Oleh:
DWI KARTIKA SARI
NIM. P07134016032
Oleh:
DWI KARTIKA SARI
NIM. P07134016032
i
LEMBAR PER SETUJU
LEMBAR PERSEMBAHAN
Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan tuntunan di
setiap langkah hidup ini yang selalu menyertai setiap waktu.Terimakasih kepada kedua
orang tua tercinta untuk motivasi, didikan, kasih sayang dan dukungan tiada henti yang
menginspirasi saya selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Terimakasih kepada
orang tua saya Wijiyanto dan Kaniyatin yang telah memberikan motivasi dan selalu
proses penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam melancarkan penelitian ini, termasuk Ibu Nita dan keluarga atas
bantuannya dalam menyediakan sampel penelitian. Terimakasih kepada adik saya rosyda
Terimakasih juga kepada Aprilia Wati, Trisna Utami, Yuni Kartika dan teman-
teman, sahabat, adik-adik dan keluarga JAK 16 karena telah meluangkan waktu untuk
saya, terimakasih atas dukungan, semangat, bantuan, candatawa, serta perjuangan kita
bersama.
Karya Tulis Ilmiah ini hanya sebagian kecil dari ilmu pengetahuan yang luas,
namun saya berharap dapat menjadi inspirasi dan bagian dari karya selanjutnya yang
lebih baik. Karya ini sepenuh hati saya persembakan bagi semua orang yang
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:
TIM PENGUJI:
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : P07134016032
1. Tugas Akhir dengan judul Uji Kapasitas Dan Aktivitas Antioksidan Air
adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
mestinya.
v
RIWAYAT PENULIS
vi
TEST OF CAPACITY AND ACTIVITIES OF RED ONIONS SKIN(Allium
Cepa L) BOILED WATER IN VARIOUS CONCENTRATIONS
ABSTRACT
Red onions skin is one of the onion’s parts that has not been utilized
effectively because it is considered waste. Red onions skin has secondary
metabolite compound as an antioxidant agent that has a lot of advantage for the
body. The purpose of this research are to know antioxidant capacity of red onion
boiled water at some concentration and antioxidant activity at the highest
antioxidant capacity. The type of research used was descriptive using the DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl) method by spectrophotometry with a standard solution of
gallic acid. The sample used in antioxidant examination is boiled water on shallot skin.
Based on the result test of antioxidant capacity of red onion boiled water at
concentration 2,5;5; 7,5; 10; and 12,5% continuously are 291.886 ±0.533; 303.449
± 0.705; 225.394 ± 0.774; 175.897 ± 0.581; 142.996 ± 0.426 ppm GAEAC. The
highest antioxidant capacity is at concentration of 5% with 10 grams red onion
skin/200 ml aquadest. The value of antioxidant activity at the highest
concentration is 0.293, that classified as weak antioxidant activity.
vii
UJI KAPASITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN AIR REBUSAN
KULIT BAWANG MERAH (Allium Cepa L) DALAM BERBAGAI
KONSENTRASI
ABSTRAK
Kulit bawang merah merupakan bagian dari tanaman bawang merah yang
belum dimanfaatkan secara efektif karena dianggap sebagai limbah. Kulit bawang
merah memiliki senyawa metabolit sekunder sebagai agen antioksidan yang
bermanfaat bagi tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kapasitas antioksidan air rebusan kulit bawang merah pada berbagai konsentrasi
dan aktivitas antioksidan pada kapasitas antioksidan tertinggi. Jenis penelitian
yang digunakan adalah deskriptif menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl) secara spektrofotometri dengan larutan standar asam galat.
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan antioksidan adalah air rebusan kulit
bawang merah. Berdasarkan hasil uji kapasitas antioksidan air rebusan kulit
bawang merah pada konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5% secara berturut-turut
adalah 291.886 ± 0.533; 303.449 ± 0.705; 225.394 ± 0.774; 175.897 ± 0.581;
142.996 ± 0.426 ppm GAEAC. Untuk kapasitas antioksidan tertinggi didapatkan
pada konsentrasi 5% dengan 10 gram kulit bawang merah/200 ml aquadest. Nilai
aktivitas antioksidan pada konsentrasi dengan kapasitas antioksidan tertinggi
adalah sebesar 0.293, yang tergolong aktivitas antioksidan lemah.
Kata kunci: kulit bawang merah, kapasitas antioksidan, aktivitas antioksidan
viii
RINGKASAN PENELITIAN
Uji Kapasitas dan Aktivitas Antioksidan Air Rebusan Kulit Bawang Merah
(Allium Cepa L) dalam Berbagai Konsentrasi
Kulit bawang merah merupakan bagian dari tanaman bawang merah yang
belum dimanfaatkan secara efektif karena dianggap sebagai limbah. Kulit bawang
fitokimia terhadap kulit bawang merah menggunakan berbagai pelarut. Hasil uji
yang berbeda-beda pada setiap fraksi. Pada fraksi air didapatkan hasil positif
pada fraksi n-heksana positif mengandung saponin, steroid dan terpenoid. Serta
pada fraksi etil asetat hanya positif pada flavonoid, polifenol dan alkaloid.
