KELARUTAN TEOFILIN
Oleh :
Ahmad Syarifudin
10.01.02.002
Disetujui Oleh :
Pembimbing
Mengetahui
i
Karya Tulis Ini Telah Diuji dan Dipertahankan Pada
Ujian Akhir Program Diploma III Pada
Sekolah Tinggi ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
Pada Tanggal 20 Juni 2013
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTOO :
• Lakukanlah sesuatu yang berguna dan bermanfaat agar kelak jika kita tiada
KUPERSEMBAHKAN KEPADA :
Paman dan Bibi saya yang selalu bisa membimbing saya mengajarkan
saya banyak hal sehingga saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik saat
ini dan adik – adik dan juga sepupu saya Nyimas Kurnia Rizki dan
Briptu Kemas M Sukri Ardiansyah yang tercinta yang tiada hentinya
memberikan doa dan dukungan sehingga saya bisa menjadi seseorangi
lebih baik di setiap langkah saya.
iii
Sahabat – sahabat ku terutama Zoelya(iyak), Yug Novri(Emak), Amry,
Adk Putdez n Pupud Awd, Eka, Ecy, Ayu W n Ayu A, Kurnia dan Nila
yang selalu ada dan memberikan semangat di hari-hari q yang sepi
smoga kita bisa kumpul lagi sperti dahulu.
Untuk rekan-rekan kerja di Apotik SEGAR FARMA kak Firly, kak roni
gokil, mbak heni, yuk Friska dan yang terhormat bapak Atu Kurnia dan
Ibu Lidia selaku apoteker serta tak lupa juga Kak Asep, kak Dede dan
kak dadan beserta Istri dan 2 jagoan kecilnya yang tak pernah henti
memberikan motivasi dan semangat selama menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Ku persembahkan juga untuk Dedek Dwi Intan yang udah selalu ada
disamping abang saat masa-masa sulit dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan motivasi dan semangatnya.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat
Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, hal ini
kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan karya
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yaitu
yang terhormat :
1. Bapak Drs. Noprizon, M.Kes, Apt, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi
2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Adek Zamrud Adnan, MS, Apt, selaku Ketua
3. Ibu Ade Arinia Rasyad, M.Kes, Apt. Selaku Ketua Program Diploma III
v
4. Yenni Sri Wahyuni, S.Farm, Apt selaku pembimbing yang telah banyak
ilmiah ini.
5. Bapak / Ibu Dosen selaku staf pegawai Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Palembang.
adikku.
Atas segala bantuan bapak / ibu serta rekan-rekan sekalian, penulis hanya
berdoa kiranya Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada
kasih.
Penulis
vi
RINGKASAN
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................... v
RINGKASAN........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xi
I. PENDAHULUAN..................................................................... 1
2.1 Teofilin................................................................................ 4
2.1.2 Farmakodinamik...................................................... 5
2.1.3 Farmakokinetik........................................................ 6
2.1.5 Intoksikasi................................................................ 7
2.5 Solubilisasi.......................................................................... 12
viii
III. METODELOGI PENELITIAN.................................................. 14
3.2.1 Alat........................................................................... 14
3.2.2 Bahan....................................................................... 14
4.1 Hasil.................................................................................... 18
4.2 Pembahasan......................................................................... 18
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 21
DAFTAR KEPUSTAKAAN.................................................................. 23
LAMPIRAN........................................................................................... 25
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja..................................................................................... 25
air...................................................................................................... 28
7. Contoh Perhitungan......................................................................... 32
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Teofilin................................................................................ 4
3. Skema Kerja..................................................................................... 25
80...................................................................................................... 31
8. Magnetik Stirer................................................................................. 34
9. Spektrofotometri............................................................................... 35
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Istilah Kelarutan................................................................................. 9
konsentrasi 3%-7%............................................................................. 31
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi
dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih
mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga
memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain
itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan
fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi
setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut.
dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse
molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan
kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan,
pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat
1
2
zat aktif dengan penambahan pelarut campur, penambahan surfaktan atau dengan
partikel atau dengan cara penambahan surfaktan maka akan mempercepat zat
Salah satu zat yang sukar larut dan memungkinkan zat tersebut susah
xantin yang paling banyak digunakan untuk mengatasi obstruksi saluran nafas dan
mempunyai sifat sukar larut dalam air, sehingga kemungkinan laju disolusinya
rendah. Kita akan menguji apakah dengan penambahan surfaktan tween 80 akan
Fenacetin. Tween adalah salah satu surfaktan yang masuk dalam golongan
Dari uraian di atas, masalah yang timbul adalah berapa persen penambahan
tween 80 yang dapat meningkatkan kelarutan dari teofilin yang optimal dengan
kelarutan Teofilin.
