OLEH :
NOVITA ARIANTI
NIM : PO.71.39.0.11.048
Agama : Islam
Ayah : Arifin
Ibu : Nursusanti
Anak ke : Satu
Riwayat Pendidikan :
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efek Hepatoprotektor
Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) terhadap Kadar
Aminotransferase dan Alkali Fosfatase Tikus Putih Jantan (Rattus
novergicus)” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun sebagai syarat kelulusan dalam menyelesaikan program pendidikan
pendidikan Diploma III Kesehatan di Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi
Palembang. Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes. selaku dosen pembimbing
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,
dan motivasi hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes selaku ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palembang.
3. Bapak Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M.kes selaku dosen karya tulis ilmiah.
4. Bapak/Ibu dosen pengajar, Karyawan, dan Staf Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Palembang Jurusan Farmasi.
5. Bapak, dan Ibu atas doa, motivasi, kasih sayang, dan semangat yang tiada
hentinya kepada penulis.
6. Teman seperjuangan dan seangkatan yang telah memberikan bantuan serta
semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA
RINGKASAN ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
iii
G. Definisi Operasional ...................................................................... 55
H. Kerangka Operasional ................................................................... 58
I. Cara Pengolahan dan Analisis Data................................................ 59
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Efek Toksikan pada Organel Subsel dalam Sel Hati .......................... 20
2. Karakteristik Tikus Putih (Rattus novergicus) ................................... 36
3. Volume Maksimum Larutan yang Bisa Diberikan pada Hewan ........ 37
4. Konversi Perhitungan Dosis Antara Jenis Subjek Uji ....................... 38
5. Hasil Pengukuran Kadar Enzim SGOT .............................................. 62
6. Data Hasil Uji LSD Kadar Enzim SGOT ........................................... 65
7. Hasil Pengukuran Kadar Enzim SGPT ............................................... 67
8. Data Hasil Uji LSD Kadar Enzim SGPT ............................................ 70
9. Hasil Pengukuran Kadar Alkali Fosfatase .......................................... 72
10. Data Hasil Uji LSD Kadar Alkali Fosfatase ....................................... 75
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica L.) ...................................... 5
2. Struktur Umum Flavonoid................................................................ 9
3. Rumus bangun vitamin C ................................................................ 9
4. Struktur alkaloid L-mimosine ......................................................... 11
5. Anatomi hati ..................................................................................... 15
6. Rumus Struktur Tetrachloride carbon ............................................ 21
7. Histogram rata-rata Kadar SGOT..................................................... 64
8. Histogram rata-rata Kadar SGPT ..................................................... 69
9. Histogram rata-rata Kadat Alkali Fosfatase ..................................... 74
10. Simplisia Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) ............................. 101
11. Proses Destilasi Vakum .................................................................... 101
12. Ekstrak Kental Herba Putri Malu ..................................................... 102
13. Pemberian Perlakuan Pada Tikus ..................................................... 103
14. Pengambilan Darah Tikus ............................................................... 103
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Perhitungan Dosis Pengambilan Suspensi
Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) ............................ 92
2. Tabel Perhitungan Dosis Pengambilan CCl4 ................................ 93
3. Dosis Suspensi Hepacomb® ........................................................ 94
4. Hasil Uji One-way ANOVA untuk SGOT ................................... 95
5. Hasil Uji One-way ANOVA untuk SGPT .................................... 97
6. Hasil Uji One-way ANOVA untuk Alkali Fosfatase ................... 99
7. Ekstraksi Herba Putri Malu .......................................................... 101
8. Perlakuan Pada Tikus .................................................................. 103
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh yang berperan penting dalam
setiap fungsi metabolik tubuh terutama bertanggung jawab atas lebih dari 500
aktivitas berbeda (Price dan Wilson, 2003). Cadangan fungsional hati yang sangat
besar akan menyamarkan dampak klinik kerusakan hati dini, meskipun hati rentan
penyakit hati yang lazim ditemukan adalah infeksi virus hepatitis, penyakit hati
yang berkaitan dengan penggunaan alkohol, dan penyakit perlemakan hati non
alkoholik. (Mitchell, 2009). Di Amerika Serikat sekitar 2000 kasus gagal hati akut
terjadi setiap tahun (Mehta, 2012). Menurut laporan rumah sakit umum
pemerintah Indonesia, rata-rata penderita sirosis hati adalah 3,5% dari seluruh
pasien yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh
pasien penyakit hati yang dirawat (Sulaiman, dkk 2007). Dan menurut Badan
tahun 2013 (1,2%) dua kali lebih tinggi dibanding tahun 2007.
1
2
Obat kimia dapat meningkatkan aktivitas metabolik hati oleh karena itu
penggunaannya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatif
kecil sehingga dianggap lebih aman (Katno dan Pramono, 2002). Salah satu
berhubungan dengan fungsi hati adalah Putri Malu (Mimosa pudica L.) (Tanjaya,
berhubungan dengan fungsi hati, mulai dari mudah lelah sampai hepatitis
(Suhendra, 2009). Putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki kandungan fitokimia
berupa flavonoid khususnya kuersetin, saponin, dan tannin (Utomo, 2013). Dan
menurut Suhendra (2009) pada akar dan batang putri malu (Mimosa pudica L.)
Pemberian ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica L.) pada dosis
200 mg/kg BB menujukkan penurunan kadar total bilirubin dan albumin serum
ekstrak etanol herba putri malu (Mimosa pudica L.) dengan dosis 9,72 mg/ 200 g
BB dan 19,44 mg/200 g BB dapat menurunkan kadar SGOT tikus putih jantan
yang diinduksi paracetamol. Serta pemberian ekstrak etanol daun putri malu
3
(Mimosa pudica L.) pada dosis 800 mg/kg BB dapat mencegah kerusakan hati
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki efek
2. Pada dosis berapa ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica L.)
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
L.) terhadap kadar aminotransferase dan alkali fosfatase tikus jantan yang
2. Tujuan Khusus
d. Mengukur pada dosis berapa ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica
D. Manfaat Penelitian
1. Membuktikan secara ilmiah tentang khasiat dari herba putri malu (Mimosa
(hepatoprotektor).
2. Memberikan data dan hasil ilmiah tentang efek hepatoprotektor herba putri
fosfatase tikus jantan agar dapat diteliti lebih lanjut untuk dijadikan
sebagai salah satu alternatif obat pelindung dan pencegah kerusakan hati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
5
6
Nama daerah :
ancing (Lampung)
getap (Bali)
Nama asing : Han xiu cao (C), lajjalu, lajjavanti (IP), kruidje-roer-mij-
3. Uraian Tanaman
Putri malu merupakan herba memanjat atau berbaring atau setengah perdu
dengan tinggi antara 0,3-1,5 m. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli Amerika
tropis. Putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, tempat-tempat terbuka yang
terkena sinar matahari dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m dpl
kekuningan. Diameter akar tidak lebih dari 5 mm. Jika dibaui, akar mimosa
7
memiliki bau menyerupai buah jengkol. Batangnya berbentuk bulat, berbulu, dan
berduri. Bulu-bulu halus yang melekat di sepanjang batang berwarna putih dengan
panjang sekitar 2 mm. Batang muda berwarna hijau dan batang tua berwarna
merah. Daun menyirip dan bertepi rata. Daunnya kecil-kecil tersusun secara
Warnanya hijau tapi ada juga yang kemerah-merahan. Warna daun bagian bawah
tanaman putri malu berwarna lebih pucat. Pada tangkai daun terdapat duri-duri
kecil. Bunganya berbentuk bulat seperti bola. Warnanya merah muda dan
berwarna kuning. Tangkai bunga berbulu halus. Pada saat matahari tenggelam,
bunga akan menutup seakan telah layu, tapi jika matahari terbit keesokan paginya,
Buah dari tanaman putri malu menyerupai buah kedelai dalam bentuk
mini. Bedanya, pada buah kedelai terdapat bulu-bulu halus di seluruh bagian kulit
buah, sedang pada buah putri malu, bulu-bulu halus berwarna merah hanya
terdapat pada bagian tertentu. Tangkai buah berbulu berwarna merah (serupa bulu
halus pada buah). Panjang tangkai buah sekitar 3cm-4cm dengan diameter 1mm-
2mm. Pada satu tangkai buah, terdapat 10-20 buah dengan pangkal melekat pada
ujung tangkai. Setiap buah terdapat 3 biji, dan ketika buah telah masak, buah putri
malu akan meletup sehingga bijinya akan melompat ke segala arah dan bersiap
untuk menjadi tunas baru. Buah yang masak maupun yang mentah berwarna hijau
radang mata akut (konjungtivis akut), radang lambung (gastritis), radang usus
(enteritis), batu saluran kencing (olurithiasis), panas tinggi pada anak-anak, dan
thiamin, potasium, phosphor dan zat besi. Sedangkan batang dan akar Mimosa
saponin. Selain itu, juga mengandung triterpenoid, sterol, polifenol dan flavonoid.
