Anda di halaman 1dari 56

i

PEMERIKSAAN MOST PROBABLE NUMBER (MPN)


BAKTERI Coliform DAN Coli Tinja PADA JAMU GENDONG
YANG DIJUAL DI PASAR BESAR KOTA PALANGKARAYA

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Program Studi DIII Farmasi

OLEH :

SUNARDI
NPM :11.71.13181

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014

ii

ii

iii

iii

iv

iv

vi

RINGKASAN

Sunardi, 2014. Pemeriksaan Most Parbable Number (MPN) Bakteri Coliform dan
Coli Tinja Pada Jamu Gendong yang Dijual Di Pasar Besar Kota Palangka Raya.
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. Pembimbing (I) Dra. Hj. Agustinawati U, M.Si., Apt. dan
Pembimbing (II) Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H.,Apt.
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diminati
masyarakat karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan pemanfaatannya
cukup banyak, dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan
kondisi kesehatan. Pengolahannya dilakukan dengan cara merebus seluruh bahan
atau dengan mengambil sari yang terkandung dalam bahan baku, kemudian
mencampurkannya dengan air. Hal ini memungkinkan kurangnya waktu
perebusan air yang digunakan untuk pembuatan sehingga diduga dapat
menyebabkan tercemarnya jamu gendong yang diproduksi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pencemaran bakteri Coliform dan Coli tinja dan
kelayakan minum yang terdapat pada jamu Beras Kencur dan Brotowali yang
dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya dengan menggunakan metode Most
Probable Number (MPN).
MPN adalah metode pemeriksaan air yang dilakukan untuk mengetahui
kontaminasi akibat bakteri Coliform dan Coli tinja. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan ragam I (7 tabung). Pengamatan sampel yang positif dapat dilihat
dengan mengamati adanya kekeruhan dan gelembung gas pada sampel.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada uji praduga pada sepuluh sampel
terdapat enam sempel yang positif bakteri dan empat sampel yang negatif. Enam
sampel positif tersebut yaitu sampel A1, A2, A3, A5, B3, dan B5. Sampel yang
positif pada uji praduga dilakukan uji penegasan dengan menggunakan media Bile
Green Laktosa Broth (BGLB) di inkubasi pada suhu 37C dan 44C. Pada suhu
37C terdapat adanya gelembung gas pada sampel yaitu A1 Beras Kencur
menunjukan nilai MPN 10/100 ml, A2 Beras Kencur menunjukan nilai MPN
16/100 ml, A3 Beras Kencur menunjukan nilai MPN 16/100 ml, A5 Beras Kencur
menunjukan nilai MPN 4,4/100 ml, B3 Brotowali menunjukan nilai MPN 16/100
ml, dan B5 Brotowali menunjukan nilai MPN 27/100 ml dari hasil tersebut
menunjukkan jamu tersebut Positif mengandung bakteri golongan Coli
(coliform) dan pada suhu 44C yang menunjukan adanya gelembung gas pada
sampel yaitu A1 Beras Kencur menunjukan nilai MPN 7,5/100 ml, A2 Beras
Kencur menunjukan nilai MPN 10/100 ml, A3 Beras Kencur menunjukan nilai
MPN 16/100 ml, A5 Beras Kencur menunjukan nilai MPN 4,4/100 ml, B3
Brotowali menunjukan nilai MPN 6,7/100 ml, dan B5 Brotowali menunjukan nilai
MPN 6,7/100 ml dari hasil tersebut menunjukkan jamu tersebut Positif
mengandung bakteri golongan Coli fecal (Escherichia coli tinja). Dari hasil kedua
suhu tersebut dapat disimpulkan sampel A1, A2,A3, A5, B3, dan B5 sama-sama
mengandung bakteri Coliform dan Coli tinja. Sesuai standar baku mutu air minum
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010, pada parameter

vi

vii

mikrobiologi untuk bakteri Coliform dan Coli tinja kadar maksimum pada air
minum yang diperbolehkan ialah 0/100 ml sampel. Keenam sampel jamu gendong
yang positif tersebut tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat.
Kata Kunci : Jamu Gendong, Coliform, Coli Tinja dan Most Probable Number
(MPN).

vii

viii

LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin
Dan rendah hati saya ucapkan Puji dan Syukur atas karunia Allah
SWT yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya masih bisa
menyebut nama-Mu. Dengan keikhlasan dan cinta kasih, Karya Tulis
Ilmiah ini saya persembahkan untuk :
Bapak, Ibu dan keluarga ku, yang selalu memberikan semangat,
motivasi, saran Doa dan kasih sayang.
Dosen Pembimbing ku, Ibu Dra. Hj. Agustinawati U, M.Si.,
Apt dan ibu Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H.,Apt yang telah
memberikan

bimbingan

terbaik

dan

dorongan

dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


Buat

dosen-dosen

ku

yang

telah

sabar

mengajari

dan

membimbing ku dari awal aku duduk di bangku kuliah sampai


terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Sahabat seperjuanganku, Joni Tryatama, Teguh Widiantoro dan
kawan-kawan Farmasi angkatan 2011 terima kasih untuk canda
tawa,

semangat

dan

dukungan

yang

selalu

hadir

dalam

persahabatan kita. Mudah-mudahan ini takkan terhenti sampai


disini
Kampusku, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, tempat
ku menimba ilmu

viii

ix

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) Bakteri
Coliform dan Coli Tinja Pada Jamu Gendong yang Dijual Di Pasar Besar Kota
Palangka Raya dapat diselesaikan dengan baik. Kalimat serta sholawat selalu
teriringi Kepada Nabi Muhammad SAW atas bimbingan yang diberikan kepada
pengikut-pengikutnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Bulkani, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
2. Bapak dr. H. Ferry Iriawan, MPH, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu Rabiatul Adawiyah, S.Farm.,Apt, selaku Ketua Program Studi D-III
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
4. Ibu Dra. Hj. Agustinawati U, Apt.,M.Si, selaku pembimbing pertama dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ibu Rezqi Handayani., S.Farm.,M.P.H.,Apt, selaku pembimbing kedua dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
6. Dosen-dosen Program Studi D-III Farmasi yang dengan sabar memberikan
ilmu pengetahuan.
7. Orang tua tercinta, kakak, serta adik yang telah memberikan doa, bantuan
serta dorongan moril maupun material yang tak terhingga.
8. Teman-teman seperjuangan jurusan D-III Farmasi angkatan 2011, yang telah
mendukung dan membantu penulis hingga terselesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama pembacanya.

Palangka Raya, 19 Juli 2014

Sunardi
11.71.13181

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PENGUJIAN ................................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... v
RINGKASAN ................................................................................................. vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 3
C. Rumusan Masalah .................................................................... 3
D. Batasan Masalah....................................................................... 3

BAB II

E.

Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

F.

Manfaat Penelitian ................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional ....................................................................... 5
1. Pengertian Obat Tradisional............................................... 5
2. Pengelompokan Obat Tradisional ...................................... 5
B. Jamu ......................................................................................... 6
1. Pengertian Jamu ................................................................. 6
2. Tanaman Obat yang Berkhasiat Untuk Bahan Jamu.......... 6
3. Jenis-Jenis Jamu ................................................................. 9
4. Manfaat Jamu ..................................................................... 10

xi

xii

C. Persyaratan Kualitas Air Minum.............................................. 11


D. Kontaminasi Coliform dan Coli tinja ....................................... 12
E. Pemeriksaan Dengan Metode MPN ......................................... 14
F. Sterilisasi .................................................................................. 15
1. Sterilisasi Udara Panas ....................................................... 15
2. Sterilisasi Uap .................................................................... 15
3. Metode Sterilisasi Kimia .................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................... 18
B. Metode Penelitian..................................................................... 18
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 18
1. Populasi .............................................................................. 18
2. Sampel ................................................................................ 18
D. Instrumen Penelitian................................................................. 19
E.