bentuk sediaan padat tersedia juga bentuk sediaan obat cair yang mepunyai
kelarutan yang lebih cepat dibanding sediaan padat sehingga lebih cepat di serap
oleh tubuh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BM : 195,18
Udara.
mengobati penyakit asma yang bekerja dengan cara merelaksasi otot polos serta
menstimulasi sistem syaraf pusat dan otot jantung. Teofilin masih banyak
inhalasi lainnya.
Teofilin dapat ditemukan pada tumbuhan seperti teh, tetapi teofilin yang
digunakan untuk pengobatan umumnya disintesis dalam skala industri. Ciri fisik
teofilin adalah berbentuk serbuk, berwarna putih, tidak berbau, rasanya pahit, dan
stabil di udara. Teofilin sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas, larutan
alkali hidroksida, dan amonium hidroksida, serta agak sukar larut dalam etanol,
2.1.2 Farmakodinamik
lebih kuat dari kafein, merangsang pusat napas di medula oblongata serta
6
positif pada jantungdan merelaksasi kuat otot polos bronkus yang menyebabkan
bronkial dan yang terakhir meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan
2.1.3 Farmakokinetik
sebagian besar diekskresi bersama urine dalam bentuk asam metilurat atau
karena dosis yang berlebihan dapat menimbulkan kematian yang mendadak, dan
dosis kecil tidak efektif. Efek yang bermanfaat umumnya mulai dengan kadar 7-
10 mcg/ml. Gejala toksisitasnya dapat timbul pada kadar 20 mcg/ml atau lebih.
Dewasa ini telah tersedia pula sediaan lepas lambat (sustained release) yang
1. Pada pemberian oral dapat menimbulkan efek samping: sakit kepala, gugup,
pusing, enek, muntah, dan nyeri epigastrium, serta dapat pula timbul kejang.
2.1.5 Intoksikasi
yang sering terjadi pada pemberian berulang parenteral atau oral. Gejala
Tween adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi
dengan lebih kurang 20 molekul etilenoksida untuk tiap molekul sorbitol dan
anhidra sorbitol.
HO(CH2CH2O)W (OCH2CH2)XOH
(OCH2CH2)YOH
O O
(OCH2CH2)ZO C17H33
nitween 80
nihangat.
8
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang
dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan
persen(Genaro, 1990).
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam
9
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.
Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas
2 Mudah larut 1 - 10
3 Larut 10 - 30
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-
air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam
dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan
rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung
Gugus hidrofilik atau dapat berikatan dengan air pada surfaktan bersifat
polar dan mudah bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non
polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah
satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih
menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
11
Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka
(CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC
tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka
menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis
kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel.
Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical Micelle
meningkatkankelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium
dan menaikkan laju kelarutan obat(Martinet al., 1993). Sedangkan pada kadar
yang lebih tinggi surfaktan akan berkumpul membentuk agregat yang disebut
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
betain, fosfobetain.
13
2.5 Solubilisasi
berupa cairatau semi padat, jernih dan bersifat isotrop yangterdiri dari inkorporasi
atau larutan di dalam airsuatu zat yang tidak larut atau sedikit larut
larutan di dalam air dari zat-zatyang tidak larut atau sangat sedikit larut didalam
et al., 1995).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.2.1. Alat
Stirrer seri 79-1 magnetic stirrer with heater, timbangan analitik, pipet tetes, pipet
Stopwatch.
3.2.2. Bahan
10 mg, kemudian masukkan dalam labu ukur 100 ml, cukupkan dengan air
suling 100 ml, kocok homogen, maka didapatkan konsentrasi 10 mg/100 ml.
