Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS PENGARUH SUHU RUANGAN


TERHADAP KETAHANAN NASI

Disusun oleh :

KELAS : XII IPA 4

1. HENI NUR FAZILA ()


2. NATA SARLENDA ()

3. NURHALIZA FADILAH ()

Guru Pembimbing : Cecilia Indriani, M.Pd

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Suhu Ruangan Terhadap
Ketahanan Nasi”. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
penilaian akhir semester ujian praktek kelas XII IPA 4
Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk membangun
pengetahuan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberi manfaat untuk kita semua, Aamiin….

Palembang,

Penulis

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Untuk segala bimbingan, bantuan dan dorongan moril maupun materil maka tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

 Bapak Ismawan, S.Pd, selaku kepala Madrasah Aliyah Negeri 1


Palembang.

 Bapak Ahmad Sofian, S.Pd, selaku Waka Kesiswaan Madrasah Aliyah


Negeri 1 Palembang.

 Ibu Dra. Hj. Sulistiani, MM, selaku Waka Kurikulum Madrasah Aliyah
Negeri 1 Palembang

 Bapak Rifki, S.Ag,M.Si, selaku Waka Sarana Prasarana Madrasah Aliyah


Negeri 1 Palembang

 Ibu Cecilia Indriani, M.Pd, selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Kelas XII
IPA 4

 Ibu Nadiyah Rizky Marwanty, S,Pd, selaku guru Mata Pelajaran Biologi
Kelas XII IPA 4

 Ibu Hj Nurlela, S.Pd, selaku wali kelas XII IPA 4

 Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan doa restu dan telah
menjadi motivator terbesar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

 Seluruh keluarga besar yang memberikan bantuan baik moril maupun


materil

Dan semangat besar.

 Teman-teman dan sahabat yang telah memberi semangat

 Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyelesaian Karya


Tulis Ilmiah

MOTO DAN PERSEMBAHAN

iii
MOTO

 “Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka


apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja
keras (untuk urusan orang lain)”. (Q.S Al-Insyirah: 6-7)
 ”hidup adalah sebuah tantangan, untuk itu jangan pernah takut untuk
melangkah, karena langkah dalam meraih cita-cita membutuhkan
keberanian dan kesabaran”

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini kupersembahkan dengan segala kerendahan hati dan rasa
syukur kehadirat Allah SWT.
 Ayah dan ibu tercinta, yang telah membesarkan, merawat, mendidik,
memberikan dukungan dan senantiasa memberikan semangat serta
doa.
 Ibu Cecilia, M.Pd selaku pembina atau pembimbing karya tulis ilmiah
ini.

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Pengaruh Suhu Ruangan Terhadap
Ketahan Nasi” ini telah dibaca dan disahkan oleh :

Mengesahkan,

Wali Kelas Guru Pembimbing

Dra. Hj. Nurlela, MM CeciliaIndriani, M.Pd


NIP.196804161993032002 NIP.1986611132011012012

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Ismawan, S.Pd

NIP. 197504202003121002

v
ABSTRAK

Nasi merupakan olahan dari beras yang merupakan makanan pokok. Beras
merupakan karbohidrat yang dapat diurai dalam bentuk partikel partikel kecil
dalam bentuk glukosa. Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
tentang pengaruh perubahan glukosa nasi selama penyimpanan yaitu waktu
penyimpanan dan suhu penyimpanan.
Berdasarkan data-data yang diambil dari jurnal

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................iv

ABSTRAK..........................................................................................................................v

DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................2

BAB 2 LANDASAN TEORI............................................................................................3

2.1 Pengertian Polusi Udara.............................................................................................3

2.2 Sumber – Sumber Pencemaran Udara.......................................................................3

2.3 Klasifikasi Pencemaran Udara...................................................................................4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................8

4.1 Hasil...........................................................................................................................8

4.2 Pembahasan................................................................................................................8
4.2.1 Dampak Pencemaran Udara................................................................................8
4.2.2 Pengendalian Terhadap Pencemaran Udara........................................................9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................12

5.1 Kesimpulan..............................................................................................................12

