Oleh :
SUCI RYANTY
NIM : 19 01 01 102
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi
ii
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Sarjana
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi
Pada tanggal :
1. Ketua
2. Anggota
3. Anggota
4. Anggota
5. Anggota
6. Anggota
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq, hidayah-Nya kepada penulis beserta keluarga dan saudara lainnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Cinta pertama dan panutanku, Ayahanda Yan sukmayadi terima kasih atas
doa, semangat, motivasi, pengorbanan, nasihat serta kasih sayang tiada
henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Pintu surgaku, Ibunda Ratna sari dewi Am.Keb. terima kasih sebesar-
besarnya penulis berikan kepada beliau atas segala bentuk bantuan,
semangat, dan doa yang diberikan selama ini. Terima kasih atas nasihat
yang diberikan dan kesabaran hati kepada penulis.
3. Kepada kakak dan adikku ( teddy ryandry & agmansa ryandry). Terima
kasih atas semangat, doa, dan cinta yang selalu diberikan kepeda penulis.
4. Rahmad anli pratama, terima kasih atas dukungan, semangat, serta telah
menjadi tempat berkeluh kesah, selalu ada dalam suka maupun duka
selama penyusunan skripsi ini.
5. Sahabat penulis. Clara Mareta Madira Anjani dan Desri Ramadanti yang
telah banyak membantu dan membersamai proses penulis, terima kasih
atas segala bantuan dan support dan kebaikan yang diberikan kepada
penulis selama ini. See you on top guys.
6. Seluruh teman teman STIFI’19 yang telah berperan banyak memberikan
pengalaman dan pembelajaran selama di bangku kuliah ini.
7. Dan yang terakhir, terima kasih kepada diri sendiri. Hebat bisa tetap
berdiri tegap menghadapi segala rintangan, terima kasih karena telah mau
berjuang dan bertahan sampai saat ini sampai berada di titik ini.
iv
PERNYATAAN
Palembang,
Suci Ryanty
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan ini memanjatkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ahmad Fatoni, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
3. Bapak apt. Doddy Rusli M.Farm selaku pembimbing I dan Ibu apt.
vi
banyak memberikan waktu , tenaga, maupun pikiran dan bimbingan
4. Bapak/ Ibu beserta staf pegawai sekolah tinggi ilmu farmasi bhakti
Palembang,
Suci Ryanty
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
Research has been carried out on the study of candesartan solid dispersion
systems with PEG 6000 using the melting method. This study aims to prove
whether there is an effect of adding PEG 6000 in increasing the dissolution rate of
candesartan and to see in what ratio PEG 6000 can increase the dissolution rate of
candesartan. This study uses a ratio of 1:1, 1:3, and 1:5. As a comparison, a
physical mixture with the same composition and pure ramipril was prepared as a
solid dispersion. Characteristics performed by dissolution test. The dissolution test
was carried out using the paddle method in phosphate buffer medium pH 6.5 at
37°C at 75 rpm for 60 minutes. Statistical tests were carried out using one-way
ANOVA tests and Duncan's follow-up tests. The results of dissolution of solid
dispersion minutes to 60 in the ratio (1:1), (1:3) and (1:5) . The results showed
that the addition of PEG 6000 could improve the candesartan dissolution test, with
the best comparison being solid dispersions with a ratio of 1:5
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................viii
ABSTRACT..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
x
2.1.3 Metode Pembuatan Dispersi Padat..........................................7
2.2.1 Ramipril.....................................................................................8
3.2.1 Alat............................................................................................14
3.2.2 Bahan.........................................................................................14
xi
3.5.2 Pembuatan Larutan Induk..........................................................18
3.7Analisa Data............................................................................................20
4.1 Hasil.......................................................................................................21
4.2 Pembahasan............................................................................................23
5.1 Kesimpulan..........................................................................................28
5.2 Saran....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
LAMPIRAN..........................................................................................................31
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Perbandingan Dispersi Padat dan Campuran Fisik........................................15
4.1 Hasil rata-rata perolehan kembali Ramipril Dalam Etanol............................22
4.2 Hasil keseluruhan rata-rata % terdisolusi......................................................22
4.3 Hasil keseluruhan rata-rata efisiensi disolusi.................................................23
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Kimia Ramipril...................................................................................7
2.2 Struktur Kimia Poloxamer 188.........................................................................9
2.4 Alat FTIR........................................................................................................16
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
meliputi kelarutan dalam air dan permeabilitasnya di usus. BCS terbagi menjadi 4
kelas, obat yang kelarutan dan permeabilitas tinggi adalah BCS Kelas I, obat yang
kelarutan rendah tetapi permeabilitasnya tinggi BCS kelas II, obat yang
Kelarutanya tinggi tetapi permeabilitasnya rendah BCS kelas III, obat yang
2008).
