L)
SECARA PREGELATINASI DENGAN
PERBANDINGAN PATI DAN AIR (1:1,25)
Oleh :
JAMBI
2019
1
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT yang tak pernah henti melimpahkan karunia,
ridho, dan nikmatNya kepada para makhluk yang hidup dan mati atas
kehendakNya. Tak lupa sholawat teriring salam semoga tercurah kepada
baginda Rasulullah Muhammad SAW, berserta keluarga dan para
sahabatnya, yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat muslim di
seluruh dunia.
Dengan mengucap Alhamdulillah aku persembahkan karya kecilku untuk
semua orang yang aku cintai dan aku sayangi
vi
perkuliahan, satu pembimbing akademik, hingga sekarang satu atap
denganku Alhamdulillah
Kepada Keluarga Besar…
Ayuk Deva, Abang Aziz,Ayuk Diah, Ayuk Rita, Abang Rizan, Ayuk Riza,
Abang Dika, Ayuk Ika, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu…
Terimakasih telah ikut mendo’akan kesuksesan adek, semoga keluarga kita
selalu dalam lindungan allah swt dan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat
aamiin
Kepada Dosen Pembimbing…
Ibu Barmi Hartesi, M.Farm., Apt dan Ibu Lia Anggresani, M.Si dan Ibu
Yuni Andriani Sebagai Pembimbing Akademik
Terimakasih sudah memberikan ilmu, motivasi, support serta meluangkan
waktunya untuk membimbing Astri sehingga Astri bisa meraih gelar sarjana.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu, Aamiin
Kepada Lapak.com…
Icha, Fia, Puput, Tiawa, Rani,Yova, Andre, Helman, Riko, Isan, Dimbi, Aam
Terimakasih untuk hari-hari indahnya, untuk semua hiburan selama
perkuliahan, susah senang bareng, dan ketawa bareng. Walaupun, kadang
sebel, kesal, heran dengan tingkah laku kalian yang sangat beragam, aku tetap
senang berada diantara kalian :*
Terus semangat menggapai cita-cita yang selanjutnya guys!!
See you on top, fix bakalan kangen!!!!!
vii
KATA PENGANTAR
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
(Solanum tuberosum L.) Secara Pregelatinasi Dengan Perbandingan Pati Dan Air
(1:1,25)”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mugkin dapat tersusun tanpa adanya
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Ns. Susi Widiawati, S. Kep, M. Kep selaku ketua STIKES Harapan
Ibu Jambi.
2. Ibu Rasmala Dewi, M. Farm., Apt selaku ketua Program Studi farmasi
3. Ibu Barmi Hartesi M.Farm., Apt dan Ibu Lia Anggresani M.Si selaku
4. Ibu Yuni Andriani, M.Si., Apt selaku Pembimbing Akademik yang telah
viii
6. Ibu Erni, Ibu Desi Lelianti, Kak Poppy, Kak Elfa, dan Kak Elpa Zola
laboratorium.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi
Penulis
ix
ABSTRAK
Kesimpulan : pati pregelatinasi didapatkan hasil yang baik pada semua formula
dan dengan meningkatanya suhu dan rpm akan memperbaiki karaktersistiknya. F9
adalah formula yang terbaik dengan menggunakan suhu 55oC dan 300 rpm.
x
ABSTRACT
Conclusion: Pregelatinized starch obtained good results in all formulas and with
increasing temperature and rpm will improve its characteristics. F9 is the best
formula using a temperature of 55oC and 300 rpm.
xi
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
menduduki peringkat teratas, pada tahun 2017 produksi kentang mencapai 822.
518 juta ton. Kentang salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pati dengan
kadar amilosa 22,85% dan amilopektin 77,15% (Niken & Dicky, 2013).
satunya adalah pati, yang digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pengahcur
(desintegran) dan pengikat (binder) dalam pembuatan tablet, pil dan kapsul. Pati
sebagai bahan tambahan sangat luas pemakaiannya karena bersifat inert dan dapat
dicampur dengan hampir semua obat tanpa menimbulkan reaksi kimia. Pati juga
merupakan bahan alam yang murah yang dapat digunakan sebagai bahan
tambahan dengan toksisitas rendah seperti pati kentang (Odeniyi & Ayorinde,
2014).
Pati yang sering digunakan di industri farmasi ada dua macam yaitu pati
alami dan pati termodifikasi. Modifikasi pati dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya yaitu: fisika, kimia, enzim (Bestari, Hidayatullah, & Sulaiman,
2016). Salah satu modifikasi pati secara fisik yaitu dengan cara pregelatinasi,
metode ini dapat mengubah struktur granul pati serta dapat mengembang di dalam
1
air dan memiliki ukuran partikel yang lebih besar yaitu granul sehingga akan
memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas dari pati tersebut. (Hartesi., 2016).
bahan yang terlalu banyak hanya diolah secara tradisional dengan penambahan
air dan pemanasan pada suhu yang tepat. Dibandingkan modifikasi secara kimia,
modifikasi secara fisik ini lebih efisien dan ekonomis. Metode ini dapat
tambahan atau eksipien untuk industri farmasi yang diproduksi di dalam negeri
masih banyak yang di impor dari Negara lain untuk memenuhi kebutuhan industri
farmasi, diantaranya adalah pati kentang dan jagung. Sedangkan Indonesia sendiri
memiliki bahan baku pati-patian yang melimpah salah satunya yaitu kentang
memperbaiki sifat fisika kimia pati tersebut dan terdapat beberapa faktor yang
amilum:air, suhu dan rpm. (Sari, Prasetia, & Arisanti, 2012) meneliti mengenai
pati singkong dengan variasi rasio pati:air (1:0,5, 1:0,75 dan 1:1) dengan variasi
suhu yaitu 50,55 dan 60o C, dimana modifikasi secara pregelatinasi ini dapat
meningkatkan sifat alir pati dibandingkan dengan pati alaminya yaitu dengan
yang lebih besar yaitu granul. Hasil penelitian pati singkong didapatkan
karakteristik yang baik yaitu dengan rasio 1:1(pati:air) dan pada suhu 60o C
dengan memperbaiki sifat alir yaitu dengan nilai laju alir 13,70 gram/detik, nilai
2
sudut diam yaitu 25,26o. (Hartesi., 2016) melakukan penelitian dengan berbagai
variasi pati:air (1:075, 1:1 dan 1:1,25), suhu (50,55 dan 60o C) serta variasi rpm
(50,100 dan 150) menghasilkan hasil yang berbeda, dalam pati jagung
didapatkan hasil yang optimal yaitu menggunakan rasio 1:1,25 (amilum:air), suhu
65o C dan rpm 150 dengan memperbaiki laju alir yaitu dengan nilai laju alir yang
baik yaitu 20 gram/detik, nilai sudut istirahat yang baik yaitu 21,5o, pada
penelitian pregelatinasi pati jagung dengan peningkatan suhu dan rpm juga akan
meningkatkan sifat alirnya. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa seiring
peningkatan kadar air ,suhu dan rpm yang optimal akan meningkatkan sifat alir
Dari penelitian dan hasil uraian diatas didapatkan hasil yang berbeda
setiap tumbuhan dan memiliki nilai yang berbeda setiap variasi pati dan air, suhu
serta rpm dalam modifikasi pregelatinasi, maka peneliti tertarik untuk memilih
modifikasi pregelatinasi pada pati kentang. Penelitian ini dilakukan secara paralel
dengan 3 orang saya dengan perbandinganpati dan air 1:1,25 dan variasi suhu
serta rpm, dua teman lainnya yaitu dengan perbandingan 1:0,75 dan 1:1,25.
