,24 381,60
181-215 198 3,06 605,88
216-275 245,5 30,68 7531,94
Avicel 276-363 319,5 36,45 11645,78
364-463 413,5 20,35 8414,73
464-501 482,5 4,27 2060,28
99,05 30640,20
0-180 90 8,34 750,60
181-215 198 15,33 3035,34
Starch rx 216-275 245,5 50,81 12473,86

83
276-363 319,5 9,07 2897,87
364-463 413,5 12,23 5057,11
464-501 482,5 3,28 1582,60
99,06 25797,37

Contoh perhitungan diameter panjang F1 (formula 1) :

𝛴𝑛𝑑
Diameter panjang =
𝛴𝑛

24418,82
=
99,05

= 246,53 µm

84
Lampiran 11. Hasil Kompresibilitas
Tabel 13 . Hasil Kompresibilitas

Kompresibilitas (%) Rata-rata ± SD


Formula
P1 P2 P3

F1 16,67 17,14 19,44 17,75 ± 1,4855

F2 18,92 16,67 16,22 17,27 ± 1,4480

F3 14,29 14,29 17,14 15,24 ± 1,6496

F4 11,11 14,29 14,29 13,23 ± 1,8329

F5 10,81 13,89 11,43 12,04 ± 1,6284

F6 8,57 11,43 11,76 10,59 ± 1,7547

F7 11,11 8,57 11,43 10,37 ± 1,5660

F8 11,11 13,89 11,43 12,14 ± 1,5204

F9 8,33 11,43 8,57 9,44 ± 1,7224

Pati Alami 36,59 35,71 34,15 35,48 ± 1,2360

Starch RX 33,33 34,62 32,69 33,55 ± 0,9792

Avicel 37,14 36,23 36,76 36,71 ± 0,4577

85
Lampiran 12. Hasil Faktor Hausner
Tabel 14 . Hasil Faktor Hausner

Faktor Hausner Rata-rata ± SD


Formula
P1 P2 P3

F1 1,20 1,21 1,24 1,22 ± 0,0222

F2 1,23 1,20 1,19 1,21 ± 0,0214


F3 1,17 1,17 1,21 1,18 ± 0,0232
F4 1,13 1,17 1,17 1,15 ± 0,0241

F5 1,12 1,16 1,13 1,14 ± 0,0212

F6 1,09 1,13 1,13 1,12 ± 0,0217

F7 1,13 1,09 1,13 1,12 ± 0,0193

F8 1,13 1,16 1,13 1,14 ± 0,0199

F9 1,09 1,13 1,09 1,10 ± 0,0212

Pati Alami 1,58 1,56 1,52 1,55 ± 0,0296

Starch RX 1,50 1,53 1,49 1,51 ± 0,0223

Avicel 1,59 1,57 1,58 1,58 ± 0,0114

86
Lampiran 13. Hasil Laju alir
Tabel 15 . Hasil Laju alir

Laju alir (g/s)


Formula Rata-rata ± SD
P1 P2 P3

F1 8,06 8,80 8,62 8,50 ± 0,3846

F2 9,29 9,16 9,23 9,23 ± 0,0681

F3 9,51 9,92 9,23 9,55 ± 0,3499

F4 8,39 8,50 8,22 8,37 ± 0,1406

F5 9,06 9,47 9,40 9,31 ± 0,2201

F6 10,64 10,73 10,59 10,65 ± 0,0695

F7 11,36 10,42 10,87 10,88 ± 0,4736

F8 10,29 10,59 10,96 10,62 ± 0,3390

F9 11,90 12,44 12,89 12,41 ± 0,4915

Pati Alami 0 0 0 0

Avicel 0 0 0 0

Starch RX 0 0 0 0

87
Lampiran 14. Hasil sudut istirahat
Tabel 16 . Hasil sudut istirahat

< istirahat (O)


Formula Rata-rata ± SD
P1 P2 P3

F1 25,41 25,97 24,78 25,39 ± 0,5999

F2 25,78 25,69 25,97 25,82 ± 0,1456

F3 20,56 21,04 22,31 21,30 ± 0,9041

F4 23,20 24,24 25,41 24,28 ± 1,1066

F5 24,14 24,34 23,03 23,83 ± 0,7082

F6 22,52 21,80 20,10 21,47 ± 1,2457

F7 22,25 21,32 23,29 22,28 ± 0,9846

F8 22,04 21,08 22,31 21,81 ± 0,6422

F9 21,32 20,22 19,75 20,43 ± 0,8054

Pati Alami 0 0 0 0

Avicel 0 0 0 0

Starch RX 0 0 0 0

88
Lampiran 15 Hasil Pengujian XRD

1000 1000

Intensity (counts)
800
Intensity (counts)

800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
2 Theta(◦) 2 Theta(◦)
Pati Alami Formula 3

1000
1000
800
Intensity (counts)

Intensity (counts)

800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
2 Theta(◦) 2 Theta(◦)

Formula 6 Formula 9

1000 1000
Intensity (counts)
Intensity (counts)

800 800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
2 Theta(◦) 2 Theta(◦)

Avicel Starch RX

Gambar 18. Hasil Pengujian XRD

89

Anda mungkin juga menyukai