Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS DAMPAK PENCEMARAN UDARA AKIBAT ASAP

Guru Pembimbing :
Cecilia Indriani, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Engely Tri Agustin


2. Nesa Sherendita
3. Putri
4. Reti Yulianita

KELAS : XII IPA 4

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puj syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan yang maha Rahman
Dan Rahim, yang telah melimpahkan nikmat yang tiada pernah kita hitung
banyaknya dan tidak pernah kita sangka-sangka datangnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Analisis Pengaruh
Suhu Ruangan Terhadap Ketahanan Nasi ”. Karya tulis ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas penilaian akhir semester ujian praktek kelas XII IPA
4.
Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk membangun
pengetahuan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberi manfaat untuk kita semua, Aamiin….

Palembang,

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Untuk segala bimbingan, bantuan dan dorongan moril maupun materil maka tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

ii
1. Bapak Ismawan, S.Pd, selaku kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang.
2. Bapak Ahmad Sofian, S.Pd, selaku Waka Kesiswaan Madrasah Aliyah Negeri 1
Palembang.
3. Ibu Dra. Hj. Sulistiani, MM, selaku Waka Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri 1
Palembang
4. Bapak Rifki, S.Ag,M.Si, selaku Waka Sarana Prasarana Madrasah Aliyah Negeri 1
Palembang
5. Ibu Cecilia Indriani, M.Pd, selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Kelas XII IPA 4
6. Ibu Nadiyah Rizky Marwanty, S,Pd, selaku guru Mata Pelajaran Biologi Kelas XII
IPA 4
7. Ibu Hj Nurlela, S.Pd, selaku wali kelas XII IPA 4
8. Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan doa restu dan telah menjadi
motivator terbesar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
9. Seluruh keluarga besar yang memberikan bantuan baik moril maupun materil
Dan semangat besar.
10. Teman-teman dan sahabat yang telah memberi semangat
11. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. “Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila


engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan
orang lain)”. (Q.S Al-Insyirah: 6-7)

iii
2. ”hidup adalah sebuah tantangan, untuk itu jangan pernah takut untuk
melangkah, karena langkah dalam meraih cita-cita membutuhkan keberanian
dan kesabaran”

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini kupersembahkan dengan segala kerendahan hati dan rasa
syukur kehadirat Allah SWT.
1. Ayah dan ibu tercinta, yang telah membesarkan, merawat, mendidik,
memberikan dukungan dan senantiasa memberikan semangat serta doa.
2. Ibu Cecilia, M.Pd selaku pembina atau pembimbing karya tulis ilmiah ini.

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Pengaruh Suhu Ruangan Terhadap
Ketahan Nasi” ini telah dibaca dan disahkan oleh :

Mengesahkan,

Wali Kelas Guru Pembimbing

iv
Dra. Hj. Nurlela, MM Cecilia Indriani, M.Pd
NIP.196804161993032002 NIP.1986611132011012012

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Ismawan, S.Pd

NIP. 197504202003121002

ABSTRAK

Nasi merupakan olahan dari beras yang merupakan makanan pokok. Beras
merupakan karbohidrat yang dapat diurai dalam bentuk partikel partikel kecil
dalam bentuk glukosa. Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
tentang pengaruh perubahan glukosa nasi selama penyimpanan yaitu waktu
penyimpanan dan suhu penyimpanan.
Berdasarkan data-data yang diambil dari jurnal

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................. iv

ABSTRAK.......................................................................................................................... v

DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2

vi
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................... 2

BAB 2 LANDASAN TEORI............................................................................................ 3

2.1 Pengertian Polusi Udara............................................................................................. 3

2.2 Sumber – Sumber Pencemaran Udara....................................................................... 3

2.3 Klasifikasi Pencemaran Udara................................................................................... 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 8

4.1 Hasil........................................................................................................................... 8

4.2 Pembahasan................................................................................................................ 8
4.2.1 Dampak Pencemaran Udara................................................................................ 8
4.2.2 Pengendalian Terhadap Pencemaran Udara........................................................ 9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 12

