Anda di halaman 1dari 94

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH JAMBU

BIJI MERAH (Psidium guajava L.) TERHADAP


KADAR LDL TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus
novergicus) YANG DIINDUKSI
PROPILTIOURASIL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH:

NELY ELLIANA
NIM : PO.71.39.0.14.067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2017
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Big Thank’s to :
1. ALLAH SWT, karena ridho-Nya lah KTI ini bisa terselesaikan dengan
lancar dan tepat waktu.
2. Kedua orang tua ku (Ayah dan Ibu) yang selalu memberi dukungan baik
moril maupun materil, yang tak henti menyebut namaku dalam setiap do’a
nya serta saudaraku Rizky yang selalu memberikan semangat berupa
omelan-omelan yang kadang membuat geram.
3. Dosen pembimbingku, Ibu Minda yang telah membimbing, memberi
nasihat, dan selalu menyempatkan waktunya agar saya bisa konsultasi
sampai-sampai pulang kesorean dan datang pada hari libur kerja. Terima
kasih atas saran dan dukungannya selama ini.
4. Ketua Jurusan, Dosen dan Karyawan Jurusan Farmasi yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian hingga KTI ini selesai. Terima kasih Pak
Udin, Kak Mamik, Kak Lia, Kak Ferry, Kakak-Om-Kakek Satpam.
5. Bakso Pakde, Buku-buku KTI Kating, Para Laboratorium, 36 ekor tikus-
tikusku yang rela mengorbankan kehidupannya, bantuan kalian sangat
berarti
6. Sahabat setiaku (Yoki, Aloha, Titik, Cuwan, dan Babang) yang selalu siap
sedia saat kegalauan menghampiriku. Yoki yang selalu setia nemenin
kemana aja, Aloha yang selalu merepotkan dan berisik, Titik yang kadang-
kadang melakukan hal tidak penting, Cuwan yang selalu mau bantuin ngedit
KTI, dan Babang yang sering bikin mood jelek. Walaupun apapun yang
terjadi, kalian the bestlah.
7. Malikers squad yang selalu ada disaat suka dan duka (Yuk Dika, Dini,
Ocak, Buk Sin, Oden, Indah, Noput), yang tak segan meluangkan waktunya
untuk menemani penelitian, membantu menjaga ekstraksi (destilasi, soklet,
vakum), membantu induksi tikus walaupun takut tikus (hahaha), dan selalu
menghabiskan waktunya selama 3 tahun ini, thankyou gaes udah jadi
sahabat skaligus keluargaku. Walaupun sering bertengkar, tapi tetap aku
cuyung kalian.
8. Partner in crime kostan Oma (Mba Endah, Restu, Nina, dan Fairi) yang
selalu berbagi makanan, cerita, waktunya selama kehidupan diluar kampus.
9. Teman-teman seangkatan jurusan farmasi, yang namanya tidak bisa
disebutkan satu per satu.
10. Almamater dan Gedung Kampusku.

The Last, thanks to caffein, chocolate, snack, korean drama, and Park
Jihoon that always accompany me to stay and never give up with KTI and also
always there for me when I’m in a bad mood.
BIODATA

Nama : Nely Elliana

Tempat, Tanggal Lahir : Indralaya, 5 Mei 1997

Alamat :Komplek Mutiara Indah 1 Blok.D No.96,


Indralaya, Ogan Ilir

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Sobhi, S.Sos

Ibu : Hermiati

Jumlah Saudara :1

Anak-ke :2

E-mail : elliananely@gmail.com

Nomor Hp : 0821-8711-1498

Riwayat Pendidikan

1. TK-Alkautsar, Indralaya (2002)

2. SD Negeri 1 Indralaya (2008)

3. SMP Negeri 1 Indralaya (2011)

4. SMA Negeri 1 Indralaya (2014)


ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian


terbesar di Indonesia. Pemicu terjadinya PJK salah satunya karena tingginya kadar
LDL dalam tubuh. Menurut penelitian, buah jambu biji merah mengandung zat
aktif likopen dan kuersetin yang diduga mampu menurunkan kadar LDL.
Penelitian ini ditujukan untuk meneliti pengaruh pemberian ekstrak buah jambu
biji merah (Psidium guajava L.) terhadap kadar LDL tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil.

Metode : Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental yang dilakukan


pada hewan percobaan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) sebanyak 30 ekor
yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu: kelompok I (kontrol normal), kelompok II
(kontrol negatif yang diberi larutan tween 80 2%), kelompok III (kontrol positif
yang diberi larutan simvastatin dosis 2,38mg/200gBB), kelompok IV (perlakuan
dosis I 275mg/200gBB), kelompok V (perlakuan dosis II 550mg/200gBB), dan
kelompok VI (perlakuan dosis III 1100mg/200gBB). Sebagai agen peningkat
kadar LDL diberikan induksi Propiltiourasil secara oral dengan dosis
12,5mg/200gBB pada awal penelitian selama 14 hari. Pengukuran kadar LDL
dilakukan pada hari ke-0, 14, dan 29 di Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Palembang.

Hasil : Hasil uji ANOVA one-way menunjukkan adanya perbedaan yang


bermakna antara kelompok II (kontrol negatif) dengan kelompok I (kontrol
normal), kelompok III (kontrol positif), kelompok IV (ekstrak dosis I), kelompok
V (ekstrak dosis II), dan kelompok VI (ekstrak dosis III) dengan angka signifikan
p=0,000 (p<0,05).

Kesimpulan : Ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dosis I
275mg/200gBB, dosis II 550mg/200gBB, dan dosis III 1100mg/200gBB mampu
menurunkan kadar LDL tikus. Dari ketiga dosis tersebut yang mampu
menurunkan kadar LDL lebih baik dari simvastatin dosis 2,38mg/200gBB adalah
ekstrak dosis III 1100mg/200gBB.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)
Terhadap Kadar LDL Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Propiltiourasil” sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak sekali


mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Mindawarnis, S.Si, Apt, M.Kes selaku pembimbing utama yang


senantiasa memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan ridha, motivasi dan
dukungan baik secara moril maupun materil.
4. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Politeknik Kesehatan Palembang
Jurusan Farmasi.
5. Teman-teman satu angkatan dan semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan dan semangat.

Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan


pengalaman yang dimiliki. Sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Palembang, Juli 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
BIODATA
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) .......................................... 6


B. Ekstrak ............................................................................................ 13
C. Kolesterol........................................................................................ 15
D. Simvastatin ..................................................................................... 25
E. Propiltiourasil (PTU) ....................................................................... 28
F. Hewan Coba .................................................................................... 29
G. Kerangka Teori ............................................................................... 33
H. Hipotesis ......................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................ 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 35
C. Objek Penelitian .............................................................................. 35
D. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 36
E. Alat dan Bahan ................................................................................ 36

ii
F. Prosedur Kerja ................................................................................ 37
G. Variabel Penelitian .......................................................................... 46
H. Definisi Operasional ........................................................................ 46
I. Kerangka Operasional ..................................................................... 48
J. Cara Pengolahan ............................................................................. 49
K. Rencana Kegiatan............................................................................ 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ............................................................................................... 50
B. Pembahasan .................................................................................... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62


LAMPIRAN ................................................................................................. 66

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar Lipid dalam Serum................................................................ 20


2. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus).................................. 31
3. Volume Maks. Larutan yg Bisa Diberikan pada Binatang ................ 31
4. Konversi Dosis Hewan Percobaan dengan Manusia ......................... 32
5. Pembagian Kelompok Hewan Coba ................................................ 43
6. Hasil Pengukuran Kadar LDL Tikus Putih Jantan ............................ 52
7. Hasil Uji Normalitas Analisa Statistik Shapiro-Wilk Tiap-tiap
Kelompok ....................................................................................... 53
8. Hasil Analisa Statistik ANOVA one-way Data LDL dengan Uji
Tukey .............................................................................................. 54
9. Perhitungan Pemberian Ekstrak Dosis 275mg/200gBB .................... 72
10. Perhitungan Pemberian Ekstrak Dosis 550mg/200gBB .................... 72
11. Perhitungan Pemberian Ekstrak Dosis 1100mg/200gBB .................. 72
12. Perhitungan Pemberian Induksi PTU Dosis 12,5mg/200gBB ........... 73
13. Perhitungan Pemberian Dosis Simvastatin ....................................... 74
14. Hasil Uji Normalitas Analisa Statistic Shapiro-Walk ....................... 75
15. Hasil Uji Normalitas Deskriptif One-Way ANOVA ......................... 76
16. Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic ........................................... 76
17. Hasil Uji ANOVA ........................................................................... 76
18. Hasil Uji Post Hoc Test Tukey One-way ANOVA ........................... 77

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman Jambu Biji Merah ............................................................. 6


2. Buah Jambu Biji Merah ................................................................... 7
3. Struktur Flavonoid .......................................................................... 12
4. Struktur Simvastatin ........................................................................ 25
5. Tikus Putih Jantan ........................................................................... 29
6. Grafik Perbandingan Rata-rata Kadar LDL Hari ke-0, Hari ke-14
dan Hari ke-29 Tiap-tiap Kelompok ................................................ 52
7. Buah Jambu Biji Merah yang Diiris Tipis-tipis ................................ 78
8. Serbuk Buah Jambu Biji Merah yang Telah Kering ......................... 78
9. Ekstrak Buah Jambu Biji Merah ...................................................... 79
10. Proses Destilasi Etanol .................................................................... 80
11. Proses Sokletasi dan Destilasi Vakum Serbuk Buah Jambu Biji
Merah.............................................................................................. 80
12. Proses Pemberian Larutan Pada Tikus ............................................. 81
13. Proses Pengambilan Darah Tikus Melalui Intrakardial ..................... 81
14. Sampel Darah Tikus ........................................................................ 82

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-0 ..................................................... 66


2. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-14 Kelompok Kontrol Normal,
Kontrol Negatif, dan Kontrol Positif ................................................ 67
3. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-14 Kelompok Ekstrak Dosis I,
Dosis II, dan Dosis III ..................................................................... 68
4. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-29 Kelompok Kontrol Normal,
Kontrol Negatif, dan Kontrol Positif ................................................ 69
5. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-29 Kelompok Ekstrak Dosis I,
Dosis II, dan Dosis III ..................................................................... 70
6. Perhitungan Dosis Ekstrak Jambu Biji Merah .................................. 71
7. Perhitungan Pemberian Dosis Ekstrak Jambu Biji Merah ................ 72
8. Perhitungan Dosis Propiltiourasil .................................................... 73
9. Perhitungan Dosis Simvastatin ........................................................ 74
10. Hasil Uji Normalitas Analisa Statistic Shapiro-wilk ......................... 75
11. Hasil Uji Statistik ANOVA One-way .............................................. 76
12. Foto Objek Penelitian Buah Jambu Biji Merah ................................ 78
13. Foto Proses Ekstraksi Buah Jambu Biji Merah ................................ 80
14. Foto Proses Penelitian ..................................................................... 81

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat yang sering mengkonsumsi

makanan cepat saji (fast food) yang banyak mengandung kadar lemak jenuh

tinggi, serta kebiasaan merokok dan kurang berolahraga mulai menujukkan

dampak meningkatnya penderita penyakit degeneratif seperti jantung koroner

(Agromedia, 2009). Penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu di dunia,

terutama penyakit jantung koroner atau PJK yang jumlah penderitanya sangat

banyak dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya. PJK atau arteri koroner

dianggap sangat berbahaya karena dapat menimbulkan serangan jantung

mendadak dan berujung kematian (Hermawati & Dewi, 2014).

Terhitung lebih dari 17,3 juta kematian per tahun diakibatkan oleh penyakit

jantung dan diperkirakan akan tumbuh lebih dari 23.600.000 pada tahun 2030

(American Heart Association, 2016). Penyakit jantung adalah penyebab utama

kematian di Eropa dan PJK adalah penyebab satu dari lima kematian dari

keseluruhan kematian kardiovaskular. Hampir 1,8 juta atau 20% dari semua

kematian di Eropa setiap tahunnya disebabkan oleh PJK (Townsend at all, 2015).

Di Indonesia, prevalensi jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter sebesar

0,5% dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

1
2

PJK terjadi akibat adanya penyumbatan pembuluh arteri oleh plak yang

menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke jantung. Plak yang menyumbat

pembuluh darah tidak muncul begitu saja. Kemunculan plak yang berupa

timbunan lemak atau kalsium melalui proses secara bertahap. Biasanya, diawali

dengan kekakuan pembuluh darah atau biasa disebut aterosklerosis, kemudian

penyempitan pembuluh darah, dan berangsur-angsur meningkat menjadi

penyumbatan pembuluh darah (Hermawati & Dewi, 2014).