blocker (ARB) banyak digunakan sebagai obat penyakit hipertensi dan gagal
jantung kongestif (Husain et al., 2011). Obat yang termasuk di BCS II yang
memiliki kelarutan rendah dalam air menyebabkan laju disolusi rendah (Gozali et
al., 2015). Salah satu cara untuk meningkatkan laju disolusi suatu obat adalah
xv
2
Dispersi padat adalah campuran padat dari dua komponen yang berbeda.
Dalam pembawa inert atau matiks pada keadaan padat. Matriks dapat berupa
kristal dan amorf, beberapa keuntungan metode dispersi padat dapat yaitu
padat dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu metode pelarutan, metode
campuran suatu obat dengan obat dipanaskan hingga melebur, dan leburan
kualitas produk yang sama (Najih et al., 2021), sedangkan kerugiannnya proses
Zat pembawa yang sering digunakan dalam dispersi padat adalah polimer
etilen oksida dan air yang mempunyai berat molekul 6000, macrogolum nama
mempercepat kelarutan dari zat aktif dan memiliki sifat bahan pengikat yang
baik (Octavia et al., 2016). Titik lebur PEG yang sangat rendah membantu
Berdasarkan penelitian Sari (2020) sistem dispersi padat candesartan dengan polimer
HPMC dengan perbandingan 2:1, 1:1, 1:2, menggunakan metode pelarutan dapat
meningkatkan laju disolusi, ditunjukan oleh presentase kadar yang terdisolusi pada
menit ke-60 candesartan cilexetil, campuran fisik pada formula III pada perbandingan
2:1 dengan nilai terdisolusi 78,5797%. Berdasarkan penelitian Triyani (2022) sistem
dispersi padat ramipril-PEG 6000 dengan metode peleburan dengan perbandingan 1:1,
1:3, 1:5 yang paling baik ditunjukan oleh dispersi padat formula III pada perbandingan
1:5 dengan nilai terdisolusi yaitu 77,49% pada menit ke-60. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Halim et al.,( 2013) sistem dispersi padat dibuat dengan metode
peleburan dengan perbandingan bahan baku ibuprofen-PEG 6000, yaitu 6:4, 7:3, 8:2,
dan 9:1 menunjukan bahwa serbuk sistem dispersi padat dapat memperbaiki sifat
padat 7:3 pada menit ke-45 mengalami peningkatan laju disolusi dibandingkan
PEG 6000 terhadap uji disolusi dengan metode peleburan yang dibuat dengan
perbandingan 1:1, 1;3, 1:5, Sistem dispersi padat dari candesartan dengan
polimer PEG 6000 diharapkan dapat meningkatan uji disolusi yang baik.
sebagai berikut:
disolusi?
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dalam penambahan PEG 6000 pada
dengan polimer PEG 6000 lebih efektif meningkatkan laju disolusi pada
candesartan.
TINJAUAN PUSTAKA
Disperi padat adalah sediaan padat yang terdiri dari dua komponen yang
berbeda dalam zat pembawa ( matrix inert ) (Fudholi, 2013), matriks berupa
kristal atau amorf (Aggarwal et al., 2010). Sistem dispersi padat mempunyai
method), dan metode campuran ( melting – slvent method). Dan sistem dispersi
padat banyak digunakan untuk mendapatkan disolusi yang baik (Fudholi, 2013).