Prosedur pemeriksaan Laboratorium ....................................... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ........................................................................ 23
B. Pembahasan .............................................................................. 25
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan .................................................................................. 29
B. Saran......................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Praduga MPN Pada Minuman Jamu Beras Kencur dan
Brotowali Dengan Media LBDS dan LBSS Pada Suhu 370C .. 23
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Penegasan MPN Pada Minuman Jamu Beras Kencur dan
Brotowali Dengan Media BGLB Pada Suhu 370C .............................. 24
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Penegasan MPN Pada Minuman Jamu Beras Kencur dan
Brotowali Dengan Media BGLB Pada Suhu 440C ............................. 25

xiii

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Prosedur Kerja ............................................................................. 32
Lampiran 2. Diagram Alir Penentuan Coliform dan Coli Tinja ...................... 35
Lampiran 3. Dokumentasi Gambar Hasil Penelitian ........................................ 36
Lampiran 4. Gambar kontrol Media Negatif .................................................... 39
Lampiran 5. Table MPN .................................................................................. 40
Lampiran 6. Data Penjual dan Waktu Pengambilan Sempel ........................... 41
Lampiran 7. Jadwal Penelitian ......................................................................... 42

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Salah satu bahan yang menunjang
kesehatan yaitu obat, Obat adalah bahan tunggal atau campuran yang
digunakan oleh semua mahluk

untuk bagian dalam maupun luar, guna

mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan. Obat terbagi menjadi dua


yaitu obat kimia dan obat tradisional. Obat kimia adalah obat yang dibuat
dengan menggunakan bahan dasar kimia, sedangkan obat tradisional adalah
obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan, atau hewan), yang
diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional (Syamsuni, 2006).
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat bahan
Indonesia No.HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004, Obat tradisonal dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan
Fitofarmaka.
Jamu merupakan salah satu obat tradisional yang diminati
masyarakat. Salah satu contohnya yaitu jamu gendong. Di Kota Palangka
Raya khususnya di Pasar Besar banyak terdapat pedagang jamu gendong.
Jamu gendong adalah obat tradisional dalam bentuk cair yang tidak
diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong dibuat dalam skala
industri rumah tangga yang menggunakan peralatan sederhana dan
memanfaatkan tenaga manusia pada pegolahannya. Berdasarkan kemajuan
jaman, sekarang ini jamu gendong tidak lagi hanya di gendong tetapi bisa
menggunakan sepeda atau motor untuk berjualan tetapi tetap disebut dengan
jamu gendong.

Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat


diminati masyarakat karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan
pemanfaatannya cukup banyak, dapat digunakan oleh berbagai kelompok
usia, jenis kelamin dan kondisi kesehatan. Pengolahannya dilakukan dengan
cara merebus seluruh bahan atau dengan mengambil sari yang terkandung
dalam bahan baku, kemudian mencampurkannya dengan air matang. Hal ini
memungkinkan kurangnya kebersihan selama proses pembuatan sehingga
diduga dapat menyebabkan tercemarnya jamu gendong yang diproduksi.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 661/Menkes/SK/VII/1994
Tentang Persyaratan Obat Tradisional mengatakan bahwa obat tradisional
untuk penggunaan sebagai obat dalam, perlu diwaspadai adanya bakteri
patogen. Bakteri patogen ialah semua bakteri yang dapat menyebabkan orang
menjadi sakit bila masuk kedalam tubuh, contoh bakterinya seperti,
Salmonella, E. coli, S. aureus, P. aeruginosa. Hygiene atau kebersihan
merupakan syarat penting bagi pembuat jamu gendong. Kesehatan dan
kebersihan pembuat jamu yang terjaga akan menjamin dihasilkannya jamu
yang bebas mikroba atau tidak tercemar.
Jenis-jenis jamu gendong yang sering dijual di Pasar Besar Kota
Palangka Raya antara lain beras kencur, kunyit asam, cabe puyang, brotowali,
pahitan, kunci suruh, dan kudu laos. Banyaknya jenis-jenis jamu yang dijual
di Pasar Besar Kota Palangka Raya mendorong peneliti melakukan observasi
terhadap penjual jamu mengenai jamu yang paling banyak dikonsumsi
masyarakat. Hasil observasi dari 5 penjual jamu, empat diantaranya
menyebutkan jamu Beras Kencur dan jamu Brotowali lebih banyak diminati
dibandingkan yang lain. Dari hasil observasi tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Pemeriksaan Most Probable Number (MPN)
Bakteri Coliform dan Coli Tinja Pada Jamu Gendong yang Dijual Di Pasar
Besar Kota Palangka Raya.

B. Identifikasi Masalah
1. Apakah minuman jamu gendong yang dijual di Pasar Besar Kota Palangka
Raya terdapat cemaran bakteri E. Coli (Coliform) dan Coli tinja ?
2. Jika ada, berapakah jumlah MPN (Most Probable Number) Coliform dan
Coli tinja pada minuman jamu gendong yang dijual di Pasar Besar Kota
Palangka Raya tersebut?
3. Apakah minuman jamu gendong yang dijual tersebut layak untuk
dikonsumsi sesuai standar baku mutu air minum?
C. Batasan Masalah
1. Penjual jamu gendong yang berjualan di Pasar Besar Kota Palangka Raya.
2. Dari 5 penjual jamu yang dijajakan, peneliti mengambil 2 macam sampel
dari tiap penjual yang sering dibeli oleh konsumen yaitu jamu Beras
Kencur dan jamu Brotowali.
3. Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi masalah pada pemeriksaan
MPN bakteri Coliform dan Coli tinja.
D. Rumusan Masalah
1. Minuman jamu gendong yang dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya
diduga terdapat cemaran bakteri Coliform dan Coli tinja.
2. Jumlah MPN Coliform dan Coli tinja yang terdapat pada minuman jamu
gendong yang dijual tersebut.
3. Kelayakan minuman jamu gendong yang dijual di Pasar Besar Kota
Palangka Raya.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk memeriksa adanya bakteri Coliform dan Coli tinja pada jamu
gendong yang dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya.
2. Memberikan informasi kepada penjual jamu mengenai bagaimana cara
pengolahaan jamu yang baik sehingga layak untuk dikonsumsi.

F. Manfaat Penelitian
1. Untuk melindungi masyarakat terhadap obat tradisional yang tidak

memenuhi syarat keamanan.


