RASMAH
NIM : D1B121257
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
SKRIPSI
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi
RASMAH
NIM : D1B121257
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Farmasi
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Pada hari ini Rabu tanggal 30 Agustus tahun 2023, bertempat di ruang Fakultas
Nama : Rasmah
NIM : D1B121257
Jenjang : Strata I
Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes. apt. Ahmad Irsyad Aliah, M.Si.
NIDN : 00 311268 04 NIDN : 09 270997 01
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang merupakan salah satu
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi penyusunan
maupun dari pandangan pengetahuan, oleh karena itu penulis mengharap adanya
saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari semua demi
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan yang
penulis hadapi, namun atas bantuan bimbingan dan kerjasama dari semua pihak
yang terlibat di dalamnya sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi
dengan baik. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan segala hormat dan
besarnya kepada yang terhormat Bapak Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes. selaku
pembimbing pertama dan yang terhormat Bapak Mansyur, S.Pd.I., M.Pd. selaku
pembimbing kedua, serta yang terhormat Ibu apt. Nurhikma A, S.Farm., M.Si
selaku penguji utama dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada
penulis.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH., MH., MKn. Selaku Pembina YPI Megarezky
Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH., Selaku ketua YPI Megarezky Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD.Sp.JP(K). selaku Rektor
4. Bapak Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Farmasi
5. Bapak apt. Ahmad Irsyad Aliah, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1
6. Bapak, Ibu Dosen dan Staf serta para Laboran yang telah membantu
8. Teman-teman penghuni grub Apa Kabar Judul? (Kak Isma, Yuniar, Kiki, Lisa,
Jenjang Angkatan 2021 yang secara langsung maupun tidak langsung telah
tua tercinta, Ayahanda Abd. Rahman dan Ibunda Masrah atas segala curahan
kasih sayang, pengorbanan dan doa restu yang diberikan secara tulus kepada
penulis, dan kepada seluruh keluarga besar penulis atas doa dan segala
Semoga semua bantuan dari semua pihak mendapatkan pahala yang sebesar-
besarnya dari Allah SWT, dan hasil penelitian ini dapat menjadi bacaan yang
bermanfaat. Amin !
Rasmah
ABSTRAK
Kata Kunci : Ekstrak etanol kulit jeruk purut, krim, nilai Sun Protection Factor
(SPF), stabilitas
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xiiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
B. Ekstraksi......................................................................................................10
C. Kulit............................................................................................................16
D. Uraian Krim................................................................................................19
E. Sinar Ultraviolet..........................................................................................22
F. Tabir Surya..................................................................................................25
I. Monografi Bahan........................................................................................35
J. Kerangka Konsep........................................................................................39
K. Hipotesis .....................................................................................................40
L. Definisi Operasional...................................................................................40
A. Desain Penelitian.........................................................................................41
E. Cara Kerja...................................................................................................42
F. Analisis Data...............................................................................................50
B. Pembahasan ..................................................................................................55
BAB V PENUTUP.........................................................................................................68
A. Kesimpulan.................................................................................................68
B. Saran............................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 69
LAMPIRAN.................................................................................................................... 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.3 Normalized Product Function Yang Digunakan Pada Kalkulasi SPF
Halaman
Halaman
Lampiran 8. Dokumentasi.....................................................................................97
Lampiran 9. Persuratan.......................................................................................110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis karena terletak pada
terhadap kulit dari sinar matahari. Dampak dari sinar matahari dapat berupa
pada frekuensi dan lamanya paparan, sensitivitas tiap individu yang terpapar dan
Paparan sinar matahari pada kulit yang berulang dan terjadi secara terus
kulit, baik itu dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang. Paparan berulang
sinar matahari dalam jangka waktu yang pendek dapat mengakibatkan eritema
(kemerahan) pada kulit yang biasa disebut sunburn. Eritema diikuti oleh aktivasi
nantinya akan menggelapkan warna kulit. Adapun efek jangka panjang dari
paparan sinar matahari secara berulang dan terus menerus tanpa perlindungan,
yakni hilangnya elastisitas kulit yang ireversibel yang nantinya dapat berkembang
menjadi kanker kulit, baik itu kanker melanoma maupun non-melanoma. Tingkat
kerusakan kulit tergantung pada durasi paparan, lokasi geografis, faktor usia,
1
2
sebagian dari total insiden kanker di dunia adalah termasuk insiden kanker pada
kulit. Pada negara kita Indonesia, kasus kanker pada kulit memiliki persentase
menduduki posisi ketiga setelah kanker serviks dan kanker payudara. Faktor-
faktor seperti genetik, pola hidup serta adanya infeksi virus bisa menjadi
penyebab dari kanker kulit. Faktor utama timbulnya kanker kulit adalah karena
terpapar sinar UV dalam jangka waktu yang cukup lama dan terus menerus pada
area yang sangat jarang ditutup ketika bekerja diluar rumah (Paonganan & Vifta,
2022).
Kanker kulit masuk dalam 15 besar kanker yang umum terjadi di Indonesia.
Prevalensi terakhir di tahun 2018, disebutkan bahwa terdapat sekitar 6.170 kasus
kanker kulit non-melanoma dan 1.392 kasus kanker kulit melanoma. Terdapat tiga
tipe kanker yang sering terjadi, diantaranya yakni karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel basal, dimana kedua tipe ini masih memiliki peluang untuk sembuh
namun akan tetap meninggalkan bekas. Tipe yang ketiga yaitu melanoma yang
merupakan tipe kanker kulit yang berbahaya dan banyak menyebabkan kematian.
Diketahui bahwa ketiga tipe kanker kulit ini terjadi akibat efek bahaya sinar
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang
penggunaan tabir surya. Tabir surya dikenal sebagai sediaan kosmetik skincare
yang dapat melindungi kulit akibat paparan sinar matahari dan mengandung bahan
3
(fisika) dan filter UV organik (kimiawi). Filter organik bekerja dengan cara
dikenal sebagai sediaan yang memiliki peranan penting untuk diaplikasikan pada
dengan menentukan nilai Sun Protection Factor (SPF) (Tahar dkk., 2019). Nilai
mencapai Minimal Erythema Dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu
tabir surya dibagi dengan jumlah energi UV yang diperlukan untuk mencapai
Minimal Erythema Dose (MED) pada kulit yang tidak terproteksi (Meliala dkk.,
2020). Minimal Erythema Dose (MED) adalah waktu dasar minimal atau dosis
(energi radiasi UV) yang dibutuhkan agar menyebabkan efek eritema yang
minimal, senyawa yang terkandung pada tabir surya dapat menahan sinar UV
dengan frekuensi panjang gelombang 290 nm hingga 450 nm, sehingga sangat
penting untuk melakukan pencarian senyawa aktif yang diperoleh dari bahan alam
untuk digunakan sebagai bahan tabir surya alami (Harningsih & Larassati, 2020).
Kemajuan perkembangan tabir surya saat ini dibuat dari bahan-bahan alami
karena kesadaran dari masyarakat bahwa bahan-bahan alami lebih aman untuk
digunakan dan memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada bahan sintesis.
dampak yang akan ditimbulkan pada kulit akibat radiasi sinar matahari telah
4
oleh cahaya ultraviolet. Kulit buah jeruk purut merupakan bagian buah yang
namun pada beberapa penelitian mengatakan bahwa kulit buah jeruk purut
dkk., 2018)
Senyawa antioksidan dalam minyak jeruk purut meliputi flavonoid, fenolik dan
dimiliki oleh minyak atsiri kulit jeruk purut yang destilasi dengan menggunakan
uap air memiliki aktivitas antioksidan dan dengan metode DPPH sebesar 6,43 μg
pinen, micrene dan limonene yang memiliki pengaruh besar dalam memberikan
Namun sejauh ini, penelitian lebih lanjut terkait kulit jeruk purut masih
terbilang kurang, terkhusus formulasinya dalam sediaan krim serta uji penentuan
nilai Sun Protection Factor (SPF) pada sediaan krim ekstrak etanol kulit jeruk
purut, sehingga hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
5
penelitian yang berjudul “Penentuan Nilai SPF (Sun Protection Factor) Formula
Krim Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dapat
diformulasikan dalam sediaan krim yang stabil secara fisika dan kimia ?
2. Berapakah nilai Sun Protection Factor (SPF) sediaan krim ekstrak etanol kulit
Spektrofotometri Uv-Vis ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dapat
diformulasikan sebagai sediaan krim yang stabil secara fisika dan kimia.
2. Untuk mengetahui nilai Sun Protection Factor (SPF) sediaan krim ekstrak
etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dengan menggunakan metode
Spektrofotometri Uv-Vis.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
mahasiswa dan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
2. Bagi Mahasiswa
6
etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) sebagai Sun Protection Factor
(SPF) alami.
3. Bagi Masyarakat
masyarakat tentang pemanfaatan kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) sebagai
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
2. Morfologi Tanaman
Gambar 2.1
Tanaman Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.)
7
8
Jeruk purut (Citrus hystrix DC.) atau yang sering disebut jeruk limau, limo
atau kaffir lime dalam bahasa asing merupakan tumbuhan yang banyak
maupun kebun. Jeruk purut memiliki ciri khas dari jenis jeruk lainnya karena
bentuk pohon yang kecil atau perdu. Pada umumnya bagian yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah buah dan daun sebagai bahan masakan
yang dapat memberikan rasa asam dan segar pada makanan (Indriani, 2021).
Morfologi tanaman jeruk purut pada dasarnya sama dengan jenis jeruk
lainnya, yang membedakan dengan jenis jeruk lain yaitu pohonnya rendah
atau perdu namun bila tumbuh dapat mencapai ketinggian hingga 12 meter.
Jeruk purut tumbuh di daerah tropis dan tersebar luas di daerah asia tenggara.
Jeruk purut memiliki bentuk pohon yang perdu, daun dan buah sering
bulat yang berkerut berwarna hijau dan berwarna kekuningan jika sudah tua,
memiliki daun berwarna hijau yang khas seperti membentuk angka delapan
dan memiliki bau yang sedap. Batang yang berwarna hijau jika masih kecil
dan kecoklatan dengan bintik-bintik jika sudah tua dan memiliki duri. Bunga
alami pada makanan. Penggunaan sebagai flavor ada dua jenis yaitu flavor
larut air dan flavor yang larut lemak. Flavor larut dalam air pada jeruk purut
khas jeruk. Sedangkan flavor yang larut lemak dimanfaatkan pada jenis
makanan seperti sup, kue, produk berfermentasi dan produk coklat. Dalam
cita rasa, berbeda pada bidang kecantikan yang digunakan sebagai bahan
utama pembuatan personal care products sebagai bahan aktif pada sabun,
pasta gigi, lotion, skin care serta produk kecantikan lainnya (Indriani, 2021).