5.2 Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu jenis makanan yang rutin dikonsumsi di Indonesia dengan
kandungan karbohidrat tinggi adalah beras (Hardiansyah, Hardinsyah, &
Sukandar, 2017). Di Indonesia, beras merupakan salah satu bahan makanan pokok
yang berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Beras dikonsumsi oleh
hampir 90% penduduk Indonesia karena mengandung nilai energi yang cukup
tinggi dibandingkan dengan makanan pokok lainnya (Ariyadi & Anggraini, 2010).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018 konsumsi beras
mencapai 114,6 kg per kapita per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dari pada
tahun 2014 yaitu tingkat konsumsi beras di Indonesia 84,6 kilogram per orang per
tahun (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2019). Kandungan gizi dalam
beras meliputi energi, protein lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Setiap 100
g beras giling mengandung energi 360 kkal dan menghasilkan 6 g protein. Hal ini
dapat dibandingkan dengan bahan makanan lain seperti jagung yang mengandung
307 KKal dan 7,9 g, ketela pohon yang mengandung 146 KKal dan 1,2 gr protein
(Riyanto, dkk., 2013). Berdasarkan TKPI (Tabel Konsumsi Pangan Indonesia)
tahun 2017, kandungan kalori beras putih yaitu 357 kkal dan karbohidrat 77,1 g.

Daftar kandungan beras


Kandungan pada beras Nilai kandungannya
Energi 1527 kJ
Protein 7,13 gram
Lemak 0,66 gram
Kabohidrat 79 gram
Fiber atau serat 1,3 gram
Gula 0,12 gram
Kalsium 28 miligram
Zat Besi 0,63 miligram
Sodium 1 miligram
Kolestrol 0 miligram
Dilansir dari Healthline, berikut daftar kandungan yang ada pada beras: (nilai
kandungan ini berdasarkan nilai nutrisi per 100 gram)

1
Mengkonsumsi beras menjadi makanan pastinya mempunyai proses
pemasakan, banyak cara digunakan seperti dikukus, ditanak, dan semakin
berkembang dengan diciptakan Rice Cooker yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat. Warna nasi yang telah masak (tanak) berbeda-beda tergantung dari
jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras
yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan
warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Kandungan amilosa yang rendah
pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan
lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir
semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras
Jepang (japonica) untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15%
sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropikal,
yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya, beras dengan kadar amilosa
lebih dari 24% akan menghasilkan nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan mudah
terpisah-pisah).

Nasi sebagai makanan hasil olahan kadang kala tidak habis dalam sekali
konsumsi. Untuk itu sisanya perlu disimpan agar terlindung dari faktor perusak,
baik yang bersifat fisik, kimia maupun biologis sehingga nasi awet untuk
dikonsumsi lagi. Pertumbuhan mikroorganisme pada nasi dapat mempengaruhi
angka kuman dan jenis kuman. Pertumbuhan suatu bakteri dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan, antara lain nutrien berupa zat organik seperti garam-
garam yang mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl, S dan P. Selain itu, mikroba juga
memerlukan sumber makanan yangmengandung C, H, O, N yang diambil dalam
bentuk senyawa organik, seperti karbohidrat, protein, lemak dan
sebagainya(Surendra, 1991)

Selain itu suhu juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kegiatan


fisiologi suatu mikroba atau bakteri. Kebanyakan mikroorganisme perusak bahan
pangan atau makanan mempunyai suhu pertumbuhan optimal seperti suhu
pertumbuhan mikroorganisme mesofilik, yaitu pada kisaran temperatur 25° C-30°
C. Dalam suhu ruangan nasi yang disimpan dapat mengalami kerusakan karena
pertumbuhan mikroorganisme mesofilik. Kerusakan yang terjadi ini bisa

2
dimungkinkan ketika nasi diambil dari Rice Cooker atau tempat nasi biasa. Daya
tahan terhadap suhu berbeda bagi tiap spesies(Gardhjito,Murdijati,dkk, 1992)
Pengaruh nasi dapat terjadi pada saat penyimpanan karena suhu ruang
sangat berpengaruh, penyimpanan nasi disuhu ruangan terbuka tentu berbeda
dengan penyimpanan nasi pada suhu ruangan tertutup seperti didalam toples.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
apakah ada perbedaan pada nasi yang disimpan pada suhu dan durasi
penyimpanan yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini antara lain :
1. apakah nasi yang berada pada ruangan terbuka, didalam toples dan
dikulkas mengalami perubahan yang berbeda?
2. unsur apa saja yang menyebabkan nasi cepat basi ?
3. bagaimana cara penyimpanan nasi agar tetap bisa dikonsumsi dalam waktu
yang lama?
1.3 Batasan Masalah
Adapun dalam penelitian ini hanya akan dibahas apa saja penyebab yang
membuat nasi mudah menjadi basi.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapaun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis seberapa besar pengaruh ruangan terhadap makanan terutama nasi
dan faktor apa saja yang menyebabkan nasi menjadi cepat basi serta cara
menyimpan nasi agar tetap bisa dikonsumsi dalam jangka panjang

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun Manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca, agar seseorang dapat mengetahui lebih dalam tentang
suhu ruangan yang dapat memengaruhi makanan terutama nasi yang sering kita
konsumsi.

