Anda di halaman 1dari 8

Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

KLASIFIKASI OBAT GAWAT DARURAT MENGGUNAKAN ANALISIS ABC-


VED DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA

Oleh : Miftakhul ’Arfah Hadiani

Abstrak

RSUD Dr Moewardi adalah rumah sakit pemerintah daerah Tingkat I propinsi Jawa
Tengah di Surakarta yang menjadi tempat pelayanan kesehatan. Salah satu sumber daya rumah
sakit yang penting adalah perbekalan farmasi yaitu obat yang merupakan sarana penting dalam
proses penyembuhan pasien. Obat yang harus disediakan sekitar 1200 jenis terbagi dalam obat
gawat darurat dan obat bukan gawat darurat. Obat gawat darurat bersifat Life Saving yang
diperlukan pada keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya
kematian dan kecacatan seumur hidup. Dalam melakukan pengendalian persediaan obat, rumah
sakit belum mengklasifikasikan nilai pemakaian obat dan tingkat kekritisannya melalui suatu
metode pengklasifikasian tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengendalian persediaan obat
dengan menentukan pembagian obat gawat darurat menggunakan analisis ABC berdasarkan nilai
pemakaian obat, dan analisis Vital/Essential/Desirable (VED) berdasarkan tingkat kekritisan
pemakaian obat. Dari penelitian pengendalian persediaan obat gawat darurat di Sub Gudang obat
Instalasi Farmasi RSUD Dr Moewardi dapat disimpulkan bahwa pada klasifikasi ABC dan VED
terdapat 49 jenis obat gawat darurat prioritas I dan 95 jenis obat gawat darurat prioritas II.

