Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Terapi Komplementer Pada Odha Dengan


Buah Bitter Melon (Pare) dan Manggis

Disusun Oleh

KELOMPOK 3 :
1. Indah Pitaloka
2. Reni Lumora Pasaribu
3. Rohadatul Aisy Rosyadi
4. Rosdianty Marvia Dewi
5. Shaula Adrea Nasution
6. Shella Laila Permata Sari
7. Sindy Sintia
8. Siska Almaindah
9. Siti Soleha
10. Siti Juriah
11. Thyas Agustina H
12. Yuli Aldiyanti
13. Yulif Maulidia

STIKes MEDISTRA INDONESIA


Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Terapi
Komplementer pada Odha dengan buah bitter melon (pare) dan Buah Manggis” yang mana
makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah HIV/AIDS, Alhamdulillah
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat
digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

Bekasi, 11 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PENJELASAN 3
2.1 MANGGIS 3
2.2 Efektifitas Kulit Manggis Sebagai Antikanker 6
2.3 Terapi Komplementer Pada Odha Dengan Buah Bitter Melon (Pare) 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir abad ke-20, Dunia kesehatan diserang dengan munculnya penyakit yang
sangat berbahaya dan ganas, yakni penyakit Acquired Immunodefi ciency Syndrome
(AIDS). AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan Virus Human Immunodefi
-ciency Virus (HIV). Penyebarannya sangat cepat ke seluruh Dunia. Sejak menjadi
Epidemi sampai dengan tahun 2011, HIV telah menginfeksi lebih dari 60 juta Laki-
Laki, Perempuan, dan Anak-Anak dan yang menderita AIDS telah mendekati angka
20 juta pada Dewasa dan Anak-Anak. Meskipun masyarakat Internasional telah
merespon kejadian pandemi HIV/AIDS, HIV berlanjut Pengobatan ARV terbukti
mempunyai peran yang bermakna dalam pencegahan penularan HIV, karena obat ARV
memiliki mekanisme kerja mencegah replikasi Virus yang secara bertahap
menurunkan jumlah Virus dalam darah. Penurunan jumlah Virus ini berhubungan
dengan penurunan Kadar Virus dalam Genital dengan catatan tidak terdapat IMS
(Infeksi Menular Seksual). Penelitian Observasional menunjukkan penurunan
penularan HIV pada pasangan serodiscordant (berbeda status HIV-nya) yang
mendapatkan pengobatan ARV.
Masalahnya karena ARV termasuk obat baru dan produsen tertentu saja yang
memproduksinya, maka hal ini akan menyangkut hak paten dan implikasi harganya
menjadi mahal sekali, sehingga bagi rakyat yang tidak mampu Indonesia yang
membutuhkan obat tersebut tidak dapat memperolehnya, disamping harganya sangat
mahal dan sulit didapat.
Buah Pare mudah sekali didapatkan hampir di seluruh Indonesia. Masyarakat
Indonesia telah sejak lama menggunakan buah Pare sebagai hidangan sehari-hari
dan juga telah lama dipercaya dan dipergunakan sebagai Obat Tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Hal inilah yang mengundang banyak
penelitian mengenai buah Pare mulai dari kandungan kimia yang ada di dalamnya
sampai manfaat atau khasiat yang dapat diperoleh dari buah pare itu sendiri (Subahar,
2004).
1
Pemanfaatan kulit buah Manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Kulit
buah Manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di Negara India,
Myanmar Sri langka, dan Thailand. Secara luas, Masyarakat Thailand memanfaatkan
kulit buah Manggis untuk pengobatan penyakit Sariawan, Disentri, Cystitis, Diare,
Gonorea, dan Eksim. Di era modern, pemanfaatan kulit buah Manggis secara luas di
Negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidiki dan mengembangkan
lebih lanjut aspek Ilmiah keberkhasiatan kulit buah Manggis tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana khasiat dari buah Manggis ?
2. Bagaimana khasiat dari Pare ?
3. Bagaimana Terapi Komplementer pada Odha dengan buah Bitter Melon (Pare) ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk memahami bagaimana pemahaman Terapi Komplementer pada Odha dengan
buah Bitter Melon (Pare).
2. Untuk mengetahui pengobatan HIV dengan buah Manggis.
2
BAB II
PENJELASAN
2.1 MANGGIS
Buah manggis memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi di setiap bagiannya.
Pada bagian kulit manggis mengandung Senyawa Xanthone, yang merupakan
Bioflavonoid dengan sifat sebagai Antioksidan, Antibakteri, Antialergi, Antitumor,
Antihistamin, dan Antiinflamasi. Senyawa Xanthone sebagai Antioksidan dapat
menetralisir Radikal bebas yang masuk atau diproduksi di dalam tubuh, mencegah
penuaan organ tubuh, mencegah penyakit Jantung, mencegah Kanker dan kebutaan
serta dapat meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh. Jus kulit Manggis adalah salah
satu Produk yang dapat dibuat dengan mudah, akan tetapi Jus kulit Manggis murni
tidak dapat disimpan dalam Jangka waktu yang lama. Sehingga salah satu cara yang
dapat dilakukan supaya Jus Kulit Manggis ini dapat bertahan lebih lama adalah
dengan mengubahnya menjadi Produk Bubuk. Hasil yang diperoleh dari penelitian
utama adalah semakin rendah perbandingan kulit Manggis dan air serta semakin besar
konsentrasi Maltodektrin yang ditambahkan, maka akan semakin tinggi Bulk Density,
Wettability dan Solubilitynya serta Kadar air Ekstrak kulit Manggis bubuk semakin
rendah.
Sedangkan berdasarkan hasil analisa Organoleptiknya diperoleh produk Ekstrak
kulit Manggis bubuk yang paling baik adalah yang dibuat dengan perbandingan kulit
Manggis terhadap air adalah 1:8 dengan penambahan 30% Maltodektrin dan pada
suhu udara masuk 160°C. Nilai EC50 Ekstrak kulit Manggis bubuk sebesar
339.560ppm, dimana daya Antioksidannya tergolong lemah, menggunakan penelitian
Eksperimental Double Blind Randomized Pretest-Post Test Control Group Design
pada manusia (pasien HIV rawat jalan dengan terapi ARV). Pengukuran variabel
dilakukan pada group sebelum dan setelah perlakuan.
Pasien HIV rawat jalan dengan terapi ARV, 40 Pasien sesuai dengan kriteria
inklusi dan Ekslusi. Kelompok dibagi menjadi dua, yaitu perlakuan (mendapatkan
Kapsul Ekstrak kulit Manggis) dan mendapatkan Kapsul Placebo, masing-masing
kelompok 20 pasien. Pengelompokkan dilakukan secara randomisasi menggunakan
teknik Simple Randomized Sampling. Pemeriksaan darah untuk mengetahui jumlah
Sel NK dan Kadar IFN-γ 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan selama 30
hari, sesuai kelompok, hasil Analisis disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik.
3
Hasil dari analisa deskriptif tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dan atau
grafik. Analisis statistik menggunakan Paired T Test bila distribusi normal dan uji
Wilcoxcon Smith bila distribusi tidak normal. Uji korelasi menggunakan Spearman’s
Rho test. Data dianggap berbeda secara bermakna bila nilai (p<0,05) dengan derajat
kepercayaan 95%. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komisi
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP dr.
Kariadi
Semarang.