Tabel 2.1
Kandungan Jeruk Purut
Kadar %
Jenis Senyawa Minyak jeruk Minyak Jeruk Minyak jeruk
Daun Ranting kulit
β -Pinene - - 21,44
α -Terpeniol - - 5,16
γ -Terpinene - - 2,29
Limonene - - 12,59
Linalil epoksida - - 4,23
Linalool 3,46 13,11 -
Sabinene 2,79 5,91 9,21
Sitronelal 85,07 46,40 20,91
Sitronelil asetat 2,77 6,76 -
Sitronelo - 11,03 -
Terpinen-4-o - - 11,93
Sumber Data : Indriani, 2021
berturut-turut dengan kadar 9,21%, 21,445, 12,59% dan 2,29%. Dan memiliki
aktivitas antioksidan yang baik dengan nilai IC 50 sebesar 6,43 μg/mL (Indriani,
2021).
10
B. Ekstraksi
1. Pengertian Ekstrak
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Ekstraksi merupakan cara paling umum digunakan untuk menarik atau
memisahkan bagian-bagian zat kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari
hewan, tumbuhan dan biota laut dengan suatu pelarut organik tertentu. Proses
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut dalam pelarut
organik pada bagian luar sel dan kemudian berdifusi ke dalam pelarut, proses ini
berlanjut sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam sel
2. Tujuan Ekstraksi
komponen kimia yang ada di dalam simplisia dan semua bahan aktif yang
tersebut.
dilakukan dengan cara merebus atau mengaduk simplisia dalam air. Oleh
karena itu, pada proses ekstraksi secara tradisional harus dilakukan dan
tersebut akan menjadi bahan penemuan ilmiah dan juga validasi obat
tradisional.
proses ekstraksi dapat dipilih secara acak atau dapat dipilih berdasarkan
12
3. Proses Ekstraksi
diharapkan dari suatu bahan baku. Dalam analisis fitokimia proses ekstraksi
memiliki peran penting karena diawali dengan ekstraksi. Proses pada ekstraksi
baku yang diekstraksi, lalu zat terlarut yang ada di dalam sel akan larut dalam
pelarut, zat terlarut yang telah berdifusi dikumpulkan (Meliala dkk., 2020).
Proses ekstraksi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti suhu ekstraksi,
ukuran partikel suatu bahan baku, dan waktu yang akan digunakan. Selain itu,
prinsip kerja dari suatu pemisahan pada proses ekstraksi berhubungan dengan
kemampuan kelarutan senyawa pada suatu pelarut tertentu, oleh karena itu
pelarut dengan nilai polaritas zat terlarut cenderung memiliki kinerja lebih
4. Jenis-jenis Ekstraksi
sampel yang akan disari. Untuk sampel yang memiliki tekstur keras dapat
13
perkolasi sedangkan metode ekstraksi panas meliputi metode destilasi uap dan
a. Maserasi
cairan penyari akan memasuki bagian rongga sel dan melintasi dinding sel
yang memiliki kandungan zat aktif. Proses pengadukan yang konstan dan
luar sel. Pelarut yang digunakan pada metode ini berupa etanol, air, atau
pelarut lainnya, dan apabila menggunakan air sebagai pelarut maka perlu
b. Perkolasi
14
daya geseran (friksi). Metode perkolasi merupakan salah satu teknik untuk
dan akan diganti dengan suatu pelarut yang segar (Meliala dkk., 2020).
waktu kontak antara bahan dengan pelarut terbatas (Saryanti dkk., 2019).
c. Soxhletasi
Soxhletasi adalah suatu metode ekstraksi pada bahan aktif yang tahan
d. Refluks
dan pelarut pada suhu titik didih tertentu dari jumlah pelarut terbatas yang
pelarut dan waktu ekstraksi yang lebih sedikit (Meliala dkk., 2020).
memiliki sifat tahan pemanasan dan bentuk yang keras seperti pada buah
atau biji, herba, batang dan akar. Setelah sampel diambil maka dilakukan
memasukkan sampel pada labu alas bulat lalu ditambahkan suatu cairan
penyari yang sesuai seperti metanol, sampel harus terendam dan setelah itu
dikaitkan pada statif. Pada proses pemanasan dan aliran air perlu
ekstraksi refluks dilakukan selama 3-4 jam. Metode ini memiliki kelebihan
proses ekstraksi menggunakan jumlah pelarut yang besar dan energi untuk
serbuk simplisia yang titik didihnya tinggi pada suatu tekanan atmosfer
cairan akan didihkan dalam labu dan uap akan berpindah ke bagian lain
reservoir yang terpisah dari cairan aslinya. Metode destilasi uap ini bukan
hanya proses evaporasi atau penguapan pada titik didihnya, namun suatu
pergeseran bahan yang beralih pada suatu media yang ada (Saryanti dkk.,
2019).
C. Kulit
Kulit merupakan organ yang terletak di bagian luar yang bisa melindungi serta
sebagai Indera peraba manusia. Karena posisinya di bagian luar, kulit adalah
sentuhan, rasa sakit dan pengaruh dari luar lainnya, sehingga bermacam penyakit
Gambar 2.2
Anatomi Kulit
Secara histopalogi, kulit tersusun atas tiga (3) lapisan utama yaitu lapisan
1. Epidermis
Epidermis dikenal sebagai lapisan kulit terluar yang memiliki ciri tipis dan
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari total
ketebalan kulit terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu, dan untuk fungsi
motilitas sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pengenalan alergen dan terjadinya
pigmentasi.
2. Dermis
18
sebagai kulit asli (true skin). Lapisan ini mempunyai jaringan ikat yang
memiliki ketebalan yang bervariasi dan paling tebal pada telapak kaki sekitar
3. Subkutis
Lapisan subkutis adalah lapisan yang memiliki letak di bawah dermis yang
terdiri dari lapisan lemak. Pada lapisan subkutis ini mengandung jaringan ikat
Lapisan ini ukuran dan jumlah yang bervariasi tergantung pada area tubuh dan
keadaan nutrisi individu, fungsi dari subkutis ini yaitu untuk menempel pada
Kulit memiliki fungsi yang sangat penting yaitu : (Chauhan & Gupta,
2020)
2. Sensasi : berisi berbagai ujung saraf yang bereaksi terhadap panas dan dingin,
3. Penghantar panas : kulit mengandung suplai darah jauh lebih besar dari
5. Estetika dan komunikasi : orang lain melihat kulit kita dan suasana hati,
6. Penyimpanan dan sintesis : bertindak sebagai pusat penyimpanan lipid dan air,
serta sebagai sarana sintesis vitamin D oleh aksi UV pada bagian kulit
tertentu.
7. Ketahanan air : kulit bertindak sebagai penghalang tahan air sehingga nutrisi
D. Uraian Krim
1. Krim
atau lebih bahan aktif yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Tipe krim terdiri dari dua tipe yaitu tipe minyak dalam air (M/A) atau
oil-in-water (O/W) dan tipe air dalam minyak (A/M) atau water-in-oil (W/O),
krim yang dapat dicuci dengan air (M/A) dimaksudkan untuk keperluan
perubahan komposisi dan suhu, misalnya penambahan lebih dari satu fase
20
secara berlebihan. Apabila krim diencerkan maka dalam waktu satu bulan
diaplikasikan secara merata, mudah dicuci atau dibilas, nyaman dan praktis,
bekerja pada suatu jaringan oles, untuk tipe m/a tidak lengket dan memberikan
rasa dingin (cold cream), untuk tipe a/m dimanfaatkan sebagai kosmetik,
bahan baku untuk aplikasi topikal jumlah yang diserap tidak cukup beracun.
Sedangkan untuk kelemahan dari formula pada sediaan krim yaitu sulit dalam
pengerjaannya karena pengerjaan krim harus dalam keadaan panas dan sangat
mudah rusak karena formulasi yang salah. Secara khusus, tipe a/m mudah
a. Emulgator
mono molekul. Surfaktan jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa yaitu,
surfaktan, pada krim dikenal bahan asam stearat dimana basisnya bisa
21
konsentrasi 8-20% asam stearat. Apabila asam lemak tidak berefek maka
2019).
dapat mengimbangi kadar air preparat pada lapisan luar kulit yang
c. Pengawet
0,05%. Metil paraben ini suatu serbuk kristal halus berwarna putih yang
hampir tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam 500 bagian air, tidak
sukar larut dalam larutan alkali hidroksida dan eter P, dalam 3 bagian
aseton P, dalam 60 bagian gliserol P panas, etanol 95% 3,5 bagian, larut
dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas dan 20 bagian air mendidih,
tetap jernih apabila didinginkan serta memiliki titik lebur pada suhu 125-
memiliki bau dan rasa. Propil paraben memiliki konsentrasi pada sediaan
topikal 0,01-0,06 %, sangat sukar larut di dalam air, dalam 3 bagian aseton
P, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 140 bagian gliserol P,
dalam minyak lemak dan sangat mudah larut dalam aseton. Memiliki titik
lebur 95-98℃ dan efektif pada pH 4-8 sebagai pengawet (Saryanti dkk.,
2019).
E. Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet menjadi salah satu sinar pancaran akibat sinar matahari selain
cahaya inframerah dan cahaya tampak yang dapat mencapai permukaan bumi dan
memiliki kisaran panjang gelombang 200 hingga 400 nm. Radiasi UV dapat
kategori ini dibedakan dalam aktivitas biologis mereka dan sejauh mana mereka
gelombang lebih pendek kurang mampu menembus kulit (Meliala dkk., 2020).