rebusan kulit bawang merah pada berbagai konsentrasi serta aktivitas antioksidan
pada konsentrasi dengan kapasitas antioksidan tertinggi. Pada penelitian ini kulit
dilakukan uji kapasitas dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-
bertujuan untuk melihat kapasitas dan aktivitas antioksidan pada air rebusan kulit
ix
kulit bawang merah dilakukan pada pedagang bawang merah kupas yang
pada konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5% secara berturut-turut adalah 291.886 ±
0.533; 303.449 ± 0.705; 225.394 ± 0.774; 175.897 ± 0.581; 142.996 ± 0.426 ppm
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari air rebusan kulit bawang merah
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Uji Kapasitas dan Aktivitas Antioksidan Air Rebusan Kulit Bawang Merah
(Allium cepa L) Dalam Berbagai Konsentrasi dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada
2. Ibu Cok Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si selaku Ketua Jurusan
3. Drs. I Gede Sudarmanto, B.Sc., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
xi
4. Bapak I Wayan Karta, S.Pd., M.Si selaku pembimbing pendamping yang
saran kepada peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Serta teman teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dan mendukung sehingga Karya Tulis Ilmiah
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
harapan penulis agar Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat dan dapat digunakan
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
xiii
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
B. Flavonoid .............................................................................................................. 13
D. Antioksidan ........................................................................................................... 16
A. Jenis Penelitian...................................................................................................... 30
C. Sampel Penelitian.................................................................................................. 30
A. Hasil ...................................................................................................................... 38
xiv
B. Pembahasan ........................................................................................................... 42
A. Simpulan ................................................................................................................ 52
B. Saran ....................................................................................................................... 52
LAMPIRAN ................................................................................................................ 59
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4. Hasil Kapasitas Antioksidan Air Rebusan Kulit Bawang Merah ........... 40
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xviii
DAFTAR SINGKATAN
%I : Persen inhibisi
DPPH : 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
mM : milimolar
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini istilah antioksidan tidak asing lagi di telinga masyarakat dan
sudah menjadi topik penting dalam berbagai disiplin ilmu. Khususnya dalam
bidang kedokteran dan kesehatan, teori tentang senyawa radikal bebas dan
bahwa sebagian besar penyakit diawali oleh reaksi oksidasi yang berlebihan di
dalam tubuh.
Salah satu senyawa yang perlu diwaspadai adalah adanya radikal bebas
dalam tubuh. Radikal bebas adalah suatu bentuk molekul yang tidak stabil dan
mudah melakukan reaksi dengan molekul penting dalam tubuh. Molekul pada
menghentikan atau memutuskan reksi berantai dari radikal bebas akibat proses
terkadang karena gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat mengakibatkan
produksi molekul terlalu berlebihan sehingga bersifat radikal terhadap sel normal
pada tubuh, yang berisiko menyebabkan penyakit degeneratif dan penuaan dini,
Akibatnya, radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh tidak lagi diimbangi
dijual dipasaran. Namun, antioksidan sintetik seperti BHA dan BHT yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sayuti dan Yenrina (2015) didapat
bahwa antioksidan sintetik BHA dan BHT dapat menyebabkan kerusakan pada
sebagai bahan pangan ataupun sebagai obat. Tumbuhan bawang merah adalah
kehidupan sehari-hari, tidak pernah lepas dari kegiatan manusia, mulai dari
sejenis tumbuhan semusim, yang memiliki umbi berlapis, berakar serabut, dengan
2
daun berbentuk silinder berongga. Umbi bawang merah mengandung senyawa -
kuersetin yang bertindak sebagai agen untuk mencegah sel kanker. Kandungan
lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol,
Indonesia sebesar 1,47 juta ton. Khususnya di Bali pada tahun 2016 mencapai
18,024 ton (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2018). Seiring dengan
meningkatnya produksi bawang merah dari tahun ke tahun, tentunya jumlah kulit
bawang merah yang dihasilkan juga meningkat. Selama ini kulit bawang merah
Kulit bawang merah merupakan bagian dari tanaman bawang merah yang
sebagian besar dihasilkan dari limbah rumah tangga dan pertanian, yang terbatas
menghasilkan 20 kg bawang merah kupas dengan sisa kulit bawang merah kurang
lebih sebanyak 5 kg yang sama sekali tidak dimanfaatkan lagi, akan tetapi dibuang
begitu saja sebagai limbah. Keberadaan limbah kulit bawang yang kian
3
dilansir dari NusaBali.com (2019) aktivitas pembakaran limbah kulit bawang
merah disebuah lahan sebelah barat Pasar Galiran Klungkung, dikeluhkan warga
hingga salah satu bayi warga harus dibawa kedokter akibat gangguan pernapasan.
Sehingga dengan adanya penelitian pemanfaatan kulit bawang merah ini dapat
karena dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke senyawa radikal atau
kulit bawang merah dengan menggunakan berbagai pelarut. Hasil uji fitokimia
saponin, steroid, alkaloid dan terpenoid. Namun memiliki intensitas yang berbeda-
beda pada setiap fraksi. Berdasarkan penelitian Ahayu, Urniasih, dan Malia (2015)
dilakukan skrining fitokimia terhadap kulit bawang merah dengan fraksi air, n-
heksana dan etil asetat. Pada fraksi air didapatkan hasil positif mengandung
heksana positif mengandung saponin, steroid dan terpenoid. Serta pada fraksi etil
bawang merah dengan konsentrasi terendah yaitu 2,5% yang direaksikan dengan
4
reagen DPPH kemudian diinkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit,
didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan warna larutan dari ungu menjadi kuning,
hal ini menandakan bahwa air rebusan kulit bawang merah memiliki senyawa
berbagai konsentrasi air rebusan kulit bawang merah serta aktivitas antioksidan
kulit bawang merah yang tidak memiliki nilai ekonomis di masyarakat ini dapat
diminimalisir dan akan menjadi salah satu limbah yang bermanfaat. Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan “Uji
Kapasitas dan Aktivitas Antioksidan Air Rebusan Kulit Bawang Merah (Allium
B. Rumusan Masalah
diteliti adalah:
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
rebusan kulit bawang merah pada berbagai kosentrasi dan aktivitas antioksidan
2. Tujuan khusus
(Allium cepa L) pada konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 % dengan metode
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).
b. Mengukur aktivitas antioksidan air rebusan kulit bawang merah (Allium cepa
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
memberikan informasi ilmiah mengenai kapasitas dan aktivitas air rebusan kulit
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat
tentang kapasitas dan aktivitas air rebusan kulit bawang merah pada konsentrasi
yang paling baik, sehingga dapat dimanfatkan dan diolah sebagai minuman herbal
6
b. Bagi peneliti
pengetahuan penulis tentang uji kapasitas dan aktivitas antioksidan pada kulit
bawang merah serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta
berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis.
Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah
mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena
inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol
berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga
ruangan dan tidak berdaging (Putra, 2015). Bawang merah merupakan kontributor
Bawang merah mengandung dua jenis flavonoid, yaitu flavonol dan antosianin.
Flavonol terkandung dalam bawang merah sebesar 38,2 mg/kg, merupakan zat
yang larut dalam air, terdiri dari dua gugusan glycon (gula), dan gugusan aglycon
(tanpa gula). Flavonoid utama yang ditemukan dalam bawang merah adalah
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
9
3. Morfologi bawang merah
a. Akar
Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok dan akar adventif.
Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil,
kemudian akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke
atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar pokok
berfungsi sebagai tempat tumbuh. Akar adventif dan bulu akar yang berfungsi
untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari
dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan
b. Batang
Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis bulbus yang
berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian
c. Daun
mirip pipa, berlubang, berukuran panjang lebih dari 45 cm, dan meruncing pada
bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hujau muda, tergantung varietasnya.
Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan
10
akhirnya menguning mulai dari bagian bawah tanaman. Daun relatif lunak. Jika
diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah. Setelah kering di
penjemuran, daun tanaman bawang merah melekat relatif kuat dengan umbi
d. Bunga
Bunga bawang merah terdiri atas tangkai bunga dan tandan bunga.
Tangkai bunga berbentuk ramping, bulat, dan berukuran panjang lebih dari 50 cm.
Pangkal tangkai bunga bagian bawah agak menggelembung dan tangkai bagian
atas berukuran lebih kecil. Pada bagian ujung tangkai terdapat bagian yang
berbentuk kepala dan berujung agak runcing, yaitu tandan bunga yang masih
tampak dan muncul kuncup-kuncup bunga dengan ukuran tangkai kurang dari
bawang merah. Kulit bawang merah merupakan limbah yang terbuang dan
tersedia cukup banyak. Lapisan luar bawang yang kering, mengandung sejumlah
antioksidan yang efektif terhadap peroksida lipid non enzimatik dan oksidasi LDL.
Kulit bawang merah mengandung senyawa aktif yaitu kuersetin glikosida seperti
11
Gambar 2. Kulit Bawang Merah
(Sumber: http://jakarta.litbang.pertanian.go.id)
Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Kulit Bawang Merah dengan Metode DPPH
menggunakan fraksi metanol menunjukkan nilai IC50 kulit bawang sebesar 15,44
ppm sedangkan IC50 kuersetin yaitu sebesar 2,69 ppm. Nilai IC50 ekstrak kulit
bawang merah yang diperoleh termasuk dalam golongan antioksidan yang sangat
kuat, dimana nilai IC50 aktivitas antioksidan pada ekstrak didapat sebesar 43,79
ppm.
12
B. Flavonoid
terbesar yang ditemukan di alam, terutama dapat ditemukan di buah dan sayur.
Flavonoid ini merupakan bagian dari golongan polifenol sehingga sama halnya
polifenol, flavonoid juga memiliki efek kesehatan baik dalam menangkal radikal
reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim (Bilqistiputri et al, 2014).
seperti bunga, daun, buah, kulit dan akar. Akan tetapi, senyawa flavonoid tertentu
warna dari buah, bunga dan daun. Sebagian besar flavonoid alam ditemukan
dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Flavonoid
dapat ditemukan sebagai mono-, di-, atau triglikosida. Dimana satu, dua atau tiga
gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut
dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut organik sepeti eter, benzena,
lapisan tipis kulit luar yang berwarna merah mengandung serat dan senyawa
flavonol terbesar, kuersetin dan glikosidanya berada dalam jumlah (60-75)% dari
13
degeneratif dengan cara mencegah terjadinya peroksidase lemak (Rahayu dkk,
2010).
seperti air. Ekstrak air adalah ekstrak yang menggunakan air sebagai cairan
proses kembali dengan cara pemekatan atau pengeringan. Pelarut air merupakan
salah satu pelarut yang mudah, murah dan dipakai secara luas oleh masyarakat.
Secara umum peningkatan suhu air, dapat meningkatkan kelarutan suatu zat
bahwa ekstrak kulit bawang merah dengan fraksi air mengandung senyawa
senyawa flavonol terbesar serta kaya akan serat yang dapat membantu masalah
pencernaan, beberapa jenis kanker dan diabetes tipe 2 (Rahayu dkk, 2010).
C. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu
atau lebih elektron tak berpasangan. Radikal bebas dianggap berbahaya karena
pula terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya
yang tidak beraturan, karena sangat reaktif, radikal bebas dapat menimbulkan
kerusakan di berbagai bagian sel. Radikal bebas dapat mengoksidasi sel DNA,
14
asam nukleat, asam lemak tak jenuh, karbohidrat, lemak, dan protein sehingga
Dalam tubuh manusia, tanpa disadari terbentuk radikal bebas secara terus-
bebas eksogen terjadi karena adanya polusi lingkungan, ultraviolet, asap rokok
juga makin meningkat. Secara endogenus, hal ini berkaitan dengan laju
radikal bebas akan terbentuk lebih banyak. Secara eksogenus, kemungkinan tubuh
terpapar dengan polutan juga semakin tinggi, seiring dengan meningkatnya umur
mengakibatkan penyakit seperti kanker, serangan jantung dan stroke. Hal ini
terjadi karena radikal bebas tersebut merusak sel sehingga kemampua sel untuk
beradaptasi terhadap lingkungan berkurang dan sel akan mati (Irmawati, 2014).
15
D. Antioksidan
1. Pengertian antioksidan
biologis lebih luas lagi, yaitu semua senyawa yang dapat meredam dampak
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan
2. Klasifikasi antioksidan
secara alami ada dalam tubuh, namun jumlahnya sedikit dan akan semakin
16
tambahan dari makanan yang dikonsumsi (Ariani, 2017). Jenis antioksidan di
a. Antioksidan enzim
Enzim merupakan jenis antioksidan yang berasal dari protein dan mineral
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Enzim ini disintesis di dalam tubuh. Agar
(Irmawati, 2014).
b. Antioksidan vitamin
c. Antioksidan fitokimia
Warna buah-buahan dan sayuran merupakan pigmen yang bermanfaat sebagai zat
17
E. Kapasitas dan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
menunda reaksi antara substrat dengan radikal bebas. Aktivitas antioksidan terdiri
sebagai agen pereduksi yang merupakan salah satu indikator penting untuk
pada sampel bahan alam, yang diekstrak umumnya dengan pelarut metanol dan
masih banyak lagi. Senyawa fenolik secara umum banyak ditemukan pada
tanaman baik pada bagian yang dapat dimakan atau tidak dapat dimakan.
hidrogen kepada radikal sehingga menghentikan oksidasi lipid pada tahap inisiasi
(Irmawati, 2014).
