Anda di halaman 1dari 68

SISTEM DISPERSI PADAT CANDESARTAN CILEXETIL

DENGAN PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE


PELEBURAN

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh :

SUCI RYANTY
NIM : 19 01 01 102

PROGRAM SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2023
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian

Sarjana Farmasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Doddy Rusli, M.Farm apt. Yenni Sri Wahyuni, M. Farm

Mengetahui :
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi

Dr. Ahmad Fatoni, M.Si

ii
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Sarjana
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi
Pada tanggal :

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Ketua

2. Anggota

3. Anggota

4. Anggota

5. Anggota

6. Anggota

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq, hidayah-Nya kepada penulis beserta keluarga dan saudara lainnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Cinta pertama dan panutanku, Ayahanda Yan sukmayadi terima kasih atas
doa, semangat, motivasi, pengorbanan, nasihat serta kasih sayang tiada
henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Pintu surgaku, Ibunda Ratna sari dewi Am.Keb. terima kasih sebesar-
besarnya penulis berikan kepada beliau atas segala bentuk bantuan,
semangat, dan doa yang diberikan selama ini. Terima kasih atas nasihat
yang diberikan dan kesabaran hati kepada penulis.
3. Kepada kakak dan adikku ( teddy ryandry & agmansa ryandry). Terima
kasih atas semangat, doa, dan cinta yang selalu diberikan kepeda penulis.
4. Rahmad anli pratama, terima kasih atas dukungan, semangat, serta telah
menjadi tempat berkeluh kesah, selalu ada dalam suka maupun duka
selama penyusunan skripsi ini.
5. Sahabat penulis. Clara Mareta Madira Anjani dan Desri Ramadanti yang
telah banyak membantu dan membersamai proses penulis, terima kasih
atas segala bantuan dan support dan kebaikan yang diberikan kepada
penulis selama ini. See you on top guys.
6. Seluruh teman teman STIFI’19 yang telah berperan banyak memberikan
pengalaman dan pembelajaran selama di bangku kuliah ini.
7. Dan yang terakhir, terima kasih kepada diri sendiri. Hebat bisa tetap
berdiri tegap menghadapi segala rintangan, terima kasih karena telah mau
berjuang dan bertahan sampai saat ini sampai berada di titik ini.

iv
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Suci Ryanty


NIM : 190101102

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk


memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
2. Sebagai tugas akhir dan memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana Farmasi di program studi S1 Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi
maka hak kekayaan intelektual dari penelitian ini ada pada STIFI
Bhakti Pertiwi Palembang.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Palembang,

Suci Ryanty

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini memanjatkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul

“SISTEM DISPERSI PADAT CANDESARTAN CILEXETIL

DENGAN PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE PELEBURAN”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi Di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

(STIFI) Bhakti Pertiwi Palembang. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan penulis, maka dengan segala kerendahan

hati penulis menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan penyusunan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari

berbagai pihak,oleh karenanya dari hati yang terdalam penulis ingin

mengungkapkan rasa terima kasih yaitu kepada yang terhormat :

1. Bapak apt. Drs. Noprizon, M.Kes.selaku Ketua Yayasan NOTARI

Bhakti Pertiwi Palembang.

2. Bapak Dr. Ahmad Fatoni, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang.

3. Bapak apt. Doddy Rusli M.Farm selaku pembimbing I dan Ibu apt.

Yenni Sri Wayuni, M. Farm selaku pembimbing II karena telah

vi
banyak memberikan waktu , tenaga, maupun pikiran dan bimbingan

serta nasehat -nasehatnya.

4. Bapak/ Ibu beserta staf pegawai sekolah tinggi ilmu farmasi bhakti

pertiwi Palembang yang telah banyak memberikan bimbingan dan

bantuan untuk menyelesaika skripsi ini.

5. Secara khusus saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga tercinta atas dukungan

dan perhatiannya selama ini

6. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan atas bantuan yang diberikan mudah-mudahan allah SWT

membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin

Yarrobbalalamin. Harapan saya semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat yang besar untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dalam bidang farmasi dimasa yang akan datang. Terimakaasih.

Palembang,

Suci Ryanty

vii
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang studi sistem dispersi padat candesartan


dengan PEG 6000 menggunakan metode peleburan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan ada tidaknya pengaruh penambahan PEG 6000 dalam
meningkatkan laju disolusi candesartan serta melihat pada perbandingan berapa
PEG 6000 dapat meningkatkan laju disolusi candesartan. Penelitian ini
menggunakan perbandingan 1:1, 1:3, dan 1:5. Sebagai perbandingan dispersi
padat dibuat campuran fisik dengan komposisi yang sama dan ramipril murni.
Karakteristik dilakukan dengan uji disolusi. Uji disolusi yang dilakukan dengan
metode dayung dalam medium dapar fosfat pH 6,5 suhu 37ºC dengan kecepatan
75 rpm selama 60 menit. Uji statistik dilakukan dengan uji ANOVA satu arah dan
uji lanjutan duncan. Hasil disolusi dispersi padat menit ke 60 pada perbandingan
(1:1) ,(1:3) ,dan (1:5) . Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan
PEG 6000 dapat meingkatkan uji disolusi candesartan, dengan perbandingan
terbaik yaitu disperse padat perbandingan 1:5

Kata Kunci : Candesartan, PEG 6000, dispersi padat.

viii
ABSTRACT

Research has been carried out on the study of candesartan solid dispersion
systems with PEG 6000 using the melting method. This study aims to prove
whether there is an effect of adding PEG 6000 in increasing the dissolution rate of
candesartan and to see in what ratio PEG 6000 can increase the dissolution rate of
candesartan. This study uses a ratio of 1:1, 1:3, and 1:5. As a comparison, a
physical mixture with the same composition and pure ramipril was prepared as a
solid dispersion. Characteristics performed by dissolution test. The dissolution test
was carried out using the paddle method in phosphate buffer medium pH 6.5 at
37°C at 75 rpm for 60 minutes. Statistical tests were carried out using one-way
ANOVA tests and Duncan's follow-up tests. The results of dissolution of solid
dispersion minutes to 60 in the ratio (1:1), (1:3) and (1:5) . The results showed
that the addition of PEG 6000 could improve the candesartan dissolution test, with
the best comparison being solid dispersions with a ratio of 1:5

Keywords: candesartan, PEG 6000, solid dispersion.

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................viii

ABSTRACT..........................................................................................................ix

DAFTAR ISI.........................................................................................................x

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dispersi Padat...................................................................................5

2.1.1 Definisi Dispersi Padat...........................................................5

2.1.2 Keuntungan Dispersi Padat....................................................5

x
2.1.3 Metode Pembuatan Dispersi Padat..........................................7

2.2 Komponen Pembentuk Dispersi Padat...................................................8

2.2.1 Ramipril.....................................................................................8

2.2.2 Aspek Farmakologi...................................................................9

2.3 Poloxamer 188.......................................................................................10

2.4 Uji Disolusi............................................................................................11

2.5 Spektrofotometri UV-Vis.......................................................................12

2.6 Karakterisasi / Evaluasi..........................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................14

3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................14

3.2.1 Alat............................................................................................14

3.2.2 Bahan.........................................................................................14

3.3 Prosedur Penelitian................................................................................15

3.3.1 Formula Dispersi padat dan Campuran Fisik............................15

3.3.2 Pembuatan CF Ramipril – Poloxamer 188...............................15

3.3.3 Pembuatan Dispersi Padat Ramipril – Poloxamer 188..............15

3.4 Penentuan Perolehan Kembali Ramipril................................................16

3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Ramipril Dengan Etanol..................16

3.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum................16

3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi.......................................................17

3.4.4 Penetapan Kadar Raamipril dalam CF dan DP.........................17

3.5 Uji Disolusi............................................................................................18

3.5.1 Pembuatan Media Disolusi........................................................18

xi
3.5.2 Pembuatan Larutan Induk..........................................................18

3.5.3Penentuan Kurva Kalibrasi.........................................................18

3.5.4 Uji Disolusi Dengan Ramipril,CF Dan DP...............................19

3.6 Karakteristik / Evaluasi Dispersi Padat..................................................19

3.7Analisa Data............................................................................................20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil.......................................................................................................21

4.2 Pembahasan............................................................................................23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan..........................................................................................28

5.2 Saran....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

LAMPIRAN..........................................................................................................31

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Perbandingan Dispersi Padat dan Campuran Fisik........................................15
4.1 Hasil rata-rata perolehan kembali Ramipril Dalam Etanol............................22
4.2 Hasil keseluruhan rata-rata % terdisolusi......................................................22
4.3 Hasil keseluruhan rata-rata efisiensi disolusi.................................................23

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Kimia Ramipril...................................................................................7
2.2 Struktur Kimia Poloxamer 188.........................................................................9
2.4 Alat FTIR........................................................................................................16

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biopharmaceutical Classification system (BCS) yaitu klasifikasi zat obat

meliputi kelarutan dalam air dan permeabilitasnya di usus. BCS terbagi menjadi 4

kelas, obat yang kelarutan dan permeabilitas tinggi adalah BCS Kelas I, obat yang

kelarutan rendah tetapi permeabilitasnya tinggi BCS kelas II, obat yang

Kelarutanya tinggi tetapi permeabilitasnya rendah BCS kelas III, obat yang

memiliki kelarutan rendah dan permeabilitasnya rendah BCS kelas IV (Agoes,

2008).