1. Campuran eutektikum
campuran cepat dari bentuk lelehan dua atau tiga campuran yang menghasilan
campuran dengan titik lebur yang rendah dari titik lebur dari masing-masing zat.
Apabila suatu campuran kotak dengan air atau gastrik medium, zat aktif yang
terlepas berbentuk kristal yang kecil-kecil (Aggarwal et al., 2010). Oleh itu,
peningkatan luas permukaan spesifik meningkatkan laju disolusi obat yang sukar
Gambar 2.1 diagram campuran eutentik sederhana (Kumari & Bishnoi, 2019)
2. Larutan padat
Larutan padat merupakan dispersi molekuler zat yang ada di dalam suatu zat
lain, larutan padat yang sukar larut di dalam air di dalam zat pembawa yang
mudah larut dalam air akan menaikan proses disolusi. Kenaikan disolusi ini
lebih besar di banding dengan campuran eutektikum, disebabkan oleh zat aktif
komponen yaitu yang mengkristal dalam fase yang homogen ukuran partikel
tinggi dari pada sistem campuran eutektikum. (Kumar & Singh, 2013).
3. Larutan kaca
Larutan kaca merupakan yang suatu sistem yang tediri dari molekul atau
pertikel zat padat yang didispersi dalam zat pembawa tertentu, yang didapatkan
secara pemadatan cepat menjadi campuran yang meleleh. Dan secara teoritis zat
aktif yang ada di sistem ini memiliki kecepatan disolusi yang baik dari pada
dalam bentuk larutan padat, dikarenakan struktur larutan kaca dan larutan padat
Sistem ini ditandai dengan kompleksasi antara dua komponen selama proses
konstanta disolusi, dan tingkat penyerapan intrinsik kompleks (Kumar & Singh,
2013).
sebagai berikut :
zat aktif dan zat pembawa dengan bersamaan, dan kemudian didinginkan secara
cepat sambil diaduk kuat dengan temperature rendah (dalam es), setelah di
dinginkan padatan yang di dapat digerus dan diayak dan dimasukan kedalam
eksikator dengan temperature kamar atau lebih. Keuntungan dalam metode ini
adalah caranya yang sederhana dan ekonomis, di beberapa sistem dapat terjadi
terbentuknya larutan ekstra jenuh sedangkan kerugian dalam metode ini adalah
dengan pengurangan tekanan udara atau pengaliran gas inert (Imtihani et al.,
2020).
Metode pelarutan adalah campuran dari zat aktif dan zat pembawa
dilarutkan dalam pelarut organik, dan kemudian diluapkan. Salah satu syarat
penting untuk pembuatan dispersi padat dengan metode pelarutan adalah bahwa
obat dan pembawa cukup larut dalam pelarut. Suhu yang digunakan untuk
penguapan pelarut biasanya terletak pada suhu 23-65°C, masa padatan digrus
dan di ayak dan dikeringkan. Keuntungan metode ini terhindar dari penguapan
dan oksidasi, dan degradasi zat aktif, sedangkan kerugiannya adalah biayanya
mahal, pemilihan pelarutan yang tepat sulit dilakukan, sukar mengeliminasi sisa
3 . Metode Campuran
pelarutan yang dilakukan dengan cara melarutkan zat aktif dalam pelarut
organik yang sesuai, lalu menambahkan zat pembawa yang dilelehkan terlebih
dahulu, dan setelah itu pelarut diuapkan, padatan yang didapat digerus dan
diayak. Digunakan untuk obat yang yang secara termal tidak stabil dan tidak
tercampur
dalam bahan pembawa. Obat dilarutkan dalam pelarut dan polimer secara
(Karunakar, 2011)
dan kelarutan yang tinggi. Senyawa ini umumnya sangat baik diserap. Yang
Obat yang termasuk dalam BCS kelas II adalah Candesartan cilexetil, Asam
tinggi tetapi laju disolusinya rendah. Dalam disolusi obat secara in vivo
sangat tinggi. Penyerapan obat untuk kelas II biasanya lambat dari pada
kelas I dan terjadi selama jangka waktu yang cukup lama. Bioavaibilitas
Obat yang termasuk BCS dalam kelas III Simetidin, Acyclovir, Captopril.