antioksidan yang efektif, rasio konsentrasi radikal bebas dengan antioksidan harus
Radu, 2010):
18
1. Aktivitas antioksidan didefinisikan sebagai tingkat keaktifan suatu
oleh larutan pengujian antioksidan yang dapat mengarah pada hasil berbeda
antioksidan yang secara universal mampu secara efisien meredam semua jenis
radikal bebas.
stabil pada suhu kamar, berbentuk kristal berwarna ungu dan sering digunakan
alam. Radikal bebas DPPH akan ditangkap oleh senyawa antioksidan melalui
reaksi penangkapan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas
dapat mengurangi radikal bebas yang bersifat toksik (Wigani, 2017). DPPH
19
menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik
yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH
(Afrianti, 2010).
terjadi akibat reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan. Radikal DPPH
adalah senyawa radikal bebas yang stabil dengan warna ungu geap yang ketika
menjadi kuning (Muharni, Elfita, dan Amanda, 2013). Berikut reaksi antara
Campuran reaksi berupa larutan pada sampel dengan radikal bebas DPPH
yang dilarutkan dalam metanol dan diinkubasi pada ruangan gelap selama 30
menit dan dibaca pada panjang gelombang 400-600 nm. Sehingga, penambahan
radikal DPPH dengan satu atom hidrogen yang dilepaskan oleh sampel sehingga
20
yang terdapat dalam sampel kehilangan atom hidrogen yang akan menjadi radikal
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk
Tabel 1
Tingkat Kekuatan Antioksidan
Standar antioksidan seperti asam galat, asam askorbat dan Trolox sering
askorbat atau vitamin C dikenal sebagai sumber antioksidan yang sangat kuat,
dapat mendonorkan atom hidrogen dan membentuk radikal bebas askorbil yang
relatif stabil (Muchtady, 2012). Asam askorbat yang biasa digunakan sebagai
2011).
merupakan senyawa analog vitamin E yang larut dalam air dengan satuan TEAC,
pada sampel yang mengandung vitamin E, karena vitamin E salah satu sumber
21
Berdasarkan penelitian Yoga (2015), asam galat merupakan standar yang
paling efektif dalam mereduksi radikal Bebas DPPH 0,1 mM dibandingkan asam
askorbat dan Trolox. Asam galat merupakan golongan senyawa polifenol yang
telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dengan satuan GAEAC.
Struktur asam galat memiliki 3 gugus OH yang dapat menangkap radikal bebas
Konsentrasi DPPH
Nilai AAI=
IC50
konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang sesuai. Persen inhibisi dihitung
sebagai berikut:
[Ab-Aa]
Persentase inhibisi= ×100
Ab
Keterangan:
Index), dikatakan aktivitas antioksidan yang lemah jika AAI <0,5, aktivitas
antioksidan sedang saat AAI antara 0,5 - 1,0, aktivitas antioksidan yang kuat saat
AAI antara 1,0 - 2,0, dan sangat kuat saat AAI> 2,0 (Scherer dan Godoy, 2009).
22
F. Spektrofotometer Ultra Violet-Visible
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Teknik
ini biasanya meliputi dua metode yaitu metode absorbansi tinggi dan metode
absorbansi renda. Yang pertama digunakan untuk analisis larutan yang sangat
pekat, sedangkan absorbansi rendah digunakan untuk larutan yang sangat encer.
Pada kedua teknik tersebut, konsentrasi sekali tidak dipengaruhi oleh perubahan
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
23
2. Penyerapan terjadi dalam volume yang mempunyai penampang luas yang
sama.
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Gandjar dan Rohman,
2007).
absorbansi akan membentuk suatu garis lurus. Kedudukan dari garis lurus tersebut
lebih tepat jika ditentukan dengan analisis regresi. Hubungan antara konsentrasi
y = a + bx
y = menyatakan absorbansi
x = konsentrasi
a = tetapan regresi dan juga disebut dengan intersep (Gandjar dan Rohman, 2007).
Nilai kemiringan atau slope pada suatu kurva baku dapat digunakan untuk
melihat sensitifitas suatu metode analisis. Harga koefisien korelasi (r) dapat
sempurna yakni semua titik percobaan terletak pada satu garis lurus yang
korelasi positif sempurna, yakni semua titik percobaan terletak pada satu garis
24
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis Spektrofotometri Uv-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa
2) Waktu Operasional
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Antioksidan
Alami Sintetis
Tanaman
Daun Bawang
Kulit Bawang
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 4. Kerangka Konsep
Berdasarkan keragka konsep diatas, terdapat 2 jenis antioksidan yaitu
antioksidan alami dan sintetis. Sumber dari antioksidan alami ini dapat berasal
dari tanaman, khususnya tanaman bawang merah. Bawang merah terdiri dari
beberapa bagian antara lain daun, umbi dan kulit bawang merah. Kulit bawang
merah inilah yang penulis teliti menggunakan air rebusan pada suhu (90-100)0C
1. Variabel penelitian
2. Definisi operasional
berikut:
Tabel 2
Definisi operasional
27
1 2 3 4
merah yang merah dalam berbagai
menunjukkan konsentrasi dengan
kemampuan dalam metode DPPH
menangkal radikal menggunakan larutan
bebas. standar asam galat
secara secara
spektrofotometri
Aktivitas Tingkat keaktifan Pengukuran Rasio
Antioksidan antioksidan dalam air absorbansi sampel air kategori nilai
rebusan kulit bawang rebusan kulit bawang aktivitas
merah dalam merah dalam berbagai antioksidan
menangkal senyawa konsentrasi dengan yaitu:
radikal bebas menjadi metode DPPH Nilai AAI
bentuk non radikal yang menggunakan larutan <0,5= Lemah
ditandai dengan standar asam galat Nilai AAI >0,5-
perubahan warna secara secara 1= Sedang Nilai
larutan dari ungu spektrofotometri AAI 1-2= Kuat
menjadi kuning. NilaiAAI>2=
Sangat Kuat
(Scherer dan
Godoy, 2009).
Kulit bawang Bagian terluar dari Observasi -
merah tumbuhan bawang
merah spesies Allium
Cepa l yang diambil
dari lapis pertama
sampai kedua dari luar.