1.3.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakterisitik dari pati
memiliki karakteristik yang baik sehingga dapat digunakan secara luas pada
bidang farmasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berumur pendek kurang lebih hanya 90–180 hari dan berbentuk perdu atau
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Clasis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
5
1. Daun
poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun
Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari
45 atau lebih besar 45. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang
2. Batang
Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada
namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat
zat–zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari
3. Akar
6
serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus
tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih– putihan dan halus berukuran
sangat kecil. Di antara akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan
4. Bunga
rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang
dengan tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna bunga
bervariasi : putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak
berjumlah 5 buah serta putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, yakni putik
buah dan biji–biji. Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang
lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi
500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir
sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah
kurang lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi)
5. Umbi
7
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari
Umbi berfungsi meny imp an bahan makanan sep erti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air (Putro et al., 2010). Bahwa umbi kentang
memiliki morfologi bervariasi, dilihat dari bentuk warna kulit, warna daging,
No
Bagian Umbi Ciri – ciri visual
1
Bentuk umbi Bulat, bulat lonjong, dan lonjong memanjang
2
Warna kulit umbi Putih, kuning dan merah.
3
Warna daging umbi Putih, putih kekuning–kuningan dan kuning.
4
Mata tunas Dangkal, menengah (medium) dan dalam.
mdpl. Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu
Kelembaban udara 80- 90% cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan
curah hujan antara 200– 300 mm per bulan atau rata–rata 1000 mm selama
apabila suhu tanah kurang dari 10 C dan lebih dari 30 C (Putro et al.,
2010)
8
Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur,
drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5–6,5. Jenis tanah yang paling
baik adalah Andosol dengan ciri–ciri solum tanah agak tebal antara 1–2 m,
berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau
produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral
2.2 Pati
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%)
dan terdiri atas amilosa dan amilopektin. Pati dapat diperoleh dari biji-
antara lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul,
beras, sagu, amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum. (Rai et al., 2015).
10
Dalam suatu molekul pati, ikatan -(1> 6) unit glukosa ini jumlahnya
butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula
antara tiap sumber pati berbeda tergantung sifat-sifat botani sumber pati
amilosa direaksikan dengan larutan iod akan membentuk warna biru tua,
pati tidak memiliki sifat yang sama, tergantung dari panjang rantai atom
11
Pada struktur granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun
dalam suatu cincin- cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula pati
kurang lebih 16 buah, yang terdiri atas cincin lapisan amorf dan cincin
1. Amilopektin
kecil ester fosfat yang terikat pada atom karbon ke 6 dari cincin glukosa
(Koswara, 2009).
12
2. Amilosa
Amilosa adalah bagian dari rantai lurus yang dapat memutar dan
bersulur tunggal terdapat hidrogen yang berikatan dengan atom O-2 dan
O-6. Rantai lurus amilosa yang membentuk sulur ganda kristal tersebut
rendah. Oleh karena itu, sulur tunggal amilosa mirip dengan siklodekstrin
glikosidik, yang berbentuk rantai lurus, dan dikatakan sebagai linear dari
tapioka 17%, kentang 21%, beras 28,60%, beras dengan kadar amilosa
basah.
100 m; atau membulat ukuran 10 – 35m; butir majemuk jarang, jika
ada terdiri majemuk 2 sampai 4; hilus berupa titik pada ujung yang
hilus.
Besi : tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan sebagai berikut : kocok
14
Magnesium Karbonat Berat mulai dari “masukkan kedalam tabung
Nessler”
1,0g.
pregelatin adalah pati yang mengalami proses fisik atau kimiawi dengan
adanya air baik dengan atau tanpa pemanasan untuk memecahkan semua
atau sebagian ikatan dari butir-butir pati dan untuk membuat pati
memiliki sifat mengalir yang baik serta dapat digunakan sebagai bahan
cara pemanasan menjadi bubur, roll drying, spray drying atau proses
memasak pati diatas suhu gelatinasi sehingga sudah tidak ada lagi
parsial dilakukan hanya cukup dengan mengalirkan campuran air dan pati
melalu drum panas dengan suhu diatas suhu gelatinasi sehingga massa
yang besar maka akan memiliki pori-pori atau rongga-rongga yang besar
pula sehingga ketika berkontak dengan air maka akan lebih mudah
putih, tidak berbau dan mempunyai rasa yang lemah, tidak beracun dan
16
2.3 Analisis Instrumental
17
atom yangmenyusun sampel yang menghasilkan sinyal yang
Asranudin, 2017).
18
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu Jambi yang
pati kentang alami, standarisasi pati alami, Pembuatan pati pregelatinasi dan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah Forced-Air Drying Oven (ZRD5110),
21), Flow Tester, whiteness meter electric, Blender, Lumpang Dan Alu,
19
botol timbang, kaca objek, kaca arloji, penggaris, stopwatch, Ravid Visco
3.3.2 Bahan
Tanaman kentang yang didapat di Kab. Kerinci, Provinsi Jambi, Aquadest,
MgO (Emsure®).
kentang diekstraki dalam 22,5 liter air, kemudian diaduk agar pati
lebih banyak terlepas dari sel umbi. Selanjutnya, bubur umbi peras
dengan kain flanel sehingga pati lolos dari kain dan suspensi pati serta
2. Organoleptis
3. Mikroskopik
Sejumlah pati di letakkan diatas objek gelas, dan ditetesi oleum anisi
4. Kelarutan
5. Susut Pengeringan
Alat moisture balance diatur pada suhu 105°C dan waktu 1 jam,
kemudian ditunggu selesai dan lihat hasil yang ada pada layar
21
6. Uji pH
(SNI, 1995)
8. Swelling Power
22
Sampel yang telah dipanaskan kemudian didinginkan pada suhu
9. Derajat Putih
bakar pada suhu 550°C selama 4-6 jam sampai didapatkan abu
1995)
(𝑊2−𝑊0)
Kadar abu (%) = (𝑤1−𝑊0)
x 100%
23
11. Cemaran Logam Berat
adalah sebagai berikut, Timbal (Pb) 1,0 mg/kg, Tembaga (Cu) 10,0
mg/kg, Seng (Zn) 40,0 mg/kg, Raksa (Hg) 0,05 mg/kg, Arsen (As)
24
b. Uji E.colli
adanya bentuk cincin merah pada lapisan atas media dan hasil
dalam waktu 2 jam, Uji Methyl red hasil positif ditandai dengan
(SNI, 2015).
