Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)

P-ISSN : 2460-2582 , E-ISSN : 2407-795X


Sekretariat : Lt. 1 Gedung B FKIP Universitas Mataram
Telp./Fax : (0370) 634918
Email : magipa@unram.ac.id
Website : http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

IDENTIFIKASI SENYAWA TURUNAN HASIL FRAKSINASI KAYU AKAR


ARTOCARPUS ODORATISSIMUS

Putri Ayu Mutmainnah1, Aliefman Hakim2, L. Rudyat Telly Savalas3


Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Mataram123
Email: putriayu_mutmainnah83@yahoo.com

Key Words Abstract


Artocarpus This research has made for identification derivate compound of
odoratissimu fractionation derivate compound of fractionation root bark Artocarpus
s, phenyl ododratissimus. Root bark A. dodoratissimus has macerated by
prophane methanol. Fractionation by using Vacuum Liquid Choromatography
with eluen variation from nonpolar till polar (n-hexane 100%; n-
hexane:ethyl acetate 9:1 till 1:9; ethyl acetate 100% and ethyl
acetate:methanol 9,5:0,5 and 9:1) produce main fraction. Purified by
used with Gravitation Coulumb Chomatograph produce seven main
fraction. Identification based on FT-IR and 1H-NMR showed that the
pure compound assumed phenyl prophane derivation.
Kata Kunci Abstrak
Artocarpus Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa turunan hasil
odoratissimus, fraksinasi kayu akar Artocarpus odoratissimus. Kayu akar A.
fenil odoratissimus dimaserasi dengan pelarut metanol. Fraksinasi dilakukan
propanoid menggunakan Kromatografi Cair Vakum (KCV) dengan variasi eluen
mulai dari nonpolar sampai polar (n-heksan 100 %; n-heksan : etil asetat
= 9:1 sampai 1:9; etil asetat 100%, dan etil asetat : metanol 9,5:0,5 dan
9:1) menghasilkan 10 fraksi utama. Pemurnian dilakukan dengan
kromatografi kolom grafitasi menghasilkan 7 fraksi utama. Hasil
identifikasi berdasarkan FT-IR dan 1 H-NMR menunjukan bahwa
senyawa murni tersebut diduga senyawa turunan fenilpropanoid

PENDAHULUAN Genus yang memiliki


Artocarpus merupakan tanaman keanekaragaman terbesar dii Indonesia
yang tumbuh di hutan tropis yang adalah genus Artocarpus. Terdapat 2
berpotensi sebagai sumber bahan kimia spesies utama yaitu Artocarpus altilis
bioaktif. Tanaman famili Moraceae ini (sukun) dan Artocarpus heterophyllus
terdiri dari 60 genus yang meliputi 1400 (nangka) (Kochummen, 2000).
spesies. Di Indonesia khususnya memiliki Berdasarkan hasil studi literatur,
20 spesies tumbuhan dari 17 genus spesies dari Artocarpus telah
Moraceae (Heyne, 1987). Terdapat tiga menghasilkan sejumlah senyawa
genus yang memiliki jumlah spesies yang metabolit sekunder seperti terpenoid,
besar, yaitu Artocarpus, Ficus dan Morus. flavonoid, stilbenoid, arilbenzofuran,