Timbulnya plak pada pembuluh darah dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam tubuh. LDL merupakan salah satu

jenis lipoprotein yang berfungsi untuk mengangkut kolesterol, trigliserida, dan

lemak lain dari hati ke sel-sel tubuh. Komponen kolesterol terbanyak terdapat

didalam LDL. Maka dari itu, kadar LDL yang meninggi akan membentuk dinding

pada bagian dalam arteri secara perlahan dan kemudian bersama senyawa lain

LDL dapat membentuk plak pada dinding arteri (Murray, 1997). Menurut Anwar

(2004), kadar LDL lebih tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui resiko PJK

dibandingkan dengan kadar kolesterol total.

Peningkatan kadar LDL dapat diakibatkan karena propiltiourasil (PTU).

PTU merupakan obat antitiroid golongan tioamid. Aksi utama PTU ialah

mencegah sintesis hormon tiroid yang dapat mengakibatkan hipotiroid. Pada

keadaan hipotiroid, hormon tiroid dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan

cara meningkatkan pembentukan reseptor LDL pada sel-sel hati, sehingga terjadi

pemindahan LDL yang cepat dari plasma dan sekresi lipoprotein kolesterol oleh

sel-sel hati (Katzung, 2002).


3

Kebanyakan orang yang mempunyai kadar kolesterol tinggi menggunakan

obat-obatan sintetik seperti golongan klofibrat dan statin yang terbukti efektif

dalam menurunkan kadar LDL. Akan tetapi obat-obat seperti ini mengakibatkan

efek samping seperti gangguan pencernaan, miopati, dan kemerahan pada kulit

(Katzung, 2012). Tak hanya itu, mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka lama

dan secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya stress oksidatif yang

bersifat toksik dan meningkatkan keparahan penyakit. (Umarudin, Susanti, &

Yuniastuti, 2012). Oleh karena itu, dapat dicari alternatif lain dengan

memanfaatkan obat tradisional yang berasalkan dari tanaman obat.

Salah satu alternatif yang dapat menurunkan kadar LDL dalam jangka

panjang adalah penggunaan bahan alami seperti buah jambu biji merah (Psidium

guajava L.) yang kaya akan likopen. Likopen berkaitan dengan kerja enzim HMG

CoA-reduktase yang ikut berperan dalam mengendalikan produksi kolesterol

(Harlinawati, 2008). Menurut Penelitian Rahmawati, Dwiyanti, & Sholihin

(2013), ekstrak buah jambu biji merah segar mengandung terpenoid, tanin, dan

flavonoid. Flavonoid yang terkandung dalam jambu biji mengandung kuersetin

(Prasetio, 2015). Kuersetin dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kadar

kolesterol LDL dengan cara menghambat seksresi aktivitas enzim HMG-KoA

reduktase, yaitu enzim yang berperan dalam pembentukan kolesterol (Adele at all,

2002).

Pada penelitian hubungan pemberian jus jambu biji merah (Psidium guajava

L.) terhadap kadar kolesterol mencit (Mus musculus) diabetik, menunjukkan

bahwa jus jambu biji merah dengan dosis 0,78 mg/20gBB dapat menurunkan

kadar kolesterol dengan rata-rata penurunan sebesar ±158.27 mg/dL (Lestari,


4

2011). Penelitian pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava

L.) terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida serum darah tikus

putih jantan (rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan, menunjukkan bahwa

ekstrak buah jambu biji putih mampu menurunkan kadar LDL darah tikus

diabetes dengan dosis 1,62 gram/BB/hari dan 3,24 gram/BB/hari (Islamiyah,

2010). Sedang menurut Adi (2008), mengkonsumsi buah jambu biji merah 100

gram/hari dapat menurunkan kadar LDL manusia. Berdasarkan hal tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Ekstrak

Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar LDL Tikus Putih

Jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) memiliki efek

terhadap penurunan kadar LDL dalam serum tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil ?

2. Berapa dosis yang mampu menurunkan kadar LDL dalam serum tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) pada pemberian ekstrak buah jambu biji merah

(Psidium guajava L.) ?

3. Bagaimana perbandingan pemberian ekstrak buah jambu biji merah

(Psidium guajava L.) dengan pemberian obat penurun kolesterol

simvastatin?
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menguji pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji merah (Psidium

guajava L.) terhadap kadar LDL dalam serum tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil.

2. Tujuan Khusus

a. Menghitung dosis yang mampu menurunkan kadar LDL dalam serum

tikus putih jantan (Rattus norvegicus) pada pemberian ekstrak buah

jambu biji merah (Psidium guajava L.).

b. Mengukur perbandingan pemberian ekstrak buah jambu biji merah

(Psidium guajava L.) dengan pemberian obat penurun kolesterol

simvastatin?

D. Manfaat Penelitian

1. Membuktikan secara ilmiah bahwa ekstrak buah jambu biji merah (Psidium

guajava L.) mempunyai pengaruh terhadap kadar LDL.

2. Menambah informasi ilmiah tentang manfaat ekstrak buah jambu biji merah

(Psidium guajava L.) terhadap penurunan kadar LDL.

3. Menambah wawasan masyarakat tentang pemanfaatan buah jambu biji

merah (Psidium guajava L.) bagi kesehatan.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan

perbaikan metode yang digunakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

Jambu biji bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini pertama

kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat

melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan,

dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Jambu biji kemudian menyebar di

beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan

Australia. Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari

bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima. Sementara “guajava” berasal

dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol (Parimin, 2007).

Gambar 1. Tanaman Jambu Biji Merah


Sumber: www.google.com

6
7

Gambar 2. Buah Jambu Biji Merah


Sumber: www.google.com

1. Taksonomi Tanaman

Menurut Parimin (2007), taksonomi tanaman jambu biji

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn


8

2. Morfologi Tanaman

Semak atau pohon, tinggi 3 m sampai 10 m, kulit batang halus

permukaannya, berwarna cokelat dan mudah mengelupas. Daun

berhadapan, bertulang menyirip, berbintik, berbentuk bundar telur agak

menjorong atau agak bundar sampai meruncing, panjang helai daun 6 cm

sampai 14 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm, panjang tangkai 3 mm sampai 7

mm, daun yang muda berambut, daun yang tua permukaan atasnya menjadi

licin. Perbungaan terdiri dari 1 sampai 3 bunga, panjang gagang perbungaan

2 cm sampai 4 cm; panjang kelopak 7 mm sampai 10 mm; tajuk berbentuk

bundar telur sungsang, panjang 1,5 cm sampai 2 cm. Buah berbentuk bulat

atau bulat telur, kalau masak berwarna kuning, panjang 5 cm sampai 8,5 cm,

berdaging yang menyelimuti biji-biji dalam massa berwarna kuning atau

merah jambu (Depkes RI, 1977–1980).

3. Nama Tumbuhan

a. Sinonim : P. aromaticum Blanco, P. Pomiferum L,

P.Pyriferum L

b. Nama Daerah : Sumatra: glima breueh (Aceh), glimeu beru(Gayo),

galiman (Batak), masiambu (Nias), biawas, jambu

biawas, jambu biji, jambu susu (Melayu).

Kalimantan: Libu, nyibu (Dayak, Busang). Jawa:

jambu klutuk (Sunda), bayawas jambu klutuk,

jambu krutuk, petokal tokal (Jawa), jambu bender,


9

jambu bigi (Madura). Nusa Tenggara: sotong

(Bali), guawa (Ende), goihawas (Sika), kejawas,

kujawas, kojabas (Timor), kujabas (Roti). Sulawesi:

goyawas (Menado), dambu (Gorontalo), biabulo

(Buol), jambu (Bare), jambu paratugala (Makasar),

jambu paratukala (Bugis). Maluku: kayawase,

koyawase (Seram Barat), kojawasu, koyafate, koja

wase (Seram Selatan), laine hatu, lutu hatu (Alfur

Ambon), jambu rutuno (Haruku), gawaya

(Halmahera Selatan), gawaya gowaya, bahaiti

(Halmahera Utara), gawaya (Ternate).

c. Nama Asing : Guava

d. Nama Simplisia : Psidium guajava Linn.

Sumber: Depkes RI (1977–1980) dan Afriastini (1984)

4. Varietas Buah Jambu Biji

Beberapa varietas jambu biji yang sudah dikenal di pasaran Indonesia

adalah jambu biji pasar minggu, jambu australia, jambu kristal taiwan,

jambu bangkok, jambu sukun, jambu sari, jambu apel, jambu palembang,

dan jambu mutiara (Rahmat, 2011).

a. Jambu Biji Pasar Minggu

Jambu biji ini merupakan jenis unggul karena hasil seleksi

kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun 1920-1930. Bobot buah
10

jambu ini sekitar 150-200 gram/buah. Bentuk buahnya agak lonjong

seperti alpukat. Daging buahnya merah, berasa manis, bertekstur

lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna hijau

kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat matang.

Sampai sekarang, jambu ini masih bertahan dan dikembangkan terus

oleh masyarakat (Parimin, 2007).

b. Jambu Biji Australia

Jambu biji Australia memiliki ciri yang unik, yaitu batang, daun,

maupun buahnya berwarna merah tua. Jambu biji ini berasal dari

Australia. Daunnya berbentuk bulat memanjang dengan ukuran

panjang 12–13 cm dan lebar 6–7 cm. Daging buah berwarna putih,

berbiji banyak, dan rasanya manis. Produktivitas buah jambu biji

Australia kurang atau jarang sehingga hanya cocok dijadikan tanaman

buah dalam pot (tanaman hias) (Parimin, 2007).

c. Jambu Biji Kristal Taiwan

Jambu biji ini merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak.

Masuk ke Indonesia sejak tahun 1991. Jenis ini merupakan jenis

jambu biji yang hampir tidak berbiji (Rahmat, 2011). Jambu kristal ini

memiliki dua jenis yaitu berdaging merah dan berdaging putih.

Rasanya manis agak asam dan renyah (Hadiati & Apriyanti, 2015).

d. Jambu Bangkok

Jambu biji Bangkok mulai populer pada tahun 1980. Buahnya

berukuran besar dengan bobot sekitar 500-1.200 gram per buah.


11

Daging buah tebal, berwarna putih, dan bijinya sedikit. kulit buah

berwarna hijau muda mengilap bila sudah matang. Rasa daging buah

manis serta enak dengan tekstur keras dan renyah (Parimin, 2007).

5. Kandungan Kimia

Jambu biji secara umum memiliki kandungan gizi cukup tinggi.

Dalam setiap 100 gram bahan terdapat 49 kal kalori, 86 gram air, 0,9 gram

protein, 0,3 gram lemak, 12,2 gram karbohidrat, 14 mg kalsium, 28 mg

fosfor, 1,1 mg zat besi, 0,02 mg vitamin B1, 87 mg vitamin C, dan 25 SI

vitamin A (Utami, 2008).

Selain itu, buah jambu biji merah juga kaya akan likopen yang dapat

dimanfaatkan untuk mengendalikan kolesterol karena berkaitan dengan

kerja enzim HMG-KoA reduktase (Harlinawati, 2006). Likopen merupakan

salah satu antioksidan yang mempunyai kemampuan untuk melawan radikal

bebas. Likopen dapat mencegah terjadina oksidasi LDL. Oleh karena itu

dengan mengkonsumsi likopen dapat mencegah terjadinya penyumbatan

pembuluh darah sehingga mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke

(Sayuti dan Yenrina, 2015).

Bersadarkan hasil uji fitokimia, didapat senyawa metabolit sekunder

yang terdapat pada ekstrak buah jambu biji merah segar yaitu flavonoid,

terpenoid, dan tanin (Rahmawati, Dwiyanti, & Solihin, 2013). Flavonoid

mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh

dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae (Robinson, 1995).


12

Gambar 3. Struktur Dasar Flavonoid (Robinson, 1995).

Quercetin merupakan bagian dari flavonoid dengan sebutan flovanol

yang paling banyak terdapat pada makanan. Quercetin dapat menurunkan

kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL dengan cara menghambat

seksresi Apo-B 100 pada sel CaCO-2 serta dapat menurunkan aktivitas

MTP yang berperan pada pembentukan lipoprotein dengan mengkatalisa

perpindahan lipid ke molekul Apo-B. Quercetin juga dapat menghambat

aktivitas enzim HMG-KoA reduktase, yaitu enzim yang berperan dalam

pembentukan kolesterol (Adele at all, 2002).