25
Kapang dan Khamir dapat menyebabkan pembusukan dan
2008).
Jakarta.
e. Uji Pseudomonas
26
dan Makanan, 2009) , pengujian ini dilakukan di Labkesda DKI
Jakarta.
dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone) (SNI,
2008).
perbandingan air, pati dan penggunaan suhu serta pengadukan yang tepat.
Pati pregelatinasi dibuat 9 dengan perbandingan rasio pati dan air sebesar
1:1,25 dan suhu pemanasan 45, 50 dan 55°C serta pengadukan masing-
sampai suhu 45°C pada hot plate, lalu ditambahkan pati kentang sebanyak
150 gram dan suhu 45°C dijaga selama 10 menit dengan pengadukan 200 rpm
27
menggunakan homogenizer hingga masa terbentuk massa kental. Massa
kental tersebut dikeringkan pada suhu 45°C selama 48 jam. Setelah kering,
pati lalu diayak dengan mesh 60, untuk Formula 2 - Formula 9 (F2-F9)
dilakukan dengan cara yang sama hanya berbeda pada suhu dan rpm sesuai
Tabel 2. Variasi Rasio Jumlah Pati : Air , Suhu Pemanasan dan Pengadukan
yang digunakan
Pati : Air Suhu (°C) Pengadukan (rpm) Formula
200 F1
45 250 F2
300 F3
200 F4
1 : 1,25 50 250 F5
300 F6
200 F7
55 250 F8
300 F9
1. Organoleptis
al., 2016)
2. Uji PH
28
diperiksa angka pH meter dibiarkan bergerak sampai
3. Susut Pengeringan
waktu 1 jam, kemudian ditunggu selesai dan lihat hasil yang ada
bertingkat mulai dari no. 34, 40, 50, 60, 80 selama 10 menit dengan
rumus : 𝛴𝑛. 𝑑
Diameter Panjang:
𝛴𝑛
29
corong yang bawahnya tertutup. Tutup corong bagian bawah
h
Tga =
r
30
7. Pengujian bobot jenis
W (g)
ρn =
V (ml)
(y) dibaca. Bila volume (y) tidak berselisih dengan (x) besar 2
mL, maka (x) adalah volume serbuk (vm). Desnity mampat (m)
W (g)
ρm =
Vm (ml)
31
8. Faktor Hausner
2016)
ρ mampat
FH = ρ nyata
9. Pengujian kompresibilitas
Nilai indeks carr yang diperoleh dari hasil perhitungan pada nilai
berikut
Tabel 4. Indeks Carr Sebagai Indikasi Sifat Alir Serbuk (Mita, 2014).
Indeks Kompersibilitas (%) Rasio Hausner Sifat Alir
< 10 1,00-1,11 Istimewa
11-15 1,12-1,18 Baik
16-20 1,19-1,25 Cukup baik
21-25 1,26-1,34 Agak baik
26-31 1,35-1,45 Buruk
32-37 1,46-1,59 Sangat buruk
32
3.4.6 Analisis Instrument
1. FTIR (Fourier Transform Infra Red)
33
merupakan simpangan baku (standar deviasi). Simpangan baku adalah ukuran
∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆= √
𝑛−1
34
BAB IV
4.1 Hasil
Hasil pembuatan pati kentang alami yang didapatkan dari 45 kg yaitu 0,94 kg.
dilihat pada tabel berikut. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3 dan
lampiran 5.
35
Kadar Pati 74,44%
-
6 Amilosa 28,54 % - -
Amilopektin 71,46 %
7 Swelling Power 15,1g/g - - -
8 Derajat Putih 93,66% <90 % - -
0,25%
9 Kadar abu <0,5 %
0,24% - -
Cemaran Logam Berat
Pb 2 mg/kg 1 mg/kg
Cu 3,3 mg/kg 10 mg/kg
10 Zn 30,56 mg/kg 40 mg/kg - -
Hg Tidak terdeteksi 0,05 mg/kg
As Tidak terdeteksi 0,5mg/kg
Cemaran Mikroba
ALT 3,9x10 < 10
E.colli negatif/gram negatif/gram
11 Angka Kapang Khamir 2,2x10 < 10 - -
Salmonella sp negatif/gram negatif/gram
Pseudomonas
negatif/gram negatif/gram
aeruginosa
Staphylococcus aureus negatif/gram negatif/gram
12 Suhu Gelatinasi 63,24oC - 64oC -
b. Organoleptis
Tabel 7. Hasil Organoleptis
Parameter
No Sampel
Warna Bentuk Bau Rasa
1 Pati Alami Putih Sangat halus Tidak Berbau Tidak Berasa
2 F1 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
3 F2 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
4 F3 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
5 F4 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
6 F5 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
7 F6 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
8 F7 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
9 F8 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
36
10 F9 Putih Serbuk halus Tidak Berbau Tidak Berasa
11 Avicel Putih Polimorf Tidak Berbau Tidak Berasa
12 Starch RX Putih Sangat halus Tidak Berbau Tidak Berasa
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
c. Mikroskopik
Pati alami F1
F2 F3
37
F4 F5
F6 F7
F8 F9
38
Starch RX Avicel
Gambar 5. Mikroskopik Perbesaran 100x
d. Kelarutan
Kelarutan dari avicel, starch rx, pati alami dan pati pregelatinasi
seluruh formula yaitu praktis tidak larut yaitu dengan nilai >10.000.
e. Susut Pengeringan
18
16
14
Susut Pengeringan %
12
10 rpm 200
8 rpm 250
6 rpm 300
4
2
0
F2 F3 F4 F5
F1 1 2 F6 F7 F8
3 F9 Pati alami
4 Starch5 RX Avicel
6
Suhu 45oC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
39
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
Pada pengujian susut pengeringan yaitu pati alami 15,63%, pati pregelatinasi
f. Uji pH
4 rpm200
pH
rpm250
2 rpm300
0
1 F3
F1 F2 2 F6
F4 F5 3 F9 Pati Alami
F7 F8 4 5
Starch RX Avicel 6
Suhu 45oC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
mendapatkan nilai 6,9 pH pada pati pregelatinasi hampir sama dengan rata-
40
rata 7,0 pH avicel 5,7 dan starch rx yaitu 7,0.
h. Swelling Power
25
20
Swelling power (g/g)
15
rpm 200
10 rpm 250
rpm 300
5
0
F1 F2
1 F3 F4 F5
2 F6 F7 F8
3 F9 Pati alami
4 Starch 5RX Avicel6
Suhu 45OC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding
Gambar 8. Swelling power Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel dan
Starch RX
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
Nilai Swelling power yang didapatkan pada pati kentang alami yaitu 14,85
g/g, pati pregelatinasi dengan rata-rata 17,72 g/g, starch RX 7,90 g/g dan
41
i. Derajat Putih
Pengujian derajat putih serbuk pati kentang diharapkan mendapat nilai
tinggi yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai derajat putih berarti
derajat putih pati kentang alami semakin bagus. Berdasarkan SNI bahwa
derajat putih harus >90%. Hasil derajat putih pati kentang yaitu 93,66%.