Biopharmaceutical Classification system (BCS) kelas II, adalah obat yang

memiliki kelarutan rendah tapi permeabilitasnya tinggi, obat yang termasuk di

dalam BCS II adalah candesartan cilexetil (Pansuriya et al., 2019). Candesartan

cilexetil merupakan suatu obat penghambat reseptor angiotensin II atau receptor

blocker (ARB) banyak digunakan sebagai obat penyakit hipertensi dan gagal

jantung kongestif (Husain et al., 2011). Obat yang termasuk di BCS II yang

memiliki kelarutan rendah dalam air menyebabkan laju disolusi rendah (Gozali et

al., 2015). Salah satu cara untuk meningkatkan laju disolusi suatu obat adalah

menggunakan teknik dispersi padat (Sutriyo et al., 2008).

xv
2

Dispersi padat adalah campuran padat dari dua komponen yang berbeda.

Dalam pembawa inert atau matiks pada keadaan padat. Matriks dapat berupa

kristal dan amorf, beberapa keuntungan metode dispersi padat dapat yaitu

kemudahan persiapan optimalisasi, dan reproduktifitas pembuatannya. Dispersi

padat dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu metode pelarutan, metode

peleburan, dan metode pencampuran, Salah satu metode sederhana yang

dikembangkan untuk meningkatkan sistem dispersi dan ketersediaan hayati obat

yang sukar larut adalah metode peleburan. (Kumar & B, 2017).

Metode peleburan adalah metode yang dilakukan menggunakan cara

campuran suatu obat dengan obat dipanaskan hingga melebur, dan leburan

tersebut dipadatkan. Keuntungan dalam menggunakan metode peleburan yaitu

ekonomis, pelarut tidak diperlukan dan metodenya sederhana dan mendapatkan

kualitas produk yang sama (Najih et al., 2021), sedangkan kerugiannnya proses

pembuatannya dengan temperatur yang tinggi sehingga terjadinya penguapan,

oksidasi, atau penguraian zat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan

pengurangan tekanan udara atau pengaliran gas inert (Fudholi, 2013).

Zat pembawa yang sering digunakan dalam dispersi padat adalah polimer

polietilenglikol (PEG) 6000. Polietilenglikol (PEG) 6000 merupakan polimer

etilen oksida dan air yang mempunyai berat molekul 6000, macrogolum nama

lain dari polietilenglikol yang merupakan bahan pengikat, yang bekerja

mempercepat kelarutan dari zat aktif dan memiliki sifat bahan pengikat yang

baik (Octavia et al., 2016). Titik lebur PEG yang sangat rendah membantu

dalam pembuatan dispersi padat (Aslamnur et al., 2020).

STIFI Bhakti Pertiwi


3

Berdasarkan penelitian Sari (2020) sistem dispersi padat candesartan dengan polimer

HPMC dengan perbandingan 2:1, 1:1, 1:2, menggunakan metode pelarutan dapat

meningkatkan laju disolusi, ditunjukan oleh presentase kadar yang terdisolusi pada

menit ke-60 candesartan cilexetil, campuran fisik pada formula III pada perbandingan

2:1 dengan nilai terdisolusi 78,5797%. Berdasarkan penelitian Triyani (2022) sistem

dispersi padat ramipril-PEG 6000 dengan metode peleburan dengan perbandingan 1:1,

1:3, 1:5 yang paling baik ditunjukan oleh dispersi padat formula III pada perbandingan

1:5 dengan nilai terdisolusi yaitu 77,49% pada menit ke-60. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Halim et al.,( 2013) sistem dispersi padat dibuat dengan metode

peleburan dengan perbandingan bahan baku ibuprofen-PEG 6000, yaitu 6:4, 7:3, 8:2,

dan 9:1 menunjukan bahwa serbuk sistem dispersi padat dapat memperbaiki sifat

fisikokimia ibuprofen, Profil disolusi memperlihatkan bahwa serbuk dispersi

padat 7:3 pada menit ke-45 mengalami peningkatan laju disolusi dibandingkan

serbuk campuran fisik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk mengetahui pembentukan dispersi padat dari candesartan dengan polimer

PEG 6000 terhadap uji disolusi dengan metode peleburan yang dibuat dengan

perbandingan 1:1, 1;3, 1:5, Sistem dispersi padat dari candesartan dengan

polimer PEG 6000 diharapkan dapat meningkatan uji disolusi yang baik.

STIFI Bhakti Pertiwi


4

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Apakah penambahan PEG 6000 dapat mempengaruhi peningkatan laju

disolusi?

2. Pada perbandingan berapakah PEG 6000 dapat meningkatkan laju disolusi

candesartan yang paling baik.

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dalam penambahan PEG 6000 pada

metode dispersi padat dalam meningkatkan kelarutan candesartan.

2. Untuk mengetahui pada perbandingan berapa PEG 6000 dan candesartan

yang meningkatkan laju disolusi candesartan yang paling baik.

STIFI Bhakti Pertiwi


5

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan peneliti yaitu :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa candesartan

dengan polimer PEG 6000 lebih efektif meningkatkan laju disolusi pada

candesartan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

3. Penelitian diharapkan menjadi referensi pengetahuan dan wawasan bagi

Masyarakat khususnya dibidang farmasi.

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dispersi Padat

2.1.1 Definisi Dispersi Padat

Disperi padat adalah sediaan padat yang terdiri dari dua komponen yang

berbeda dalam zat pembawa ( matrix inert ) (Fudholi, 2013), matriks berupa

kristal atau amorf (Aggarwal et al., 2010). Sistem dispersi padat mempunyai

beberpa metode, metode pelarutan (solvent method), metode peleburan (melting

method), dan metode campuran ( melting – slvent method). Dan sistem dispersi

padat banyak digunakan untuk mendapatkan disolusi yang baik (Fudholi, 2013).

2.1.2 Klasifikasi Dispersi Padat

Sistem dispersi padat memiliki beberapa klasifikasi sebagai berikut :

1. Campuran eutektikum

Campuran eutektikum adalah suatu campuran padat yang dihasilkan dari

campuran cepat dari bentuk lelehan dua atau tiga campuran yang menghasilan

campuran dengan titik lebur yang rendah dari titik lebur dari masing-masing zat.

Apabila suatu campuran kotak dengan air atau gastrik medium, zat aktif yang

terlepas berbentuk kristal yang kecil-kecil (Aggarwal et al., 2010). Oleh itu,

peningkatan luas permukaan spesifik meningkatkan laju disolusi obat yang sukar

larut air (Kumar & Singh, 2013).

6 STIFI Bhakti Pertiwi


7

Gambar 2.1 diagram campuran eutentik sederhana (Kumari & Bishnoi, 2019)

2. Larutan padat

Larutan padat merupakan dispersi molekuler zat yang ada di dalam suatu zat

lain, larutan padat yang sukar larut di dalam air di dalam zat pembawa yang

mudah larut dalam air akan menaikan proses disolusi. Kenaikan disolusi ini

lebih besar di banding dengan campuran eutektikum, disebabkan oleh zat aktif

tereduksi maksimal dengan tingkat molekuler. Kristal terbentuk menjadi dua

komponen yaitu yang mengkristal dalam fase yang homogen ukuran partikel

sampai tingkat molekuler, sehingga menghasulkan disolusi obat yang lebih

tinggi dari pada sistem campuran eutektikum. (Kumar & Singh, 2013).