3
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealialain) yang telah dimasak
dengan cara direbus atau dikukus. Proses merebus atau mengukus beras dikenal
juga sebagai menanak. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma atau
bau nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya.
Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan
menghasilkan bubur. Proses pembuatan nasi yang sangat bagus dan tahan lama
yaitu beras dipanaskan di wajan dengan air secukupnya dan digaru hingga air
telah kering, setelah itu dikukus. Alat yang digunakan untuk menanak nasi disebut
dengan penanak nasi.

Suhu ruang merupakan suhu yang secara alamiah berkisar dari 27-30C.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju perubahan
suatu produk. Suhu ruang dapat memberikan dampak buruk pada kualitas produk

pangan. Salah satu faktor penyebab keracunan pangan yaitu penyimpanan bahan
pangan yang kurang tepat, salah satu bersumber dari lingkungan seperti udara
(Lestari, 2020). Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang terpenting yang
memengaruhi pertumbuhan organisme (Abrar, 2013). Semakin lama peletakkan
pada suhu ruang akan semakin meningkat aktivitas mikroorganisme yang pada
akhirnya mengakibatkan terjadinya pembusukan (Suradi, 2012).

Ciri-ciri Nasi Basi

Ilustrasi dampak nasi basi. Foto: Unsplash/Markus Winkler

Ilustrasi dampak nasi basi. Foto: Unsplash/Markus Winkler

Setelah mengetahui penyebab nasi basi, kini ketahui ciri-ciri nasi basi. Setelah
mengetahui ciri-cirinya, diharapkan tidak ada lagi yang salah mengonsumsinya.

4
1. Berbau Menyengat

Nasi yang bagus biasanya memiliki aroma yang harum seperti daun pandan atau
tidak berbau sama sekali. Namun apabila nasi sudah berbau menyengat dan
menusuk hidung, bisa jadi nasi tersebut sudah basi.

ADVERTISEMENT

2. Berlendir

Selain berbau menyengat, nasi yang basi biasanya memiliki tekstur yang lengket
dan berlendir.

3. Berwarna Kekuningan

Apabila nasi sudah basi dalam jangka waktu cukup lama, membuatnya berubah
warna agak kekuningan.

4. Berjamur

Terakhir, apabila nasi sudah berjamur dan terlihat bintik-bintik warna kuning
kehijauan, biru, hingga hitam merupakan tanda nasi tersebut sudah basi terlalu
lama dan membusuk.

