Disusun oleh :
3. NURHALIZA FADILAH ()
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Suhu Ruangan Terhadap
Ketahanan Nasi”. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
penilaian akhir semester ujian praktek kelas XII IPA 4
Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk membangun
pengetahuan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberi manfaat untuk kita semua, Aamiin….
Palembang,
Penulis
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Untuk segala bimbingan, bantuan dan dorongan moril maupun materil maka tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
Ibu Dra. Hj. Sulistiani, MM, selaku Waka Kurikulum Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palembang
Ibu Cecilia Indriani, M.Pd, selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Kelas XII
IPA 4
Ibu Nadiyah Rizky Marwanty, S,Pd, selaku guru Mata Pelajaran Biologi
Kelas XII IPA 4
Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan doa restu dan telah
menjadi motivator terbesar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
iii
MOTO
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini kupersembahkan dengan segala kerendahan hati dan rasa
syukur kehadirat Allah SWT.
Ayah dan ibu tercinta, yang telah membesarkan, merawat, mendidik,
memberikan dukungan dan senantiasa memberikan semangat serta
doa.
Ibu Cecilia, M.Pd selaku pembina atau pembimbing karya tulis ilmiah
ini.
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Pengaruh Suhu Ruangan Terhadap
Ketahan Nasi” ini telah dibaca dan disahkan oleh :
Mengesahkan,
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Ismawan, S.Pd
NIP. 197504202003121002
v
ABSTRAK
Nasi merupakan olahan dari beras yang merupakan makanan pokok. Beras
merupakan karbohidrat yang dapat diurai dalam bentuk partikel partikel kecil
dalam bentuk glukosa. Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
tentang pengaruh perubahan glukosa nasi selama penyimpanan yaitu waktu
penyimpanan dan suhu penyimpanan.
Berdasarkan data-data yang diambil dari jurnal
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................iv
ABSTRAK..........................................................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
4.1 Hasil...........................................................................................................................8
4.2 Pembahasan................................................................................................................8
4.2.1 Dampak Pencemaran Udara................................................................................8
4.2.2 Pengendalian Terhadap Pencemaran Udara........................................................9
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................12
5.2 Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mengkonsumsi beras menjadi makanan pastinya mempunyai proses
pemasakan, banyak cara digunakan seperti dikukus, ditanak, dan semakin
berkembang dengan diciptakan Rice Cooker yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat. Warna nasi yang telah masak (tanak) berbeda-beda tergantung dari
jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras
yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan
warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Kandungan amilosa yang rendah
pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan
lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir
semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras
Jepang (japonica) untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15%
sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropikal,
yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya, beras dengan kadar amilosa
lebih dari 24% akan menghasilkan nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan mudah
terpisah-pisah).
Nasi sebagai makanan hasil olahan kadang kala tidak habis dalam sekali
konsumsi. Untuk itu sisanya perlu disimpan agar terlindung dari faktor perusak,
baik yang bersifat fisik, kimia maupun biologis sehingga nasi awet untuk
dikonsumsi lagi. Pertumbuhan mikroorganisme pada nasi dapat mempengaruhi
angka kuman dan jenis kuman. Pertumbuhan suatu bakteri dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan, antara lain nutrien berupa zat organik seperti garam-
garam yang mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl, S dan P. Selain itu, mikroba juga
memerlukan sumber makanan yangmengandung C, H, O, N yang diambil dalam
bentuk senyawa organik, seperti karbohidrat, protein, lemak dan
sebagainya(Surendra, 1991)
2
dimungkinkan ketika nasi diambil dari Rice Cooker atau tempat nasi biasa. Daya
tahan terhadap suhu berbeda bagi tiap spesies(Gardhjito,Murdijati,dkk, 1992)
Pengaruh nasi dapat terjadi pada saat penyimpanan karena suhu ruang
sangat berpengaruh, penyimpanan nasi disuhu ruangan terbuka tentu berbeda
dengan penyimpanan nasi pada suhu ruangan tertutup seperti didalam toples.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
apakah ada perbedaan pada nasi yang disimpan pada suhu dan durasi
penyimpanan yang berbeda.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
Suhu ruang merupakan suhu yang secara alamiah berkisar dari 27-30C.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju perubahan
suatu produk. Suhu ruang dapat memberikan dampak buruk pada kualitas produk
pangan. Salah satu faktor penyebab keracunan pangan yaitu penyimpanan bahan
pangan yang kurang tepat, salah satu bersumber dari lingkungan seperti udara
(Lestari, 2020). Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang terpenting yang
memengaruhi pertumbuhan organisme (Abrar, 2013). Semakin lama peletakkan
pada suhu ruang akan semakin meningkat aktivitas mikroorganisme yang pada
akhirnya mengakibatkan terjadinya pembusukan (Suradi, 2012).
2.3 Hipotesis
Ho = Tidak adanya pengaruh nasi yang di masukan kedalam toples dan yang
ditaruh disuhu ruang.
4
H1 = Adanya pengaruh nasi yang dimasukan kedalam toples dan yang ditaruh
disuhu ruang
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : 3 Hari
Tempat : Rumah
– 2 sendok Nasi
– 1 buah piring
– I buah toples
– Alat tulis
2. Taruhlah nasi pertama kedalam toples kemudian tutup rapat toples tersebut dan
nasi kedua diletakan di piring.