Kata Kunci : Persediaan, Analisis ABC, Analisis VED, Matrik ABC-VED

PENDAHULUAN obat yaitu sistem beli (non konsinyasi) dan


Persediaan adalah suatu elemen sistem kontrak (konsinyasi). Dalam sistem
yang penting dalam operasional badan beli, obat dipesan dan langsung dibayar
usaha. Tanpa adanya persediaan badan setelah obat datang, sedangkan dalam
usaha akan dihadapkan pada risiko tidak sistem kontrak (konsinyasi) pihak rumah
dapat memenuhi kebutuhan para langganan sakit melakukan kontrak dengan supplier
sehingga mengakibatkan target pelayanan kemudian obat dipesan dan pembayaran
terhadap pelanggan tidak terpenuhi. dilakukan setelah obat laku, apabila tidak
Pengendalian persediaan obat laku obat boleh dikembalikan sesuai dengan
memiliki arti yang sangat penting karena persetujuan dalam kontrak. Kebijakan sistem
merupakan salah satu faktor yang kontrak (konsinyasi) ini untuk menghindari
mempengaruhi pelayanan rumah sakit. kekurangan dana.
Pengendalian persediaan obat di RSUD DR Pengendalian persediaan obat di
Moewardi dipusatkan di bagian Instalasi Sub Gudang Obat Instalasi Farmasi
Farmasi khususnya bagian Sub Gudang membutuhkan kontrol yang lebih karena
Obat. Sub Gudang obat memenuhi melibatkan ribuan obat dan puluhan supplier.
permintaan obat dari Apotek Gawat Darurat, Rumah sakit saat ini belum memisahkan
Apotek rawat Jalan (1,2,3), Apotek Rawat kontrol terhadap jenis-jenis obat yang
Intensif, Apotek Mawar (1,2,3), Apotek Melati dipesan.
(1,2,3), Apotek Anggrek (1,2,3), Apotek Berdasarkan sifat pemakaiannya
Cendana (1,2,3), Apotek Instalasi Bedah obat-obat yang tertuang dalam Formularium
Sentral. Obat yang harus disediakan oleh Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis
Instalasi farmasi tertuang dalam yaitu obat gawat darurat dan obat bukan
Formularium Rumah Sakit yaitu sekitar 1200 gawat darurat. Obat gawat darurat
jenis terdiri dari obat bukan generik berlogo merupakan sebagian dari obat-obatan yang
dan generik berlogo serta dipesan dari 19 harus ada dalam persediaan ruangan, obat
supplier. ini mutlak harus selalu tersedia di setiap
Selama ini rumah sakit mempunyai ruangan karena pengaruhnya yang begitu
kebijakan mengenai biaya yang harus besar terhadap pelayanan yang terkait.
dikeluarkan untuk pengadaan obat.
Anggaran pengadaan obat ditetapkan untuk
satu tahun kemudian dibagi untuk tiap
bulannya. Ada dua kebijakan pengadaan *) Dosen Teknik Industri
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 63
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Obat ini bersifat life saving yang diperlukan Tabel 1. Tabel Matrik Analisis ABC dan
pada keadaan gawat darurat untuk Analisis VED
menyelamatkan jiwa atau mencegah Kategori Obat A B C
terjadinya kematian dan kecacatan seumur V AV BV CV
hidup. Berdasarkan kekritisan waktu E AE BE CE
pemberian obat kepada pasien obat gawat D AD BD CD
darurat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu Keterangan : Cetak Tebal = Prioritas I,
Obat kategori Vital, Essential dan Desirable Normal = Prioritas II
(VED). Obat kategori Vital adalah obat yang Sumber : V.R. Thawani et al (2004)
sangat dibutuhkan pasien dengan segera
untuk menyelamatkan hidup, obat kategori Perumusan Masalah
ini mutlak tersedia sepanjang waktu dalam Berdasarkan latar belakang
persediaan ruangan. Kekosongan obat jenis masalah, dapat dirumuskan permasalahan
ini akan berakibat fatal dan tidak dapat yaitu bagaimana mengklasifikasikan obat
ditoleransi. Obat kategori Essential adalah gawat darurat dengan menggunakan analisis
obat yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan ABC dan analisis VED untuk mempermudah
waktu pemberian obat lebih rendah pengendalian obat gawat darurat.
dibandingkan kategori vital, masih ada
toleransi kekosongan selama tidak lebih dari Tujuan Penelitian
24 jam. Obat kategori Desirable adalah obat Tujuan dari kegiatan penelitian ini
yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan adalah mengklasifikasikan obat gawat
waktu pemberian obat paling rendah darurat dengan menggunakan analisis ABC
dibandingkan Vital dan Essential, masih ada dan analisis VED untuk mempermudah
toleransi kekosongan selama tidak lebih dari pengendalian obat gawat darurat.
48 jam . Obat bukan gawat darurat
merupakan obat-obat selain obat gawat Manfaat Penelitian
darurat yang dibutuhkan oleh pasien rawat Manfaat yang ingin diperoleh
inap, rawat jalan maupun pasien umum. dengan adanya penelitian ini adalah
Dalam satu tahun, nilai pemakaian 144 jenis memberikan masukan kepada rumah sakit
obat mencapai Rp.4,7 M atau 39,18 % dari dalam merencanakan kebutuhan obat
total nilai pemakaian obat di RSUD Dr melalui klasifikasi obat gawat darurat.
Moewardi.
Mengingat banyaknya jenis obat Batasan Masalah
gawat darurat yang harus tersedia, maka Agar sasaran dalam studi lapangan
pada penelitian ini dilakukan pengelompokan ini tercapai, maka diperlukan batasan-
melalui analisis ABC dan VED terhadap obat batasan sebagai berikut :
jenis tersebut. Klasifikasi obat gawat darurat 1. Periode permintaan obat dan
dengan menggunakan analisis ABC dan pengeluaran obat yang diteliti adalah
analisis VED menurut V.R. Thawani et al periode tahunan.
(2004) yaitu dari analisis ABC dan VED 2. Obat yang diteliti adalah obat sistem beli
diperoleh matrik, berdasarkan matrik (non konsinyasi).
tersebut obat dibedakan dalam 2 prioritas.
Prioritas I merupakan obat yang TINJAUAN PUSTAKA
membutuhkan prioritas manajemen yang Manajemen Persediaan
lebih besar dalam pengendaliannya yaitu Persediaan adalah bahan atau
kelompok AV, AE, AD, BV, dan BE. Prioritas barang yang disimpan untuk memenuhi
II merupakan obat yang membutuhkan tujuan tertentu, misalnya untuk proses
prioritas manajemen yang lebih rendah produksi atau perakitan, untuk dijual kembali,
dalam pengendaliannya yaitu kelompok BD, dan untuk suku cadang bagi mesin.
CV, CE, dan CD (abjad pertama menyatakan Persediaan dapat berupa bahan mentah,
analisis ABC dan abjad kedua menyatakan bahan pembantu, barang dalam proses,
analisis VED). Matrik analisis ABC dan barang jadi, ataupun suku cadang. Tidak ada
analisis VED terlihat dalam Tabel 1. perusahaan yang beroperasi tanpa
persediaan, meskipun sebenarnya
persediaan hanyalah suatu sumber dana
yang menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti dana yang
terikat di dalamnya tidak dapat digunakan
untuk keperluan yang lain (Herjanto,1999).