Menurut (Tahar dkk., 2019), radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga jenis yaitu
sebagai berikut :
dapat menembus lebih ke dalam ke bagian dalam kulit hingga ke dermis. Sinar
panjang gelombang 280 hingga 320 nm. Radiasi UV B ini dikenal sebagai
penyebab utama perkembangan kanker kulit dan penyebab kulit terbakar, hasil
permukaan bumi. Paparan sinar matahari yang berlebihan atau pada jangka
24
kondisi kelainan kulit yang disebabkan oleh radiasi sinar UV antara lain
(Minerva, 2019)
a. Sunburn
dapat dilihat dengan jelas suatu gejala kemerahan (eritema) pada kulit
disertai dengan rasa hangat, rasa nyeri maupun rasa gatal. Sunburn
terjadi dalam waktu 6-24 jam setelah terpapar sinar matahari dan bisa
b. Tanning
sinar matahari. Pada kulit, tanning terdiri dari tanning awal dan tanning
kulit menjadi gelap yang terjadi dalam beberapa menit setelah terpapar
terpapar sinar matahari dan perubahan warna kulit lebih jelas dan
a. Photo Aging
Photo Aging atau penuaan kulit adalah suatu perubahan pada kulit
munculnya kerutan pada kulit, dan tumor jinak pada kulit (actinic
keratosis).
dapat merusak konfigurasi DNA, hal ini juga tergantung pada keadaan
F. Tabir Surya
Tabir surya merupakan salah satu kosmetik pelindung yang dapat menyaring
dan menahan sinar matahari pada kulit. Tabir surya didefinisikan yaitu senyawa
yang secara fisik atau kimia mampu menyerap sinar matahari secara efektif pada
26
pada kulit akibat pancaran langsung sinar UV. Besarnya radiasi yang dapat
mengenai kulit dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti pada jarak suatu tempat
Pada tabir surya hal yang diperlukan yaitu, efektif dalam penyerapan sinar
gangguan
atau yang akan menimbulkan efek toksik atau iritasi. Memberikan efek terhadap
gelombang 300-400 nm. Mempunyai sifat yang mudah larut untuk memberi
formulasi yang sesuai. Stabil ketika digunakan dan mampu mempertahankan daya
proteksinya hingga beberapa jam. Tidak mudah menguap, resisten terhadap air
serta keringat, tidak meninggalkan noda pada pakaian, tidak berbau, dan tidak
toksik, tidak menimbulkan iritasi serta dan juga memiliki sifat fisik yang
Adapun mekanisme kerja pada tabir surya yaitu mampu menyerap atau
membentuk sejumlah senyawa reaktif atau radikal bebas pada kulit. Senyawa
Tabir surya kimia berperan dalam melindungi kulit dengan menyerap sinar
matahari kemudian mengubah menjadi energi panas. Mampu diserap kulit dan
memiliki potensi menyebabkan iritasi kulit, tidak dapat dipakai pada oleh bayi
usia 6 bulan. Tabir surya kimia atau tabir surya organik disebut juga
Tabir surya fisik merupakan tabir surya yang ideal menurut Food Drug
matahari. Tabir surya ini adalah broad spectrum (Spektrum luas) yang dapat
melindungi dari sinar UV A dan UV B, memiliki sifat yang stabil, alergi yang
ditimbulkan rendah dan tidak diserap kulit sehingga dapat digunakan pada
anak-anak. Tabir surya ini dikenal dengan nama sunblock atau tabir surya
anorganik. Sering dikombinasikan antara tabir surya fisik dan kimia oleh
surya.
Efektivitas tabir surya dapat diketahui dari suatu nilai Sun Protection Factor
untuk mencapai eritema minimal dengan tanpa tabir surya. Minimal Erythema
28
Dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya dibagi dengan
Dose (MED) pada kulit yang tidak terlindungi. Minimal Erythema Dose (MED)
diartikan sebagai waktu tersingkat atau dosis radiasi sinar UV yang diperlukan
Pengukuran nilai SPF atau suatu sediaan tabir surya dapat diperoleh dan
dilakukan secara in vitro. Metode pengukuran nilai SPF secara in vitro umumnya
dibagi dalam dua kategori yaitu metode pertama melakukan pengukuran serapan
atau transmis radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada pelat kuarsa atau
pengenceran dari tabir surya yang diuji. Tingkat kemampuan tabir surya
Tabel 2.2
Keefektifan Sediaan Tabir Surya berdasakan Nilai SPF
Nilai SPF Kategori Proteksi Tabir Surya
2-4 Minimal
4-6 Sedang
6-8 Ekstra
8-15 Maksimal
≥15 Ultra
Sumber Data : Juanita & Juliadi, 2020
Angka-angka tersebut tidak menjelaskan bahwa berapa banyak radiasi yang harus
29
ditahan, namun berapa lama kita bisa berada di bawah sinar matahari sampai kulit
menjadi merah dimana kondisi seperti ini disebut eritema (Tahar dkk., 2019).
Untuk memperoleh hasil pengukuran nilai Sun Protection Factor (SPF) dapat
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
Tabel 2.3
Normalized product function yang digunakan pada kalkulasi SPF
Panjang Gelombang Nilai EE x I
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180
Total 1
Sumber Data : Rahardhian dkk., 2019
H. Spektrofotometri Uv-Vis
Hubungan antara materi dan radiasi merupakan suatu hal yang cukup menarik.
walaupun beberapa diwarnai untuk menyerap radiasi dalam daerah tampak atau
visible, misalnya zat biru yang menyerap radiasi ultraviolet atau tampak oleh
elektron tereksitasi dalam struktur molekul pada tingkat energi yang lebih tinggi
(Minerva, 2019).
larutan dapat diperoleh dengan cara mengukur kerapatan optik pada panjang
sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
elektromagnetik dalam jumlah yang cukup besar pada molekul yang akan
1. Aspek Kualitatif
digunakan untuk analisis kualitatif suatu senyawa jika digabung dengan cara
inti.
2. Aspek Kuantitatif
31
(larutan sampel) dan juga intensitas dari pancaran radiasi yang ditransmisikan
diukur besarnya. Radiasi yang dapat diserap oleh sampel ditentukan dengan
lebih rendah.
tinggi.
Penyerapan energi oleh salah satu contoh molekul dapat dipantau dengan
menggunakan alat Spektrofotometri. Adapun cara kerja alat ini adalah sebagai
berikut yaitu radiasi diproyeksikan secara bergantian atau eksitasi melalui sampel
dan blanko yang dapat berupa pelarut atau udara, cahaya yang ditransmisikan oleh
intensitas antara kedua sinar ini dapat memberitahu kita tentang jumlah radiasi
yang diserap oleh sampel. Detektor instrumen dapat mengubah informasi radiasi
menjadi sinar elektrik yang jika disederhanakan akan dapat menggerakkan pena
SR MR SK D A VD
Keterangan :
MR : Monokromator A : Amplifier
a. Sumber radiasi
b. Monokromator
c. Sampel kompartemen
Wadah sampel untuk analisis digunakan suatu kuvet atau sel yang
penggunaannya terdiri dari dua jenis kuvet yaitu kuvet permanen yang
terbuat dari leburan silica atau kaca dan kuvet plastic sekali pakai. Dilihat
dari bahan yang digunakan ada dua jenis yaitu kuvet dari silica (kuarsa)
hal yang perlu diperhatikan terutama untuk senyawa yang tidak memiliki
karena senyawa tersebut harus terlebih dahulu diubah menjadi senyawa yang
(Minerva, 2019).
persyaratan, yaitu :
kondisi yang tetap. Waktu operasional diukur dari hubungan antara waktu
maksimum yaitu :
35
tinggi dan adanya zat pengganggu, jenis pelarut, pH larutan dan suhu.
hubungan antara absorbansi (y) dan konsentrasi (x). Jika hukum Lambert-
Beer dipenuhi, maka kurva kalibrasi adalah garis lurus. Kurva kalibrasi
harus diperiksa ulang secara teratur, penyimpangan dari garis lurus sering
dikaitkan dengan kekuatan ion yang tinggi, variasi suhu, dan reaksi-reaksi
I. Monografi Bahan
1. Adeps Lanae
Adeps lanae atau lemak bulu domba atau lanolin adalah zat berupa lemak
yang diperoleh dari bulu domba ovis aries Linne (Familia Bovidae) yang
dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih
dari 0.25%. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari
36
0.02%. Pemerian berupa massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bauk
has mempunyai kelarutan yang tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan
air lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih
larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam kloroform api
pengemulsi, basis salep dan dapat digunakan sebagai zat hidrofobik untuk
membuat krim dan salep tipe air dalam minyak serta sebagai zat tambahan
2. Aquadest
Aquades merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan juga tidak berbau.
dapat digunakan secara luas sebagai bahan baku dan sebagai pelarut dalam
aktif (API) dan intermediate, reagan analitis. Nilai spesifik dari air yang
al., 2009).
3. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak Sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat (C 18H36O2) dan asam
hablur putih atau kuning pucat, sedikit berbau, mirip lemak lilin, larut dalam
37
pelarut, bila sebagian dilarutkan dengan alkali atau trietanolamin maka dapat
digunakan dalam pembuatan krim pada rentang 1-20% (Rowe et al., 2009).
4. Etanol
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan tidak lebih dari
93,8% b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari
96,0% v/v, C2H6O (etil alkohol) pada suhu 15,56℃. Pada pemerian cairan
mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau khas, menyebabkan rasa terbakar
pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu yang rendah dan dapat
mendidih pada suhu 78℃ dan mudah terbakar. Untuk kelarutan dapat
bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik
5. Metil Paraben
Metil paraben atau sering dikenal nipagin merupakan hablur halus tidak
berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, mempunyai sedikit rasa
terbakar, larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P
dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas
38
dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan
tragakan, natrium alginate, minyak esensial, sorbitol dan juga atropin. Metil
paraben berubah warna dengan adanya besi dan mengalami hidrolisis oleh
6. Paraffinum Liquidum
transparan, tidak berwarna, hamper tidak berbau dan hamper tidak mempunyai
rasa. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
Paraffin cair sering juga digunakan sebagai basis pada sediaan topikal
paraffin cair yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin kecil
7. Propil Paraben
39
Propil paraben atau nipasol merupakan serbuk putih atau hablur kecil dan
tidak berwarna, sangat sukar larut dalam air mendidih , mudah larut dalam
etanol dan dalam eter. Propil paraben digunakan sebagai zat pengawet
yang telah digunakan dengan metil paraben dalam formulasi sediaan topikal
8. Triethanolamine
rentang 2-4%. Cairan kental berwarna bening, tidak berwarna hingga kuning
pucat, cairan sedikit berbau amoniak dan harus disimpan dalam wadah kedap
cahaya ditempat yang sejuk dan kering. Trietanolamin dapat bereaksi dengan
asam mineral untuk membentuk garam kristal dan ester, mampu bereaksi
dengan tembaga untuk membentuk garam komplek dan juga dapat bereaksi
J. Kerangka Konsep
Formulasi krim Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) dalam
konsentrasi 1%, 3% dan 5%
Uji Penentuan Nilai SPF (Sun Uji Mutu Fisik Sediaan Krim
Protection Factor)
1. Uji Organoleptik
2. Uji Homogenitas
3. Uji Daya Sebar
4. Uji pH
40
K. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya aktivitas tabir surya krim ekstrak
kulit Jeruk Purut (Citrux hystrix DC.) sebagai Sun Protection Factor (SPF)
dengan proteksi ultra yang stabil secara fisika dan kimia serta memenuhi
L. Definisi Operasional
2. Krim merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
3. Sun Protection Factor (SPF) adalah suatu perbandingan antara waktu yang
4. Tabir surya termasuk sediaan kosmetik yang dapat digunakan pada permukaan
kulit. Sediaan tabir surya mengandung senyawa fotoprotektor dan bahan ini
41
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
bertujuan untuk mengetahui ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
dapat dibuat sediaan krim yang stabil secara fisika dan kimia serta menentukan
nilai Sun Protection Factor (SPF) dari sediaan krim ekstrak etanol kulit jeruk
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2023 di Laboratorium
(Hitachi U-2900), gelas ukur, gelas kimia, erlenmeyer (Iwaki ST Pyrex ®), bejana
anak timbangan 200 g, waterbath (B-ONE®), aluminium foil, tabung reaksi, pipet
tetes, gegep kayu, sendok tanduk, pipet volume, pH meter, oven (U055
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu adeps lanae, asam stearat,
blue, etanol p.a dan kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.).