ini memiliki laju disolusi yang cepat. Obat ini menunjukan variasi yang
System Kelas II, Obat kelas II mempunyai daya serap yang yang tinggi tetapi
Candesartan cilexetil mengandung tidak kurang dari 98,7% dan tidak lenih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air agak sukar larut larut
dalam metanol
Reseptor angiotensin II dibagi menjadi 2 kelompok yaitu reseptor AT1 dan AT2,
reseptor AT1 terdapat di otot polos pembuluh darah dan otot jantung, dan
terdapat
juga di ginjal, otak dan kelenjar adrenal. Reseptor AT1 memperantai semua efek
juga di SSP. Obat golongan ARB yang berkerja selektif pada reseptor AT1
pemberian obat ini akan menghambat semua efek angiotensin II, ARB
batuk kering dan angioedema seperti yang terjadi pada ACE-inhibitor. ARB
sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar
renin yang tinggi, tapi kurang efektif pada pada renin yang rendah, pada pasien
2.2.3 Farmakokinetik
dengan kandungan lemak tinggi tidak memiliki efek pada penyerapan atau
puncak pada 2-5 jam setelah pemberian candesartan. Candesartan sangat terikat
pada protein plasma (>99%) dan tidak didistribusukan ke dalamn sel merah,
plasma candesartan cilexetil adalah 26 ml/menit dan waktu paruh 9 jam (Israili,
2000).
tetapi mengalami dietilasi dan glukoronidasi untuk Sebagian kecil. Setelah itu
pemberian dosis oral, kotoran di dalamn urin (26-33 %), Sebagian kecil bentuk
2.2.4 Farmakodinamik
cepat dirubah menjadi substansi aktif candesartan oleh hidrolisi ester selama
beragantung dosis telah terjadi untuk dosis 4-32 mg, maksimum efek
antihipertensi terjadi pada 4-6 jam setelah pemberian oral. Hubungan tingkat
plasma ditemukan setelah dosis berulang , terlepas dari usia, berat badan, dan
jam setelah dosis 8-26 mg per hari candesartan cilexetil. Efisiensi puncak dari
efek hipertensi dicapai dalam 2-4 minggu dosis harian. (Israili, 2000).
sehari. Berdasarkan respon tekanan darah atau efek samping candesartan, dosis
waktu beberapa minggu untuk melihat efek penuh dari candesartan pada
penurunan tekanan darah, candesartan cilexetil tersedia dalam dosis 4 mg, 8 mg,
dispersi padat.
PEG 6000 polimer yang memiliki titik lebur yang rendah sehingga
6000 mempunyai kelarutan yang baik di dalam air dan kesamaan secara
struktur kimia karena adanya gugus hidroksil primer pada ujung rantai polieter
yang stabil, mudah larut dalam air hangat, tidak beracun, tidak berbau, tidak
berwarna, memiliki titik lebur 50-61°C, tersebar merata, dan tidak mudah
2.4 Disolusi
Disolusi merupakan kohesi yang hilang di zat padat karena cairan yang
atau ion. Dan dapat pula dikatakan bahwa disolusi adalah proses melarutnya zat
aktif dalam sediaan obat dalam bentuk medium sebagai fungsi waktu. Uji
dalam masing masing monogragi sediaan tablet dan kapsul, kecuali untuk tablet
Uji disolusi di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti, sifat fisika kimia
solvat, bentuk asam bebas, basa bebas, atau garamnya, senyawa komplek,
formulasi, dan metode pembuatan, dan tekanan kompresi, dan faktor lainnya
Berupa labu silindirs dengan alas agak melengkung dari gelas borosilikat,
dengan kapasitas 1000 ml, yang dilengkapi dengan pengaduk yang berputar
dengan keceptan sesuai di dalam monografi dengan batas rentang 4%. Pengaduk
harus beputar lurus, tidak bergoyang secara signifikan. Basket terdiri dari dua
bagian, yang pertama bagian tangkai pengaduk dan bagian yang kedua itu
basketnya itu sendiri. Basket diatur sehingga berjarak 23 sampai 27mm dari
dasar labu. Tempratur percobaan diatur 36,5 sampai 37,5°C. Tablet atau Kapsul
di uji dengan cara memasukan Tablet atau Kapsul kedalam basket sebelum
Alat tipe 2 ini itu sama prinsipnya seperti alat tipe 1, tetapi mempunyai
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar dan ultraviolet dan sinar tampak memiliki energi yang dapat
mempromosikan electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
hukum Lambert-Beer.
