OLEH :
RICHARDO REYNALDI SAKKA ALELO
P00341015036
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Richardo Reynaldi Sakka Alelo
NIM : P00341015036
Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 11 Oktober 1998
Suku/bangsa : Tolaki/Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kel. Mangga Dua, Kec. Kendari, Kota Kendari
B. Pendidikan
1. SD Negeri 3 Kendari, Tamat tahun 2009
2. SMP Negeri 6 Kendari, Tamat tahun 2012
3. SMA Negeri 3 Kendari, Tamat tahun 2015
4. Tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
v
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
(Matius 7:7)
“Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift, that’s why it’s
called the present”
Almamaterku,
Keluargaku tersayang
Sahabat-sahabatku tersayang
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
atas limpahan berkat dan kasih karunianya yang luar biasa didalam hidup penulis,
sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Efektivitas Larutan Air Perasan Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Alternatif Reagen Pemeriksaan Protein
Urine”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak
ternilai kepada kedua orangtua yang amat kucintai, Ayahanda Yonas Sakka
(alm) dan Ibunda Sulawati Alelo atas bantuan moril maupun materil, motivasi,
dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada keluargaku Salahudin, Mely Alelo, Novi
Alelo, Alfrida Alelo, Djenry R.S. Rompas, Yosias M. Janis, Budiarjo Tara,
Rivaldo, Leonardo, Femi, Felisia, Alfius, Angel, Fika, Yolsi, Fika dan Resky yang
selalu menemani dalam suka dan duka, membantu, mendukung dan mendoakan
penulis.
Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,
dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih
kepada Fonnie E. Hasan, DCN., M.Kes selaku pembimbing I dan Satya
Darmayani, S.Si., M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu
dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga
tujukan kepada:
1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP. MA selaku Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin
penelitian.
viii
3. Dr. Hj. Asridah Mukaddim, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Kendari yang telah memberi izin dan kemudahan
dalam penelitian.
6. Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd dan Tuty Yuniarty, S.Si., M.Kes
selaku penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................v
MOTTO ............................................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
x
H. Prosedur Kerja ......................................................................................21
I. Jenis Data ..............................................................................................24
J. Pengolahan Data ...................................................................................25
K. Analisis Data .........................................................................................25
L. Penyajian Data ......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi Air Perasan Jeruk Nipis dan Aquadest Pada konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100% ...................................................23
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan protein urine merupakan pemeriksaan skrining untuk
mengetahui fungsi ginjal (Gandasoebrata, 1985). Ginjal terdiri dari jutaan unit
glomerulus, ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi
glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada
filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang
menyebabkan proteinuria (Uliyah, dkk, 2008).
Dibeberapa laboratorium kesehatan di dunia, pemeriksaan protein
urine dengan metode pemanasan umumnya menggunakan reagen asam asetat,
asam sulfosalisilat, asam trichlorasetat dan asam nitrat pekat (Bawazier,
2006).
Di Indonesia reagen pemeriksaan protein urine dengan metode
pemanasan yang umum digunakan yaitu asam sulfosalisilat 20% dan asam
asetat 6%. Metode asam asetat 6% cukup peka karena dapat menyatakan
protein sebanyak 0,004%, sedangkan asam sulfosalisilat 20% tidak bersifat
spesifik meskipun sangat peka, dapat menyatakan protein sebanyak 0,002%
(Gandasoebrata, 1985).
Arianda (2017) menjelaskan bahwa prinsip pemeriksaan protein urine
metode asam asetat 6% yaitu protein dalam urine didenaturasi dengan
pemanasan dan penambahan asam, derajat kekeruhan berbanding lurus
dengan konsentrasi protein dalam urine. Aswad (2015) mengatakan bahwa
asam sitrat pada jeruk nipis (Citrus auratifolia) mempunyai sifat yang mirip
dengan asam asetat yaitu sifat keasaman sebagai asam lemah dan pH 2,0.
Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki berbagai macam
kandungan berupa senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino
(triptofan dan lisin), asam sitrat, minyak atsiri (limonene, linalin asetat,
geramil asetat, fellandren sitrat, lemon kamfer, kadinen, aktialdehid,
anildehid), vitamin C, dan vitamin B1. Serta jeruk nipis mempunyai
1
2
kandungan asam dengan pH 2.0 (Sarwono, 2001). Sehingga asam sitrat pada
jeruk nipis memungkinkan mendenaturi protein pada urine saat pemanasan
dan penambahan larutan air perasan jeruk nipis.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 20% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
b. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 40% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
c. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 60% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
d. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 80% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
e. Mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 100% sebagai alternatif reagen pemeriksaan
protein urine.
f. Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan protein urine dengan
menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol) dengan larutan air
perasan jeruk nipis dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100%.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai efektivitas larutan
air perasan jeruk nipis sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
2. Manfaat bagi akademik
Sebagai bahan tambahan referensi bagi akademik dan sebagai bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai bahan bacaan atau informasi mengenai efektivitas larutan air
perasan jeruk nipis sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine
secara umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
3. Komposisi Urine
Urine mengandung bermacam-macam zat, antara lain urea,
amoniak, dan zat-zat lain yang merupakan hasil pembongkaran protein.
Garam-garam terutama garam dapur. Pada orang yang melakukan diet
yang rata-rata berisi 80-100 gram protein dalam 24 jam, kadar air dan zat
padat dalam 24 jam, kadar air dan zat dalam air kemih adalah air 96%, zat
padat 4% (terdiri atas urea 2% dan hasil metobolisme lainnya 2%) (Irianto,
2013).
4. Ciri-Ciri Urine Normal
Jumlah urin normal rata-rata 1 sampai 2 liter sehari, tetapi berbeda-
beda sesuai jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula
bila terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup
cairan yang diperlukan untuk melarutkan urea. Urin normal berwarna
bening orange pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam
terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1.010
sampai 1.025 (Pearce, 2009).
5. Macam- Macam Sampel Urine
Macam- macam sampel urine menurut Gandasoebrata (1985) :
a. Urine Sewaktu
Adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak
ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat
khusus.
b. Urine Pagi
Adalah urine yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah
bangun tidur. Urine ini lebih pekat dari urine yang dikeluarkan siang
hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, tes
kehamilan dan lain-lain.
c. Urine Postprandial
Adalah urine yang pertama kali dilepaskan 1 ⁄ - 3 jam sehabis
makan. Urine ini berguna untuk pemeriksaaan terhadap glukosuria.
9
d. Urine 24 Jam
Adalah urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine yang
pertama keluar dari jam 7 pagi dibuang, berikutnya ditampung termasuk
juga urine jam 7 pagi esok harinya.
e. Urine 3 Gelas dan Urine 2 Gelas pada Laki-Laki
Urine ini dipakai pada pemeriksaan urologik yang dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau lesi yang
mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urine laki-laki. Urine 3
gelas adalah urine yang waktu keluar langsung ditampung ke dalam 3
gelas sedimen (gelas yang dasarnya menyempit) tanpa menghentikan
aliran urinnya. Kedalam gelas pertama ditampung 20 - 30 ml urin yang
mula-mula keluar, ke dalam gelas kedua dimasukkan urin berikutnya,
beberapa ml terakhir ditampung dalam gelas ketiga. Untuk mendapat
urine 2 gelas, caranya sama seperti urine 3 gelas, dengan perbedaan
gelas ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama ditampung 50 - 70
ml urine.
keadaan berat (protein yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin > 3,0/hari)
(Estridge, 2012).
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias
yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai
konvulsi sampai koma.
Menurut (Rubenstein, 2007) proteinuria juga dapat disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Penyakit non-ginjal: demam, olahraga berat, gagal jantung, proteinuria
ortostatik, suatu keadaan yang tidak berbahaya pada 2% remaja dimana
terjadi proteinuria dalam posisi tegak namun tidak saat berbaring.
b. Penyakit saluran kemih: infeksi, tumor, kalkuli.
c. Peningkatan produksi protein yang bisa disaring; rantai panjang
imunoglobulin (protein Bence Jones) pada mieloma, mioglobinuria,
hemoglobinuria.
d. Trombosis vena renalis adalah sebab sekaligus akibat dari proteinuria.