6. Khasiat Tanaman

Jambu biji merah bisa digunakan untuk menambah kadar trombosit

darah pada pasien yang menderita penyakit deman berdarah. Orang zaman

dahulu memanfaatkan buah jambu biji merah untuk menjaga kekebalan

tubuh, dikarenakan kandungan vitamin C. Berdasarkan penelitian terdahulu,

sejumlah penyakit dapat disembuhkan dengan buah jambu biji. Contohnya,

penyakit Diabetes Melitus (DM). Kandungan gula alamiah dalam jambu biji

merah bisa bermanfaat bagi penderita DM. Cara menggunakannya bisa

dimakan atau dijus.


13

Jambu biji merah juga bisa dimaanfaatkan untuk sakit perut atau diare,

dengan cara dikunyah-kunyah secara rutin sampai sembuh. Untuk diare,

akan makin bagus jika makan yang masih muda. Tak hanya itu, jambu biji

merah juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati sakit sariawan, karena

kandungan vitamin C yang ada dalam buah ini (Suwarto, 2014)

Menurut Dalimartha (2006), buah jambu biji dapat digunakan untuk

pengobatan kencing manis (diabetes melitus), kadar kolesterol darah tinggi

(hiperkolesterolemia), dan sembelit.

B. Ekstrak

1. Definisi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan. (Depkes RI, 1995). Cairan penyari yang

digunakan adalah air, eter, atau campuran etanol dan air (Depkes RI, 1979).

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi

pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

(Harbone, 1987).
14

2. Jenis Ekstraksi

a. Maserasi

Maserasi (macerare = mengairi, melunakkan) adalah cara

ekstraksi yang paling sederhana. Bahan jamu yang dihaluskan sesuai

dengan syarat farmakope (umunya terpotong-potong atau

diserbukkasarkan) disatukan dengan bahan ekstraksi. Deposisi

tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi

yang katalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali.

Waktu maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope

mencantumkan 4–10 hari. Kira-kira lima hari menurut pengalaman

sudah memadai, untuk membiarkan jalannya cara peristiwa

berdasarkan pada apa yang telah diuraikan diatas. Setelah waktu ini

sebaiknya ditetapkan suatu keseimbangan antara bahan yang

diekstraksi dalam bagian sebelah dalam sel dengan yang masuk ke

dalam cairan dan dengan demikian difusi akan berakhir. Persyaratan

untuk ini adalah berulangnya pengocokan deposisi ini (kira-kira tiga

kali sehari) (Voight, 1994).

b. Perkolasi

Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dalam wadah

silindris atau kerucut (perkolator), yang memiliki jalan masuk dan

keluar yang sesuai. Bahan ekstraksi yang dimasukkan secara kontinu

dari atas mengalir lambat melintasi jamu yang umunya berupa serbuk

kasar. Melalui pembaharuan terus-terusann bahan pelarut berlangsung


15

suatu maserasi banyak tingkat.

Jika pada maserasi sederhana suatu ekstraksi sempurna dari

jamu tidak terjadi, oleh karena akhirnya suatu keseimbangan

konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan sekelilingnya dapat

diatur, maka pada perkolasi melalui pemasukan bahan pelarut yang

baru dan dengan demikian suatu ekstraksi total secara teoritis adalah

mungkin berkaitan dengan perbedaan konsentrasi pada pososo yang

baru (secara praktek diperoleh sampai 95% bahan terekstraksi). Pada

jamu yang membengkaknya kurang kuat atau voluminus maka cara ini

kurang tepat (Voight, 1994).

c. Sokletasi

Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstraksi continu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik (Depkes RI, 2000). Menurut Marjoni (2016), proses

soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat

khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah

dibandingkan dengan suhu pada metoda refluks.

C. Kolesterol

1. Pengertian Kolesterol

Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam lipoprotein plasma,

yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak
16

rantai-panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis dalam banyak

jaringan dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh lewat empedu

sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor

semua senyawa steroid dalam tubuh, seperti kortikosteroid, hormon seks,

asam empedu, dan vitamin D. Kolesterol adalah produk hasil metabolisme

hewan dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari

hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak (Murray, 1997).

Menurut Irianto (2015), kolesterol adalah komponen lemak yang

terdapat pada pembuluh darah semua binatang dan juga manusia. Kolesterol

sebenarnya berguna sebagai sumber energi, membentuk dinding sel-sel

dalam tubuh., dan sebagai bahan dasar pembentukan hormon-hormon

steroid. Kolesterol memang dibutuhkan tubuh, namun dapat membentuk

endapan pada dinding pembuluh darah. HDL bertugas mengambil kolesterol

LDL serta fosolipida dari darah dan menyerahkan pada lipoprotein lain,

untuk diangkut kembali ke hati. Kemudian lemak akan diedarkan kembali

atau dikeluarkan dari tubuh.

2. Lipoprotein

Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan dalam keadaan demikian

menjadi komponen penting struktural yang membentuk membran sel serta

lapisan eksternal lipoprotein plasma. Lipoprotein mengangkut kolesterol

bebas dalam darah, dimana unsur ini segera mengimbangi unsur kolesterol

dalam lipoprotein lainnya dalam membran sel (Murray, 1997). Lipoprotein


17

memiliki bagian inti hidrofobik yang mengandung ester-ester kolesteril dan

trigliserida dikelilingi oleh kolesterol yang tidak teresterifikasi, fosfolipid,

dan apoprotein (Katzung, 2014).

3. Penggolongan Lipoptotein

Menurut Katzung (2002), sintesis dan katabolisme lipoprotein terbagi

menjadi empat, yaitu:

a. Kilomikron

Kilomikron merupakan lipoprotein yang paling besar, dibentuk

di dalam usus halus dan membawa trigliserida yang berasal dari

makanan. Beberapa ester kolesteril terdapat pula pada inti kilomikron.

Trigliserida dikeluarkan dari kilomikron pada jaringan ekstra

hepatis melalui suatu jalur yang berhubungan dengan VLDL yang

mencakup hidrolisis oleh sistem lipase lipoprotein (LPL). Suatu

penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika trigliserida

di dalam inti tersebut dikosongkan. Lipid permukaan, yakni apo A-I,

apo A-II, dan apo-C, ditransfer ke HDL. Sisa kilomikron berikutnya

diambil dengan endositosis yang diperantarai reseptor ke dalam

hepatosit.

b. Lipoprotein Berdensitas Sangat Rendah (VLDL)

VLDL yang disekresi oleh hati, menyediakan suatu sarana untuk

mengekspor trigliserida ke jaringan perifer. VLDL mengandung apo

B100 dan beberapa apo C. Diperlukan lebih banyak apo C dari HDL
18

plasma. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein yang

menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan di dalam jaringan

adipose dan untuk oksidasi dalam jaringan seperti di otot jantung dan

otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida menghasilkan sisa yang

disebut lipoprotein berdensitas menengah (IDL). Beberapa partikel

IDL mengalami endositosis secara langsung oleh hati. IDL yang

selebihnya dikonversi menjadi LDL dengan menghilangkan

trigliserida lebih lanjut yang diperantarai oleh lipase hati. Proses

tersebut dapat menjelaskan tentang fenomena klinis “pergeseran beta

(beta shift)”, peningkatan LDL (lipoprotein beta) dalam serum ketika

kondisi hipertrigliseridamik menurun. Peningkatan kadar LDL dalam

plasma dapat disebabkan dari peningkatan sekresi prekursor VLDL

dan juga dari penurunan katabolisme LDL.

c. Lipoprotein Berdensitas Rendah (LDL)

Suatu jalur utama katabolisme LDL dalam hepatosit dan dalam

sebagian besar sel-sel bernukleus lainnya melibatkan endositos yang

perantarai reseptor berafinitas tinggi. Ester kolesterol dari inti LDL

kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan kolesterol bebas untuk

sintesis membran sel. Sel-sel juga mendapatkan kolesterol dari sintesis

de novo melalui suatu jalur yang melibatkan pembentukan mevalonic

acid oleh reduktase HMG CoA. Produksi enzim tersebut dan reseptor

LDL diatur pada tingkat transkripsional oleh kandungan kolesterol

dalam sel. Biasanya, sekitar setengah dari eliminasi LDL dari plasma
19

disebabkan oleh endositosis LDL ke dalam hepatosit. Bahkan lebih

banyak lagi kolesterol yang dikirim ke hati dari VLDL sisa dan

kilomikron. Sehingga hati memainkan peran utama dalam pengelolaan

kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit mampu

mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol dalam

empedu dan dengan mengonversikan kolesterol menjadi asam empedu

yang juga disekresi dalam empedu.

d. Lipoprotein Lp(a)

Lipoprotein Lp(a) dibentuk dari suatu gugus yang menyerupai

LDL dan protein Lp(a) tersebut dihubungkan dengan suatu jembatan

disulfida. Protein Lp(a) sangat homolog dengan plasminogen tetapi

tidak mempunyai kemampuan untuk diaktifkan oleh aktivator

plasminogen jaringan. Keadaan seperti tersebut dapat terjadi pada

sejumlah isoform dengan berat molekul yang berbeda. Kadar protein

dalam serum manusia bervariasi dari nol hingga melebihi 200 mg/dL

dan diduga sebagian besar ditentukan oleh faktor genetis. Komplek

lipoprotein Lp(a) dapat ditemukan di dalam plak aterosklerosis dan

diduga berperan pula terhadap terjadinya penyakit koroner melalui

hambatan trombolisis.

e. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)

Apolipoprotein HDL disekresi oleh hati dan usus. Sebagian

besar lipid di dalam HDL berasal dari permukaan satu lapis

kilomikron dan VLDL selama lipolisis. HDL juga mendapatkan


20

kolesterol dari jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi

homeostatis kolesterol sel. Pada proses tersebut, kolesterol bebas

dipindahkan dari sitosol ke membran sel oleh suatu protein

transporter, ABC1. Kolesterol bebas tersebut kemudian dibutuhkan

oleh suatu partikel kecil yang disebut HDL prabeta-1. Kolesterol

tersebut kemudian diesterifikasi oleh lecithin: cholesterol

acyltransferase (LCAT), yang menyebabkan pembentukan spesies

HDL yang lebih besar. Ester kolesteril ditransfer ke VLDL, IDL,

LDL, dam kilomikron sisa dengan bantuan protein transfer ester

kolesteril (CETP). Jadi, sebagian besar ester kolesteril yang ditransfer

pada akhirnya dibawa ke hati melalui endositosis lipoprotein-

lipoprotein akseptor. HDL dapat pula membawa ester kolesteril

langsung ke hati melalui suatu reseptor pengait/docking (reseptor

scavenger, SR-BI) yang tidak melakukan endositosis terhadap

lipoprotein.