j. Kadar Abu
Hasil pengujian kadar Abu yang didapatkan yaitu 0,25% dan hasil
(Cu) 10,0 mg/kg, Seng (Zn) 40,0 mg/kg, Raksa (Hg) 0,05 mg/kg, Arsen
(As) 0,5 mg/kg. (SNI, 1995). Dimana hasil yang didapatkan yaitu kadar
kadar logam berat lainnya telah memenuhi syarat yaitu Cu 3,30 mg/kg, Zn
30,56 mg/kg, Hg dan As tidak terdeteksi. Hasil ini dapat dilihat pada
lampiran 3.
l. Cemaran Mikroba
Hasil Cemaran Mikroba telah memenuhi syarat, hasil dapat dilihat pada
lampiran 5
m. Suhu Gelatinasi
42
n. Distribusi Ukuran Partikel
60
P Alami
50
F1
F2
40
% Frekuensi
F3
30 F4
F5
20 F6
F7
10 F8
F9
0
STARCH RX
0 200 400 600 800
Avicel
Ukuran Partikel µm
80 F4
F5
60 F6
F7
40 F8
F9
20
Pati Alami
Starch RX
0
<180 215 275 362,5 462,5 501
Ukuran Partikel µm
43
o. Pengujian Diameter Panjang
Diameter Panjang
Formula
(µm)
F1 246,53
F2 248,87
F3 250,78
F4 252,36
F5 247,60
F6 254,04
F7 251,46
F8 244,49
F9 254,11
Pati Alami 175,82
Starch RX 160,42
Avicel 309,34
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
14
12
10
8
Laju Alir g/s
rpm200
6 rpm250
4 rpm300
2
0
F1 1 F3
F2 F4 2F5 F6 F7 F8
3 F9
44
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
suhu dan semakin besar rpm pengadukan akan mempengaruhi sifat alir
pati prgelatinasi, dari setiap formula rata-rata laju alirnya adalah 9,95
gram/detik dengan nilai laju alir terbesar yaitu formula 9 12,41 gram/detik,
25
20
Sudut Istirahat
15
rpm200
10 rpm250
rpm300
5
0
F1 F2
1 F3 F4 2F5 F6 F7 F8
3 F9
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
45
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
yaitu 20-30o, dengan nilai sudut istirahat terkecil pada formula 9 yaitu
rpm 200
rpm 250
Faktor Hausner
1 rpm 300
0
1 F3
F1 F2 2 F6
F4 F5 3 F9 Pati alami
F7 F8 4 Starch5RX Avicel6
Gambar 13. Faktor Hausner Pati Alami Kentang, Pati Pregelatinasi, Avicel dan
Starch RX
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
46
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
Nilai faktor hausner setiap formula termasuk ideal dengan rata-rata 1,14
dimana syarat faktor hausner yang baik adalah 1,12-1,18 dibandingkan nilai
faktor hausner pati alami dan pembanding avicel dan starch RX yang lebih
40
30
Kompresibiilitas
20 rpm 200
rpm 250
rpm 300
10
0
1 F3
F1 F2 2 F6
F4 F5 3 F9
F7 F8 4
Pati alami 5
Starch RX Avicel6
Suhu 45OC Suhu 50OC Suhu 55OC Pembanding
Keterangan :
F1 : Formula 1 dengan suhu 45oC rpm 200
47
F2 : Formula 2 dengan suhu 45oC rpm 250
F3 : Formula 3 dengan suhu 45oC rpm 300
F4 : Formula 4 dengan suhu 50oC rpm 200
F5 : Formula 5 dengan suhu 50oC rpm 250
F6 : Formula 6 dengan suhu 50oC rpm 300
F7 : Formula 7 dengan suhu 55oC rpm 200
F8 : Formula 8 dengan suhu 55oC rpm 250
F9 : Formula 9 dengan suhu 55oC rpm 300
didapatkan nilai kompresibilitas yang baik pada formula 9 yaitu 9,44% ini
Avicel Starch RX
48
Pati Alami Formula 3
Formula 6 Formula 9
Hasil pengujian FTIR pada pati alami, pati pregelatinasi, avicel dan
49
2. Hasil pengamatan morfologi permukaan pregelatinasi pati kentang
Avicel Starch RX
50
Formula 6 Formula 9
1000
800
Intensity (counts)
avicel
600 Pati Alami
Starch RX
400
Formula 3
200 Formula 6
Formula 9
0
0 20 40 60 80
2 Theta(◦)
Gambar 17. Hasil XRD Pati Alami, Formula 3, Formula 6, Formula 9, Avicel
dan Starch RX
Hasil pola difraksi X-ray terlihat bahwa pati alami, starch RX dan pati
pregelatinasi memiliki pola difraksi yang tidak begitu tajam ini menunjukkan
yang tajam dan berarti menunjukkan bahwa avicel secara fisik berbentuk
kristal
51
4.2 Pembahasan
SITH ITB kentang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kentang
1:0,5 didapatkan hasil rendemen yaitu 2,08%, ekstraksi pati kentang pada
kentang alami dengan berat pati yang telah didapatkan (Zahra Zahruniya.,
2014). Berat pati yang didapatkan yaitu 0,94 kg dan hasil rendemen nya
adalah 2,08 % dari total berat kentang 45 kg. Hasil rendemen yang
kurang optimal sehingga sel pati tidak terekstraksi dengan sempurna. Selain
tujuannya adalah untuk memecah dinding sel agar butir pati yang ada
rendemen setiap formula yang hampir sama yaitu dengan nilai rendemen
pengurangan saat menggerus pada lumpang dan pada saat pengayakan. Pati
dapat diamati bau, rasa, bentuk dan warna. Hasilnya adalah tidak berbau,
tidak berasa, bentuk serbuk dan warna putih sesuai dengan persyaratan yang
sedangkan pada avicel didaptkan hasil yang berbeda pada bentuknya yaitu
dilihat pada perbesaran 100x berbentuk bulat telur serta hilus berupa titik
terletak diujung dan lamela terlihat jelas hasil dari pati alami dan
bahwa terdapat topi baja dengan hilus terletak di tengah sedangkan pada
avicel bukan merupakan dari pati-patian sehingga tidak terlihat bagian hilus
dan lamela. ini menunjukkan hasil yang sesuai hasil ini dapat di lihat pada
jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu (Depkes
RI, 2014). Pada pengujian susut pengeringan pregelatinasi pati kentang alami
53
dan pregelatinasi diharapakan memenuhi standart yaitu dengan nilai <20%
avicel <6% dan Starch RX <10%. Pada pengujian susut pengeringan terlihat
bahwa telah memenuhi syarat yang telah tertera yaitu pati alami 15,63%, pati
pregelatinasi 6,35%, starch RX 9,45% dan avicel 5,91%. Jika pada susut
pH standart pati kentang alami dan pati pregelatinasi yaitu 5,0-8,0 (Rowe
memenuhi syarat, pati kentang alami mendapatkan nilai 6,9 pH pada pati
pregelatinasi hampir sama dengan rata-rata 7,0 pH avicel 5,7 dan starch RX
yaitu 7,0. Dilihat secara keseluruhan bahwa pati pregelatinasi dan pati alami
memiliki nilai yang hampir sama dengan pembanding yang berada dipasaran.