2. Memberikan informasi kepada masyarakat agar hati-hati dan selektif

dalam memilih jamu gendong yang aman untuk dikonsumsi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Tradisional
1. Pengertian Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat yang didapat dari bahan alam
(mineral, tumbuhan, atau hewan), yang diolah secara sederhana
berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional
(Syamsuni, 2006).
2. Pengelompokkan Obat Tradisional
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang
ketentuan pokok pengelompokkan dan penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia No.HK.00.05.4.2411 Tanggal 17 Mei 2004. Pengelompokkan
Obat Tradisional dibagi menjadi tiga, yaitu;
a. Jamu (Empirical based herbal medicine). Jamu adalah obat
tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk
serbuk seduhan, pil dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada
resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat
yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 510 macam bahkan
lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah
digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun
bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan
manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
b. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine) adalah
obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam
yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang

mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan


ekstrak. Ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitianpenelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat,
standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat
tradisional yang higienis dan uji toksisitas akut maupun kronis.
c. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) merupakan bentuk obat
tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan
uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat
juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
B. Jamu
1. Pengertian Jamu
Jamu merupakan minuman tradisional yang diramu khusus dari
tumbuh-tumbuhan tertentu untuk kesehatan manusia. Jamu dibuat dari
bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akarakaran), daun-daunan dan kulit batang, maupun buah. Dalam proses
pembuatannyapun, jamu diolah dengan cara tradisional yang sederhana
yaitu diolah dengan cara direbus dan kemudian diperas (Suharmiati,
2003).
2. Tanaman Obat yang Berkhasiat Untuk Bahan Jamu
Tanaman obat yang berkhasiat untuk bahan jamu gendong yaitu,
berbagai jenis tanaman berkhasiat banyak ditemukan di sekitar kita
sebagai tanaman apotek hidup atau tanaman obat keluarga, seperti yang
telah diuraikan dalam Suharmiati (2003), diantara jenis tanaman
berkhasiat yaitu antara lain :

a. Kunyit (Curcuma domestica), rimpang kunyit mengandung zat kuning


(curcumin), karbohidrat, protein, vitamin C, kalsium, fosfor, besi dan
lemak. Khasiatnya: menyembuhkan sakit perut (diare), radang,
tekanan darah tinggi, encok, gatal-gatal, zat anti bakteri.
b. Asam Jawa (Tamarindus indica Linn), buahnya mengandung asam
tatrat, asam sitrat, asam malat, gula invert dan semua yang berkhasiat
sebagai obat anti piretikum dan daun mudanya berkhasiat sebagai obat
rematik, memperlancar buang air besar dan memperlancar peredaran
darah.
c. Temulawak

(Curcuma

xanthorrhiza

Roxb),

tanaman

yang

dimanfaatkan yaitu akarnya, mengandung minyak atsiri dan kurkumin


yang berkhasiat sebagai obat diare, sembelit dan campuran resep-resep
obat.
d. Kencur (Kaemferia galanga L), merupakan tumbuhan berbatang basah
akar pendek tumpul menyerupai jari. Bagian tanaman yang berkhasiat
adalah rimpangnya karena mengandung minyak atsiri, berkhasiat
sebagai obat batuk, obat encok, sebagai campuran obat atau jamu,
ramuan pelangsing, penyegar, obat sakit kepala dan penghangat
badan.
e. Brotowali (Tinospora perculata Beumee), merupakan tanaman dengan
daun seperti jantung, daun hijau muda dan buah merah muda. Bagian
tanaman yang digunakan adalah batangnya. Tanaman mengandung
alkoloida, furanodeterpen (zat pahit). Dalam bentuk ramuan brotowali
digunakan untuk merangsang kerja pernafasan dan meningkatkan
pertukaran zat, sehingga dapat menurunkan panas. Kandungan
berberin untuk membunuh bakteri di bagian tubuh yang luka.
Kandungan bahan lain untuk menambah nafsu makan, dan
menurunkan kadar gula darah.
f. Pepaya (Carica pepaya Linn), Bagian yang digunakan adalah akar,
daun dan kulit batang. Kandungannya: alkoloid, saponin damar, enzim

proteontik papain yang berkhasiat sebagai obat demam, malaria,


disentri dan penambah nafsu makan.
g. Jahe (Zingeber officinale Rose), berkhasiat sebagai obat sakit kepala,
batuk kering, masuk angin, urat syaraf, anti peradangan dan sebagai
campuran obat.
h. Lempuyang (Zingeber americanus BL), mengandung minyak atsiri
yang berkhasiat untuk menambah nafsu makan.
i. Cabe Jawa (Piper retrofractum), tanaman ini mengandung: alkalida
(piperina, piridima), protein, karbohidrat, dan minyak atsiri.
Berkhasiat untuk mengobati perut kembung, muntah, tekanan darah
rendah dan demam.
j. Jeruk Nipis (Citrus aurantia L.), jeruk pecel , buah ini mengandung
asam

sitrat

6-7%,

airnya

berkhasiat

untuk

mendinginkan,

menghentikan diare dan sebagai seduhan.


k. Sirih (Piper bettle L.), bagian tanaman yang digunakan adalah
daunnya. Mengandung minyak atsiri, tannin, diastase, gula dan pati.
Daun dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan dan
kandungan minyak atsiri memiliki daya membunuh kuman, serta
membunuh fungi atau jamur.
l. Kapulaga (Amomum cardamomum Auct. Non L.), bagian tanaman
yang digunakan adalah buahnya karena mengandung minyak atsiri
sekitar 8% (yang terdiri dari sineol, terpineol, a-borneol), amilum 2040%, mangan, gula dan lemak. Banyak digunakan sebagai pencahar
dahak (ekspektoran), penambah aroma, obat encok, mules dan
demam.
m. Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees), bagian yang sering
digunakan adalah daun dan batang. Berkhasiat untuk penyakit darah
tinggi, anti racun dan menurunkan kadar glukosa darah.
n. Manis Jangan (Cinnamomum Burmabi B.L), bagian yang sering
digunakan adalah kulit batang dan cabang dari tanaman ini.
Mengandung

minyak

atsiri

sekitar

0,8%,

sinamilaldehida,

bornilasetat, sinamilasetat, borneol dan simen. Berkhasiat untuk


mengatasi keadaan keringat yang tidak lancar (Diaforetika), keadaan
mules kurang lancar keluarnya angin (Karminativa), sebagai obat
gosok (Antiiritansia).
o. Jinten (Carum Carvi L.), bagian yang digunakan adalah buahnya.
Buah tanaman adas ini mengandung minyak atsiri 3-7%, karvon
sekitar 6%, limonene tidak kurang dari 40%, dihidrokarvon, karveol,
dihidrokarveol, asetaldehida, furol, minyak lemak sekitar 10% serta
zat putih telur sekitar 20%. Berkhasiat untuk mengatasi Karminativa.
p. Adas (Foenicum vulgare Mill), bagian yang digunakan adalah buah
yang masak. Buah adas ini mengandung minyak atsiri 6%, anetol,
dipenin, filandren, minyak lemak sekitar 12%. Berkhasiat untuk
mengatasi Karminativa, obat mules dan sebagai obat gosok bagi anakanak yang masuk angin.
3. Jenis-jenis jamu
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami yang berasal dari alam. Dari
keaslian bahannya tersebut jamu dikenal juga dengan obat herbal. Bahanbahan alami inilah yang menyebabkan jamu memiliki berbagai macam
jenisnya. Jenis jamu yang biasanya dijajakan para penjual jamu antara
lain beras kencur, kunyit asam, cabe puyang, brotowali, pahitan, kunci
suruh, kudu laos dan uyup-uyup/gepyokan. Hampir semua penjual jamu
menyediakan seluruh jenis jamu ini. Masing-masing jenis jamu disajikan
untuk diminum tunggal atau dicampur satu jenis jamu dengan jenis yang
lain. Penjual jamu selain menyediakan jamu buatan sendiri juga
menyediakan jamu serbuk atau pil hasil produksi industri jamu. Jamu
tersebut diminum dengan cara diseduh air panas, kadang-kadang
dicampur jeruk nipis, madu, kuning telur dan selanjutnya minum jamu
kecutan atau kunir asam sebagai penyegar rasa (Wikanjati, 2010).