64 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Menurut Herjanto (1999), sistem 4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit
pengendalian persediaan adalah mekanisme merupakan merupakan indikator yang
mengenai bagaimana mengelola masukan- lebih baik dibandingkan nilai penggunaan
masukan yang sehubungan dengan (usage value), namun analisis ABC boleh
persediaan menjadi output, di mana untuk itu digunalan sebagai indikator dari material-
diperlukan umpan balik agar output material mana (kelas A dan B) yang
memenuhi standar tertentu. seharusnya lebih aman disimpan dalam
Sistem Persediaan ABC ruangan terkunci untuk mencegah
Menurut Herjanto (1999), metode kehilangan, kerusakan atau pencurian.
pengendalian persediaan ABC didasarkan 5. Sistem pengisian kembali (replenishment
pada hubungan distribusi pendapatan yang system), dimana klasifikasi ABC akan
dikemukakan oleh Pareto bahwa distribusi membantu mengidentifikasikan metode
sebagian pendapatan (85%) terpusat pada pengendalian yang digunakan. Akan lebih
sebagian kecil individu (15%) dari total ekonomis apabila mengendalikan
populasi. Hubungan serupa juga terjadi material-material kelas C dengan simple
dalam persediaan. Sebagian kecil item two-bin system of replenisment (sinonim:
persediaan menyebabkan sebagian besar bin reserve system or visual review
ongkos persediaan keseluruhan. system) dan metode-metode yang lebih
Pengendalian ketat atas item-item dengan canggih untuk material-material kelas A
biaya yang tinggi akan membawa kepada dan B.
pengendalian yang efektif atas seluruh biaya 6. Keputusan investasi, karena material-
persediaan. Metode pengendalian material kelas A menggambarkan
persediaan untuk menangani hal ini dikenal investasi yang lebih besar dalam
sebagai metode ABC, menurut klasifikasi inventori, maka perlu lebih berhati-hati
persediaan. Persediaan yang bernilai tinggi dalam membuat keputusan tentang
digolongkan ke dalam kelas A, persediaan kuantitas pesanan dan stok pengaman
yang bernilai sedang digolongkan ke dalam terhadap material-material kelas A
kelas B, dan persediaan bernilai rendah dibandingkan terhadap materia-material
digolongkan ke dalam kelas C. Terdapat kelas B dan C.
perbedaan kebijaksanaan persediaan untuk
ketiga kelas ini. Investasi harus ditekan Analisis Vital, Essential, Desirable (VED)
untuk item persediaan kelas A dan B Menurut Thawani et al (2004),
sehingga kebijaksanaan minimasi ongkos klasifikasi obat menggunakan analisis VED
harus dilakukan dengan ketat. Item bertujuan untuk mengklasifikasikan obat
persediaan kelas C dapat disediakan agak berdasarkan kekritisan waktu pemberian
berlebihan dan dengan pengendalian obat kepada pasien. Kategori obat tersebut
longgar untuk mengurangi resiko kehabisan adalah :
persediaan. 1. Obat kategori Vital adalah obat yang
Penggunakan analisis ABC menurut sangat dibutuhkan pasien dengan
Fogarty et al (1991) adalah : segera untuk menyelamatkan hidup,
1. Frekuensi penghitungan inventori (cycle obat kategori mutlak tersedia sepanjang
counting), dimana material-material Kelas waktu dalam persediaan ruangan.
A harus diuji lebih sering dalam hal 2. Obat kategori Essential adalah obat
akurasi catatan inventori dibandingkan yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan
material-material kelas B atau C. waktu pemberian obat lebih rendah
2. Prioritas rekayasa (engineering), di mana daripada kategori vital.
material-material kelas A dan B 3. Obat kategori Desirable adalah obat
memberikan petunjuk pada bagian yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan
rekayasa dalam peningkatan program waktu pemberian obat paling rendah
reduksi biaya ketika mencari material- daripada Vital dan Essential. Obat ini
material tertentu yang perlu difokuskan. biasanya dalam sedian oral untuk
3. Prioritas pembelian (perolehan), dimana penanganan pasien lebih lanjut.
aktifitas pembelian seharusnya
difokuskan pada bahan-bahan baku Persediaan Obat Di rumah sakit
bernilai tinggi (high cost) dan Menurut Admadi (1995) dalam
penggunaan dalam jumlah tinggi (high Yuliastuti (2006), bagian farmasi dari suatu
usage). Fokus pada material-material rumah sakit, atau sering dikenal juga dengan
kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan sebutan ”Apotek”, adalah bentuk kegiatan
negoisasi. dari sekian banyak bagian kegiatan yang

Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 65
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

umumnya terdapat dalam suatu rumah sakit, Dengan meningkatnya pengetahuan


yang bertugas/bertindak sebagai penyalur dan ekonomi masyarakat menyebabkan
obat-obatan dan barang kesehatan lainnya, makin meningkat pula kebutuhan
bagi pasien atau orang yang membutuhkan. masyarakat terhadap pelayanan
Sehingga keberadaan suatu apotek kefarmasian. Aspek terpenting dari
mempunyai peran yang sangat besar bagi pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan
pemulihan kesehatan dan keselamatan jiwa penggunaan obat, ini harus termasuk
seseorang, serta membantu/mendukung perencanaan untuk menjamin ketersediaan,
tugas dokter dalam upaya penyembuhan keamanan dan keefektifan penggunaan
pasien. Dengan perkataan lain, apotek obat. Mengingat besarnya kontribusi instalasi
adalah suatu bagian yang tidak dapat farmasi dalam kelancaran pelayanan dan
diabaikan dalam sistem pelayanan juga merupakan instalasi yang memberikan
kesehatan. Oleh karena itu, suatu apotek sumber pemasukan terbesar di RS, maka
harus selalu mempunyai persediaan yang perbekalan barang farmasi memerlukan
cukup akan perbekalan farmasi termasuk suatu pengelolaan secara cermat dan penuh
obat-obatan, sehingga dapat segera tanggung jawab (Suciati dan Adisasmito,
memenuhi permintaan. Kekurangan atau 2006).
tidak tersedianya suatu obat yang diperlukan Penggunaan Klasifikasi ABC secara
oleh seorang pasien dapat berakibat fatal efektif dapat membantu rumah sakit dalam
bagi jiwa pasien tersebut. Di lain pihak membuat perencanaan obat dengan
persediaan perbekalan farmasi, khususnya mempertimbangkan aspek pemakaian dan
yang berupa obat-obatan mempunyai nilai investasi. Klasifikasi ini akan sangat
kadaluarsa tertentu, sehingga penyimpanan diperlukan untuk variasi obat yang cukup
obat-obatan juga harus memperhatikan luas, sehingga akan mempermudah dalam
masa kadaluarsanya. Selain itu, pada sistem pencatatan dan pelaporannya (Hari,
umumnya harga obat cukup mahal, sehingga 2012).
penyimpanan obat-obatan yang terlalu
banyak juga berarti investasi yang tidak METODOLOGI PENELITIAN
sedikit. Jika pemakaian obat-obatan tersebut Pengumpulan Data
agak lambat atau bahkan frekuensinya kecil, Data yang dikumpulkan yaitu data
berarti terjadi stagnasi modal. sekunder yang diperoleh dalam bentuk yang
Yusmainita (2005) dalam Suciati dan sudah jadi dan dikumpulkan oleh pihak
Adisasmito (2006) menyebutkan bahwa RSUD DR Moewardi. Data-data tersebut
pelayanan farmasi merupakan pelayanan diperoleh dari bagian sub gudang obat
penunjang dan sekaligus merupakan Instalasi Farmasi RSUD DR Moewardi. Data
revenue center utama. Hal tersebut sekunder yang dikumpulkan berupa :
mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan 1. Data Obat gawat darurat
kesehatan di rumah sakit menggunakan 2. Data Status Persediaan Obat gawat
perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan darurat
kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan 3. Data Nilai Pemakaian Obat gawat darurat
habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 4. Data Kebutuhan Aktual Obat gawat
50% dari seluruh pemasukan RS berasal darurat
dari pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk Pengolahan Data
itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak Pada tahap ini, data-data yang telah
dikelola secara cermat dan penuh tanggung diperoleh pada tahap pengumpulan data,
jawab maka dapat diprediksi bahwa kemudian dilakukan pengolahan terhadap
pendapatan RS akan mengalami penurunan. data-data tersebut. Langkah-langkah
penelitian bisa dilihat pada Gambar 1.

