Moewardi Surakarta.
Abstrak
RSUD Dr Moewardi adalah rumah sakit pemerintah daerah Tingkat I propinsi Jawa
Tengah di Surakarta yang menjadi tempat pelayanan kesehatan. Salah satu sumber daya rumah
sakit yang penting adalah perbekalan farmasi yaitu obat yang merupakan sarana penting dalam
proses penyembuhan pasien. Obat yang harus disediakan sekitar 1200 jenis terbagi dalam obat
gawat darurat dan obat bukan gawat darurat. Obat gawat darurat bersifat Life Saving yang
diperlukan pada keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya
kematian dan kecacatan seumur hidup. Dalam melakukan pengendalian persediaan obat, rumah
sakit belum mengklasifikasikan nilai pemakaian obat dan tingkat kekritisannya melalui suatu
metode pengklasifikasian tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengendalian persediaan obat
dengan menentukan pembagian obat gawat darurat menggunakan analisis ABC berdasarkan nilai
pemakaian obat, dan analisis Vital/Essential/Desirable (VED) berdasarkan tingkat kekritisan
pemakaian obat. Dari penelitian pengendalian persediaan obat gawat darurat di Sub Gudang obat
Instalasi Farmasi RSUD Dr Moewardi dapat disimpulkan bahwa pada klasifikasi ABC dan VED
terdapat 49 jenis obat gawat darurat prioritas I dan 95 jenis obat gawat darurat prioritas II.
Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 63
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Obat ini bersifat life saving yang diperlukan Tabel 1. Tabel Matrik Analisis ABC dan
pada keadaan gawat darurat untuk Analisis VED
menyelamatkan jiwa atau mencegah Kategori Obat A B C
terjadinya kematian dan kecacatan seumur V AV BV CV
hidup. Berdasarkan kekritisan waktu E AE BE CE
pemberian obat kepada pasien obat gawat D AD BD CD
darurat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu Keterangan : Cetak Tebal = Prioritas I,
Obat kategori Vital, Essential dan Desirable Normal = Prioritas II
(VED). Obat kategori Vital adalah obat yang Sumber : V.R. Thawani et al (2004)
sangat dibutuhkan pasien dengan segera
untuk menyelamatkan hidup, obat kategori Perumusan Masalah
ini mutlak tersedia sepanjang waktu dalam Berdasarkan latar belakang
persediaan ruangan. Kekosongan obat jenis masalah, dapat dirumuskan permasalahan
ini akan berakibat fatal dan tidak dapat yaitu bagaimana mengklasifikasikan obat
ditoleransi. Obat kategori Essential adalah gawat darurat dengan menggunakan analisis
obat yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan ABC dan analisis VED untuk mempermudah
waktu pemberian obat lebih rendah pengendalian obat gawat darurat.
dibandingkan kategori vital, masih ada
toleransi kekosongan selama tidak lebih dari Tujuan Penelitian
24 jam. Obat kategori Desirable adalah obat Tujuan dari kegiatan penelitian ini
yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan adalah mengklasifikasikan obat gawat
waktu pemberian obat paling rendah darurat dengan menggunakan analisis ABC
dibandingkan Vital dan Essential, masih ada dan analisis VED untuk mempermudah
toleransi kekosongan selama tidak lebih dari pengendalian obat gawat darurat.
48 jam . Obat bukan gawat darurat
merupakan obat-obat selain obat gawat Manfaat Penelitian
darurat yang dibutuhkan oleh pasien rawat Manfaat yang ingin diperoleh
inap, rawat jalan maupun pasien umum. dengan adanya penelitian ini adalah
Dalam satu tahun, nilai pemakaian 144 jenis memberikan masukan kepada rumah sakit
obat mencapai Rp.4,7 M atau 39,18 % dari dalam merencanakan kebutuhan obat
total nilai pemakaian obat di RSUD Dr melalui klasifikasi obat gawat darurat.
Moewardi.
Mengingat banyaknya jenis obat Batasan Masalah
gawat darurat yang harus tersedia, maka Agar sasaran dalam studi lapangan
pada penelitian ini dilakukan pengelompokan ini tercapai, maka diperlukan batasan-
melalui analisis ABC dan VED terhadap obat batasan sebagai berikut :
jenis tersebut. Klasifikasi obat gawat darurat 1. Periode permintaan obat dan
dengan menggunakan analisis ABC dan pengeluaran obat yang diteliti adalah
analisis VED menurut V.R. Thawani et al periode tahunan.