10

4. Manfaat Jamu
Manfaat dari jamu-jamu tersebut adalah:
a. Beras kencur yang terbuat dari bahan dasar beras dan kencur
bermanfaat untuk menghilangkan pegal-pegal pada tubuh dan mampu
meningkatkan nafsu makan.
b. Pahitan/brotowali yang terbuat dari bahan dasar sambiloto dan
brotowali bermanfaat untuk penyakit gatal-gatal, kencing manis, cuci
darah, kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan
kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal dan pusing.
c. Kunir asam yang terbuat dari bahan dasar asam dan kunyit (kunir)
bermanfaat untuk memperlancar haid, menghindarkan dari panas
dalam atau sariawan,serta membuat perut menjadi dingin.
d. Cabe puyang yang terbuat dari bahan dasar cabe jawa dan puyang
bermanfaat untuk menghilangkan pegal dan linu-linu di tubuh,
terutama pegal-pegal dipinggang. Jamu cabe puyang mengandung
banyak zat besi dan berkhasiat untuk menambah butiran darah merah
bagi yang kurang darah dan anemia.
e. Suruh yang terbuat dari bahan dasar daun sirih bermanfaat untuk
mengobati keluhan keputihan (fluor albus), untuk merapatkan bagian
intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim
dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi.
f. Uyup-uyup/gepyokan yang terbuat dari bahan dasar kencur, jahe,
bangle, laos, kunir, temulawak, puyang dan temugiring bermanfaat
untuk meningkatkan produksi air susu ibu.
g. Temulawak berkhasiat mengatasi sembelit, melancarkan ASI, sakit
perut, menambah nafsu makan, menurunkan panas, jerawat dan lainlain.
h. Kecutan yang terbuat dari bahan dasar asam dan gula biasanya
digunakan untuk penawar rasa pahit sehabis minum jamu yang berasa
pahit.

11

i. Anggur terbuat dari biji mentol yang berupa garam kristal mentol yang
berfungsi untuk penyegar, penghangat badan dan melegakan
tenggorokan.
j. Legen adalah jamu yang terbuat dari rebusan air dan gula merah saja,
berfungsi untuk penawar atau penghilang rasa pahit setelah meminum
jamu yang pahit
(Wikanjati, 2010).
Setiap jamu memiliki fungsi masing-masing dan antara jamu yang
satu dengan jamu yang lain akan memberikan efek dan rasa yang
berbeda. Jika dalam pengkonsumsian jamu, ada suatu pencampuran
antara jamu yang satu dengan jamu yang lain, tidak lain hanya untuk
memperoleh manfaat yang lebih dari pengkonsumsian jamu tersebut
(Wikanjati, 2010).
C. Persyaratan Kualitas Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
492/menkes/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum dapat digolongkan
dengan empat syarat:
1. Syarat fisik
Air minum tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
2. Syarat kimia
Air tidak mengandung bahan anorganik, pestisida dan bahan sampingan
lainnya diatas batas ketentuan maksimal. Dengan batas minimum dan
maksimum pH (6,5-8,5), hingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Syarat bakteriologis
Dengan batas kandungan dari E. coli atau faecal coli didalam 100 ml
sampel air sebanyak 0 (tidak ada). Dan batas kandungan Total Bakteri
Coliform didalam 100 ml air adalah sebanyak 0 (tidak ada).

12

4. Syarat radioaktif
Nilai Gross alpha activity adalah 0,1 bq/liter dan nilai Gross beta activity
adalah 1 bq/liter, dan ketentuannya agar tidak melebihi batas yang telah
ditentukan dan kontaminasi radioaktif lainnya.
D. Kontaminasi Coliform dan Coli tinja
Golongan bakteri Coliform merupakan jasad indikator di dalam
substrat air, bahan makanan, dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya
yang mempunyai ciri-ciri berupa gram negatif berbentuk batang, tidak
membentuk spora dan mampu memfermentasi kaldu laktosa pada temperatur
37C dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 24-48 jam (Suriawiria,
2008).
Bakteri Coliform merupakan flora normal pada usus manusia dan
hewan, tetapi akan menjadi patogen bila diluar saluran pencernaan, saluran
kemih, pada selaput otak yang akan menyebabkan radang, terutama pada
individu yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya bayi, orang
lanjut usia dan orang-orang yang baru sembuh dari sakit (Nugroho, 2006).
Bakteri Coliform mampu tumbuh pada media yang mengandung
garam empedu, dimana garam empedu mampu menghambat bakteri gram
negatif lain yang mungkin ada. Sehingga media yang mengandung garam
empedu digunakan sebagai media pemupuk selektif, misalnya MC Conkey
Broth (MCB), Lactose Broth (LB) dan media-media selektif lainnya. Pada
media cair yang mengandung laktosa, bakteri Coliform dapat tumbuh subur,
menimbulkan gas dan tampak kekeruhan (Pelezhar dan Chan, 1998).
Kecepatan

bakteri

Coliform

memecah

laktosa

menentukan

patogenitasnya, makin cepat fermentasinya makin besar daya patogenitasnya.


Bakteri Coliform berdasarkan kecepatannya memecah laktosa, dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Kelompok yang memfermentasi laktosa dengan cepat, terdiri dari
Escherichia coli, Klebsiella dan Enterobacter.

13

2. Kelompok yang memfermentasi laktosa lambat, terdiri dari Serratia,


Citrobucter, Erwinia dan Paracolon.
Bakteri

Coliform

termasuk

dalam

family

Enterobactericeae.

Kebanyakan anggota dari family Enterobactericeae mempunyai flagella


monotrikat, kecuali Shigella yang tidak mempunyai flagella. Jenis
Enterobacterichia, Enterobactericeae (dahulu disebut Aerobacter) dan
Klebsiella disebut bakteri coli (Coliform) dan sering digunakan dalam uji
sanitasi air dan susu. Spesies Enterobacter misalnya E. aerogenes disebut
Coliform non fecal karena tidak mempunyai flora normal di dalam saluran
pencernaan, melainkan ditemukan pada saluran pernapasan dan usus. Salah
satu spesiesnya, yaitu K. pneumonia dapat menyebabkan pneumonia pada
manusia. Jenis Escherichia hanya memiliki satu spesies yaitu E. Coli, dan
disebut Coliform fecal karena ditemukan dalam saluran usus hewan dan
manusia, sehingga sering terdapat dalam feses. Coliform fecal (Coli Tinja)
dapat hidup pada suhu 420C 440C. Bakteri ini sering digunakan sebagai
indikator kontaminasi kotoran. Coliform fecal (Coli Tinja)

dapat

menyebabkan berbagai infeksi antara lain diare, infeksi pada saluran kencing,
dan meningitis (Nugroho, 2006).
Klasifikasi

Bakteri

Escherichia

coli

berdasarkan

sifat-sifat

virulensinya adalah sebagai berikut :


1. Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC), dapat menyebabkan diare dan
tidak menghasilkan toksin.
2. Entero Invasive Escherichia Coli (EIEC), merupakan tipe yang
mempunyai daya invatif, sehingga menimbulkan gejala penyakit seperti
disentri. Tipe ini tidak memproduksi enterotoksin.
3. Entero Toxigenic Escherichia Coli (ETEC), tipe ini menghasilkan 2
macam enterotoksin, yaitu:
a. Enterotoksin yang tidak tahan panas, toksin ini akan hilang
toksinitasnya pada pemanasan 60C selama 30 menit.
b. Enterotoksin yang tahan panas, toksin ini tahan terhadap pemanasan
sampai dengan 100C.