26
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

neolignan, dan adduct Diels-Alder. Hutan sesaot, Lombok Barat. Bahan


Kelompok flavonoid merupakan senyawa dicacah menyerupai serbuk, kemudian
paling banyak ditemukan dari tumbuhan dikering anginkan selama 1 minggu.
Artocarpus (Hakim, 2010). Beberapa Bahan lain yaitu pelarut-pelarut teknis dan
senyawa yang dihasilkan oleh spesies pure analis seperti n-heksan (p.a), etil
Artocarpus memberikan efek fisiologis asetat (p.a), metanol (teknis), dan
seperti antibakteri (Darmawati et al., Dichloromethan (p.a). Serium sulfat1,5 %
2015), antituberkulosis (Boonphong et al., dalam asam sulfat 2 N sebagai penampak
2007), antimalaria (Widyawaruyanti et al., noda. Kapas, kertas saring whatman,
2007; Hakim et al., 2011), antikanker ( Ko alumunium foil, plat KLT silica gel Merck
et al., 2005; Hsu et al., 2011; Risdian et 60 F254 0,25 mm ukuran 20x20 cm
al., 2014; Tantengco et al., 20015), dengan aluminium sebagai penyangga fasa
antidiabetes (Nasution, 2013), antimikroba diam. Silika gel Merck 60 G ukuran 200
(Teanpaisan et al., 2014), antioksidan mesh untuk kromatografi cair vakum, dan
(Bakar et al., 2009; Akanni et al., 2014), silika gel Merck 60 (35-70 mesh) untuk
antiplatelet (Weng et al., 2006), kromatografi kolom.
antiinflamasi (Wang et al., 2008). Alat yang digunakan
Flavonoid disintesis melalui dua jalur Peralatan yang digunakan terdiri dari
metabolis, jalur asam skhikimat dan jalur penguap putar vacum (rotary evaporator),
poliketida. Jalur asam skhikimat Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipa
menghasilkan senyawa fenil propanoid kapiler, pipet tetes, spatula, bejana
yang berfungsi sebagai senyawa stater pengembang (chamber), wadah maserasi, ,
pada jalur poliketida (Raharjo, 2012). botol vial, peralatan kromatografi cair
Potensi yang besar terhadap vakum (KCV), kromatografi kolom
kandungan senyawa metabolit sekunder grafitasi (KKG), kromatografi lapis tipis
khususnya flavonoid yang terdapat pada (KLT).
golongan Artocarpus membuka peluang
baru dalam penelitian. Beberapa spesies Cara Kerja
tumbuhan Artocarpus yang telah diteliti Penelitian yang dilakukan ini terdiri
antara lain A. heterophyllus dan A. dari beberapa tahap yaitu tahap ekstraksi,
champedan yang kesemua bagiannya pemisahan dan pemurnian dengan
sudah dilaporkan. Penemuan ini berbagai teknik kromatografi. Kemurnian
mengindikasikan bahwa pada genus yang senyawa hasil isolasi ditetapkan
sama berpotensi sebagai sumber flavonoid berdasarkan analisis KLT.
atau senyawa metabolit sekunder lainnya. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Penelitian tentang tanaman A. Pemisahan dengan KLT digunakan
odoratissimus sangat menarik mengingat untuk mencari fase gerak terbaik yang
baru sebagian dari tanaman ini yang telah akan digunakan dalam kromatografi
dilaporkan. Bagian tanaman A. kolom. Fraksi ditotolkan pada plat KLT
odoratissimus yang telah dilaporkan yaitu dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah
daun (Tasmin et al., 2014), kayu dan kulit kering lalu dimasukan kedalam bejana.
batang (Hakim et al., 2011), biji dan Bila fasa gerak mencapai batas yang
daging buah (Bakar et al., 2009) ditentukan, plat diangkat dan dikeringkan
sedangkan kayu akar A. odoratissimus diudara terbuka. Noda yang terbentuk
belum pernah dilaporkan. diamati pada lampu UV 254nm dan 366
nm. Selain itu, KLT juga digunakan untuk
METODOLOGI menentukan pola noda. Apabiloa noda
Bahan yang tampak pada lampu UV sama, maka
Bahan tumbuhan berupa kayu akar A. dilakukan penggabungan sehingga dapat
odoratisssimus dikumpulkan dari taman menyederhanakan isolat yang diperoleh.