Air rebusan Air hasil rebusan kulit Observasi dengan Ordinal
kulit bawang bawang merah selama 5 pengukuran
merah menit pada suhu 90o- menggunakan
100oC. termometer air raksa
28
1 2 3 4
Konsentrasi Perbandingan antara kulit Membuat variasi Rasio
Air Rebusan bawang merah dengan air konsentrasi dengan
Kulit sehingga diperoleh variasi perbandingan tertentu
Bawang konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10; kulit bawang merah
Merah 12,5 % dengan pelarut air
bersih.
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
bertujuan untuk melihat kapasitas dan aktivitas antioksidan pada air rebusan kulit
1. Tempat penelitian
bawang merah kupas yang berlokasi di banjar. Bongan Pala, Kabupaten Tabanan.
2. Waktu penelitian
C. Sampel Penelitian
1. Sampel penelitian
a. Unit analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah kapasitas dan aktivitas antioksidan
sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kulit bawang merah
1) Kulit bawang merah dengan spesies Allium Cepa L, berwarna merah yang
luar
3) Kulit bawang merah dari umbi bawang merah dalam kondisi yang masih baik
4) Kulit bawang merah yang kering dan tidak berair atau busuk
menggunakan 5 konsentrasi air rebusan kulit bawang merah yaitu 2,5; 5; 7,5; 10;
dan replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Sehingga didapatkan total data sebanyak
45 data.
c. Teknik sampling
pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-
31
D. Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
kapasitas antioksidan pada berbagai konsentrasi rebusan kulit bawang merah dan
deksripsi dari hasil analisis laboratorium mengenai uji kapasitas pada berbagai
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
(lampiran 1)
b. Alat-alat tulis
c. Kamera
1) Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 1 buah blender, pipet
tetes, batang pengaduk, spatula, 1 buah pipet volume 1 mL, 2 mL, 5 mL (Iwaki
pyrex), pipet ukur 5 mL (Iwaki pyrex), 1 buah mikropipet 10-100 µL dan 1000
32
µL (Socorex), 5 buah gelas arloji, ball pipet (Ddann ball pipet), tabung reaksi
(Iwaki pyrex), rak tabung, labu takar 10 mL dan 50 mL (Iwaki pyrex), 1 buah
gelas ukur (Iwaki pyrex) 1000 mL, beaker glass, 1 buah kompor listrik, 1 buah
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel kulit
bawang merah (Allium cepa L), serbuk DPPH, asam galat, metanol, akuades,
E. Prosedur kerja
1. Preparasi sampel
b. Kulit bawang merah yang sudah bersih dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan
dan 25 gram
33
4) Konsentrasi 10% dibuat dengan melarutkan 20 gram kulit bawang merah
g. Hasil rebusan disaring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh kemudian
2) Dilarutkan dengan metanol dan tepatkan dalam labu takar 100 mL (Indranila
gelombang 450-600 nm
34
1) Ditimbang 0,01 gram asam galat
b. Pengukuran seri larutan pembanding asam galat 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15;
17,5 ppm
1) Dipipet masing-masing 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5 µL larutan induk
asam galat
merah
selama 5 detik
selama 30 menit)
35
ppm Х x total volume (L) x FP x 100
Kapasitas antioksidan (%) =
mg sampel
Keterangan:
FP = faktor pengenceran
tertinggi
1) Dipipet larutan sampel masing-masing 0; 10; 12; 14; 16; 18 dan 20 µL dari
berikut:
[Ab-Aa]
Persentase inhibisi= ×100
Ab
Keterangan.
36
Menghitung nilai IC50 dengan cara memasukkan nilai persentase inhibisi
Konsentrasi DPPH
Nilai AAI =
IC50
sedang saat AAI antara 0,5 - 1,0, aktivitas antioksidan yang kuat saat AAI antara
1,0 - 2,0, dan sangat kuat saat AAI> 2,0 (Scherer dan Godoy, 2009).
Data yang diperoleh dari hasil analisis kapasitas dan aktivitas antioksidan
pada air rebusan kulit bawang merah akan diolah dengan menggunakan teknik
tabel pengolahan data secara tabulasi, yaitu teknik penyajian data dalam bentuk
2. Analisis data
Data – data yang di dapat tidak di analisis secara statistik namun akan di
bahas sesuai dengan keadaan/ kejadian yang sebenarnya dari hasil uji kapasitas
37
BAB V
A. Hasil
bawang merah kupas berlokasi di Banjar Bongan Pala, Desa Bongan, Kabupaten
Tabanan. Bagian bawang merah yang dijadikan sampel penelitian adalah pada
bagian kulitnya, karena bagian ini jarang dimanfaatkan dan dilaporkan memiliki
Kulit bawang merah yang digunakan adalah kulit bawang merah dengan spesies
Allium Cepa L, dengan karakteristik berwarna merah, berasal dari bawang merah
segar yang tidak berair atau busuk, diambil dari dua lapisan kulit terluar yang
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air rebusan kulit
bawang merah. Tahap pertama yang dilakukan setelah sampel dipreparasi adalah
38
Kurva Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
0.55
0.547
0.544
0.545 0.543
Absorbansi
0.546 0.547
0.54
0.54 0.543
0.535 0.538
0.53
515 516 517 518 519 520 521 522
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 5. Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
maksimum yang didapatkan pada larutan standar dengan konsentrasi 10 ppm yaitu
absorbansi satu seri larutan standar. Larutan standar yang digunakan adalah asam
galat dengan konsentrasi 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5. Selanjutnya
1.0
Kurva Standar Asam Galat
y = -0,0433x + 0,9033
0.8 R² = 0,9967
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0.0
0 5 10 15 20
C (ppm)
Gambar 6. Kurva Standar Asam Galat
39
absorbansinya semakin kecil, sehingga diperoleh persamaan regresi linier kurva
standar asam galat sebesar y = -0,0433x + 0,9033. Persamaan regresi yang telah
berbagai konsentrasi air rebusan kulit bawang merah dengan metode DPPH secara
Tabel 4
Kapasitas Antioksidan Air Rebusan Kulit Bawang Merah dalam Berbagai
Konsentrasi
Hasil Kapasitas Antioksidan (ppm GAEAC)
Konsentrasi
No. Replikasi Replikasi Replikasi Rata-rata dan
(%)
I II III Standar Deviasi
antioksidan dilakukan pada konsentrasi air rebusan kulit bawang merah dengan
40
Pengukuran absorbansi dari masing-masing seri air rebusan kulit bawang
50
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200
C (ppm)
Gambar 7. Kurva Seri Larutan Standar
lurus dengan besarnya % inhibisi, dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi
bahan uji yang ditambahkan maka persen penangkapan radikal DPPH semakin
besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya juga semakin
Tahap berikutnya yaitu mengukur IC50 dan nilai aktivitas antioksidan dari
41
Tabel 5
Hasil Pengukuran Nilai Aktivitas Antioksidan (AAI)
IC50 134.297
Nilai Aktivitas Antioksidan (AAI) 0.293
antioksidan yang telah dilakukan, nilai IC50 dari air rebusan kulit bawang merah
B. Pembahasan
kulit bawang merah yang telah melewati proses perebusan pada suhu 90-1000C
selama 5 menit. Pemilihan suhu 90-1000C selama 5 menit didasarkan sifat sampel
karena dalam lapisan tipis kulit luar bawang merah mengandung serat dan
flavonoid akan terekstrak secara optimal pada suhu 90-1000C selama 5 menit.