14

4. Entero Hemorragic Escherichia Coli (EHEC), memproduksi verotoksin


yang sifatnya hampir sama dengan toksin sehingga yang diproduksi oleh
strain Shigella dysentreriae. Serotipe E.coli yang memproduksi verotoksin
yaitu EHEC 0157:H7. Verotoksin yang dihasilkan menghancurkan dinding
mukosa dan menyebabkan perdarahan.
5. Entero Agregative Escherichia Coli (EAEC), dapat menyebabkan diare
akut dan kronik (jangka waktu lebih dari 14 hari) dengan cara melekat
pada mukosa intestinal, menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin,
sehingga terjadi kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus
dan terjadinya diare.
E. Pemeriksaan dengan metode MPN
Metode MPN (Most Probable Number) umumnya digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri
Coliform yang merupakan kontaminan. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram
negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa
menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37
C. Penentuan Coliform Fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana dari
pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri Coliform Fecal
adalah, Esherichia Coli (Arthur dalam Isti, 2010).
Uji Coliform fecal secara lengkap meliputi uji penduga, uji penguat,
dan uji lengkap. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung MPN
(Most Probable Number) Coliform secara sensitif didalam minuman yaitu
metode 7 tabung dan 15 tabung (Imam et all, 1999).
Dalam uji Coliform Fecal menggunakan media LBDS (Laktosa Broth
Dauble Strecht), LBSS (Laktosa Broth Single Strecht) dan BGLB (Bile
Green Laktosa Broth). Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat zat makanan /nutrisi yang diperlukan untuk menumbuhkan suatu
mikroorganisme dengan syarat-syarat tertentu.

15

F. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua
jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi,
bakteri, mycoplasma virus) yang terdapat pada atau di dalam suatu benda
(Pratiwi, 2008).
Jenis-jenis sterilisasi yaitu:
1. Sterilisasi udara panas
Proses sterilisasi udara panas dilakukan dengan udara yang yang
dipanaskan dalam sterilisator udara panas (oven) pada daerah suhu 1602000C. Waktu sterilisasi (waktu kerja) yaitu 1 jam pada suhu 1800C.
Daerah penggunaannya ditujukan untuk sterilisasi alat dan instrument
yang bahannya tahan pemanasan (pipet, Erlenmeyer). Metode ini tidak
dapat digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau plastik.
Sterilisator udara panas adalah alat berbentuk lemari, yang memiliki ruang
sterilisasi persegi empat. Sebuah pemanas elektris umumnya berada
dibawah ruang yang dipakai, sehingga udara masuk yang muncul dari
bawah kebagian ini, menjamin terjadinya distribusi panas yang baik. Suhu
tersebut dapat diatur secara langsung.
2. Sterilisasi uap
Pada sterilisasi uap umumnya digunakan uap air bebas udara jenuh
bertekanan tinggi. Sterilisasi tersebut berlangsung dalam sterilisator uap
(autoklaf) pada daerah suhu 110-1400C. Waktu sterilisasi (waktu kerja)
yaitu 15 menit pada suhu mencapai 1210C. Sterilisasi uap berdasar atas
prinsip fisika berikut: titik didih air telah dikenal bergantung dari tekanan
udara, sehingga air mendidih dalam wadah terbuka pada tekanan 0,1 MPa
(760 mm Hg) dan suhu 1000C kemudian berubah menjadi uap. Prinsip
dasar kerja autoklaf adalah udara di dalam bejana sterilisasi diganti dengan
uap jenuh dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau
penutup khusus (Voigt, 1995)
3. Metode Sterilisasi Kimia

16

Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan yang rusak


bila disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari plastik).
Kekuatan

agen

antimikroba

kimiawi

diklasifikasikan

atas

dasar

efisiensinya dalam membunuh mikroorganisme. Metode sterilisasi kimia


dapat dilakukan dengan menggunakan gas (dengan cara fumigasi atau
pengasapan) atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
untuk sterilisasi gas yaitu:
1. Etilenoksida, merupakan gas yang tidak berwarna, reaktif, dan dapat
membentuk campuran eksplosif dengan udara dalam konsentrasi mulai
dari 3% volume. Untuk pembebasan kuman umumnya digunakan
campuran etilenoksida-karbondioksida. Yang paling umum di pakai
adalah campuran 90% volume etilenoksida dan 10% volume
karbondioksida. Etilenoksida efektif sebagai pembasmi kuman dalam
konsentrasi sekurang-kurangnya 800 mg/liter. Dalam konsentrasi ini
mereka mampu membunuh bakteri, jamur, virus dan juga spora.
2. Formaldehida, disarankan dalam bentuk campuran gas-udara pada
konsentrasi 1,6-2,0 mg/liter untuk mensterilkan material wadah dan
penutup. Keuntungannya adalah bahwa campuran gas tersebut tidak
mudah terbakar dan rendahnya kecenderungan absorsinya pada bahan
sintetis.
3. Asam parasetat (asam peroksietan), merupakan larutan untuk sterilisasi
instrument dan alat medis yang atas dasar sifat materinya tidak dapat
dibebaskan kuman secara konvensional, khususnya pada alat yang
berkarat. Asam parasetat untuk membebaskan kuman digunakan
larutan dengan konsentrasi 0,14; 0,2 atau 0,4 prosen, dimana waktu
kerjanya paling tidak ditentukan dengan suatu indikator sterilisasi.
(Voigt, 1995)
Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan dengan penggunaan
cairan disinfektan berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik dan
alkohol. Desinfektan cair memiliki daya antimikroba yang lebih rendah
dibandingkan metode sterilisasi yang lain. Bakteri pembentuk spora

17

dan beberapa virus resisten terhadap sterilisasi dengan metode ini.


Penggunaan disinfektan cair sebagai alat sterilisasi juga perlu
mempertimbangkan toksisitasnya pada pengguna. Disinfektan yang
telah diencerkan dapat digunakan untuk disinfeksi ruangan dan
peralatan

sebelum

sterilisasi

atau

disinfeksi

media

sebelum

pembuangan. Macam disinfektan cair, misalnya fenol dan turunannya,


biguanidin, halogen, klorin dan alkohol (Pratiwi, 2008).

18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 15 April sampai
22 Juli tahun 2014 dengan lokasi pengambilan sampel di Pasar Besar Kota
Palangka Raya. Pemeriksaan dan pengamatan sampel dilakukan di
Laboratorium

Mikrobiologi

Fakultas

Ilmu

Kesehatan

Universitas

Muhammadiyah Palangkaraya.
B. Metode Penelitian
Metode pendekatan peneliti adalah metode penelitian eksperimen.
Metode penelitian eksperimen adalah kegiatan percobaan yang bertujuan
untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari
adanya perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2010).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
minuman jamu gendong yang dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya,
berdasarkan observasi awal penjual jamu gendong sebanyak 5 penjual.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh obyek yang diteliti.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling yaitu
mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2010).
Sampel yang digunakan adalah jamu yang dibeli dari 5 penjual jamu
gendong yang dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya. Berdasarkan
observasi awal jamu gendong yang sering dikonsumsi masyarakat adalah
jamu Beras Kencur dan Brotowali, oleh karena itu pada penelitian ini
peneliti menggunakan jamu Beras Kencur dan Brotowali sebagai sampel
penelitian.