(2004) yaitu dari analisis ABC dan VED 2. Obat yang diteliti adalah obat sistem beli
diperoleh matrik, berdasarkan matrik (non konsinyasi).
tersebut obat dibedakan dalam 2 prioritas.
Prioritas I merupakan obat yang TINJAUAN PUSTAKA
membutuhkan prioritas manajemen yang Manajemen Persediaan
lebih besar dalam pengendaliannya yaitu Persediaan adalah bahan atau
kelompok AV, AE, AD, BV, dan BE. Prioritas barang yang disimpan untuk memenuhi
II merupakan obat yang membutuhkan tujuan tertentu, misalnya untuk proses
prioritas manajemen yang lebih rendah produksi atau perakitan, untuk dijual kembali,
dalam pengendaliannya yaitu kelompok BD, dan untuk suku cadang bagi mesin.
CV, CE, dan CD (abjad pertama menyatakan Persediaan dapat berupa bahan mentah,
analisis ABC dan abjad kedua menyatakan bahan pembantu, barang dalam proses,
analisis VED). Matrik analisis ABC dan barang jadi, ataupun suku cadang. Tidak ada
analisis VED terlihat dalam Tabel 1. perusahaan yang beroperasi tanpa
persediaan, meskipun sebenarnya
persediaan hanyalah suatu sumber dana
yang menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti dana yang
terikat di dalamnya tidak dapat digunakan
untuk keperluan yang lain (Herjanto,1999).
64 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Menurut Herjanto (1999), sistem 4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit
pengendalian persediaan adalah mekanisme merupakan merupakan indikator yang
mengenai bagaimana mengelola masukan- lebih baik dibandingkan nilai penggunaan
masukan yang sehubungan dengan (usage value), namun analisis ABC boleh
persediaan menjadi output, di mana untuk itu digunalan sebagai indikator dari material-
diperlukan umpan balik agar output material mana (kelas A dan B) yang
memenuhi standar tertentu. seharusnya lebih aman disimpan dalam
Sistem Persediaan ABC ruangan terkunci untuk mencegah
Menurut Herjanto (1999), metode kehilangan, kerusakan atau pencurian.
pengendalian persediaan ABC didasarkan 5. Sistem pengisian kembali (replenishment
pada hubungan distribusi pendapatan yang system), dimana klasifikasi ABC akan
dikemukakan oleh Pareto bahwa distribusi membantu mengidentifikasikan metode
sebagian pendapatan (85%) terpusat pada pengendalian yang digunakan. Akan lebih
sebagian kecil individu (15%) dari total ekonomis apabila mengendalikan
populasi. Hubungan serupa juga terjadi material-material kelas C dengan simple
dalam persediaan. Sebagian kecil item two-bin system of replenisment (sinonim:
persediaan menyebabkan sebagian besar bin reserve system or visual review
ongkos persediaan keseluruhan. system) dan metode-metode yang lebih
Pengendalian ketat atas item-item dengan canggih untuk material-material kelas A
biaya yang tinggi akan membawa kepada dan B.
pengendalian yang efektif atas seluruh biaya 6. Keputusan investasi, karena material-
persediaan. Metode pengendalian material kelas A menggambarkan
persediaan untuk menangani hal ini dikenal investasi yang lebih besar dalam
sebagai metode ABC, menurut klasifikasi inventori, maka perlu lebih berhati-hati
persediaan. Persediaan yang bernilai tinggi dalam membuat keputusan tentang
digolongkan ke dalam kelas A, persediaan kuantitas pesanan dan stok pengaman
yang bernilai sedang digolongkan ke dalam terhadap material-material kelas A
kelas B, dan persediaan bernilai rendah dibandingkan terhadap materia-material
digolongkan ke dalam kelas C. Terdapat kelas B dan C.