Proses perebusan dengan suhu tinggi dapat memecahkan atau membuka jaringan
sampel sehingga komponen aktif dapat terekstrak keluar. Pada proses perebusan,
air dapat masuk ke dalam dinding sel dan vakuola sehingga mampu melarutkan
senyawa aktif yang ada dalam sampel. Hal serupa diungkapkan oleh Azman et al
42
beberapa tanaman meningkat seiring dengan kenaikan suhu antara 45-1000C, akan
tetapi dapat mengalami penurunan bila suhu ekstraksi dinaikkan hingga 1200C.
air rebusan kulit bawang merah yang telah dipreparasi sebelumnya. Pengukuran
maksimal adalah panjang gelombang maksimal DPPH yang masih tersisa dalam
yang tinggi dan linear sehingga adanya sedikit perubahan pada konsentrasi
senyawa akan memberikan perubahan yang besar pada absorbansi yang dihasilkan,
absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar, (b) di sekitar
panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi
ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang pajang gelombang
43
akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang mkasimal (Gandjar dan
Rohman, 2007).
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku
yaitu DPPH yang dilarutkan dalam metanol dengan tujuan untuk mendapatkan
serapan DPPH tanpa gangguan serapan dari senyawa-senyawa lain dalam sampel.
Pengukuran panjang gelombang juga perlu dilakukan pada bahan uji tanpa
pada larutan uji dengan penambahan DPPH adalah hanya absorbansi DPPH yang
masih tersisa dalam larutan uji dan tidak ada senyawa lain yang terbaca
maksimum (lampiran 1)
dengan konsentrasi 10 ppm yaitu sebesar 520 nm dengan absorbansi sebesar 0.547.
Panjang gelombang ini berbeda dengan panjang gelombang teoritis, yaitu 517 nm.
Hal ini diperbolehkan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Farmakope
Indonesia edisi IV, yaitu batas pergeseran yang diperkenankan adalah maksimum
sebesar 3 nm. Oleh karena itu, panjang gelombang maksimum yang digunakan
pada penelitian ini adalah 520 nm. Pada panjang gelombang 520 nm warna yang
diamati atau diserap yaitu merah anggur, hal ini sesuai dengan warna sampel
dimana warna sampel merah bata keunguan yang mendekati warna serapan pada
44
Pergeseran panjang gelombang ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti pelarut, kromofor organik, gugus fungsional dalam suatu molekul, efek
gelombang yang lebih panjang (Gandjar dan Rohman, 2007). Hal tersebut sesuai
pelarut yang bersifat polar yang dapat menarik senyawa metabolit sekunder
seperti golongan fenol dan flavonoid yang juga larut dalam dalam pelarut polar.
prosedur yang dilakukan sama dengan perlakuan pada sampel. Larutan standar
yang digunakan adalah asam galat. Asam galat sering digunakan dalam banyak
kandungan fenolik total bahan tumbuhan yang diuji (Javanmardi et al, 2013).
yaitu karena asam galat terbentuk dari 3-dehydroshikimic acid pada jalur sikimat
yang melalui seragkaian tahapan reaksi kimia hingga diperoleh asam amino
dasar yang ditemukan pada cinamic acid, coumarins, lignans dan flavonoids
(Kate, 2014). Asam galat termasuk dalam golongan antioksidan alami yang sering
paling efektif dalam mereduksi radikal Bebas DPPH 0,1 mM dibandingkan asam
45
askorbat dan Trolox. Asam galat merupakan golongan senyawa polifenol yang
larutan standar asam galat, hubungan antara absorbansi dan konsentrasi standar
adalah berbanding terbalik. Semakin besar konsentrasi bahan uji maka absorbansi
yang terbaca semakin kecil, yang berarti aktivitas bahan uji dalam menangkap
radikal DPPH semakin besar. Absorbansi yang terukur merupakan absorbansi sisa
DPPH yang tidak bereaksi dengan larutan uji (Widyaningsih, 2010). Hasil dari
pengukuran absorbansi larutan standar asam galat yang telah diplot dalam kurva
koefisien korelasi tersebut telah memenuhi standar SNI 6989.8.2009 yaitu ≥ 0.995
dimana hasil tersebut mendekati angka 1.00 sehingga didapatkan hubungan yang
antioksidan dalam air rebusan kulit bawang merah yang mampu menangkal
konsentrasi air rebusan kulit bawang merah yang telah dibuat serta untuk
rebusan kulit bawang merah dari konsentrasi terendah 2,5% yaitu 291.886 ± 0.533
46
ppm GAEAC. Lalu pada konsentrasi 5% nilai rata-rata kapasitas antioksidan naik
menjadi 303.449 ± 0.705 ppm GAEAC. Kemudian pada konsentrasi 10% nilai
akan semakin besar pula peredamannya yang ditandai dengan terbentuknya warna
Jadi konsentrasi yang paling baik dalam menangkal radikal bebas yaitu
konsentrasi 12,5% kulit bawang merah dapat disebabkan karena senyawa aktif
yang terkandung dalam kulit bawang merah tidak dapat larut atau terekstrak
sempurna dengan 200 mL air atau dapat dikatakan larutan tersebut lewat jenuh.
Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya
yang tidak stabil, sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi
adalah karena senyawa yang terkandung dalam air rebusan kulit bawang merah
47
masih belum murni, maka pada konsentrasi yang tinggi, zat aktif yang terkandung
dalam kulit bawang merah akan berkompetisi kelarutannya dengan zat lainnya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Manulang (2010) bahwa di dalam kulit bawang
merah tidak hanya mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai agen
glikosida dan steroid atau triterpenoid yang bersifat sebagai agen antibakteri.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2015) hasil fitokimia kulit
Sehingga tidak sepenuhnya dengan konsentrasi yang tinggi kelarutan zat aktif
kulit bawang merah dengan kapasitas antioksidan tertinggi yaitu pada konsentrasi
5% (10 gram kulit bawang merah dengan 200 mL aquadest). Sebelum dilakukan
rebusan kulit bawang merah konsentrasi 5% yang telah dibuat dengan beberapa
konsentrasi, yaitu 0; 100; 120; 140; 160; 180; dan 200 ppm. Tujuan dari
linear antara konsentrasi (ppm) dengan % inhibisi, sehingga diperoleh nilai IC50
dan selanjutnya akan diperoleh gambaran mengenai aktivitas antioksidan dari air
48
nilai tingkat inhibisi akan naik. Absorbansi sampel turun karena elektron pada
larutan berubah dari ungu pekat menjadi kuning bening. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rahayu, Ardana dan Ridai (2017) Nilai tingkat inhibisi meningkat seiring
didapatkan nilai IC50 sebesar 134.297 dan nilai aktivitas antioksidan (AAI)
sebesar 0.293. Hal ini berarti bahwa pada konsentrasi 134.297 ppm sampel dapat
AAI (Antioxidant Activity Index), dikatakan aktivitas antioksidan yang lemah saat
AAI <0,5; aktivitas antioksidan sedang saat AAI antara 0,5 - 1,0; aktivitas
antioksidan yang kuat saat AAI antara 1,0 - 2,0; dan sangat kuat saat AAI> 2,0
kulit bawang merah masih dalam bentuk yang tidak murni sehingga senyawa
gugus glikosida karena gugus glikosida yang berikatan dengan flavonoid dapat
49
(2011) dimana kulit bawang merah mengandung senyawa aktif dalam bentuk
bertambahnya gugus hidroksil dan akan menurun dengan adanya gugus glikosida.
(flavonoid glikosida) dan jarang sekali ditemukan dalam bentuk tunggal atau
Selain itu, aktivitas antioksidan kulit bawang merah yang lemah ini diduga
disebabkan karena senyawa tersebut masih dalam keadaan tidak murni, sehingga
perlu dilakukan fraksinasi dengan harapan agar didapat nilai IC50 dari senyawa
spesifik yang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat bila dibandingkan
dengan ekstrak yang tidak murni. Hal ini dapat dilihat dari penelitian sebelumnya
tentang antioksidan kulit bawang merah yang dilakukan oleh Mardiah, Nuraina
(2017) dengan cara fraksi metanol yang memperoleh nilai IC50 2,69 ppm yang
masuk dalam kategori antioksidan sangat kuat dan penelitian yang dilakukan oleh
Gesa Amarinta (2016) tentang ekstrak etanol kulit bawang merah didapatkan IC50
flavonol pada umumnya disebabkan oleh gugus hidroksil yang terdapat pada
50
struktur senyawa flavonol hanya sedikit, sehingga kemungkinan besar untuk
hidrogen dalam struktur senyawa flavonol tidak terjadi, dengan demikian senyawa
lemah. Faktor lain yang juga berpengaruh pada aktivitas antioksidan adalah proses,
dimana antioksidan ini mudah teroksidasi dan terdegdradasi oleh udara dan panas.
Bahan yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang diproses dengan panas
sebagai sampel, diketahui bahwa kulit bawang merah diperoleh melalui proses
penjemuran, dengan adanya hal ini juga akan mempengaruhi senyawa aktif yang
dilakukan pada saat waktu operasional. Semakin lama waktu pengukuran, maka
ada kemungkinan senyawa yang berwarna tersebut menjadi rusak atau terurai
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk pengukuran senyawa berwarna harus dilakukan
merah, dan bisa diaplikasikan air rebusan kulit bawang merah ini nantinya
51
BAB VI
A. Simpulan
kulit bawang merah (Allium cepa l) dalam berbagai konsentrasi dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil pengukuran kapasitas antioksidan air rebusan kulit bawang merah pada
konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5% secara berturut-turut adalah 291.886 ±
B. Saran
dahulu pada sample dengan harapan didapatkan senyawa yang lebih murni
konsentrasi dan uji aktivitas antioksidan dengan berbagai fraksi pelarut yang
52
DAFTAR PUSTAKA
Atun. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Alam, Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, 8(2), pp. 53–61.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2018. Provinsi Bali Dalam Angka 2018. Bali:
BPS Provinsi Bali.
Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis (I). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
53
Hasibuan, E. 2015. Pengenalan Spektrofotometri Pada Mahasiswa Yang
Melakukan Penelitian Di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU.
Journal Article, 1–17. Retrieved from http://repository.usu.ac.id. diakses
pada tanggal 15 Desember 2018.
Indranila, dan M. Ulfah. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Karika (Carica pubescens) Dengan Metode DPPH Beserta Identifikasi
Senyawa Alkaloid, Fenol Dan Flavonoid. Journal Article,50, 105-111.
Retrieved from https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id. diakses pada tanggal 20
Desember 2018.
Irmawati. 2014. Keajaiban Antioksidan. Jakarta Timur: Padi.
Kate, D. I. 2014. Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan
dengan metode dpph (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) Ekstrak Metanolik
Umbi Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour) Hallier f.). Journal Article.
Retrieved from https://repository.usd.ac.id. diakses pada tanggal 25 April
2019.
Khaira, K. 2010. Menangkal Radikal Bebas dengan Anti-oksidan. Sainstek, 11(1),
183-187. Journal Article. Retrieved from https://media.neliti.com. diakses
pada tanggal 25 Desember 2018.
Khatun, M., S. Egucgi, Yamaguchi, T., Takamura, H and Matoba, T. 2006. Effect
of Thermal Treatment on Radical Scavening Activity of Same Species.