Tabel 1. Kadar Lipid dalam Serum

Lipid Nilai Normal Risiko Rendah Tingkat Risiko Tingkat Risiko


(mg/dL) (mg/dL) untuk CAD untuk CAD
Risiko Sedang Risiko Tinggi
(mg/dL) (mg/dL)
Kolesterol 150 – 240 < 200 200 – 240 > 240
Nilai bervariasi
Trigliserida 40 – 190 > 190
tergantung usia
LDL 60 – 160 < 130 130 – 159 > 160
HDL 29 – 77 > 60 35 – 50 < 35
Sumber: Philip, Aaronson, & Ward (2010)
21

4. Transpor Lipoprotein

a. Jalur Eksogen

Kolesterol makanan diabsorpsi dari usus dalam bentuk paket (ikatan-

gliserol-ester dengan 3 cincin asam lemak) yang dinamakan kilomikron. Pada

kapiler, jaringan dan otot polos, ikatan trigliserid – ester ini dipecah oleh enzim

lipoprotein – lipase sehingga membebaskan asam lemak dan sisanya adalah

partikel kaya kolesterol dan bila sampai dihepar diikat oleh reseptor khusus dan

diambil masuk ke dalam sel hepar. Sebagian kolesterol dalam hepar ini disekresi

ke dalam usus (umumnya sebagai asam lemak) atau dalam bentuk paket dengan

trigliserid dalam partikel VLDL dan disekresi dalam sirkulas darah (Staf Pengajar

Departemen Farmakologi Universitas Sriwijaya, 2009).

b. Jalur Endogen

Trigliserida juga dikeluarkan dari jaringan lemak atau jaringan otot dengan

meninggalkan sisa berupa IDL yang kaya kolesterol. Sebagian IDL diikat oleh

reseptor LDL, dan dengan cepat diambil oleh sel hepar sedangkan sisanya tetap

tinggal dalam sirkulasi dan diubah menjadi LDL. Beberapa LDL terikat pada

reseptor LDL hepar dan dengan cepat diambil kembali oleh sel hepar sisanya tetap

tinggal dalam sirkulasi dan dikonversi ke bentuk LDL. Kebanyakan LDL

berikatan dengan reseptor LDL dalam hepar atau sel lain dan dikeluarkan dari

sirkulasi. Kolesterol yang terlepas dari ikatan sel kebentuk HDL akan diesterifikas

oleh enzim LCAT. Ester ditransfer ke IDL kemudian LDL lalu akhirnya diambil

kembali oleh sel hepar (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Universitas

Sriwijaya, 2009).
22

5. Sintesis kolesterol

Menurut Murray dkk. (2009), biosintesis kolesterol dapat dibagi

menjadi lima tahap, yaitu:

a. Tahap 1-Asetli KoA membentuk HMGKoA dan Mevalonat: sintesis

kolesterol berlangsung di luar mitokondria. Awalnya, dua molekul

asetil-KoA berkondensasi membentuk asetoasetil-KoA, reaksi

kondensasi ini dikatalisasi oleh enzim sitosol tiolase. Reaksi alternatif

lainnya berlangsung dalam hati, yaitu senyawa asetoasetat dalam

lintasan katogenesis bedifusi ke dalam sitosol dan diaktifkan menjadi

asetoasetil-KoA oleh enzim asetoasetil-KoA sintase, dengan

menggunakan ATP dan KoA. Asetoasetil-KoA berkondensasi dengan

molekul asetil-KoA berikutnya untuk membentuk HMG-KoA dan

reaksi kondensasi ini dikatalisasi oleh enzim HMG-KoA sintase.

HMG-KoA diubah menjadi mevalonat oleh NADPH dengan

dikatalisasi enzim HMG-KoA reduktase.

b. Tahap 2-Mevalonat membentuk Unit Isoprenoid yan Aktif: Mevalonat

mengalami fosfolirasi oleh ATP untuk membentuk beberapa senyawa

antara terfosforilasi aktif. Dengan bantuan reaksi dekarboksilasi

terbentuk unit isoprenoid aktif, yakni iso-pentenilpirofosfat.

c. Tahap 3-Enam Unit Isoprenoid Membentuk Skualena: Tiga molekul

isom-pentenilpirofosfat membentuk farnesil pirofosfat. Proses ini

terjadi lewat isomerisasi senyawa isopentenilfosfat yang meliputi

pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetialil pirofosfat,


23

kemudian diikuti oleh kondensasi dengan molekul

isopentanilpirofosfat lainnya hingga terbentuk geranil pirofosfat.

Kondensasi selanjutnya dengan iso-pentenilpirofosfat membentuk

farnesil pirofosfat. Dua molekul farnesil pirofosfat berkondensasi

menghasilkan skualena.

d. Tahap 4-Skualena Diubah Menjadi Lanosterol: Sebelum terjadi

penutupan cincin, skualena diubah menjadi skualena 2,3-dioksida oleh

enzim skualena epoksidase. Gugus metil pada C14 dipindahkan ke

C13, dan pada C8 kepada C14 ketika terjadi siklisasi yang dikatalisasi

oleh enzim oksidoskualena: lanesterol siklase.

e. Tahap 5-Lanesterol Diubah Menjadi Kolesterol: Pembentukan ini

berlansung di dalam membran retikulum endoplasma dan meliputi

perubahan pada inti steroid serta rantai panjang. Kolesterol dihasilkan

ketika ikatan rangkap pada rantai samping direduksi.

6. Obat Penurun Kolesterol

Menurut Katzung 2012, obat yang digunakan dalam hiperlipidemia

adalah sebagai berikut:

a. Statin

Atorvastatin, simvastatin, rosuvastatin, dan pitavastatin

merupakan obat yang termasuk di golongan statin. Mekanisme

kerjanya menghambat HMG-KoA reduktase. Efeknya mengurangi

pembentukan kolesterol dan meningkatkan reseptor lipoprotein


24

berdensitas rendah (LDL) di hepatosit dan sedikit mengurangi

trigliserida.

b. Fibrat

Obat yang termasuk golongan fibrat adalah fenofibrat dan

gemfibrozil. Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara agonis

peroxisome proliferator-actived receptor-alpha (PPAR-α). Efeknya

yaitu mengurangi sekresi lipoprotein berdensitas sangat rendah

(VLDL), meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, dan meningkatkan

lipoprotein berdensitas tinggi (HDL).

c. Sekuestran Asam Empedu

Kolestipol, kolestiramin, dan kolesevelam memiliki mekanisme

mengikat asam empedu di usus, mecegah reabsorpsi, meningkatkan

katabolisme kolesterol dan meningkatkan reseptor LDL. Efeknya

menurunkan kadar LDL.

d. Inhibitor Penyerapan Sterol

Mekanisme kerja ezetimib menghambat pengangkut sterol

NPC1L1 di brush border usus. Efeknya menghambat reabsorpsi

kolesterol yang dieksresikan dalam empedu dan menurunkan LDL.

e. Niasin

Mekanisme kerjanya yaitu dengan mengurangi sekresi VLDL

dari hati. Efeknya menigkatkan HDL dan menurunkan lipoprotein(a)

[Lp(a)], LDL, dan trigliserida.


25

D. Simvastatin

1. Definisi Simvastatin

Simvastatin merupakan senyawa penghambat Co-enzim-A-reduktase

yang berkhasiat menurunkan kolesterol total, LDL, VLDL dan trigliserida,

sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Simvastatin merupakan ester-naftyl dari

asam butirat (1988) yang dibentuk yang produk fermentasi jamur tertentu

dan berdaya dalam menurunkan kadar LDL dan kolesterol total dalam 2–4

minggu (Tjay & Rahadja, 2007). Menurut Moffat, Osselton, & Widdop

(2011), sifat fisika dan kimia simvastatin adalah sebagai berikut:

Rumus struktur:

Gambar 4. Struktur Simvastatin


Sumber: Moffat, Osselton, & Widdop (2011)

Rumus Molekul : C25H38O5

Berat Molekul : 418,6

Titik Lebur : 135o sampai 138o C

Kelarutan : Tidak larut dalam air, n-heksana, dan asam

klorida; larut dalam kloroform, dimetil sulfoksida,

metanol, etanol, polietilen glikol, NaOH, dan

propilen glikol.
26

2. Mekanisme Kerja

Reduktase HMG-CoA memperantarai langkah awal biosintesis sterol.

Bentuk aktif penghambat reduktase merupakan analog struktural. HMG-

CoA dalam sintesis melvanote. Analog tersebut menyebabkan hambatan

parsial pada enzim dan oleh karenanya menurut teori dapat merusak sintesis

isoprenoid semacam ubiquinone dan delichol, dan prenylasi protein.

Namun, penghambatan reduktase jelas menginduksi suatu peningkatan

reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik

kecepatan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL

oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Oleh

karena ekstraksi lintas-pertama oleh hati dari obat tersebut besar, maka efek

utamanya terjadi di hati. Aktivitas yang disukai oleh beberapa kongoner di

dalam hati diduga merupakan ciri perbedaan ambilan yang bersifat khusus

pada jaringan. Penurunan kadar LDL yang terbatas pada pasien yang tidak

memiliki reseptor LDL yang fungsional, merupakan indikasi bahwa

penurunan kolesterologenesis secera de novo berperan pula dalam

penurunan kolesterol oleh agen tersebut. Penurunan yang sedikit dalam

trigliserida plasma dan sedikit peningkatan dalam kadar kolesterol HDL

terjadi pula selama pengobatan (Katzung, 2002).

3. Penggunaan

Penghambat reductase HMG-CoA bermanfaat pada penggunaan

secara tunggal maupun bersama dengan resin pengikat asam empedu atau
27

niacin untuk pengobatan gangguan yang melibatkan peningkatan kadar LDL

plasma. Wanita yang hamil, sedang menyusui, atau yang berencana untuk

hamil tidak bisa diberi agen tersebut. Penggunaan pada anak dibatasi hanya

untuk mereka dengan hiperkolesterolemia familial homozigot dan pasien

khusus dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot. Oleh karena pola

biosintesis kolesterol yang diurnal , maka penghambat reduktase sebaiknya

diberikan pada sore hari apabila menggunakan dosis tunggal satu kali sehari.

Simvastatin diberikan dalam dosis sebesar 5-80 mg sehari (Katzung, 2002).

4. Efek Samping

Efek samping statin yang berbahaya adalah miopati dan rabdomiolisis.

Insiden terjadinya miopati meningkat bila diberikan bersama obat-obat

tertentu seperti fibrat dan asam nikotinat. Efek samping lain yang dapat

terjadi adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, neuropati perifer dan

sindrom lupus (Katzung, 2014). Selain efek umum juga rambut rontok

(reversibel), gangguan psikis (depresi, ketakutan, kecendrungan, bunuh diri)

dan kerusakan hati (hepatitis) (Tjay & Rahardja, 2007).


28

E. Propiltiourasil (PTU)

Menurut Moffat, Osselton, & Widdop (2011), sifat fisika dan kimia PTU

adalah sebagai berikut:

Rumus Molekul : C7H10N2OS

Berat Molekul : 170,2

Pemerian : Putih atau kristal berwarna krem pucat atau kristal

bubuk.

Kelarutan : Larut 1 di sekitar 900 air, 1 di sekitar 60 etanol dan

1 di 60 dari aseton; sedikit larut dalam kloroform

dan eter; larut dalam larutan hidroksida alkali.

Penggunaan PTU sebagai hormon tiroid ini adalah untuk kolesterol tinggi,

bentuk dekstro dari tiroksin (d-tiroksin) dengan aktivitas ringan terhadap

metabolisme dan jantung. Obat ini merintangi pengubahan tiroksin menjadi

triidotironin yang lebih aktif di jaringan perifer misalnya dalam hati. Efek

sampingnya adalah turunnya kadar triiodotironin dan tiroksin berlangsung lebih

lambat. Propiltiourasil adalah zat kimia yang dapat menekan aktivitas kelenjar

tiroid (Tjay & Rahardja, 2007). Kadar tiroid yang rendah akan meningkatkan

kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, pengaruh hipotiroid pada metabolisme

lipoprotein adalah terjadinya peningkatan kolesterol LDL akibat penurunan

jumlah reseptor LDL dan penekanan aktivitasnya (Mahajan & Singh, 2011).

Dalam pengobatan antitiroid, dosis permulaan PTU 3 dd 70 – 200 mg selama 6 –

8 minggu dan dosis pemeliharaan 50 – 300 mg/hari (Tjay & Rahardja, 2007).
29

F. Hewan Coba

1. Taksonomi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Menurut Smith & Mangkoewidjojo (1998), klasifikasi tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus L.

Gambar 5. Tikus Putih Jantan


Sumber: dokumentasi pribadi
30

2. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi

dan sangat cerdas. Tikus putih tidak bersifat fotofobik seperti halnya mencit

dan kecenderungannya untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu

besar. Aktifitasnya tidak terganggu dengan manusia sekitarnya. Ada dua

sifat yang membedakan tikus putih jantan dari hewan percobaan lain, yaitu

bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak

lazim di tempat esofagus bermuara kedalam lubang dan tikus tidak

mempunyai kandung empedu.

Secara hormonal, tikus putih jantan lebih stabil dibandingkan dengan

tikus putih betina, karena tikus betina mengalami masa esterus dan masa

kehamilan. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat

yang lebih stabil dibandingkan tikus betina (Smith & Mangkoewidjojo,

1988).
31

Tabel 2. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus)

No Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus)


1 Pubertas 40-60 hari
2 Masa beranak Sepanjang tahun
3 Hamil 6-8 hari
4 Jumlah sekali lahir 6-8
5 Lama hidup 2-3 tahun
6 Masa tumbuh 4-5 bulan
7 Masa laktasi 21 hari
8 Frekuensi lahir/tahun 7
9 Suhu tubuh 37,7-38,80C
10 Kecepatan respirasi 100-150/menit
11 Tekanan darah 130/150 SD
12 Volume darah 7,5 % BB
13 Luas permukaan tubuh O = K3/g2
Keterangan : K = 11,4 g = berat badan

Sumber: Smith & Mangkoewidjojo (1988).