6
Dalammenjelajahiisupencemaranudara,
pendekatanpenelitianmenjadikunciuntukmemahamidanmenanganimasalahinitanpa
perlumelakukansurveilapangan yang rumit. Adapunlangkah-langkahsederhana
yang penulislakukanuntukmenggaliinformasitentangpencemaranudara di
suatuwilayahsebagaiberikut :
2.Menelitisumberpencemaranudara di wilayahstudidaricatatanresmiseperti
AMDAL dancatatankegiatanindustri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hanya 8,66 persen atau sekitar 409.000 dari 64,9 juta orang berdomisili di
98 kota Indonesia yang sehari-hari bisa menikmati udara bersih dengan kadar PM
7
2,5 di bawah ambang batas baku mutu ambien versi Pemerintah Indonesia, yakni
15 µg/m3 (mikrogram per meter kubik) tiap tahun.
4.2 Pembahasan
1. Masalah kesehatan
2. Hujan asam
8
3. Efek rumah kaca
Karbon dioksida dan metana merupakan gas rumah kaca yang menyerap
dan mengeluarkan kembali panas matahari. Meningkatnya konsentrasi gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia telah menyebabkan pemanasan global.
Polutan seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon, dan partikel bersifat
korosif dan mengurangi jarak pandang. Paparan polutan udara dalam jangka
panjang dapat merusak bangunan, patung, dan benda bersejarah.
Standar bahan bakar yang lebih bersih, seperti bensin tanpa timbal dan
solar rendah gula, belerang rendah, dapat mengurangi emisi dari transportasi. Ada
juga kebutuhan untuk meningkatkan standar emisi kendaraan melalui pengujian
emisi secara berkala.
9
Meningkatkan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga air, sinar
matahari, energi angin dan biofuel untuk menggantikan pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, peningkatan efisiensi dan
penghematan energi juga penting di sektor komersial dan perumahan.
Perkembangan angkutan umum seperti bus, kereta api dan kereta ringan
dapat mengurangi kebutuhan angkutan mobil dalam rangka pengendalian
pencemaran udara.
Pajak Insentif, subsidi bahan bakar dan kebijakan seperti kebijakan ganjil
genap dapat digalakkan untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik, hybrid
dan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Batasan usia kendaraan
bermotor juga harus diperhatikan.
10
9. Kerjasama multilateral dan dukungan internasional
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
11
5.1 Kesimpulan
1. Pencemaran udara akibat asap mempunyai dampak langsung dan tidak
langsung terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
3. Asap dapat berasal dari berbagai sumber, seperti kebakaran hutan, aktivitas
industri, dan kendaraan bermotor.
5.2 Saran
1. Meningkatkan pengelolaan hutan lestari untuk mencegah kebakaran hutan yang
menimbulkan asap. Penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam industri dan
transportasi untuk mengurangi emisi asap.
Oleh karena itu, upaya preventif dan mitigasi harus dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif pencemaran udara akibat asap. Meningkatkan
kesadaran dan mengambil tindakan nyata untuk mengendalikan sumber asap dapat
membantu melindungi lingkungan dan kesehatan manusia dari dampak negatif
polusi udara.
DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, R.D., Soedjajadi, K., & Yunanto, A. (2022). Analisis Dampak Polusi Udara
12
Terhadap Kesehatan Masyarakat Dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 20(2), 137-145.
Apriyana, D., Rusdin, R., Hadisusanto, S., & Pratiwi, P. (2022). Pengendalian
Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Transportasi Jalan Di Kota Bandung. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(1), 26-35.
Herman, Y. H., Nahusona, I., & Tahir, I. (2019). Analisis Kualitas Udara Ambien Akibat
Emisi Industri Semen dan Pupuk di Surabaya Barat. Jurnal Teknik ITS, 8(2), G28-
G33.
Maulidya, D. T., Trihadiningrum, Y., & Ardian, F. (2019). Inventarisasi Emisi SO2 dan
NOx dari Sumber Bergerak dan Tidak Bergerak di Pulau Jawa. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 16(1), 27-35.
Nastiti, A., Dewi, O.S.K., & Prabowo, D. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara Di Kota Besar (Studi Kasus: Bandung, Semarang
Dan Surabaya). Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik
Lingkungan, 18(1).
Pambudi, N.A., Trilaksani, W., Nurjazuli, N., Majid, A., & Budiarti, L. (2021). Hubungan
Antara Kadar PM10 Udara Ambien Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada
Pengendara Motor. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(2), 84-90.
Sihombing, M., Bahri, S., & Ambarita, H. (2018). Kontribusi Sumber Emisi CO, NOx dan
HC dari Aktivitas Transportasi Jalan Raya di Kawasan Perkotaan Jabodetabek.
Jurnal Ilmiah Globë, 20(1), 35-42.
Sitorus, M.T.F., Rumayar, A.A., Sjahril, R., Purba, J.H.V., Panjaitan, N.P.A., &
Simanjuntak, B.H. (2021). Dampak Polusi Udara Akibat Kebakaran Hutan
Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Provinsi Kalimantan Barat. Aspirator, 13(1),
27-36.
Wijaya, A.P., Hadi, M.P., & Herlambang, A. (2021). Kontribusi Sumber Emisi Sektor
Transportasi Terhadap Kualitas Udara Ambien Kota Surabaya. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 18(2), 96-103.
13