27
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Kromatografi Kolom Cair Vakum Pemisahan dengan kromatografi kolom


(KCV) gravitasi biasanya akan memperoleh hasil
KCV bertujuan untuk memisahkan yang baik apabila digunakan campuran
senyawa-senyawa didalam ekstrak. pelarut yang dapat memisahkan komponen
Sampel tersebut bermigrasi terhadap fasa Rf kurang dari 0,3 pada uji coba dengan
diam dan fasa gerak dengan cepat karena KLT (Atun, 2014).
berada dalam suasana vakum (Oktaviani et
al., 2015). Prinsip kerja KVC yaitu partisi HASIL DAN PEMBAHASAN
dan adsorpsi komponen senyawa yang Ekstraksi Sampel
pemisahannya dibantu dengan tekanan dari Sebanyak 1,5 kg serbuk kayu akar A.
alat vakum (Maro et al., 2015). Fasa diam odoratissimus yang telah kering
yang digunakan dalam kromatografi dihaluskan kemudian dimaserasi dengan
kolom cair vakum adalah silika gel G60 pelarut metanol didiamkan selama 3x24
ukuran ± 200 mesh, sedangkan fasa jam pada suhu kamar (250C). Filtrat hasil
geraknya digunakan fasa gerak terbaik maserasi kemudian dilakukan penyaringan
pada KLT dengan eluen n-heksan 1005, n- menggunakan corong buchner. Filtrat yang
heksana : etil asetat, etil asetat 100% dan diperoleh kemudian dikeringkan dengan
etil asetat : metanol. menggunakan rotary evaporator sehingga
Corong yang diletakkan diatas kolom diperoleh ekstrak metanol berupa padatan
KCV yang berdiameter 13 cm dan tinggi berwarna coklat kehitaman sebanyak 28,1
24 cm diisi dengan fasa diam silika gel 60 gr.
GF254 dengan ketinggian silika mencapai Pemilihan metode maserasi dalam
lebih kurang 4cm. Kedalam kolom ekstraksi dikarenakan proses yang mudah
dimasukan kedalam gel yang dikemas dan sederhana. Prinsip ini didasarkan pada
dalam keadaan kering, lalu dibagian atas distribusi zat terlarut dengan perbandinagn
ditutup dengan kertas saring. Alat vakum tertentu antara dua pelarut yang tidak
dihidupkan untuk memperoleh kerapatan saling bercampur (Tasmin et al., 2014).
yang maksimum. Sebelum dilakukan Metanol dipilih sebagai pelarut karena
proses pemisahan dengan kolom metanol merupakan pelarut yang dapat
kromatografi vakum, sampel diimpregnasi melisiskan membran sel pada tanaman dan
terlebih dahulu menggunakan silica gel memiliki struktur molekul yang kecil
dengan ukuran 50-100 mesh. Sevbanyak sehingga mampu menembus jaringan
12 g ekstrak methanol diimpreknasi tumbuhan untuk menarik senyawa aktif
dengan silica gel sebanyak 6 g kemudian keluar (Tasmin et al., 2014). Metanol juga
digerus hingga homogen dan kering (17,1 memiliki kelebihan yaitu memiliki titik
g). selanjutnya sampel dimasukan pada didih yang lebih rendah sehingga mudah
bagian atas kolom yang disebar secara diuapkan pada suhu yang lebih rendah
merata lalu diletakan kertas saring (Atun, 2014).
diatasnya. Kemudian dielusi mulai dari Pada proses maserasi pelarut metanol
kepolaran rendah lalu kepolaran akan masuk ke rongga sel menembus
ditingkatkan perlahan-lahan dan kolom dinding sel kayu akar A. odoratissimus
dihisap sampai kering pada setiap melarutkan zat aktif yang ada dalam sel
pengumpulan fraksi (Hostettmann et al., sehingga konsentrasi yang tinggi terbentuk
1995). dibagian dalam kayu akar A.
Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) odoratissimus. Karena perbedaan
Senyawa hasil KCV dimurnikan konsentrasi zat aktif didalam dan diluar sel
dengan menggunakan kromatografi kolom menyebabkan terjadinya difusi zat aktif
gravitasi (KKG). Pemurnian senyawa yang ada dalam sel akan keluar sel.
dengan KKG memanfaatkan sifat
kepolaran senyawa dan gaya gravitasi.