5.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 12

5.2 Saran........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu jenis makanan yang rutin dikonsumsi di Indonesia dengan
kandungan karbohidrat tinggi adalah beras (Hardiansyah, Hardinsyah, &
Sukandar, 2017). Di Indonesia, beras merupakan salah satu bahan makanan pokok
yang berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Beras dikonsumsi oleh
hampir 90% penduduk Indonesia karena mengandung nilai energi yang cukup
tinggi dibandingkan dengan makanan pokok lainnya (Ariyadi & Anggraini, 2010)

Daftar kandungan beras

Dilansir dari Healthline, berikut daftar kandungan yang ada pada beras: (nilai
kandungan ini berdasarkan nilai nutrisi per 100 gram)
Kandungan pada beras Nilai kandungannya
Energi 1527 kJ
Protein 7,13 gram
Lemak 0,66 gram
Kabohidrat 79 gram
Fiber atau serat 1,3 gram
Gula 0,12 gram
Kalsium 28 miligram
Zat Besi 0,63 miligram
Sodium 1 miligram
Kolestrol 0 miligram

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018 konsumsi beras


mencapai 114,6 kg per kapita per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dari pada
tahun 2014 yaitu tingkat konsumsi beras di Indonesia 84,6 kilogram per orang per
tahun (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2019). Kandungan gizi dalam
beras meliputi energi, protein lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Setiap 100
g beras giling mengandung energi 360 kkal dan menghasilkan 6 g protein. Hal ini
1
dapat dibandingkan dengan bahan makanan lain seperti jagung yang mengandung
307 KKal dan 7,9 g, ketela pohon yang mengandung 146 KKal dan 1,2 gr protein
(Riyanto, dkk., 2013). Berdasarkan TKPI (Tabel Konsumsi Pangan Indonesia)
tahun 2017, kandungan kalori beras putih yaitu 357 kkal dan karbohidrat 77,1 g.
Di dalam proses pemasakan nasi banyak digunakan cara yang dipakai
seperti dikukus, ditanak, dan semakin berkembang dengan diciptakan Rice
Cooker yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat. Nasi sebagai makanan
hasil olahan kadangkala tidak habis dalam sekali konsumsi. Untuk itu sisanya
perlu disimpan agar terlindung dari faktor perusak, baik yang bersifat fisik, kimia
maupun biologis sehingga nasi awet untuk dikonsumsi lagi. Pertumbuhan
mikroorganisme pada nasi dapat mempengaruhi angka kuman dan jenis kuman.
Pertumbuhan suatu bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, antara lain
nutrien berupa zat organik seperti garam-garam yang mengandung Na, K, Ca, Mg,
Fe, Cl, S dan P. Selain itu, mikroba juga memerlukan sumber makanan
yangmengandung C, H, O, N yang diambil dalam bentuk senyawa organik, seperti
karbohidrat, protein, lemak dan sebagainya(Surendra, 1991)
Selain itu suhu juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kegiatan
fisiologi suatu mikroba atau bakteri. Kebanyakan mikroorganisme perusak bahan
pangan atau makanan mempunyai suhu pertumbuhan optimal seperti suhu
pertumbuhan mikroorganisme mesofilik, yaitu pada kisaran temperatur 25° C-30°
C. Dalam suhu ruangan nasi yang disimpan dapat mengalami kerusakan karena
pertumbuhan mikroorganisme mesofilik. Kerusakan yang terjadi ini bisa
dimungkinkan ketika nasi diambil dari Rice Cooker atau tempat nasi biasa. Daya
tahan terhadap suhu berbeda bagi tiap spesies(Gardhjito,Murdijati,dkk, 1992)
Pengaruh nasi dapat terjadi pada saat penyimpanan karena suhu ruang
sangat berpengaruh, penyimpanan nasi disuhu ruangan terbuka tentu berbeda
dengan penyimpanan nasi pada suhu ruangan tertutup seperti didalam toples.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
apakah ada perbedaan pada nasi yang disimpan pada suhu dan durasi
penyimpanan yang berbeda.
Warna nasi yang telah masak (tanak) berbeda-beda tergantung dari jenis
beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras
2
yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan
menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya.
Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi
yang cenderung lebih transparan dan lengket. Ketan, yang patinya hanya
mengandung sedikit amilosa dan hampir semuanya berupa amilopektin,
memiliki sifat semacam itu. Beras Jepang (japonica) untuk sushimengandung
kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi
yang dikonsumsi di Asia Tropikal, yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada
umumnya, beras dengan kadar amilosa lebih dari 24% akan menghasilkan
nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan mudah terpisah-pisah).
Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asiasebagai sumber
energi karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Nasi sebagai makanan
pokokbiasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga
melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Nasi dapat diolah lagi bersama
bahan makanan lain menjadi masakan baru, seperti pada nasi goreng, nasi
kuning atau nasi kebuli. Nasi bisa dikatakan makanan pokok bagi
masyarakat di Timur Tengah, khususnya di Asia Tenggara dan Amerika
Serikat.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini antara lain :

