Disusun Oleh
KELOMPOK 3 :
1. Indah Pitaloka
2. Reni Lumora Pasaribu
3. Rohadatul Aisy Rosyadi
4. Rosdianty Marvia Dewi
5. Shaula Adrea Nasution
6. Shella Laila Permata Sari
7. Sindy Sintia
8. Siska Almaindah
9. Siti Soleha
10. Siti Juriah
11. Thyas Agustina H
12. Yuli Aldiyanti
13. Yulif Maulidia
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Terapi
Komplementer pada Odha dengan buah bitter melon (pare) dan Buah Manggis” yang mana
makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah HIV/AIDS, Alhamdulillah
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat
digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PENJELASAN 3
2.1 MANGGIS 3
2.2 Efektifitas Kulit Manggis Sebagai Antikanker 6
2.3 Terapi Komplementer Pada Odha Dengan Buah Bitter Melon (Pare) 7
3.1 Kesimpulan 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir abad ke-20, Dunia kesehatan diserang dengan munculnya penyakit yang
sangat berbahaya dan ganas, yakni penyakit Acquired Immunodefi ciency Syndrome
(AIDS). AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan Virus Human Immunodefi
-ciency Virus (HIV). Penyebarannya sangat cepat ke seluruh Dunia. Sejak menjadi
Epidemi sampai dengan tahun 2011, HIV telah menginfeksi lebih dari 60 juta Laki-
Laki, Perempuan, dan Anak-Anak dan yang menderita AIDS telah mendekati angka
20 juta pada Dewasa dan Anak-Anak. Meskipun masyarakat Internasional telah
merespon kejadian pandemi HIV/AIDS, HIV berlanjut Pengobatan ARV terbukti
mempunyai peran yang bermakna dalam pencegahan penularan HIV, karena obat ARV
memiliki mekanisme kerja mencegah replikasi Virus yang secara bertahap
menurunkan jumlah Virus dalam darah. Penurunan jumlah Virus ini berhubungan
dengan penurunan Kadar Virus dalam Genital dengan catatan tidak terdapat IMS
(Infeksi Menular Seksual). Penelitian Observasional menunjukkan penurunan
penularan HIV pada pasangan serodiscordant (berbeda status HIV-nya) yang
mendapatkan pengobatan ARV.
Masalahnya karena ARV termasuk obat baru dan produsen tertentu saja yang
memproduksinya, maka hal ini akan menyangkut hak paten dan implikasi harganya
menjadi mahal sekali, sehingga bagi rakyat yang tidak mampu Indonesia yang
membutuhkan obat tersebut tidak dapat memperolehnya, disamping harganya sangat
mahal dan sulit didapat.
Buah Pare mudah sekali didapatkan hampir di seluruh Indonesia. Masyarakat
Indonesia telah sejak lama menggunakan buah Pare sebagai hidangan sehari-hari
dan juga telah lama dipercaya dan dipergunakan sebagai Obat Tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Hal inilah yang mengundang banyak
penelitian mengenai buah Pare mulai dari kandungan kimia yang ada di dalamnya
sampai manfaat atau khasiat yang dapat diperoleh dari buah pare itu sendiri (Subahar,
2004).
1
Pemanfaatan kulit buah Manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Kulit
buah Manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di Negara India,
Myanmar Sri langka, dan Thailand. Secara luas, Masyarakat Thailand memanfaatkan
kulit buah Manggis untuk pengobatan penyakit Sariawan, Disentri, Cystitis, Diare,
Gonorea, dan Eksim. Di era modern, pemanfaatan kulit buah Manggis secara luas di
Negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidiki dan mengembangkan
lebih lanjut aspek Ilmiah keberkhasiatan kulit buah Manggis tersebut.
Tabel 1. Karakteristik
dasar subjek
penelitian.
Keterangan: Subjek penelitian yang digunakan memiliki kara-kteristik data yang setara,
sehingga memulai dengan start point yang sama dalam masing-masing kelompok.
Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis terhadap Sel NK. Nilai penurunan pada sel NK
pada kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yang dibuktikan
dengan hasil uji beda non Parametik Wilcoxon Smith (p = 0,911, CI: 95%). Jumlah sel
NK pada kelompok kontrol atau Placebo mengalami peningkatan namun peningkatan
tersebut tidak Signifikan berdasarkan Uji Non Parametik Wilcoxon Smith, (p = 0,121,
CI: 95%). 4
Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok:
kelompok perlakuan dan Placebo, baik pada pemeriksaan Pretest maupun Posttest.