42
43
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk purut (Citrus
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit jeruk purut (Citrus
hystrix DC.) yang diambil dari Pasar Tradisional Daya, Kelurahan Sudiang Raya,
E. Cara Kerja
1. Pengolahan Sampel
a. Pengambilan Sampel
Buah jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dipilih yang belum matang
b. Pengolahan Simplisia
buahnya setelah itu kulit yang diperoleh akan dikeringkan dengan cara
dengan rapat dan disimpan di tempat yang sejuk terhindar dari sinar
sesekali diaduk dan diekstraksi sebanyak tiga (3) kali. Maserat yang
hingga diperoleh ekstrak kental kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.).
d. Skrining Fitokimia
1) Alkaloid
2) Flavonoid
3) Tanin
tetes larutan FeCl3 1%. Setelah itu, amati perubahan yang terjadi.
4) Saponin
2. Formulasi krim
a. Formulasi krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
Tabel 3.1
Formulasi Krim Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Purut
Formula Krim (%)
No Nama Bahan Kegunaan K- FI FII FIII K
+
1. Ekstrak etanol Bahan aktif - 1 3 5
kulit jeruk purut
Aquadest Ad Pelarut Ad Ad Ad Ad
8.
100 100 100 100
pembuatan krim terdiri dari fase minyak dan fase air. Dipanaskan
waterbath sampai suhu 70℃ . Dileburkan paraffin cair, adeps lanae, asam
stearat dan nipasol sebagai fase minyak dan fase air yang terdiri dari
dalam fase minyak ke dalam mortar panas dan diaduk dengan konstan
etiket.
1) Uji Organoleptik
mengamati warna, bau dan tekstur pada sediaan krim, uji organoleptik
2) Pengujian Homogenitas
purut (Citrus hystrix DC.) dioleskan pada objek gelas secara merata,
3) Pengujian Nilai pH
pH krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) diukur
jeruk purut (Citrus hystrix DC.) sebanyak 0.5 gram dan diletakkan di
atas kaca kemudian sampel diberi beban 200 gram menggunakan anak
yang baik pada sediaan krim yaitu 5-7 cm (Thomas dkk., 2022).
Zat warna metilen blue larut dalam air, sehingga jika zat warna ini
tersebar merata pada fase eksternal sediaan krim maka sediaan tersebut
6) Pengujian Viskositas
siklus dan diamati adanya perubahan keadaan fisik pada sediaan krim,
1) Penyiapan sampel sediaan krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus
hystrix DC.)
dikalibrasi.
serapan sinar UV dan dihitung nilai log SPF yang merupakan nilai
rata-rata serapan, kemudian dihitung nilai SPF dan jenis proteksi tabir
surya dari krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
tersebut.
4) Pengumpulan data
5) Analisis data
2019)
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
Cara perhitungan :
gelombang.
Tabel 3.2
Kategori Nilai SPF Menurut FDA
Nilai SPF Kategori
2-4 Proteksi minimal
4-6 Proteksi sedang
6-8 Proteksi ekstra
8-15 Proteksi maksimal
≥15 Proteksi ultra
Sumber Data : Juanita & Juliadi, 2020
F. Analisis Data
Dikumpulkan data yang diperoleh dari evaluasi sediaan krim yaitu pengamatan
uji pH, uji daya sebar, uji viskositas setelah itu dilakukan analisis data
A. Hasil Penelitian
1. Rendamen
Tabel 4.1
Rendamen Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.)
2. Skrining Fitokimia
Tabel 4.2
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.)
Terpenoid
Hijau Kehitaman Negatif (-)
53
54
3. Hasil Uji Evaluasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Purut (Citrus
hystrix DC.)
a. Uji Organoleptik
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Organoleptik
Keterangan :
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
55
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Uji Homogenitas
Homogenitas
Formula
Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test
FI Homogen Homogen
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan Uji Daya Sebar
Daya Sebar
FI 6,5 6,4
Keterangan :
Basis : Krim tanpa ekstrak
FI : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 1 %
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
d. Uji Viskositas
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Uji Viskositas
Viskositas
Keterangan :
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Uji Tipe Krim
Tipe Krim
Formula
Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test
FI M/A M/A
Keterangan :
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
f. Uji pH
Tabel 4.8
Hasil Pengamatan Uji pH
Formula Ph
58
Sebelum Sesudah
Standar Signifikan
Cycling test Cycling test
FI 6,35 6,33
4,5-6,5 0,099 > 0,05
FII 6,42 6,36
Keterangan :
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
Tabel 4.9
Data Nilai SPF (Sun Protection Factor)
SPF SPF
FI 6,01 Sedang
K+ 55,23 Ultra
FI 7,96 Ekstra
K+ 55,60 Ultra
Keterangan :
FII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 3 %
FIII : Krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) 5 %
B. Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan pemanfaatan bahan alam, yaitu kulit jeruk
purut (Citrus hystrix DC.) sebagai krim tabir surya. Salah satu tanaman yang
banyak digunakan sebagai ramuan tradisional untuk kesehatan kulit adalah kulit
jeruk purut (Citrus hystrix DC.), tanaman tersebut umumnya tumbuh di daerah
yang tropis (Ryan dkk., 2019). Pada kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
yang tinggi berpotensi baik untuk digunakan sebagai tabir surya (Ashari dkk.,
2021). Pada penelitian ini peneliti ingin mengembangkan ekstrak kulit jeruk purut
(Citrus hystrix DC.) menjadi sediaan krim tabir surya yang stabil dan menentukan
nilai Sun Protection Factor (SPF). Pengambilan sampel kulit jeruk purut (Citrus
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil rendamen ekstrak etanol kulit jeruk
purut (Citrus hystrix DC.) yang didapatkan yaitu 32,693%. Penelitian diawali
dengan pengolahan sampel, proses pengambilan sampel kulit jeruk purut (Citrus
hystrix DC.) diambil yang belum matang dengan ditandai kulit berwarna hijau
dengan tekstur yang kasar. Kemudian kulit jeruk purut dilakukan sortasi basah
dari metabolit sekunder yang terdapat pada sampel. Setelah kering, sampel
hystrix DC.) dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Alasan
dan dapat menarik senyawa yang tidak tahan dengan pemanasan. Pada saat proses
maserasi berlangsung cairan penyari akan menembus dinding sel dan memasuki
rongga sel yang mengandung zat aktif, kemudian zat aktif akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar
sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa ini dilakukan
dengan larutan di dalam sel. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan
ekstraksi bahan yang lebih cepat ke dalam cairan (Sudarwati & Fernanda, 2019).
Pelarut yang digunakan pada poses maserasi yaitu etanol 96% karena memiliki
tingkat kepolaran yang sama dengan kandungan senyawa yang terkandung dalam
kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) sehingga proses pelarutannya maksimal.
pelarut atau remaserasi selama 1x24 jam, maka didapatkan hasil filtrat atau
Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia pada ekstrak kulit jeruk purut (Citrus
kandungan senyawa aktif metabolit sekunder pada kulit jeruk purut (Citrus
flavonoid, saponin, tannin, steroid dan terpenoid. Hasil pengamatan yang tertera
pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
identifikasi alkaloid diperoleh hasil warna jingga yang menunjukkan ekstrak kulit
hasil warna kuning yang menunjukkan ekstrak kulit jeruk purut mengandung
flavonoid, pada hasil identifikasi saponin terdapat buih yang menunjukkan ekstrak
kulit jeruk purut mengandung saponin, pada identifikasi tanin diperoleh hasil
warna hiaju yang menunjukkan ekstrak kulit jeruk purut mengandung tanin, dan
pada identifikasi steroid diperoleh hasil warna hijau kehitaman yang menunjukkan
ekstrak kulit jeruk purut mengandung steroid dan hasil identifikasi steroid yang
menunjukkan ekstrak kulit jeruk purut tidak mengandung terpenoid. Pada uji
sampel atau senyawa alkaloid sehingga terbentuk warna jingga. Uji flavonoid
diperoleh hasil positif dikarenakan sampel ekstrak kulit jeruk purut bereaksi
dengan serbuk magnesium dan HCL, dimana serbuk magnesium dan HCL
sehingga terbentuk warna kuning. Uji saponin diperoleh hasil positif karena
63
terbentuk buih saat pengocokan. Uji tanin diperoleh hasil positif dikarenakan
ekstrak kulit jeruk purut direaksikan dengan FeCl 3 sehingga pada gugus hidroksil
dalam senyawa tanin bereaksi dengan Fe+ dan menghasilkan warna hijau. Uji
Steroid diperoleh hasil positif dikarenakan sampel direaksikan dengan asam sulfat
hijau kehitaman. Pada Uji terpenoid diperoleh hasil negatif dikarenakan tidak
terbentuk warna merah pada hasil uji terpenoid (Mailuhu dkk., 2017).
krim yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari asam stearat, triethanolamin,
adeps lanae, paraffin cair, nipagin dan nipasol sebagai pengawet, serta aquadest
kombinasi pengawet nipagin dan nipasol karena krim terdiri dari dua fase yang
berbeda, dan krim mengandung banyak air sehingga perlu digunakan kombinasi
digunakan sebagai pengemulsi yaitu asam stearat dan triethanolamin yang dapat
mendukung terbentuknya basis krim yang stabil (Mudhana & Pujiastuti, 2021).
permukaan antara fase minyak dan fase air, sehingga dapat bercampur. Paraffin
cair berfungsi sebagai emolien dan adeps lanae berfungsi sebagai basis dalam
sediaan krim.