1. apakah nasi yang berada pada ruangan terbuka, didalam toples dan dikulkas
mengalami perubahan yang berbeda?

2. unsur apa saja yang menyebabkan nasi cepat basi ?

3. bagaimana cara penyimpanan nasi agar tetap bisa dikonsumsi dalam waktu
yang lama?

1.3 Batasan Masalah


Adapun dalam penelitian ini hanya akan dibahas apa saja penyebab yang
membuat nasi mudah menjadi basi.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapaun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis seberapa besar pengaruh ruangan terhadap makanan terutama nasi

3
dan faktor apa saja yang menyebabkan nasi menjadi cepat basi serta cara
menyimpan nasi agar tetap bisa dikonsumsi dalam jangka panjang

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun Manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca, agar seseorang dapat mengetahui lebih dalam tentang
suhu ruangan yang dapat memengaruhi makanan terutama nasi yang sering kita
konsumsi.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


Padi (bahasa Latin: Oryza sativa) merupakan salah
satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama
mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk
mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan
masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan
Asia sekitar 1500 SM. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.

Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.
Sekam (Jawa mêrang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi)
dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Beras merupakan makanan pokok
yang diolah menjadi nasi

Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealialain) yang telah dimasak


dengan cara direbus atau dikukus. Proses merebus atau mengukus beras
dikenal juga sebagai menanak. Penanakan diperlukan untuk
membangkitkan aroma atau bau nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi
tetap terjaga konsistensinya. Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam
proses perebusannya akan menghasilkan bubur. Proses pembuatan nasi
yang sangat bagus dan tahan lama yaitu beras dipanaskan
di wajan dengan air secukupnya dan digaru hingga air telah kering, setelah

5
itu dikukus. Alat yang digunakan untuk menanak nasi disebut
dengan penanak nasi.

Suhu ruang merupakan suhu yang secara alamiah berkisar dari 27-30C.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju
perubahan suatu produk. Suhu ruang dapat memberikan dampak buruk
pada kualitas produk

pangan. Salah satu faktor penyebab keracunan pangan yaitu penyimpanan


bahan pangan yang kurang tepat, salah satu bersumber dari lingkungan
seperti udara (Lestari, 2020). Suhu adalah salah satu faktor lingkungan
yang terpenting yang memengaruhi pertumbuhan organisme (Abrar,
2013). Semakin lama peletakkan pada suhu ruang akan semakin
meningkat aktivitas mikroorganisme yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya pembusukan (Suradi, 2012).

2.2 Variable Penelitian

Variable bebas : nasi yang di masukan kedalam toples

Variable terkait : apa yg terjadi terhadap nasi yang di masukan kedalam


toples

Variable kontrol : nasi yang di taruh di suhu ruang

2.3 Hipotesis

Ho = Tidak adanya pengaruh nasi yang di masukan kedalam toples dan


yang ditaruh disuhu ruang.