2.5.2.Hukum Lambert-Beer
A=ε.b.C
A = Absorban (serapan)
C=Konsentrasi (M)
respon kalorimetrik, pengukuran ini akan menjadi lebih akurat dan kapasitas
panas dari senyawa atau fasa- fasa yang telah diukur secara otomatis sebagai
fungsi dari suhu. Teknik ini diperlukan perbandingan antara baseline kurva
untuk
sel kosong dan yang berisi sampel (Setiabudi et al., 2012). DSC menganalisis
dengan mengukur perubahan entalpi yang timbul dalam sempel sebagai fungsi
suhu. Pengukuran entalpi pada DSC tersebut dilakukan secara kuantitatif (Sani,
2019).
yang termasuk di porositas dan bentuk retakan benda padat (Gunawan & Azhari,
2010). Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron yang
elektron tersebut akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi akan diteruskan.
Apabila permukaan sampel tidak ada berarti banyak lekukan atau berlubang,
dengan jumlah dan arah yang berbeda, dan jika ditangkap detektor akan
permukaan sampel tersebut dalam bentuk tiga demensi (Setiabudi et al., 2012).
interaksi sinar-x dengan atom yang tersusuan dalam sistem kristal. Untuk bisa
senyawa senyawa dengan mengamati pola pembiasaan cahaya akibat dari berkas
cahaya yang dibiaskan oleh material yang memiliki susunan atom pada kisi
ada 3 macam yaitu, metode laue,metode serbuk, dan metode rotasi kristal (Sani,
2019).
METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
X (XRD).
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah candesartan (PT. Dexa Medica ), PEG 6000,
Formula
Bahan Dispersi Padat Campuran Fisik
F1 F2 F3 F1 F2 F3
Candesartan 1 1 1 1 1 1
PEG 6000 1 3 5 1 3 5
Tiap formula di buat 3 kali pengulangan
3.3.2 Pembuatan Campuran Fisik Candesartan-PEG 6000
dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 157-160°C sampai candesartan melebur
temperature rendah (dalam es). Padatan yang didapat lalu dikumpulkan dan
diayak dengan ayakan mesh 20 kemudian masukan kedalam desikator. (Hay &
Adawy, 2017).
dalam beaker glass. Larutan dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan
kemudian dicukupkan dengan etanol 96% sampai tanda batas dan dikocok
Pipet larutan induk 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
kemudian dicukupkan dengan etanol 96% sampai tanda batas sehingga diperoleh
larutan dalam konsentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm di pipet sebanyak 1
ml dari larutan tersebut kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml. Larutan
diencerkan dengan etanol 96% sampai tanda batas kemudian dikocok sampai
Larutan induk di pipet sebanyak 0,8 ml, 1 ml, 1,2 ml, 1,4 ml, 1,6 ml.
dengan larutan etanol 96/%, sampai batas. Kocok sampai homogen sehingga
menggunakan
dengan etanol 96% dalam labu ukur 100 ml, cukupkan volume sampai tanda
batas. Pipet I ml dari masing masing formula kemudian masukkan ke dalam labu
ukur 50 ml, cukupkan volume dengan etanol 96% sampai tanda batas. Ukur
fosfat pH 6,5 sebagai berikut : menimbang 27,22 gram kalium dihydrogen fosfat
tersebut dimasukan kedalam labu ukur 1000 ml cukupkan sampai tanda batas,
aquadest dalam beaker glass, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml
fosfat dengan natrium hidroksida ke dalam labu ukur 1000 ml cukupkan sampai
tanda batas aduk hingga homogen, lalu cek pH 6,5 (Kemenkes RI,2020).
dalam labu ukur 100 ml, kemudian dicukupkan volume sampai tanda batas
tersebut dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml, cukupkan volume dengan
larutan dapar fosfat pH 6,5 sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan
diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,5 sampai tanda batas dan dikocok
Pipet dari larutan induk sebanyak 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml, 1 ml.
larutan dapar fosfat pH 6,5 sampai tanda batas. Kocok sampai homogen
bx.
