Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antosianin?
2. Bagaimana sifat kimia dan fisika dari antosianin?
3. Pada simplisia, tanaman apa sajakah yang mengandung antosianin?
4. Bagaimana cara ekstraksi dari senyawa antosianin?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui senyawa antosianin.
2. Untuk mengetahui sifat kimia dan fisika dari antosianin.
3. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang mengandung antosianin.
4. Untuk mengetahui cara ekstraksi senyawa antosianin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Antosianin
Antosianin merupakan salah satu pewarna alami karena merupakan zat
berwarna merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga
dan buah-buahan (Hidayat dan Saati, 2006). Antosianin merupakan senyawa
flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Antosianin dalam
bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk glikosidanya (Santoso, 2006). Zat
pewarna alami antosianin tergolong kedalam turunan benzopiran. Struktur utama
turunan benzopiran ditandai dengan adanya cincin aromatik benzena (C6H6)
yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk cincin (Moss,
2002).
Antosianin adalah pigmen yang paling tersebar luas dalam tumbuhan.
Pigmen berwarna kuat ini adalah penyebab hampir semua warna merah, ungu,
dan biru dalam daun, bunga, buah, dan mungkin juga terdapat pada kulit
buahnya saja, seperti pada terong, anggur, rambutan, apel. Didalam tanaman
antosianin terdapat sebagai glikosida, dimana kandungan utamanya adalah sifat
gulanya (seringkali glukosa, tetapi mungkin juga galaktosa, ramnosa, silosa, dan
arabinosa), jumlah satuan gulanya (mono-, did an triglikosida) dan letak ikatan
gula (biasanya pada 3-hidroksi, pada 3- dan 5- hidroksi) (Gross, 1987).
Antosianin adalah senyawa satu kelas dari senyawa flavonoid yang secara
luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonoid-3-ol, flavon, flavanon, dan
flavanonol adalah kelas tambahan flavonoid ang berbeda dalam oksidasi dari
antosianin. Struktur inti dasar dari antosianin adalah fenil-2-benzo pirilium atau
flavan. Inti dasar tersebut terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan oleh
tiga atom karbon yang mana ketiga atom karbon dirapatkan oleh sebuah atom
oksigen sehingga terbentuk cincin diantara dua cincin benzena (Winarno,1992).
3
Secara kimia, antosianin merupakan hasil glikosilasi polihidroksi dan atau
turunan polimetoksi dari garam 2-benzopirilium atau dikenal dengan struktur
flavilium. Akibat kekurangan elektron, maka inti flavilium menjadi sangat reaktif
dan hanya stabil pada keadaan asam (Harbore 1967).
Terdapat delapan belas bentuk antosianin, namun hanya enam yang
memegang peranan penting dalam bahan pangan, yaitu sianidin, malvidin,
petunidin, pelargonidin, delfinidin, dan peonidin. Struktur antosianin merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas warna antosianin. Jumlah gugus
hidroksi atau metoksi pada struktur antosianidin akan mempengaruhi warna
antosianin jumlah gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna cenderung
biru dan relatif tidak stabil. Sedangkan jumlah gugus metoksi yang dominan akan
meyebabkan warna merah dan relatif stabil (Jackman & Smith 1996). Menurut
Markakis (1982), molekul antosianin disusun dari sebuah aglikon (antosianidin)
yang teresterifikasi dengan satu atau lebih gula (glikon). Terdapat 5 jenis gula
yang biasa ditemui pada molekul antosianin, yaitu glukosa, rhamnosa, galaktosa,
xilosa, fruktosa, dan arabinosa. Dalam tanaman, antosianin biasanya berda dalam
bentuk glikosida yaitu ester dengan satu molekul monosakarida disebut
monoglukosida, biosida atau diglukosida jika memiliki dua molekul gula, dan
triosa jika memiliki tiga molekul gula (Delgado &Vargas 2000).
Sifat dan warna antosianin di dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain jumlah pigmen, letak dan jumlah gugus hidroksi dan
metoksi, dan sebagainya (Markakis 1982). Konsentrasi pigmen yang tinggi
4
dalam jaringan akan menyebabkan warna merah hingga gelap, konsentrasi
sedang akan mengakibatkan warna ungu, dan konsentrasi rendah akan
menyebabkan warna biru (Winarno 1992).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kestabilan antosianin, antara lain
secara enzimatis dan non enzimatis. Secara enzimatis, kehadiran enzim
antosianase atau polifenol oksidase mempengaruhi kestabilan antosianin karena
bersifat merusak antosianin. Faktor-faktor yang mempengaruhi lestabilan
antosianin secara non enzimatis antara lain pengaruh pH, cahaya, dan suhu (Elbe
& Schwartz 1996).
Degradasi warna antosianin oleh enzim antosianase ditunjukkan oleh
Huang (1995). Enzim yang diisolasi dariAspergillus niger menyebabkan
degradasi warna pada pigmen antosianin dari blackberry, cyanidin-3-
monoglukosida. Enzim antosianase mengkatalisa hidrolisis dari antosianin
menjadi aglikon dan pecahan gula. Reaksi yang terjadi adalah cyanidin-3-
monoglukosida dipecah oleh antosianase menjadi cyanidin dan glukosa.
Siegel (1971) mengemukakan bahwa kestabilan antosianin berefek
terhadap ketahanan warna merah pada tart chery. Untuk mempertahankan
kestabilan warna, sebelum mengalami proses lebih lanjut, buah chery dibekukan
terlebih dahulu dan ketika dibutuhkan, chery mengalami pemanasan terlebih
dahulu untuk merusak enzim antosianase.