3. Macam-macam Proteinuria:
a. Fungsional Proteinuria
Disebabkan oleh karena ekspose dengan udara yang sangat dingin,
otot-otot yang bekerja keras yang akan menghilang setelah istirahat
(tidur). Pada kehamilan disebut ortostatik atau postural protein
(Koestadi, 1989).
b. Organik Proteinuria
a) Pre Renal Proteinuria
Dikarenakan penyakit yang umum terjadi dan merupakan
indikasi penyakit ginjal misalnya ascites dan karena keracunan obat
bahan kimia seperti merkuri (Hg) dan timbal (Pb). Karena
peningkatan permeabilitas glomerulus, seperti keadaan-keadaan
hipertensi esensial dan eklamsia pada kehamilan. Pada Proteinuria
jenis ini melebihi 2 gram/24 jam. Dan jarang terjadi Proteinuria pre
renal sejati, tanpa kerusakan ginjal tetapi apabila berkepanjangan
dengan sendirinya dapat mengakibatkan kerusakan ginjal (Baron,
1990).
13
b) Renal Proteinuria
Proteinuria dapat menjadi tanda satu-satunya dari kerusakan
ginjal dini oleh obat-obatan nefrositik atau pada penyakit ginjal, dan
diabetes mellitus merupakan penyebab yang sering. Pada berbagai
jenis penyakit ginjal dapat dilihat derajat proteinuria yang berbeda.
Pada glomerulonefritis proteinuria disebabkan oleh kebocoran
melalui glomerulus yang rusak bervariasi sesuai jenis gangguan
patologis. Sindroma nefrositik biasanya disertai dengan 10-20 g
proteinuria per 24 jam, proteinuria massif seperti itu dapat
menyebabkan kerusakan tubulus sekunder yang kemudian
mengurangi reabsorpsi protein pada tubulus (Baron, 1990).
c) Pasca Renal Proteinuria
Proteinuria yang berasal dari pasca renal selalu berhubungan
dengan sel-sel, dan minimal ditemukan pada infeksi berat traktus
urinarius bagian bawah, dan disertai dengan hematuria bila pelvis
ginjal atau ureter dirangsang oleh batu atau ada penyakit keganasan
setempat (Baron, 1990).
A. Dasar Pemikiran
Pemeriksaan protein urine merupakan pemeriksaan skrining untuk
mengetahui fungsi ginjal. Proteinuria adalah terdapatnya protein di dalam
urin, pada keadaan normal tidak didapatkan konsentrasi yang tinggi dalam
urin. Dalam metabolismenya pada tubuh manusia hanya sedikit sekali protein
yang difiltrasi menembus glomerulus.
Adanya protein dalam urine dapat disebabkan oleh penyakit
glomelurus, penyakit tubulus, penyakit non-ginjal, penyakit saluran kemih,
peningkatan produksi protein yang bisa disaring, trombosis vena renalis, pre-
eklampsia (kehamilan). Untuk mendeteksi adanya protein didalam urine harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium, salah satunya dengan metode
pemanasan menggunakan asam asetat 6%. Pemberian asam asetat untuk
mencapai titik isiolektrik protein. Dengan pemanasan mengakibatkan
denaturasi dan terjadi presipitasi.
Reagen pemeriksaan protein urine menggunakan bahan kimia jadi
atau yang dibuat sendiri oleh petugas di laboratorium yang harganya relatif
mahal. Sehingga dibutuhkan bahan lain yang dapat digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine yaitu dengan menggunakan
tumbuhan ataupun bahan-bahan alami lainnya yang harganya relatif murah
dan mudah ditemukan.
Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu buah yang
memiliki kandungan asam sitrat yang tinggi, serta jeruk nipis mempunyai
sifat yang mirip dengan asam asetat yaitu sifat keasaman sebagai asam lemah
dan pH 2,0. Sehingga jeruk nipis dapat digunakan sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine. Pada penelitian ini larutan air perasan jeruk nipis
yang digunakan yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
Dalam prosedur penelitian akan dibandingkan antara hasil
pemeriksaan menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol) dan hasil
15
16
5 cc urine 5 cc urine
dimasukkan dimasukkan
kedalam kedalam
tabung reaksi tabung reaksi
Dipanaskan Dipanaskan
Terjadi Terjadi
Kekeruhan Kekeruhan
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas yang diteliti adalah larutan air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100%.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah urine yang positif
mengandung protein yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Defenisi operasional
a. Urine dalam penelitian ini adalah urine yang positif mengandung
protein yang diperoleh dari laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Kendari yang dijadikan sampel dan uji dengan asam
asetat 6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100%.
b. Larutan asam asetat 6% adalah larutan kontrol yang diujikan pada urine
yang positif mengandung protein.
c. Larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah air perasan
jeruk nipis yang dibuat dalam varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%
dan 100% yang diujikan pada sampel urine yang positif mengandung
protein untuk mengetahui efektivitas larutan air perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein
urine.