28
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

Kromatografi Lapis tipis dan etil asetat:methanol 9,5:0,5 (4x), 9:1


Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah (4x).
suatu teknik pemisahan komponen- Dari hasil KCV diperoleh sebanyak 13
komponenn campuran suatu senyawa yang fraksi yang selanjutnya fraksi-fraksi
melibatkan partisi suatu senyawa diantara tersebut dianalisis menggunakan KLT.
padatan penyerap (adsorben, fasa diam) Noda-noda dengan Rf yang sama pada
yang dilapiskan pada pelat kaca atau pelat KLT selanjutnya digabung sehingga
alumunium dengan suatu pelarut (fasa menghasilkan 10 fraksi utama yaitu fraksi
gerak) yang mengalir melewati adsorben A (70,3mg), B (79mg), C (102mg), D
(padatan penyerap) (Atun, 2014). (210mg), E (420,3mg), F (470mg), G (1,21
Ekstrak kental hasil maserasi di KLT g), H ( 500 mg), I (521mg) dan J (457 mg).
menggunakan campuran pelarut DCM : fasa gerak yang digunakan adalah DCM :
metanol (9,5 : 0,5). Pada kromatogram n-heksana (6 : 4) untuk hasil KCV. Hal ini
menunjukan adanya 3 spot yang terbentuk dikarenakan noda memberikan pola
dengan Rf masing-masing 0,16, 0,3, dan pemisahan yang cukup baik yang terlihat
0,54. Selanjutnya campuran pelarut pada Gambar 2.
tersebut digunakan sebagai eluen pada
KCV. pola noda pada kromatogram dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Kromatogram fraksinasi


ekstrak metanol.
Gambar 1. Kromatogram hasil KLT Golongan senyawa pada hasil
ekstrak total. fraksinasi diidentifikasi secara kualitatif
menggunakan serium sulfat. Hasil KLT
Pada kromatogram setelah disemprot menunjukan pada fraksi D terdapat 1 noda
dengan serium sulfat terlihat ada 3 noda
besar dengan sedikit pengotor berwarna
yang terbentuk dengan beberapa pengotor. ungu diduga senyawa ini termasuk
Dari warna yang ditunjukan masing-
senyawa turunan fenilpropanoi. Sedangkan
masing berwarna gelap diduga senyawa pada fraksi E terdapat noda berwarna ungu
turunan fenilpropanoid, dan kuning diduga dan kuning, diduga pada fraksi ini terdapat
senyawa golongan flavonoid.
dua senyawa golongan fenilpropan dan
Kromatografi Cair Vakum flavonoid.
Ekstrak metanol difraksinasi dengan
Pemurnian senyawa kimia
metode kolom cair vakum dengan berbagai Terhadap fraksi D (220 mg) dilakukan
pelarut. Tahap fraksinasi ini digunakan
fraksinasi dengan kromatografi kolom
eluen n-heksan 100% (2x), campuran n- grafitasi dengan eluen DCM: n-heksan (1 :
heksana:etil asetat dengan berbagai
1) menghasilkan 7 fraksi utama A1, A2,
perbandingan yaitu 9:1 (2x), 8:2 (2x), 7:3 A3, A4, A5, A6 dan A7. Selanjutnya
(2x), 6:4 (2x), 1:1 (2x), 4:6 (2x), 3:7 (2x),
fraksi-fraksi ini di KLT untuk melihat pola
2:8 (2x), 1:9 (2x), etil asetat 100% (4x),

29
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

noda yang terbentuk. Kromatogram hasil


KKG dapat dilihat pada Gambar 3.

A1 a b c
A2 A3 A4 A5 A6 A7 Gambar 4. Kromatogram hasil uji
Gambar 3. Kromatogram hasil KKG. kemurnian dengan tiga fariasi eluen.