Hasil ini telah ditunjukan pada tabel analisa Mann Whitney pada bab sebelumnya.
Penelitian ini mengharapkan bahwa pemberian ekstrak kulit Manggis dapat
meningkatkan sel NK pada pasien HIV dengan Terapi ARV. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Jenifer (2012) menunjukan bahwa sel NK, memainkan peranan
penting dalam kontrol Replikasi Virus HIV selama Infeksi awal atau Primari, dan
fungsi sel NK lemah selama Infeksi HIV Kronis. Infeksi HIV dapat menurunkan
Presentase sel NK dan mengurangi Aktivitas Sitotoksik dan aktivasi sel NK.
Produksi sitokin IFN-γ ini kemudian memiliki fungsi seperti merangsang Makrofag
menjadi aktif, fungsi lain seperti meningkatkan aktivitas Sitotoksik sel NK sendiri.
IFN-γ juga dapat meningkatkan ekspresi molekul MHC kelas I dan kelas II,
merangsang Sel T untuk berdiferensiasi serta merangsang sel B untuk meningkatkan
Class Switching(2,9). Bahkan pada Infeksi HIV, sel T CD4 memproduksi IFN-γ dan
IL-2 dalam upaya untuk menekan Infeksi Virus. Keberadaan IFN-γ dan IL-2 secara
bersama dapat menjadi petanda kekuatan Imunologi terhadap Infeksi HIV. Kebutuhan
akan Sel NK dalam infeksi kronis HIV, disebabkan karena Virus HIV adalah Virus
yang tergolong mampu membuat Sel terinfeksi tidak dapat mengekspresikan MHC,
sehingga Sel Imun yang membutuhkan MHC untuk melakukan fungsinya seperti
halnya Sel CD8 tidak mampu melakukan fungsinya.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian Ekstrak kulit Manggis ( Ga rcinia mangostana) tidak efektif terhadap
jumlah sel NK dan kadar Sitokin IFN-γ pada penderita HIV dengan Terapi ARV,
tidak terdapat Korelasi antara sel NK dan sitokin IFN-γ dalam kelompok perlakuan
Pasien HIV dengan Terapi ARV setelah pemberian Ekstrak kulit Manggis.
Diperlukan, penelitian selanjutnya dengan pengembangan kajian pemberian Ekstrak
kulit Manggis, khususnya kandungan Ektrak kulit Manggis terhadap sel Imun, apakah
terdapat interaksi yang menimbulkan Efek Negatif antara Ekstrak kulit Manggis
dengan terapi ARV. Penelitian dengan jangka waktu agar mendapatkan hasil
penelitian yang jauh lebih baik. Selain itu, diperlukan penelitian selanjutnya dengan
menggunakan orang sehat sebagai kelompok kontrol dengan kontrol penuh pada
seluruh faktor-faktor yang berpengaruh pada Sel Imun. Diperlukan pemeriksaan Sel
Imun dan Sitokin yang berpengaruh pada jumlah sel NK dan kadar IFN-γ serta lebih
lengkap dan Pemeriksaan Viral Load.
Kandungan kimia kulit buah Manggis adalah Xanton, yang merupakan Substansi
Kimia Alami yang tergolong Senyawa Polyphenolic. Alfa-mangostin menunjukkan
Aktivitas Anti-Proliferasi dan Apoptosis terpoten diantara Senyawa Xanton lainnya.
Senyawa tersebut mampu mengaktivasi enzim Apoptosis Caspase-3 dan - 9, namun
tidak pada Caspase-8. Alfa-mangostin diduga kuat mem-perantarai Apoptosis jalur
Mitokondria. Kulit Manggis juga mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas
Farmakologi, misalnya Antiinflamasi, Antihistamin, Pengobatan Penyakit Jantung,
Antibakteri, Antijamur bahkan untuk pengobatan atau Terapi penyakit HIV. Kajian di
atas telah membuka tabir rahasia mengenai khasiat kulit buah manggis yang selama
ini hanya dibuang saja. Adapun khasiat Buah pare mengandung zat alpha-
momorchorin, beta-momorchorin dan MAP 30 (Momordica Antiviral Protein 30)
yang berguna untuk obat pencegah HIV/AIDS. Zat tersebut dapat menekan laju
perkembangan virus HIV/AIDS.