Tabel 1. Karakteristik
dasar subjek
penelitian.

Keterangan: Subjek penelitian yang digunakan memiliki kara-kteristik data yang setara,
sehingga memulai dengan start point yang sama dalam masing-masing kelompok.
Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis terhadap Sel NK. Nilai penurunan pada sel NK
pada kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yang dibuktikan
dengan hasil uji beda non Parametik Wilcoxon Smith (p = 0,911, CI: 95%). Jumlah sel
NK pada kelompok kontrol atau Placebo mengalami peningkatan namun peningkatan
tersebut tidak Signifikan berdasarkan Uji Non Parametik Wilcoxon Smith, (p = 0,121,
CI: 95%). 4

Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok:
kelompok perlakuan dan Placebo, baik pada pemeriksaan Pretest maupun Posttest.
Hasil ini telah ditunjukan pada tabel analisa Mann Whitney pada bab sebelumnya.
Penelitian ini mengharapkan bahwa pemberian ekstrak kulit Manggis dapat
meningkatkan sel NK pada pasien HIV dengan Terapi ARV. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Jenifer (2012) menunjukan bahwa sel NK, memainkan peranan
penting dalam kontrol Replikasi Virus HIV selama Infeksi awal atau Primari, dan
fungsi sel NK lemah selama Infeksi HIV Kronis. Infeksi HIV dapat menurunkan
Presentase sel NK dan mengurangi Aktivitas Sitotoksik dan aktivasi sel NK.