Larutan ini kemudian dipipet 10 ml. Masukkan dalam labu ukur 100 ml dan
dicukupkan dengan air suling 100 ml, maka didapatkan konsentrasi 1 mg/100
ukur 100 ml. Didapat larutan induk dengan konsentrasi 100 ppm. Dari Larutan
induk dipipet dan diencerkan dengan air hingga didapat konsentrasi 20 ppm,40
persamaan regresinya.
dimasukkan air suling sampai 100 ml. Diaduk dengan magnetik stirrer, catat
saat awal stirrer mulai berputar setelah 15 menit, kemudian dihentikan waktu
Hasil saringan dipipet 1 ml kemudian diencerkan dengan air suling dalam labu
ukur 100 ml sampai tanda batas. Larutan ini kemudian dipipet lagi sebanyak 5
ml. Encerkan dengan air suling dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas
ukur . Dipipet lgi sebanyak 10ml kemudian diencerkan lagi dengan air suling
Larutan Tween dibuat dengan 5 variasi konsentrasi yakni 3%, 4%, 5%, 6%,
diencerkan dengan air suling dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas.Larutan
ini kemudian dipipet lagi sebanyak 5 ml. Encerkan dengan air suling dalam labu
ukur 100 ml sampai tanda batas ukur.Dipipet lagi sebanyak 10ml kemudian
diencerkan lagi dengan air suling sampai tanda batas.Kemudian serapanya diukur
BAB IV
4.1 Hasil
sampai pada konsentrasi 5% dan konstan atau tidak lagi terjadi peningkatan
4.2 Pembahasan
baku yang digunakan, apakah bahan baku tersebut memenuhi syarat dan layak
untuk digunakan atau sesuai dengan persyaratan yang tertera pada buku
Farmakope Indonesia Ed IV. Dari pemeriksaan bahan baku yang telah dilakukan
maka diperoleh hasil bahwa bahan baku yang digunakan ternyata memenuhi
Untuk memperoleh hasil dan data dari kelarutan teofilin pelarut air dilakukan
gelombang 272,5 nm seperti pada gambar. Kemudian dibuat kurva kalibrasi dan
persamaan regresi untuk menghitung kadar teofilin. Serapan larutan teofilin yang
persamaan regresi yang diperoleh dapat dihitung berapa kadar teofilin yang
terlarut.
adalah waktu yang menghasilkan jumlah zat terlarut yang optimum untuk
Dari hasil uji kelarutan teofilin dalam air didapatkan bahwa sampai waktu 45
menit teofilin terlarut dengan jumlah kadar zat terlarut adalah 200,1549 µg/1ml.
Waktu 45 menit inilah yang dipakai untuk uji selanjutnya yaitu Uji kelarutan zat
teofilin dengan penambahan beberapa konsentrasi tween 80. Dari uji kelarutan ini
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 6, bahwa terjadi peningkatan kadar
jumlah zat terlarut dari waktu yang telah ditentukan yaitu 45 menit dengan kadar
dengan kadar zat terlarut 194,7348 µg/ml dan meningkat lagi pada konsentrasi 4%
dengan kadar zat terlarut 200,9292 µg/ml dan sampai pada konsentrasi maksimum
5% kadar zat terlarut semakin tinggi yaitu mencapai jumlah zat terlarut yang
optimum menjadi 201,7034 µg/ml dan konstan pada konesntrasi surfaktan 6% dan
7% .