66 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Klasifikasi Obat Gawat Darurat kategori obat yang berupa obat kategori A,
menggunakan Analisis ABC dan Analisis B, dan C. Obat kategori A menggambarkan
VED. investasi yang lebih besar dalam inventori,
Klasifikasi obat gawat darurat maka perlu lebih berhati-hati dalam
menggunakan analisis ABC bertujuan untuk membuat keputusan tentang kuantitas
mengklasifikasikan obat dalam susunan pemesanan dan waktu pemesanan terhadap
menurun berdasarkan nilai investasi yang obat kategori A dibandingkan terhadap obat
terpakai (nilai pemakaian obat) per satuan kelas B dan C.
waktu. Hasil dari klasifikasi ini adalah

Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 67
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Langkah-langkah yang dilakukan segera untuk menyelamatkan hidup,


dalam analisis ABC adalah sebagai berikut : obat kategori mutlak tersedia
1. Penentuan nilai pemakaian dari setiap sepanjang waktu dalam persediaan
obat gawat darurat. ruangan. Kekosongan obat jenis ini
Nilai pemakaian obat ke- g diperoleh dari akan berakibat fatal dan tidak dapat
jumlah pemakaian obat ke- g dikali harga ditoleransi. Obat kategori Essential
obat ke- g adalah obat yang dibutuhkan oleh
bg  R g  C g pasien, kekritisan waktu pemberian
obat lebih rendah daripada kategori
Keterangan : vital, masih ada toleransi
bg : Nilai pemakaian obat ke- g kekosongan selama tidak lebih dari
(Rupiah) 24 jam. Obat kategori Desirable
Rg : Jumlah kebutuhan obat ke- g (Unit) adalah obat yang dibutuhkan oleh
Cg : Harga obat ke- g (Rupiah) pasien, kekritisan waktu pemberian
obat paling rendah daripada Vital
2. Penentuan persentase nilai pemakaian dan Essential. Obat ini biasanya
dari setiap obat gawat darurat. dalam sediaan oral untuk
Total nilai pemakaian obat diperoleh dari penanganan pasien lebih lanjut,
penjumlahan nilai pemakaian obat ke- g masih ada toleransi kekosongan
sampai obat ke- h . selama tidak lebih dari 48 jam.
h
B   bg
Status obat kategori Vital, Essential,
Desirable berdasarkan data dari
g 1
RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Persentase nilai pemakaian diperoleh 5. Membuat Matrik ABC – VED.
dari nilai pemakaian obat ke-g dibagi total Membuat matrik berdasarkan hasil
nilai pemakaian dikali 100%. analisis ABC dan VED, berdasarkan
bg matrik tersebut obat dibedakan dalam
Bg   100 % dua prioritas. Prioritas I merupakan obat
B yang membutuhkan prioritas manajemen
Keterangan :
yang lebih besar dalam pengendaliannya
bg : Nilai pemakaian obat ke- g yaitu kelompok AV, AE, AD, BV, dan BE.
(Rupiah) Prioritas II merupakan obat yang
B : Total nilai pemakaian obat (Rupiah)
membutuhkan prioritas manajemen yang
Bg : Persentase nilai pemakaian obat
lebih rendah dalam pengendalianya yaitu
(%)
kelompok BD, CV, CE, dan CD (abjad
3. Mendaftar obat dalam rank persentase
pertama menyatakan analisis ABC dan
nilai pemakaian dengan urutan menurun abjad kedua menyatakan analisis VED).
dari terbesar sampai terkecil.
4. Mengklasifikasikan inventori obat ke HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam kategori A, B, C dan V, E, D Klasifikasi Obat Gawat Darurat
berdasarkan analisis ABC dan VED. menggunakan Analisis ABC dan Analisis
Menurut Herjanto (1999), kriteria masing- VED.
masing kelas adalah : Klasifikasi obat gawat darurat
a. Obat yang mengkonsumsi 70% total menggunakan analisis ABC bertujuan untuk
nilai pemakaian obat dimasukkan
mengklasifikasikan obat dalam susunan
dalam Grup A.
menurun berdasarkan nilai investasi yang
b. Obat yang mengkonsumsi 20% total
terpakai (nilai pemakaian obat) per satuan
nilai pemakaian obat dimasukkan waktu. Hasil dari klasifikasi ini adalah
dalam Grup B. kategori obat yang berupa obat kategori A,
c. Obat yang mengkonsumsi 10% total
B, dan C. Obat kategori A menggambarkan
nilai pemakaian obat dimasukkan
investasi yang lebih besar dalam inventori,
dalam Grup C.
maka perlu lebih berhati-hati dalam
Klasifikasi obat gawat darurat
membuat keputusan tentang kuantitas
menggunakan analisis VED pemesanan dan waktu pemesanan terhadap
bertujuan untuk mengklasifikasikan obat kategori A dibandingkan terhadap obat
obat berdasarkan kekritisan waktu
kelas B dan C.
pemberian obat kepada pasien. Obat
Langkah-langkah yang dilakukan
kategori Vital adalah obat yang
dalam analisis ABC adalah sebagai berikut :
sangat dibutuhkan pasien dengan