H1 = Adanya pengaruh nasi yang dimasukan kedalam toples dan yang


ditaruh disuhu ruang

6
2.2 Sumber – Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, baik alam
maupun buatan. Sumber utama pencemaran udara antara lain:

1. Transportasi

Transportasi menyumbang sebagian besar pencemaran udara di perkotaan.


Gas buang kendaraan bermotor mengandung karbon monoksida, nitrogen oksida,
sulfur oksida, partikel, timbal dan hidrokarbon. Sumber transportasinya antara
lain mobil, sepeda motor, bus, truk, kereta api, pesawat dan kendaraan lainnya.
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor telah menyebabkan penurunan kualitas
udara di banyak kota.

2. Pembangkit listrik

Pembangkit listrik konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil


seperti batu bara dan minyak juga memberikan kontribusi signifikan terhadap
pencemaran udara. Emisi dari cerobong generator mengandung sulfur dioksida,
nitrogen oksida, partikel, merkuri, dan logam yang mencemari lingkungan.

3. Kegiatan industri

Berbagai kegiatan industri seperti kilang minyak, pabrik semen, pabrik


pulp dan kertas, kilang minyak, dll. Menghasilkan emisi nitrogen oksida, sulfur
oksida, karbon monoksida, logam berat dan materi partikulat. Pembakaran bahan
bakar fosil dalam kegiatan industri merupakan penyebab utama pencemaran udara
industri.

4. Kebakaran hutan dan lahan

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia juga berperan penting dalam


menyebabkan pencemaran udara. Asap kebakaran mengandung karbon

7
monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, sulfur oksida, partikel dan zat
organik yang berbahaya bagi kesehatan.

5. Gunung berapi

Letusan gunung berapi melepaskan abu vulkanik, belerang, karbon


dioksida dan aerosol ke atmosfer sehingga dapat menurunkan kualitas udara
sekitar. Partikel halus abu vulkanik berpotensi menyebabkan gangguan sistem
pernafasan.

6. Limbah padat

Pembuangan dan pembakaran sampah yang tidak terkendali juga menjadi


sumber pencemaran udara, terutama di kawasan kumuh perkotaan. Limbah padat
menghasilkan metana, karbon dioksida, karbon monoksida, dioksin, nitrogen
oksida, dan sulfur oksida.

2.3 Klasifikasi Pencemaran Udara


Pencemaran udara dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori
berdasarkan kriteria tertentu untuk memudahkan kajian dan penanganan
permasalahan pencemaran udara. Klasifikasi pencemaran udara meliputi
penggolongan berdasarkan sumber pencemaran, bentuk pencemaran, sifat kimia
pencemaran dan daerah asal pencemaran.

Berdasarkan sumbernya, pencemaran udara dibedakan menjadi


pencemaran alam dan pencemaran buatan atau buatan manusia. Pencemaran alam
disebabkan oleh bencana alam seperti letusan gunung berapi yang mengeluarkan
abu vulkanik dan gas beracun, kebakaran hutan yang menghasilkan asap jelaga
yang tebal, debu tanah yang terbawa angin kencang, gas metana yang dikeluarkan
dari rawa-rawa, dan lain-lain. Pada saat yang sama, polutan antropogenik
disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan polutan di udara
sekitar, seperti knalpot kendaraan bermotor, emisi gas industri, pembakaran
sampah perkotaan, penggunaan bahan kimia pertanian yang mudah menguap,
kabut aerosol, dan batu bara. pembangkit listrik yang terbakar. Berdasarkan
bentuknya, dibedakan dua jenis utama pencemaran udara, yaitu pencemaran yang