Pembuatan sediaan krim terdiri dari dua fase yaitu fase minyak dan fase air,
bahan yang termasuk dalam fase minyak yaitu asam stearat, paraffin cair, adeps
64
lanae dan nipasol yang dilebur diatas penangas pada suhu sekitar 70 ℃, sedangkan
bahan yang termasuk fase air yaitu trietanolamin dan nipagin yang dilarutkan
dengan aquadest pada gelas kimia dilebur hingga homogen pada suhu sekitar
70℃. Tujuan peleburan untuk menyamakan konsistensi bahan semi padat dan
menghomogenkan kedua fase. Kemudian fase minyak dan fase air dicampurkan
pada lumpang panas dan diaduk hingga terbentuk sediaan krim yang homogen.
krim menggunakan ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dengan
Pengujian stabilitas sediaan krim dilakukan pada suhu rendah 4 ℃ dan suhu
tinggi 40℃. Dengan adanya perbedaan suhu ini bertujuan untuk membandingkan
kestabilan fisik dari sediaan pada kondisi yang berbeda. Penyimpanan dilakukan
menggunakan alat oven dengan suhu 40℃ selama 6 siklus terdiri dari 12 hari.
visual dengan cara pengamatan terhadap warna, bau dan bentuk dari sediaan yang
krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) sebelum dan setelah
dilakukan cycling test didapatkan hasil seperti tabel 4.3. Hasil pengamatan
organoleptik, sebelum dilakukan cycling test pada formula basis (K-) bentuk semi
65
padat, dengan warna putih dan tidak berbau. Pada Formula I bentuk semi padat,
dengan warna cream dan bau khas jeruk purut. Pada Formula II bentuk semi
padat, dengan warna kehijauan dan bau khas jeruk purut. Pada Formula III bentuk
semi padat, dengan warna kehijauan dan bau khas jeruk purut. Sedangkan setelah
cycling test tidak terjadi perubahan bentuk, warna maupun bau dari keempat
formula tersebut. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan tetap stabil
setelah dilakukan pengujian cycling test. Adanya perbedaan warna pada tiap
formula dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi zat aktif, yang dapat berpengaruh
menunjukkan bahwa pada keempat sediaan krim memberikan hasil yang baik
yaitu homogen dan stabil sebelum dilakukan cycling test dan setelah cycling test.
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat keseragaman partikel pada sediaan krim
sehingga dapat memberikan kualitas yang baik dan maksimal ketika digunakan
pada kulit (Mudhana & Pujiastuti, 2021). Homogenitas pada semua sediaan krim
ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) menujukkan hasil yang
homogen yang ditunjukkan tidak adanya butiran atau partikel kasar pada sediaan
dan ditandai dengan semua partikel dalam pengamatan di kaca objek terdispersi
secara merata atau tidak ada penggumpalan pada salah satu sisi. Hal ini
menunjukkan bahan tercampur merata pada saat proses pembuatan sediaan krim.
Pengujian selanjutnya yaitu pengujian daya sebar. Pada pengujian daya sebar,
sediaan krim diletakkan diatas kaca ukuran 20 x 15 cm lalu diberi beban 200 gr
penggaris. Berdasarkan pada tabel 4.5 Hasil uji daya sebar, didapatkan bahwa
pada basis (K-) sebelum cycling test dan setelah cycling test memiliki daya sebar
yang sama yaitu 6,0 cm. Pada FI daya sebar sebelum cycling test yaitu 6,5 dan
setelah cycling test yaitu 6,4 cm. Pada FII daya sebar sebelum cycling test yaitu
6,7 cm dan setelah cycling test yaitu 6,5 cm. Pada FIII daya sebar yang didapatkan
sebelum cycling test yaitu 6,8 cm dan setelah cycling test yait 6,7 cm. Dari uji
daya sebar Basis (K-), FI, FII, dan FIII memenuhi persyaratan daya sebar sediaan
krim yang baik yaitu 5- 7 cm. Berdasarkan penelitian, selama proses cycling test
hasil uji daya sebar mengalami kenaikan dan penurunan nilai yang disebabkan
atau dipengaruhi oleh suhu pada saat penyimpanan (Lumentut dkk., 2020).
Penurunan daya sebar pada krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix
DC.) sebanding dengan dengan nilai viskositas yang diberikan pada setiap
selama masa penyimpanan, sehingga hambatan aliran cairan meningkat pula dan
juga menyebabkan daya sebar dari krim menurun (Mardikasari dkk., 2020). Daya
sebar krim dievaluasi untuk menentukan tingkat penyebaran krim saat dioleskan
pada kulit, sehingga kemudahan pelekatan sediaan pada kulit dapat terlihat
(Supriadi & Khoirin, 2022). Berdasarkan uji Paired sample t-test daya sebar
memiliki nilai p 0,092 > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan
viskometer tipe NDJ-8S. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil sediaan basis (K -)
sebelum cycling test yaitu 9450 dan setelah cycling test 9500. Pada FI sebelum
67
cycling test yaitu 9300 dan setelah cycling test yaitu 9649. Pada FII sebelum
cycling test yaitu 9150 dan setelah cycling test 9700. Pada FIII sebelum cycling
test yaitu 9100 dan setelah cycling test 9900. Dari hasil uji viskositas yang
diperoleh terjadi kenaikan nilai viskositas setelah dilakukan cycling test, hal
tersebut terjadi karena adanya perubahan temperatur pada saat cycling test.
krim, karena partikel sulit bergerak dan menyebabkan semakin kentalnya suatu
sediaan sehingga viskositas dapat meningkat (Malik dkk., 2020). Nilai viskositas
dapat dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang digunakan, ukuran partikel
dan proporsi fase terdispersi. Saat proporsi fase terdispersi meningkat dan ukuran
menurun ketika temperatur dinaikkan dan akan meningkat jika temperatur rendah,
(krim) yaitu 2.000-50.000 cPs (Arifin dkk., 2022). Jadi untuk semua formula
pada sediaan krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) memenuhi
persyaratan mutu viskositas. Berdasarkan hasil uji Paired sample t-test pada
sebelum dan sesudah dilakukan cycling test viskositas tidak ada perbedaan yang
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil yang diperoleh sebelum cycling test dan setelah
cycling test sama yaitu pada sediaan basis (K-), FI, FII termasuk kedalam tipe
pewarnaan metilen blue. Pada sediaan basis (K-), FI, FII dan FIII termasuk
kedalam tipe krim M/A yang ditandai dengan warna biru dari metilen blue
68
tersebar merata pada sediaan krim atau fase luar emulsi minyak dalam air (M/A)
karena metilen blue dapat larut dalam air. Pada sediaan krim ekstrak etanol kulit
jeruk purut (Citrus hystrix DC.) menggunakan bahan trietanolamin (TEA) dan
asam stearat. Kombinasi kedua bahan tersebut akan menghasilkan tipe emulsi
yang stabil dengan membentuk tipe emulsi minyak dalam air (M/A) (Saryanti
dkk., 2019). Tipe krim minyak dalam air M/A merupakan basis yang mudah
dicuci dengan air dan banyak ditemui dalam sediaan kosmetik tabir surya (Ashari
dkk., 2020).
uji pH sebelum dilakukan cycling test dan setelah cycling test pada basis (K-)
cycling test yaitu pH 6,35 setelah dilakukan cycling test pH sediaan menurun
menjadi 6,33. Pada Formula II pH sediaan sebelum cycling test yaitu pH 6,42 dan
setelah cycling test pH menurun menjadi 6,36. Pada Formula III sebelum cycling
test yaitu pH 6,45 dan setelah cycling test adalah pH 6,40. Pada penelitian Zam
dan Musdalifah (2022) penurunan nilai pH dapat diakibatkan oleh adanya zat-zat
yang terurai dalam sediaan krim yang terjadi selama penyimpanan cycling test,
terjadi penguraian asam-asam lemak tak jenuh dari fase minyak pada sediaan
krim. Namun ke-empat formula tersebut telah memenuhi parameter formula krim
yang baik, yang sesuai dengan pH fisiologi kulit yang berkisar antara 4,5-6,5
(Zam & Musdalifah, 2022). Sehingga sediaan tesebut aman digunakan pada kulit
karena tidak menimbulkan iritasi karena sediaan yang memiliki pH terlalu asam
dapat mengiritasi kulit sedangkan jika nilai pH terlalu basa dapat membuat kulit
69
kering dan bersisik (Supriadi & Khoirin, 2022). Berdasarkan uji Paired sample t-
test pH memiliki nilai p 0,099 > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan yang
Tabir surya adalah salah satu sediaan kosmetik yang sering digunakan pada
permukaan kulit untuk melindungi dari sinar UV. Pada sediaan tabir surya
terdapat senyawa aktif fotoprotektor, yaitu sebagai bahan yang dapat menyerap
sinar matahari sehingga intensitas sinar matahari dapat mencapai lapisan kulit
lebih minimal. Bahan kimia sintetik masih banyak digunakan pada pembuatan
Metode ini paling umum digunakan dalam pengujian aktivitas tabir surya karena
marupakan metode yang sederhana, cepat, serta menggunakan sedikit sampel dan
bahan kimia (Puspita & Puspasari, 2021). Penentuan nilai SPF dilakukan pada
ketiga formula krim yaitu FI konsentrasi 1%, FII konsentrasi 3% dan FIII
konsentrasi 5% yang mengandung ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix
DC.) yang telah diencerkan konsentrasi 500 ppm, 700 ppm dan 900 ppm,
B terjadi pada siang hari dan orang-orang terpapar dalam waktu yang lebih lama
(Puspita & Puspasari, 2021). Selain itu sinar UV B memiliki energi yang dapat
menembus lapisan kulit paling luar (epidermis) dan menimbulkan efek eritema
70
menyebabkan kerusakan lebih cepat dan lebih mudah dibanding sinar UV A dan
mengkategorikan tabir surya berdasarkan nilai SPF nya menjadi 2-4 Proteksi
minimal, 4-6 Proteksi sedang, 6-8 Proteksi ekstra, 8-15 Proteksi maksimal, >15
Proteksi ultra.
Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi krim
ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) maka semakin tinggi pula
nilai SPF suatu sediaan. Berdasarkan tabel 4.9 pada FI konsentrasi 1% diperoleh
nilai SPF pada konsentrasi pengenceran 500 ppm yaitu 4,48 (Proteksi sedang),
700 ppm yaitu 6,01 (Proteksi sedang), dan pada konsentrasi 900 ppm yaitu 7,96
konsentrasi pengenceran 500 ppm yaitu 7,77 (Proteksi ekstra), 700 ppm yaitu
10,49 (Proteksi maksimal), dan pada konsentrasi 900 ppm yaitu 13,96 (Proteksi
maksimal), sedangkan krim tabir surya yang sudah beredar di pasaran seperti
Emina moisturizing cream diperoleh nilai SPF dengan konsentrasi 500 ppm yaitu
25,44 (Proteksi ultra), pada konsentrasi 700 ppm yaitu 55,23 (Proteksi ultra) dan
pada konsentrasi 900 ppm yaitu 55,60 (Proteksi ultra). Ekstrak etanol kulit jeruk
purut (Citrus hystrix DC.) memiliki nilai SPF pada konsentrasi 500 ppm yaitu
56,50 (Proteksi ultra), pada konsentrasi 700 ppm yaitu 57,11 (Proteksi ultra) dan
pada konsentrasi 900 ppm yaitu 57,62 (Proteksi ultra). Nilai SPF ekstrak etanol
kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan
71
krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.), karena setelah dibuat
dalam bentuk sediaan krim, ekstrak tersebut bercampur dengan basis krim dan
berinteraksi dengan bahan yang terkandung dalam basis krim. Pada hasil SPF
formula I, formula II dan Formula III, terdapat peningkatan nilai SPF pada tiap
formula, karena dipengaruhi oleh konsentrasi zat aktif ekstrak etanol kulit jeruk
purut (Citrus hystrix DC.) dalam sediaan krim. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak yang ditambahkan dalam sediaan krim, maka nilai SPF akan semakin
Vis, semakin tinggi konsentrasi pengenceran nilai SPF akan semakin meningkat.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penentuan nilai SPF
seperti penggunaan pelarut tabir surya, kombinasi dan konsentrasi tabir surya,
jenis emulsi, serta efek dan interaksi bahan lain seperti ester, emollient dan
Berdasarkan penelitian Wardani dan Vifta (2021) hasil uji aktivitas tabir surya
krim berbanding lurus dengan hasil uji aktivitas antioksidan krim Pada penelitian
Latifah dkk., (2023) kulit jeruk purut memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
kuat. Bedasarkan hal tersebut sesuai dengan hasil nilai SPF yang didapatkan pada
krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.), memiliki aktivitas tabir
tabir surya dengan nilai SPF yang memenuhi persyaratan FDA dengan kategori
proteksi sedang hingga proteksi ultra terhadap sinar UV. Ekstrak maupun sediaan
krim kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) memiliki aktivitas baik antioksidan
72
flavonoid. Bahan aktif tabir surya yang terdapat pada kulit jeruk purut (Citrus
kromofor merupakan gugus kovalen tak jenuh yang bertanggung jawab dalam
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dapat dibuat sediaan krim
2. Nilai Sun Protection Factor (SPF) dari krim ekstrak etanol kulit jeruk purut
(Citrus hystrix DC.) yaitu pada konsentrasi 500 ppm diperoleh nilai SPF : F1
Maksimal), pada konsentrasi 700 ppm diperoleh nilai SPF : F1 6.01 (Proteksi
dan pada konsentrasi 900 ppm diperoleh nilai SPF : F1 7.96 (Proteksi Ekstra),
B. Saran
73
74
DAFTAR PUSTAKA
Amsiyah, S., & Mardiyanti, S. (2021). Formulasi Dan Penetapan Nilai SPF Sediaan Losion
Tabir Surya Mengandung Ekstrak Daun Jambu Biji Berdaging Putih (Psidium guajava
L.) Secara In Vitro. PharmaCine: Journal of Pharmacy, Medical and Health Science,
2(2), 29–42.
Arifin, A., Jummah, N., & Arifuddin, M. (2022). Formulasi dan Evaluasi Krim Daun Teh
Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dengan Kombinasi Emulgator. Pharmacy:
Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 19(1), 56–65.
Artini, N. P. R. (2020). Validasi Dan Verifikasi Hasil Uji Sun Protection Factor (SPF) Pada
Sediaan Sunblock Dan Sunscreen Bermerk Dengan Metode Spektrofotometri. Journal
Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist, 3(1), 29–38.
Ashari, S. N., Pramesti, H. H., Fitriana, I., & Rohmani, S. (2020). Potensi Senyawa
Flavonoid dalam Tanaman sebagai Lotion Tabir Surya. Journal National Conference
PKM Center Sebelas maret University, 1, 164–168.
Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III (III). Departemen
Kesehatan RI.
Geoffrey, K., Mwangi, A. N., & Maru, S. M. (2019). Sunscreen Products: Rationale For
Use, Formulation Development And Regulatory Considerations. Saudi
Pharmaceutical Journal, 27(7), 1009–1018.
Hakim, R. J., Mulyani, Y., Hendrawati, T. Y., & Ismiyati, I. (2019). Pemilihan Bagian
Tanaman Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) Potensial Sebagai Minyak Essensial
Aromaterapi Hasil Proses Maserasi Dengan Metode Analytical Hierarkhi Process
(AHP). Journal Prosiding Semnastek. 12(5), 123-137.
Harningsih, T., & Larassati, W. T. (2020). Uji Aktivitas Antioksidan Dan Tabir Surya
Kombinasi Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Linn) Dan Ekstrak
Kulit Buah Alpukat (Persea Americana Mill). Jurnal Ilmiah Manutung, 6(2), 231-239.
Indriani, N. (2021). Optimasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Krim Antioksidan Minyak
Atsiri Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC). Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung : Semarang.
75
Juanita, R. A., & Juliadi, D. (2020). Penetapan Potensi Tabir Surya Krim Ekstrak Etanol
Daun Ceremai (Phyllanthus acidus L.) Dengan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Farmagazine, 7(1), 51.
Kemenkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V (V). Kementrian Kesehatan RI.
Khoirunnisa, E. S., Rahmasari, K. S., Wirasti, W., & Nur, A. V. (2022). Analysis of SPF
Value of Sunscreen Lotion Circulating in Pekalongan City Using UV-Vis
Spectrophotometry. University Research Colloqium 2022, 260–267.
Kurnianto, E., & Rahman, I. R. (2022). Potensi Tabir Surya Ekstrak Etanol Daun Matoa
(Pometia Pinnata) Dengan Variasi Konsentrasi Pelarut. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 7(1),
102–108.
Latifah, F., Taufiq, H., & Fitriyana, N. M. (2023). Uji Antioksidan dan Karakterisasi
Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C). JPSCR: Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research, 8(1), 46–62.
Lumentut, N., Edi, H. J., & Rumondor, E. M. (2020). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Goroho (Musa acuminafe L.)
Konsentrasi 12.5% Sebagai Tabir Surya. Jurnal Mipa, 9(2), 42–46.
Mailuhu, M., Runtuwene, M., & Koleangan, H. (2017). Skrining Fitokimia dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Batang Soyogik (Saurauia Bracteosa Dc).
Chemistry Progress, 10(1).
Malik, F., Suryani, S., Ihsan, S., Meilany, E., & Hamsidi, R. (2020). Formulation Of Cream
Body Scrub From Ethanol Extract Of Cassava Leaves (Manihot esculenta) As
Antioxidant. Journal of Vocational Health Studies, 4(1), 21–28.
Mardikasari, S. A., Akib, N., & Suryani, S. (2020). Formulasi Dan Uji Stabilitas Krim
Asam Kojat Dalam Pembawa Vesikel Etosom. Majalah Farmasi dan Farmakologi,
24(2), 49–53.
Meliala, D. I. P., Wahyudi, W., & Nelva, N. (2020). Formulasi Dan Uji Aktivitas Krim
Tabir Surya Ekstrak Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) Dengan Kombinasi
Avobenzone Dan Octyl Methoxycinnamate. Jurnal Penelitian Farmasi & Herbal,
2(2), 50–58.
Minerva, P. (2019). Penggunaan Tabir Surya Bagi Kesehatan Kulit. Jurnal Pendidikan dan
Keluarga, 11(1), 95–101.
76
Mudhana, A. R., & Pujiastuti, A. (2021). Pengaruh Trietanolamin Dan Asam Stearat
Terhadap Mutu Fisik Dan Stabilitas Mekanik Krim Sari Buah Tomat. Indonesian
Journal of Pharmacy and Natural Product, 4(2), 67-73.
Mumtazah, E. F., Salsabila, S., Lestari, E. S., Rohmatin, A. K., Ismi, A. N., Rahmah, H. A.,
Mugiarto, D., Daryanto, I., Billah, M., & Salim, O. S. (2020). Pengetahuan Mengenai
Sunscreen Dan Bahaya Paparan Sinar Matahari Serta Perilaku Mahasiswa Teknik Sipil
Terhadap Penggunaan Sunscreen. Jurnal Farmasi Komunitas, 7(2), 63.
Mustariani, B. A. A., & Hidayanti, B. R. (2021). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun
Renggak (Amomum Dealbatum) Dan Potensinya Sebagai Antioksidan: Phytochemical
Screening Of Ethanolic Extract Of Renggak (Amomum Dealbatum) Leaves And Its
Potential Antioxidant. Spin Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia, 3(2), 143–153.
Mz, A. R., Wijaya, I. G. P. S., & Bimantoro, F. (2020). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Kulit Pada Manusia Dengan Metode Dempster Shafer. Journal of Computer Science
and Informatics Engineering (J-Cosine), 4(2), 129–138.
Paonganan, A. O., & Vifta, R. L. (2022). Penentuan Nilai Sun Protecting Factor (SPF)
Ekstrak Terpurifikasi Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Sebagai Tabir Surya Alami.
Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product, 5(2), 152–160.