3. Larutan kaca

Larutan kaca merupakan yang suatu sistem yang tediri dari molekul atau

pertikel zat padat yang didispersi dalam zat pembawa tertentu, yang didapatkan

secara pemadatan cepat menjadi campuran yang meleleh. Dan secara teoritis zat

aktif yang ada di sistem ini memiliki kecepatan disolusi yang baik dari pada

dalam bentuk larutan padat, dikarenakan struktur larutan kaca dan larutan padat

hanya kedudukan molekulnya yang lebih bebas (Fudholi, 2013).

STIFI Bhakti Pertiwi


8

4. Dispersi Kristal Amorf

Sistem ini ditandai dengan kompleksasi antara dua komponen selama proses

pembuatan disperse padat. Ketersediaan obat bergantung pada kelarutan,

konstanta disolusi, dan tingkat penyerapan intrinsik kompleks (Kumar & Singh,

2013).

Gambar 2.2 bentuk kristal amorf (Kumari & Bishnoi, 2019)

5. Gabungan senyawa atau bentuk kompleks

Gabungan senyawa atau bentuk kompleks ditandai dengan kompleksasi

dua komponen selama pembuatan dispersi padat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan kompleks adalah kelarutan, disosiasi konstan, dan

tingkat penyerapan instrinsik kompleks (Kumar & Singh, 2013).

2.1.2 Macam-Macam Cara Pembuatan Dispersi Padat

Pembuatan dispersi padat dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu

sebagai berikut :

1 . Metode Peleburan (Melting method)

Metode pelelahan adalah metode dengan menggunakan cara melelehkan

zat aktif dan zat pembawa dengan bersamaan, dan kemudian didinginkan secara

cepat sambil diaduk kuat dengan temperature rendah (dalam es), setelah di

dinginkan padatan yang di dapat digerus dan diayak dan dimasukan kedalam

eksikator dengan temperature kamar atau lebih. Keuntungan dalam metode ini

STIFI Bhakti Pertiwi


9

adalah caranya yang sederhana dan ekonomis, di beberapa sistem dapat terjadi

terbentuknya larutan ekstra jenuh sedangkan kerugian dalam metode ini adalah

dikarenakan pembuatannya di temperature tinggi, maka merangsang terjadinya

penguapan, oksidasi dan peruraian zat. Untuk pengatasannya dapat dilakukan

dengan pengurangan tekanan udara atau pengaliran gas inert (Imtihani et al.,

2020).

2. Metode Pelarutan (Solvent Evaporation Methods)

Metode pelarutan adalah campuran dari zat aktif dan zat pembawa

dilarutkan dalam pelarut organik, dan kemudian diluapkan. Salah satu syarat

penting untuk pembuatan dispersi padat dengan metode pelarutan adalah bahwa

obat dan pembawa cukup larut dalam pelarut. Suhu yang digunakan untuk

penguapan pelarut biasanya terletak pada suhu 23-65°C, masa padatan digrus

dan di ayak dan dikeringkan. Keuntungan metode ini terhindar dari penguapan

dan oksidasi, dan degradasi zat aktif, sedangkan kerugiannya adalah biayanya

mahal, pemilihan pelarutan yang tepat sulit dilakukan, sukar mengeliminasi sisa

pelarut, supersaturasi sulit dicapai, kecuali pada kondisi yang pekat,

reprodusibilitas hasil kristal yang diperoleh rendah (Imtihani et al., 2020).

3 . Metode Campuran

Metode campuran adalah metode kombinasi dari metode pelelehan dan

pelarutan yang dilakukan dengan cara melarutkan zat aktif dalam pelarut

organik yang sesuai, lalu menambahkan zat pembawa yang dilelehkan terlebih

dahulu, dan setelah itu pelarut diuapkan, padatan yang didapat digerus dan

diayak. Digunakan untuk obat yang yang secara termal tidak stabil dan tidak

tercampur

STIFI Bhakti Pertiwi


10

dalam bahan pembawa. Obat dilarutkan dalam pelarut dan polimer secara

terpisah, larutan obat kemudian ditambahkan ke pembawa leleh, pelarut

diuapkan, massa digiling untuk mendapatkan kisaran ukuran partikel yang

diinginkan (Imtihani et al., 2020).

2.2 BCS (Bhiopharmaceutical Classification System)

BCS (Bhiopharmaceutical Claasification System) merupakan sistem

biofarmasetika yang di klasifikasikan menjadi empat kelas, diantaranya

(Karunakar, 2011)

1. Kelas 1 (Permeabilitas tinggi, kelarutan tinggi)

Obat yang termasuk dalam BCS kelas 1 adalah Metoprolol, Diltiazem,

Verapamil. Proponolol. Obat kelas 1 menunjukan penyerapan yang tinggi

dan kelarutan yang tinggi. Senyawa ini umumnya sangat baik diserap. Yang

diformulasikan sebagai produk dengan pelepasan segera, laju disolusi

umumnya melebihi pengosongan lambung.

2. Kelas II (Permeabilitas tinggi, kelarutan rendah)

Obat yang termasuk dalam BCS kelas II adalah Candesartan cilexetil, Asam

mefenamat, Nifedipine. Obat kelas II mempunyai daya serap yang yang

tinggi tetapi laju disolusinya rendah. Dalam disolusi obat secara in vivo

maka tingkat penyerapannya terbatas kecuali dalam jumlah dosis yang

sangat tinggi. Penyerapan obat untuk kelas II biasanya lambat dari pada

kelas I dan terjadi selama jangka waktu yang cukup lama. Bioavaibilitas

produk ini dibatasi oleh tingkat dari pelarutnya.

STIFI Bhakti Pertiwi


11

3. Kelas III (Permeabilitas rendah, kelarutan tinggi)

Obat yang termasuk BCS dalam kelas III Simetidin, Acyclovir, Captopril.

Permeabilitas obat berpengaruh pada tingkat penyerapan obat, namun obat

ini memiliki laju disolusi yang cepat. Obat ini menunjukan variasi yang

tinggi dalam tingkat penyerapan obat karena kelarutannya yang cepat.

4. Kelas IV (Permeabilitas rendah, kelarutan rendah)

Obat yang termasuk di dalam BCS kelas IV Taxol, Hydroclorthiaziade,

Furosemid. Senyawa yang memiliki bioavaibilitas yang rendah tidak diserap

dengan baik atas mukosa usus dan diharapkan variabilitasnya tinggi.

2.2.1 Candesartan Cilexetil

Candesartan cilexetil merupakan Bhiopharmaceutical Classification

System Kelas II, Obat kelas II mempunyai daya serap yang yang tinggi tetapi

laju disolusinya rendah

Gambar 2.3 Struktur kimia candesartan cilexetil (Kemenkes RI, 2020)

Candesartan cilexetil mengandung tidak kurang dari 98,7% dan tidak lenih

dari 101,0% C33H34N6O6 dihitung terhadap zat anhidrat.

Rumus molekul : C33H34N6O6 .

Berat molekul : 610,66

Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air agak sukar larut larut

STIFI Bhakti Pertiwi


12

dalam metanol

Identifikasi : A. Spektrum serapan infamerah zat yang didispersikan

dalam kalium bromida P, menunjukan maksimum

hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti

pada candesartan cilexetil BPFI. Jika spektrum yang

diperoleh berbeda, lakukan penetapan sebagai

berikut: Larutkan secara terpisah candesartan

cilexetil BPFI dan candesartan cilexetil dengan

etanol P (Catatan panaskan larutan agar sempurna.

Dinginkan dalam tangas es, saring hablur, dan

keringkan pada suhu 105°C)

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram

larutan uji sesuai dengan larutan baku seperti yang

diperoleh pada campuran organik

Titik lebur : 157-160 °C

Penyimpanan : Candesartan cilexeti BPFI tidak boleh dikeringkan.

Simpan dalam wadah tetutup rapat, terlindung

cahaya dalam lemari pendingin.

2.2.2 Aspek Farmakologi

Antagonis reseptor angiotensin II (Angiotensin receptor blocker, ARB).