8
disebabkan oleh gas dan partikel (padatan dan cairan yang tersuspensi di udara).
Polusi gas seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, sulfur oksida, ozon, uap air,
hidrokarbon dan banyak gas anorganik dan organik lainnya. Sedangkan emisi
partikulat meliputi debu, jelaga, fly ash, logam berat, jejak pesawat terbang, serta
partikel padat dan cair lainnya di udara. Berdasarkan sifat kimianya, polutan
dibedakan menjadi polutan organik yang berasal dari senyawa batubara dan
hidrokarbon, serta polutan anorganik yang berasal dari senyawa selain
hidrokarbon. Contoh polutan organik termasuk metana, benzena, etilen, toluena,
formaldehida, hidrokarbon aromatik, dan ribuan senyawa organik mudah
menguap lainnya. Contoh polutan anorganik yang umum termasuk karbon
monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, amonia, ozon, dan senyawa anorganik
lainnya. Dan pencemaran udara juga dibedakan berdasarkan daerah asal
pencemaran tersebut, yaitu. polusi primer dan sekunder. Polutan utama masuk ke
udara langsung dari sumber emisi tanpa adanya reaksi kimia, seperti asap
cerobong pabrik, knalpot kendaraan, debu konstruksi, dll. Pada saat yang sama,
pencemaran sekunder terjadi akibat reaksi kimia di udara, seperti pembentukan
ozon akibat reaksi nitrogen oksida dan hidrokarbon, asam sulfat akibat oksidasi
sulfur dioksida.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada :

Tanggal : 28 – 30 September 2012

Waktu : 3 Hari

Tempat : Rumah

3.2 Jenis Penelitian


10
Jenis penelitian yang di pilih penulis ialah eksperimen

3.3 Alat dan bahan

– 2 sendok Nasi

– 1 buah piring

– I buah toples

– Alat tulis

3.4 Cara kerja

1. Ambil 2 buah sendok nasi secukupnya,

2. Taruhlah nasi pertama kedalam toples kemudian tutup rapat toples


tersebut dan nasi kedua diletakan di piring.

3. Amatilah kedua nasi tersebut.

Metode penelitian pencemaran udara tanpa survey lapangan adalah metode


penelitian yang penulis pilih dan termasuk ke dalam metode penelitian analitis
deskriptif yaitu dengan cara pengumpulan data dan analisis data.

Dalam menjelajahi isu pencemaran udara, pendekatan penelitian menjadi


kunci untuk memahami dan menangani masalah ini tanpa perlu melakukan survei
lapangan yang rumit. Adapun langkah-langkah sederhana yang penulis lakukan
untuk menggali informasi tentang pencemaran udara di suatu wilayah sebagai
berikut :

1. Mengumpulkan data tingkat polusi udara dari stasiun pemantauan pemerintah.

2. Meneliti sumber pencemaran udara di wilayah studi dari catatan resmi seperti
AMDAL dan catatan kegiatan industri.

11
3. Memodelkan penyebaran polusi menggunakan data angin dan peta regional.
Model ini dapat digunakan untuk memperkirakan wilayah mana yang paling
banyak menimbulkan polusi.

4. Menghitung berapa banyak penduduk yang terpapar polusi berbahaya.


Identifikasi sumber polusi yang paling dominan

5. Menentukan sumber pencemaran yang paling dominan dan memberi saran cara
mengurangi emisinya kepada pemerintah agar kebijakannya lebih efektif.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hanya 8,66 persen atau sekitar 409.000 dari 64,9 juta orang berdomisili di
98 kota Indonesia yang sehari-hari bisa menikmati udara bersih dengan kadar PM
2,5 di bawah ambang batas baku mutu ambien versi Pemerintah Indonesia, yakni
15 µg/m3 (mikrogram per meter kubik) tiap tahun.

Jika menggunakan ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


tahunan 5 µg/m3, hanya 0,6 persen dari 64,9 juta warga perkotaan Indonesia yang
menikmati udara bersih. Artinya, semakin sedikit warga yang menikmati udara
bersih sesuai standar WHO. Kategori warga perkotaan adalah warga yang tinggal
di wilayah administrasi berstatus kota.