Dispersi Padat
pengadukan 50 rpm. Labu ukur diisi dengan medium disolusi sebanyak 900 ml
dengan suhu diatur pada ±37°C. Timbang seksama candesartan murni, campuran
fisik dan dispersi padat setara dengan 100 mg candesartan lalu masukan ke
dalam cangkang kapsul setelah itu masukkan ke dalam labu disolusi. Kemudian
dipipet larutan sebanyak 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, dan 45. Pada setiap
pengambilan larutan diganti dengan medium disolusi dengan volume yang sama
dan dilakukan pada suhu yang sama saat pengambilan. Kemudian diukur
kecetakan die dan sampel tersebut kemudian dikempa kedalam suatu cakram
pada kondisi hampa udara. Spektrum serapan direkam dengan FTIR (Octavia et
al., 2015)
Alat DSC deprogram pada rentang suhu 25°C sampai 300°C dengan kecepatan
pada berbagai perbesaran pada alat SEM. Voltase diatur pada 15-20 Kv dan arus
berikut
: target logam Cu filter Ka, voltase 40 kV, arus 40 mA, analisis dilakukan pada
rentang 2Ɵ 0-350. Sampel diletakan pada sampel holder (kaca) dan diratakan
2018).
BAB IV
4.1 Hasil
gelombang 254 nm
3. Kurva kalibrasi candesartan cilexetil dalam larutan dapar fosfat dari pengukuran
Keterangan :
CF : Campuran Fisik
DP : Dispersi Padat
II, III, dispersi padat formula I, II, III dapat dilihat pada tabel
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Najih, Y., Nailufa, Y., Nurlita Rakhma, D., Widjaja, B., & Wilujeng
Fatkhur Dzariasil, M. (2021). Karakterisasi Dispersi Padat Meloksikam
Dengan Matriks Campuran PEG 6000 dan Poloxamer 188 Yang Dibuat
Menggunakan Metode Peleburan. Journal of Islamic Pharmacy, 6(1), 46–
51.
Anam, C., Sirojudin, & Firdausi, K. S. (2007). Analisis Gugus Fungsi pada
Sampel Uji, Bensin, dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi
FTIR. Berkala Fisika, 10(1), 79–85.
Gozali, D., Wardhana, Y, W., & Shofa. (2015). Formulasi dan Evaluasi Tablet
Dispersi Padat Kalsium Atorvastatin. Pharmascience, 2(2), 63–70.
Halim, A., Yulisman, E. R., & Zaini, E. (2013). Peningkatan Laju Disolusi
Sistem Dispersi Padat Ibuprofen-PEG 6000. Jurnal Farmasi Higea, 5(2),
116–126.
Husain, A., Azim, S., & Mitra, M. (2011). Tinjauan tentang Candesartan : Profil
STIFI Bhakti Pertiwi
33
Farmakologis dan Farmasi. Journal of Applied Pharmaceutical Science,
01(10), 12–17.
Instiaty, Setiabudy, R., Gunawan, S. G., & Nafri. (2016). Farmakologi dan
Terapi Edisi VI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kumar, P., & Singh, C. (2013). A Study on Solubility Enhancement Methods for
Poorly Water Soluble Drugs. American Journal of Pharmacological
Sciences, 1(4), 67–73
Kumari, B., & Bishnoi, H. K. (2019). Dispersi Padat : Jenis dan Mekanisme
Peningkatan Kelarutan Dengan Dispersi Padat. Jurnal Penelitian Farmasi,
8(3), 65–91.
Noviza, D., Fitriani, L., & Fauzi, R. Z. (2018). Dispersi Padat Asam Usnat
dengan Teknik Freeze Drying Menggunakan Poloxamer 188 Sebagai
Polimer. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 5(1), 41–48.