Cara pemberian dan volume maksimum yang bisa diberikan pada binatang

serta nilai konversi perhitungan dosis adalah :

Tabel 3. Volume Maksimum Larutan yang Bisa Diberikan pada Binatang


Volume maksimal (ml) cara pemberian

No Binatang IV IM IP SC PO

1 Mencit (20-30 gr) 0,5 0,005 2,0 - -

2 Tikus (200 gr) 0,1 0,1 2,0 2,0-5,0 5,0

3 Hamster (50 gr) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5

4 Marmot (250 gr) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0

5 Merpati (300 gr) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

6 Kelinci (2,5 kg) 5,0-10, 0 0,5 10,0-20,0 5,0-10, 0 2,0

7 Kucing (3 kg) 5,0-10, 0 1,0 10,0-20,0 5,0-10, 0 50,0

8 Anjing (10-20 kg) 10,0-20,0 0,5 20,0-50,0 5,0-10, 0 100

Sumber: Laurence dan Bacharach (1964) dalam Anggara (2009)


32

Tabel 4. Konversi dosis hewan percobaan dengan manusia.


Dicari Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
Diketahui 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit 1,0 7,0 12,23 27,80 29,7 64,10 124,20 387,9


20 g

Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,20 9,20 17,80 56,0


200 g

Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,40 5,20 10,20 31,50

400 g

Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,20 4,10 13,0


1,5 kg

Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,43 0,1 1,9 6,1


4 kg

Anjing 0,008 0,06 0,l0 0,22 1,24 0,52 1,0 3,10


12 kg

Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0


70 kg

Sumber: Laurence dan Bacharach (1964) dalam Anggara (2009)


33

G. Kerangka Teori
Jambu Biji Merah
(Harlinawati, 2008)
Makanan Asam Piruvat
dan
glikolisis
(Prasetio, 2015).

Asetil Ko-A

Trigliserida Asam Lemak


Kuersetin Likopen
(Harlina- (Adele
Enzim HMG wati, at all,
Ko-A sintase HMG Ko-A 2008) 2002)
(Sinaga, 2012) (Sinaga, 2012) Enzim HMG
Ko-A
reduktase
(Sinaga, 2012)
Mevalonat
Simvastatin
(Katzung,2002)

Kolesterol
Reseptor
LDL Sintesis
Menurun Hormon
Hati (Mahajan & Tiroid
Singh, 2011)

Darah
Propiltiourasil
(Mahajan &
Singh, 2011)
Asam Empedu

Feses

Keterangan :

= Mengandung

= Menghambat
34

H. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak Buah Jambu Biji Merah

(Psidium guajava L.) terhadap kadar LDL dalam serum tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil

Hi : Ada pengaruh pemberian ekstrak Buah Jambu Biji Merah

(Psidium guajava L.) terhadap kadar LDL dalam serum tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental. Penelitian dilakukan menggunakan

hewan coba berjumlah 6 kelompok yang diberi perlakuan tertentu untuk melihat

perubahan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam darah hewan coba setelah

sebelumnya diinduksi PTU sebagai peningkat kadar LDL.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium

guajava L.) Terhadap Kadar LDL Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) yang

Diinduksi Propiltiourasil dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2017. Penelitian

bertempat di laboratorium farmakognosi dan laboratorium farmakologi Jurusan

Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang dan Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Palembang.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) yaitu

buah jambu biji dengan bobot sekitar 150-200 gram/buah. Daging buahnya merah,

berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan

berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus. Buah yang

35
36

digunakan adalah buah yang matang dan masih segar yang diperoleh dari Pasar

Indralaya, Ogan Ilir.

D. Cara Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium dengan cara mengukur

kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam darah tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) yang sebelumnya diinduksi larutan propiltiourasil secara oral

kemudian diberi larutan simvastatin sebagai kontrol positif, dan ekstrak buah

jambu biji merah (Psidium guajava L.) secara oral.

E. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat–alat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi :

a. Spuit k. Sarung tangan

b. Sonde l. Serbuk kayu


c. Tempat makan dan minum tikus m. Tisu
d. Gelas ukur dan beaker gelas n. Pot obat

e. Pipet tetes o. Kertas saring

f. Pengaduk kaca dan gelas arloji p. Corong gelas

g. Mortir dan Stemper q. Timbangan analitik

h. Gunting r. Timbangan gram kasar

i. Pisau dan silet s. Seperangkat alat destilasi

j. Kandang tikus t. Seperangkat Alat Sokletasi


37

2. Bahan

a. Ekstrak Buah Jambu Biji Merah e. Aquadest

(Psidium guajava L.) f. Tween 80

b. Etanol 96% g. Pellet tikus

c. PTU h. Air ledeng

d. Simvastatin

F. Prosedur Kerja

1. Persiapan Bahan

a. Persiapan Bahan Uji

Buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dicuci bersih

dengan air mengalir, dirajang, diiris tipis, lalu dikeringkan. Irisan buah

yang sudah kering kemudian diblender hingga menjadi serbuk.

b. Ekstraksi Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

Buah jambu biji merah yang sudah kering ditimbang sebanyak

1.000 gram. Ekstraksi pada penelitian ini dilakukan dengan cara

sokletasi menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Langkah-langkah

sokletasi adalah sebagai berikut:

1) Pada alat soklet yang diisi simplisia sebanyak 1.000 gram,

ditambahkan etanol 96% yang sudah didestilasi, sambil

simplisianya ditekan-tekan supaya udara yang ada didalam

sampel hilang, hingga labu berisi pelarut separuh dari kapasitas

labu.
38

2) Hidupkan pemanas, biarkan proses sokletasi dan amati siklus

penyarian pada proses sokletasi

3) Hentikan sokletasi jika penyarian telah sempurna.

4) Filtrat hasil sokletasi dimasukkan ke dalam botol yang tertutup

dan diletakkan ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar

matahari langsung selama 2 hari. Lalu cairan disaring kembali.

5) Setelah disaring kembali, hasil filtrat dipekatkan dengan

destilasi vakum sehingga didapatkan ekstrak kental buah jambu

biji merah.

2. Pembuatan Larutan Pembawa (Tween 80 2%)

Larutan induk Tween 80 2% (2g/100ml)

a. Timbang sejumlah Tween 80 2 gram seperti yang diperlukan.

b. Masukkan didalam mortir, tambahkan aquadest sedikit demi sedikit,

gerus hingga homogen

c. Masukkan di dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest ad 100

ml, kocok hingga homogen.

3. Pembuatan Larutan PTU

a. Perhitungan Dosis

Berdasarkan penelitian Allo, Wowor, & Awaloei (2013) PTU

dengan dosis 12,5 mg/200gBB/hari dapat menaikkan kadar kolesterol

dengan rata-rata sebelum pemberian sebesar 156,34 mg/dL dan


39

setelah pemberian rata-rata menjadi 247,84 mg/dL. Dari penelitian

tersebut, peneliti menggunakan dosis 12,5 mg/hari.

b. Pembuatan Larutan

Massa yang diambil: [(12,5 mg/2ml) x 5 tikus] = 62,5 mg/10ml

Pembuatan:

1) Timbang massa PTU sebanyak 62,5 mg

2) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit hingga 10

ml, gerus hingga homogen.

4. Larutan Simvastatin

a. Perhitungan Dosis

Kontrol positif pada penelitian ini menggunakan simvastatin

sebagai obat pembanding dengan ketentuan dosis untuk manusia

adalah 10 mg/70 kgBB.

Dosis ini kemudian dikonversikan untuk pemakaian pada tikus

putih (200 g) menurut Laurence dan Bacharach (1964) dalam Anggara

(2009) dalam tabel konversi perhitungan dosis antar jenis subjek uji

dengan perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan = 10 mg x 0,018 = 0,18 mg/ 200 gram BB tikus

Perhitungan diatas dikonversikan pada tablet simvastatin 10 mg yaitu:

b. Pembuatan Larutan

1) Timbang bobot 1 tablet simvastatin, kemudian tablet digerus.


40

2) Timbang serbuk tablet simvastatin sebanyak yang dibutuhkan

3) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit sebanyak

yang dibutuhkan, gerus hingga homogen.

5. Perhitungan Dosis Larutan Ekstrak Jambu Biji Merah (Psidium

guajava L.)

Menurut Adi (2008), dalam sehari jumlah jambu biji merah yang

dapat dikonsumsi adalah 100 gram. Dosis ini kemudian dikonversikan untuk

pemakaian pada tikus putih (200 g) menurut Laurence dan Bacharach

(1964) dalam Anggara (2009) dalam tabel konversi perhitungan dosis antar

jenis subjek uji dengan perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan = 100 g x 0,018 = 1,8 gram/ 200 gram BB tikus.

= 1800 mg/ 200 gram BB tikus

Perhitungan dalam bentuk ekstrak buah jambu biji merah, yaitu:

Buah jambu biji merah yg disokletasi = 1000 gram

Ekstrak kental = 152,81 gram

Rendemen =152,81/1000x100%=15,28%
Perlakuan = 15,28% x 1800mg/200gBB

= 275,04 ~ 275 mg/200gBB

Dosis ekstrak 1x = 275 mg/200gBB

Dosis ekstrak 2x = 2 x 275 mg/200gBB

= 550 mg/200gBB

Dosis ekstrak 4x = 4 x 275 mg/200gBB

= 1100 mg/200gBB
41

6. Pembuatan Larutan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava

L.)

a. Perlakuan dosis I (275 mg/200gBB)

Dosis ekstrak buah jambu biji merah = 275 mg/200gBB

Sediaan untuk Kelompok IV = 275 mg/2ml x 5 tikus

= 1375 mg/10ml

Pembuatan larutan ekstrak dosis I (1375 mg/10ml)

1) Timbang massa ekstrak kental buah jambu biji merah sebanyak

1375 mg.

2) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit hingga 10

ml, gerus hingga homogen

b. Perlakuan dosis II (550 mg/200gBB)

Dosis ekstrak buah jambu biji merah = 550 mg/200gBB

Sediaan untuk Kelompok V = 550 mg/2ml x 5 tikus

= 2750 mg/10ml

Pembuatan larutan ekstrak dosis II (2750 mg/10ml)

1) Timbang massa ekstrak kental buah jambu biji merah sebanyak

2750 mg.

2) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit hingga 10

ml, gerus hingga homogen.

c. Perlakuan dosis III (1100 mg/200gBB)

Dosis ekstrak buah jambu biji merah = 1100 mg/200gBB

Sediaan untuk Kelompok VI = 1100 mg/2ml x 5 tikus


42

= 5500 mg/10ml

Pembuatan larutan ekstrak dosis III (5500 mg/10ml)

1) Timbang massa ekstrak kental buah jambu biji merah sebanyak

5500 mg.

2) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit hingga 10

ml, gerus hingga homogen.

7. Persiapan Hewan Uji

Pengambilan sampel ditentukan berdasarkan rumus Federer,

dalam penelitian ini hewan percobaan dibagi menjadi 6 kelompok

perlakuan, maka: (t-1) (n-1) ≥15 Keterangan :

(6-1) (n-1) ≥15 n = jumlah sampel

(5) (n-1) ≥15 t = jumlah kelompok

5n ≥ 20

n ≥4

Peneliti menggunakan 30 ekor tikus putih jantan, yang pada setiap

kelompok terdiri dari 5 ekor tikus berumur 2–3 bulan dengan berat 150–210

gram, sehat secara visual, dan menunjukkan prilaku yang normal.

a. Aklimatisasi Hewan Percobaan

Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih jantan yang

dimasukkan kedalam kandang. Kemudian tikus dibagi menjadi enam

kelompok, masing-masing kelompok berisi lima ekor tikus.


43

Hewan percobaan diadaptasikan dengan lingkungan

laboratorium selama satu minggu agar terbiasa dengan kondisi

lingkungan laboratorium.

Masing-masing tikus putih jantan diberikan nomor/kode pada

punggung tikus sebagai penanda, dengan kode.

Tabel 5. Pembagian Kelompok Hewan Coba

Kelompok Nomor Perlakuan


I 1-5 Normal, diberi makan dan minum
II 6-10 Kontrol Negatif
III 11-15 Kontrol Positif
IV 16-20 Ekstrak dosis I dan induksi
V 21-25 Ekstrak dosis II dan induksi
VI 26-30 Ekstrak dosis III dan induksi
Keterangan :

Kelompok I : No. 1-5 kontrol normal, diberi diet standar dan minum ad libitum.