12
Warga di 98 kota di Indonesia terpapar polusi udara secara signifikan.
Mayoritas penduduknya menghirup udara dengan tingkat polusi melebihi ambang
batas 15 µg/m3 untuk polutan partikel PM 2,5. Partikel partikulat berukuran 2,5
mikron atau PM 2,5 dihasilkan dari sumber pencemar seperti kendaraan, alat
berat, pembakaran hutan, dan kegiatan pembakaran lain.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Dampak Pencemaran Udara

Polusi udara mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan


manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Berikut beberapa dampak penting
polusi udara:

1. Masalah kesehatan

Polusi udara menyebabkan penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis,


emfisema dan infeksi pernafasan akut. Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan juga
sering terjadi. Paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker paru-
paru, penyakit kardiovaskular, dan degenerasi saraf.

2. Hujan asam

Beberapa polutan seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida dapat


bereaksi dengan uap air di atmosfer membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Hujan membawa asam-asam ini ke permukaan bumi sehingga menyebabkan
hujan asam. Hujan asam merusak hutan, tanaman pertanian, dan mencemari
sumber air.

3. Efek rumah kaca

Karbon dioksida dan metana merupakan gas rumah kaca yang menyerap
dan mengeluarkan kembali panas matahari. Meningkatnya konsentrasi gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia telah menyebabkan pemanasan global.

4. Penipisan lapisan ozon

13
Beberapa bahan kimia seperti klorofluorokarbon dapat mencairkan lapisan
ozon sehingga melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang berbahaya. Menipisnya
lapisan ozon dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan gangguan sistem
kekebalan tubuh.

5. Kerusakan pada bangunan dan benda

Polutan seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon, dan partikel bersifat
korosif dan mengurangi jarak pandang. Paparan polutan udara dalam jangka
panjang dapat merusak bangunan, patung, dan benda bersejarah.

4.2.2 Pengendalian Terhadap Pencemaran Udara

Untuk mengurangi dampak negatif pencemaran udara, perlu dilakukan


upaya pengendalian dan pengurangan emisi. Beberapa program yang dapat
dilaksanakan antara lain:

1. Peningkatan standar bahan bakar dan emisi

Standar bahan bakar yang lebih bersih, seperti bensin tanpa timbal dan
solar rendah gula, belerang rendah, dapat mengurangi emisi dari transportasi. Ada
juga kebutuhan untuk meningkatkan standar emisi kendaraan melalui pengujian
emisi secara berkala.

2. Pengendalian emisi industri

Diperlukan peraturan yang lebih ketat mengenai emisi industri. Teknologi


pengendalian polusi seperti pengendap elektrostatis, filter udara, filter udara, dll.
Juga penting untuk pemasangan di pabrik dan kilang.

3. Energi yang lebih bersih

Meningkatkan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga air, sinar


matahari, energi angin dan biofuel untuk menggantikan pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, peningkatan efisiensi dan
penghematan energi juga penting di sektor komersial dan perumahan.

4. Angkutan umum yang lebih baik

14
Perkembangan angkutan umum seperti bus, kereta api dan kereta ringan
dapat mengurangi kebutuhan angkutan mobil dalam rangka pengendalian
pencemaran udara.

5. Mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan

Pajak Insentif, subsidi bahan bakar dan kebijakan seperti kebijakan ganjil
genap dapat digalakkan untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik, hybrid
dan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Batasan usia kendaraan
bermotor juga harus diperhatikan.

6. Perencanaan tata ruang yang lebih baik

Rancangan perkotaan yang padat dan padat diperlukan untuk mengurangi


permintaan perjalanan, emisi terkait lalu lintas, dan melestarikan ruang terbuka
hijau. Pembangunan infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda juga akan
mendukung transportasi berkelanjutan.

7. Meningkatkan kesadaran masyarakat

Program dan kampanye pendidikan lingkungan hidup harus didorong


untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya pencemaran udara dan
mendorong perilaku sekolah yang ramah lingkungan. Partisipasi aktif masyarakat
sipil dan komunitas sadar lingkungan juga penting.

8. Pemantauan Kualitas Udara

Harus ada jaringan pemantauan kualitas udara yang memadai di setiap


kota besar untuk memantau perkembangan polusi udara. Data pencemaran udara
yang akurat dapat menjadi dasar penentuan kebijakan dan evaluasi program
pengendalian pencemaran udara.