Dari kromatogram terlihat bahwa Dari kromatogram terlihat noda


fraksi A5-A7 memiliki noda tunggal. tunggal berwarna biru (UV 366), secara
Selanjutnya fraksi-fraksi tersebut KLT dapat dikatakan bahwa senyawa
disatukan dan diuji kemurniannya tersebut telah murni dan dapat ditentukan
menggunakan tiga variasi pelarut yaitu struktur senyawanya.
DCM 100%, DCM : n-heksana (8 : 2) dan Identifikasi Fraksi A dengan
Kloroform : n-heksana (6 : 4). spektrofotometri FT-IR
Kromatogram hasil uji kemurnian dapat Data bilangan gelombang dan
dilihat pada Gambar 4. kemungkinan gugus fungsi dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Data FT-IR senyawa hasil isolasi


Bialngan gelombang (cm-1) Bentuk pita Kemungkinan gugus
fungsi
Isolat Pustaka
3446,7 350-3200 Melebar OH
2956,8; 2924,1;2854,6 2950-2800 Tajam CH aromatic
1730,1 1850-1730 Tajam C=O
1602,8; 1462,0 1650-1400 Tajam C=C aromatic
1381,0 1475-1300 Tajam CH alifatik
1282,6;1124,5;1074,3;1039,3 1300-1000 Tajam C-O alcohol
742,5;704,0 900-700 Tajam CH aromatic
Hasil spektrum IR dari fraksi A aromatik ditunjukan dengan adanya
menunjukan bahwa pada isolat serapan pada bilangan gelombang 1602,8;
mengandung beberapa gugus fungsi, 1462,0 cm-1. Gugus karbonil atau keto
diantaranya gugus OH yang muncul pada (C=O) pada senyawa ini ditunjukan
bilangan gelombang 3446,7 cm-1. Gugus dengan adanya serapan berintensitas kuat
CH aromatik ditunjukan dengan adanya dan bentuk pita tajam pada bilangan
serapan pada bilangan gelombang 2956,8; gelombang 1730,1 cm-1.
2924,1; 2854,6 cm-1 yang diperkuat
dengan adanya serapan pada daerah 742,5 Data 1H NMR menunjukan adanya
dan 704,0 cm-1. Selain terdapat CH- dua sinyal pada daerah aromatik 7,7-7,5
aromatik, juga terdapat serapan C=C ppm dengan multiplisitas doblet (7,7 ppm)
aromatik yang menandakan cincin dan triplet (7,5 ppm). Sinyal pada daerah
30
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

4,3 dengan multiplisitas multiplet yang bambangan (Mangifera pajang) and


merupakan gugus alkana. tarap (Artocarpus odoraissimus).
Adanya sinyal-sinyal pada daerah Food Chemistry 113-134
aromatik dengan multiplisitas doblet dan
triplet diduga bahwa sinyal-sinyal tersebut Boonphong, S., Baramee, A., Kittakoop,
berasal dari unit benzena yang merupakan P., Puangsombat, P. 2007.
kerangka dasar dari senyawa fenil Antitubercular and antiplasmodial
propanoid. Gugus lain adalah gugus alkena prenylated flavones from the roots
yang muncul sebagai triplet, gugus ini of Artocarpus altilis. Chiang Mai
diduga berasal dari rantai samping pada journal of science 34, 339-344
senyawa fenil propanoid. Tidak terlihatnya
gugus-gusus yang lain dikarenakan pada Darmawati, A, A, A, S., I Gusti, A, G, B.,
senyawa ini masih terdapat senyawa- I Wayan, S. 2015. Isolasi dan
senyawa pengotor. identifikasi senyawa golongan
Artocarpus terkenal dengan kandungan flavonoid pada daun nangka (A.
senyawa flavonoid. flavonoid disusun oleh Heterophyllus) dan aktivitas
fenil propanoid dan poliketida. Dari gugus antibakteri Staphylococus aureus.
fungsi hasil spektrum IR dan 1H-NMR Jurnal Kimia 203-210
diperkirakan bahwa senyawa ini
merupakan kerangka struktur dari senyawa Hakim, A. 2010. Diversity of secondary
turuna fenil propanoid. metabolites from genus Artocarpus
(Moraceae). Bioscience ISSN 2087-
3940 Vol. 2 No. 3, 146-156