Dicky, 2013), namun pada pengujian amilosa sedikit berbeda yaitu amilosa
jagung adalah 8,09% disini terlihat bahwa kadar amilosa pada jagung jauh
54
Pengujian kadar pati yang didapatkan pada pati kentang yaitu sebesar
74,44 % hasil ini berbeda dengan kandungan pati pada beberapa tanaman
lainnya seperti ubi kayu putih 81,39 % (Murtiningrum., 2012) dan pada
pengujian oleh (Ifmaily., 2018) bahwa pati sukun sebesar 71,67%. Kadar pati
ini bisa dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur panen optimum dan kondisi
cuaca pada saat panen. Kadar pati umbi yang dipanen pada saat musim hujan
akan lebih rendah karena kadar air yang tinggi. Semakin cepat atau semakin
lama umur panen optimum akan juga mempengaruhi kadar pati, selain itu
kadar pati juga dipengaruhi oleh tingkat kemurnian pati saat di proses, karena
kadar pati persatuan beratnya (Khairun Nisah., 2017). Dari hasil kadar pati
yang diapatkan pada pati kentang yang cukup tinggi seharusnya sejalan
dengan hasil rendemen yang tinggi pula, namun hasil rendemen yang
didapatkan sangat rendah, hal ini kemungkinan proses ekstraksi pati yang
kurang optimal.
mengembang pada pati, pada pengujian ini didaptkan hasil swelling power
pati alami yaitu 15,10 g/g, pati pregelatinasi dengan swelling power terbesar
yaitu pada Formula 3 yaitu 20,19 g/g dan nilai terkecil pada formula 4 yaitu
15,07 g/g, starch RX 7,90g/g dan avicel 2,28g/g. Dari data diatas dapat
dilihat bahwa pati pregelatinasi memiliki daya mengembang yang besar dan
avicel memiliki daya mengembang yang kecil ini disebabkan karena avicel
didalam air. Berdasarkan (Anniesah et al., 2018) bahwa nilai swelling power
55
pada jagung yaitu 8,33 g/g disini terlhat bahwa nilai swelling pada jagung
lebih rendah karena kadar amilosa pada jagung lebih rendah dibandingkan
pada kentang. Nilai swelling power berkaitan dengan kandungan amilosa dan
amilopektin, dimana semakin tinggi kadar amilosa maka akan semakin tinggi
daya mengembang pati dalam air karena sifat amilosa yang dapat menyerap
air (Kristinah et al., 2015). Pati yang memiliki amilosa tinggi akan memiliki
lebih tinggi akan meningkatkan kekerasan suatu tablet dan akan berpengaruh
terhadap waktu hancur tablet semakin menurun (Wira., 2013). Daya serap air
suatu pati dapat mempengaruhi swelling power. Semakin besar daya serap air
2004)
Nilai derajat putih serbuk serbuk pati berdasarkan SNI yaitu >90%. Pada
pengujian derajat putih didapatkan bahwa pati kentang memiliki nilai derajat
Kadar Cemaran logam berat dilakukan agar mendapatkan bahan yang aman
digunakan. Syarat cemaran logam berat berdasarkan SNI itu sendiri adalah
Timbal (Pb) 1 mg/kg, Tembaga (Cu) 10 mg/kg, Seng (Zn) 40 mg/kg, Raksa
(Hg) 0,05 mg/kg, Arsen (As) 0,5 mg/kg . Didapatkan bahwa hasil cemaran
56
sedangkan pada orang dewasa dapat menyebabkan peningkatan tekanan
reproduksi. Dimana dosis letal pada manusia untuk logam Pb yaitu 1,7mg/kg
(SNI., 2009). Kadar cemaran Pb ini berdasarkan SNI bahwa bterdapat pada
udara, air dan tanah, dimana selama pengerjaan isolasi pati pada proses
harus jauh berpuluh-puluh kilometer dari daerah jalan lintas dan cemaran
asap kendaraan, oleh karena itu negara indonesia masih belum mampu
Batas cemaran mikroba yaitu ALT (angka lempeng total) <106, E.colli
memenuhi syarat dapat dilihat pada lampiran 5. Jika dalam cemaran mikroba
melebihi batas yang telah ditetapkan akan berdampak buruk dalam hal
kualtias dan keamanan penggunaan bahan baku obat untuk manusia dapat
Hasil pengujian suhu gelatinasi pati kentang yaitu 63,24oC hasil ini
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan syarat yaitu 64oC (Rowe
et al, 2009). Suhu gelatinasi merupakan suhu awalnya pati membentuk gel
57
adalah proses pecahnya ikatan antar molekul-molekul pati dengan adanya air
dan panas serta kemungkinan molekul pati untuk mengikat air (Kartikasari.,
suatu tanaman akan menurukan kebutuhan panas untuk proses gelatinasi atau
suhu gelatinasi akan lebih rendah (Beni., 2007). Jika dilihat dari
amilosa jagung yaitu 8,08 % (Anniesah et al, 2018) dan hasil penelitian ini
amilosa kentang yaitu 28,54 % ternyata suhu gelatinasi pati jagung disini
lebih tinggi yaitu 71oC dibandingkan suhu gelatinasi pati kentang 64oC
terhadap laju alir. Distribusi ukuran partikel yang tidak seragama dalam setiap
mesh mengakibatkan laju alir pati yang. Ukuran partikel dapat mempengaruhi
kemampuan laju alir suatu serbuk. Semakin halus ukuran partikel maka laju
alir semakin berkurang karena gaya kohesivitas antar partikel semakin besar
menunjukkan sifat alir pati tersebut baik. Pada pregelatinasi pati kentang
yang tidak merata pada setiap mesh dimana pati banyak melewati mesh 80,
hal ini karena ukuran partikel pati alami lebih kecil dibandingkan ukuran
pregelatinasi pati kentang yaitu <180 m, ini menunjukkan sifat alir pati
alami yang buruk dari pati alami sedangkan pada pati pregelatinasi memiliki
58
ukuran granul yang berkisar antar 362,5-275m. Dimana syarat ukuran
partikel pati pregelatinasi itu sendiri adalah tidak kurang dari 149m dan
tidak lebih dari 420m (Rowe et al, 2009). Perubahan ukuran partikel ini
berbentuk granul-granul. Jika dilihat dari grafik yang terbentuk dari setiap
distribusi ukuran partikel. Berarti perbedaan suhu dan rpm setiap formula
partikel suatu sampel karena tujuan modifikasi pati pregelatinasi ini adalah
kompresibulitas dan sudut istirahat suatu serbuk. Ini merupakan hal yang
ukuran partikel pati pregelatinasi yang lebih besar dibanding pati alami
pembuatan tablet kempa langsung. Sifat alir yang buruk mengakibatkan hasil
tablet yang di kempa akan menunjukkan hasil yang tidak seragam bahkan
59
tablet tidak dapat di kempa. Kecepatan alir yang ideal yaitu >10 gram/detik
(Kadek Lenny Karisma Sari, I G.N. Jemmy Anton Prasetia, 2008). Pati
mengalir pada corong ini menunjukkan bahwa pati alami, avicel dan starch
sedangkan pregelatinasi pati kentang memiliki sifat alir yang baik. Dari hasil
prgelatinasi, dari setiap formula rata-rata laju alirnya adalah 9,95 gram/detik
dengan nilai laju alir terbesar yaitu F9 dengan laju alir 12,41 gram/detik.