Pada penelitian sebelumnya, dinyatakan bahwa kenaikan Kadar IFN-γ dikarenakan


penurunan sel CD8 akibat dari Mekanisme Infeksi HIV (6). Jika dilihat dari fungsi
Sitokin IFN-γ adalah Sitokin yang berperan penting dalam Eliminasi Virus dalam
Sistem Imum tubuh seseorang. Fungsi tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan
sel NK, kerjasama ini terjadi setelah sel NK mengidektifikasi Mikroba dan melakukan
Fungsi Sitolitiknya, kemudian sel NK menghasilnya IFN-γ.

Produksi sitokin IFN-γ ini kemudian memiliki fungsi seperti merangsang Makrofag
menjadi aktif, fungsi lain seperti meningkatkan aktivitas Sitotoksik sel NK sendiri.
IFN-γ juga dapat meningkatkan ekspresi molekul MHC kelas I dan kelas II,
merangsang Sel T untuk berdiferensiasi serta merangsang sel B untuk meningkatkan
Class Switching(2,9). Bahkan pada Infeksi HIV, sel T CD4 memproduksi IFN-γ dan
IL-2 dalam upaya untuk menekan Infeksi Virus. Keberadaan IFN-γ dan IL-2 secara
bersama dapat menjadi petanda kekuatan Imunologi terhadap Infeksi HIV. Kebutuhan
akan Sel NK dalam infeksi kronis HIV, disebabkan karena Virus HIV adalah Virus
yang tergolong mampu membuat Sel terinfeksi tidak dapat mengekspresikan MHC,
sehingga Sel Imun yang membutuhkan MHC untuk melakukan fungsinya seperti
halnya Sel CD8 tidak mampu melakukan fungsinya.
5

2.2 Efektifitas Kulit Manggis Sebagai Antikanker


Hingga saat ini, Pengobatan Kanker masih tidak memuaskan. Oleh karena itu,
Penelitian Penemuan Obat Kanker masih gencar dilakukan. Salah satu Tanaman Obat
yang menjadi objek kajian adalah kulit buah Manggis. Ho et al. (2002) berhasil
mengisolasi beberapa Senyawa Xanton dan menguji Efek Sitotoksisitas pada Cell line
Kanker Hati. Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garsinon E menunjukkan
aktivitas sitotoksisitas paling poten.10, Sementara itu, Moongkarndi et al. (2004)
melaporkan bahwa Ekstrak Metanol Kulit buah Manggis menunjukkan Aktivitas sangat
Poten dalam menghambat Proliferasi Sel Kanker Payudara SKBR3, dan menunjukkan
Aktivitas Apoptosis.11. Di lain pihak, Matsumoto et al. (2003) melakukan uji serupa
yaitu aktivitas antiproliferatif dan apoptosis pada pertumbuhan sel leukimia manusia
HL60.12 Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, alfa-mangostin menunjukkan
aktivitas anti-proliferasi dan apoptosis terpoten diantara senyawa xanton lainnya.
Pada tahun 2004, Matsumoto et al. melanjutkan Penelitian tersebut untuk mempelajari
mekanisme Apoptosis dari Alfa-Mangostin. Senyawa tersebut mampu mengaktivasi
Enzim Apoptosis Caspase-3 dan - 9, namun tidak pada Caspase-8. Alfa mangostin
diduga kuat mem-perantarai Apoptosis jalur Mitokondria, ini didasari oleh perubahan
Mitokondria setelah perlakuan Senyawa tersebut selama 1-2 jam. Perubahan Mitokondria
tersebut meliputi : Pembengkakan Sel, berkurangnya Potensial Membran, Penurunan
ATP Intraseluler, Akumulasi Senyawa Oksigen Reaktif (ROS), dan Pelepasan c/AIF
Sitokrom Sel. Namun, Alfa-Mangostin tidak mempengaruhi Ekspresi Protein Famili bcl-
2 dan aktivasi MAP kinase. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa target aksi
Alfa-Mangostin adalah Mitokondria pada fase awal sehingga menghasilkan Apoptosis
pada Cell line Leukimia manusia, dari studi hubungan struktur aktivitas, gugus Hidroksi
mempunyai Kontribusi Besar terhadap aktivitas Apoptosis tersebut.
6
2.3 Terapi Komplementer Pada Odha Dengan Buah Bitter Melon (Pare)
Buah Pare kaya akan mineral Nabati, Kalsium, Fosfor dan Karotenoid. Zat yang
terkandung berdasarkan hasil penelitian, dalam 100 gram buah Pare mengandung
diantaranya: Kalori (29,00 kal); Lemak (0,3 gram); Protein (1,1 gram); Karbohidrat (6,6
gram); Kalsium (45 miligram); Fosfor (64 miligram); Zat Besi (1,4 miligram);
Vitamin A (180,00 SI); Vitamin B (0,68 miligram); Vitamin C (52,0 miligram); Air
(91,20 gram).
Pare mengandung Alpha-Momorchorin, Beta Momorchorin dan MAP3
(momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV-AIDS,akan
tetapi biji Pare yang terkandung di dalamnya juga mengandung Triterpenoid yang
mempunyai aktivitas Antispermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara
tradisional dengan maksud mencegah AIDS dapat mengakibatkan Infertilitas pada
pria. (Nassem MZ et al, 1998). Buah Pare selain sebagai sayuran, sebagian
Masyarakat memanfaatkan buah Pare untuk pengobatan berbagai jenis penyakit, di
Amerika jus dari buah Pare sangat banyak dimanfaatkan untuk Terapi penderita
HIV/AIDS. Beberapa penelitian telah berhasil di-isolasi suatu protein aktif dari biji
pare yang berfungsi sebagai inhibitor sintesis protein yang dinamakan MAP 30.