(Molina dkk, 1999), selain itu ekstrak etanol putri malu juga mempunyai efek
(2004) menemukan bahwa serbuk akar dari Mimosa pudica memiliki pengaruh
terhadap siklus ovarium dari mencit betina. Selain itu khasiat lainya antara lain
(diuretik), obat batuk (antitusif), pereda demam (antipiretik) dan anti radang
(Dalimartha, 2008).
a. Flavonoid
a. Pengatur tumbuhan
b. Pengatur fotosintesis
Gambar 2
Sifat flavonoid
dan merupakan salah satu kelas tanaman metabolit sekunder yang memiliki
dalam air, oleh karena itu senyawa ini banyak ditemukan dalam ekstrak air
Gambar 3
kapasitas antioksidan dalam buah lebih rendah dibandingkan buah yang telah
merupakan vitamin yang mudah larut air, dan mudah rusak oleh oksidasi, panas,
sinar, enzim, alkali, oksidator, dan katalis tembaga dan besi. Oksidasi dapat
dihambat dengan membiarkan vitamin C dalam kondisi basa atau pada suhu
rendah. Struktur kimia vitamin C terdiri dari rantai enam atom C dan
Bentuk asam askorbat yang ada di alam adalah asam L- askorbat. Asam L-
askorbat dengan adanya enzim asam askorbat oksidase akan teroksidasi menjadi
asam L- dehidroaskorbat. Asam ini secara kimia juga sangat labil dan mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak lagi memiliki
memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Selain itu, fungsi vitamin C sebagai penjaga
c. Alkaloid Mimosine
pyridinealanine bersifat toksik dan pertama kali diisolasi dari putri malu (Mimosa
pudica) kemudian Wibault dan Klipol (1950) berhasil mengisolasi mimosine dari
ruminansia, mimosin dirombak menjadi 3,4- dan 2,3-dihidroksi piridon (3,4- dan
2,3-DHP). Racun ini ditemukan pada semua anggota Mimosa dan Leucaena,
berdasarkan penelitian Syamsudin, dkk (2006) pemberian ekstrak putri malu tidak
Gambar 4
dalam keadaan kaku (Eduardo, 2005) dan melalui depresi motorik (Duke, 2009).
Efek mimosin yang lain diantaranya yaitu menghambat metabolisme asam amino
dan menghambat sintesis protein (Harvey dan John, 2005). Anitha dkk. (2005)
antibakteri.
B. Ekstrak
1. Definisi Ekstrak
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
2. Macam-macam Ekstrak
menjadi :
madu dan dapat dituang, saat ini sudah tidak terpakai lagi
b. Ekstrak kental (extractum spissum) sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan
tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Juga sediaan
13
obat pada umumnya tidak sesuai lagi dengan sediaan masa kini. Tingginya
d. Ekstrak cair (extractum fluidum) disini diartikan sebagai suatu ekstrak cair
yang dibuat sedemikian sehingga satu bagian jamu sesuai dengan dua bagian
ekstrak cair. Ekstrak kering dan ekstrak cair seperti sediaan obat sebelumnya
3. Jenis Ekstraksi
merendam serbuk simplisia dengan pelarut yang sesuai pada suhu kamar
kemudian disimpan ditempat yang gelap, terlindung dari sinar matahari selama
a. Maserasi
yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu
proses yang menjadi dasar cara ini. Setelah selesai waktu maserasi, artinya
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel yang masuk
b. Perkolasi
Perkolasi yang berarti penetesan yang dilakukan dalam wadah slindris atau
penyari secara lambat kedalam serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kemudian
tunggu sampai larutan ekstrak mulai menetes, lalu jalan keluar ditutup dan baru
c. Sokletasi
alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu, yang diletakkan diantara labu suling
dan suatu pendinginan aliran balik (kondensor) dan dihubungkan melalui pipet
(sippon). Labu yang berisi bahan pelarut akan terkondensasi dan menetes ke atas
bahan yang terekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Kemudian
C. Hati
1. Anatomi Hati
Gambar 5
Anatomi hati
Hati adalah kelenjar terbesar yang terdapat dalam tubuh kita, yang
letaknya di rongga perut sebelah kanan atas, dibawah sekat rongga badan atau
diafragma. Hati secara luas dilindungi oleh iga-iga. Hati terbagi dalam dua
belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak
yang masuk keluar hati. Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di
permukaan bawah, sedangkan ligament falsiformis melakukan hal yang sama dari
permukaan atas hati. Hati berwarna merah tua, beratnya kira-kira 2kg pada orang
dewasa. Hati dibagi 4 belahan, kanan kiri kaudata dan kuadrata. Setiap belahan
atau lobus terdiri dari lobulus. Hati mempunyai dua jenis persediaan darah, yaitu
yang datang melalui arteri hepatica dan yang melalui vena porta.
16
a. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan membetikan seperlima darahnya
b. Vena porta, yang terbentuk dari lienalis dan vena mesenterika superior.
hanya 70%. Sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limfa dan usus. Darah
vena porta ini membawa kepada hati zat makanan yang telah diserap oleh
c. Vena hepatika, yang mengembalikan darah dari hati ke vena cava inferior.
2. Fungsi hati
yang dibutuhkan. Hati mengsekresikan sekitar satu liter empedu tiap hari. Unsure
utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol
dan pigmen empedu. Disamping itu kedalam empedu juga disekresikan zat-zat
yang berasal dari luar tubuh, misalnya logam berat, beberapa macam zat warna
dan sebagainya.
17
b. Fungsi Metabolik
protein, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut dikirim
melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus halus. Monosakarida dari usus
halus diubah dari depot glikogen ini disuplai glukosa secara konstan ke darah
dimetabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan
sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan di dalam otot atau menjadi lemak
yang disimpan dalam jaringan subkutan. Hati juga mensintesis glukosa dari
membahayakan, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Sedangkan fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer yang terdapat pada
dinding sinusoid hati sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai system
sampai 99% kuman yang ada dalam vena porta sebelum darah menyebar melewati
hati (glikogenesis).