Kelompok II : No. 6-10 kontrol negatif, diberi diet standar dan minum ad libitum

dan penginduksi larutan PTU serta larutan Tween 80 2%

Kelompok III : No. 11-15 kontrol positif, diberi diet standar dan minum ad

libitum dan penginduksi larutan PTU serta larutan simvastatin 2,38

mg/200gBB

Kelompok IV : No. 16-20 kontrol dosis I, diberi diet standar dan minum ad

libitum dan penginduksi serta ekstrak dosis I

(275mg/200gBB/hari)
44

Kelompok V : No. 21-25 kontrol dosis II, diberi diet standar dan minum ad

libitum dan penginduksi serta ekstrak dosis II

(550mg/200gBB/hari).

Kelompok VI : No. 26-30 kontrol dosis III, diberi diet standar dan minum ad

libitum dan penginduksi serta ekstrak dosis III

(1100mg/200gBB/hari)

8. Prosedur Kerja

Pengujian efek pemberian ekstrak jambu buah biji merah (Psidium guajava

L.) terhadap penuruna kadar LDL tikus putih jantan. Prosedur kerja pemberian

bahan uji ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.):

a. Siapkan 30 ekor tikus putih jantan, kemudian diadaptasikan dengan

lingkungan penelitian selama satu minggu.

b. Masing-masing tikus ditimbang berat badannya.

c. 30 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi enam kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus putih jantan.

d. Diukur terlebih dahulu kadar LDL sebelum perlakuan

e. Setelah itu masing-masing kelompok diberi perlakuan sebagai berikut.

1) Kelompok I adalah kelompok normal, diberi pakan standar

seperti biasa.

2) Kelompok II diinduksi larutan PTU secara oral selama 14 hari

dan diberi larutan Tween 80 2% secara oral sampai hari ke-28.

Setelah itu dilakukan pengukuran kadar LDL.


45

3) Kelompok III diinduksi larutan PTU secara oral selama 14 hari.

Kemudian diberi larutan simvastatin sebanyak 2,38mg/200gBB

secara oral sampai hari ke-28.

4) Kelompok IV diinduksi larutan PTU secara oral selama 14 hari.

Kemudian diberi ekstrak jambu biji merah dosis I

(275mg/200gBB/hari) secara oral sampai hari ke-28.

5) Kelompok V diinduksi larutan PTU secara oral selama 14 hari.

Kemudian diberi ekstrak jambu biji merah dosis II

(550mg/200gBB/hari) secara oral sampai hari ke-28.

6) Kelompok VI diinduksi larutan PTU secara oral selama 14 hari.

Kemudian diberi ekstrak jambu biji merah dosis III

(1100mg/200gBB/hari) secara oral sampai hari ke-28.

7) Tikus dipuasakan selama 10 jam sebelum dilakukan pengukuran

kadar LDL.

8) Pada hari ke-29 seluruh hewan coba diambil darahnya secara

intrakardial untuk diukur kadar LDL di Balai Besar

Laboratorium Kemenkes Palembang.


46

9. Pengambilan Darah

Sebelum melakukan pengambilan darah, tikus terlebih dahulu dianastesi

dengan menggunakan eter lalu sampel darah tikus langsung diambil melalui

vertikal kiri jantung (intrakardial) sebanyak ±3 ml. Kemudian darah ditambung

dalam tabung sentrifuge dan ditempatkan dengan posisi agak miring agar

mendapatkan luar permukaan yang lebih luas sehingga serum yang didapat lebih

banyak. Setelah serum tikus dikumpulkan, serum dibawa ke Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Palembang untuk dilakukan penetapan kadar LDL.

G. Variabel

Variabel Independen : Dosis Ekstrak Buah Jambu Biji merah (Psidium

guajava L.)

Variabel dependen : Kadar LDL serum darah tikus putih jantan selama

waktu pengamatan

H. Definisi Operasional

1. Dosis Ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

Definisi : Ukuran dosis yang diambil dari hasil sokletasi dan

destilasi vakum ekstrak buah jambu biji merah (Psidium

guajava L.)

Alat Ukur : Timbangan

Cara Ukur : Self assessment

Hasil Ukur : Dengan satuan gram/kgBB


47

2. Kadar LDL

Definisi : Kadar LDL serum darah tikus putih jantan setelah diberi

ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) selama

14 hari.

Alat Ukur : Bio System cis Spektofotometer UV-Vis

Cara Ukur : Spektofotometri

Hasil Ukur : Dengan satuan mg/dL


48

I. Kerangka Operasional

Jambu Biji Merah Sokletasi Destilasi Vakum Ekstrak Kental

Proses aklimatisasi hewan coba (1 minggu)

Pengelompokkan tikus menjadi 6 kelompok dan penimbangan berat badan

Hari ke-0 Diukur kadar LDL

Induksi PTU (12,5mg/200gBB) sampai 14 hari


kecuali klp. kontrol normal

Dipuasakan 10 jam lalu diukur kadar LDL hari ke-14 [kadar normal: 2-
27mg/dL (Riesanti, Padaga, & Herawati, 2012)]

Diberi perlakuan sampai hari ke-28 sesuai kelompok

K.2 K.3 K.4 K.5 K.6


K.1 (Kontrol (Kontrol PTU + PTU + PTU +
(Kontrol Negatif) Positif) Dosis I Dosis II Dosis III
Normal) PTU + PTU + (275mg/ (550mg/ (1100mg/
Tween 2% Simvastatin 200gBB) 200gBB) 200gBB)

Dipuasakan 10 jam lalu pengambilan darah

Diukur kadar LDL (hari ke-29)

Analisa Data
49

J. Cara Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur kadar LDL tikus putih

jantan yang diberi ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dengan

dosis yang berbeda pada tiap kelompok dan dibandingkan dengan kontrol negatif.

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan metode One-way

ANOVA. Pengolahan data menggunakan SPSS type 21,0 for windows.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Ekstraksi Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

Buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) sebanyak 1000 gram

diekstraksi dengan cara sokletasi dengan pelarut etanol 96%. Filtrat hasil sokletasi

yang diperoleh dipekatkan dengan cara destilasi vakum dan didapat ekstrak kental

buah jambu biji merah sebanyak 152,81 gram dengan besar rendemen 15,28%

yang digunakan sebagai perhitungan untuk menentukan dosis.

2. Pengujian Efek Ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

Terhadap Kadar LDL Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak buah jambu biji

merah (Psidium guajava L.) terhadap kadar LDL dalam serum tikus putih jantan

(Rattus norvegicus). Tikus yang digunakan sejumlah 30 ekor, dibagi menjadi

enam kelompok dan tiap tikus ditempatkan dalam satu kandang berbeda serta

diberi makan dan minum ad libitum setiap harinya. Kelompok I kontrol normal,

kelompok II kontrol negatif diberi larutan PTU dan larutan tween 80 2%,

kelompok III kontrol positif diberi larutan PTU dan larutan simvastatin, kelompok

IV diberi larutan PTU dan ekstrak buah jambu biji merah dengan dosis 275

mg/200gBB, kelompok V diberi larutan PTU dan ekstrak buah jambu biji merah

dengan dosis 550 mg/200gBB, dan kelompok VI yang diberi larutan PTU dan

50
51

ekstrak buah jambu biji merah dengan dosis 1100 mg/200gBB. Setelah

diaklimatisasi selama 7 hari, peneliti mulai melakukan perlakuan terhadap setiap

kelompok tikus. Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan pengukuran kadar

LDL serum darah tikus putih jantan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Pengukuran Kadar LDL Tikus Putih Jantan


Hari ke-0 Kadar Hari ke-29
LDL Kadar
BB Kadar Kadar
Kelompok Mean (mg/dL) Mean Normal
(gram) LDL LDL
±SD Hari ke- ±SD LDL
(mg/dL) (mg/dL)
14
210 7,35
I 200 9,12 8,02
Kontrol 8,72
170 8,25 ±0,84866
Normal
160 7,35
3,02
200 73,15
II 190 74,12 74,45
Kontrol 75,72
180 74,12 ±1,38437
Negatif
170 76,41
210 15,35
III 200 15,41 15,77
Kontrol 78,11
180 16,19 ±0,45434
Positif
160 6,42 16,14 2 – 27
8,12
180 ±2,94449 26,5 mg/dL
IV 180 26,97 27,41
77,41
Dosis I 160 27,96 ±0,81246
150 28,22
180 20,59
V 180 19,85 20,06
76,73
Dosis II 170 19,72 ±0,38361
150 20,09
8,12
180 9,98
VI 180 9,67 9,45
75,15
Dosis III 170 8,12 ±0,90519
150 10,05
52

Berdasarkan data di atas, kadar LDL hari ke-0, hari ke-14, dan hari ke-29

untuk masing-masing kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk grafik berikut:


Kadar LDL
(mg/dL)

Kelompok

Gambar 6. Grafik Perbandingan Rata-rata Kadar LDL Hari ke-0, Hari ke-14 dan
Hari ke-29 Tiap-tiap Kelompok

Keterangan :

Kelompok I : Kontrol Normal (tanpa perlakuan)

Kelompok II : Kontrol Negatif (diberi larutan PTU dan Tween 80 2%)

Kelompok III : Kontrol Positif (diberi larutan PTU dan larutan Simvastatin)

Kelompok IV : Diberi larutan PTU dan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah dosis

275 mg/200gBB

Kelompok V : Diberi larutan PTU dan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah dosis

550 mg/200gBB

Kelompok VI : Diberi larutan PTU dan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah dosis

1100mg/200gBB
53

Data hasil kadar LDL yang didapatkan dari masing-masing kelompok uji

tersebut selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode uji

Shapiro-Wilk (p>0,05). Berdasarkan uji Shapiro-Wilk (p>0,05) didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Analisa Statistik Shapiro-Wilk Tiap-tiap Kelompok


Kelompok Sig. Penilaian Normalitas

I 0,274 Terditribusi Normal

II 0,310 Terditribusi Normal

III 0,083 Terditribusi Normal

IV 0,514 Terditribusi Normal

V 0,546 Terditribusi Normal

VI 0,061 Terditribusi Normal

Selanjutnya dilakukan uji levene Statistic (p>0,05) untuk mengetahui data

berdistribusi homogen atau tidak, hasilnya data terdistribusi homogen (p=0,286).

Data kadar LDL dalam darah tikus putih jantan terdistribusi normal dan homogen

sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametrik. Untuk mengetahui

perbedaan antara setiap kelompok dilakukan analisa statistik ANOVA one-way

dengan menggunakan SPSS 21.0 dengan taraf kepercayaan 95% dan didapatkan

hasil p=0,000 yang berarti keenam kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda

(p<0,05), dilanjutkan dengan pengujian uji Post Hoc Test Tukey dan didapatkan

hasil sebagai berikut:


54

Tabel 8. Hasil Analisa Statistik ANOVA one-way Data LDL dengan Uji Tukey

Kelompok Sig. Penilaian Perbedaan

2 0,000 Bermakna
3 0,000 Bermakna
1 4 0,000 Bermakna
5 0,000 Bermakna
6 0,223 Tidak Bermakna
1 0,000 Bermakna
3 0,000 Bermakna
2 4 0,000 Bermakna
5 0,000 Bermakna
6 0,000 Bermakna
1 0,000 Bermakna
2 0,000 Bermakna
3 4 0,000 Bermakna
5 0,000 Bermakna
6 0,000 Bermakna
1 0,000 Bermakna
2 0,000 Bermakna
4 3 0,000 Bermakna
5 0,000 Bermakna
6 0,000 Bermakna
1 0,000 Bermakna
2 0,000 Bermakna
5 3 0,000 Bermakna
4 0,000 Bermakna
6 0,000 Bermakna
1 0,223 Tidak Bermakna
2 0,000 Bermakna
6 3 0,000 Bermakna
4 0,000 Bermakna
5 0,000 Bermakna
55

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak buah

jambu biji merah (Psidium guajava L.) terhadap penurunan kadar LDL dalam

serum tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Tikus putih jantan yang digunakan

sebanyak 30 ekor dengan berat 150–210 gram. Hewan percobaan di penelitian ini

dibagi menjadi enam kelompok yaitu, Kelompok I kontrol normal, kelompok II

kontrol negatif diberi larutan PTU dan larutan tween 80 2%, kelompok III kontrol

positif diberi larutan PTU dan larutan simvastatin, kelompok IV diberi larutan

PTU dan ekstrak buah jambu biji merah dengan dosis 275 mg/200gBB, kelompok

V diberi larutan PTU dan ekstrak buah jambu biji merah dengan dosis 550

mg/200gBB, dan kelompok VI yang diberi larutan PTU dan ekstrak buah jambu

biji merah dengan dosis 1100 mg/200gBB, larutan tersebut diinduksi secara oral

pada tikus.