18

19

D. Instrumen Penelitian
1. Alat
a. Autoklaf
b. Bola hisap/filler
c. Botol semprot
d. Erlenmeyer volume 500 ml, 1000 ml
e. Inkubator
f. Kompor listrik
g. Lampu spiritus
h. Ose
i. Pipet volume 10 ml, 5 ml, 1 ml
j. Tabung durham
k. Tabung reaksi ukuran 2x30 cm
l. Rak tabung reaksi
m. Timbangan
2. Bahan
a. Aquades
b. Media BGLB (Bile Green Laktosa Broth)
c. Media LBDS (Laktosa Broth Dauble Strecht)
d. Media LBSS (Laktosa Broth Single Strecht)
e. Sampel jamu Beras Kencur dan jamu Brotowali
E. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
1. Pengambilan sampel
a. Botol sampel yang telah steril lehernya didekatkan dengan api bunsen
sambil diputar.
b. Dalam waktu cepat masukkan sampel kedalam botol sampel yang telah
diberi nama tertentu.
c. Setelah terisi
(Bridson,1998).

90 %

tutup kembali botol sampel tersebut

20

2. Pembuatan media LBSS (Laktosa Broth Single Strecht) dan LBDS


(Laktosa Broth Double Strecht)
Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB)
a. Ditimbang 3,25 gram media Laktosa Broth, masukkan kedalam
Erlenmeyer yang berukuran 500 ml
b. Dilarutkan dengan aquades sebanyak 250 ml dan ukur pH 6,9
c. Kemudian dipanaskan hingga mendidih, tuangkan masing-masing
kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml (pakai tabung durham dalam
posisi terbalik)
d. Ditutup dengan kapas dilapisi alumunium foil
e. Sterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit dengan temperatur 121C
f. Bila bahan sudah steril maka ditandai dengan perubahan warna autoklaf
tipe indikator menjadi berwarna cokelat.
g. Angkat bahan dari autoklaf, biarkan dingin sampai pada suhu kamar
(15-30C )
h. Disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8C.
i. Untuk pembuatan LBDS dilakukan dengan cara yang sama hanya
penimbangan bahannya dua kali lipat (Bridson, 1998).
3. Pembuatan media BGLB (Bile Green Laktosa Broth)
a. Dibersihkan meja kerja, kemudian disterilkan dengan alkohol.
b. Timbangan neraca dibuat seimbang terlebih dahulu pada posisi nol
c. Kemudian disiapkan tabung reaksi yang didalamnya sudah diisi dengan
tabung durham
d. Ditimbang media BGLB sebanyak 32 gram, masukkan kedalam labu
Erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquades 800 ml, aduk sampai
homogen.
e. Kemudian dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml, tutup dengan
kapas steril dilapisi dengan alumunium foil.

21

f. Dimasukkan ke dalam besek (keranjang), ikat dan tutup dengan kertas


cokelat atau alumunium foil, pada kertas ditulisi BGLB, tanggal dan
bulan pembuatan.
g. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit, setelah
selesai kemudian dinginkan (Bridson, 1998).
4. Cara pemeriksaan
A. Test praduga (Presumtive Test)
Test praduga dengan menggunakan metode MPN (Most
Probable Number) ragam I (5 : 1 : 1) 7 tabung, adalah sebagai berikut :
a. Disiapkan 5 tabung LBDS (Laktosa Broth Dauble Strecht) dan 2
tabung LBSS (Laktosa Broth Single Strecht) yang didalamnya sudah
diisi dengan tabung durham dalam posisi terbalik.
b. Sampel uji dikocok sampai homogen.
c. Kemudian 5 tabung LBDS masing-masing diinokulasi dengan 10 ml
sampel, 1 tabung LBSS diinokulasi dengan 1 ml sampel dan 1
tabung LBSS diinokulasi dengan 0,1 ml sampel.
d. Kemudian semua tabung LBDS dan LBSS yang berisi sampel
diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 - 48 jam (Nugroho 2006).
B. Test Penegasan (Confirmative Test)
Test ini menggunakan media BGLB (Bile Green Laktosa Broth).
Test ini dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan.
a. Dari setiap tabung yang menunjukkan gas positif pada uji
presumtive, dikocok dan masing-masing diambil 1-2 ose.
b. Kemudian diinokulasi pada tabung BGLB setelah itu tabung BGLB
diinkubasi pada suhu 37C dan 44C selama 24 48 jam.
c. Diamati terbentuknya gas pada setiap tabung jumlah tabung BGLB
yang positif gas dicatat dan hasilnya dirujuk ke tabel MPN 1.

22

d. Angka yang diperoleh dari tabel menunjukkan MPN Coliform dan


Coli Tinja per 100 ml contoh sampel uji (Nugroho, 2006).

23

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan pada 10 sampel jamu gendong
dari lima penjual jamu yang berjualan di Pasar Besar Kota Palangka Raya
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Data Hasil Uji Praduga MPN (Most Probable Number) Pada
Minuman Jamu Beras Kencur dan Brotowali dengan media
LBDS dan LBSS pada suhu 37C.

No

Kode

Jenis Sampel

Hasil Uji Praduga


10 ml

1 ml

0,1 ml

Keterangan

A1

Beras Kencur

Positif

B1

Brotowali

Negatif

A2

Beras Kencur

Positif

B2

Brotowali

Negatif

A3

Beras Kencur

Positif

B3

Brotowali

Positif

A4

Beras Kencur

Negatif

B4

Brotowali

Negatif

A5

Beras Kencur

Positif

10

B5

Brotowali

Positif

23

24

Sampel yang menunjukkan hasil positif pada uji praduga dilanjutkan


dengan uji penegasan menggunakan media BGLB dan di inkubasi pada
inkubator pada suhu 37C dan 44C.
Tabel 2. Data Hasil Uji Penegasan MPN (Most Probable Number) Pada
Minuman Jamu Beras Kencur dan Brotowali dengan media
BGLB pada suhu 37C.

No

Kode

Jenis
Sampel

Hasil Uji Praduga


10 ml

1 ml

0,1 ml

MPN
/100
ml

Keterangan

A1

Beras
Kencur

10

Positif

A2

Beras
Kencur

16

Positif

A3

Beras
Kencur

16

Positif

B3

Brotowali

16

Positif

A5

Beras
Kencur

4,4

Positif

B5

Brotowali

27

Positif

25

Tabel 3. Data Hasil Uji Penegasan MPN (Most Probable Number) Pada
Minuman Jamu Beras Kencur dan Brotowali dengan media
BGLB pada suhu 44C.

No

Kode

Jenis
Sampel

Hasil Uji Praduga


10 ml

1 ml

0,1 ml

MPN
/100
ml

Keterangan

A1

Beras
Kencur

7,5

Positif

A2

Beras
Kencur

10

Positif

A3

Beras
Kencur

16

Positif

B3

Brotowali

6,7

Positif

A5

Beras
Kencur

4,4

Positif

B5

Brotowali

6,7

Positif

B. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan air minum yang bertujuan
untuk mengetahui kualitas dari air minum tersebut. Penentuan kualitas air
minum secara mikrobiologi dapat dilakukan berdasarkan analisis kehadiran
golongan bakteri Coli. Dalam pemeriksaan kualitas air minum pada
penelitian ini digunakan jamu gendong, jamu gendong merupakan minuman
tradisional yang diramu khusus dari tumbuh-tumbuhan tertentu untuk
kesehatan manusia. Jamu gendong juga sangat sering dikonsumsi karena
harganya murah dan banyak dijual.
Sebelum dilakukan penelitian ini proses yang pertama kali harus
dilakukan peneliti adalah melakukan sterilisasi pada alat-alat dan media yang