18
d. Fungsi vascular
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid
hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan dari sini menuju ke vena
hepatika untuk selanjutnya ke vena cava inferior. Selain itu dari arteria hepatika
mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk ke dalam
sinusoid dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran
darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit. Hati sebagai ruang
penampung bekerja sebagai filter, karena letaknya antara usus dan sirkulasi
umum. Pada payah jantung kanan misalnya, hati mengalami bendungan pasif oleh
dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian
besar obat dan toksikan. Hepatosit (sel parenkim hati) bertanggung jawab
terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel ini terletak di antara
sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu. Sel Kupffer melapisi sinusoid hati
dan merupakan bagian penting dari sistem retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok
dari vena porta dan arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan
mekanisme yang menyebabkan kerusakan itu. Hati sering menjadi organ sasaran
karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem
gastrointestinal, dan setelah diserap, toksikan dibawa oleh vena porta hati ke hati.
19
xenobiotik dalam hati juga tinggi (terutama sitokrom P-450). Ini membuat
sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air
sehingga dapat menginduksi lesi. Lesi hati yang sering bersifat sentrilobuler telah
dikaitkan dengan kadar sitokrom P-450 yang lebih tinggi. Selain itu, kadar
glutation yang relatif rendah, dibandingkan dengan kadar glutation di bagian lain
4. Nekrosis Hati
kerusakan akut. Kematian sel terjadi bersama dengan pecahnya membran plasma.
Perubahan morfologi awal antara lain berupa edema sitoplasma, dilatasi reticulum
penghancuran organel dan inti, dan pecahnya membrane plasma (Lu, 1995).
20
Sumber : diadaptasi dari de la lglesia dkk, 1982 ; Plaa, 1986 dan Stott, 1988
D. Mekanisme Hepatotoksitas
asam-asam empedu di dalam hati karena gangguan transport pada kanalikuli yang
yang mengandung heme dan menghasilkan reaksi-reaksi energy tinggi yang dapat
membuat ikatan kovalen obat dengan enzim, sehingga menghasilkan ikatan baru
yang tak punya peran. Kompleks obat-enzim ini bermigrasi ke permukaan sel di
yang dikeluarkan dalam empedu dapat merusak epitel saluran empedu. Cedera
pada hepatosit dapat terjadi akibat toksisitas langsung, terjadi melalui konversi
xenobiotik menjadi toksin aktif oleh hati, atau ditimbulkan oleh mekanisme
Gambar 6
lain, adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan
dalam sintesis kimia organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam
pemadam api dan refrigerasi, namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan
standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer), CCl4 adalah cairan tak berwarna
22
dengan bau yang "manis" . Karbon tetraklorida banyak digunakan sebagai pelarut
dalam proses industri. Karbon tetraklorida merusak hampir semua sel tubuh,
termasuk sistem saraf pusat, hati, ginjal, dan pembuluh darah (Sartono, 2002).
Tanda dan gejala kerusakan hati oleh CCl4 kemungkinan terlihat setelah beberapa
Toksisitas CCl4 tidak disebabkan oleh molekul CCl4 itu sendiri, tetapi pada
konversi molekul CCl4 menjadi radikal bebas CCl3 oleh sitokrom P450 (Robbins
& Kumar, 1995). Radikal bebas CCl3 akan bereaksi dengan oksigen membentuk
radikal triklorometil peroksida (CCl3O2) yang sangat reaktif (Hodgson & Levi,
2000). Radikal bebas ini akan bereaksi dengan asam lemak tak jenuh ganda yang
merupakan komponen penting dari membran sel yang bila terserang radikal bebas
dan fungsi membran sel. Permeabilitas membran sel akan meningkat yang
selanjutnya diikuti oleh influks massif kalsium dan kematian sel (Robbins &
Kumar, 1995).
hepatotoksisitas (Katzung, 1999). Pemberian CCl4 dosis toksik secara akut akan
(Harahap et al., 1996). Pemberian dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan sirosis hati (Lu, 1995). Dosis toksik CCl4 pada manusia sebesar
0,038 ml/ kg BB (Siong, 2004). Karena sifatnya yang toksik, terutama terhadap
sel hati dan sel tubulus ginjal, baik setelah pemaparan akut maupun kronis, CCl4
23
sering digunakan untuk mempelajari toksisitas pada hewan coba (Goodman dan
Gillman, 2001).
hepatotoksikan yang telah dipelajari secara luas. CCl4 terutama bekerja melalui
secara kovalen mengikat protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan
Ket : rangkaian kejadian dalam sel yang menyertai biotransformasi CCl4 menjadi
suatu metabolit reaktif (Timbrell, 1982)
mengakibatkan gangguan awal homeotastis Ca2+ sel hati, keadaan ini kemudian
dapat menyebabkan kematian sel. Selain itu, Shah dkk (1979) mengemukakan
bahwa toksisitas CCl4 mungkin diperantarai metabolit lain, yakni fosgen. Karena
24
Perubahan biokimia lain adalah habisnya adenosin trifosfat (ATP), hilangnya ion
kalsium, habisnya glutation, rusaknya sitokrom P-450 dan hilangnya NAD dan
NADP.
F. Hepacomb®
farmasi yang terdiri dari berbagai ekstrak bagian-bagian tumbuhan yang dapat
tersebut adalah ekstrak Phyllanthi herba (meniran), ekstrak Silymarin dan ekstrak
Curcumae rhizoma.
quercetin, ricinoleic acid, rutin, salicylic acid methyl ester, garlic acid, ascorbic
acid, hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, dan isoquercetin. Akar dan daun
beberapa asam lemak seperti asam ricinoleat, asam linoleat, dan asam linolenat
cara menyabotase DNA polimerasi (enzim yang diperlukan virus hepatitis untuk
yang menderita infeksi hepatitis B menunjukkan kadar HBV infection yang makin
2. Silybum marianum
Silybum marianum (L.) Gaertn. atau dikenal dengan nama milk thistle
merupakan salah satu tanaman tertua untuk pengobatan penyakit hati. Tanaman
dengan famili Asteraceae ini telah digunakan selama berabad-abad sebagai obat
alami untuk mengatasi hepatitis kronik dan akut yang disebabkan alkohol, obat-
Komponen aktif dari Silybum marianum paling banyak diperoleh dari biji
kering yang mengandung 70-80% Silymarin dan 20-30% polimer serta polifenol
yang terdiri dari silibin, isosilibin, silidianin, dan silikristin. Secara klinis
silymarin sudah digunakan sebagai terapi untuk berbagai macam kerusakan hati
26
meliputi hepatitis, sirosis, penyakit hati karena obat dan alcohol, psorias, serta
a. Farmakologis
Silymarin dapat diberikan secara oral kemudian diabsorbsi baik oleh usus,
adalah :
2). Menstabilkan membran sel dan mengatur permeabilitas yang mencegah agen
sirosis.
Pada penelitian klinis, dosis silymarin yang digunakan adalah 280-800 mg.
Dosis yang dianjurkan adalah 140 mg sebanyak tiga kali sehari. Serta dosis tinggi
3. Curcumae rhizoma
zat racun hati (zat hepatotoksik), sehingga kerusakan sel-sel hati oleh zat-zat
dalam proses pemindahan gugus amino antara suatu asam alfa amino dan asam
alfa keto. Dua transaminase yang sering digunakan dalam menilai penyakit hati
GOT
GPT
alat-alat tubuh seperti otot jantung, hati, otot tubuh, ginjal dan pankreas.
dalam sel berbagai jaringan tubuh, tetapi sumber utama adalah sel-sel hati.