Pada pengujian sudut istirahat bahwa semakin tinggi nilai sudut istirahat
yang terbentuk, maka akan semakin jelek sifat alirnya. Pada serbuk yang
mudah mengalir, sudut istirahat yang terbentuk semakin kecil atau landai.
Sudut istirahat dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran patikel, serta sifat
semakin mudah berlekatan (Qurratul., 2016). Pada pati kentang alami, starch
RX dan avicel tidak terbentuk sudut istirahat karena tidak dapat mengalir
pada corong, disebabkan ukuran partikel pati alami yang sangat kecil yaitu
pati kentang memiliki sudut istirahat yang baik yaitu 20-26o dengan
Nilai faktor hausner yang mendekati 1 maka sifat alir suatu serbuk
semakin baik. Faktor hausner adalah perbandingan antara bobot jenis mampat
60
dengan bobot jenis nyata (Khairunnisa, Nisa, Riski, & Fatmawaty, 2016).
Nilai faktor hausner yang ideal yaitu 1-1,25 (Khairunnisa, Nisa, Riski, &
Fatmawaty, 2016). Dapat dilihat dari gambar 4.7 bahwa nilai faktor hausner
setiap formula termasuk ideal dengan rata-rata 1,14 dibandingkan nilai faktor
hausner pati alami dan pembanding avicel dan starch RX yang lebih besar
nyata dan bobot jenis mampat. Nilai kompresibilitas yang baik adalah 5-20%
yaitu 9,44% dengan suhu 55o C dan 300 rpm, nilai kompresibilitas pada avicel
kompresbilitas pati pregelatinasi lebih baik dari pati alami dan pembanding
dalam material. Berdasarkan pola difraksi yang terbentuk terlihat bahwa pati
tajam yaitu pada rentang intensitas 200-400 ini menunjukkan bahwa secara
fisik berbentuk amorf, sama dengan penelitian terdahulu oleh (Hartesi., 2016)
dan (Eldo S., 2012) bahwa pati pregelatinasi didapatkan berbentuk amorf,
61
sedangkan pada avicel terbentuk pola difraksi yang tajam yaitu terlihat bahwa
dan melihat gugus fungsi dari suatu senyawa pada bilangan gelombang 600-
4000. Pada pengujian FTIR pati kentang alami dan pregelatinasi terbentuk
FTIR dimana sampel pati alami, pati pregelatinasi, avicel dan starch RX
termasuk rentang pada gugus O-H yaitu pada gelombang bilangan 3200-
senyawa tersebut dan C-O (Abdul Rohman, 2014), grafik ini juga
menunjukkan hal yang sama pada jurnal terdahulu yaitu (Afifah et a , 2015)
yang menunjukkan adanya empat gugus fungsi dari pati kentang tersebut.
Secara umum hasil grafik FTIR yang terbentuk semuanya hampir sama dan
bahwa permukaan avicel memiliki pori yang sangat banyak dan tidak rata,
2014) bahwa pati yang belum mengalami modifikasi akan berbentuk utuh dan
62
Pada Permukaan pati alami kentang cenderung halus sendagkan pada pati
formula 9 dimana pada formula 3 terlihat sedikit berpori dan tidak halus
sedangkan pada formula 6 dan 9 lebih banyak dan pada formula 9 lebih
terlihat jelas bahwa morfologi permukaan nya tidak rata dan terlihat pori-pori
pada permukaan. Ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan suhu dan rpm
63
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pati kentang alami yang didapatkan yaitu tidak memenuhi standart
karakteristik terlihat pada F9 dimana semakin tinggi suhu dan semakin tinggi
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lebih
pregelatinasi sebagai bahan pengisi dan dilakukan variasi suhu dan rpm yang
64
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, M., Hariati, & Rijai, L. (2015). Karakterisasi Fisikokimia Pati Buah
Pisang Talas (Musa paradisiaca var Sapientum L) Sebagai Eksipien Formulasi
Tablet. Jurna Farmasi, 3, 24–25.
Arnida Mustafa, 2015. Proses Pembuatan Pati Ubi Kayu (Tapioka) Berbasis
Neraca Massa. Jurnal Agrotek Volume 9, No 2.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Nomor 16 Tahun 2016.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Produksi Sayuran dan Buah-Buahan Tahun
2017.
Beasley, M.M., E.J. Bartelink, L. Tailor & R.M. Miller. 2014. Comparison of
Transmission FT-IR, ATR, and DRIFT Spectra: Implications for Assessment
of Bone Bioapatite Diagenesis. Journal of Archaeological Science, 46(1): 16-
22
Beni Hidayat, Adil Basuki Ahza dan Sugiyono. 2007. Karakterisasi Tepung Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas Shiroyutaka Serta Kajian Potensi
Kegunaannya Sebagai Sumber Pangan Karbohidrat Alternatif. Jurnal teknologi
dan Indsutri Pangan Vol XVII No 1.
Didah Nur Faridah, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan dan Titi Candra Sunarti.
(2014) Karakteristik Sifat Fisikokimia Pati Garut (Maranta arundinanceae).
Agritech, Vol 34, No 1.
Eldo Sularto Marbun. (2012).Sintesis Bioplastik Dari Pati Ubi Jalar Menggunakan
Penguat Logam ZnO Dan Penguat Alami Selulosa. Universitas Indonesia.
Erika, C. (2010). Produksi Pati Termodifikasi dari Beberapa Jenis Pati. Jurnal
Rekayasan Kimia Dan Lingkungan, 7(3), 130–137.
Haryati, T., Siahaan, D., & Long, K. (2004). Pengembangan Teknik Differential
Scanning Calorimetric Untuk Analisis Kontaminan Minyak Sawit dan
Produknya.
Higea, J. F., Octavia, M. D., Halim, A., & Indriyani, R. (2012). Pengaruh besar
ukuran partikel terhadap sifat – sifat tablet metronidazol, 4(2).