Reseptor angiotensin II dibagi menjadi 2 kelompok yaitu reseptor AT1 dan AT2,

reseptor AT1 terdapat di otot polos pembuluh darah dan otot jantung, dan

terdapat

STIFI Bhakti Pertiwi


13

juga di ginjal, otak dan kelenjar adrenal. Reseptor AT1 memperantai semua efek

fisiologis angiotensin II terutama yang berperan dalam homeostasis

kardiovaskular. Reseptor AT2 terdapat di medula adrenal dan mungkin terdapat

juga di SSP. Obat golongan ARB yang berkerja selektif pada reseptor AT1

pemberian obat ini akan menghambat semua efek angiotensin II, ARB

menimbulkan efek yang mirip dengan pemberian ACE-inhibitor. Tapi tidak

mempengaruhi metabolisme bradikinin, maka obat ini memiliki efek samping

batuk kering dan angioedema seperti yang terjadi pada ACE-inhibitor. ARB

sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar

renin yang tinggi, tapi kurang efektif pada pada renin yang rendah, pada pasien

hypovolemia dosis ARB perlu diturunkan (Instiaty et al., 2016)

2.2.3 Farmakokinetik

Bioavaibilitas absolut candesartan cilexetil adalah sekitar 15%. Makanan

dengan kandungan lemak tinggi tidak memiliki efek pada penyerapan atau

biovaibilitas, konsentrasu plasma candesartan sebanding dengan dosis dan

puncak pada 2-5 jam setelah pemberian candesartan. Candesartan sangat terikat

pada protein plasma (>99%) dan tidak didistribusukan ke dalamn sel merah,

volume distribusi candesartan cilexetil cukup kecil yaitu 9 L. Total klirens

plasma candesartan cilexetil adalah 26 ml/menit dan waktu paruh 9 jam (Israili,

2000).

Candesartan cilexetil tidak dimetabolisme oleh enzim sitokrom P-450,

tetapi mengalami dietilasi dan glukoronidasi untuk Sebagian kecil. Setelah itu

pemberian dosis oral, kotoran di dalamn urin (26-33 %), Sebagian kecil bentuk

metabolit inaktif juga diekresikan (Israili, 2000).

STIFI Bhakti Pertiwi


14

2.2.4 Farmakodinamik

Candesartan cilexetil adalah prodrug yang cocok untuk penggunaan oral,

cepat dirubah menjadi substansi aktif candesartan oleh hidrolisi ester selama

absorpsi pada saluran pencernaan. Respon penurunan teknan darah yang

beragantung dosis telah terjadi untuk dosis 4-32 mg, maksimum efek

antihipertensi terjadi pada 4-6 jam setelah pemberian oral. Hubungan tingkat

plasma ditemukan setelah dosis berulang , terlepas dari usia, berat badan, dan

jenis kelamin pasien, Efek antihipertensinya terpelihara dengan baik selama 24

jam setelah dosis 8-26 mg per hari candesartan cilexetil. Efisiensi puncak dari

efek hipertensi dicapai dalam 2-4 minggu dosis harian. (Israili, 2000).

Dosis awal yang pemberian yang dianjurkan dari candesartan untuk

dewasa dengan penyakit hipertensi adalah 16 mg satu kali pemberian dalam

sehari. Berdasarkan respon tekanan darah atau efek samping candesartan, dosis

mungkin diturunkan atau dinaikan. Perubahan tiap dosis mungkin membutuhkan

waktu beberapa minggu untuk melihat efek penuh dari candesartan pada

penurunan tekanan darah, candesartan cilexetil tersedia dalam dosis 4 mg, 8 mg,

16 mg, dan 32 mg. (Husain et al., 2011)

2.3 Polyethylenglycol (PEG 6000)

Polyethylenglycol (PEG 6000) polimer atau zat pembawa mempunyai

kelarutan yang baik di dalam air, sehingga mempermudah dalam pembuatan

dispersi padat.

STIFI Bhakti Pertiwi


15

Gambar 2.4 Stuktur kimia PEG 6000 (Depkes RI,2014)

PEG 6000 polimer yang memiliki titik lebur yang rendah sehingga

mempermudah dalam pembuatan dispersi padat. Memiliki berat molekul yang

tinggi membuat pembentukan dispersi padat interstisial (Fudholi, 2013).

Rumua molekul :H(O-CH2-CH2)nOH

Bobot molekul :3000-9000

Titik lebur :50-61°C

Nama kimia :Polyethyleneglikol

Pemerian :Serbuk licin putih atau potongan kuning gading,

praktis tidak berbau dan tidak berasa

Kelarutan :Mudah larut dalam etanol (95%), dan dalam kloroform

p, praktis tidak larut dalam eter p

Polietilenglikol (PEG) 6000 merupakan golongan primer sintesis, PEG

6000 mempunyai kelarutan yang baik di dalam air dan kesamaan secara

struktur kimia karena adanya gugus hidroksil primer pada ujung rantai polieter

yang mengandung oksietilen H(O-CH2-CH2)nOH. PEG 6000 memiliki sifat

yang stabil, mudah larut dalam air hangat, tidak beracun, tidak berbau, tidak

berwarna, memiliki titik lebur 50-61°C, tersebar merata, dan tidak mudah

menguap (Wahyuni et al., 2014).

STIFI Bhakti Pertiwi


16

2.4 Disolusi

Disolusi merupakan kohesi yang hilang di zat padat karena cairan yang

mempengaruhi hasil dispersi padat yang di homogenkan dalam bentuk molekul

atau ion. Dan dapat pula dikatakan bahwa disolusi adalah proses melarutnya zat

aktif dalam sediaan obat dalam bentuk medium sebagai fungsi waktu. Uji

disolusi untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera

dalam masing masing monogragi sediaan tablet dan kapsul, kecuali untuk tablet

kunyah (Fudholi, 2013).

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi

Uji disolusi di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti, sifat fisika kimia

obat, yang berhubungan dengan kelarutan seperti polimarfi, bentuk hidrat,

solvat, bentuk asam bebas, basa bebas, atau garamnya, senyawa komplek,

dispersi padat, campuran eutektikum, ukuran pertikel dan surfaktan. Faktor

berhubungan dengan luas kontak muka ,alat-alat yang digunakan, kondisi

percobaan seperti temperatur, bantuk dan volume labu yang digunakan,

formulasi, dan metode pembuatan, dan tekanan kompresi, dan faktor lainnya

seperti bentuk sediaan, kondisi penyimpanan dan vibrasi (Fudholi, 2013)

2.4.2 Alat Uji Disolusi

Alat uji disolusi terbagi menjadi 2 tipe menurut Fudholi (2013) :

1. Alat tipe 1 ( Basket apparatus )

Berupa labu silindirs dengan alas agak melengkung dari gelas borosilikat,

dengan kapasitas 1000 ml, yang dilengkapi dengan pengaduk yang berputar

STIFI Bhakti Pertiwi


17

dengan keceptan sesuai di dalam monografi dengan batas rentang 4%. Pengaduk

harus beputar lurus, tidak bergoyang secara signifikan. Basket terdiri dari dua

bagian, yang pertama bagian tangkai pengaduk dan bagian yang kedua itu

basketnya itu sendiri. Basket diatur sehingga berjarak 23 sampai 27mm dari

dasar labu. Tempratur percobaan diatur 36,5 sampai 37,5°C. Tablet atau Kapsul

di uji dengan cara memasukan Tablet atau Kapsul kedalam basket sebelum

pengujian dilakukan ( dalam keadaan kering ).

Gambar 2.5 Alat disolusi tipe 1 ( fudholi,2013 ).

2. Alat tipe 2 ( paddle apparatus)

Alat tipe 2 ini itu sama prinsipnya seperti alat tipe 1, tetapi mempunyai

perbedaan seperti pada bentuk pengaduknya yaitu bukan basket, tetapi

berbentuk dayung. Tangkai pengaduk posisinya ditengah silinder, dengan jarak

labu 23-27 mm.

STIFI Bhakti Pertiwi


18

Gambar 2.6 Alat disolusi tipe 2 ( Fudholi,2013)

2.5 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis merupakan pengukuran panjang gelombang

dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.

Sinar dan ultraviolet dan sinar tampak memiliki energi yang dapat

mempromosikan electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Sinar ultraviolet ada di panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak

ada di Panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

2.5.1 Penggunaan Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel (UV-VIS)

Menurut Dachriyanus (2004). Spektrfotometer UV-VIS umumnya

digunakan Saebagi berikut :

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan

ausksokrom dari senyawa organik.

2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan Panjang gelombang

maksimum suatu senyawa organik.

3. Menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer.

STIFI Bhakti Pertiwi


19

2.5.2.Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer adalah hubungan linearitas dan absorbs dengan

konsentrasi larutan analit (Dachriyanus ,2004 ).