Octavia, M. D., Zaini, E., & Oktavia, K. (2015). Studi Sistem Dispersi Padat
Asam mefenamat Menggunakan Polivinilpirolidone K30. Jurnal Farmasi
Higea, 7(2), 173.
Octavia, M. D., Yuliana, & Halim, A. (2016). Pengaruh Bahan Pelincir terhadap
Sifat-Sifat Tablet Parasetamol Sistem Dispersi Padat dengan PEG 6000.
Jurnal Farmasi Higea, 1(2), 71–78.
Pansuriya, K., Suthar, D., Parejiya, P., Shelat, P., Vekariya, A., & Patel, H.
(2019). Preformulation study for candesartan cilexetil buccal (Effervescent)
tablet. The Pharma Innovation Journal, 8(12), 330–336.
Silviyah, S., S, C., Widodo, & Masruroh. (2019). Penggunaan Metode FT-IR
untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada proses pembaluran penderita
mioma. Pharmaceutical Research, 0274, 1–9.
Triyani, Depi. (2022). Studi Sistem Dispersi Padat Ramipril Dengan Polimer
PEG 6000 Menggunakan Metode Peleburan (Skripsi Sarjana, Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Palembang).
Wahyuni, R., Halim, A., & Febronica, S. (2014). Studi Sistem Dispersi Padat
Karbamazepin Menggunakan Campuran polimer PEG 6000 dan HPMC
Dengan Metode Pelarutan. Prosiding Seminar Nasional Dan Workshop
“Perkembangan Terkini Sains Farmasi Dan Klinik IV,” 220–227.
Bahan Baku
Karakteristik:
FTIR
SEM XRD
Uji Disolusi
Analisa Data
32
Lampiran 4. Skema Kerja Pembuatan Campuran Fisik Candesarttan –
PEG 6000
-Ditimbang
Candesartan – PEG 6000 sesuai perbandingan
Masa padatan
Dispersi padat
Candesrtan – PEG
6000
33
Lampiran 5. Skema Kerja Pembuatan Dispersi Padat Candesartan-
PEG 6000
-Ditimbang
Candesartan– PEG 6000 sesuai perbandingan
1: 1: 1:
Masa padatan
- Digerus
- Kemudian diayak dengan
ayakan mesh 20
Dispersi padat
Candesartan – PEG
6000
34
Lampiran 6. Skema Kerja Disolusi Dengan Alat Tipe Dayung
35
Lampiran 7. Perhitungan Formula Candesartan PEG 6000
1. Formula 1 (1:1)
1
Candesartan × 3 gram
2
=
= 1,5 gram
1
PEG 6000 × 3 gram
2
=
= 1,5 gram
2. Formula 2 (1:3)
1
Candesartan × 3 gram
4
=
= 0,75 gram
3
PEG 6000 × 3 gram
4
=
= 0,25 gram
3. Formula 3 (1:5)
1
Candesartan × 3 gram
6
=
= 0,5 gram
5
PEG 6000 × 3 gram
6
=
= 2,5 gram
36
Lampiran 8. Perhitungan Pembuatan Larutan Candesartan dengan
dalam berbagai Konsentrasi Pembuatan Larutan Induk
Candesartan 1000 ppm dalam 100 ml
1000ppm = x mg0,1 L
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x C1 = V2 x C2
37
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
larutan
dari induk dalam 10 ml
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000ppm = 10mlx16g/ml
V1 = 10 ml x 16g/ml 1000ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 = 10 ml x 18g/ml : 1000ppm
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,05 = 136,08 x 4000
-Natrium Hidroksida 6 M
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
Mol = 𝐵𝑀
x 𝑣
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
6 = 40 x 100
Gram = 24 gram
38
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
Lampiran 10. Perhitungan Bobot Kesetaraan Candesartan
39
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
Lampiran
dari 11. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Candesartan dalam Etanol