Ifmaily. 2018. Penetapan Kadar Pati Buah Sukun (Artocarpus altilis L) dengan
Metode Luff Schoorl. Chempublish Journal vol 3 No. 1
66
Immaningsih, N. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formlasi Tepung-tepungan
Untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Panel Gizi Makan 35(1): 13-2
Jading, A., Tethool, E., Payung,P., dan Gultom, S. 2009. Karakteristik Fisikokimia
Pati Sagu Hasil Pengeringan Secara Fludidasi Menggunakan Alat Pengering
Cross Flow Fluidized Bed Bertenaga Surya dan Biomassa. Reaktor. 13(3): 155-
164.
Khairunnisa, R., Nisa, M., Riski, R., & Fatmawaty, A. (2016). Evaluasi Sifat Alir
Dari Pati Talas Safira ( Colocasia esculenta var Antiquorum ) Sebagai
Eksipien Dalam Formulasi Tablet. Journal of Pharmaceutical and Medicinal
Sciences, 1(1), 22–26.
Letviany, Z., Santoso, B., Barat, P., & Tethool, E. (2010). Sifat Fisikokimia dan
Fungsional Pati Buah Buah Aibon (Brugueira gymnorhiza L.). Jurnal Natur
Indonesia, 12(2), 156–162.
Lukman, A., Anggraini, D., & Rahmawati, N. (2013). Pembuatan dan Uji Sifat
Fisikokimia Pati Beras Ketan Kampar yang Dipragelatinasi. Jurnal Penelitian
Farmasi Indonesia, 1(2), 67–71.
67
Martunis. (2012). Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas Dan
Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi Dan Industri
Pertanian, 4(3), 26–30.
Niken, A., & Dicky, H. (2013). Isolasi Amilosa Dan Amilopektin Dari Pati
Kentang. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 2(3), 57–62.
Parwiyanti, Pratama, F., Wijaya, A., Malahayati, N., & Lidiasari, E. (2015).
Swelling Power dan Kelarutan Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.)
Termodifikasi Melalui Heat-Moisture Treatment dan Penambahan Gum
Xanthan untuk Produk Roti. Prosiding Seminar 692 Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi 2015, 692–699.
Putri Eria, R., & Husni, P. (2012). Potensi Pati Asal Tanaman Waluh (Sechium
edule ) Sebagai Alternatif Eksipien Farmasi, 15, 42–52.
Putro, A. T. A. M., Sunu, P., & Ani, S. W. (2010). Budidaya Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum L.) Di Luar Musim Tanam. Jurnal Pertanian.
Rai, S. P., Wiendi, N. made A., & Krisantini. (2015). Optimasi Produksi Bibit
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) Kultivar Granola dengan Teknik
Fotoautotrofik. Jurnal Bul. Agrohorti, 3(1), 28–38.
68
Sari, K. L. K., Prasetia, I. G. N. J. A., & Arisanti, C. I. S. (2012). Pengaruh Rasio
Amilum : Air dan Suhu Pemanasan Terhadap Sifat Fisik Amilum Singkong
Pregelatin yang Ditujukan Sebagai Eksipien Tablet. Jurnal Farmasi Udayana,
I, 50–64.
Wira Noviana, Auzal Halim, Henny Lucida. 2013. Uji Sifat Fisikokimia Mocaf
(Modified cassava Flour) dan Pati Singkong Termodifikasi Untuk Formulasi
Tablet. Artikel Penelitian Universitas Andalas.
Yusuf, H., Radjaram, A., & Setyawan, D. (2008). Modifikasi Pati Singkong
Pregelatin sebagai Bahan Pembawa Cetak Langsung. J. Penelit. Med. Eksakta,
7(1), 31–47.
Zahra Zahruniya. 2014. Optimasi Pembuatan Pati Resisten Tipe III Dari Pati
Singkong (Manihot Esculenta Crantz). Bogor:Institusi Pertanian Bogor.
69
Lampiran 1. Skema Penelitian
Determinasi
Isolasi pati kentang
Pati alami kentang
70
Lampiran 2. Hasil Determinasi
71
Lampiran 3. Hasil Pengujian Pati Alami
72
Lampiran 4. Hasil Pregelatinasi Pati Kentang, Pati Alami, Avicel dan Starch RX
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7 F8
73
Lanjutan Lampiran 4. Hasil Pregelatinasi Pati Kentang, Pati Alami, Avicel dan
Starch RX
F9 Starch RX
74
Lampiran 5. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba
75
Lampiran 6. Hasil Pengujian pH
Tabel 8. Hasil Pengujian pH
PH P1 P2 P3 Rata-rata ± SD
76
Lampiran 7. Hasil Pengujian Susut Pengeringan
77
Lampiran 8. Hasil Pengujian Swelling power
Pati Alami 1,55 1,49 1,48 15,50 14,94 14,85 15,10 ± 0,3513
D
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 =
𝐴
Keterangan : D = Berat endapat (g)
1,94 g
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 =
0,1 𝑔
=19,37 g/g
78
Lampiran 9. Hasil Distribusi ukuran partikel
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,24 1,03 1,40 1,22 2,45 99,04
462,5 3,01 3,98 2,72 3,24 6,48 96,59
F1 362,5 4,14 4,00 3,97 4,04 8,08 90,12
275 26,40 25,15 25,10 25,55 51,10 82,04
215 12,53 11,45 12,77 12,25 24,50 30,94
<180 2,13 3,82 3,36 3,22 6,44 6,44
49,45 49,44 49,32 99,04
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuens %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,97 1,23 1,20 1,47 2,94 99,10
462,5 2,32 2,23 2,43 2,33 4,65 96,16
F2 362,5 8,18 7,23 6,24 7,22 14,43 91,51
275 22,12 23,14 22,21 22,49 44,99 77,07
215 11,32 12,31 13,94 12,86 25,72 32,09
<180 3,41 3,13 3,01 3,19 6,37 6,37
49,32 49,28 49,04 99,10
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,84 1,43 1,53 1,60 3,20 99,66
462,5 4,25 3,25 4,01 3,84 7,67 96,46
F3 362,5 4,03 3,91 3,93 3,96 7,91 88,79
275 26,01 25,13 25,37 25,51 51,01 80,87
215 10,27 12,24 12,73 11,75 23,49 29,86
<180 3,08 3,28 3,18 3,18 6,37 6,37
49,49 49,24 49,22 99,66
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,12 1,32 1,22 1,22 2,44 99,03