Pengukuran kadar LDL dalam serum darah tikus dilakukan pada hari ke-0.

Untuk kelompok II sampai kelompok VI diinduksi PTU sebanyak 12,5

mg/200gBB satu kali sehari selama 14 hari, setelah itu baru dilakukan pengukuran

kadar LDL pada semua kelompok untuk pengukuran hari ke-14. Menurut Katzung

(2002), peningkatan kadar LDL dapat diakibatkan karena propiltiourasil (PTU).

Aksi utama PTU ialah mencegah sintesis hormon tiroid yang dapat

mengakibatkan hipotiroid. Pada keadaan hipotiroid, hormon tiroid dapat

meningkatkan metabolisme lemak dengan cara meningkatkan pembentukan

reseptor LDL pada sel-sel hati, sehingga terjadi pemindahan LDL yang cepat dari

plasma dan sekresi lipoprotein kolesterol oleh sel-sel hati. Didapatkan hasil rata-
56

rata hari ke-0 dari pengukuran kadar LDL sebesar 6,42 mg/dL atau berada pada

kadar normal 2–27 mg/dL (Riesanti, Padaga, & Herawati, 2012). Pada hari ke-14,

didapatkan hasil kadar LDL masing-masing kelompok I, II, III, IV, V, dan VI

yaitu 8,72mg/dL;75,72mg/dL;78,11mg/dL;77,41mg/dL;76,73mg/dL;75,15mg/dL.

Data tersebut menunjukkan bahwa PTU memiliki kemampuan untuk menaikkan

kadar LDL.

Pada tabel 6, ditampilkan data hasil pengukuran kadar LDL serum darah

tikus untuk masing-masing kelompok. Data hasil kadar LDL yang didapatkan dari

masing-masing kelompok uji tersebut selanjutnya dianalisis normalitas dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya semua data pada setiap kelompok

terdistribusi normal (p>0,05) dengan hasil kelompok I p=0,085, kelompok II

p=0,310, kelompok III p=0,083, kelompok IV p=0,514, kelompok V p=0,524, dan

kelompok VI P=0,061. Kemudian dilanjutkan uji homogenitasnya menggunakan

uji Levene static dan hasilnya p=0,196 yang berarti data terdistribusi homogen

(p>0,05) sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametrik. Selanjutnya

dilakukan analisa statistik ANOVA one-way untuk mengetahui perbedaan

bermakna antar kelompok dan didapatkan hasil p=0,000 yang berarti keenam

kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda. Kemudian dilanjutkan dengan uji

Post Hoc Test Tukey.

Hasil pengujian Post Hoc Test Tukey dengan menggunakan uji Tukey Test

menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok II kontrol negatif

dengan kelompok III kontrol positif, kelompok IV dosis 275 mg/200gBB,

kelompok V dosis 550 mg/200gBB, dan kelompok VI dosis 1100 mg/200gBB


57

dengan angka signifikan kadar LDL sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa kelompok III, kelompok IV, kelompok V, dan kelompok VI memiliki efek

penurunan kadar LDL. Selain itu, hasil uji Tukey Test juga menunjukkan

perbedaan signifikan antara kelompok III kontrol positif dengan semua kelompok

ekstrak buah jambu biji merah yaitu kelompok IV, V, dan VI dengan angka

signifikan kadar LDL sebesar p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

ketiga kelompok ekstrak buah jambu biji merah memiliki efek penurunan kadar

LDL yang berbeda dengan simvastatin, karena walaupun simvastatin dan

kandungan ekstak buah jambu biji merah memiliki mekanisme kerja yang sama,

kuersetin dan likopen pada ketiga kelompok dosis ekstrak secara bersama-sama

menurunkan kadar LDL. Selain itu, perbedaan efek penurunan juga dikarenakan

variasi dosis ekstrak buah jambu biji merah yang diberikan.

Dapat dilihat data pada tabel 6, dari ketiga kelompok yang diberi ekstrak

buah jambu biji merah, kelompok IV dengan dosis 275 mg/200gBB menunjukkan

kemampuan menurunkan kadar LDL yang lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok V dan VI dengan rata-rata hasilnya 27,41 mg/dL yang masih melewati

batas kadar normal LDL dalam serum tikus yaitu 2–27 mg/dL (Riesanti, Padaga,

& Herawati, 2012). Sedangkan untuk kelompok VI dengan dosis 1100

mg/200gBB memiliki kemampuan menurunkan kadar LDL yang paling tinggi

daripada kelompok IV dan V dengan rata-rata hasilnya 9,45 mg/dL. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin meningkat dosis ekstrak buah jambu biji merah

yang diberikan, maka kemampuan menurunkan kadar LDL juga semakin

meningkat. Selain itu, apabila dibandingkan dengan kontrol positif simvastatin


58

dengan rata-rata hasil kadar LDL 15,77 mg/dL, kelompok VI juga memiliki

kemampuan menurunkan kadar LDL yang lebih baik.

Berdasarkan data-data tersebut didapatkan bahwa ekstrak buah jambu biji

merah dosis I (275 mg/200gBB), dosis II (550 mg/200gBB), dan dosis III (1100

mg/200gBB) berpengaruh terhadap penurunan kadar LDL dalam serum tikus

putih jantan yang diinduksi PTU. Penurunan diduga dikarenakan zat aktif yang

terkandung didalam ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) yaitu

likopen dan kuersetin.

Simvastatin dipilih sebagai kontrol positif karena memiliki mekanisme kerja

yang sama dengan likopen dan kuersetin. Mekanisme kerjanya dengan cara

menghambat enzim HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis

kolesterol dihati. Simvastatin, likopen, dan kuersetin akan menghambat enzim

HMG-CoA reduktase yang mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalonat yang

akhirnya membentuk kolesterol, sehingga mengakibatkan berkurangnya kadar

kolesterol (Tjay & Rahardja, 2007; Adele at all, 2002).

Pada penelitian Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum

Mill.) terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus),

menunjukkan bahwa kandungan likopen dan kuersetin yang terdapat didalam

buah tomat dapat menurunkan kadar LDL (Mokhtar, 2008). Penelitian Pengaruh

Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] terhadap Penurunan

Kadar LDL Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus), menunjukkan

bahwa kuersetin yang terkandung didalam daun salam dapat menurunkan kadar

LDL (Nurgraha, 2011).


59

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat simpulkan bahwa ekstrak buah

jambu biji merah (Psidium guajava L.) dapat menurunkan kadar LDL dalam

serum darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Jambu Biji

Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar LDL Tikus Putih Jantan (Rattus

norvegicus) yang diinduksi Propiltiourasil” dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) memiliki efek terhadap

penurunan kadar LDL dalam serum tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

yang diinduksi propiltiourasil (PTU).

2. Ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) mampu menurunkan

kadar LDL dalam serum tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang

diindusi PTU pada dosis 275mg/200gBB, 550mg/200gBB, dan

1100mg/200gBB.

3. Ekstrak buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dosis III (1100

mg/200gBB) yang diberikan selama 14 hari memiliki efek yang lebih besar

dari kontrol positif (larutan simvastatin dosis 2,38 mg/200gBB) terhadap

penurunan kadar LDL dalam serum tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

60
61

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kadar LDL dari ekstrak buah

jambu biji merah (Psidium guajava L.), dengan jangka waktu yang lebih

lama untuk mengetahui efektivitas ekstrak dalam penggunaan jangka

panjang.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang zat aktif dalam buah jambu

biji merah (Psidium guajava L.) yang dapat menurunkan kadar LDL.
DAFTAR PUSTAKA

Adele, C., Qi, W., Ka’ohimanu, D., Alison, R., Andre T., 2002 . Intestinal
apolipoprotein B secretion is inhibited by the flavonoid quercetin:
“potential role of microsomal triglycerida transfer protein and
diacylglycerol acyltransferase”. PubMed. Lipids.:52–64.

Adi, L. T., 2008. Tanaman Obat dan Jus untuk Mengatasi Penyakit Jantung,
Hipertensi, Kolesterol, dan Stroke. Agromedia Pustaka, Jakarta, Indonesia,
hal. 215.

Afriastini, J. J., 1984. Daftar Nama Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta,


Indonesia, hal. 48.

Agromedia, Redaksi, 2009. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner.


Agromedia Pustaka, Jakarta, Indoesia, hal. 1–5.

Allo, I. G., P. M. Wowor, H. Awaloei, 2013. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Jambu
Biji (Psidium Guajava L) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Wistar
(Rattus Norvegicus). Jurnal E-Biomedik (eBM), 1, hal. 371–378.

American Heart Association, 2016. Heart Disease, Stroke and Research Statistics
at-a-Glance. AHA Website, 1–5. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-
7.2. diakses 24 Januari 2017.

Anwar, T. B., 2004. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Universitas


Sumatera Utara, Indonesia, hal. 1–15.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS): “Laporan Nasional 2013”, 92–93 . https://doi.org/1 diakses
tanggal 24 Januari 2017.

Dalimartha, S., 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya,


Depok, Indonesia, hal. 73.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia,
hal. 9.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi VI.


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia,
hal. 7.

62
63

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta, Indonesia, hal. 11.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1977–1980. Materia Medika


Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta,
Indonesia, hal. 90–92.

Hadiati, S., dan L. H. Apriyanti, 2015. Bertanam Jambu Biji di Pekarangan.


AgriFlo (Penebar Swadaya Grup), Jakarta, Indonesia, hal. 16–19.

Harbone, J.B., 1987. Metode fitokimia: “penuntun cara modern menganalisis


tumbuhan”. Hal: 102, Diterjemahkan Oleh: Kokasih Padmawinata dan
Iwang Soediro, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.
Harlinawati, Y., 2006. Terapi Jus Untuk Kolesterol Plus Ramuan Herbal. Puspa
Swara, Jakarta, Indonesia, hal. 32–34.

Hermawati, R., dan H. A. C. Dewi, 2014. Berkat Herbal Penyakit Jantung


Koroner Kandas. Fmedia, Jakarta, Indonesia, hal. 1–2, 7–13.

Islamiyah, D., 2010. Pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium
guajava L.) terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida
serum darah tikus putih jantan (rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
Indonesia.

Katzung, B. G., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Terjemahan Oleh: Bagian
Farmakologi FK Universitar Airlangga. Salemba Medika, Jakarta, hal.
421–444, 555–557.

Katzung, B. G., 2016. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi.12 Vol.2. Terjemahan
Oleh: Brahm U. Pendit., Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indoensia, hal.
698–712.

Kumari, M., Jain, S., 2012. Tannins: “An Antinutrient with Positive Effect to
Manage Diabetes”. Research Journal of Recent Sciences. 1(12): 70–73.

Laurance, D.R dan Bacharach, A.L., 1964. Evaluation of drug activities.


Pharmacometrics dibaca dalam Anggara, R., 2009. Pengaruh Ekstrak
Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir.) terhadap Efek Sedasi Pada Mencit
Balb/c. Skripsi, FK Universitas Diponegoro, Semarang.
64

Lestari, T. C. A., 2011. Hubungan Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium
guajava Linn) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus musculus)
Diabetik. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Indonesia.

Mahajan, R. D., and Singh, R., 2011. Thyroid Dysfunction and Total Cholesterol
Experience in a Tertiary Care Hospital. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological, and Chemical Sciences, 268–273.

Marjoni, M. R., 2016. Dasar-dasar Fitokimia. Trans Info Media, Jakarta,


Indonesia, hal. 22.

Moffat, A. C., Osselton, M. D., and Widdop, B., 2011. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons Fourth Edision. Pharmaceutical Press, USA: 1977, 2057.

Muhlisah, F., 2007. Tanaman Obat Keluarga. Penebar Swadaya, Jakarta,


Indonesia, hal. 26–28.

Mokhtar, M. U. A., 2008. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum


esculentum Mill.) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
Indonesia.

Murray, R. K., 1997. Biokimia Harper. Terjemahan Oleh: Hartono S., EGC,
Jakarta, Indonesia, hal. 225–249;278–287.

Nugraha, T., 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight)
Walp] Terhadap Penurunan Kadar LDL Kolesterol Darah Tikus Putih
(Rattus norvegicus). Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, Indonesia.

Parimin, 2007. Jambu Biji: “Budidaya dan Pemanfaatannya”. Penebar Swadaya,


Depok, Indonesia, hal. 8–21.