96% Pada Konsentrasi 10 ppm
40
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
Konsentrasi Absorbansi
10 0,307
12 0,369
14 0,432
16 0,495
18 0,565
Absorbansi
0.600
f(x) = 0.0321 x − 0.0158
0.500 R² = 0.999447127975325
0.400
Absorbansi
0.300 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
0.200
0.100
0.000
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Konsentrasi (µg/ml)
Lampiran 13. Hasil Perolehan Kembali Candesartan, Campuran Fisik, dan Dispersi
Padat
41
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari % % Perolehan
Formula Absorbansi Kadar (mg) Perolehan kembali rata-rata
kembali ± SD
0,231 76,885 76,885
0,236 78,442 78,442 78,235±1,259
CF 1:1
0,239 79,377 79,377
0,236 78,442 78,442
CF 1:3 0,239 79,377 79,377 150,47±0,43
0,234 77,819 77,819
0,227 154,66 154,66
CF 1:5 0,229 156,14 156,14 155,15±0,85
0,227 154,66 154,66
0,216 146,52 146,52
DP 1:1 0,217 147,26 147,26 147,01±0,43
0,217 147,26 147,26
0,223 151,7 151,7
DP 1:3 0,224 152,44 152,44 152,19±0,43
42
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari 0,224 152,44 152,44
0,228 155,4 155,4
DP 1:5 0,226 153,92 153,92 154,41±0,85
0,226 153,92 153,92
0,210 70,343 70,343
Candesartan 0,204 68,474 68,474 69,51±0,74
0,208 69,720 69,720
Perolehan regresi candesartan dalam etanol yaitu y = 0,0321x – 0,0158, timbang 100 mg
berdasarkan kesetaraan. Dilarutkan dengan dengan 100 ml, kemudian ambil 1 ml larutkan ad
Y = 0,0321x −¿ 0,0158
0,210 = 0,0321x −¿ 0,0158
0,210+0,0158
x =
0 ,0321
x = 7,0343 µg/ml
x = 0,0070343 mg/ml
10
Kadar = 0,0070343 mg/ml x 100 ml x = 70,343 mg
0 ,1
70,343 mg
% Perolehan kembali = x 100% = 70,343 %
100 mg
10
Kadar = 0,0068474 mg/ml x 100 ml x = 68,474 mg
0 ,1
68,474 mg
% Perolehan kembali = x 100% = 68,474%
100 mg
Y = 0,0321x −¿ 0,0158
0,208 = 0,0321x −¿ 0,0158
0,208+0,0158
x =
0 ,0321
x = 6,972 µg/ml
x = 0,006972mg/ml
10
Kadar = 0,006972mg/ml x 100 ml x = 69,720 mg
0 ,1
69 ,72 mg
% Perolehan kembali = x 100% = 69,720%
100 mg
44
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
45
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
Panjang
darigelombang 256 nm
Konsentrasi Absorbansi
10 0,355
12 0,424
14 0,499
18 0,575
16 0,641
Chart Title
0.700
0.600 f(x) = 0.03615 x − 0.00730000000000003
R² = 0.999466547356828
0.500
Absorbansi
0.400
Series2
0.300 Linear (Series2)
0.200
0.100
0.000
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Konsentrasi (µg/ml)
46
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
Lampiran 17.Hasil Uji Disolusi Candesartan Murni Menggunakan Medium Dapar Fosfat
pH 6,5
Menit %
% Zat terdisolusi rata-rata
(Waktu) Pengulangan Absorbansi Zat
± SD
Terdisolusi
1
0,185 32,37
5 2
0,187 32,71 32,77±0,42
3 0,190 33,22
1 0,204 35,59
10 2 0,203 35,42 35,48±0,09
3 0,203 35,42
1 0,211 36,78
15 2 0,209 36,44 36,50±0,25
3 0,208 36,27
1 0,218 37,96
30 2 0,217 37,79 37,91±0,09
3 0,218 37,96
1 0,239 41,52
45 2 0,239 41,52 41,64±0,19
3 0,241 41,86
60 1 0,251 43,56
2 0,250 43,39 43,39±0,17
3 0,249 43,22
47
Pembuatan larutan Candesartan dengan konsentrasi 16g/ml
dari
48