JADI NASI BISA BASI DIKARENAKAN BEBERAPA FAKTOR YANG BISA


MEMPECEPAT ATAU MEMBUAT NASI ITU MENJADI BASI HAL
BERIKUT MERUPAKAN CONTOH DARI FAKTOR YG MENYEBABKAN

5
NASI MENJADI BASI: 1. Cuaca Ketika musim kemarau tiba, nasi akan lebih
mudah cepat basi dibandingkan saat musim penghujan. Pada musim penghujan,
nasi bisa basi setelah 24 jam sementara di musim kemarau, nasi akan basi bahkan
sebelum 24 jam. Bukan hanya tergantung pada cuaca, namun cepat tidaknya nasi
menjadi basi juga tergantung pada faktor tempat tinggal. Bagi anda yang tinggal
di daerah pesisir, maka nasi akan lebih cepat basi jika dibandingkan dengan
daerah lain terutama dipegunungan. (baca juga: bahaya makan nasi dengan mie
instan) 2. Sentuhan jari-jari tangan Tahukah anda jika ternyata pada jari tangan
mengandung enzim pencernaan yang disebut dengan enzim RNAse? Enzim ini
merupakan enzim yang bertugas untuk membantu proses pencernaan yang terjadi
di lambung. Saat nasi yang telah masak tersentuh tangan entah secara sengaja
ataupun tidak, maka pada saat itulah proses pencernaan telah dimulai. Akibatnya,
nasi yang tidak segera dimakan, akan menjadi lebih cepat basi. (baca juga:
makanan pengganti nasi untuk diet) 3.Jenis beras yang dimasak Jenis beras
ternyata juga menjadi penentu cepat tidaknya nasi menjadi basi. Beras jenis pera
ternyata lebih tahan lama jika dibandingkan dengan jenis beras pulen. Pada beras
pulen, beras ini memiliki kandungan air yang lebih banyak sehingga membuat
nasi menjadi lebih mudah basi. Jika beras pera ingin lebih terasa pulen sebaiknya
tambah air saat proses pemasakannya. Namun sayangnya, hal ini akan
menyebabkan nasi menjadi lebih cepat basi. (baca juga: bahaya makan mie
dengan nasi) 4. Tegangan listrik yang turun Produk magic jar yang dirancang di
Indonesia menggunakan tegangan 220 V. Dengan tegangan tersebut, maka magic
jar akan mampu memanaskan nasi dengan suhu 75-800 С. Jika ada gangguan pada
listrik, maka akan menyebabkan tengangan listrik turun hingga 180 V atau bahkan
bisa lebih rendah lagi. Jika sudah demikian maka penghangatan nasi tidak dapat
mencapai 75 hingga 800 C lagi. Akibatnya nasi yang dipanaskan di dalam magic
jar akan menjadi lembek dan berakhir dengan basimjmo

2.2 Variable Penelitian

1. Variable bebas : nasi yang di masukan kedalam toples

6
2. Variable terkait : apa yg terjadi terhadap nasi yang di masukan kedalam
toples
3. Variable kontrol : nasi yang di taruh di suhu ruang

2.3 Hipotesis

Ho = Tidak adanya pengaruh nasi yang di masukan kedalam toples dan yang
ditaruh disuhu ruang.

H1 = Adanya pengaruh nasi yang dimasukan kedalam toples dan yang ditaruh
disuhu ruang

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada :

Tanggal : 28 – 30 September 2012

Waktu : 3 Hari

Tempat : Rumah

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di pilih penulis ialah eksperimen

3.3 Alat dan bahan

– 2 sendok Nasi

– 1 buah piring

– I buah toples

– Alat tulis

3.4 Cara kerja

1. Ambil 2 buah sendok nasi secukupnya,

2. Taruhlah nasi pertama kedalam toples kemudian tutup rapat toples tersebut dan
nasi kedua diletakan di piring.

3. Amatilah kedua nasi tersebut.

8
Metode penelitian pencemaran udara tanpa survey lapangan
adalahmetodepenelitian yang penulispilihdantermasuk ke dalam metode penelitian
analitis deskriptifyaitudengancarapengumpulan data dananalisis data.

Dalammenjelajahiisupencemaranudara,
pendekatanpenelitianmenjadikunciuntukmemahamidanmenanganimasalahinitanpa
perlumelakukansurveilapangan yang rumit. Adapunlangkah-langkahsederhana
yang penulislakukanuntukmenggaliinformasitentangpencemaranudara di
suatuwilayahsebagaiberikut :

1.Mengumpulkan data tingkatpolusiudaradaristasiunpemantauanpemerintah.

2.Menelitisumberpencemaranudara di wilayahstudidaricatatanresmiseperti
AMDAL dancatatankegiatanindustri.

3. Memodelkanpenyebaranpolusimenggunakan data angindan peta regional.


Model inidapatdigunakanuntukmemperkirakanwilayah manayangpaling
banyakmenimbulkanpolusi.

4. Menghitungberapabanyakpenduduk yang terpaparpolusiberbahaya.


Identifikasisumberpolusi yang paling dominan

5.Menentukansumberpencemaran yang paling dominandanmemberi saran


caramengurangiemisinyakepadapemerintah agar kebijakannyalebihefektif.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hanya 8,66 persen atau sekitar 409.000 dari 64,9 juta orang berdomisili di
98 kota Indonesia yang sehari-hari bisa menikmati udara bersih dengan kadar PM
2,5 di bawah ambang batas baku mutu ambien versi Pemerintah Indonesia, yakni
15 µg/m3 (mikrogram per meter kubik) tiap tahun.

Jika menggunakan ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


tahunan 5 µg/m3, hanya 0,6 persen dari 64,9 juta warga perkotaan Indonesia yang
menikmati udara bersih. Artinya, semakin sedikit warga yang menikmati udara
bersih sesuai standar WHO. Kategori warga perkotaan adalah warga yang tinggal
di wilayah administrasi berstatus kota.

Warga di 98 kota di Indonesia terpapar polusi udara secara signifikan.


Mayoritas penduduknya menghirup udara dengan tingkat polusi melebihi ambang
batas 15 µg/m3 untuk polutan partikel PM 2,5. Partikel partikulat berukuran 2,5
mikron atau PM 2,5 dihasilkan dari sumber pencemar seperti kendaraan, alat
berat, pembakaran hutan, dan kegiatan pembakaran lain.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Dampak Pencemaran Udara

Polusi udara mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan


manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Berikut beberapa dampak penting
polusi udara:

1. Masalah kesehatan

Polusi udara menyebabkan penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis,


emfisema dan infeksi pernafasan akut. Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan juga
sering terjadi. Paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker paru-
paru, penyakit kardiovaskular, dan degenerasi saraf.

10
2. Hujan asam

Beberapa polutan seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida dapat


bereaksi dengan uap air di atmosfer membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Hujan membawa asam-asam ini ke permukaan bumi sehingga menyebabkan hujan
asam. Hujan asam merusak hutan, tanaman pertanian, dan mencemari sumber air.

3. Efek rumah kaca

Karbon dioksida dan metana merupakan gas rumah kaca yang menyerap
dan mengeluarkan kembali panas matahari. Meningkatnya konsentrasi gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia telah menyebabkan pemanasan global.

4. Penipisan lapisan ozon

Beberapa bahan kimia seperti klorofluorokarbon dapat mencairkan lapisan


ozon sehingga melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang berbahaya. Menipisnya
lapisan ozon dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan gangguan sistem
kekebalan tubuh.

5. Kerusakan pada bangunan dan benda

Polutan seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon, dan partikel bersifat
korosif dan mengurangi jarak pandang. Paparan polutan udara dalam jangka
panjang dapat merusak bangunan, patung, dan benda bersejarah.

4.2.2 Pengendalian Terhadap Pencemaran Udara

Untuk mengurangi dampak negatif pencemaran udara, perlu dilakukan


upaya pengendalian dan pengurangan emisi. Beberapa program yang dapat
dilaksanakan antara lain:

1. Peningkatan standar bahan bakar dan emisi

Standar bahan bakar yang lebih bersih, seperti bensin tanpa timbal dan
solar rendah gula, belerang rendah, dapat mengurangi emisi dari transportasi. Ada
juga kebutuhan untuk meningkatkan standar emisi kendaraan melalui pengujian
emisi secara berkala.

2. Pengendalian emisi industri

11
Diperlukan peraturan yang lebih ketat mengenai emisi industri. Teknologi
pengendalian polusi seperti pengendap elektrostatis, filter udara, filter udara, dll.
Juga penting untuk pemasangan di pabrik dan kilang.

3. Energi yang lebih bersih

Meningkatkan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga air, sinar


matahari, energi angin dan biofuel untuk menggantikan pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, peningkatan efisiensi dan
penghematan energi juga penting di sektor komersial dan perumahan.

4. Angkutan umum yang lebih baik

Perkembangan angkutan umum seperti bus, kereta api dan kereta ringan
dapat mengurangi kebutuhan angkutan mobil dalam rangka pengendalian
pencemaran udara.

5. Mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan

Pajak Insentif, subsidi bahan bakar dan kebijakan seperti kebijakan ganjil
genap dapat digalakkan untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik, hybrid
dan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Batasan usia kendaraan
bermotor juga harus diperhatikan.

6. Perencanaan tata ruang yang lebih baik

Rancangan perkotaan yang padat dan padat diperlukan untuk mengurangi


permintaan perjalanan, emisi terkait lalu lintas, dan melestarikan ruang terbuka
hijau. Pembangunan infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda juga akan
mendukung transportasi berkelanjutan.

7. Meningkatkan kesadaran masyarakat

Program dan kampanye pendidikan lingkungan hidup harus didorong


untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya pencemaran udara dan
mendorong perilaku sekolah yang ramah lingkungan. Partisipasi aktif masyarakat
sipil dan komunitas sadar lingkungan juga penting.