Philip, I., Aaronson, and Ward, J. P. T., 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular.
Terjemahan Oleh: Juwalita Surapsari, Erlangga, Jakarta, Indonesia, hal.
403.

Prasetio, J., N., 2015. Potential Red Guava JuiceIn Patient With Dengue High
Fever. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Indoensia

Rahmat, 2011. 21 Jenis Tabulampot Populer. Agromedia Pustaka, Jakarta,


Indonesia, hal. 48–51.

Rahmawati, F., G. Dwiyanti, dan H. Sholihin, 2013. Kajian Aktifitas Antioksidan


Produk Olahan Buah Jambu Biji Merah. Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
65

Riesanti, D. G., M. C. Padaga, dan Herawati, 2012. Kadar HDL, Kadar LDL dan
Gambaran Hispatologi Aorta pada Hewan Model Tikus (Rattus
norvegicus) Hiperkolesterolemia dengan Terapi Ekstrak Air Benalu
Mangga (Dendrophthoe pentandra). Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.

Robinson, T.,1995. The organic constituents of higher plants (edisi ke-6).


Terjemahan oleh: Padmawinata kosasih. FMIPA, ITB, Bandung,
Indonesia, hal: 191–193.
Sayuti, Kesuma dan R. Yenrina. 2014. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas
University Press. Padang. Indonesia.

Smith, J. W., dan Mangkoewidjojo S., 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia
Press, Jakarta, Indonesia, hal. 37–57.

Sinaga, E., 2012. Biokimia Dasar. ISFI Penerbitan, Jakarta, Indonesia, hal. 245 –
279.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan


Kuliah Farmakologi Edisi 2. Universitas Sriwijaya. Palembang. Indonesia.

Suwarto, A., 2010. 9 Buah dan Sayur Sakti Tangkal Penyakit. Liberplus,
Yogyakarta, Indonesia, hal. 33–35.

Tjay, T. H., dan K. Rahardja, 2007. Obat-obat Penting: “Khasiat, Penggunaan,


dan Efek-efek Sampingnya” Edisi 6. Elex Media Komputindo, Jakarta,
Indonesia, hal. 579–580, 769–770.

Townsend, N., Nichols, M., Scarborough, P., and Rayner M., 2014.
Cardiovascular Disease in Europe 2014: “Epidemiological Update”.
European Heart Journal, 36,40, 2696–2705.
https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehv428 diakses 27 Januari 2017.

Umarudin, R. Susanti, dan A. Yuniastuti, 2012. Efektifitas Ekstrak Tanin Seledri


Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Hiperkolesterolemi. Unnes Journal of
Life Science, 1.2, hal. 78–85.

Utami, I. S., 2008. Buah Jambu Merah: “Mujarab Atasi Demam Berdarah”.
Kanisius, Yogyakarta, Indonesia, hal. 10.

Voight, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Terjemahan Oleh:
Soendani Noerono., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
Indonesia, hal. 566–567, 570–572.
Lampiran 1. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-0

66
67

Lampiran 2. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-14 Kelompok Kontrol Normal,
Kontrol Negatif, dan Kontrol Positif
68

Lampiran 3. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-14 Kelompok Ekstrak Dosis I,
Dosis II, dan Dosis III
69

Lampiran 4. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-29 Kelompok Kontrol Normal,
Kontrol Negatif, dan Kontrol Positif
70

Lampiran 5. Data Hasil Kadar LDL Hari ke-14 Kelompok Ekstrak Dosis I,
Dosis II, dan Dosis III
71

Lampiran 6. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Jambu Biji Merah (Psidium


guajava L.)

Menurut Adi (2008), dalam sehari jumlah jambu biji merah yang dapat

dikonsumsi adalah 100 gram. Dosis ini kemudian dikonversikan untuk pemakaian

pada tikus putih (200 g) menurut Laurence dan Bacharach (1964) dalam Anggara

(2009) dalam tabel konversi perhitungan dosis antar jenis subjek uji dengan

perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan = 100 g x 0,018 = 1,8 gram/ 200 gram BB tikus.

= 1800 mg/ 200 gram BB tikus

Perhitungan dalam bentuk ekstrak buah jambu biji merah:

Buah jambu biji merah yang disokletasi = 1000 gram

Ekstrak kental = 152,81 gram

Rendemen =152,81/1000 x 100%

= 15,28%

Perlakuan = 15,28% x 1800mg/200gBB

= 275,04 ~ 275 mg/200gBB

Dosis ekstrak 1x = 275 mg/200gBB

Dosis ekstrak 2x = 2 x 275 mg/200gBB

= 550 mg/200gBB

Dosis ekstrak 4x = 4 x 275 mg/200gBB

= 1100 mg/200gBB
72

Lampiran 7. Perhitungan Pemberian Dosis Ekstrak Buah Jambu Biji


Merah (Psidium guajava L.)

Tabel 9. Perhitungan Pemberian Ekstrak Dosis 275mg/200gBB


Kelompok Dosis Ekstrak Buah
Dosis BB (gram)
Perlakuan Jambu Biji Merah

180

180
IV 275mg/200gBB
160

150

Tabel 10. Perhitungan Pemberian Ekstrak Dosis 550mg/200gBB


Kelompok Dosis Ekstrak Buah
Dosis BB (gram)
Perlakuan Jambu Biji Merah

180

180
V 550mg/200gBB
170

150

Tabel 11. Perhitungan Pemberian Ekstrak Dosis 1100mg/200gBB


Kelompok Dosis Ekstrak Buah
Dosis BB (gram)
Perlakuan Jambu Biji Merah

180

180
VI 1100mg/200gBB
170

150
73

Lampiran 8. Perhitungan Dosis Propiltiourasil

Berdasarkan penelitian Allo, Wowor, & Awaloei (2013) PTU dengan dosis

12,5 mg/200gBB/hari dapat menaikkan kadar kolesterol dengan rata-rata sebelum

pemberian sebesar 156,34 mg/dL dan setelah pemberian rata-rata menjadi 247,84

mg/dL. Dari penelitian tersebut, peneliti menggunakan dosis 12,5 mg/hari.

Massa yang diambil: [(12,5 mg/2ml) x 5 tikus] = 62,5 mg/10ml

Pembuatan:

1) Timbang massa PTU sebanyak 62,5 mg

2) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit hingga 10 ml

gerus hingga homogen.

Tabel 12. Perhitungan Pemberian Induksi PTU Dosis 12,5mg/200gBB


Kelompok Dosis Ekstrak Buah
Dosis BB (gram)
Perlakuan Jambu Biji Merah

210

200

190
II, III, IV, V,
12,5mg/200gBB 180
dan VI
170

160

150
74

Lampiran 9. Perhitungan Dosis Simvastatin

Dosis ini kemudian dikonversikan untuk pemakaian pada tikus putih (200 g)

menurut Laurence dan Bacharach (1964) dalam Anggara (2009) dalam tabel

konversi perhitungan dosis antar jenis subjek uji dengan perhitungan sebagai

berikut.

 Perhitungan dosis simvastatin untuk tikus:

= 10 mg x 0, 018 = 0,18 mg/200grBB

 Dosis diatas dikonversikan pada tablet simvastatin 10 mg dengan berat

tablet 132 mg :

 Serbuk tablet simvastatin yang dibutuhkan untuk 5 ekor tikus:

= mg/10mL

Pembuatan:

1) Timbang massa simvastatin sebanyak 5,95 mg

2) Tambahkan larutan Tween 80 2% sedikit demi sedikit hingga 10 ml,

gerus hingga homogen.

Tabel 13. Perhitungan Pemberian Dosis Simvastatin


Kelompok Dosis Ekstrak Buah
Dosis BB (gram)
Perlakuan Jambu Biji Merah

210

200
III 2,38mg/200gBB
180

160
75

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Analisa Statistik Shapiro-Wilk

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Analisa Statisti Shapiro-Wilk


Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
1 ,284 4 . ,864 4 ,274
2 ,344 4 . ,873 4 ,310
3 ,291 4 . ,788 4 ,083
Hari_ke_29
4 ,250 4 . ,916 4 ,514
5 ,221 4 . ,922 4 ,546
6 ,344 4 . ,772 4 ,061
a. Lilliefors Significance Correction
76

Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Anova One-Way

Tabel 15. Hasil Uji Deskriptif One-way ANOVA


Descriptives
Hari_ke_29
N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Deviation Error Mean
Lower Bound Upper Bound
1 4 8,0175 ,84866 ,42433 6,6671 9,3679 7,35 9,12
2 4 74,4500 1,38437 ,69218 72,2472 76,6528 73,15 76,41
3 4 15,7725 ,45434 ,22717 15,0495 16,4955 15,35 16,19
4 4 27,4125 ,81246 ,40623 26,1197 28,7053 26,50 28,22
5 4 20,0625 ,38361 ,19181 19,4521 20,6729 19,72 20,59
6 4 9,4550 ,90519 ,45259 8,0146 10,8954 8,12 10,05
Total 24 25,8617 23,18019 4,73164 16,0735 35,6498 7,35 76,41

Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic


Test of Homogeneity of Variances
Hari_ke_29
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,358 5 18 ,286

Tabel 17. Hasil Uji ANOVA


ANOVA
Hari_ke_29
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 12344,983 5 2468,997 3314,287 ,000
Within Groups 13,409 18 ,745
Total 12358,393 23
77

Tabel 18. Hasil Uji Post Hoc Test Tukey One-way ANOVA
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hari_ke_29
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
*
2 -66,43250 ,61031 ,000 -68,3721 -64,4929
3 -7,75500* ,61031 ,000 -9,6946 -5,8154
*
1 4 -19,39500 ,61031 ,000 -21,3346 -17,4554
5 -12,04500* ,61031 ,000 -13,9846 -10,1054
6 -1,43750 ,61031 ,223 -3,3771 ,5021
*
1 66,43250 ,61031 ,000 64,4929 68,3721
*
3 58,67750 ,61031 ,000 56,7379 60,6171
*
2 4 47,03750 ,61031 ,000 45,0979 48,9771
*
5 54,38750 ,61031 ,000 52,4479 56,3271
*
6 64,99500 ,61031 ,000 63,0554 66,9346
*
1 7,75500 ,61031 ,000 5,8154 9,6946
*
2 -58,67750 ,61031 ,000 -60,6171 -56,7379
*
3 4 -11,64000 ,61031 ,000 -13,5796 -9,7004
*
5 -4,29000 ,61031 ,000 -6,2296 -2,3504
*
6 6,31750 ,61031 ,000 4,3779 8,2571
*
1 19,39500 ,61031 ,000 17,4554 21,3346
*
2 -47,03750 ,61031 ,000 -48,9771 -45,0979
*
4 3 11,64000 ,61031 ,000 9,7004 13,5796
*
5 7,35000 ,61031 ,000 5,4104 9,2896
*
6 17,95750 ,61031 ,000 16,0179 19,8971
*
1 12,04500 ,61031 ,000 10,1054 13,9846
*
2 -54,38750 ,61031 ,000 -56,3271 -52,4479
*
5 3 4,29000 ,61031 ,000 2,3504 6,2296
*
4 -7,35000 ,61031 ,000 -9,2896 -5,4104
*
6 10,60750 ,61031 ,000 8,6679 12,5471
1 1,43750 ,61031 ,223 -,5021 3,3771
2 -64,99500* ,61031 ,000 -66,9346 -63,0554
*
6 3 -6,31750 ,61031 ,000 -8,2571 -4,3779
4 -17,95750* ,61031 ,000 -19,8971 -16,0179
*
5 -10,60750 ,61031 ,000 -12,5471 -8,6679
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
78

Lampiran 12. Foto Objek Penelitian Buah Jambu Biji Merah (Psidium
guajava L.)

Gambar 7. Buah Jambu Biji Merah yang Diiris Tipis

Gambar 8. Serbuk Buah Jambu Biji Merah yang Telah Kering


79

Gambar 9. Ekstrak Buah Jambu Biji Merah


80

Lampiran 13. Foto Proses Ekstraksi Buah Jambu Biji Merah (Psidium
guajava L.)

Gambar 10. Proses Destilasi Etanol

Gambar 11. Proses Sokletasi dan Destilasi Vakum Serbuk Buah Jambu Biji Merah
81

Lampiran 14. Foto Proses Penelitian

Gambar 12. Proses Pemberian Larutan pada Tikus

Gambar 13. Proses Pengambilan Darah Tikus Melalui Intrakardial


82

Gambar 14. Sampel Darah Tikus

Anda mungkin juga menyukai