2. Kriteria objektif
a. Efektif : Bila hasil pemeriksaan menggunakan air perasan
jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% sama dengan hasil pemeriksaan menggunakan
larutan asam asetat 6% (kontrol).
18
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena urine
mendapat perlakuan langsung dengan pengujian menggunakan larutan asam
asetat 6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan varian
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 April sampai 28 Mei
2018.
2. Tempat penelitian
Tempat pengambilan sampel urine yang positif mengandung protein
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari. Sedangkan tempat
pemeriksaan sampel yang dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah buah jeruk nipis yang diperoleh di pasar
Anduonohu Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Sedangkan objek penelitian ini
adalah sampel urine yang positif mengandung protein yang sudah tersedia.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah sampel urine yang diperiksa di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah urine yang positif mengandung
protein yang telah diperoleh dari Laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Kendari yang memenuhi kriteria sampel dan diambil
dengan teknik insidential sampling.
19
20
a. Kriteria sampel
a) Kriteria inklusi : sampel urine yang positif mengandung protein
b) Kriteria eksklusi : sampel urine yang negatif mengandung protein
E. Bahan Uji
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) yang dibuat dalam bentuk larutan sebagai alternatif
reagen pemeriksaan protein urine. Buah jeruk nipis yang digunakan
merupakan buah jeruk nipis yang berwarna hijau tua sampai kuning dengan
kematangan sedang yaitu tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan
protein urine secara semikuantitatif. Meliputi sampel protenuria dan buah
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang telah terpilih sebagai bahan penelitian
kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Kendari, kemudian dilakukan pembuatan larutan air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine. Yang diawali dengan perlakuan terhadap jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terlebih dahulu dilakukannya pengenceran dengan
varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, selanjutnya pemeriksaan
protein urine dengan menggunakan larutan asam asetat 6% (kontrol) dan
larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan varian konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, kemudian penentuan efektivitas larutan air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai alternatif reagen
pemeriksaan protein urine.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa hasil penelitian pemeriksaan protein urine
secara semikuantitatif. Metoda analisis semikuantitatif yaitu metode analisis
risiko yang menggunakan angka skala untuk tiap kategori kualitatif.
21
H. Prosedur Kerja
a. Pra Analitik
1) Persiapan Pasien : Pasien diminta untuk berkemih dan
menampung urinenya pada pot sampel urine
yang telah disediakan.
2) Persiapan sampel : Urine pagi
3) Metode : Asam asetat 6%
4) Prinsip Kerja : Protein dalam urine didenaturasi dengan
pemanasan dan penambahan asam, derajat
kekeruhan berbanding lurus dengan konsentrasi
protein dalam urine.
5) Persiapan alat dan bahan :
Alat :
a) Pipet tetes
b) Tabung reaksi
c) Rak tabung
d) Gelas beaker
e) Lampu spiritus
f) Pulpen
g) Korek api
h) Pisau
i) Alat Pemeras Jeruk
j) Pipet volume 5 mL dan 10 mL
k) Ball filler
l) Sentrifus
Bahan :
a) Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
b) Asam asetat 6%
c) Aquadest
d) Pot sampel urine
e) Kertas pH
22
V1.%1 = V2.%2
Keterangan :
V1 : Volume Larutan Stok
%1 : Konsentrasi Larutan Stok
V2 : Volume Larutan Perlakuan
%2 : Konsentrasi Larutan yang Diinginkan
Tabel 4.1 Komposisi Air Perasan Jeruk Nipis dan
Aquadest Pada konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80% dan 100%.
Komposisi
Konsentrasi
Air Perasan Jeruk Aquadest
(%)
Nipis (mL) (mL)
20 2 8
40 4 6
60 6 4
80 8 2
100 10 0
3. Pemeriksaan sampel urine dengan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% :
a) Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
b) Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan
penjepit tabung reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala
lampu spiritus sampai mendidih selama 30 detik.
c) Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi
kekeruhan, kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat
atau kalciumkarbonat.
d) Teteskan 5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas
itu. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan
akan hilang. Jika kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka
kekeruahan akan tetap hilang tapi dengan pembentukan gas. Jika
kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, maka tes terhadap
protein adalah positif.
e) Lakukan dengan prosedur yang sama untuk pengujian protein urine
dengan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 40%, 60%, 80%
dan 100%.
c. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
- : Tidak ada kekeruhan
+ : Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-butir
++ : Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir
+++ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping
++++ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (Yuniarty, 2017).
I. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah buah jeruk nipis yang diperoleh di pasar
Anduonohu Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Data lainnya diperoleh dari
25
B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang efektivitas larutan air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine yang
dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Kendari selama 29 hari dan didampingi oleh instruktur.
Didapatkan data primer yang disajikan pada tabel berikut:
26
27
C. Pembahasan
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman yang banyak
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu kandungan jeruk nipis adalah
asam sitrat serta jeruk nipis mempunyai kandungan asam dengan pH 2.0
(Sarwono, 2001). Sehingga asam sitrat pada jeruk nipis memungkinkan
29
mendenaturasi protein pada urine saat pemanasan dan penambahan larutan air
perasan jeruk nipis.
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis diantaranya
asam sitrat sebanyak 7 sampai 7,6%, dammar lemak, mineral, vitamin B1,
minyak atsiri, sitral limonen, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat,
cadinen dan linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung vitamin C,
kalsium dan fosfor (Hariana, 2004). Penelitian ini bersifat eksperimental,
populasi dalam penelitian ini adalah sampel urine yang diperiksa di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari dan sampel
berjumlah 15 sampel positif protein urine yang diambil di Laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari dengan teknik insidential
sampling. Data primer yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan
analisis deskriptif.
Pada peneltian dilakukan pengukuran pH larutan asam asetat 6%
(kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 20%, 40%,
60%, 80% dan 100%. Hasil pengukuran pH larutan asam asetat 6% dan
larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
didapatkan hasil pengukuran pH yang sama yaitu 2,0. Pengukuran pH pada
penelitian menggunakan kertas pH yang ditentukan dengan membandingkan
warna kertas pH yang telah dicelupkan pada larutan asam asetat 6% (kontrol)
dan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% dengan standar warna pada kemasan kertas pH sehingga sangat
bergantung dari pengamatan.
Pada penelitian tentang pemeriksaan protein urine ada dua tahap
penting yang dilakukan yaitu pemanasan dan penambahan asam. Fungsi
pemanasan adalah agar protein yang terdapat dalam urine mengalami
denaturasi sehingga terbentuk presipitat atau endapan putih. Sedangkan
fungsi penambahan asam adalahu untuk mendekati titik isoelektrik protein
didalam urine (Kurniawan, 2014).
Dari hasil pemeriksaan protein urine dengan pemberian asam asetat
6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 20%,
30
40%, 60%, 80% dan 100% terhadap 15 sampel positif protein urine yang di
sajikan pada tabel 5.1 dan tabel 5.2 menunjukkan hasil yang sama antara
kelompok larutan asam asetat 6% (kontrol) dengan larutan air perasan jeruk
nipis dengan berbagai varian konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
yaitu positif 1 sampai 3 menunjukkan hasil positif 100%. Kesamaan hasil ini
disebabkan karena kesamaan pH antara lartuan asam asetat 6% dan larutan air
perasan jeruk nipis konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% yaitu 2,0
sehingga pH sangat berpengaruh pada proses denaturasi dan pembentukan
presipitasi protein dalam urine tanpa memperhatikan besar konsentrasi dari
suatu larutan. Walaupun konsentrasi air perasan jeruk nipis diencerkan
menjadi 20%, 40%, 60% dan 80% maupun tidak diencerkan (tetap 100%)
asalkan pHnya sama dengan larutan asam asetat 6% (kontrol) dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya protein dalam urine.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Aswad (2015) dan Idham (2017) yang menyimpulkan bahwa air perasan
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat menggantikan peranan asam asetat
pada larutan turk. Hal ini dikarenakan sifat kimia jeruk nipis yang memilki
kesamaan sifat dengan asam asetat yaitu sifat sebagai asam lemah dan pH 2,0
(Sarwono, 2001).
Hasil pemeriksaan protein urine bermanfaat untuk memantau
perjalanan penyakit dan membantu menunjukkan diagnosa suatu penyakit
dalam laboratorium karena setelah dilakukan pengujian menggunakan reagen
asam asetat 6% (kontrol) dan larutan air perasan jeruk nipis dengan berbagai
varian konsentrasi mendapatkan hasil yang sama. Hal ini disebabkan karena
asam asetat dan larutan air perasan jeruk nipis memiliki sifat asam yang
mendekati titik isoelektrik protein (Gandasoebrata, 1985). Titik Isoelektrik
adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol
akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa.
Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua
muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH
berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan partikel koloid
31
A. Kesimpulan
1. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
2. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 40% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
3. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 60% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
4. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 80% efektif digunakan sebagai
alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
5. Larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 100% efektif digunakan
sebagai alternatif reagen pemeriksaan protein urine.
6. Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan protein urine antara larutan asam
asetat 6% (kontrol) dengan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%,
40%, 60%, 80% dan 100%.
B. Saran
1. Disarankan untuk laboratorium kesehatan yang masih menggunakan
pemeriksaan protein urine secara manual untuk menggunakan larutan air
perasan jeruk nipis karena harganya yang lebih ekonomis.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang
sama menggunakan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
dengan konsentrasi yang lebih rendah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Idham, Ahmad Fajri. 2017. “Jeruk Nipis Jadi Penghitung Jumlah Leukosit”
[Wawancara]. Sulsel Ekspres, 11 Agustus.
Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Koestadi. 1989. Kimia Klinik Teori dan Praktek Darah. Kediri: AAK Bhakti
Wiyata.
Kurniati, Maftuhah. 2009. Analisa Pemeriksaan Urin. Diunduh tanggal 26 Juni
2018 dari http://id.scribd.com/doc/87590185/Urinal-is-Is-Uji-Urin-Kimia
Darah.
Kurniawan, Fajar Bakti. 2014. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Kusmiyati, Yuni. 2010. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Ma’rufah. 2011. Hubungan Glukosa Urin Dengan Berat Jenis. Jurnal. Dosen.
Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Mogensen, C.E., 2000. Microalbuminuria, blood pressure and diabetic renal
disease: origin and development of ideals. In: Mogensen, C.E., ed. The
kidney and hypertension in diabetes mellitus. 5th ed. Boston Kluwer: 655-
706.
Muhlisah, Fauziah. 2007. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Jakarta: PT. Seri
Agri Sehat.
Mursito. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta: Swadaya.
Pearce, Evelyn, C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. PT Gramedia
Pustaka Umum: Jakarta.
Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan
oleh Annisa Rahmalia. Jakarta : Erlangga.
Sarwono, B. 2001. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta.
Strangsinger, dkk. 2017. Urinalisis dan Cairan Tubuh. Jakarta: EGC.
Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan, edisi ke 14. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Uliyah, Musrifatul dan Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Ed. 9. Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda Soebrata, J.
Latu. Jakarta: EGC.
Yuniarty, Tuty. 2017. Bahan Ajar Kimia Klinik II. Kendari: Poltekkes Kemenkes
Kendari.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 5
Rumus Pengenceran:
V1 × %1 = V2 ×%2
V1 =
V1 = 10 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 100%
diambil 10 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Air perasan jeruk nipis
yang diambil tanpa penambahan aquadest.
2. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 80%
V1 × 100% = 10 mL × 80%
V1 =
V1 = 8 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 80%
diambil 8 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 2 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
3. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 60%
V1 × 100% = 10 mL × 60%
V1 =
V1 = 6 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 60%
diambil 6 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 4 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
4. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 40%
V1 × 100% = 10 mL × 40%
V1 =
V1 = 4 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 40%
diambil 4 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 6 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
5. Pembuatan larutan air perasan jeruk nipis konsentrasi 20%
V1 × 100% = 10 mL × 20%
V1 =
V1 = 2 mL
Jadi, untuk membuat larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 20%
diambil 2 mL air perasan jeruk nipis murni (100%). Kemudian ditambahkan
dengan 8 mL aquadest dan kemudian di homogenkan.
LAMPIRAN 6
TABULASI DATA
Hasil Pemeriksaan
Kode Kontrol Larutan Air Perasan Jeruk Nipis Interpretasi
No Sampel (Asam Berbagai Konsentrasi
Asetat 6%) 20% 40% 60% 80% 100%
1. 1 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
2. 2 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
3. 3 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
4. 4 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
5. 5 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
6. 6 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
7. 7 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
8. 8 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
9. 9 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
10. 10 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
11. 11 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
12. 12 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ Efektif
13. 13 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+ Efektif
14. 14 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
15. 15 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ Efektif
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI PENELITIAN