68 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

1. Penentuan nilai pemakaian dari setiap 3. Mendaftar obat dalam rank persentase
obat gawat darurat. total nilai pemakaian dengan urutan
Nilai pemakaian obat diperoleh dari menurun dari terbesar sampai terkecil.
jumlah pemakaian obat dikali harga obat. Pada langkah ini persentase total nilai
Contoh nilai pemakaian obat item ke- 1 pemakaian diurutkan dari terbesar
adalah : sampai terkecil. Persentase total nilai
b1  R1  C1 pemakaian terbesar adalah Sevorane
(Sevoflurane) 250ml yaitu 8,35045% dan
= 170 X Rp. 2.310.000
persentase total nilai pemakaian terkecil
= Rp. 392.700.000
adalah Phenobarbital 30 mg tablet yaitu
2. Penentuan persentase nilai pemakaian
0,00125%.
dari setiap obat gawat darurat.
4. Mengklasifikasikan inventori obat ke
Total nilai pemakaian diperoleh dari
dalam kelas A, B, C dan V, E, D
penjumlahan nilai pemakaian obat ke-1
berdasarkan analisis ABC dan VED.
sampai obat ke- 144 adalah :
144
Membuat Matrik ABC – VED.
B  bg
g 1
Membuat matrik berdasarkan hasil
analisis ABC dan VED, berdasarkan
matrik tersebut obat dibedakan dalam 2

B  392.700.000,-  287.941.500,-  ....  58.660prioritas. 
 Rp 4.702.741.
Prioritas I279
merupakan obat yang
membutuhkan prioritas manajemen yang
Persentase nilai pemakaian diperoleh lebih besar dalam pengendaliannya yaitu
dari nilai pemakaian obat dibagi total nilai kelompok AV, AE, AD, BV, dan BE.
pemakaian dikali 100%. Contoh Prioritas II merupakan obat yang
persentase nilai pemakaian obat item ke- membutuhkan prioritas manajemen yang
1 adalah : lebih rendah dalam pengendalianya yaitu
b1 392.700.000 kelompok BD, CV, CE, dan CD (abjad
B1   100%   100%  8,35045 % menyatakan analisis ABC dan
pertama
B 4.702.741.279 abjad kedua menyatakan analisis VED).
Matrik analisis ABC dan VED terdapat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Matrik Analisis ABC dan Analisis VED