8. Pemantauan Kualitas Udara

12
Harus ada jaringan pemantauan kualitas udara yang memadai di setiap
kota besar untuk memantau perkembangan polusi udara. Data pencemaran udara
yang akurat dapat menjadi dasar penentuan kebijakan dan evaluasi program
pengendalian pencemaran udara.

9. Kerjasama multilateral dan dukungan internasional

Negara-negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca untuk


membantu negara-negara berkembang mengendalikan polusi udara dan
beradaptasi terhadap perubahan iklim. Kerja sama teknologi dan keuangan juga
diperlukan.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pencemaran udara akibat asap mempunyai dampak langsung dan tidak
langsung terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

2. Dampak langsung meliputi gangguan pernapasan, iritasi mata, dan gangguan


kesehatan akut, sedangkan dampak tidak langsung meliputi perubahan iklim,
kerusakan lingkungan, dan dampak jangka panjang terhadap kesehatan manusia.

3. Asap dapat berasal dari berbagai sumber, seperti kebakaran hutan, aktivitas
industri, dan kendaraan bermotor.

4. Upaya preventif dan mitigasi harus dilakukan untuk mengurangi dampak


negatif pencemaran udara akibat asap.

5. Meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan nyata untuk mengendalikan


sumber asap dapat membantu melindungi lingkungan dan kesehatan manusia dari
dampak negatif polusi udara.

5.2 Saran
1. Meningkatkan pengelolaan hutan lestari untuk mencegah kebakaran hutan yang
menimbulkan asap. Penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam industri dan
transportasi untuk mengurangi emisi asap.

2. Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya asap dan pentingnya


menjaga kualitas udara. Solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi
dampak pencemaran udara akibat asap

3. Melindungi lingkungan dan kesehatan manusia.

Oleh karena itu, upaya preventif dan mitigasi harus dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif pencemaran udara akibat asap. Meningkatkan
kesadaran dan mengambil tindakan nyata untuk mengendalikan sumber asap dapat

14
membantu melindungi lingkungan dan kesehatan manusia dari dampak negatif
polusi udara.

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, R.D., Soedjajadi, K., & Yunanto, A. (2022). Analisis Dampak Polusi Udara
Terhadap Kesehatan Masyarakat Dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 20(2), 137-145.
Apriyana, D., Rusdin, R., Hadisusanto, S., & Pratiwi, P. (2022). Pengendalian
Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Transportasi Jalan Di Kota Bandung. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(1), 26-35.
Herman, Y. H., Nahusona, I., & Tahir, I. (2019). Analisis Kualitas Udara Ambien Akibat
Emisi Industri Semen dan Pupuk di Surabaya Barat. Jurnal Teknik ITS, 8(2), G28-
G33.
Maulidya, D. T., Trihadiningrum, Y., & Ardian, F. (2019). Inventarisasi Emisi SO2 dan
NOx dari Sumber Bergerak dan Tidak Bergerak di Pulau Jawa. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 16(1), 27-35.
Nastiti, A., Dewi, O.S.K., & Prabowo, D. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara Di Kota Besar (Studi Kasus: Bandung, Semarang
Dan Surabaya). Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik
Lingkungan, 18(1).
Pambudi, N.A., Trilaksani, W., Nurjazuli, N., Majid, A., & Budiarti, L. (2021). Hubungan
Antara Kadar PM10 Udara Ambien Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada
Pengendara Motor. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(2), 84-90.
Sihombing, M., Bahri, S., & Ambarita, H. (2018). Kontribusi Sumber Emisi CO, NOx dan
HC dari Aktivitas Transportasi Jalan Raya di Kawasan Perkotaan Jabodetabek.
Jurnal Ilmiah Globë, 20(1), 35-42.
Sitorus, M.T.F., Rumayar, A.A., Sjahril, R., Purba, J.H.V., Panjaitan, N.P.A., &
Simanjuntak, B.H. (2021). Dampak Polusi Udara Akibat Kebakaran Hutan
Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Provinsi Kalimantan Barat. Aspirator, 13(1),
27-36.
Wijaya, A.P., Hadi, M.P., & Herlambang, A. (2021). Kontribusi Sumber Emisi Sektor
Transportasi Terhadap Kualitas Udara Ambien Kota Surabaya. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 18(2), 96-103.

15
16

Anda mungkin juga menyukai