9. Kerjasama multilateral dan dukungan internasional

Negara-negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca untuk


membantu negara-negara berkembang mengendalikan polusi udara dan
beradaptasi terhadap perubahan iklim. Kerja sama teknologi dan keuangan juga
diperlukan.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pencemaran udara akibat asap mempunyai dampak langsung dan tidak
langsung terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

16
2. Dampak langsung meliputi gangguan pernapasan, iritasi mata, dan gangguan
kesehatan akut, sedangkan dampak tidak langsung meliputi perubahan iklim,
kerusakan lingkungan, dan dampak jangka panjang terhadap kesehatan manusia.

3. Asap dapat berasal dari berbagai sumber, seperti kebakaran hutan, aktivitas
industri, dan kendaraan bermotor.

4. Upaya preventif dan mitigasi harus dilakukan untuk mengurangi dampak


negatif pencemaran udara akibat asap.

5. Meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan nyata untuk mengendalikan


sumber asap dapat membantu melindungi lingkungan dan kesehatan manusia dari
dampak negatif polusi udara.

5.2 Saran
1. Meningkatkan pengelolaan hutan lestari untuk mencegah kebakaran hutan yang
menimbulkan asap. Penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam industri dan
transportasi untuk mengurangi emisi asap.

2. Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya asap dan pentingnya


menjaga kualitas udara. Solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi
dampak pencemaran udara akibat asap

3. Melindungi lingkungan dan kesehatan manusia.

Oleh karena itu, upaya preventif dan mitigasi harus dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif pencemaran udara akibat asap. Meningkatkan
kesadaran dan mengambil tindakan nyata untuk mengendalikan sumber asap
dapat membantu melindungi lingkungan dan kesehatan manusia dari dampak
negatif polusi udara.

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, R.D., Soedjajadi, K., & Yunanto, A. (2022). Analisis Dampak Polusi Udara
Terhadap Kesehatan Masyarakat Dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 20(2), 137-145.
Apriyana, D., Rusdin, R., Hadisusanto, S., & Pratiwi, P. (2022). Pengendalian
17
Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Transportasi Jalan Di Kota Bandung. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(1), 26-35.
Herman, Y. H., Nahusona, I., & Tahir, I. (2019). Analisis Kualitas Udara Ambien Akibat
Emisi Industri Semen dan Pupuk di Surabaya Barat. Jurnal Teknik ITS, 8(2), G28-
G33.
Maulidya, D. T., Trihadiningrum, Y., & Ardian, F. (2019). Inventarisasi Emisi SO2 dan
NOx dari Sumber Bergerak dan Tidak Bergerak di Pulau Jawa. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 16(1), 27-35.
Nastiti, A., Dewi, O.S.K., & Prabowo, D. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengendalian Pencemaran Udara Di Kota Besar (Studi Kasus: Bandung, Semarang
Dan Surabaya). Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik
Lingkungan, 18(1).
Pambudi, N.A., Trilaksani, W., Nurjazuli, N., Majid, A., & Budiarti, L. (2021). Hubungan
Antara Kadar PM10 Udara Ambien Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada
Pengendara Motor. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(2), 84-90.
Sihombing, M., Bahri, S., & Ambarita, H. (2018). Kontribusi Sumber Emisi CO, NOx dan
HC dari Aktivitas Transportasi Jalan Raya di Kawasan Perkotaan Jabodetabek.
Jurnal Ilmiah Globë, 20(1), 35-42.
Sitorus, M.T.F., Rumayar, A.A., Sjahril, R., Purba, J.H.V., Panjaitan, N.P.A., &
Simanjuntak, B.H. (2021). Dampak Polusi Udara Akibat Kebakaran Hutan
Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Provinsi Kalimantan Barat. Aspirator, 13(1),
27-36.
Wijaya, A.P., Hadi, M.P., & Herlambang, A. (2021). Kontribusi Sumber Emisi Sektor
Transportasi Terhadap Kualitas Udara Ambien Kota Surabaya. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 18(2), 96-103.

18

Anda mungkin juga menyukai