Hakim, A. dan a. wahab, J. 2011. Aktivitas


antimalarial dan analisis senyawa
metabolit sekunder kayu dan kulit
Gambar 5. Senyawa turunan fenil batang Artocarpus odoratissimus
propanoid Blanco. Jurnal Bahan Alam
Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 7,
KESIMPULAN No. 6
Dari kayu akar A.odoratissimus telah
berhasil dimurnikan senyawa yang diduga Hyene, K. 1987. Tumbuhan berguna
senyawa turunan fenil propanoid. Indonesia, Edisi 2, Badan
Identifikasi dengan data FT-IR dan 1H- Penelitian dan Pengembangan
NMR diduga senyawa ini merupakan Kehutanan, Departemen Kehutanan
senyawa turunan fenil propan. (penerjemah). Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya
SARAN
Perlu dilakukan kajian lebih mendalam Hsu, C. Ming-Huan, S. Jer-An, L Gow-
tentang struktur senyawa hasil isolasi Chin, Y. and Song-Chwan, F.
menggunakan analisis NMR dua dimensi 2011. Cytotoxic effects of geranyl
untuk mengetahui struktur senyawa flavonoid derivates from the fruit
tersebut. of Artocarpus communisin SK-
Hep-1 human hepatocellular
DAFTAR PUSTAKA carcinoma cells. Food Chemistry
127-134
Bakar, M, F, A., Maryati, M., Asmah, R.,
dan Jeffrey, F. 2009. Ko, H., Yi-Huang, L., Sheng-Zehn, Y.,
Phytochemicals and antioxidant Shen-Jeu, W., and Chun-Nan, L.
activity of different parts of 2005. Cytotoxic Prenylflavonoids

31
JPPIPA: 3(2), Juli 2017

from Artocarpus elasticus. J. Nat.


Prod. Vol. 68, no. 11, 1692-1695

Raharjo, T. J. 2012. Kimia Hasil Alam.


Pustaka Belajar

Risdian, C. Tjandwati, M. dan Puspa, D,


N, L. 2014. Isolasi siklokomunol
dari daun sukun Artocarpus altilis
(Parkinson) Fosberg serta
aktivitasnya sebagai antikanker.
JKTI, Vol. 16No. 2 : 82-86

Tantengco, O, A, G. dan Sonia, D, J. 2015.


Cytotoxic activity of crude extracts
and fractions from Premna odorata
(Blanco), Artocarpus camansi
(Blanco) and Grilicidia sepium
(Jacq) against selected human
cancer cell lines. Asian Pac J Trop
Biomed 5 (12) 1037-1041

Tasmin, N., Erwin., Kusuma, W, irawan.


2014. Isolasi, identifikasi dan uji
toksisitas senyawa flavonoid fraksi
kloroform dari daun terap
(Artocarpus odoratissimus blanco).
Jurnal Kimia FMIPA Unmul ISSN
1693-5616 Vol. 12 No. 1

Weng, J, R., Chan, S, C., Lu, Y, H., Ko, H,


H., Lin, C, N. 2006. Antiplatelet
prenylflavonoids from Artocarpus
communis. Phytochem 67: 824-829

Widyawaruyanti, A., Subehan, Kalauni, S,


K., Awale, S. Nindatu, M. Zaini,
N, C., Syafruddin, D., Asih, P, B,
S., Tezuka, Y., Kadota, S. 2007.
New prenylated flavones from
Artocarpus champeden, and their
antimalarial activity in vitro. J Nat
Med 61: 410-413

32

Anda mungkin juga menyukai