Kenaikan kadar transaminase dalam serum disebabkan oleh enzim yang terlepas
karena sel yang bersangkutan mengalami nekrosis, atau karena enzim yang bocor
dari dalam sel. Walaupun SGPT lebih khas untuk penyakit hati dibandingkan
dengan SGOT tetapi kedua enzim tersebut selalu dipakai bersama-sama dalam
evaluasi penyakit hati, dan bila nekrosis sel-sel jantung dapat disingkirkan, maka
dalam sel hati. Penyelidikan yang lebih terperinci menunjukkan bahwa enzim
28
GOT sebagian besar terikat dalam organel dan hanya sedikit didapatkan dalam
sitoplasma. Sebaliknya sebagian besar dari enzim GPT terikat dalam sitoplasma.
Jika kerusakan sel-sel hati sebagian besar mengenai membran dari sel hati
maka kenaikan SGPT lebih menonjol, sebaliknya kerusakan sel hati terutama
kemampuan enzim transaminase yang ada dalam serum yang diperiksa untuk
Pada manusia kadar SGOT dan SGPT adalah sebagai berikut (Husadha,
1996) :
GPT
ester fosfat organik dalam suasana basa secara optimum, dengan membebaskan
fosfat anorganik dan radikal organik (Combes, 1969). Enzim ini didapatkan dalam
banyak jaringan. Pada orang dewasa FA terutama berasal dari sistem hepatobiliar,
regurgitasi dari enzim tersebut dari dalam sistem empedu ke dalam darah akibat
29
dapat diaktifkan oleh asam empedu yang meningkat karena terdapat cholestasis di
hati.
Metode pemeriksaan :
reaksi antara substrat yang disediakan dengan FA dari serum dengan cara
kolorimetrik.
Harga normal :
H. Spektrofotometri
1. Definisi Spektrofotometri
zat (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979). Analisa secara spektrofotometri dapat
dipakai untuk analisa kualitatif dan kuantitatif, terutama sangat cocok untuk
Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ( Farmakope Indonesia Edisi IV,
1995):
2. Alat Spektrofotometri
tempat sel untuk diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat.
a. Sumber cahaya
Sumber energi cahaya yang biasa bagi daerah tampak daerah spectrum
maupun daerah ultraungu dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut atau filament wolfram, yaitu 325 nm atau 350 nm. Yang
paling umum adalah tabung lucutan hydrogen (dueterium) yang digunakan dari
b. Monokromator
berkas radiasi dengan kemurnian spektral yang tinggi dengan panjang gelombang
c. Detektor
Alat yang merubah signal optik menjadi signal listrik. Ada beberapa tipe
d. Kuvet/cell
Merupakan tempat larutan sampel, terbuat dari glass atau quatz (untuk
daerah UV 180-400 nm), tersedia dalam bentuk tabung atau persegi (Square) dan
e. Perangkat kaca
Sebuah peralatan listrik yang menampilkan arus dari detektor dalam satuan
yang bertalian, misalnya daya serap dan atau persentase transmitans pada
daripada meter analog yaitu dapat membaca angka bermakna lebih banyak dengan
tanpa menduga-duga.
f. Amplifier
spektrofotometri.
diperoleh dalam bentuk murni dalam daerah ukur 220-800 nm dan yang tidak atau
32
hanya sedikit menunjukkan absorbsi sendiri serta dapat melarutkan dengan mudah
senyawa yang hendak di analisis. Yang terutama digunakan adalah air, etanol,
3. Analisa Spektrofotometri
a. Analisa kualitatif
serapan larutan dalam pelarut dan dengan kadar tertentu untuk menetapkan letak
kesalahan yang disebabkan untuk alat dapat dihindari dan larutan pembanding
tidak diperlukan.
b. Analisa kuantitatif
dengan mengukur serapan larutan zat dalam pelarut pada panjang gelombang
kemudian terhadap larutan zat yang diperiksa. Sebagai pengganti zat pembanding
kimia, dapat digunakan kurva baku yang dibuat dari zat pembanding kimia.
33
Ada beberapa cara untuk menentukan konsentrasi larutan zat yang diuji,
A = a.b.c
Karena
A sampel = C sampel
A baku C baku
𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = × 𝐶 𝑏𝑎𝑘𝑢
𝐶 𝑏𝑎𝑘𝑢
yang belum dapat diperkirakan atau sangat bervariasi, sebaiknya dibuat kurva
konsentrasi, maka akan diperoleh suatu garis linier melalui titik pangkal.
34
Daya serap (a) adalah serapan (A) dibagi dengan hasil kali kadar (c)
dinyatakan dalam gram per liter dan tabel lapisan (b) dinyatakan dalam cm.
Keterangan :
Daya serap (a) adalah serapan (A) dibagi dengan hasil kadar (c) yang
dinyatakan dalam gram per liter dan tebal lapisan (b) dinyatakan dalam cm
(Murod, 2010).
I. Hewan Coba
1995) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Bangsa : Rodentia
Suku : Muridae
Marga : Rattus
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan
sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit
Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat
yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus putih
tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esophagus
(Mangkoewidjojo, 1988).
Secara hormonal tikus putih jantan lebih stabil dibandingkan dengan tikus
putih betina karena tikus putih betina mengalami masa esterus dan masa
kehamilan. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang
Keterangan : K = 9,13
g = berat badan
Iv Im Ip Sc po
20 g
200 g
400 g
1,5 kg
4 kg
12 kg
70 kg
39
J. Kerangka Teori
Ekstrak herba putri
Sel malu
hepar CCl4
Cyp-P450
flavonoid
O2 Radikal
bebas
CCL3
CCl3O2
(senyawa C2 C3
As. Lemak
Tak jenuh reaktif)
Hepacomb®
Peroksidasi Antioksidan
lipid menghambat
Phyllantus silymarin Kurkumin
reaksi oksidasi
dalam dlm
meniran curcumae Kerusakan
rhizoma membran,
inaktivasi enzim
Keterangan : = memacu
= menghambat
= bereaksi
= kandungan
40
K. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tentang efek hepatoprotektor ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica
L.) terhadap kadar aminotransferase dan alkali fosfatase tikus jantan merupakan
Penelitian tentang efek hepatoprotektor ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica
L.) terhadap kadar aminotransferase dan alkali fosfatase tikus jantan dilakukan pada
Poltekkes Kementerian Kesehatan R.I Palembang Jurusan Farmasi serta Balai Besar
C. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah herba putri malu (Mimosa pudica L.) yang segar diambil
pagi hari, di kebun milik Ibu Muryani, S.Pd. di jalan R.Sukamto Lrg Masjid RT 05 RW
03 8 Ilir, Palembang. Herba tersebut diambil pada pagi hari dan dalam keaadan segar
dengan massa total 1000 gram. Dan hewan percobaan tikus putih jantan galur wistar yang
berumur 3-5 bulan, memiliki bobot berat badan antara 170-250 gram.
41
42
1. Alat
5) Tempat minum dan tempat makan 13) Seperangkat alat destilasi vakum
2. Bahan
1. Bahan Uji
Herba putri malu (Mimosa pudica L.) segar yang diperoleh dari kebun milik Ibu
dirajang, dan dikeringanginkan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari,
kemudian sebanyak 500 gram simplisia dimasukkan ke dalam botol maserasi berwarna
cokelat, setelah itu tambahkan pelarut yang digunakan yaitu etanol, ke dalam botol dan
Ekstraksi pada penelitian ini dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol
1). Pada botol yang telah diisi simplisia sebanyak 500 gram, ditambahkan etanol yang
2). Biarkan selama 5 hari ditempat gelap sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari saring
3). Ampas tersebut kemudian ditambahkan cairan penyari secukupnya, aduk dan serkai.
4). Hasil ekstraksi dimasukan kedalam botol yang tertutup dan diletakkan di tempat yang
sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung selama 2 hari. Lalu cairan disaring
kembali.
5). Setelah disaring kembali dipekatkan dengan destilasi vakum sehingga didapatkan
1). Timbang 1500 mg Na CMC (Na CMC 1% = 1/100 x 150 ml = 1,5 g = 1500 mg),
gerus homogen.
2). Siapkan mortir yang telah dicuci bersih dan steril, masukkan air panas ke dalam
4). Encerkan dengan air sedikit demi sedikit sampai 150 ml sambil diaduk hingga
homogen.
a. Perhitungan dosis
Menurut Razi Institute for Drug Research (2010) secara tradisional sebanyak 20-
30 gram semua bagian tanaman putri malu (daun, batang dan akar) direbus pelan-pelan
dengan tiga gelas air, diuapkan hingga menjadi satu gelas. Dosis ini kemudian
dikonversikan menurut tabel konversi perhitungan dosis antar-jenis subjek uji tabel
Perhitungan dalam bentuk ekstrak etanol herba putri malu (Mimosa pudica L.)
500
= 0,0306 g/ 200 g BB
a). Timbang massa ekstrak kental herba putri malu sebanyak 122,4 mg.
b). Tambahkan suspensi Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 8 ml, gerus hingga
homogen.
a). Timbang massa ekstrak kental herba putri malu sebanyak 489,6 mg
b). Tambahkan suspensi Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 8 ml, gerus hingga
homogen.
a). Timbang massa ekstrak kental herba putri malu sebanyak 960 mg.
b). Tambahkan suspensi Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 8 ml, gerus hingga
homogen.
a. Perhitungan dosis
Dosis ini kemudiaan dikonversikan untuk pemakaian pada tikus putih (200 gram),
menurut tabel konversi perhitungan dosis antar jenis subjek uji (Laurence dan Bacharach,
Massa hepacomb® yang diambil : (27 mg/2 ml) x 4 tikus = 108 mg/ 8 ml
2) Tambahkan suspensi Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 8 ml, gerus hingga
homogen.
5. Dosis CCl4
Menurut Yamamoto (1996) disebutkan bahwa dosis toksik CCl4 konsentrasi 50%
pada binatang coba adalah 1,3 ml/kgBB selama dua hari dan dalam rentang waktu tiga
hari setelah penginduksan yang pertama. Pada penelitian ini rata-rata berat tikus adalah
1,3 ml = x ml
1000 g 200 g
x = 0,26 ml
Jadi, dosis toksik CCl4 yang diberikan pada tikus sebanyak 0,26 ml/200 gramBB.
Menurut Yamamoto (1996) CCl4 tidak dapat larut dalam air dan hanya larut
dalam lemak maka diperlukan pelarut berupa oleum olivarum dengan dosis sama (1:1).
50 %
1. Perhitungan larutan yang diambil = 98,9 % × 50 𝑚𝑙 = 25,27 𝑚𝑙 ≈ 25,3 𝑚𝑙
2. Ambil 25,3 ml CCl4, masukkan kedalam botol yang telah berisi oleum olivarum
kemudian tambah oleum olivarum ad 50 ml. kocok hingga homogen dan tutup rapat.
3. Larutan CCl4 + oleum olivarum diambil sesuai dengan dosis perlakuan pada tiap- tiap
kelompok.
48
suntikan dibersihkan dengan kapas yang diberi alkohol dengan gerakan melingkar agar
steril dan perlu dipastikan sebelum melakukan penyuntikan (induksi) tidak ada udara
Pada awal penelitian disiapkan 6 kelompok tikus dan setiap kelompok terdiri dari 4
𝑡 − 1 𝑛 − 1 ≥ 15
6 − 1 𝑛 − 1 ≥ 15
5 𝑛−1 ≥ 15
5𝑛 − 5 ≥ 15
5𝑛 ≥ 20
𝑛 ≥4
n : jumlah ulangan
49
a). Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan yang dimasukkan ke dalam
kandang. Setiap kandang berisi satu ekor tikus. Kemudian tikus ini dibagi menjadi
minggu.
BB secara ip)
Kelompok III : No. 9-12 (ekstrak herba putri malu 153 mg/ kg BB +
Prosedur kerja pemberian bahan uji ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica L.)
a. Menyiapkan 24 ekor tikus jantan yang dibagi enam kelompok dan diadaptasikan
kemudiaan diinduksi dengan CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB selama dua hari secara intra
peritoneal.
c. Kelompok III diberi suspensi ekstrak herba putri malu dengan dosis 153 mg/ kg BB
selama 7 hari kemudian diinduksi CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB selama dua hari secara
intra peritoneal, kelompok IV dan V juga diberi suspensi ekstrak herba putri malu
dengan dosis 612 mg / kg BB dan dosis 1200 mg/ kg BB selama 7 hari setelah itu
diinduksi CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB selama 2 hari secara intra peritoneal.
dengan dosis 135 mg/ kg BB selama 7 hari setelah itu diberi CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB
e. Setelah itu dilakukan pengukuran aktivitas enzim SGOT, SGPT dan ALP pada setiap
kelompok tikus. Tikus putih jantan diambil darahnya sebanyak 2-3 ml secara
Tikus putih jantan diambil darahnya sebanyak 2-3 ml secara intrakardial. Darah
dalam tabung dan disentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit sampai
serum terpisah. Serum digunakan untuk pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT.
pH 7,8
2-oxoglutarate 75 mmol/L
pH 7,8
2-oxoglutarate 75 mmol/L
Faktor : 1745
Campur reagen I sebanyak 0,8 ml dan reagen II sebanyak 0,2 ml (4:1) kemudian
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 5 menit. Kemudian tambahkan sampel sebanyak 50 μl
campur dengan baik, serapan diukur dengan menggunakan pada panjang gelombang 340
nm. Kemudian ukur perubahan serapan tiap menit selama 3 menit dan hitung selisih rata-
53
rata serapan tiap menit (ΔA/menit). Hitung aktivitas enzim SGOT dan SGPT dengan
dalam tabung dan disentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm selam sepuluh menit sampai
pH 10,4
Prinsip : Alkali fosfatase (ALP) bereaksi pada logam alkali dengan yang
ALP
4- Nitrophenyl phosphate + DEA DEA – phosphate + 4- nitrophenol
mikrolab 300.
F. Variabel
Variabel Independen : Ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica L.) dengan berbagai
macam dosis.
Variabel Dependen : Kadar SGOT, SGPT dan ALP tikus putih jantan selama waktu
pengamatan.
G. Definisi Operasional
a. Definisi :
Ekstrak etanol herba putri malu (Mimosa pudica L.) yang diperoleh dari hasil
b. Alat ukur :
Timbangan
c. Cara ukur :
Self assesment dengan cara menghitung persen dari massa ekstrak kental yang
d. Hasil ukur :
a. Kadar SGOT :
1). Definisi :
Kadar enzim SGOT serum darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) setelah
Spektrofotometer UV-VIS
b. Kadar SGPT :
1). Definisi :
Kadar enzim SGPT serum darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) setelah
Spektrofotometer UV-VIS
c. Kadar ALP :
1). Definisi :
Kadar enzim ALP serum darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) setelah
Spektrofotometri UV-VIS
H. Kerangka Operasional
Didestilasi vakum
analisis
59
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisa secara
statistik uji ANOVA one-way dengan Uji LSD test dengan program SPSS
A. Hasil
Simplisia berupa herba putri malu sebanyak 500 gram diekstraksi dengan
cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol teknis yang telah didestilasi
terlebih dahulu. Kemudian hasil maserat dipekatkan dengan destilasi vakum dan
2. Hasil Pengujian Ekstrak Herba Putri Malu terhadap Kadar Aminotransferase dan
Alkali Fosfatase
putri malu terhadap kadar aminotransferase dan alkali fosfatase yang diinduksi
CCl4 50% 1,3 ml/kg BB, kelompok III diberi suspensi ekstrak herba putri malu
dengan dosis 153 mg / kg BB dan diinduksi CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB, kelompok
IV diberi suspensi ekstrak herba putri malu 612 mg/ kg BB dan diinduksi CCl4
50% 1,3 ml/kg BB, kelompok V diberi suspensi ekstrak herba putri malu 1200
mg/kg BB dan diinduksi CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB secara ip serta kelompok VI
60
61
kontrol positif yang diberikan obat herbal hepacomb® 135 mg/ kg BB dan
suspensi ekstrak herba putri malu dengan dosis yang berbeda pada setiap
11, dilakukan penginduksian CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB secara intra peritoneal.
Dan pada hari ke 12 semua tikus diambil darahnya untuk diperiksa kadar
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kadar Enzim SGOT Tikus Putih Jantan pada Setiap
Kelompok Perlakuan
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
200
180 291,25
160
140
229,29
120 166,76
160,87 165,47
100 137,97
80
60
40
20
0
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 kelompok 6
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
Tabel 6. Data Hasil uji LSD kadar enzim SGOT serum tikus putih jantan dengan taraf
kepercayaan 95%
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
Bermakna (p<0,05)
Data hasil pemeriksaan SGPT serum tikus putih jantan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pengukuran Kadar Enzim SGOT Tikus Putih Jantan pada Setiap
Kelompok Perlakuan
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
200
180 173,35
160
140
120,35
120 105,33
94,63 96,28
100 89,43
80
60
40
20
0
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 kelompok 6
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
Tabel 8. Data Hasil uji LSD kadar enzim SGPT serum tikus putih jantan dengan taraf
kepercayaan 95%
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
Bermakna (p<0,05)
Data hasil pemeriksaan kadar alkali fosfatase serum tikus putih jantan
Tabel 9. Hasil Pengukuran Kadar Alkali Fosfatase Serum Tikus Putih Jantan pada
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
1000 949,45
900 849,63
800
686,65
700
600 525,65 530,57
500
379,74
400
300
200
100
0
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 kelompok 6
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
Tabel 10. Data Hasil uji LSD kadar Alkali Fosfatase serum tikus putih jantan dengan
Keterangan
- Kelompok I : kelompok normal yang diberi suspensi Na CMC 1 %
- Kelompok III : kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak herba putri
Bermakna (p<0,05)
B. Pembahasan
Pada penelitian ini digunakan sampel herba putri malu yang telah dicuci,
agar pelarut mudah masuk ke dalam simplisia sehingga zat aktif lebih mudah
adalah metode maserasi. Dipilih metode maserasi karena metode ini tidak
memerlukan pemanasan sehingga tidak akan merusak kandungan zat aktif yang
terkandung pada herba putri malu (Voight, 1995). Pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi ini adalah etanol yang telah didestilasi. Utomo (2013)
melaporkan bahwa ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica L.) mengandung
herba putri malu terhadap kadar aminotransferase (SGOT, SGPT) dan alkali
fosfatase tikus putih jantan yang diinduksi CCl4. Hewan percobaan dalam
kontrol negatif, kelompok III (ekstrak herba putri malu dosis 153 mg/ kg BB),
kelompok IV (ekstrak herba putri malu dosis 612 mg/ kg BB), kelompok V
(ekstrak herba putri malu dosis 1200 mg/ kg BB) dan kelompok kontrol positif
(hepacomb® dosis 135 mg/ kg BB). Pada hari ke 1-7 kelompok I dan II diberi
suspensi Na CMC 1% serta III, IV, V diberi suspensi ekstrak herba putri malu
hepacomb®. Dan pada hari ke 8 dan 11 kelompok II, III, IV, V dan VI diinduksi
78
CCl4 50% 1,3ml/ kg BB. Pengukuran kadar aminotransferase dan alkali fosfatase
dalam darah tikus dilakukan pada hari ke 12. Semua tikus diambil darahnya
secara intra kardial dan kemudian dimasukkan kedalam tabung vaccutainer lalu
Secara deskriptif (tabel 5), rata-rata kadar enzim SGOT tikus percobaan pada
kelompok normal, kelompok III (dosis 153 mg/kg BB), kelompok IV (dosis 612
mg/ kg BB), kelompok V (dosis 1200 mg/ kg BB) lebih kecil dibadingkan dengan
kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB). Bila dibandingkan dengan harga
normal 9,3-83,3 U/L (Khan et al, 2011) semua kelompok perlakuan telah
Dari hasil uji statistic One-way ANOVA dengan uji pos hoc LSD (tabel 6)
terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok perlakuan III( dosis 153
mg/ kg BB), IV (dosis 612 mg/ kg BB) dan V (dosis 1200 mg/ kg BB)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB). Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak herba putri malu dapat
statistik telihat tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara kelompok
normal dan kelompok perlakuan III (dosis 153 mg/ kg BB) dan kelompok
perlakuan IV (dosis 612 mg/ kg BB) tetapi sebaliknya terlihat perbedaan yang
79
1200 mg/ kg BB). Serta dilihat dari nilai mean diference (tabel 6), yang paling
berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB) adalah
kelompok III (dosis 153 mg/ kg BB) dengan nilai mean diference 130,375*.
Artinya dapat disimpulkan bahwa penurunan jumlah dosis ekstrak herba putri
malu akan semakin menurunkan aktivitas enzim SGOT tikus putih jantan yang
Secara deskriptif (tabel 7), rata-rata kadar enzim SGPT tikus percobaan pada
kelompok normal, kelompok III (dosis 153 mg/kg BB), kelompok IV (dosis 612
mg/ kg BB), kelompok V (dosis 1200 mg/ kg BB) lebih kecil dibadingkan
dengan kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB). Bila dibandingkan dengan
harga normal 4,0 – 34,3 U/L (Khan et al, 2011) semua kelompok perlakuan telah
Dari hasil uji statistic One-way ANOVA dengan uji pos hoc LSD (tabel 8)
terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok perlakuan III( dosis 153
mg/ kg BB), IV (dosis 612 mg/ kg BB) dan V(dosis 1200 mg/ kg BB)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB). Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak herba putri malu dapat
statistik telihat tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara kelompok
80
normal dan kelompok perlakuan III (dosis 153 mg/ kg BB) tetapi sebaliknya
kelompok perlakuan IV(dosis 612 mg/ kg BB) dan V (dosis 1200 mg/ kg BB).
Serta dilihat dari nilai mean diference (tabel 6), yang paling berbeda nyata
dengan kelompok kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB) adalah kelompok III
(dosis 153mg / kg BB) dengan nilai mean diference yaitu 77,0750*. Artinya
dapat disimpulkan bahwa penurunan jumlah dosis ekstrak herba putri malu akan
semakin menurunkan aktivitas enzim SGOT tikus putih jantan yang diinduksi
Secara deskriptif (tabel 9), rata-rata kadar enzim ALP tikus percobaan pada
kelompok normal, kelompok III (dosis 153 mg/kg BB), kelompok IV (dosis 612
mg/ kg BB), kelompok V (dosis 1200 mg/ kg BB) lebih kecil dibandingkan
dengan kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB). Bila dibandingkan dengan
harga normal 16,3-246,7 U/L (Khan et al, 2011) semua kelompok perlakuan
Dari hasil uji statistic One-way ANOVA dengan uji pos hoc LSD (tabel 10)
terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok perlakuan III( dosis 153
mg/ kg BB), IV (dosis 612 mg/kg BB) dan V(dosis 1200 mg/ kg BB)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB). Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak herba putri malu dapat
81
statistik telihat tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara kelompok
normal dan kelompok perlakuan III (dosis 153 mg/ kg BB) tetapi sebaliknya
kelompok perlakuan IV(dosis 612 mg/ kg BB) dan V (dosis 1200 mg/ kg BB).
Serta dilihat dari nilai mean diference (tabel 6), yang paling berbeda nyata
dengan kelompok kontrol negatif (CCl4 50% 1,3 ml/ kg BB) adalah kelompok III
(dosis 153 mg/ kg BB) dengan nilai mean diference yaitu 430,5875*. Artinya
dapat disimpulkan bahwa penurunan jumlah dosis ekstrak herba putri malu akan
semakin menurunkan kada alkal fosfatase tikus putih jantan yang diinduksi CCl4,
Pemberian CCl4 50% dengan dosis 1,3 ml/ kg BB yang diberikan pada hari ke 8
dan 10 pada tikus percobaan (kelompok kontrol negatif) dapat meningkatkan kadar
enzim SGOT, SGPT dan ALP tikus putih jantan dengan rata-rata kadar enzim SGOT
291,25 U/L, SGPT 173,35 U/L dan ALP 949,45 U/L (tabel 5,7 dan 9). Dari hasil uji
statistik ( tabel 6,8 dan 10) terlihat perbedaan bermakna antara kelompok normal
dengan kelompok kontrol negatif yang mengalami kerusakan akibat pemberian CCl4
50% 1,3 ml/ kg BB tanpa pemberian ekstrak. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang
bebas CCl3 yang akan membentuk peroksidasi lipid sehingga terjadinya kematian sel
hati dan akan meningkatkan kadar aminotransferase dan alkali fosfatase (Recknagel
82
et.al, 1982). Nilai SGOT, SGPT dan ALP dianggap abnormal jika kadarnya 2 – 3 kali
adenosin trifosfat (ATP), hilangnya ion kalsium, rusaknya sitokrom P-450 dan
Berdasarkan penelitian Rajendran dkk (2009) bahwa etanol daun putri malu
(Mimosa pudica L.) pada dosis 200 mg/kg BB menujukkan penurunan kadar total
bilirubin dan albumin serum dan pemberian ekstrak etanol herba putri malu (Mimosa
pudica L.) dengan dosis 9,72 mg/ 200 g BB dan 19,44 mg/200 g BB dapat
pemberian ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica L.) pada dosis 800 mg/kg
BB dapat mencegah kerusakan hati tikus wistar yang diinduksi parasetamol dosis
mimosine dapat menimbulkan efek yang berlawanan jika tidak digunakan pada dosis
yang tepat.
dan C4 pada flavonoid menujukkan sifat antioksidan yang sangat kuat dalam
83
zat antioksidan yang tangguh, yang berfungsi menjaga kesehatan sel, meningkatkan
penyerapan asupan zat besi, memperbaiki sistem kekebalan tubuh dan juga sebagai
alkaloid yang merupakan asam β- amino yang rumus strukturnya mirip dengan L-
tirosine sehingga alkaloid mimosine ini didalam tubuh memiliki fungsi untuk
meningkatkan imunitas dan antibodi tubuh. Namun dalam jumlah yang berlebihan
Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa ekstrak etanol herba putri
malu dosis 153 mg/ kg BB, dosis 612 mg/ kg BB dan dosis 1200 mg/ kg BB dapat
menurunkan kadar aminotransferase dan alkali fosfatase tikus putih jantan akibat
penginduksian CCl4 50%. Sedangkan pada dosis 153 mg/ kg BB memiliki efek
hepatoprotektor terhadap kerusakan sel hepar yang diinduksi CCl4 dilihat tidak
adanya perbedaan yang bermakna (P>0,05) antara kelompok I (normal) dan III (dosis
I) pada uji statistik One-way ANOVA dengan uji pos hoc LSD (tabel 6, 8 dan 10).
Dan pada tabel 6,8 dan 10 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
(p<0,05) antara kontrol positif (Hepacomb® 135mg/ kg BB) dengan ekstrak etanol
herba putri malu dosis I, II dan III. Sedangkan penelitian Deba (2009) menunjukkan
Hepacomb®) pada aturan pakai yang sama memberikan perbedaan yang bermakna
yang diteliti berada dalam kondisi kesehatan yang kurang baik dan serum darah tikus
A. Kesimpulan
malu (Mimosa pudica L.) terhadap kadar aminotransferase dan alkali fosfatase
1. Ekstrak etanol herba putri malu memiliki efek hepatoprotektor pada tikus
4. Pemberian ekstrak etanol herba putri malu dapat menurunkan kadar alkali
5. Pemberian ekstrak etanol herba putri malu pada dosis 153 mg/kg BB, 612
dan ALP tikus putih jantan yang diinduksi CCl4 dan pada pemberian dosis
85
86
B. Saran
lama pemberian ekstrak herba putri malu yang lebih bervariasi sehingga
dapat diketahui dosis dan lama pemberian ekstrak yang lebih efektif.
untuk melihat secara mikroskopis perubahan yang terjadi pada organ hati.
DAFTAR PUSTAKA
Agustianingsih, A. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Herba Putri Malu
(Mimosa pudica L.) terhadap aktivitas Enzim SGOT dan SGPT tikus putih
jantan yang diinduksi paracetamol. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes
Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi (Tidak Dipublikasikan)
Dalimartha S. 2008. 1001 Resep Herbal. Penebar Swadaya : Jakarta. Hal : 56-57
dan 418-419.
Deba, F. 2009. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Daun Kari terhadap Kadar ALT,
AST dan histopatologi hati. Skripsi Institut Pertanian Bogor (IPB)
87
88
goats. (http://www.farmadio.org/en/publications/scripts/36-5scripten.php)
diakses pada 18 Juni 2014
Harahap M., Indriati P., Sadikin M., Susanti E., dan Azizahwati. 1996. Daya
proteksi bawang merah (Allium ascolanicum L.) terhadap keracunan
CCl4 pada tikus. Majalah Kedokteran Indonesia. Hal : 237-241.
Hodgsons E. and Levi P. E. 2000. A Text Book of Modern Toxicology. 2nd ed.
USA : McGraw-Hill Companies Inc, Hal : 207-210.
Husadha, Y. 1996. Buku ajar ilmu penyakit jilid 1. Dalam : Noer, S (editor).
Fisiologi dan pemeriksaan biokimawi hati, Balai penerbit Fakultas
kedokteran UI, Jakarta. Hal : 224-226.
Hewit, W.R dan Plaa, G.L. 1982. Toxicology of The Liver. . Dalam : Lu C.
Frank. Toksikologi Dasar. Jakarta : UI Press. Hal : 211.
Irianto, K. 2004. Struktur dan fungsi tubuh manusia paramedic. Bandung : Yrama
Widya.
Katno dan Pramono, S. 2002. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat
Dan Obat Tradisional. Laporan Penelitian, Universitas Gajah Mada.
(Diakses 24 januari 2013
http://cintaialam.tripod.com/keamanan_obat%20tradisional.pdf).