Hukum Lambert-Beer ditulis :

A=ε.b.C

A = Absorban (serapan)

ε = Koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)

b= Tebal kuvet (cm)

C=Konsentrasi (M)

2.6 Karakterisasi Dispersi Padat

2.6.1 Fourier Transform Infrared (FTIR)

Fourier Transform Infrared (FTIR) adalah transformasi fourier untuk

menganalisis spekrtumnya, metode yang digunakan dalam FTIR adalah metode

absrobsi yang didasarkan oleh perbedaan penyerapan radiasi infamerah (Anam

et al., 2007). FTIR meruapakan spektroskopi infamerah yang dilengkapi dengan

transformasi fourier yang mendekteksi dan menganalisis hasil dari spektrumnya

(Silviyah et al., 2019).

2.6.2 Differential Scanning Calorimetry (DSC)

Differential Scanning Calorimetry (DSC) di buat untuk memberikan

respon kalorimetrik, pengukuran ini akan menjadi lebih akurat dan kapasitas

panas dari senyawa atau fasa- fasa yang telah diukur secara otomatis sebagai

fungsi dari suhu. Teknik ini diperlukan perbandingan antara baseline kurva

untuk

STIFI Bhakti Pertiwi


20

sel kosong dan yang berisi sampel (Setiabudi et al., 2012). DSC menganalisis

dengan mengukur perubahan entalpi yang timbul dalam sempel sebagai fungsi

suhu. Pengukuran entalpi pada DSC tersebut dilakukan secara kuantitatif (Sani,

2019).

2.6.3 Scanning Electron Microscopy (SEM)

Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah sejenis mikroskop

menggunakan elektron pengganti dari cahaya yang melihat benda dengan

resolusi yang tinggi. Analisi SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostruktur

yang termasuk di porositas dan bentuk retakan benda padat (Gunawan & Azhari,

2010). Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron yang

dipantulkan, Prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik-titik

permukaan sampel. Gerakan elektron tersebut disebut dengan scanning, jika

seberkas elektron ditembakan pada permukaan sampel maka Sebagian dari

elektron tersebut akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi akan diteruskan.

Apabila permukaan sampel tidak ada berarti banyak lekukan atau berlubang,

maka tiap bagian permukaan sampel tersebut akan memantulkan elektron

dengan jumlah dan arah yang berbeda, dan jika ditangkap detektor akan

diteruskan ke sistem layer sehingga diperoleh gambaran yang jelas dari

permukaan sampel tersebut dalam bentuk tiga demensi (Setiabudi et al., 2012).

2.6.4 X-Ray Diffraction (XRD)

X-Ray Diffraction (XRD) adalah metode analisa yang memanfaatkan

interaksi sinar-x dengan atom yang tersusuan dalam sistem kristal. Untuk bisa

memahami prinsip dari difraksi sinar-x dalam menganalisa kualitatif dan

STIFI Bhakti Pertiwi


21

kuantitatif. Prinsip kerja difraksi sinar-x (XRD) mengidentifikasi keberadaan

senyawa senyawa dengan mengamati pola pembiasaan cahaya akibat dari berkas

cahaya yang dibiaskan oleh material yang memiliki susunan atom pada kisi

kristalnya (Setiabudi et al., 2012). Struktur kristal menggunakan difraksi sinar-X

ada 3 macam yaitu, metode laue,metode serbuk, dan metode rotasi kristal (Sani,

2019).

STIFI Bhakti Pertiwi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sampai

selesai. Di laboratorium teknologi farmasi, laboratorium penelitian, laboratorium

instrumen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang, laboratorium

universitas negeri padang, laboratorium Institut Teknologi Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang akan digunakan meliputi, peralatan gelas standart laboratorium

timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis, alat disolusi tipe dayung,

desikator, pH meter, ayakan mesh 20, FT-IR, Oven, Differential scanning

calorymetry (DSC), Scanning electron microscope (SEM), Difraktometer sinar-

X (XRD).

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah candesartan (PT. Dexa Medica ), PEG 6000,

Etanol 96% , kalium dihidrogen fosfat, NaOH , Aquadest.

22 STIFI Bhakti Pertiwi


23

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Formula Dispersi Padat Dan Campuran Fisik

Tabel 3.1 Perbandingan Dispersi Padat Dan Campuran Fisik

Formula
Bahan Dispersi Padat Campuran Fisik
F1 F2 F3 F1 F2 F3
Candesartan 1 1 1 1 1 1
PEG 6000 1 3 5 1 3 5
Tiap formula di buat 3 kali pengulangan
3.3.2 Pembuatan Campuran Fisik Candesartan-PEG 6000

Candesartan-PEG 6000 ditimbang dengan perbandingan (1:1), (1:3), (1:5).

Gerus hingga homogenkan dengan diayak dengan ayakan mesh 20 disimpan

dalam desikator (Octavia et al., 2016).

3.3.3 Pembuatan Disprsi Padat Candesartan – PEG 6000 Dengan Metode


Peleburan
Timbang candesartan – PEG 6000 sesuai perbandingan berat yang telah

ditentukan, kemudian candesartan dimasukan ke cawan penguap, lalu

dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 157-160°C sampai candesartan melebur

sempurna, tambahkan PEG 6000 kedalam leburan candesartan biarkan sampai

melebur sempurna. Lalu didinginkan sambal diaduk kuat dalam suasana

temperature rendah (dalam es). Padatan yang didapat lalu dikumpulkan dan

diayak dengan ayakan mesh 20 kemudian masukan kedalam desikator. (Hay &

Adawy, 2017).

STIFI Bhakti Pertiwi


24

3.4 Penentuan Perolehan Kembali Candesartan

3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Candesartan Murni

Timbang candesartan 100 mg kemudian dilarutkan dengan etanol 96%

dalam beaker glass. Larutan dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan

kemudian dicukupkan dengan etanol 96% sampai tanda batas dan dikocok

sampai homogen sehingga mendapatkan larutan induk dengan konsentrasi 1000

ppm (Octavia et al., 2015).

3.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Candesartan

Pipet larutan induk 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,

kemudian dicukupkan dengan etanol 96% sampai tanda batas sehingga diperoleh

larutan dalam konsentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm di pipet sebanyak 1

ml dari larutan tersebut kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml. Larutan

diencerkan dengan etanol 96% sampai tanda batas kemudian dikocok sampai

homogen sehingga mendapatkan konsentrasi 10 ppm. Larutan tersebut diukur

panjang gelombang maksimumnya pada rentang panjang gelombang 250-260

spektrofotometer UV-VIS (Octavia et al., 2015).

3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan induk di pipet sebanyak 0,8 ml, 1 ml, 1,2 ml, 1,4 ml, 1,6 ml.

Masukan masing-masing larutan masukan ke dalam labu ukur 10 ml dicukupkan

dengan larutan etanol 96/%, sampai batas. Kocok sampai homogen sehingga

diperoleh larutan konsentrasi 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 14 ppm dan 16 ppm.

Kemudian diukur serapannya pada Panjang gelombang maksimum

menggunakan

STIFI Bhakti Pertiwi


25

alat spektrofotometri UV-Vis dan hasil absorbansi yang diperoleh, selanjutnya

dihitung dengan persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh garis y=ax+b

(Octavia et al., 2015).

3.4.4 Penentuan Kadar Candesartan Dalam Campuran Fisik dan Dispersi


padat
Timbang masing-masing formula campuran fisik, dispersi padat, dan

candesartan murni setara dengan 100 mg candesartan, kemudian dilarutkan

dengan etanol 96% dalam labu ukur 100 ml, cukupkan volume sampai tanda

batas. Pipet I ml dari masing masing formula kemudian masukkan ke dalam labu

ukur 50 ml, cukupkan volume dengan etanol 96% sampai tanda batas. Ukur

serapan pada panjang gelombang 250-260nm. Pengukuran dilakukan sebanyak

tiga kali pengulangan (Octavia et al., 2015).