Pratama, W. A., & Zulkarnain, A. K. (2015). Uji SPF In Vitro Dan Sifat Fisik Beberapa
Produk Tabir Surya Yang Beredar Di Pasaran. Majalah Farmaseutik, 11(1), 275–283.
Pratasik, M. C. M., Yamlean, P. V. Y., & Wiyono, W. I. (2019). Formulasi Dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun Sesewanua (Clerodendron
squamatum Vahl.). Pharmacon Journal, 8(2), 261–267.
Purwaningsih, N. S., Romlah, S. N., & Choirunnisa, A. (2020). Literature Review Uji
Evaluasi Sediaan Krim. Edu Masda Journal, 4(2), 108–120.
Puspita, W., & Puspasari, H. (2021). Penentuan Kadar Flavonoid Total Dan Nilai SPF
Ekstrak Etanol Daun Buas-Buas (Premna serratifolia L.) Asal Kabupaten Melawi
Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik (JIFFK), 18(1),
24–30.
Rahardhian, M. R. R., Suharsanti, R., Sugihartini, N., & Lukitaningsih, E. (2019). In Vitro
Assessment Of Total Phenolic, Total Flavonoid And Sunscreen Activities Of Crude
Ethanolic Extract Of Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Fruits And Leaves. J.
Glob. Pharma Technol, 11(04), 308–313.
Ratnapuri, P. H., Sari, D. I., Ihsanuddin, M. F., & Pertiw, M. N. (2020). Karakteristik
Fisika Dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak Kulit Bawang Merah (Allium ascalonicum)
77
Rumanti, R. M., Fitri, K., Kumala, R., Leny, L., & Hafiz, I. (2022). Pembuatan Krim Anti
Aging dari Ekstrak Etanol Daun Pagoda (Clerodendrum paniculatum L.). Majalah
Farmasetika, 7(4), 288–304.
Ryan, M., Rahardhian, R., Suharsanti, R., Sugihartini, N., & Lukitaningsih, E. (2019).
Journal of Global Pharma Technology In Vitro Assessment of Total Phenolic , Total
Flavonoid and Sunscreen Activities of Crude Ethanolic Extract of Belimbing wuluh
( Averrhoa bilimbi ) Fruits and Leaves. Journal of Global Pharma Technology, 11(04,
308–313.
Saryanti, D., Setiawan, I., & Safitri, R. A. (2019). Optimasi Formula Sediaan Krim M/A
Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata L.) Optimaliztion Of M/A Cream
Formula From Kepok Banana Peel (Musa acuminata L.) Extract. Jurnal Riset
Kefarmasian Indonesia, 1(3).
Sudarwati, T. P. L., & Fernanda, M. (2019). Aplikasi Pemanfaatan Daun Pepaya (Carica
papaya) Sebagai Biolarvasida Terhadap Larva Aedes aegypti. (N.R. Hariyati (ed.): 1 st
ed). Surabaya: Graniti.
Supriadi, Y., & Khoirin, N. (2022). Formulation and Evaluation of Grape Seed Oil (Vitis
Vinifera , L) Facial Cream with Variations in The Concentration of Stearic Acid as an
Emulsifier. Journal of Health Sciences and Medical Development, 01(01), 20–30.
Suryadi, A. M. A., Pakaya, M. S. Y., Djuwarno, E. N., & Akuba, J. (2021). Penentuan Nilai
Sun Protection Factor (SPF) Pada Ekstrak Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia)
Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Determination of sun protection factor (SPF)
value in lime (Citrus Aurantifolia) peel extract using Uv-Vis. Jambura Journal Health
Science and Research, 3(2), 169–180.
Tahar, N., Indriani, N., & Nonci, F. Y. (2019). Efek Tabir Surya Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia). ad-Dawaa’Journal of Pharmaceutical Sciences, 2(1).
Thomas, N. A., Tungadi, R., Papeo, D. R. P., Makkulawu, A., & Manoppo, Y. S. (2022).
Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
Terhadap Stabilitas Fisik Sediaan Krim. Indonesian Journal of Pharmaceutical
Education, 2(2), 143–152.
78
Wardani, I. M., & Vifta, R. L. (2021). Potensi Antioksidan dan Tabir Surya Ekstrak dan
Sediaan Krim Rambut Jagung (Zea mays L.) Indah. Journal of Holistics and Health
Sciences, 3(2), 233–245.
Warsito, W., Hidayat, N., & Putri, A. Y. (2018). Activity Test of Essential Lime Oil of
Leaves, Twigs, and Rind Against Escherichia coli and Bacillus cereus. JKPK (Jurnal
Kimia dan Pendidikan Kimia), 2(3), 126–132.
Zam, A. N. Z., & Musdalifah. (2022). Formulasi dan Evaluasi Kestabilan Fisik Krim
Ekstrak Biji Lada Hitam ( Piper nigrum L .) Menggunakan Variasi Emulgator. Journal
Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR), 4, 304–313.
LAMPIRAN
1. Penyiapan simplisia dan ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
Dilakukan Maserasi
79
Residu Filtrat I
Filtrat III
Ekstrak kental
2. Rancangan formulasi krim ekstrak etanol kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
Bahan
80
Fase Minyak
(asam stearat, adeps lanae, paraffin
liquidum, dan nipasol)
Ekstrak kulit
Fase Air jeruk purut
(triethanolamin, nipagin, dan
aquadest
Homogen
3. Uji stabilitas sediaan dan uji Sun Protection Factor (SPF) krim ekstrak etanol
kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.)
Uji Sun Protection Factor (SPF) Uji Stabilitas Fisika dan Kimia
Hasil
Analisa Data
Pembahasan
Kesimpulan
82
98,079 gram
= x 100 %
300 gram
= 32,693 %
1
Konsentrasi (1%) : x 100=1 g
100
3
Konsentrasi (3%) : x 100=3 g
100
5
Konsentrasi ( 5%) : x 100=5 g
100
15
2. Asam Stearat 15% : x 100=15 g
100
2
3. Triethanolamin 2% : x 100=2 mL
100
2
4. Adeps Lanae 2% : x 100=2 g
100
12, 5
5. Paraffin cair 12,5% : x 100=12 , 5 mL
100
0 , 05
6. Nipagin 0,05% : x 100=0 , 05 g
100
0 , 05
7. Nipasol 0,02% : x 100=0 , 02 g
100
50 mg 50 mL (1.000 ppm)
5 mL
50 mg
Perhitungan konsentrasi 1.000 ppm = =1.000 ppm
0 , 05 L
2.500
V1 =
1.000
V1 = 2,5 mL
3.500
V1 =
1.000
V1 = 3,5 mL
4.500
V1 =
1.000
V1 = 4,5 mL
84
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 5.6506626
= 56.50
85
𝝀
Abs
Konsentrasi (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 5.6061 6.9243 5.4679 5.99943333 0.015 0.0899915
295 6.1784 5.8863 5.3921 5.81893333 0.0817 0.475406853
Ekstrak 300 5.3087 6.334 5.467 5.70323333 0.2874 1.63910926
Kulit Jeruk 305 5.5122 6.1516 5.257 5.64026667 0.3278 1.848879413
10 57.11
Purut 700 310 5.2656 5.622 6.2296 5.70573333 0.1864 1.063548693
ppm 315 5.3341 6.0011 5.8261 5.72043333 0.0839 0.479944357
320 5.1523 8.6904 5.241 6.36123333 0.018 0.1145022
Jumlah 5.711382277
Keterangan :
CF : Faktor Korelasi (10)
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 5.711382277
= 57.11
Abs
Konsentrasi ࣅ(nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 5.2952 5.2065 5.5819 5.3612 0.015 0.080418
295 5.7554 5.6058 5.3563 5.5725 0.0817 0.45527325
Ekstrak 300 6.5438 5.7586 5.6896 5.99733333 0.2874 1.7236336
Kulit Jeruk 305 5.7038 5.9691 5.3732 5.68203333 0.3278 1.862570527
10 57.62
Purut 900 310 5.5605 5.931 5.8257 5.7724 0.1864 1.07597536
ppm 315 5.6304 5.2986 5.8395 5.5895 0.0839 0.46895905
320 5.0954 5.46 5.3071 5.2875 0.018 0.095175
Jumlah 5.762004787
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 5.762004787
= 57.62
Abs
Konsentrasi ࣅ(nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 0.5936 0.5934 0.5923 0.5931 0.015 0.0088965
295 0.5236 0.5231 0.5253 0.524 0.0817 0.0428108
300 0.4635 0.4644 0.4635 0.4638 0.2874 0.13329612
Formula 1
305 0.4303 0.4306 0.4322 0.43103333 0.3278 0.141292727
(1%) 500 10 4.48
310 0.4225 0.4242 0.4227 0.42313333 0.1864 0.078872053
ppm
315 0.4269 0.426 0.4259 0.42626667 0.0839 0.035763773
320 0.4276 0.4283 0.4283 0.42806667 0.018 0.0077052
Jumlah 0.448637173
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 0.448637173
= 4.48
87
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 0.8018 0.8086 0.8067 0.8057 0.015 0.0120855
295 0.7045 0.7072 0.7099 0.7072 0.0817 0.05777824
300 0.6201 0.6237 0.6226 0.62213333 0.2874 0.17880112
Formula 1
305 0.574 0.5764 0.5784 0.57626667 0.3278 0.188900213
(1%) 700 10 6.01
310 0.5634 0.5655 0.5675 0.56546667 0.1864 0.105402987
ppm
315 0.568 0.5716 0.5715 0.57036667 0.0839 0.047853763
320 0.5717 0.5765 0.5748 0.57433333 0.018 0.010338
Jumlah 0.601159823
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 0.601159823
= 6.01
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 1.0609 1.0676 1.0673 1.06526667 0.015 0.015979
295 0.9352 0.9376 0.9373 0.9367 0.0817 0.07652839
300 0.823 0.8246 0.8246 0.82406667 0.2874 0.23683676
Formula 1
305 0.7653 0.7646 0.7632 0.76436667 0.3278 0.250559393
(1%) 900 10 7.96
310 0.7466 0.7519 0.7502 0.74956667 0.1864 0.139719227
ppm
315 0.759 0.7571 0.7553 0.75713333 0.0839 0.063523487
320 0.7613 0.7591 0.7634 0.76126667 0.018 0.0137028
Jumlah 0.796849057
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