Cara pembuatan kapsul serbuk dari biji pare:

 Tahap I: Pisahkan dahulu antara daging dan biji buah pare.


 Tahap II: Ambil biji pare dan keringkan biji tersebut selama 1-2 hari di bawah
sinar matahari
 Tahap III: Jika sudah kering, biji pare dihaluskan denganmenggunakan ulekan
atau bisa juga menggunakan blender.
 Tahap IV: Biji Pare yang sudah ditumbuk kemudian diayak supaya didapatkan
serpihan biji yang benar benar halussehingga menjadi serbuk.
 Tahap V: Serbuk yang diperoleh bisa langsung untuk dikemas dalam kapsul.
7
Buah pare mengandung zat alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP 30
(Momordica Antiviral Protein 30) yang berguna untuk obat pencegah HIV/AIDS.
Zat tersebut dapat menekan laju perkembangan virus HIV/AIDS.
8

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian Ekstrak kulit Manggis ( Ga rcinia mangostana) tidak efektif terhadap
jumlah sel NK dan kadar Sitokin IFN-γ pada penderita HIV dengan Terapi ARV,
tidak terdapat Korelasi antara sel NK dan sitokin IFN-γ dalam kelompok perlakuan
Pasien HIV dengan Terapi ARV setelah pemberian Ekstrak kulit Manggis.
Diperlukan, penelitian selanjutnya dengan pengembangan kajian pemberian Ekstrak
kulit Manggis, khususnya kandungan Ektrak kulit Manggis terhadap sel Imun, apakah
terdapat interaksi yang menimbulkan Efek Negatif antara Ekstrak kulit Manggis
dengan terapi ARV. Penelitian dengan jangka waktu agar mendapatkan hasil
penelitian yang jauh lebih baik. Selain itu, diperlukan penelitian selanjutnya dengan
menggunakan orang sehat sebagai kelompok kontrol dengan kontrol penuh pada
seluruh faktor-faktor yang berpengaruh pada Sel Imun. Diperlukan pemeriksaan Sel
Imun dan Sitokin yang berpengaruh pada jumlah sel NK dan kadar IFN-γ serta lebih
lengkap dan Pemeriksaan Viral Load.
Kandungan kimia kulit buah Manggis adalah Xanton, yang merupakan Substansi
Kimia Alami yang tergolong Senyawa Polyphenolic. Alfa-mangostin menunjukkan
Aktivitas Anti-Proliferasi dan Apoptosis terpoten diantara Senyawa Xanton lainnya.
Senyawa tersebut mampu mengaktivasi enzim Apoptosis Caspase-3 dan - 9, namun
tidak pada Caspase-8. Alfa-mangostin diduga kuat mem-perantarai Apoptosis jalur
Mitokondria. Kulit Manggis juga mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas
Farmakologi, misalnya Antiinflamasi, Antihistamin, Pengobatan Penyakit Jantung,
Antibakteri, Antijamur bahkan untuk pengobatan atau Terapi penyakit HIV. Kajian di
atas telah membuka tabir rahasia mengenai khasiat kulit buah manggis yang selama
ini hanya dibuang saja. Adapun khasiat Buah pare mengandung zat alpha-
momorchorin, beta-momorchorin dan MAP 30 (Momordica Antiviral Protein 30)
yang berguna untuk obat pencegah HIV/AIDS. Zat tersebut dapat menekan laju
perkembangan virus HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai