Anda di halaman 1dari 60

EFEKTIVITAS LARUTAN AIR PERASAN JERUK NIPIS

(Citrus aurantifolia) SEBAGAI ALTERNATIF REAGEN


PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma


III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :
RICHARDO REYNALDI SAKKA ALELO
P00341015036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Richardo Reynaldi Sakka Alelo


Nim : P00341015036
Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 11 Oktober 1998
Pendidikan : Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Analis Kesahatan sejak Tahun 2015
Sampai Sekarang.

Kendari, 11 Juli 2018

Richardo Reynaldi Sakka Alelo


NIM. P00341015003

ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Richardo Reynaldi Sakka Alelo
NIM : P00341015036
Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 11 Oktober 1998
Suku/bangsa : Tolaki/Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kel. Mangga Dua, Kec. Kendari, Kota Kendari
B. Pendidikan
1. SD Negeri 3 Kendari, Tamat tahun 2009
2. SMP Negeri 6 Kendari, Tamat tahun 2012
3. SMA Negeri 3 Kendari, Tamat tahun 2015
4. Tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

v
MOTTO

Ketika kita ingin meraih sesuatu


Berjuanglah untuk dapat meraihnya
Tetaplah berusaha dan meminta kepada Tuhan
Karena ketika semuanya sudah diraih
Maka disitulah kita dapat melihat dan merasakan
Betapa besar kuasa Tuhan.

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
(Matius 7:7)

“Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift, that’s why it’s
called the present”

Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada

Almamaterku,

Kedua orang tuaku

Keluargaku tersayang

Sahabat-sahabatku tersayang

Agama, bangsa dan negaraku

vi
ABSTRAK

Richardo Reynaldi Sakka Alelo (P00341015036). Efektivitas Larutan Air


Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Alternatif Reagen
Pemeriksaan Protein Urine, dibimbing oleh Fonnie E. Hasan dan Satya
Darmayani. (xiv + 3 tabel + 3 gambar + 7 lampiran). Pemeriksaan protein
urine merupakan pemeriksaan skrining untuk mengetahui fungsi ginjal. Reagen
untuk pemeriksaan protein urine salah satunya adalah larutan asam asetat 6%.
Prinsip pemeriksaan protein urine yaitu protein dalam urine didenaturasi dengan
pemanasan dan penambahan asam. Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
memiliki kandungan asam yang tinggi serta jeruk nipis memiliki kemiripan sifat
dengan asam asetat yaitu sifat sebagai asam lemah dengan pH 2,0. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas larutan air perasan jeruk nipis
dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine. Penelitian ini bersifat eksperimental dan sampel dalam
penelitian ini berjumlah 15 sampel positif protein urine yang diambil di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari dengan teknik
insidential sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pemeriksaan
menggunakan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100% sama dengan hasil pemeriksaan menggunakan larutan asam asetat 6%
(kontrol). Kesimpulan penelitian ini adalah larutan air perasan jeruk nipis dengan
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% efektif digunakan sebagai alternatif
reagen pemeriksaan protein urine. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk
melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan larutan air perasan jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Kata kunci : Jeruk nipis, Asam asetat 6%, Protein urine


Daftar Pustaka : 31 buah (1985-2017)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
atas limpahan berkat dan kasih karunianya yang luar biasa didalam hidup penulis,
sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Efektivitas Larutan Air Perasan Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Alternatif Reagen Pemeriksaan Protein
Urine”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak
ternilai kepada kedua orangtua yang amat kucintai, Ayahanda Yonas Sakka
(alm) dan Ibunda Sulawati Alelo atas bantuan moril maupun materil, motivasi,
dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada keluargaku Salahudin, Mely Alelo, Novi
Alelo, Alfrida Alelo, Djenry R.S. Rompas, Yosias M. Janis, Budiarjo Tara,
Rivaldo, Leonardo, Femi, Felisia, Alfius, Angel, Fika, Yolsi, Fika dan Resky yang
selalu menemani dalam suka dan duka, membantu, mendukung dan mendoakan
penulis.
Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,
dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih
kepada Fonnie E. Hasan, DCN., M.Kes selaku pembimbing I dan Satya
Darmayani, S.Si., M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu
dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga
tujukan kepada:
1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP. MA selaku Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin
penelitian.

viii
3. Dr. Hj. Asridah Mukaddim, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Kendari yang telah memberi izin dan kemudahan
dalam penelitian.

4. Tuty Dwiyana, AMd.Anakes., SKM selaku Kepala Laboratorium Rumah


Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari yang telah memberi bantuan
dan kemudahan dalam penelitian.

5. Anita Rosanty, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.

6. Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd dan Tuty Yuniarty, S.Si., M.Kes
selaku penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis


Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

8. Terima kasih kepada seluruh sahabat-sahabatku yang selalu memberikan


semangat kepada penulis Amsar, Epran, Fera, Ifan, Yulianti, Ayu, Lulun,
Hijri, Rany, Nini, Gita, Arnando, Okta, Yani, Riska Agustiyanti, Asfian,
Hendra, Devilya, Nova dan Muzadila serta seluruh teman-teman
REAG3NSIA angkatan 2015 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kendari
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Suatu kebanggan bagi
penulis dapat mengenal kalian.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan


keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk
menambah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Amin.

Kendari, Juni 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................v
MOTTO ............................................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4
A. Tinjauan Umum Tentang Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ...................4
B. Tinjauan Umum Tentang Urine ..............................................................6
C. Tinjauan Umum Tentang Proteinuria .....................................................9
D. Tinjauan Umum Tentang Metode Pemeriksaan Protein Urine ............13
BAB III KERANGKA KONSEP .......................................................................15
A. Dasar Pemikiran ...................................................................................15
B. Bagan Kerangka Pikir ............................................................................16
C. Variabel Penelitian ................................................................................17
D. Defenisi Operasional Prosedur dan Kriteria Objektif............................17
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................19
A. Jenis Penelitian .....................................................................................19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................19
C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................19
D. Populasi dan Sampel ..............................................................................19
E. Bahan uji ...............................................................................................20
F. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................20
G. Instrumen Penelitian .............................................................................20

x
H. Prosedur Kerja ......................................................................................21
I. Jenis Data ..............................................................................................24
J. Pengolahan Data ...................................................................................25
K. Analisis Data .........................................................................................25
L. Penyajian Data ......................................................................................25

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................26


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................26
B. Hasil Penelitian .....................................................................................26
C. Pembahasan ..........................................................................................29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................32


A. Kesimpulan ................................................................................................. 32
B. Saran ........................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Air Perasan Jeruk Nipis dan Aquadest Pada konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100% ...................................................23

Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Protein Urine Menggunakan Larutan Air


Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Konsentrasi 20%, 40%,
60%, 80% dan 100% ......................................................................27

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Menggunakan Larutan Asam Asetat 6% dan


Larutan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100% ...................................................28

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah Jeruk Nipis .............................................................................5

Gambar 2.2 Urine ................................................................................................6

Gambar 2.3 Proteinuria .....................................................................................10

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kendari


Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 3 : Surat Pengantar Masuk Laboratorium Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari
Lampiran 4 : Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 5 : Rumus pengenceran
Lampiran 6 : Tabulasi Data
Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan protein urine merupakan pemeriksaan skrining untuk
mengetahui fungsi ginjal (Gandasoebrata, 1985). Ginjal terdiri dari jutaan unit
glomerulus, ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi
glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada
filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang
menyebabkan proteinuria (Uliyah, dkk, 2008).
Dibeberapa laboratorium kesehatan di dunia, pemeriksaan protein
urine dengan metode pemanasan umumnya menggunakan reagen asam asetat,
asam sulfosalisilat, asam trichlorasetat dan asam nitrat pekat (Bawazier,
2006).
Di Indonesia reagen pemeriksaan protein urine dengan metode
pemanasan yang umum digunakan yaitu asam sulfosalisilat 20% dan asam
asetat 6%. Metode asam asetat 6% cukup peka karena dapat menyatakan
protein sebanyak 0,004%, sedangkan asam sulfosalisilat 20% tidak bersifat
spesifik meskipun sangat peka, dapat menyatakan protein sebanyak 0,002%
(Gandasoebrata, 1985).
Arianda (2017) menjelaskan bahwa prinsip pemeriksaan protein urine
metode asam asetat 6% yaitu protein dalam urine didenaturasi dengan
pemanasan dan penambahan asam, derajat kekeruhan berbanding lurus
dengan konsentrasi protein dalam urine. Aswad (2015) mengatakan bahwa
asam sitrat pada jeruk nipis (Citrus auratifolia) mempunyai sifat yang mirip
dengan asam asetat yaitu sifat keasaman sebagai asam lemah dan pH 2,0.
Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki berbagai macam
kandungan berupa senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino
(triptofan dan lisin), asam sitrat, minyak atsiri (limonene, linalin asetat,
geramil asetat, fellandren sitrat, lemon kamfer, kadinen, aktialdehid,
anildehid), vitamin C, dan vitamin B1. Serta jeruk nipis mempunyai

1
2

kandungan asam dengan pH 2.0 (Sarwono, 2001). Sehingga asam sitrat pada
jeruk nipis memungkinkan mendenaturi protein pada urine saat pemanasan
dan penambahan larutan air perasan jeruk nipis.

Menurut Aswad (2015) bahwa dengan menggunakan modifikasi air


perasan jeruk nipis sebagai pengganti komposisi larutan turk (asam asetat
glacial) untuk hitung jumlah leukosit diperoleh jumlah leukosit yang berbeda
dengan kontrol namun interpertasi hasil dengan modifikasi air perasan jeruk
nipis ini masih menunjukan kesamaan dengan kelompok turk (kontrol) yaitu
sesuai dengan nilai rujukan. Hal ini dikarenakan konsentrasi asam sitrat yang
terkandung dalam jeruk nipis yang hanya berkisar 7 sampai 7,6% (Hariana,
2004).
Jeruk nipis mengandung asam lemah. Sebab segala bentuk asam
lemah dapat memecahkan sel darah. Maka jeruk nipis dimodifikasi sebagai
pengganti komposisi larutan turk (asam asetat glasial) untuk pemeriksaan
hitung jumlah leukosit (Idham, wawancara 11 Agustus 2017).
Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah peneliti lakukan
terhadap sampel positif proteinuria, bahwa larutan air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) efektif digunakan sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berkeinginan melakukan penelitian
dengan menggunakan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
B. Rumusan Masalah
Apakah larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) efektif
digunakan sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
3

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 20% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
b. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 40% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
c. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 60% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
d. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 80% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
e. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 100% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
f. Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan protein urine dengan
menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol) dengan larutan air
perasan jeruk nipis dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100%.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai efektivitas larutan
air perasan jeruk nipis sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
2. Manfaat bagi akademik
Sebagai bahan tambahan referensi bagi akademik dan sebagai bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai bahan bacaan atau informasi mengenai efektivitas larutan air
perasan jeruk nipis sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine
secara umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)


1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia (Apraj et al., 2011)
2. Morfologi Tanaman Jeruk Nipis
Tanaman jeruk nipis merupakan pohon yang sangat kecil.
Batangnya memiliki duri tajam dan banyak cabang-cabang kecil. Daunnya
berbentuk bulat telur dan bertekstur agak bau. Panjang daun sekitar 4-6
cm. Bagian tepi daun agak berlekuk ke atas. Sementara itu, tangkai
daunnya kecil dan sempit. Bunga jeruk nipis berwarna putih dan harum.
Buahnya berbentuk agak bulat dengan ujungnya sedikit menguncup. Saat
masih muda, buah berwarna hijau. Semakin tua, warna buah semakin hijau
tua atau kekuningan. Rasa buahnya asam dan segar (Muhlisah, 2007).
Buah jeruk nipis memiliki 3 lapisan menurut Tjitrosoepomo (2003), yaitu:
a. Lapisan luar yang kaku dan mengandung banyak kelenjar minyak atsiri,
yang mula-mula berwarna hijau, tetapi jika buah masak warnanya
berubah menjadi kuning atau jingga. Lapisan ini disebut flavedo.
b. Lapisan tengah yang bersifat seperti spon, terdiri atas jaringan bunga
karang yang biasanya berwarna putih, dinamakan albedo.
c. Lapisan dalam yang bersekat-sekat, hingga terbentuk beberapa ruangan.
Dalam ruangan-ruangan ini terdapat gelembung-gelembung berair, dan
bijinya terdapat bebas diantara gelembung-gelembung ini.

4
5

Gambar 2.1. Buah Jeruk Nipis (Nur, 2011)

3. Kandungan Dalam Jeruk Nipis


Menurut Direktorat Gizi Depkes RI (1981) tiap 100 gram jeruk
nipis mengandung protein 0,80 gr, lemak 0,10 gr, karbohidrat 12,30 gr,
kalsium 40,00 mg, fosfor 22,00 gr, zat besi 0,60 mg, vitamin B1 0,04 mg,
vitamin C 27,00 mg, air 86,00 gr, kalori 37,00 kal. Sedangkan bagian yang
dapat dimakan sekitar 76% dari bobot keseluruhan.
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis
diantaranya asam sitrat sebanyak 7 sampai 7,6%, dammar lemak, mineral,
vitamin B1, minyak atsiri, sitral limonen, fellandren, lemon kamfer,
geranil asetat, cadinen dan linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis juga
mengandung vitamin C, kalsium dan fosfor (Hariana, 2004).
4. Manfaat Jeruk Nipis
Buah segar, akar, daun, bunga, dan getah batang dari jeruk nipis
dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti obat batuk
dan demam, kepala pusing, menghilangkan keriput di wajah, pelangsing,
sakit tenggorokan dan tenggorokkan berlendir (Hariana, 2004).
Perasan air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat pelangsing,
penurun panas (antipiretik), demam, dan buang air besar (diare). Di
samping itu, air perasan jeruk nipis dapat menetralkan bau amis,
menghilangkan nikotin yang menempel pada gigi dan dapat melunakkan
daging (Mursito, 2003).
6

Menurut Muhlisah (2007) khasiat jeruk nipis untuk pengobatan


seperti untuk demam, batuk kronis, flu ringan, penyakit kurang darah,
menghentikan kebiasaan merokok dan menghilangkan bau badan.

B. Tinjauan Umum Tentang Urine


1. Pengertian Urine
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam
mempertahankan homeostasis tubuh peranan urine sangat penting, karena
sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urine.
Selain urine juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang
kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis (Ali 2012,
diakses 10 Januari 2018).

Gambar 2.2. Urine (Arianda, 2017)


Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta
tentang ginjal dan saluran urine, tetapi juga mengenai faal berbagai organ
dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, kortex adrenal, dan
lain-lain. Urine normal berwarna jernih transparan, warna kuning muda
pada urine berasal dari zat bilirubin dan biliverdin. Urine normal manusia
terdiri dari air, urea, asam urat, ammonia, kreatinin, asam laktat, asam
fosfat, asam sulfat, klorida dan garam, sedangkan pada kondisi tertentu
7

dapat ditemukan zat-zat yang berlebihan misalnya vitamin C dan obat-


obatan (Ma’rufah, 2011).
2. Proses Pembentukan Urine
Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam
ginjal dengan melalui glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada
simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari
glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat
yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala
ginjal terus berlanjut ke ureter (Widmann, 1995).
Ada 3 tahap pembentukan urine menurut Widmann (1995) :
a. Proses Filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus, proses filtrasi terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi
penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Proses Reabsorbsi
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi yaitu proses
dikembalikannya air bersama dengan glukosa, asam amino, asam urat
dan protein yang berhasil menembus filter glomerulus ke aliran darah.
Tubulus proksimal juga mengembalikan elektrolit, natrium, klorida dan
bikarbonat. Simpai Henle mereabsopsi air dan natrium. Tubulus distal
secara halus mengatur konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat,
fosfat dan hidrogen.
c. Proses Sekresi
Proses ini adalah proses penyerapan urine sisa dari filtrasi dan
reabsorpsi. Proses penyerapan urine ini terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
vesika urinaria.
8

3. Komposisi Urine
Urine mengandung bermacam-macam zat, antara lain urea,
amoniak, dan zat-zat lain yang merupakan hasil pembongkaran protein.
Garam-garam terutama garam dapur. Pada orang yang melakukan diet
yang rata-rata berisi 80-100 gram protein dalam 24 jam, kadar air dan zat
padat dalam 24 jam, kadar air dan zat dalam air kemih adalah air 96%, zat
padat 4% (terdiri atas urea 2% dan hasil metobolisme lainnya 2%) (Irianto,
2013).
4. Ciri-Ciri Urine Normal
Jumlah urin normal rata-rata 1 sampai 2 liter sehari, tetapi berbeda-
beda sesuai jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula
bila terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup
cairan yang diperlukan untuk melarutkan urea. Urin normal berwarna
bening orange pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam
terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1.010
sampai 1.025 (Pearce, 2009).
5. Macam- Macam Sampel Urine
Macam- macam sampel urine menurut Gandasoebrata (1985) :
a. Urine Sewaktu
Adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak
ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat
khusus.
b. Urine Pagi
Adalah urine yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. Urine ini lebih pekat dari urine yang dikeluarkan siang
hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, tes
kehamilan dan lain-lain.
c. Urine Postprandial
Adalah urine yang pertama kali dilepaskan 1 ⁄ - 3 jam sehabis
makan. Urine ini berguna untuk pemeriksaaan terhadap glukosuria.
9

d. Urine 24 Jam
Adalah urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine yang
pertama keluar dari jam 7 pagi dibuang, berikutnya ditampung termasuk
juga urine jam 7 pagi esok harinya.
e. Urine 3 Gelas dan Urine 2 Gelas pada Laki-Laki
Urine ini dipakai pada pemeriksaan urologik yang dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau lesi yang
mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urine laki-laki. Urine 3
gelas adalah urine yang waktu keluar langsung ditampung ke dalam 3
gelas sedimen (gelas yang dasarnya menyempit) tanpa menghentikan
aliran urinnya. Kedalam gelas pertama ditampung 20 - 30 ml urin yang
mula-mula keluar, ke dalam gelas kedua dimasukkan urin berikutnya,
beberapa ml terakhir ditampung dalam gelas ketiga. Untuk mendapat
urine 2 gelas, caranya sama seperti urine 3 gelas, dengan perbedaan
gelas ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama ditampung 50 - 70
ml urine.

C. Tinjauan Umum Tentang Proteinuria


Diantara pemeriksaan kimia rutin yang dilakukan pada urine, tanda
penyakit ginjal yang paling jelas adalah penentuan protein. Proteinuria sering
kali dikaitkan dengan penyakit ginjal awal yang menjadikan pemeriksaan
protein urine sebagai bagian penting dari semua pemeriksaan fisik. Urine
normal mengandung sangat sedikit protein, biasanya kurang dari 10 mg/dL
atau 100 mg per 24 jam setelah diekskresikan, protein tersebut terdiri atas
protein serum dengan berat molekul rendah yang telah disaring oleh
glomerulus dan protein yang dihasilkan di saluran kemih kelamin
(Strangsinger, dkk, 2017).
Tingkat proteinuria yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin setiap
hari dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu keadaan ringan (protein yang
terbentuk dan dikeluarkan lewat urin < 1,0 gr hari), keadaan sedang (protein
yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin antara 1,0 gr-3,0 gr/hari) dan
10

keadaan berat (protein yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin > 3,0/hari)
(Estridge, 2012).

Gambar 2.3. Proteinuria (Arianda, 2017)


1. Arti Klinik Proteinuria
Adanya proteinuria dalam analisis rutin tidak selalu menandakan
penyakit ginjal, namun keberadaannya mengharuskan pemeriksaan
tambahan untuk menentukan apakah protein tersebut mewakili kondisi
normal atau patologis. Proteinuria klinis terjadi jika protein di dalam urine
30 mg/dL atau lebih (300 mg/dL). Penyebab proteinuria beragam dan
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu prerenal, renal
dan pascarenal berdasarkan asal protein (Strangsinger, dkk, 2017).
2. Penyebab Terjadinya Proteinuria
Proteinuria dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Penyakit glomelurus
Bentuk ini hampir disemua penyakit ginjal, dimana albumin
protein yang dominan pada urin (60-90%) pada urin, sedangkan sisanya
protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah
sedikit. Ada 2 faktor utama sebagai penyebab filtrasi glomerulus
meningkat yaitu ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang
dipengaruhi oleh glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang
berlebihan menyebabkan proteinuria. Dan faktor kedua yaitu
peningkatan tekanan kapiler glomerulus menyebabkan gangguan
hemodinamik. Filtrasi menyebabkan proteinuria glomerulus oleh
tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada
11

permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus. Akibat terjadinya


kebocoran pada glomerulus yang berhubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein akan
menyebabkan timbulnya proteinuria. Contoh dari proteinuria
glomerulus, mikroalbuminur ia (jumlah 30-300 mg/hari), normal bila
tidak lebih dari 30 mg/hari, merupakan marker penurunan faal ginjal
laju filtrasi glomerulus (LFG) dan penyakit kardiovaskular sistemik.
proteinuria klinis, jumlahnya 1-5 mg/hari (Bawazier, 2006).
b. Penyakit tubulus
Ditemukannya protein berat molekul rendah antara 100-150
mg/hari terdiri atas β-2 mikroglobulin. Disebabkan karena renal tubular
asidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Fankoni, pielonefritis kronis dan
akibat cangkok ginjal (Bawazier, 2006).
c. Pre-eklamsia/Eklamsia
Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
Proteinuria adalah satu dari tiga tanda penting dari pre-eklamsia.
Penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul pada kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke-3 kehamilan atau pada trimester terakhir (Cunningham, 1995).
Pre-eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dalam trias yaitu
hipertensi, proteinuria, dan edema. Ibu hamil tersebut tidak menunjukan
tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya (Mochtar R,
1998).
Menurut Hacker (2001) pre-eklamsia dapat disebut sebagai
hipertensi yang diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada
kehamilan. Pre-eklamsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda
pada kehamilan pertamanya. Sedangkan eklamsia didefinisikan sebagai
penambahan kejang umum pada sindrom pre-eklamsia ringan atau
berat. Pre-eklamsia/eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul
12

pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias
yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai
konvulsi sampai koma.
Menurut (Rubenstein, 2007) proteinuria juga dapat disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Penyakit non-ginjal: demam, olahraga berat, gagal jantung, proteinuria
ortostatik, suatu keadaan yang tidak berbahaya pada 2% remaja dimana
terjadi proteinuria dalam posisi tegak namun tidak saat berbaring.
b. Penyakit saluran kemih: infeksi, tumor, kalkuli.
c. Peningkatan produksi protein yang bisa disaring; rantai panjang
imunoglobulin (protein Bence Jones) pada mieloma, mioglobinuria,
hemoglobinuria.
d. Trombosis vena renalis adalah sebab sekaligus akibat dari proteinuria.
3. Macam-macam Proteinuria:
a. Fungsional Proteinuria
Disebabkan oleh karena ekspose dengan udara yang sangat dingin,
otot-otot yang bekerja keras yang akan menghilang setelah istirahat
(tidur). Pada kehamilan disebut ortostatik atau postural protein
(Koestadi, 1989).
b. Organik Proteinuria
a) Pre Renal Proteinuria
Dikarenakan penyakit yang umum terjadi dan merupakan
indikasi penyakit ginjal misalnya ascites dan karena keracunan obat
bahan kimia seperti merkuri (Hg) dan timbal (Pb). Karena
peningkatan permeabilitas glomerulus, seperti keadaan-keadaan
hipertensi esensial dan eklamsia pada kehamilan. Pada Proteinuria
jenis ini melebihi 2 gram/24 jam. Dan jarang terjadi Proteinuria pre
renal sejati, tanpa kerusakan ginjal tetapi apabila berkepanjangan
dengan sendirinya dapat mengakibatkan kerusakan ginjal (Baron,
1990).
13

b) Renal Proteinuria
Proteinuria dapat menjadi tanda satu-satunya dari kerusakan
ginjal dini oleh obat-obatan nefrositik atau pada penyakit ginjal, dan
diabetes mellitus merupakan penyebab yang sering. Pada berbagai
jenis penyakit ginjal dapat dilihat derajat proteinuria yang berbeda.
Pada glomerulonefritis proteinuria disebabkan oleh kebocoran
melalui glomerulus yang rusak bervariasi sesuai jenis gangguan
patologis. Sindroma nefrositik biasanya disertai dengan 10-20 g
proteinuria per 24 jam, proteinuria massif seperti itu dapat
menyebabkan kerusakan tubulus sekunder yang kemudian
mengurangi reabsorpsi protein pada tubulus (Baron, 1990).
c) Pasca Renal Proteinuria
Proteinuria yang berasal dari pasca renal selalu berhubungan
dengan sel-sel, dan minimal ditemukan pada infeksi berat traktus
urinarius bagian bawah, dan disertai dengan hematuria bila pelvis
ginjal atau ureter dirangsang oleh batu atau ada penyakit keganasan
setempat (Baron, 1990).

D. Tinjauan Umum Tentang Metode Pemeriksaan Protein Urine


1. Metode Carik Celup
Metode carik celup berupa secarik plastik kaku yang pada sebelah
sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan
penyerap lain yang masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik
terhadap salah satu zat yang mungkin ada di dalam urine. Adanya dan
banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada
bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang timbul pada
strip carik celup memberikan penilaian secara semikuantitatif
(Gandasoebrata, 1985).
Walaupun sangat sensitif dan spesifik, pemakaian metode carik
celup cara penggunaannya harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang
ditentukan oleh perusahaan pembuat carik celup itu, jika tidak
14

mengikutinya maka hasil pemeriksaan dapat menyimpang dari keadaan


sebenarnya (Gandasoebrata, 1985).
Keadaan yang menyebabkan hasil carik celup tidak akurat
pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena
itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan. Setiap habis
mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup
kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap
kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan
bahwa tidak ada perubahan warna. Keterbatasan lain dari carik celup
adalah harus dipakai secara hati-hati. Strip harus dipakai dalam wadah
tertutup rapat dilingkungan yang dingin dan terlindung dari kelembaban,
sinar, dan uap kimia (Mogensen, 2000).
2. Metode Asam Sulfosalisitat 20%
Tes dengan asam sulfosalisil tidak besifat spesifik, meskipun
sangat peka. Adanya protein dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakan.
Jika hasil tes negatif, maka hasil negatif proteinuria. Penilaian sekuantitatif
dari tes ini ditentukan kemudian yang diuji adalah derajat kekeruhan
sebelum dilakukan pemanasan (Gandasoebrata, 1985).
3. Metode Asam Asetat 6%
Asam asetat dapat juga digunakan untuk uji protein, pemberian
asam asetat untuk mencapai titik isiolektrik protein. Dengan pemanasan
mengakibatkan denaturasi dan terjadi presipitasi, proses presipitasi dibantu
dengan adanya garam-garam yang telah ada dalam urine atau dengan
sengaja ditambahkan pada urine. Metode ini cukup peka karena dapat
menyatakan protein sebanyak 0,004% (Gandasoebrata, 1985).
Konsentrasi asam asetat yang digunakan 3% sampai 6% boleh
digunakan, yang terpenting adalah pH yang dicapai dengan pemberian
asam asetat. Karena itu biasanya digunakan larutan penyangga pH 4,5
sebagai pengganti larutan asam asetat (Gandasoebrata, 1985).
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran
Pemeriksaan protein urine merupakan pemeriksaan skrining untuk
mengetahui fungsi ginjal. Proteinuria adalah terdapatnya protein di dalam
urin, pada keadaan normal tidak didapatkan konsentrasi yang tinggi dalam
urin. Dalam metabolismenya pada tubuh manusia hanya sedikit sekali protein
yang difiltrasi menembus glomerulus.
Adanya protein dalam urine dapat disebabkan oleh penyakit
glomelurus, penyakit tubulus, penyakit non-ginjal, penyakit saluran kemih,
peningkatan produksi protein yang bisa disaring, trombosis vena renalis, pre-
eklampsia (kehamilan). Untuk mendeteksi adanya protein didalam urine harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium, salah satunya dengan metode
pemanasan menggunakan asam asetat 6%. Pemberian asam asetat untuk
mencapai titik isiolektrik protein. Dengan pemanasan mengakibatkan
denaturasi dan terjadi presipitasi.
Reagen pemeriksaan protein urine menggunakan bahan kimia jadi
atau yang dibuat sendiri oleh petugas di laboratorium yang harganya relatif
mahal. Sehingga dibutuhkan bahan lain yang dapat digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine yaitu dengan menggunakan
tumbuhan ataupun bahan-bahan alami lainnya yang harganya relatif murah
dan mudah ditemukan.
Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu buah yang
memiliki kandungan asam sitrat yang tinggi, serta jeruk nipis mempunyai
sifat yang mirip dengan asam asetat yaitu sifat keasaman sebagai asam lemah
dan pH 2,0. Sehingga jeruk nipis dapat digunakan sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine. Pada penelitian ini larutan air perasan jeruk nipis
yang digunakan yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
Dalam prosedur penelitian akan dibandingkan antara hasil
pemeriksaan menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol) dan hasil

15
16

pemeriksaan menggunakan larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi


20%, 40%, 60%, 80% dan 100% untuk mengetahui efektivitas larutan air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine.
B. Bagan Kerangka Pikir

Urine yang diperoleh dari


Rumah Sakit
Hasil pemeriksaan laboratorium
Rumah Sakit
Proteinuria

5 cc urine 5 cc urine
dimasukkan dimasukkan
kedalam kedalam
tabung reaksi tabung reaksi
Dipanaskan Dipanaskan
Terjadi Terjadi
Kekeruhan Kekeruhan

Ditambahkan 5 Ditambahkan 5 tetes larutan


tetes larutan asam air perasan jeruk nipis
asetat 6% (kontrol) dengan berbagai varian
konsentrasi

20% 40% 60% 80% 100%

Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Protein Urine Menganalisis Protein Urine
Perbedaan

Tidak Terdapat Tidak terdapat


Efektif
Efektif perbedaan perbedaan
17

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas yang diteliti adalah larutan air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100%.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah urine yang positif
mengandung protein yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Defenisi operasional
a. Urine dalam penelitian ini adalah urine yang positif mengandung
protein yang diperoleh dari laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Kendari yang dijadikan sampel dan uji dengan asam
asetat 6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100%.
b. Larutan asam asetat 6% adalah larutan kontrol yang diujikan pada urine
yang positif mengandung protein.
c. Larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah air perasan
jeruk nipis yang dibuat dalam varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100% yang diujikan pada sampel urine yang positif mengandung
protein untuk mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein
urine.
2. Kriteria objektif
a. Efektif : Bila hasil pemeriksaan menggunakan air perasan
jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% sama dengan hasil pemeriksaan menggunakan
larutan asam asetat 6% (kontrol).
18

- : Tidak ada kekeruhan


+ : Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-butir
++ : Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir
+++ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping
++++ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (Yuniarty, 2017).
b. Non efektif : Bila hasil pemeriksaan menggunakan air perasan
jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% tidak sama dengan hasil pemeriksaan
menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol)
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena urine
mendapat perlakuan langsung dengan pengujian menggunakan larutan asam
asetat 6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan varian
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 April sampai 28 Mei
2018.
2. Tempat penelitian
Tempat pengambilan sampel urine yang positif mengandung protein
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari. Sedangkan tempat
pemeriksaan sampel yang dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah buah jeruk nipis yang diperoleh di pasar
Anduonohu Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Sedangkan objek penelitian ini
adalah sampel urine yang positif mengandung protein yang sudah tersedia.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah sampel urine yang diperiksa di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah urine yang positif mengandung
protein yang telah diperoleh dari Laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Kendari yang memenuhi kriteria sampel dan diambil
dengan teknik insidential sampling.

19
20

a. Kriteria sampel
a) Kriteria inklusi : sampel urine yang positif mengandung protein
b) Kriteria eksklusi : sampel urine yang negatif mengandung protein
E. Bahan Uji
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) yang dibuat dalam bentuk larutan sebagai alternatif
reagen pemeriksaan protein urine. Buah jeruk nipis yang digunakan
merupakan buah jeruk nipis yang berwarna hijau tua sampai kuning dengan
kematangan sedang yaitu tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan
protein urine secara semikuantitatif. Meliputi sampel protenuria dan buah
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang telah terpilih sebagai bahan penelitian
kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Kendari, kemudian dilakukan pembuatan larutan air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine. Yang diawali dengan perlakuan terhadap jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terlebih dahulu dilakukannya pengenceran dengan
varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, selanjutnya pemeriksaan
protein urine dengan menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol) dan
larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan varian konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, kemudian penentuan efektivitas larutan air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa hasil penelitian pemeriksaan protein urine
secara semikuantitatif. Metoda analisis semikuantitatif yaitu metode analisis
risiko yang menggunakan angka skala untuk tiap kategori kualitatif.
21

H. Prosedur Kerja
a. Pra Analitik
1) Persiapan Pasien : Pasien diminta untuk berkemih dan
menampung urinenya pada pot sampel urine
yang telah disediakan.
2) Persiapan sampel : Urine pagi
3) Metode : Asam asetat 6%
4) Prinsip Kerja : Protein dalam urine didenaturasi dengan
pemanasan dan penambahan asam, derajat
kekeruhan berbanding lurus dengan konsentrasi
protein dalam urine.
5) Persiapan alat dan bahan :
Alat :
a) Pipet tetes
b) Tabung reaksi
c) Rak tabung
d) Gelas beaker
e) Lampu spiritus
f) Pulpen
g) Korek api
h) Pisau
i) Alat Pemeras Jeruk
j) Pipet volume 5 mL dan 10 mL
k) Ball filler
l) Sentrifus
Bahan :
a) Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
b) Asam asetat 6%
c) Aquadest
d) Pot sampel urine
e) Kertas pH
22

f) Urine positif protein


b. Analitik
1. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% :
a) Belah jeruk nipis menjadi 2 bagian
b) Peras jeruk nipis dengan menggunakan alat pemeras jeruk
c) Air perasan jeruk nipis yang diperoleh ditampung dalam tabung
reaksi
d) Sentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
e) Supernatan yang terbentuk diambil dan dibuat beberapa pengenceran
dengan aquadest yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
f) Untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi
100% diambil 10 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Air
perasan jeruk nipis yang diambil tanpa penambahan aquadest.
g) Untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi
80% diambil 8 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian
ditambahkan dengan 2 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
h) Untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi
60% diambil 6 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian
ditambahkan dengan 4 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
i) Untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi
40% diambil 4 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian
ditambahkan dengan 6 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
j) Untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi
20% diambil 2 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian
ditambahkan dengan 8 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
Volume air perasan jeruk nipis (larutan uji) yang di ambil dihitung
dengan rumus pengenceran sebagai berikut :
23

V1.%1 = V2.%2

Keterangan :
V1 : Volume Larutan Stok
%1 : Konsentrasi Larutan Stok
V2 : Volume Larutan Perlakuan
%2 : Konsentrasi Larutan yang Diinginkan
Tabel 4.1 Komposisi Air Perasan Jeruk Nipis dan
Aquadest Pada konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80% dan 100%.

Komposisi
Konsentrasi
Air Perasan Jeruk Aquadest
(%)
Nipis (mL) (mL)
20 2 8
40 4 6
60 6 4
80 8 2
100 10 0

2. Pemeriksaan sampel urine dengan asam asetat 6% (kontrol) :


a) Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
b) Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan
penjepit tabung reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala
lampu spiritus sampai mendidih selama 30 detik.
c) Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi
kekeruhan, kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat
atau kalsiumkarbonat.
d) Teteskan 5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas
itu. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan
akan hilang. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka
kekeruhan akan tetap hilang tapi dengan pembentukan gas. Jika
kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, maka tes terhadap
protein adalah positif.
24

3. Pemeriksaan sampel urine dengan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% :
a) Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
b) Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan
penjepit tabung reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala
lampu spiritus sampai mendidih selama 30 detik.
c) Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi
kekeruhan, kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat
atau kalciumkarbonat.
d) Teteskan 5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas
itu. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan
akan hilang. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka
kekeruahan akan tetap hilang tapi dengan pembentukan gas. Jika
kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, maka tes terhadap
protein adalah positif.
e) Lakukan dengan prosedur yang sama untuk pengujian protein urine
dengan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 40%, 60%, 80%
dan 100%.
c. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
- : Tidak ada kekeruhan
+ : Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-butir
++ : Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir
+++ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping
++++ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (Yuniarty, 2017).
I. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah buah jeruk nipis yang diperoleh di pasar
Anduonohu Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Data lainnya diperoleh dari
25

hasil pemeriksaan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis


Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari.
b. Data Sekunder
Data dikumpulkan dari hasil penelitian terdahulu, jurnal dan dari
buku-buku yang dipublikasikan kemudian dijadikan landasan teoritis
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
J. Pengolahan Data
Data-data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan sampel urine dengan reagen asam asetat 6% (kontrol) dan
larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan varian konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100% selama penelitian untuk mengetahui
keefektifan larutan air perasan jeruk nipis sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine.
K. Analisis Data
Untuk mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine, data yang
diperoleh dari penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif. Analitif data
deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis data
dengan menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa
ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Analisis deskriptif
dilakukan dengan melihat ragam besar konsentrasi larutan air perasan jeruk
nipis yang efektif mendeteksi protein urine terhadap hasil pemeriksaan
protein urine.
L. Penyajian Data
Data yang tersedia disajikan dalam bentuk tabel kemudian dinarasikan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Peneltitian


1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari
a. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari awalnya
terletak di kota Kendari, tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan
Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas bangunan 1.800 M2.
Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas
Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen
Z.A Sugianto No : 39 Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota
Kendari, Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh
TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil
terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan (Administrasi & Manajemen,
Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD),
Berdasarkan SK Walikota Kendari no 16 Tahun 2015 tanggal 13 Mei
2015 dikembalikan namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun
2001.

B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine yang
dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Kendari selama 29 hari dan didampingi oleh instruktur.
Didapatkan data primer yang disajikan pada tabel berikut:

26
27

Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Protein Urine Menggunakan Larutan Air


Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Konsentrasi 20%, 40%,
60%, 80% dan 100%

Hasil Pemeriksaan Protein Urine Menggunakan


Kode
No Larutan Air Perasan Jeruk Nipis Berbagai Konsentrasi
Sampel
20% 40% 60% 80% 100%
1. 1 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
2. 2 2+ 2+ 2+ 2+ 2+
3. 3 1+ 1+ 1+ 1+ 1+
4. 4 1+ 1+ 1+ 1+ 1+
5. 5 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
6. 6 1+ 1+ 1+ 1+ 1+
7. 7 1+ 1+ 1+ 1+ 1+
8. 8 2+ 2+ 2+ 2+ 2+
9. 9 1+ 1+ 1+ 1+ 1+
10. 10 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
11. 11 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
12. 12 1+ 1+ 1+ 1+ 1+
13. 13 2+ 2+ 2+ 2+ 2+
14. 14 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
15. 15 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
Sumber: Data Primer
28

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Menggunakan Larutan Asam Asetat 6% dan


Larutan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100%

Hasil Pemeriksaan Protein Urine


Kode Kontrol Larutan Air Perasan Jeruk Nipis
No Interpretasi
Sampel (Asam Berbagai Konsentrasi
Asetat 6%) 20% 40% 60% 80% 100%
1. 1 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
2. 2 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
3. 3 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
4. 4 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
5. 5 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
6. 6 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
7. 7 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
8. 8 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
9. 9 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
10. 10 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
11. 11 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
12. 12 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
13. 13 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
14. 14 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
15. 15 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
Sumber: Data Primer

Tabel 5.1 menunjukkan hasil pemeriksaan protein urine


menggunakan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Sedangkan Tabel 5.2
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan protein urine terhadap 15 sampel
menggunakan reagen asam asetat 6% (kontrol) memiliki kesamaan pada
hasil pemeriksaan dengan menggunakan larutan air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.

C. Pembahasan
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman yang banyak
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu kandungan jeruk nipis adalah
asam sitrat serta jeruk nipis mempunyai kandungan asam dengan pH 2.0
(Sarwono, 2001). Sehingga asam sitrat pada jeruk nipis memungkinkan
29

mendenaturasi protein pada urine saat pemanasan dan penambahan larutan air
perasan jeruk nipis.
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis diantaranya
asam sitrat sebanyak 7 sampai 7,6%, dammar lemak, mineral, vitamin B1,
minyak atsiri, sitral limonen, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat,
cadinen dan linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung vitamin C,
kalsium dan fosfor (Hariana, 2004). Penelitian ini bersifat eksperimental,
populasi dalam penelitian ini adalah sampel urine yang diperiksa di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari dan sampel
berjumlah 15 sampel positif protein urine yang diambil di Laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari dengan teknik insidential
sampling. Data primer yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan
analisis deskriptif.
Pada peneltian dilakukan pengukuran pH larutan asam asetat 6%
(kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 20%, 40%,
60%, 80% dan 100%. Hasil pengukuran pH larutan asam asetat 6% dan
larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
didapatkan hasil pengukuran pH yang sama yaitu 2,0. Pengukuran pH pada
penelitian menggunakan kertas pH yang ditentukan dengan membandingkan
warna kertas pH yang telah dicelupkan pada larutan asam asetat 6% (kontrol)
dan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% dengan standar warna pada kemasan kertas pH sehingga sangat
bergantung dari pengamatan.
Pada penelitian tentang pemeriksaan protein urine ada dua tahap
penting yang dilakukan yaitu pemanasan dan penambahan asam. Fungsi
pemanasan adalah agar protein yang terdapat dalam urine mengalami
denaturasi sehingga terbentuk presipitat atau endapan putih. Sedangkan
fungsi penambahan asam adalahu untuk mendekati titik isoelektrik protein
didalam urine (Kurniawan, 2014).
Dari hasil pemeriksaan protein urine dengan pemberian asam asetat
6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 20%,
30

40%, 60%, 80% dan 100% terhadap 15 sampel positif protein urine yang di
sajikan pada tabel 5.1 dan tabel 5.2 menunjukkan hasil yang sama antara
kelompok larutan asam asetat 6% (kontrol) dengan larutan air perasan jeruk
nipis dengan berbagai varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
yaitu positif 1 sampai 3 menunjukkan hasil positif 100%. Kesamaan hasil ini
disebabkan karena kesamaan pH antara lartuan asam asetat 6% dan larutan air
perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% yaitu 2,0
sehingga pH sangat berpengaruh pada proses denaturasi dan pembentukan
presipitasi protein dalam urine tanpa memperhatikan besar konsentrasi dari
suatu larutan. Walaupun konsentrasi air perasan jeruk nipis diencerkan
menjadi 20%, 40%, 60% dan 80% maupun tidak diencerkan (tetap 100%)
asalkan pHnya sama dengan larutan asam asetat 6% (kontrol) dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya protein dalam urine.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Aswad (2015) dan Idham (2017) yang menyimpulkan bahwa air perasan
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat menggantikan peranan asam asetat
pada larutan turk. Hal ini dikarenakan sifat kimia jeruk nipis yang memilki
kesamaan sifat dengan asam asetat yaitu sifat sebagai asam lemah dan pH 2,0
(Sarwono, 2001).
Hasil pemeriksaan protein urine bermanfaat untuk memantau
perjalanan penyakit dan membantu menunjukkan diagnosa suatu penyakit
dalam laboratorium karena setelah dilakukan pengujian menggunakan reagen
asam asetat 6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan berbagai
varian konsentrasi mendapatkan hasil yang sama. Hal ini disebabkan karena
asam asetat dan larutan air perasan jeruk nipis memiliki sifat asam yang
mendekati titik isoelektrik protein (Gandasoebrata, 1985). Titik Isoelektrik
adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol
akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa.
Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua
muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH
berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan partikel koloid
31

akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik


maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi
negatif (Kurniati, 2009).
Dari hasil penelitian, bahwa larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
dapat digunakan sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine. Reagen
larutan air perasan jeruk nipis memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibanding
reagen asam asetat 6%.
Pada penelitian ini terdapat kekurangan yaitu pada pengukuran pH
menggunakan kertas pH yang hasilnya sangat bergantung dari hasil
pengamatan. Pengukuran pH menggunakan kertas pH hasilnya tidak begitu
tepat dikarenakan tingkat stabilitas dari kertas pH juga dipengaruhi oleh masa
simpan. Penggunaan kertas pH pada penelitian ini dikarenakan oleh
keterbatasan alat, sehingga peneliti menggunakan kertas pH untuk mengukur
pH larutan asam asetat 6%, pH larutan air perasan jeruk nipis berbagai
konsentrasi dan pH aquadest.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
2. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 40% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
3. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 60% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
4. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 80% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
5. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 100% efektif digunakan
sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
6. Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan protein urine antara larutan asam
asetat 6% (kontrol) dengan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%,
40%, 60%, 80% dan 100%.
B. Saran
1. Disarankan untuk laboratorium kesehatan yang masih menggunakan
pemeriksaan protein urine secara manual untuk menggunakan larutan air
perasan jeruk nipis karena harganya yang lebih ekonomis.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang
sama menggunakan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
dengan konsentrasi yang lebih rendah.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Iqbal. 2012. Urinalisis (Analisis Kemih).


http://iqbalali.com/2012/11/19/urinalisis-analisis-kemih/ (diakses tanggal
10 Januari 2018).
Apraj, V., Thakur, N.D., Bhagwat, A., Mallya, R., Sawant, L. & Pandita, N.,
2011, Pharmacognostic and Phytochemical Evaluation of Citrus
aurantifolia (Christm) Swingle Peel, Pharmacognosy Journal, 3 (26), 70-
76.
Arianda, Dedy. 2017. Buku Saku Analis Kesehatan. Bekasi: Analis Muslim
Publishing.
Aswad, Abu Zar. 2015. Modifikasi Air Perasan Jeruk Nipis Sebagai Pengganti
Komposisi Larutan Turk Untuk Hitung Jenis Leukosit. Kendari: Akademi
Analis Kesehatan Bina Husada Kendari.
Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Bawazier, L.A. 2006. Proteinuria dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
edisi ke-4 jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.
Cunningham. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan
Makanan: Jakarta.
Estridge, B. H. & Anna P. R. 2012. Basic Clinical Laboratory Techniques, sixth
edition. New York: Delmar.
Gandasoebrata, R. 1985. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Hacker, N. F, & Moore, J. G. 2001. Esential obstetri dan genekologi. Edisi 2.
Chrisina, Y. & Nugroho, E. Jakarta: Hipokrates .

Hariana, A. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Swadaya.

Idham, Ahmad Fajri. 2017. “Jeruk Nipis Jadi Penghitung Jumlah Leukosit”
[Wawancara]. Sulsel Ekspres, 11 Agustus.
Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Koestadi. 1989. Kimia Klinik Teori dan Praktek Darah. Kediri: AAK Bhakti
Wiyata.
Kurniati, Maftuhah. 2009. Analisa Pemeriksaan Urin. Diunduh tanggal 26 Juni
2018 dari http://id.scribd.com/doc/87590185/Urinal-is-Is-Uji-Urin-Kimia
Darah.
Kurniawan, Fajar Bakti. 2014. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Kusmiyati, Yuni. 2010. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Ma’rufah. 2011. Hubungan Glukosa Urin Dengan Berat Jenis. Jurnal. Dosen.
Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Mogensen, C.E., 2000. Microalbuminuria, blood pressure and diabetic renal
disease: origin and development of ideals. In: Mogensen, C.E., ed. The
kidney and hypertension in diabetes mellitus. 5th ed. Boston Kluwer: 655-
706.
Muhlisah, Fauziah. 2007. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Jakarta: PT. Seri
Agri Sehat.
Mursito. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta: Swadaya.
Pearce, Evelyn, C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. PT Gramedia
Pustaka Umum: Jakarta.
Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan
oleh Annisa Rahmalia. Jakarta : Erlangga.
Sarwono, B. 2001. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta.
Strangsinger, dkk. 2017. Urinalisis dan Cairan Tubuh. Jakarta: EGC.
Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan, edisi ke 14. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Uliyah, Musrifatul dan Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Ed. 9. Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda Soebrata, J.
Latu. Jakarta: EGC.
Yuniarty, Tuty. 2017. Bahan Ajar Kimia Klinik II. Kendari: Poltekkes Kemenkes
Kendari.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 5

Rumus Pengenceran:

V1 × %1 = V2 ×%2

1. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 100%


V1 × 100% = 10 mL × 100%

V1 =

V1 = 10 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 100%
diambil 10 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Air perasan jeruk nipis
yang diambil tanpa penambahan aquadest.
2. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 80%
V1 × 100% = 10 mL × 80%

V1 =

V1 = 8 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 80%
diambil 8 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 2 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
3. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 60%
V1 × 100% = 10 mL × 60%

V1 =

V1 = 6 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 60%
diambil 6 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 4 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
4. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 40%
V1 × 100% = 10 mL × 40%

V1 =

V1 = 4 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 40%
diambil 4 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 6 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
5. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%
V1 × 100% = 10 mL × 20%

V1 =

V1 = 2 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 20%
diambil 2 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 8 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
LAMPIRAN 6
TABULASI DATA

Efektivitas Larutan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai


Alternatif Reagen Pemeriksaan Protein Urine

Hasil Pemeriksaan
Kode Kontrol Larutan Air Perasan Jeruk Nipis Interpretasi
No Sampel (Asam Berbagai Konsentrasi
Asetat 6%) 20% 40% 60% 80% 100%
1. 1 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
2. 2 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
3. 3 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
4. 4 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
5. 5 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
6. 6 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
7. 7 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
8. 8 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
9. 9 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
10. 10 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
11. 11 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
12. 12 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
13. 13 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
14. 14 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
15. 15 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI PENELITIAN

Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Asam asetat glasial Sampel urine

Aquadest Asam asetat 6%


Larutan air perasan jeruk nipis
berbagai konsentrasi

Hasil pengukuran pH aquadest, asam asetat 6%


dan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100%

Membandingkan hasil pengukuran kertas pH


dengan standar warna untuk menentukan pH
Memipet sampel urine Memasukkan sampel kedalam
tabung reaksi

Pemanasan diatas nyala lampu spiritus

Meneteskan reagen asam asetat 6% dan larutan


air perasan jeruk nipis berbagai konsentrasi
Hasil pemeriksaan positif 1 (1+)

Hasil pemeriksaan positif 2 (2+)

Hasil pemeriksaan positif 3 (3+)

Anda mungkin juga menyukai