Faktor pH mempengaruhi kestabilan warna antosianin. Menurut Markakis
(1982), antosianin lebih stabil dalam larutan asam dibanding dalam larutan alkali
atau netral. Pada larutan asam, antosianin bersifat stabil, pada larutan asam kuat
antosianin sangat stabil. Dalam suasana asam, antosianin berwarna merah-oranye
sedangkan dalam suasana basa antosianin berwarna biru-ungu atau kadang-
kadang kuning (Eskin 1979). Perubahan warna tersebut terjadi karena perubahan
struktur molekul antosianin akibat pengaruh pH.
Daravingas dan Cain (1986) mengemukakan bahwa penurunan pH secara
nyata akan memperlambat laju kerusakan antosianin yang berasal dari raspberry.
Sisrunk dan Cash (1986) berusaha meningkatkan kestabilan antosianin dari sari
5
buah arbei dengan metode penurunan pH, selanjutnya ia mengatakan bahwa
metode penurunan pH merupakan metode terbaik untuk mempertahankan
stabilitas warna antosianin.
Cahaya mempunyai dua pengaruh yang saling berlawanan terhadap
antosianin, yaitu berperan dalam pembentukan antosianin dalam proses
biosintesisnya tetapi juga mempercepat laju degradasi warna antosianin. Van
Burent (1968) melaporkan bahwa asilasi, metilasi bentuk diglikosida menjadikan
antosianin lebih stabil terhadap cahaya, sedangkan diglikosida yang tidak
terasilasi lebih tidak stabil demikian juga dengan monoglikosida. Palamidis dan
Markakis (1975) mendapatkan bahwa cahaya dapat mempengaruhi antosianin
dalam minuman berkarbonat.
6
buah lebih manis dibanding Hylocereus undatus, dengan kadar kemanisan
mencapai 13-15 % Briks. Hylocereus polyrhizus tergolong jenis tanaman yang
cenderung berbunga sepanjang tahun. Sayangnya tingkat keberhasilan bunga
menjadi buah sangat kecil, hanya mencapai 50% sehingga produktivitas buahnya
tergolong rendah dan rata-rata berat buahnya hanya sekitar 400 gram (Kristanto,
2008).
2.3.1.Maserasi
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya
7
perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel
dari tanaman melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
dan di dalam sel. Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari)
8
masingmasing sampel ekstrak. Pelarut yang digunakan adalah asam sitrat
karena bersifat polar. Pigmen antosianin yang bersifat polar hanya bisa
diekstrak dengan pelarut yang bersifat polar pula.
Penggunaan asam sitrat yang bersifat polar bertujuan untuk
mengekstrak gugus hidroksi yang ada dalam kulit buah naga merah yang
biasa disebut sianidin, sehingga ekstrak pigmen yang didapat berwarna
merah keunguan. Pada saat Pengontakan yang terjadi mekanisme pelarutan
dan difusi. Pelarutan merupakan peristiwa penguraian suatu molekul zat
menjadi komponennya, baik berupa molekul-molekul, atom-atom maupun
ion-ion, karena pengaruh pelarut cair yang melingkupinya. Partikelpartikel
yang terlarutkan ini berkumpul dipermukaan antara (interface) padatan dan
terlarut. Bila peristiwa pelarutan masih terus berlangsung, maka terjadi
difusi partikel-partikel zat terlarut dari lapisan antara fase menembus
lapisan permukaan pelarut dan masuk kedalam badan pelarut dimana zat
terdistribusikan merata.
Semakin bertambahnya volume pelarut, konsentrasi dari pigmen
antosianin juga semakin menurun. Penurunan konsentrasi antosianin terjadi
karena gugus sianidin yang terdapat dalam kulit buah naga merah sudah
terambil oleh pelarut asam sitrat sehingga dengan bertambahnya volume
tidak membuat kadar antosianin yang didapat semakin banyak. Hal ini
sesuai dengan teori ekstraksi yang menyatakan bahwa semakin besar
jumlah pelarut maka konsentrasi produk semakin kecil (Treybal, R.E.,
1955).
Dengan meningkatnya suhu ekstraksi maka terlarutnya pigmen
antosianin semakin baik, tetapi oksidasi antosianin juga ikut meningkat
dengan meningkatnya suhu. Waktu ekstraksi yang terlalu lama juga
mempengaruhi kadar antosianin yang didapat karena proses ekstraksi
berlangsung dengan menggunakan tambahan suhu. Pigmen antosianin akan
rusak diatas suhu 600C, namun waktu kontak yang terlalu lama akan
menyebabkan kerusakan pada pigmen antosianin walaupun suhu yang
9
digunakan belum mencapai suhu 60oC. Pada penelitian Hutapea, (2014)
dkk terjadi penurunan kadar antosianin pada waktu ekstraksi 8 jam dengan
suhu 50oC.Hal inilah yang menyebabkan kadarantosianin yang didapat dari
proses ekstraksi menggunakan suhu 40oC lebih kecil. Sehingga hanya
dengan menggunakan suhu ruangan tanpa memberikan pemanasan
tambahan memberikan hasil yang baik, hal ini dapat menghemat energi
pada proses ektraksi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Antosianin merupakan salah satu pewarna alami karena merupakan zat
berwarna merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga dan
buah-buahan(Hidayat dan Saati, 2006). Antosianin merupakan senyawa flavonoid
yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Antosianin dalam bentuk aglikon
lebih aktif daripada bentuk glikosidanya (Santoso, 2006).
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel dari
tanaman melewati dinding sel.
Antosianin larut dalam air, menghasilkan warna dari merah sampai biru
dan tersebar luas dalam buah, bunga, dan daun. Antosianin pada buah naga
ditemukan pada buah dan kulitnya.
11