3.5 Prosedur Kerja Uji Disolusi Dispersi Padat

3.5.1 Pembuatan Media Disolusi

Media disolusi yang digunakan adalah fosfat pH 6,5 pembuatan dapar

fosfat pH 6,5 sebagai berikut : menimbang 27,22 gram kalium dihydrogen fosfat

masukan kedalam beaker glass larutkan dengan aquadest, kemudian larutan

tersebut dimasukan kedalam labu ukur 1000 ml cukupkan sampai tanda batas,

dan di homogenkan. Tambahkan 24 gram natrium hidroksida larutkan dengan

aquadest dalam beaker glass, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml

cukupkan sampai tanda batas, Kemudian campurkan larutan kalium hydrogen

fosfat dengan natrium hidroksida ke dalam labu ukur 1000 ml cukupkan sampai

tanda batas aduk hingga homogen, lalu cek pH 6,5 (Kemenkes RI,2020).

STIFI Bhakti Pertiwi


26

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Dengan Dapar Fosfat pH 6,5

Timbang candesartan 100 mg, larutkan dengan dapar fosfat pH 6,5

dalam labu ukur 100 ml, kemudian dicukupkan volume sampai tanda batas

hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm. Pipet 10 ml larutan

tersebut dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml, cukupkan volume dengan

larutan dapar fosfat pH 6,5 sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan

dengan konsentrasi 100 ppm(Octavia et al., 2015).

3.5.3 Penentuam Panjang Gelombang Maksimum

Pipet 1 ml larutan induk masukan kedalam labu ukur 10 ml, dan

diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,5 sampai tanda batas dan dikocok

sampai homogen hingga diperoleh larutan konsentarsi 10 ppm. Selanjutnya

diukur pada panjang gelombang 250-260 nm (Octavia et al., 2015).

3.5.4 Penentuan Kurva Kalibrasi

Pipet dari larutan induk sebanyak 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml, 1 ml.

Masukkan masing-masing larutan ke dalam labu ukur 10 ml dicukupkan dengan

larutan dapar fosfat pH 6,5 sampai tanda batas. Kocok sampai homogen

sehingga diperoleh larutan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm.

Kemudian serapannya diukur panjang gelombang maksimum menggunakan alat

spektrofotometri UV-Vis data hasil absorbansi yang diperoleh, selanjutnya

dihitung persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan garis y= a +

bx.

STIFI Bhakti Pertiwi


27

3.5.5 Uji Disolusi Dengan Candesartan Murni, Campuran fisik, Dan

Dispersi Padat

Uji disolusi dilakukan dengan metode dayung dengan kecepatan

pengadukan 50 rpm. Labu ukur diisi dengan medium disolusi sebanyak 900 ml

dengan suhu diatur pada ±37°C. Timbang seksama candesartan murni, campuran

fisik dan dispersi padat setara dengan 100 mg candesartan lalu masukan ke

dalam cangkang kapsul setelah itu masukkan ke dalam labu disolusi. Kemudian

dipipet larutan sebanyak 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, dan 45. Pada setiap

pengambilan larutan diganti dengan medium disolusi dengan volume yang sama

dan dilakukan pada suhu yang sama saat pengambilan. Kemudian diukur

serapannya pada panjang gelombang maksimum menggunakan alat

spektrofotometri UV-Vis. Pengukuannya dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan, lalu tentukan kadar candesartan yang terdisolusi berdasarkan

persamaan regresi linier yaitu y= ax + b (Octavia et al., 2015).

3.6 Karakteristik Dispersi Padat

A. FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Sampel digerus sampai menjadi serbuk dengan KBr, lalu dipindahkan

kecetakan die dan sampel tersebut kemudian dikempa kedalam suatu cakram

pada kondisi hampa udara. Spektrum serapan direkam dengan FTIR (Octavia et

al., 2015)

STIFI Bhakti Pertiwi


28

B. DSC (Differential Scanning Calorimetry)

Sampel dilakukan dengan menggunakan alat DSC yang telah dikalibrasi

suhunya. Sampel sejumlah 5 mg diletakan pada alat alumunium yang tertutup.

Alat DSC deprogram pada rentang suhu 25°C sampai 300°C dengan kecepatan

pemanasan 10°C per menit.

C. SEM (Scanning Electron Microscopy)

Sampel diletakan pada tempat penampung sampel yang terbuat dari

alumunium dilapisi dengan emas ketebalan 10nm. Sampel kemudian diamati

pada berbagai perbesaran pada alat SEM. Voltase diatur pada 15-20 Kv dan arus

12 Ma (Noviza et al., 2018).

D. XRD (X-Ray Diffraction)

Analisis difraksi sinar-X serbuk sampel dilakukan pada suhu ruang

dengan menggunakan alat tipe difraktometer. Kondisi pengukuran sebagai

berikut

: target logam Cu filter Ka, voltase 40 kV, arus 40 mA, analisis dilakukan pada

rentang 2Ɵ 0-350. Sampel diletakan pada sampel holder (kaca) dan diratakan

untuk mencegah orientasi partikel selama penyimpanan sampel (Noviza et al.,

2018).

3.7 Analisis Data

Data uji disolusi yang diperoleh, kemudian dianalisa data dilakukan

dengan memasukan dari setiap masing-masing pengulangan dihitung efisiensi

disolusinya data disolusi akan dianalisis secara statistic menggunakan metode

ANOVA satu arah

STIFI Bhakti Pertiwi


29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum candesartan cilexetil

murni dalam larutan etanol dengan konsentrasi 10 ppm menunjukkan panjang

gelombang 254 nm

2. Kurva kalibrasi candesaran cilexetil dalam larutan etanol dari pengukuran

serapan panjang gelombang 254 nm dengan konsentrasi 8 ppm, 10 ppm, 12

ppm, 14 ppm, 16 ppm, 18 ppm diperoleh persamaan regresi linier y = 0,0321x +

0,0158 dan nilai korelasinya r = 0,9994

3. Kurva kalibrasi candesartan cilexetil dalam larutan dapar fosfat dari pengukuran

serapan panjang gelombang 256 nm di dapatkan persamaan regrasi linier y

= 0,0361x – 0,0073 dan nilai kolerasinya r = 0,9995

4. Hasil rata-rata penentuan persen perolehan kembali candesartan murni,

campuran fisik, dan dispersi padat dapat dilihat

Tabel 4.1 Hasil perolehan kembali ramipril dalam etanol 96%


%Perolehan Kembali
Formula
rata-rata ± SD
Candesartan murni 69,51%±0,952
CF I 78,23%±1,259
CF II 78,55%±0,784
CF III 78,86%±0,476
DP I 97,96%±0,476
DP II 98,80%±0,719
DP III 99,42%±1,001

STIFI Bhakti Pertiwi


30

Keterangan :

CF : Campuran Fisik

DP : Dispersi Padat

5. Hasil keseluruhan % terdisolusi candesartan murni,campuran fisik, dan

dispersi padat dalam medium dapar fosfat pH 6,5.

Tabel 4.2 Hasil keseluruhan % terdisolusi


% Rata-rata Terdisolusi
Menit ke-
Perbandingan
5 10 15 30 45 60
Cndesartan 32,77 35,48 36,50 37,91 41,64 43,39
CF I (1:1) 34,71 36,24 37,19 37,61 38,82 40,03
CF II (1:3) 32,41 36,45 37,32 40,95 41,20 42,99
CF III (1:5) 34,26 34,46 38,33 39,02 47,15 49,78
DP I (1:1) 42,12 45,31 47,83 50,76 51,28 53,37
DP II (1:3) 47,31 48,78 54,08 56,31 65,51 67,02
DP III(1:5) 50,71 51,46 51,71 63,92 80,41 82,85
6. Hasil efisisiensi disolusi candesartan murni, campuran fisik formula I,

II, III, dispersi padat formula I, II, III dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.3 Hasil rata-rata efisiensi disolusi


Rata-rata efisiensi
Perbandingan Pengulangan
disolusi
1 2 3
Ramipril 37,10% 42,99% 37,12% 39,07%
CF I (1:1) 36,36% 36,18% 36,12% 36,22%
CF II (1:3) 37,81% 37,89% 37,90% 37,87%
CF III (1:5) 39,68% 39,83% 40,11% 39,87%
DP I (1:1) 47,44% 47,39% 47,47% 47,43%
DP II (1:3) 55,73% 55,85% 55,96% 55,85%
DP III (1:5) 63,52% 63,45% 63,72% 63,57%

STIFI Bhakti Pertiwi


31

STIFI Bhakti Pertiwi


32

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, S., Gupta, G. D., & Chaudhary, S. (2010). Solid Dispersion As An


Eminent Strategic Approach In Solubility Enhancement Of Poorly Soluble
Drugs. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research,
1(8), 1–13.

Agoes, G. (2008). Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali. Bandung:


Penerbit ITB.