Kategori Obat A B C
Persentase Jmh Obat Persentase Jmh Obat Persentase Jmh Obat
V 36,92 11 12,4826 17 1,58 17
E 22,68 9 6,2789 9 4,51 41
D 9,77 3 0,9005 1 4,88 36
Keterangan : Cetak Tebal : Prioritas I, Normal : Prioritas II

Dari Tabel 2 terlihat bahwa obat dibutuhkan di Unit Gawat Darurat dan
prioritas I mengkonsumsi 88,13% dari total Instalasi bedah Sentral untuk menangani
nilai pemakaian. Obat jenis ini mempunyai /memberikan pertolongan pada pasien akut
nilai investasi dan pemakaian yang tinggi untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah
sehingga obat jenis ini membutuhkan kecatatan seumur hidup. Dari Tabel 2 juga
kontrol yang lebih. Misalnya obat kelas A terlihat ada obat kelas B kategori Desirable
kategori Vital diantaranya Sevorane ( yang mempunyai prosentase nilai
Sevoflurane ) 250 ml, Na Phenytoin inj, pemakaian terkecil, obat ini merupakan obat
Halothane 250 ml, Ringer Lactat 500 ml inf dalam sediaan oral untuk penyembuhan
plastik, OMZ inj 10ml, Plasbumin 25 % 50 pasien lebih lanjut. Dari segi pemakaiannnya
ml, Fluothane 250 ml, Dextrose 5 % 500 ml yang kecil dan dari tingkat kekritisannya
inf plastik, Plasbumin 20 % 50 ml, Recofol yang rendah (ada toleransi kekosongan)
20 ml inj. Obat tersebut mempunyai nilai maka obat ini tidak membutuhkan perhatian
pemakaian yang tinggi dan dari segi khusus. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
kekritisan pemakaian termasuk kategori Vital ada 17 obat kategori C yang merupakan
yang mutlak harus tersedia di sepanjang obat Vital, obat jenis ini tidak ada toleransi
waktu dalam persediaan ruangan, tidak ada kekosongan sehingga pengawasannya juga
toleransi kekosongan tehadap obat jenis ini harus diperhatikan jangan sampai terjadi
sehingga kontrol pengadaaannya harus kekosongan untuk obat jenis ini. Walaupun
diperhatikan. Obat jenis ini banyak jumlah obat kategori C Vital ini jenisnya

Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867 69
Miftakhul Arfah Hadiani : Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

cukup banyak tetapi total nilai pemakaiannya Gudang obat Instalasi Farmasi RSUD Dr
kecil yang berarti tingkat pemakaiannya Moewardi dapat disimpulkan bahwa dengan
sedikit. menggunakan klasifikasi ABC dan VED,
terdapat 49 jenis obat gawat darurat prioritas
Kesimpulan I dan 95 jenis obat gawat darurat prioritas II,
Dari penelitian pengendalian untuk mempermudah pengendalian obat
persediaan obat gawat darurat di Sub gawat darurat.

DAFTAR PUSTAKA

Fogarty, D.W. et al. (1991). Production & Inventory Mangement. South Western
Publishing Co.

Hari, Lukito (2012). Thesis. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan Klasifikasi ABC dan
Epidemiologi Klinik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam PKI Muhammadiyah
Kabupaten Tegal. Magister Manajemen, Universitas Soedirman, Purwokerto.

Herjanto, Eddy. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, Jakarta.

Suciati, Susi dan Adisasmito, Wiku. (2006). ”Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC
Indeks Kritis di Instalasi Farmasi”. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan No. 01
Maret (2006). Volume 09. Halaman 19-26.

Thawani VR et al. (2004) “ Economic analysis of drug expenditure in Government Medical


College hospital, Nagpur.” The Indian Journal of Pharmacology 36 (2004). Page 15-19.

Yuliastuti, Beti. (2006). Skripsi. Pengendalian Persediaan Obat Gawat Darurat di Sub Gudang
Obat Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

70 Jurnal Teknik WAKTU Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867

Anda mungkin juga menyukai