462,5 3,24 3,10 3,22 3,19 6,38 96,59
F4 362,5 6,32 5,32 5,13 5,59 11,18 90,21
275 24,23 23,46 24,33 24,01 48,01 79,03
215 13,54 14,95 13,52 14,01 28,01 31,02
<180 1,21 1,31 1,98 1,50 3,01 3,01
49,67 49,47 49,40 99,03
Ukuran Rata-
F5 P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
Partikel rata (g)
79
(µm)
501 1,25 1,58 1,15 1,33 2,65 99,71
462,5 3,59 4,01 3,68 3,76 7,53 97,05
362,5 7,02 6,25 6,04 6,44 12,88 89,53
275 23,04 22,39 22,41 22,61 45,23 76,65
215 13,44 13,09 13,63 13,39 26,77 31,42
<180 2,43 2,13 2,42 2,33 4,65 4,65
49,52 49,47 49,33 99,71
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,79 1,25 1,15 1,40 2,79 99,35
462,5 2,42 2,50 2,04 2,32 4,64 96,56
F6 362,5 6,40 6,50 5,47 6,13 12,25 91,92
275 24,84 24,86 26,30 25,67 51,34 79,66
215 10,48 10,42 10,57 10,49 20,99 28,33
<180 3,60 3,82 3,58 3,67 7,34 7,34
49,55 49,35 49,12 99,35
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,43 1,22 1,13 1,26 2,52 99,84
462,5 3,05 3,47 3,62 3,38 6,76 97,32
F7 362,5 5,22 4,14 4,96 4,77 9,55 90,56
275 26,48 26,05 26,17 26,23 52,47 81,01
215 12,38 12,28 11,37 12,01 24,03 28,55
<180 2,43 2,33 2,02 2,26 4,52 4,52
49,56 49,49 49,27 99,84
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,48 1,91 1,53 1,64 3,28 99,49
462,5 3,24 2,43 2,14 2,60 5,20 96,21
F8 362,5 6,12 8,48 7,16 7,26 14,51 91,00
275 25,14 23,44 24,36 24,31 48,62 76,49
215 12,42 10,44 11,38 11,41 22,83 27,87
<180 2,49 2,54 2,52 2,52 5,04 5,04
49,42 49,24 49,10 99,49
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,33 1,21 1,14 1,23 2,45 99,54
F9 462,5 2,44 3,06 3,64 3,04 6,09 97,08
362,5 3,38 3,14 3,01 3,18 6,36 90,99
80
275 27,23 28,26 27,06 27,52 55,04 84,64
215 11,37 10,37 10,97 11,24 22,48 29,60
<180 3,76 3,45 3,48 3,56 7,12 7,12
49,52 49,49 49,30 99,54
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Fre %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 0 0 0 0 0 99,21
462,5 0,11 0,21 0,17 0,16 0,32 99,21
Pati
Alami 362,5 1,50 1,39 1,39 1,42 2,85 98,89
275 15,66 18,13 17,16 16,98 33,97 96,04
215 12,09 12,15 10,13 11,45 22,91 62,07
<180 20,41 17,81 20,82 19,58 39,16 39,16
49,77 49,69 49,67 99,21
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekuensi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 1,75 1,25 1,92 1,64 3,28 99,06
462,5 6,09 5,97 6,28 6,11 12,23 95,78
Starch
RX 362,5 3,73 4,93 4,95 4,54 9,07 83,55
275 24,64 25,84 25,74 25,40 50,81 74,48
215 7,39 7,24 8,37 7,66 15,33 23,67
<180 5,99 4,29 2,22 4,17 8,34 8,34
49,59 49,51 49,49 99,06
Ukuran
Rata-
Partikel P1 (g) P2 (g) P3 (g) %Frekeunsi %Kumulatif
rata (g)
(µm)
501 2,10 2,00 2,30 2,14 4,27 99,05
462,5 10,15 10,17 10,20 10,17 20,35 94,78
Avicel 362,5 18,12 18,16 18,40 18,23 36,45 74,43
275 15,21 15,40 15,40 15,34 30,68 37,98
215 1,55 1,45 1,18 1,53 3,06 7,30
<180 2,15 2,20 2,01 2,12 4,24 4,24
49,89 49,38 49,28 99,05
81
Lampiran 10. Diameter panjang
Tabel 12 Diameter Panjang
82
216-275 245,5 51,34 12603,97
F6
276-363 319,5 12,25 3913,88
364-463 413,5 4,64 1918,64
464-501 482,5 2,79 1346,18
99,35 24599,28
0-180 90 4,52 406,80
181-215 198 24,03 4757,94
216-275 245,5 52,47 12881,39
F7 276-363 319,5 9,55 3051,23
364-463 413,5 6,76 2795,26
464-501 482,5 2,52 1215,90
99,85 25108,51
0-180 90 5,04 453,60
181-215 198 22,83 4520,34
216-275 245,5 48,62 11936,21
F8 276-363 319,5 14,51 4635,95
364-463 413,5 5,2 2150,20
464-501 482,5 3,28 1582,60
99,48 25278,90
0-180 90 7,12 640,80
181-215 198 22,48 4451,04
216-275 245,5 55,04 13512,32
F9 276-363 319,5 6,36 2032,02
364-463 413,5 6,09 2518,22
464-501 482,5 2,45 1182,13
99,54 24336,52
0-180 90 39,16 3524,40
181-215 198 22,91 4536,18
216-275 245,5 33,97 8339,64
Pati
276-363 319,5 2,85 910,58
Alami
364-463 413,5 0,32 132,32
464-501 482,5 0,00 0,00
99,21 17443,11
0-180 90 4,24 381,60
181-215 198 3,06 605,88
216-275 245,5 30,68 7531,94
Avicel 276-363 319,5 36,45 11645,78
364-463 413,5 20,35 8414,73
464-501 482,5 4,27 2060,28
99,05 30640,20
0-180 90 8,34 750,60
181-215 198 15,33 3035,34
Starch rx 216-275 245,5 50,81 12473,86
83
276-363 319,5 9,07 2897,87
364-463 413,5 12,23 5057,11
464-501 482,5 3,28 1582,60
99,06 25797,37
𝛴𝑛𝑑
Diameter panjang =
𝛴𝑛
24418,82
=
99,05
= 246,53 µm
84
Lampiran 11. Hasil Kompresibilitas
Tabel 13 . Hasil Kompresibilitas
85
Lampiran 12. Hasil Faktor Hausner
Tabel 14 . Hasil Faktor Hausner
86
Lampiran 13. Hasil Laju alir
Tabel 15 . Hasil Laju alir
Pati Alami 0 0 0 0
Avicel 0 0 0 0
Starch RX 0 0 0 0
87
Lampiran 14. Hasil sudut istirahat
Tabel 16 . Hasil sudut istirahat
Pati Alami 0 0 0 0
Avicel 0 0 0 0
Starch RX 0 0 0 0
88
Lampiran 15 Hasil Pengujian XRD
1000 1000
Intensity (counts)
800
Intensity (counts)
800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
2 Theta(◦) 2 Theta(◦)
Pati Alami Formula 3
1000
1000
800
Intensity (counts)
Intensity (counts)
800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
2 Theta(◦) 2 Theta(◦)
Formula 6 Formula 9
1000 1000
Intensity (counts)
Intensity (counts)
800 800
600 600
400 400
200 200
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
2 Theta(◦) 2 Theta(◦)
Avicel Starch RX
89