88
= 10 x 0.796849057
= 7.96
Abs
Konsentrasi ࣅ
ߣ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 1.0392 1.0392 1.0423 1.04023333 0.015 0.0156035
295 0.9147 0.9127 0.9106 0.91266667 0.0817 0.074564867
300 0.8087 0.8034 0.8052 0.80576667 0.2874 0.23157734
Formula 2
305 0.7452 0.7451 0.7451 0.74513333 0.3278 0.244254707
(3%) 500 10 7.77
310 0.7313 0.7313 0.7313 0.7313 0.1864 0.13631432
ppm
315 0.7343 0.7348 0.7345 0.73453333 0.0839 0.061627347
320 0.7387 0.7366 0.7387 0.738 0.018 0.013284
Jumlah 0.77722608
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 0.77722608
= 7.77
89
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 1.4054 1.4053 1.4128 1.40783333 0.015 0.0211175
295 1.2315 1.232 1.2275 1.23033333 0.0817 0.100518233
300 1.0828 1.0861 1.0829 1.08393333 0.2874 0.31152244
Formula 2
305 1.0046 1.0077 1.0049 1.00573333 0.3278 0.329679387
(3%) 700 10 10.49
310 0.9877 0.9939 0.9905 0.9907 0.1864 0.18466648
ppm
315 0.9954 0.9954 0.9956 0.99546667 0.0839 0.083519653
320 1.0047 1.0015 0.9977 1.0013 0.018 0.0180234
Jumlah 1.049047093
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 1.049047093
= 10.49
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 1.9427 1.8758 1.8969 1.90513333 0.015 0.028577
295 1.6414 1.6532 1.6533 1.6493 0.0817 0.13474781
300 1.4402 1.4475 1.4399 1.44253333 0.2874 0.41458408
Formula 2
305 1.3363 1.3361 1.3358 1.33606667 0.3278 0.437962653
(3%) 900 10 13.96
310 1.3107 1.3167 1.3168 1.31473333 0.1864 0.245066293
ppm
315 1.3314 1.324 1.3244 1.3266 0.0839 0.11130174
320 1.3327 1.3407 1.3249 1.33276667 0.018 0.0239898
Jumlah 1.396229377
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
90
= 10 x 1.396229377
= 13.96
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 0.97533566
= 9.75
91
Abs
Konsentrasi ࣅ(nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 1.8065 1.7887 1.7891 1.79476667 0.015 0.0269215
295 1.5747 1.5748 1.5749 1.5748 0.0817 0.12866116
300 1.3848 1.3915 1.3918 1.38936667 0.2874 0.39930398
Formula 3
305 1.2863 1.2924 1.2865 1.2884 0.3278 0.42233752
(5%) 700 10 13.41
310 1.2593 1.2654 1.2536 1.25943333 0.1864 0.23475837
ppm
315 1.2645 1.2842 1.2709 1.2732 0.0839 0.10682148
320 1.2759 1.2902 1.283 1.28303333 0.018 0.0230946
Jumlah 1.34189861
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 1.341898613
= 13.41
Abs
Konsentrasi ࣅ(nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 2.4081 2.4076 2.4872 2.4343 0.015 0.0365145
295 2.118 2.1555 2.118 2.1305 0.0817 0.17406185
300 1.8679 1.8677 1.8678 1.8678 0.2874 0.53680572
Formula 3
305 1.729 1.7294 1.746 1.7348 0.3278 0.56866744
(5%) 900 10 18.06
310 1.6807 1.713 1.6971 1.69693333 0.1864 0.31630837
ppm
315 1.6981 1.7158 1.7162 1.71003333 0.0839 0.1434718
320 1.7383 1.738 1.7182 1.7315 0.018 0.031167
Jumlah 1.80699668
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
92
= 10 x 1.80699668
= 18.06
5. Basis (K-)
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 -0.016 -0.0145 -0.0152 -0.01523333 0.015 -0.0002285
295 -0.0175 -0.0161 -0.0156 -0.0164 0.0817 -0.0013399
300 -0.0172 -0.0162 -0.0159 -0.01643333 0.2874 -0.0047229
Basis (K-) 305 -0.0168 -0.0163 -0.0162 -0.01643333 0.3278 -0.0053868
10 -0.16
500 ppm 310 -0.0162 -0.0164 -0.0152 -0.01593333 0.1864 -0.00297
315 -0.0164 -0.0168 -0.0157 -0.0163 0.0839 -0.0013676
320 -0.0167 -0.0162 -0.0155 -0.01613333 0.018 -0.0002904
Jumlah -0.0163061
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x -0.0163061
= -0.16
93
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 0.0118 0.0112 0.0116 0.011533333 0.015 0.000173
295 0.0097 0.0086 0.0094 0.009233333 0.0817 0.00075436
300 0.0085 0.0078 0.0078 0.008033333 0.2874 0.00230878
Basis (K-) 305 0.0076 0.0075 0.0082 0.007766667 0.3278 0.00254591
10 0.07
700 ppm 310 0.0078 0.0078 0.0074 0.007666667 0.1864 0.00142907
315 0.0072 0.007 0.007 0.007066667 0.0839 0.00059289
320 0.0056 0.0056 0.0056 0.0056 0.018 0.0001008
Jumlah 0.00790482
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 0.007904817
= 0.07
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 0.033 0.0372 0.0387 0.0363 0.015 0.0005445
295 0.0313 0.0349 0.0364 0.0342 0.0817 0.00279414
300 0.0307 0.0336 0.0352 0.033166667 0.2874 0.0095321
Basis (K-) 305 0.0306 0.0323 0.0341 0.032333333 0.3278 0.01059887
10 0.32
900 ppm 310 0.0311 0.0324 0.0337 0.0324 0.1864 0.00603936
315 0.0299 0.032 0.0328 0.031566667 0.0839 0.00264844
320 0.0287 0.0312 0.0315 0.030466667 0.018 0.0005484
Jumlah 0.03270581
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
94
= 10 x 0.03270581
= 0.32
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 2.2438 2.1981 2.1983 2.2134 0.015 0.033201
295 2.3063 2.3645 2.3651 2.3453 0.0817 0.19161101
300 2.5045 2.5039 2.5047 2.50436667 0.2874 0.71975498
Kontrol
305 2.4761 2.5727 2.5735 2.54076667 0.3278 0.832863313
Positif (K+) 10 25.44
310 2.842 2.6656 2.5414 2.683 0.1864 0.5001112
500 ppm
315 2.6323 2.8078 2.6325 2.69086667 0.0839 0.225763713
320 2.2947 2.2941 2.2283 2.27236667 0.018 0.0409026
Jumlah 2.544207817
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 2.544207817
= 25.44
95
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 5.3489 3.1978 5.2999 4.61553333 0.015 0.069233
295 5.482 5.3285 5.6371 5.48253333 0.0817 0.447922973
300 5.4398 5.2922 5.2202 5.3174 0.2874 1.52822076
Kontrol
305 5.7128 5.3242 5.2349 5.42396667 0.3278 1.777976273
Positif (K+) 10 55.23
310 5.663 6.4862 6.3929 6.1807 0.1864 1.15208248
700 ppm
315 5.2202 5.4924 5.1316 5.2814 0.0839 0.44310946
320 6.9264 5.1371 5.5118 5.85843333 0.018 0.1054518
Jumlah 5.523996747
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
= 10 x 5.523996747
= 55.23
Abs
Konsentrasi ࣅ (nm) Abs EE x I Abs x EE x I CF SPF
1 2 3
290 5.7228 5.4275 5.4703 5.5402 0.015 0.083103
295 5.415 5.2153 6.1826 5.6043 0.0817 0.45787131
300 5.3913 5.2437 5.2032 5.2794 0.2874 1.51729956
Kontrol
305 5.7532 5.819 5.3445 5.6389 0.3278 1.84843142
Positif (K+) 10 55.60
310 5.6965 5.3007 6.9469 5.98136667 0.1864 1.114926747
900 ppm
315 5.1901 5.118 5.349 5.21903333 0.0839 0.437876897
320 5.1566 5.6857 6.0726 5.6383 0.018 0.1014894
Jumlah 5.560998333
Keterangan :
EE : Efisiensi eritema
96
= 10 x 5.560998333
= 55.60
Lampiran 6. Tabel Hasil Uji Normalitas Dan Uji Paired Sample t test
Tabel 1. Uji pH
Te s ts o f No rmality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Te s ts o f No rmality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Cycling Test Uji
0.250 4 0.895 4 0.405
Daya Sebar
Te s ts o f No rmality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Cycling Test Uji
0.236 4 0.940 4 0.653
Viskositas
6 Linear (Series2)
4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Konsentrasi Formula
100
Lampiran 8. Dokumentasi
1. Pengolahan Simplisia
101
anginkan
2. Skrining Fitokimia
3. Formulasi Sediaan
106
Gambar 25. Bahan yang digunakan Gambar 26. Penyiapan alat dan
bahan
Gambar 29. Bahan fase minyak Gambar 30. Bahan fase air
Gambar 41. Pengujian Tipe Krim Gambar 42. Pengujian Tipe Krim
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
Gambar 51. Pengujian Daya Sebar Gambar 52. Pengujian Daya Sebar
Kontrol Negatif (K-) Sebelum Kontrol Negatif (K-) Setelah
Cycling Test Cycling Test
Gambar 53. Pengujian Daya Sebar Gambar 54. Pengujian Daya Sebar
Formula I Sebelum Cycling Test Formula I Setelah Cycling Test
112
Gambar 55. Pengujian Daya Sebar Gambar 56. Pengujian Daya Sebar
Formula II Sebelum Cycling Test Formula II Setelah Cycling Test
Gambar 57. Pengujian Daya Sebar Gambar 58. Pengujian Daya Sebar
Formula III Sebelum Cycling Test Formula III Setelah Cycling Test
113
Gambar 71. Proses pembutan larutan Gambar 72. Larutan induk 1.000
induk 1.000 ppm ppm
Lampiran 9. Persuratan
117
118
119
RIWAYAT HIDUP
Rasmah. Lahir di Pinrang 11 Oktober 2000. Anak ke empat dari Bapak Abd.
Rahman dan Ibu Masrah. Mulai menempuh pendidikan pada usia 6 tahun di SDN
121 Patampanua dan selesai pada tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan
pendidikan di SMAN 5 Pinrang dan selesai pada tahun 2018, ditahun yang sama
D.III Farmasi dan selesai pada tahun 2021. Setelah itu melanjutkan pendidikan di