perbedaan kebijaksanaan persediaan untuk
ketiga kelas ini. Investasi harus ditekan Analisis Vital, Essential, Desirable (VED)
untuk item persediaan kelas A dan B Menurut Thawani et al (2004),
sehingga kebijaksanaan minimasi ongkos klasifikasi obat menggunakan analisis VED
harus dilakukan dengan ketat. Item bertujuan untuk mengklasifikasikan obat
persediaan kelas C dapat disediakan agak berdasarkan kekritisan waktu pemberian
berlebihan dan dengan pengendalian obat kepada pasien. Kategori obat tersebut
longgar untuk mengurangi resiko kehabisan adalah :
persediaan. 1. Obat kategori Vital adalah obat yang
Penggunakan analisis ABC menurut sangat dibutuhkan pasien dengan
Fogarty et al (1991) adalah : segera untuk menyelamatkan hidup,
1. Frekuensi penghitungan inventori (cycle obat kategori mutlak tersedia sepanjang
counting), dimana material-material Kelas waktu dalam persediaan ruangan.
A harus diuji lebih sering dalam hal 2. Obat kategori Essential adalah obat
akurasi catatan inventori dibandingkan yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan
material-material kelas B atau C. waktu pemberian obat lebih rendah
2. Prioritas rekayasa (engineering), di mana daripada kategori vital.
material-material kelas A dan B 3. Obat kategori Desirable adalah obat
memberikan petunjuk pada bagian yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan
rekayasa dalam peningkatan program waktu pemberian obat paling rendah
reduksi biaya ketika mencari material- daripada Vital dan Essential. Obat ini
material tertentu yang perlu difokuskan. biasanya dalam sedian oral untuk
3. Prioritas pembelian (perolehan), dimana penanganan pasien lebih lanjut.
aktifitas pembelian seharusnya
difokuskan pada bahan-bahan baku Persediaan Obat Di rumah sakit
bernilai tinggi (high cost) dan Menurut Admadi (1995) dalam
penggunaan dalam jumlah tinggi (high Yuliastuti (2006), bagian farmasi dari suatu
usage). Fokus pada material-material rumah sakit, atau sering dikenal juga dengan
kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan sebutan ”Apotek”, adalah bentuk kegiatan
negoisasi. dari sekian banyak bagian kegiatan yang
Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 65
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
66 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Klasifikasi Obat Gawat Darurat kategori obat yang berupa obat kategori A,
menggunakan Analisis ABC dan Analisis B, dan C. Obat kategori A menggambarkan
VED. investasi yang lebih besar dalam inventori,
Klasifikasi obat gawat darurat maka perlu lebih berhati-hati dalam
menggunakan analisis ABC bertujuan untuk membuat keputusan tentang kuantitas
mengklasifikasikan obat dalam susunan pemesanan dan waktu pemesanan terhadap
menurun berdasarkan nilai investasi yang obat kategori A dibandingkan terhadap obat
terpakai (nilai pemakaian obat) per satuan kelas B dan C.
waktu. Hasil dari klasifikasi ini adalah
Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 67
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
68 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
1. Penentuan nilai pemakaian dari setiap 3. Mendaftar obat dalam rank persentase
obat gawat darurat. total nilai pemakaian dengan urutan
Nilai pemakaian obat diperoleh dari menurun dari terbesar sampai terkecil.
jumlah pemakaian obat dikali harga obat. Pada langkah ini persentase total nilai
Contoh nilai pemakaian obat item ke- 1 pemakaian diurutkan dari terbesar
adalah : sampai terkecil. Persentase total nilai
b1 R1 C1 pemakaian terbesar adalah Sevorane
(Sevoflurane) 250ml yaitu 8,35045% dan
= 170 X Rp. 2.310.000
persentase total nilai pemakaian terkecil
= Rp. 392.700.000
adalah Phenobarbital 30 mg tablet yaitu
2. Penentuan persentase nilai pemakaian
0,00125%.
dari setiap obat gawat darurat.
4. Mengklasifikasikan inventori obat ke
Total nilai pemakaian diperoleh dari
dalam kelas A, B, C dan V, E, D
penjumlahan nilai pemakaian obat ke-1
berdasarkan analisis ABC dan VED.
sampai obat ke- 144 adalah :
144
Membuat Matrik ABC – VED.