Katzung B.G. 1999. Farmakologi Dasar dan Klinis. Ed III. Jakarta : Penerbit
FKUI. Hal : 345-354.
Lu F.C. 1995. Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran dan Penilaian Resiko.
Penerjemah : Edi Nugroho. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Hal :
206-223.
Mamun, N.D. 2011. Manfaat dan Kandungan Meniran. (Diakses pada 6 Maret
2014. http://manfaatdankandungan.blogspot.com).
Mitchell, R.N, dkk. 2009. Dasar Patologis Penyakit edisi 7. Jakarta : ECG.
Murod, A. 2009. Diktat Bahasa Ajar Fisika Farmasi II. Politeknik Kesehatan
Palembang, Palembang.
Plaa, G.L. 1986. toxic response of the liver. Dalam : Lu C. Frank. Toksikologi
dasar. Jakarta : UI press. Hal : 209.
Price, S.A dan Wilson, L.M. 2003. Patofisologi : konsep klinis proses-proses
penyakit edisi 6. Jakarta : Kedokteran ECG.
90
Recknagel, R.O., Glende, E.A., Waller, R.L., dan Lawrey, K.. 1982 . Lipid
Peroxidation : Biochemistry Measurement and Significant in Liver Cell
Injury. Dalam : Lu C. Frank. Toksikologi Dasar. Jakarta : UI Press. Hal :
211.
Robbins, S. L. dan Kumar, V. 1995. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Hal : 203-204.
Setiawati, dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya
untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Jakarta :
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Sidana, J.G., Deswal, P., Nain, K., Arora. 2011. Liver Toxicity and
Hepatoprotective Herbs. Dalam : Supriyati, N, dkk. Pengaruh Cara
Ekstraksi Terhadap Kadar Sari dan Kadar Silymarin dalam Biji Silybum
marianum (L.) Gaertn. Jurnal Penelitian Balai Besar Litbang Tanaman
Obat dan Obat Tradisional.
Siong, Pik. 2004. Efek Pemberian Minyak Wijen (Sesamun Indicum Linn)
Terhadap Kerusakan Sel Hati Mencit yang Diinduksi Karbon
Tetraklorida. Surakarta : Skripsi Fakultas Kedokteran UNS.
Soemorhardjo, S., Soeleiman, B.H., Widjaja, A., Muljiyanto 1983. Tes Faal Hati.
Bandung : Penerbit Alumni. Hal : 45-46
91
Sulaiman, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayabadi.
Syamsudin, dkk. 2006. Efek Teratogenik Ekstrak Metanol Biji Petai Cina
(Leucaena leucocephala) pada Mencit Hamil. Jurnal Bahan Alam
Indonesia, Vol 6, No 1, Juli 2006.
Tanjaya, A.C. 2013. Uji Efektifitas Ekstrak Etanol Putri Malu (Mimosa pudica
Linn) terhadap Gambaran Histopatologi Hati Tikus Wistar yang
Diinduksi Paracetamol Dosis Toksik. Skripsi Universitas Jember.
UGM. 2001. Petunjuk praktkum Toksikologi edisi 12. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hal 21-22.
Utomo, A.S. 2013. Pengaruh Ekstrak Metanol Akar Putri Malu (Mimosa pudica)
pada Kadar Gula Darah Tikus Wistar (Rattus novergicus) Diabetes
Induksi Streptozotosin. Skripsi. FK Universitas Brawijaya Malang.
Valsala, S., Karpagaganapathy, P.R. 2004. Effect of Mimosa pudica root powder
on oestrous cycle and ovulation in cycling female albino rat, Rattus
norvegicus. Phytother Res. Hal :190-192
Berat
Kel Sampel Pengambilan Suspensi
Tikus
50 %
1. Perhitungan larutan yang diambil = 98,9 % × 50 𝑚𝑙 = 25,27 𝑚𝑙 ≈ 25,3 𝑚𝑙
2. Ambil 25,3 ml CCl4, masukkan kedalam botol yang telah berisi olive oil
kemudian tambah olive oil ad 50 ml. kocok hingga homogen dan tutup rapat.
Descriptives
SGOT
Std. 95% Confidence Interval for
N Mean Deviation Std. Error Mean Minimum Maximum
Lower Upper
Bound Bound
Normal 4 160.8700 11.86423 5.93212 141.9914 179.7486 144.57 169.77
CCl4 4 291.2450 5.47384 2.73692 282.5349 299.9551 284.16 297.35
Dosis 1 4 165.4700 5.80689 2.90345 156.2299 174.7101 157.77 171.57
Dosis 2 4 166.7675 28.73660 14.36830 121.0412 212.4938 124.78 185.36
Dosis 3 4 229.2950 12.93709 6.46855 208.7092 249.8808 214.16 244.15
Hepacomb 4 137.9725 13.24206 6.62103 116.9014 159.0436 124.78 155.37
Total 24 191.9367 55.16575 11.26066 168.6422 215.2311 124.78 297.35
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.492 5 18 .070
ANOVA
SGOT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 65876.122 5 13175.224 57.578 .000
Within Groups 4118.866 18 228.826
Total 69994.989 23
Artinya ada perbedaan nlai SGOT yang bermakna antar kelompok perlakuan
96
Multiple Comparisons
Descriptives
SGPT
Std. 95% Confidence Interval for
N Mean Deviation Std. Error Mean Minimum Maximum
Lower Upper
Bound Bound
Normal 4 94.6300 1.02470 .51235 92.9995 96.2605 93.58 95.98
CCl4 4 173.3550 5.47993 2.73997 164.6352 182.0748 167.98 179.75
Dosis 1 4 96.2800 1.24900 .62450 94.2926 98.2674 94.78 97.78
Dosis 2 4 101.6075 3.05030 1.52515 96.7538 106.4612 97.78 104.98
Dosis 3 4 125.6475 7.44782 3.72391 113.7964 137.4986 115.57 132.57
Hepacomb 4 89.4275 5.16227 2.58113 81.2132 97.6418 83.38 95.98
Total 24 113.4913 30.06298 6.13658 100.7968 126.1857 83.38 179.75
SGPT
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.658 5 18 .057
ANOVA
SGPT
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20414.818 5 4082.964 197.462 .000
Within Groups 372.189 18 20.677
Total 20787.007 23
Artinya Terdapat perbedaan nilai SGPT yang bermakna antar setiap kelompok
perlakuan
98
Descriptives
ALP
Std. 95% Confidence Interval for
N Mean Deviation Std. Error Mean Minimum Maximum
Lower Upper
Bound Bound
Normal 4 525.6450 7.36533 3.68266 513.9251 537.3649 517.10 532.09
CCl4 4 961.1600 9.52943 4.76471 945.9966 976.3234 951.41 974.21
Dosis 1 4 530.5725 6.15920 3.07960 520.7718 540.3732 521.90 536.41
Dosis 2 4 686.6550 11.04949 5.52475 669.0728 704.2372 672.07 697.06
Dosis 3 4 849.6325 5.57566 2.78783 840.7604 858.5046 845.23 856.84
Hepacomb 4 379.7350 10.72774 5.36387 362.6648 396.8052 367.93 389.49
Total 24 655.5667 204.70129 41.78448 569.1289 742.0044 367.93 974.21
ALP
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.038 5 18 .426
ANOVA
ALP
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 962406.42
5 192481.286 2559.266 .000
8
Within Groups 1353.772 18 75.210
Total 963760.20
23
0
Artinya Terdapat Perbedaan Kadar ALP yang bermakna antar kelompok perlakuan
100