Journal Food Sci. Tec hnol Res. 12(3): 178-185.
Litescu, S. C., S. Eremia, dan G. L. Radu. 2010. Methods for the Determination of
Antioxidant Capacity in Food and Raw Materials. Book Chapter, 11(1), 31-
42. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21520716. diakses
pada tanggal 25 Desember 2018.
54
Potensi Ganggang Hijau (Ulva lactuca) sebagai Antioksidan Alami pada
Pencegahan Infark Miokard Akut. journal article. Retrieved from
https://artikel.dikti.go.id. diakses pada tanggal 20 Desember 2018.
Nurani, L. H. 2013. Isolasi dan Uji Penangkapan Radikal Bebas DPPH oleh
Isolat-1, Fraksi Etil Asetat, dan Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia Jack). Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Retrieved from
http://journal.uad.ac.id. diakes pada tanggal 25 April 2019.
55
Rahayu, D. S., D. Kusrini, dan E. Fachriyah. 2010. Penentuan Aktivitas
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang ( Terminalia catappa L )
dengan Metode 1,1 difenil 2 pikrilhidrazi l (DPPH). Journal Article.
Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/277999296 diakses
pada tanggal 17 Desember 2018.
Rahayu, T. D., M. Ardana, L. Rijai. 2017. Potensi Kulit Bawang Merah (Allium
cepa L) Sebagai Antioksidan dan Tabir Surya. Fakultas Farmasi, Universitas
Mulawarman. Journal Article. Retrieved from
https://doi.org/10.25026/mpc.v6i1.263. diakses pada tanggal 19 Mei 2019.
Sari, O. 2016. Uji Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Kulit Bawang Merah Maja
Cipanas (Allium cepa L. var. ascalonicum) Hasil Perkolasi dengan Metode
1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil. Program Studi Farmasi FMIPA Al-Ghifari.,
Bandug. Journal Article. Retrieved from https://repository.unja.ac.id. diakses
pada tanggal 7 Desember 2018.
Sayuti, K., dan R. Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik (I). Padang:
Andalas University Press. Journal Article. Retrieved from
https://repository.unand.ac.id. diakses pada tanggal 7 Desember 2018.
Scherer, R., dan H. T. Godoy. 2009. Antioxidant activity index (AAI) by the 2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazyl method. Food Chemistry. Retrieved from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308814608007218.
diakses pada tanggal 7 Desember 2018.
56
Susilowati, T. 2014. Kapasitas Antioksidan dan Kadar Kurkuminoid pada Ekstrak
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Menggunakan Pelarut
Air dengan Variasi Proporsi Pelarut dan Metode Pemanasan. 12 (2), 83–89.
Journal Article. Retrieved from https://smujo.id
Syfandy, I. 2017. Pengaruh Ekstrak Limbah Bawang Merah (Alium Cepa L.)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Secara
Hidroponik. Journal Article. Retrieved from https://repository.ar-
raniry.ac.id/488/1/skripsi pdf.pdf. diakses pada tanggal 16 Desember 2018.
Takao, L. K., M. Imatomib, dan S.C. Gualtieri. 2015. Antioxidant activity and
phenolic content of leaf infusions of Myrtaceae species from Cerrado
(Brazilian Savanna). Braz. J. Biol., Vol. 75. Retrieved from
https://www.researchgate.net. diakses pada tanggal 20 April 2019.
Wassalwa, M. 2016. Pengaruh Waktu Infusa dan Suhu Air yang Berbeda
Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Vitamin C pada Infused Water Kulit
Pisang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1,.
57
Wulansari, S. 2017. Formulasi Sabun Mandi Cair Antioksidan Ekstrak Etanol
Kulit Bwang Merah Maja Cipanas (Allium cepa L. aggregatum). Journal
Article. (Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Al-Ghifari Bandung). Retrieved from
http://repository.unfari.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/160/skripsi
fix.pdf. diakses pada tanggal 17 Desember 2018.
Yuhernita, dan Juniarti. 2011. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak
Metanol Daun Surian yang Berpotensi sebagai Antioksdan. Makara, Sains,
15(1), 48–52. Retrieved from https://doi.org/10.1016/j.bbrc.2009.09.070
S0006-291X(09)01879-8 [pii]. diakses pada tanggal 15 Desember 2018.
58
Lampiran1. Hasil Uji Kapasitas Antioksidan dan Aktivitas Antioksidan
59
B. Data Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum
515 0.538
516 0.540
517 0.543
518 0.543
519 0.546
520 0.547
521 0.547
522 0.544
0 0.923
2.5 0.783
5 0.692
7.5 0.574
10 0.461
12.5 0.341
15 0.256
17.5 0.168
60
D. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Uji Kapasitas Antioksidan pada 5
Absorbansi
Konsentrasi Replikasi Rata-rata
(%) I II III
61
E. Data Hasil Pengukuran Absorbansi pada Uji Aktivitas Antioksidan
I II III I II III
62
Lampiran 2. Contoh Perhitungan
(Replikasi I)
y = -0.0433x + 0.9033
0.0433x = 0.3163
x = 7.304 ppm
2. Kapasitas antioksidan
Diketahui:
mg sampel = 5000 mg
x = 7.304 ppm
fp = 50
Total volume = 0.004 L
Jawab:
63
Persentase inhibisi =
= x 100
2. Penentuan IC50
y = 0.367x + 0.713
50 = 0.367x + 0.713
50− 0.713
x = 0.367
x = 134.297 ppm
Konsentrasi DPPH
Nilai AAI = IC50
39.4
= 134.297
C. Standar Deviasi
Replikasi Kapasitas Antioksidan (X1-X') 2 (X2-X')2 (X3-X')2
I 292.194
III 292.194
𝑛
∑ (𝑥𝑖−𝑥 ′ )2
Standar Deviasi =√ 𝑖=1
𝑛−1
64
Standar Deviasi = 0.533
65
Proses pengambilan sampel Sampel kulit bawang merah
66
konsentrasi
67
Hasil filtrat sampel yang sudah melalui Hasil scanning panjang gelombang
proses perebusan maksimum
Pembuatan seri larutan standar asam sampel yang direaksikan dengan DPPH
galat dalam uji kapasitas antioksidan
68
69