B bg
g 1
Membuat matrik berdasarkan hasil
analisis ABC dan VED, berdasarkan
matrik tersebut obat dibedakan dalam 2
B 392.700.000,- 287.941.500,- .... 58.660prioritas.
Rp 4.702.741.
Prioritas I279
merupakan obat yang
membutuhkan prioritas manajemen yang
Persentase nilai pemakaian diperoleh lebih besar dalam pengendaliannya yaitu
dari nilai pemakaian obat dibagi total nilai kelompok AV, AE, AD, BV, dan BE.
pemakaian dikali 100%. Contoh Prioritas II merupakan obat yang
persentase nilai pemakaian obat item ke- membutuhkan prioritas manajemen yang
1 adalah : lebih rendah dalam pengendalianya yaitu
b1 392.700.000 kelompok BD, CV, CE, dan CD (abjad
B1 100% 100% 8,35045 % menyatakan analisis ABC dan
pertama
B 4.702.741.279 abjad kedua menyatakan analisis VED).
Matrik analisis ABC dan VED terdapat
pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa obat dibutuhkan di Unit Gawat Darurat dan
prioritas I mengkonsumsi 88,13% dari total Instalasi bedah Sentral untuk menangani
nilai pemakaian. Obat jenis ini mempunyai /memberikan pertolongan pada pasien akut
nilai investasi dan pemakaian yang tinggi untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah
sehingga obat jenis ini membutuhkan kecatatan seumur hidup. Dari Tabel 2 juga
kontrol yang lebih. Misalnya obat kelas A terlihat ada obat kelas B kategori Desirable
kategori Vital diantaranya Sevorane ( yang mempunyai prosentase nilai
Sevoflurane ) 250 ml, Na Phenytoin inj, pemakaian terkecil, obat ini merupakan obat
Halothane 250 ml, Ringer Lactat 500 ml inf dalam sediaan oral untuk penyembuhan
plastik, OMZ inj 10ml, Plasbumin 25 % 50 pasien lebih lanjut. Dari segi pemakaiannnya
ml, Fluothane 250 ml, Dextrose 5 % 500 ml yang kecil dan dari tingkat kekritisannya
inf plastik, Plasbumin 20 % 50 ml, Recofol yang rendah (ada toleransi kekosongan)
20 ml inj. Obat tersebut mempunyai nilai maka obat ini tidak membutuhkan perhatian
pemakaian yang tinggi dan dari segi khusus. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
kekritisan pemakaian termasuk kategori Vital ada 17 obat kategori C yang merupakan
yang mutlak harus tersedia di sepanjang obat Vital, obat jenis ini tidak ada toleransi
waktu dalam persediaan ruangan, tidak ada kekosongan sehingga pengawasannya juga
toleransi kekosongan tehadap obat jenis ini harus diperhatikan jangan sampai terjadi
sehingga kontrol pengadaaannya harus kekosongan untuk obat jenis ini. Walaupun
diperhatikan. Obat jenis ini banyak jumlah obat kategori C Vital ini jenisnya
Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 69
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
cukup banyak tetapi total nilai pemakaiannya Gudang obat Instalasi Farmasi RSUD Dr
kecil yang berarti tingkat pemakaiannya Moewardi dapat disimpulkan bahwa dengan
sedikit. menggunakan klasifikasi ABC dan VED,
terdapat 49 jenis obat gawat darurat prioritas
Kesimpulan I dan 95 jenis obat gawat darurat prioritas II,
Dari penelitian pengendalian untuk mempermudah pengendalian obat
persediaan obat gawat darurat di Sub gawat darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, D.W. et al. (1991). Production & Inventory Mangement. South Western
Publishing Co.
Hari, Lukito (2012). Thesis. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan Klasifikasi ABC dan
Epidemiologi Klinik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam PKI Muhammadiyah
Kabupaten Tegal. Magister Manajemen, Universitas Soedirman, Purwokerto.
Suciati, Susi dan Adisasmito, Wiku. (2006). ”Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC
Indeks Kritis di Instalasi Farmasi”. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan No. 01
Maret (2006). Volume 09. Halaman 19-26.
Yuliastuti, Beti. (2006). Skripsi. Pengendalian Persediaan Obat Gawat Darurat di Sub Gudang
Obat Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
70 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867