Ainun Najih, Y., Nailufa, Y., Nurlita Rakhma, D., Widjaja, B., & Wilujeng
Fatkhur Dzariasil, M. (2021). Karakterisasi Dispersi Padat Meloksikam
Dengan Matriks Campuran PEG 6000 dan Poloxamer 188 Yang Dibuat
Menggunakan Metode Peleburan. Journal of Islamic Pharmacy, 6(1), 46–
51.

Anam, C., Sirojudin, & Firdausi, K. S. (2007). Analisis Gugus Fungsi pada
Sampel Uji, Bensin, dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi
FTIR. Berkala Fisika, 10(1), 79–85.

Aslamnur, Ramadhana, Y, A., Chaerunisa, & Sopyan, I. (2020). Dispersi Padat


Sebagai Metode Peningkatan Kelarutan Bahan Obat dalam Tablet :
Formulasi dan Karakterisasi. Farmaka, 19(2), 1–23.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.


Padang: LPTIK Universitas Andalas.

Fudholi, A. (2013). Disolusi & Pelepasan Obat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gunawan, B., & Azhari, C. D. (2010). Karakterisasi Spektrofotometri IR dan


Scanning Electron Microscopy (SEM) Sensor Gas Dari Bahan Polimer
Poly Ethelyn Glycol (PEG). 4(1), 88–100.

Gozali, D., Wardhana, Y, W., & Shofa. (2015). Formulasi dan Evaluasi Tablet
Dispersi Padat Kalsium Atorvastatin. Pharmascience, 2(2), 63–70.

Halim, A., Yulisman, E. R., & Zaini, E. (2013). Peningkatan Laju Disolusi
Sistem Dispersi Padat Ibuprofen-PEG 6000. Jurnal Farmasi Higea, 5(2),
116–126.

Hay, A. M. A. E., & Adawy, S. A. E. (2017). Enhancement of Dissolution Rate


of Ramipril Tablets by Solid Dispersion Technique. IOSR Journal of
Pharmacy and Biological Sciences, 12(03), 55–62.

Husain, A., Azim, S., & Mitra, M. (2011). Tinjauan tentang Candesartan : Profil
STIFI Bhakti Pertiwi
33
Farmakologis dan Farmasi. Journal of Applied Pharmaceutical Science,
01(10), 12–17.

STIFI Bhakti Pertiwi


34

Instiaty, Setiabudy, R., Gunawan, S. G., & Nafri. (2016). Farmakologi dan
Terapi Edisi VI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Imtihani, H. N., Wahyuono, R. A., & Permatasari, S. N. (2020). Biopolimer


Kitosan Dan Penggunaannya Dalam Formulasi Obat. Bandung: penerbit
graniti.

Israili, Z. H. (2000). Clinical pharmacokinetics of angiotensin II (AT1) receptor


blockers in hypertension. Journal of Human Hypertension, 14(1), S73–S86.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia Edisi


V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Farmakope Indonesia Edisi


Vi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kumar, P., & Singh, C. (2013). A Study on Solubility Enhancement Methods for
Poorly Water Soluble Drugs. American Journal of Pharmacological
Sciences, 1(4), 67–73

Kumar, & B. (2017). Solid Dispersion- A Review. PharmaTutor, 5(2), 24–29.

Kumari, B., & Bishnoi, H. K. (2019). Dispersi Padat : Jenis dan Mekanisme
Peningkatan Kelarutan Dengan Dispersi Padat. Jurnal Penelitian Farmasi,
8(3), 65–91.

Karunakar, B. kumar reddy. (2011). Biopharmaceutics classification system: A


regulatory approach. Dissolution Technologies, 18(1), 31–37.

Noviza, D., Fitriani, L., & Fauzi, R. Z. (2018). Dispersi Padat Asam Usnat
dengan Teknik Freeze Drying Menggunakan Poloxamer 188 Sebagai
Polimer. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 5(1), 41–48.

Octavia, M. D., Zaini, E., & Oktavia, K. (2015). Studi Sistem Dispersi Padat
Asam mefenamat Menggunakan Polivinilpirolidone K30. Jurnal Farmasi
Higea, 7(2), 173.

Octavia, M. D., Yuliana, & Halim, A. (2016). Pengaruh Bahan Pelincir terhadap
Sifat-Sifat Tablet Parasetamol Sistem Dispersi Padat dengan PEG 6000.
Jurnal Farmasi Higea, 1(2), 71–78.

Pansuriya, K., Suthar, D., Parejiya, P., Shelat, P., Vekariya, A., & Patel, H.
(2019). Preformulation study for candesartan cilexetil buccal (Effervescent)
tablet. The Pharma Innovation Journal, 8(12), 330–336.

Sani, R. abdullah. (2019). Karakterisasi Material. Jakarta: Bumi Aksara.

STIFI Bhakti Pertiwi


35

Setiabudi, A., Hardian, R., & Mudzakir, A. (2012). Karakteristik Material


Prinsip dan Aplikasinya Dalam Penelitian Kimia. Bandung: UPI Press.

Silviyah, S., S, C., Widodo, & Masruroh. (2019). Penggunaan Metode FT-IR
untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada proses pembaluran penderita
mioma. Pharmaceutical Research, 0274, 1–9.

Sutriyo, Rachmar, H., & Rosalina, M. (2008). Pengembangan Sediaan Dengan


Pelepasan Dimodifikasi Mengandung Furosemid Sebagai Model Zat Aktif
Menggunakan Sistem Mukoadhesif. Pharmaceutical Sciences and
Research, 5(1).

Triyani, Depi. (2022). Studi Sistem Dispersi Padat Ramipril Dengan Polimer
PEG 6000 Menggunakan Metode Peleburan (Skripsi Sarjana, Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Palembang).

Wahyuni, R., Halim, A., & Febronica, S. (2014). Studi Sistem Dispersi Padat
Karbamazepin Menggunakan Campuran polimer PEG 6000 dan HPMC
Dengan Metode Pelarutan. Prosiding Seminar Nasional Dan Workshop
“Perkembangan Terkini Sains Farmasi Dan Klinik IV,” 220–227.

STIFI Bhakti Pertiwi


36
Lampiran 1. Sertifikat Candesartan

STIFI Bhakti Pertiwi


37
Lampiran 2. Sertifikat PEG 6000

STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 3. Skema Kerja Umum

Bahan Baku

Candesartan PEG 6000

Pemeriksaan Bahan baku

Dispersi Padat Campuran Fisik

Karakteristik:
FTIR
SEM XRD
Uji Disolusi

Analisa Data

32
Lampiran 4. Skema Kerja Pembuatan Campuran Fisik Candesarttan –
PEG 6000

-Ditimbang
Candesartan – PEG 6000 sesuai perbandingan

1:1 1:3 1:5

Candesartan-PEG6000 dimasukkan Kedalam cawan


penguap sampai homogen

Masa padatan

Dispersi padat
Candesrtan – PEG
6000

33
Lampiran 5. Skema Kerja Pembuatan Dispersi Padat Candesartan-
PEG 6000

-Ditimbang
Candesartan– PEG 6000 sesuai perbandingan

1: 1: 1:

- Dispersi padat dimasukan kedalam cawan


petri
- Kemudian dileburkan diatas penangas air
- Kemudian setelah melebur dinginkan
dilemari es selama 1 jam

Masa padatan
- Digerus
- Kemudian diayak dengan
ayakan mesh 20

Dispersi padat
Candesartan – PEG
6000

34
Lampiran 6. Skema Kerja Disolusi Dengan Alat Tipe Dayung

Candesartan – PEG 6000

- Ditmbang sesuai perbandingan

1:1 1:3 1:5

- Dimasukan kedalam wadah yang telah berisi media disolusi


-atur suhu 37° C
- Kecepatan 100 ppm

Menit ke 5 Menit Ke Menit ke- Menit Ke - Menit Ke Menit Ke-


10 15 30 45 60

- Tiap waktu 5 menit dipipet disertai


dengan penambahan media disolusi
kedalam wadah
sebanyak 5 ml.

Lakukan uji spektorofotometri, catat hasil


serapan absorbansi pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditentukan.