kadar zat terlarut dengan menggunakan pelarut air pada waktu 45 menit dengan
jumlah kadar zat terlarut dengan penambahan tween dengan konsentrasi tertentu
meningkatkan jumlah kadar zat terlarut dari teofilin dan setelah penambahan
tween 6% dan 7% tidak terjadi peningkatan jumlah zat terlarut. Hal ini
(CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC
tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka
menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis
misel larut ke dalam medium. Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi
dengan cara langsung mengencerkan teofilin dengan 500ml air. Karena dengan
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
beberapa faktor kelarutan lain yang mempengaruhi kelarutan zat tersebut. Saran
Pemeriksaan
Penentuan Panjang
Gelombang Menggunakan
Spektrofotometri UV
Penentuan panjang
Gelombang Maksimum
Pembuatan Kurva
Kalibrasi
25
Lampiran 2: Pemeriksaan Pendahuluan Bahan Baku
Kelarutan
• Dalam Air • Sukar larut Larut 1:180
• Dalam air Mendidih • Mudah larut Larut
• Dalam NaOH 1N • Larut Larut
Identifikasi
• Spektrofotometri • Menunjukan serapan Menunjukan serapan
UV yang sama dengan yang sama dengan
panjang gelombang panjang gelombang
teofilin pembanding teofilin pembanding
26
Lanjutan Lampiran 2
27
Lampiran 3. Penentuan panjang gelombang maksimal teofilin dalam pelarut
air
1.50A
(0,200
/div)
272.5
1. 05A
28
Lampiran 4 Pembuatan Kurva kalibrasi Teofiin dalam pelarut air
Tabel 4. Data pengukuran serapan teofilin dalam pelarut air dengan menggunakan
spektrofotometri UV pada panjang gelombang 272,5 nm
Konsentrasi(ppm) Serapan
20 0,180
40 0,360
60 0,528
80 0,698
0.80
0.70 y = 0.172x + 0.011
0.60 R² = 0.999
Absorban
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
20 40 60 80
Konsentrasi (ppm)
Gambar 5. Kurva Kalibrasi Teofilin dalam pelarut air pada panjang gelombang
272,5 nm
29
Lampiran 5. Penentuan waktu larut teofilin
T Cz
(menit) A C(µg/ml) Cr(µg/ml) CxP(µg/100ml) (µg/ml)
15 0,206 0,203 0,136 1,1324 1,1150 0,7259 0,9911 19821,9125 198,2191
30 0,207 0,152 0,189 1,1382 0,8188 1,0337 0,9969 19938,0565 199,3806
45 0,204 0,205 0,141 1,1208 1,1266 0,7549 1,0008 20015,4859 200,1549
60 0,143 0,202 0,205 0,7666 1,1092 1,1266 1,0008 20015,4859 200,1549
75 0,167 0,177 0,206 0,9059 0,9640 1,1324 1,0008 20015,4859 200,1549
200.5000
200.0000
Kadar Teofilin µg/ml
199.5000
199.0000
198.5000
198.0000
0 15 30 45 60 75 90
Waktu(menit)
Gambar 6. Kurva penentuan waktu larut teofilin dalam pelarut air pada panjang
gelombang 272,5 nm
30
Lampiran 6. Penentuan waktu larut teofilin dengan penambahan tween 80
203.0000
Konsentrasi zat terlarut (µg/ml)
202.0000
201.0000
200.0000
199.0000
198.0000
197.0000
196.0000
195.0000
194.0000
3 4 5 6 7
Konsentrasi Tween 80 (%)
Keterangan :
t : waktu(menit)
Cz : Cx P (µg/ml)
31
Lampiran 7. Contoh Perhitungan
RUMUS
Y=Ax+B
R2=0,9998
Persamaan regresi
Y=C(konsentrasi)
x= Absorban
x=0,219
Y=Ax+B
Y=0,1722x+0,011
Y=0,1722 X 0,219+0,011
Y=1,2079 µg/ml
C=1,2079 µg/ml
32
Cr =Rata2 konsentrasi
Cr =
, . .
Cr =
Cr = 0,9737µg/ml
CxP = 0,9737x20000
CxP = 19473,4804µg/100ml
Cz = CxP/100ml
Cz = 19473,4804/100
Cz = 194,7348µg/m,l
33
Lampiran 8Gambar magnetic Stirrer 79-1
34
Lampiran 9Gambar Alat Spektrofotometri UV shimadzu
35
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., Popovich, N.G. and Allen, L.V., 1995, Pharmaceutical Dosage
Forms and Drug Delivery System, Williams & Wilkins, Baltimore, p. 271-
273
Attwood, D., & Florence, A.T., 1985, Surfactan System, 1st Ed., Chapman and
Hall, London, New York.
Aulton, M.E., 1990, Pharmaceutics, the Science of Dosage Forms Design, ELBS,
Hongkong, p. 99
Jatmika, A., 1998, Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan, Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 6 (1) :31 - 37.
Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy, 4th Ed.,
324-361, Lea and Febiger, Philadelphia, London.
Shargel, L., Wu Pong, S., & Yu, A.B.C., 1999, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 5th Ed.,85-86, Mc. Graw and Hill, Singapore.
23
Sudjaswadi, R., 1991, Tween 80 dan Stabilitas Asetosal, Majalah Farmasi
Indonesia, 2, 28-34.
Tabibi, S.E. and Rhodes, C.T., 1996, Disperse System, in: Banker, G.S. and
Rhodes, C.T. (ed), 1996, Modern Pharmaceutics, Marcel Dekker, New
York, p. 299-310
24