26

akan digunakan. Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis


mikroorganisme yang terdapat pada suatu benda. Sterilisasi alat pada
penelitian ini menggunakan oven dengan waktu 1 jam pada suhu 1800C,
sedangkan untuk sterilisasi media menggunakan autoklaf dengan waktu 15
menit pada suhu 1210C. Prinsip kerja autoklaf itu sendiri yaitu udara didalam
bejana sterilisasi diganti dengan uap jenuh dan hal ini dicapai dengan
menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.
Penelitian pemeriksaan terhadap jamu gendong ini dilakukan uji
mikroba dengan metode MPN, metode MPN umumnya digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri khususnya untuk bakteri Coliform dan Coli tinja.
Bakteri Coliform merupakan indikator alami baik didalam air yang tampak
jernih maupun air kotor yang berasal dari tanah dan air itu sendiri, sedangkan
bakteri Coli tinja merupakan bakteri yang berasal dari saluran pencernaan
manusia.
Dalam metode MPN ini digunakan pemeriksaan dengan dua tahap test
yaitu test praduga dan test penegasan. Test praduga dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan 7 tabung reaksi yang berisi sampel dan
media LBDS dan LBSS untuk masing-masing sampel yang diinkubasi selama
2x24 jam pada suhu 370C, sedangkan untuk test penegasan yaitu
menggunakan hasil yang positif dari test perkiraan dengan menggunakan dua
pasang seri untuk suhu 370C dan 440C yang diinkubasi selama 2x24 jam.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian pemeriksaan air
minum terhadap jamu gendong ini adalah 10 sampel yang diambil dari 5
penjual jamu yang berjualan di Pasar Besar Kota Palangka Raya. Sampel
yang digunakan yaitu Beras Kencur dan Brotowali, alasan digunakannya
Beras Kencur dan Brotowali sebagai sampel yaitu karena menurut obserpasi
yang dilakukan peneliti Beras Kencur dan Brotowali sering dikonsumsi oleh
masyarakat karena bisa menghilangkan pegal-pegal pada tubuh, mampu
meningkatkan nafsu makan, menghilangkan bau tubuh, dan menurunkan
kolestrol.

27

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kontrol media negatif


dengan perlakuan tanpa menggunakan sampel. Tujuan digunakannya kontrol
media negatif yaitu untuk memastikan hasil penelitian yang positif tercemar
bakteri Coliform dan Coli tinja itu benar-benar berasal dari sampel bukan dari
media atau cara pengerjaannya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasilnya yaitu dari 10
sampel yang digunakan pada test penduga menggunakan media LB, terdapat
6 sampel yang positif dan 4 sampel yang negatif. 6 sampel yang positif yaitu
sampel A1, A2, A3, A5, B3, dan B5, sampel yang positif bisa dilihat dari
adanya kekeruhan dan gelembung gas pada tabung durham. Setelah
dilakukan test perkiraan lalu sampel yang positif dilanjutkan dengan test
penegasan menggunakan dengan dua suhu yang berbeda yaitu 37C dan
44C. Dari kedua suhu tersebut didapatkan hasil yang positif dengan nilai
MPN nya yaitu pada suhu 37C sampel yang positif adalah sampel A1 Beras
Kencur menunjukkan nilai MPN 10/100 ml, A2 Beras Kencur menunjukkan
nilai MPN 16/100 ml, A3 Beras Kencur menunjukkan nilai MPN 16/100 ml,
A5 Beras Kencur menunjukkan nilai MPN 4,4/100 ml, B3 Brotowali
menunjukkan nilai MPN 16/100 ml, dan B5 Brotowali menunjukkan nilai
MPN 27/100 ml, dari hasil tersebut menunjukkan jamu tersebut positif
mengandung bakteri golongan Coli (coliform). Sedangkan pada suhu 440C
sampel yang positif adalah sampel A1 Beras Kencur menunjukkan nilai MPN
7,5/100 ml, A2 Beras Kencur menunjukkan nilai MPN 10/100 ml, A3 Beras
Kencur menunjukkan nilai MPN 16/100 ml, A5 Beras Kencur menunjukkan
nilai MPN 4,4/100 ml, B3 Brotowali menunjukkan nilai MPN 6,7/100 ml, B5
Brotowali menunjukkan nilai MPN 6,7/100 ml, dari hasil tersebut
menunjukkan jamu tersebut positif mengandung bakteri golongan Coli fecal
(Escherichia coli tinja).
Hal ini menandakan bahwa 6 dari 10 sampel jamu gendong yang di
uji tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena menunjukan hasil
positif Coliform dan Coli tinja, apabila jamu positif Coliform dan Coli tinja
berarti air yang digunakan untuk pembuatan jamu tetap direbus tetapi tidak

28

sampai mendidih sehingga bakteri Coliform dan Coli tinja tidak mati ketika
waktu perebusan, karena untuk bakteri Coliform bisa bertahan hidup pada
suhu 370C sedangkan Coli tinja pada suhu 440C. Hal ini terjadi karena
penjual jamu kurang memperhatikan kebersihan dalam mengolah jamu dan
belum memahami cara pembuatan jamu yang baik. Untuk mendapatkan jamu
yang baik, aman dan terhindar dari pencemaran bakteri maka perlu
diperhatikan kebersihan dan sanitasi saat pengolahan atau pembuatan jamu
gendong.
Standar baku mutu Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, bahwa air untuk
minum seharusnya tidak mengandung bakteri patogen dan kadar maksimum
E. coli pada air minum adalah 0/100 mL sampel. Maka sampel jamu dengan
kode A1, A2, A3, A5, B3, dan B5, membuktikan bahwa enam dari sepuluh
sampel jamu gendong yang positif tersebut tidak layak untuk dikonsumsi
masyarakat.

29

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil penelitian saya yang berjudul Pemeriksaan Most Probable
Number (MPN) Bakteri Coliform dan Coli Tinja Pada Jamu Gendong yang
Dijual Di Pasar Besar Kota Palangka Raya dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemeriksaan dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN)
pada jamu gendong yang dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya positif
terkontaminasi bakteri Coliform dan Coli tinja yaitu sampel A1, A2, A3,
B3, A5, dan B5.
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti memberikan informasi
kepada si penjual tentang cara pengolahan jamu yang baik yaitu dengan
memberitahukan kalau dalam proses perebusan air jamu itu harus sampai
mendidih dan waktu pendidihan dipertahankan 5-10 menit supaya bakteri
yang ada pada air jamu tersebut bisa mati ketika perebusan.
B. Saran
1. Bagi pembuat jamu gendong hendaknya dapat lebih meningkatkan sanitasi
dan hygiene dalam penanganan bahan baku, proses pengolahan dan
penyajian sehingga dapat menghasilkan produk jamu yang lebih aman dan
bermutu.
2. Kepada konsumen atau pelanggan jamu gendong, hendaknya dapat lebih
berhati-hati dalam membeli atau mengkonsumsi jamu gendong tersebut.
3. Kepada pemerintah atau lembaga terkait terutama Balai Pengawasan Obat
dan Makanan Provinsi Kalimantan Tengah hendaknya melakukan suatu
upaya pembinaan dan pengawasan kepada para pembuat dan penjual jamu
gendong untuk lebih meningkatkan sanitasi dan hygiene dalam
penanganan bahan baku, proses pengolahan dan proses penyajian sehingga
kualitas jamu gendong meningkat dan lebih aman untuk dikonsumsi.

30

DAFTAR PUSTAKA

Arthur dalam Isti, 2010. Analisis Mikrobiologi Pada Makanan. Yogyakarta.


Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pdf. (/;/;p. diakses
tanggal 12 Februari 2014)
BPOM. 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
No.HK.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan
Penandaan Obat Bahan Indonesia. Jakarta
E.Y. Bridson. 1998. The Oxoid Manual.Compiled. Hal : 2-176, pdf. (sst-web. tees.
ac. Uk /external /u 0003076 /Food_micro /oxoid manual. Pdf. diakses
tanggal 4 Mei 2014).
Imam et all, 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Penerbit Alumni. Bandung.
KepMenKes RI. 1994. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta
KepMenKes RI. 2009. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tentang
Kesehatan. Jakarta
KepMenKes RI. 2010. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
492/menkes/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Jakarta
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Pelezar, M.J dan E.C.S Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I, terjemahan
Ratna Siri, dkk. Universitas Indonesia. Jakarta.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga Medical Series. Jakarta
Suharmiati. 2003. Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong. Penerbit
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air . Penerbit P.T Alumni. Bandung.
Syamsuni , H.A. 2006. Ilmu resep. Buku kedokteran. Jakarta.

31

Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada Universitas Press.


Yogyakarta.
Wikanjati, A. 2010. Jamu Godhog Ces Pleng. Medpress. Yogyakarta.

32

Lampiran 1. Prosedur Kerja


1. Pengambilan sampel
Botol sampel yang telah steril lehernya didekatkan dengan api Bunsen sambil
diputar.

Dalam waktu cepat masukkan sampel kedalam botol sampel yang telah diberi
nama tertentu.

Setelah terisi 90 % tutup kembali botol sampel tersebut


2. Pembuatan Media LBSS (Laktosa Broth Single Strecht) dan LBDS
(Laktosa Broth Double Strecht)
Ditimbang 3,25 gram media Laktosa Broth, masukkan kedalam Erlenmeyer
yang berukuran 500 ml

Dilarutkan dengan akuades sebanyak 250 ml dan ukur pH 6,9

Kemudian dipanaskan hingga mendidih, dibagikan kedalam masing-masing


tabung reaksi sebanyak 5 mL (pakai tabung durham dalam posisi terbalik)

Ditutup dengan kapas dilapisi alumunium foil

Sterilkan didalam autoklaf selama 15 menit dengan temperatur 121C

Bila bahan sudah steril maka ditandai dengan perubahan warna autoklaf tips
indikator menjadi berwarna cokelat.

Angkat bahan dari autoklaf biarkan dingin sampai pada suhu kamar (15-30C)

Untuk pembuatan LBDS dilakukan dengan cara yang sama hanya


penimbangan bahannya dua kali lipat.

32

33

3. Pembuatan Media BGLB (Bile Green Laktosa Broth)


Dibersihkan meja kerja, kemudian disterilkan dengan alkohol.

Timbangan neraca dibuat seimbang terlebih dahulu pada posisi nol

Sebelum digunakan, autoklaf diisi dengan air.

Kemudian disiapkan tabung reaksi yang di dalamnya sudah diisi dengan


tabung durham

Ditimbang media BGLB sebanyak 32 gram, masukkan kedalam labu


Erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquades 800 ml, aduk sampai
homogen.

Kemudian dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL, tutup dengan kapas
steril dilapisi dengan alumunium foil.

Dimasukkan ke dalam keranjang, ikat dan tutup dengan kertas cokelat atau
alumunium foil, pada kertas ditulisi BGLB, tanggal dan bulan pembuatan.

Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit, setelah selesai
kemudian dinginkan.

33

34

4. Pemusnahan Limbah Biologi


Kumpulkan limbah biologi dalam satu tempat khusus

Masukkan kedalam autoklaf dan lakukan steriliasi dengan suhu 121C selama
15 menit

Setelah dingin dilakukan pembuangan limbah ke dalam bak pembuangan


limbah yang telah disediakan

Kemudian melakukan pencucian tabung reaksi dan tabung durham kemudian


keringkan dalam satu tempat yang tersedia.

34

35

Lampiran 2. Diagram Alir Penentuan Coliform dan Coli tinja

Sampel jamu

10 ml sampel

1 ml sampel

Media
LBDS 5
ml

0,1 ml sampel

Media
LBSS 5
ml

Media
LBSS 5
ml

Di inkubasi dengan suhu 37 C selama 24-48 jam

Hasil pemeriksaan negatif

Hasil pemeriksaan positif

Berhenti
Di inokulasi
pada media
BGLB
sebanyak 1
ose

Hasil pemeriksaan +, dapat


dilihat pada tabel MPN,
sehingga diperoleh jumlah
coliform dan coli tinja dalam
100 ml sampel

Terjadi kekeruhan dan


terdapat gelembung
udara pada tabung
durham

Di inkubasi dengan suhu


37 C dan 44 C selama 2448 jam

Hasil pemeriksaan
negatif

35

36

Lampiran 3. Dokumentasi Gambar Hasil Penelitian

Gambar 1. Media LB dan BGLB

Gambar 2. Alat-alat yang disterilisasi

Gambar 3. Bola hisap/filter

Gambar 4. Pipet ukur.

Gambar 5. Autoklaf

Gambar 6. Inkubator

36

37

Gambar 7. Oven

Gambar 8. Inkubasi Sampel Dalam


Inkubator

Gambar 10. Media LBDS

Gambar 9. Media LBSS

Gambar 11. Media BGLB

37

38

Gambar 12. Botol Berisi Sampel Sebelum di


Tuangkan kebotol Steril

Gambar 13. Erlenmeyer Berisi Sampel


yang Sudah Steril Botolnya.

Gambar 14. Pemipetan sampel kedalam


tabung yang berisi media LBSS dan LBDS.

Gambar 15. Sampel dengan media LBSS


dan LBDS yang positif pada suhu 370C.

Gambar 16. Media BGLB positif yang


diinkubasi pada suhu 370C.

Gambar 17. Media BGLB positif yang


diinkubasi pada suhu 440C.

38

39

Lampiran 4. Gambar kontrol media negatif

Gambar 1. Media LBDS kontrol negatif

Gambar 2. Media LBSS kontrol negatif

Gambar 3. Media BGLB kontrol negatif

39

40

Lampitan 5. Tabel MPN


Tabel MPN (Most Probable Number) ragam I : 7 tabung
Volume

Nilai MPN/100 ml

10 ml

1 ml

0,1 ml

2,2

4,4

4,4

6,7

7,5

7,6

10

8,8

12

12

16

15

20

21

27

38

96

240

40

41

Lampiran 6. Data Penjual dan Waktu Pengambilan Sampel


Kode

Nama Penjual

A1

Sampel
Beras kencur

Bulek Sn
B1

Brotowali

A2

Beras kencur
Bulek N

B2

Brotowali

A3

Beras kencur
Bulek Ds

B3

Brotowali

A4

Beras kencur
Bulek Sm

B4

Brotowali

A5

Beras kencur
Bulek Yn

B5

Brotowali

41

Hari dan Tangal


Minggu, 1 Juni
2014
Minggu, 1 Juni
2014
Minggu, 1 Juni
2014
Minggu, 1 Juni
2014
Minggu, 2 Juni
2014
Minggu, 2 Juni
2014
Minggu, 2 Juni
2014
Minggu, 2 Juni
2014
Minggu, 2 Juni
2014
Minggu, 2 Juni
2014

Pukul
7.00 WIB

7.00 WIB

7.07 WIB

7.07 WIB

7.10 WIB

7.10 WIB

7.14 WIB

7.14 WIB

7.17 WIB

7.17 WIB

42

Lampiran 7. Jadwal Penelitian


April

Mei

Juni

Juli

Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penerimaan Judul
Observasi

x x
X

Penyusunan Proposal

x x x x

Pembimbingan

x x x x

proposal
Penelitian

Penyusunan Laporan

x x x

dan Ujian

42

Anda mungkin juga menyukai