35
Lampiran 7. Perhitungan Formula Candesartan PEG 6000

Perhitungan dalam 3 gram :

1. Formula 1 (1:1)
1
Candesartan × 3 gram
2
=
= 1,5 gram
1
PEG 6000 × 3 gram
2
=
= 1,5 gram
2. Formula 2 (1:3)
1
Candesartan × 3 gram
4
=
= 0,75 gram
3
PEG 6000 × 3 gram
4
=
= 0,25 gram
3. Formula 3 (1:5)
1
Candesartan × 3 gram
6
=
= 0,5 gram
5
PEG 6000 × 3 gram
6
=
= 2,5 gram

36
Lampiran 8. Perhitungan Pembuatan Larutan Candesartan dengan
dalam berbagai Konsentrasi Pembuatan Larutan Induk
Candesartan 1000 ppm dalam 100 ml

1000ppm = x mg0,1 L

X = 1000 ppm x 0,1 L

X = 100 mg  0,1 gram

Pembuatan larutan Candesartan dengan Konsentrasi 10g/ml dari


larutan induk dalam 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1000 ppm = 10 ml x 10g/ml

V1 = 10 ml x 10g/ml : 1000 ppm

V1 = 0,1 x 1000 ppm = 100 ml

Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 12g/ml dari


larutan induk dalam 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1000 ppm = 10 ml x 12g/ml

V1 = 10 ml x 12g/ml : 1000 ppm

V1 = 0,12 x 1000 ppm = 120 ml

Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 14g/ml dari


larutan induk dalam 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1000 ppm = 10 ml x 14g/ml

V1 = 10 ml x 14g/ml : 1000 ppm

V1 = 0,14 x 1000 ppm = 140 ml

37
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
larutan
dari induk dalam 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1000ppm = 10mlx16g/ml

V1 = 10 ml x 16g/ml 1000ppm

V1 = 0,16 x 1000 ppm = 160 ml

Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 18g/ml dari


larutan induk dalam 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1000 ppm= 10 ml x18g/ml

V1 = 10 ml x 18g/ml : 1000ppm

V1 = 0,18 x 1000 ppm : 180 ml

Lampiran 9. Perhitungan Pembuatan Media Dapar Fosfat 6,5

-Kalium Hidroksida 0,05 N


𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,05 = 𝐵𝑀
x 𝑣

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,05 = 136,08 x 4000

Gram= 27,22 gram

-Natrium Hidroksida 6 M
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
Mol = 𝐵𝑀
x 𝑣

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
6 = 40 x 100

Gram = 24 gram

38
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
Lampiran 10. Perhitungan Bobot Kesetaraan Candesartan

Perhitungan serbuk setara dengan 100 mg Ramipril


1) Formula 1
Berat candesartan = 1500 mg
Berat seluruhnya = 3.000 mg

Berat kesetaraan = x 3.000 mg


= 200 mg → 0,2 gram
2) Formula 2
Berat candesartan = 750 mg
Berat seluruhnya = 3.000 mg
100 mg
Berat kesetaraan = x 3.000 mg
750 mg
= 400 mg → 0,4 gram
3) Formula 3
Berat candesartan = 500 mg
Berat seluruhnya = 3.000 mg
100 mg
Berat kesetaraan = x 3.000 mg
500 mg
= 600 mg → 0,6 gram

39
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
Lampiran
dari 11. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Candesartan dalam Etanol
96% Pada Konsentrasi 10 ppm

Lampiran 12. Kurva Kalibrasi Candesartan dalam Etanol 96%

40
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
Konsentrasi Absorbansi

10 0,307
12 0,369
14 0,432
16 0,495
18 0,565

Absorbansi
0.600
f(x) = 0.0321 x − 0.0158
0.500 R² = 0.999447127975325
0.400
Absorbansi

0.300 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
0.200

0.100

0.000
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Konsentrasi (µg/ml)

Lampiran 13. Hasil Perolehan Kembali Candesartan, Campuran Fisik, dan Dispersi
Padat

41
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari % % Perolehan
Formula Absorbansi Kadar (mg) Perolehan kembali rata-rata
kembali ± SD
0,231 76,885 76,885
0,236 78,442 78,442 78,235±1,259
CF 1:1
0,239 79,377 79,377
0,236 78,442 78,442
CF 1:3 0,239 79,377 79,377 150,47±0,43
0,234 77,819 77,819
0,227 154,66 154,66
CF 1:5 0,229 156,14 156,14 155,15±0,85
0,227 154,66 154,66
0,216 146,52 146,52
DP 1:1 0,217 147,26 147,26 147,01±0,43
0,217 147,26 147,26
0,223 151,7 151,7
DP 1:3 0,224 152,44 152,44 152,19±0,43

42
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari 0,224 152,44 152,44
0,228 155,4 155,4
DP 1:5 0,226 153,92 153,92 154,41±0,85
0,226 153,92 153,92
0,210 70,343 70,343
Candesartan 0,204 68,474 68,474 69,51±0,74
0,208 69,720 69,720

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Perolehan Kembali Candesartan murni

Perolehan regresi candesartan dalam etanol yaitu y = 0,0321x – 0,0158, timbang 100 mg

berdasarkan kesetaraan. Dilarutkan dengan dengan 100 ml, kemudian ambil 1 ml larutkan ad

100 ml setelah itu pipet kembali 0,1 ml larutkan ad 10 ml.

Pengulangan 1. Nilai absorbansi = 0,210

Y = 0,0321x −¿ 0,0158
0,210 = 0,0321x −¿ 0,0158
0,210+0,0158
x =
0 ,0321
x = 7,0343 µg/ml
x = 0,0070343 mg/ml

10
Kadar = 0,0070343 mg/ml x 100 ml x = 70,343 mg
0 ,1

70,343 mg
% Perolehan kembali = x 100% = 70,343 %
100 mg

Pengulangan 2. Nilai absorbansi = 0,204


43
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
Y = 0,0321x −¿ 0,0158
dari
0,204 = 0,0321x −¿ 0,0158
0,204+ 0,0158
x =
0 , 0321
x = 6,8474 µg/ml
x = 0,0068474 mg/ml

10
Kadar = 0,0068474 mg/ml x 100 ml x = 68,474 mg
0 ,1

68,474 mg
% Perolehan kembali = x 100% = 68,474%
100 mg

Pengulangan 2. Nilai absorbansi = 0,208

Y = 0,0321x −¿ 0,0158
0,208 = 0,0321x −¿ 0,0158
0,208+0,0158
x =
0 ,0321

Lampiran 14. Lanjutan

x = 6,972 µg/ml
x = 0,006972mg/ml

10
Kadar = 0,006972mg/ml x 100 ml x = 69,720 mg
0 ,1

69 ,72 mg
% Perolehan kembali = x 100% = 69,720%
100 mg

Kadar rata-rata perolehan kembali Ramipril murni


Kadar pengulangan1+kadar pengulangan2+ kadar pengulangan3
=
3
70,343 mg+ 68,474 mg+69,720 mg
=
3
= 69,512 mg
69,512 mg
% perolehan kembali = x 100%
100 mg
= 69,51%

44
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari

Lampiran 15. Penentuan panjang gelombang Maksimum Candesartan dalam Dapar


Fosfat pH 6,5

45
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
Panjang
darigelombang 256 nm

Lampiran 16. Kurva Kalibrasi Candesartan dalam Dapar Fosfat pH 6,5

Konsentrasi Absorbansi

10 0,355
12 0,424
14 0,499
18 0,575
16 0,641

Chart Title
0.700
0.600 f(x) = 0.03615 x − 0.00730000000000003
R² = 0.999466547356828
0.500
Absorbansi

0.400
Series2
0.300 Linear (Series2)
0.200
0.100
0.000
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Konsentrasi (µg/ml)

46
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari

Lampiran 17.Hasil Uji Disolusi Candesartan Murni Menggunakan Medium Dapar Fosfat
pH 6,5

Menit %
% Zat terdisolusi rata-rata
(Waktu) Pengulangan Absorbansi Zat
± SD
Terdisolusi

1
0,185 32,37

5 2
0,187 32,71 32,77±0,42

3 0,190 33,22
1 0,204 35,59
10 2 0,203 35,42 35,48±0,09
3 0,203 35,42
1 0,211 36,78
15 2 0,209 36,44 36,50±0,25
3 0,208 36,27
1 0,218 37,96
30 2 0,217 37,79 37,91±0,09
3 0,218 37,96
1 0,239 41,52
45 2 0,239 41,52 41,64±0,19
3 0,241 41,86
60 1 0,251 43,56
2 0,250 43,39 43,39±0,17
3 0,249 43,22
47
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari

48

Anda mungkin juga menyukai