Anda di halaman 1dari 28

REVIEW ARTIKEL

FITOKIMIA II
Kelompok 4
Azkiyah Hanifah 118260084 Dosen pengampu:
Elfina aprilia ramanda 118260007
Fara fajria 118260111 Syaikhul Aziz,S.Farm.,M.Si.,Apt
sherly putri pamungkas 118260018
Aji Putra Raharjo 118260083
Nurul Fadillah islamiah 118260097
Devis Krismonia 118260060
Aulia safitri 118260117
Yuli Angelica 118260033

Program Studi Farmasi


Jurusan Sains
Institut Teknologi Sumatera
2021
01
LATAR BELAKANG

kecapi merupakan salah satu jenis tumbuhan yang terdapat di Indonesia


yang memiliki aktifitas yang beranekaragam. biasa digunakan sebagai obat
kurap dan antikanker. uji kandungan metabolit sekunder yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya menyatakan bahwa pada kulit batang kecapi selain
mengandung senyawa triterpenoid juga terdapat flavonoid, fenolik dan
kumarin
METODOLOGI
ALAT:
• Peralatan yang digunakan untuk proses isolasi yaitu :seperangkat alat destilasi,alat
rotary evaporator (Heidolph Laborota 4000),oven,spektroskopi inframerah FTIR
(Thermo Scientific Nicolet iS10),lampu UV (λ = 254 dan 356 nm),melting point
(Stuart SMP10),kolom kromatografi,neraca analitik, dan pipa kapiler
• Peralatan yang digunakan untuk uji aktifitas antibakteri metode difusi cakram
yaitu :autoklaf,incubator,laminar air flow,cawan petri ,dan beberapa peralatan gelas
yang umum digunakan

BAHAN:
• Bahan-bahan yang digunakan untuk pengerjaan isolasi Yaitu : kulit batang kecapi,heksana, etil asetat
dan metanol (ketiganya merupakan pelarut teknis yang telah didistilasi) digunakan sebagai pelarut saat
maserasi dan eluen pada kromatografi kolom, akuades, plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis) merek
Merck, silika gel 60 (0,063-0,200 mm) (70-230 mesh ASTM) merek Merck, sphadex LH20, kertas
saring, aluminium voil, kertas saring Whatman no. 1 berdiamater 6 mm, media Nutrient Agar ,Bakteri
yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
 PROSEDUR KERJA
1. Sebanyak 900 gram serbuk kulit batang kecapi direndam dengan menggunakan pelarut heksana,
etil asetat dan metanol.
2. Ekstrak yang didapatkan diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak pekat.
3. Selanjutnya, masing-masing ekstrak dilakukan uji antibakteri untuk menentukan ekstrak aktif.
4. Uji aktifitas antibakteri mengunakan metoda difusi cakram. Bakteri yang digunakan adalah bakteri
gram negatif Escherichia coli dan bakteri gram positif Staphylococcus aureus.
5. Untuk ekstrak ditimbang masing-masing 100 mg dan diencerkan dengan 50 mL pelarut (heksana,
etil asetat dan metanol) sehingga didapatkan konsentrasi 2000 mg/L dan dipipet 0,5 mL (2000
mg/L).
6. Kontrol negatif menggunakan pelarut dari masing masing ekstrak sedangkan kontrol positif
digunakan antibiotik amoxilin yang ditimbang 50 mg dan dilarutkan dengan 50 mL aquades
sehingga didapatkan konsentrasi 1000 mg/L.
7. Media Nutrient Agar yang telah dituang ke dalam cawan petri dan setelah padat diolesi suspensi
bakteri uji.
8. Kertas saring cakram dicelupkan ke dalam masing-masing sampel uji secara bersamaan selama 20
detik dan diletakkan pada cawan petri tersebut.
9. Uji aktifitas ditentukan setelah 24 jam inkubasi pada 37ºC.
10. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sampel diukur.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Sampel 900 gram dimaserasi berkali-kali dengan menggunakan pelarut heksana, etil asetat dan methanol.
Diperoleh ekstrak pekat pelarut heksana 36.75 gram, etil asetat 37.57 gram dan metanol 36.83 gram
Hasil Uji Aktifitas Antibakteri Pemisahan dan Pemurnian Ekstrak Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi

-OH = 3339 cm-1


C-O = 1018 cm-1
C-H = 2946 cm-1
C=C = 1446 cm-1.
Inti benzen = 1509-1446 cm-1
C=O karbonil = 1702 cm-1
KESIMPULAN

Berdasarkan rentang nilai titik leleh < 2 maka dapat diindikasikan senyawa
hasil isolasi telah murni dimana senyawa hasil isolasi termasuk golongan
kumarin dengan titik leleh 194°C - 195°C.
02
LATAR BELAKANG
Dengan meningkatnya kesadaran tentang lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, produk alam menjadi
bidang penelitian baru karena sifatnya yang dapat terurai secara hayati dan produksi dari sumber daya
terbarukan. Antrakuinon adalah kelompok bahan kimia aromatik yang memiliki fungsi beragam, secara struktural terkait
dengan antrasen, dengan struktur induk 9,10-dioxoanthracene . Ekstrak tumbuhan yang mengandung antrakuinon semakin
banyak digunakan untuk kosmetik, makanan, pewarna dan farmasi karena sifat terapeutik dan farmakologisnya yang
luas . Benzoquinones adalah kelas kuinon alami yang ditemukan terutama pada tumbuhan tingkat
tinggi, jamur, bakteri, dan hewan.

Dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi semakin jelas bahwa beberapa dari mereka memiliki aktivitas
antioksidan, anti inflamasi dan antikanker yang kuat. Salah satu keuntungan penting yang ditawarkan oleh senyawa ini
adalah kemudahannya untuk disintesis dan dimanipulasi secara kimiawi. Ini dengan mudah dapat memberikan dorongan
untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan beberapa molekul obat yang berpotensi berguna . Naftoquinon adalah
senyawa yang terdapat pada beberapa famili tumbuhan tingkat tinggi.

Dalam pengobatan tradisional, terutama di antara populasi India, tanaman yang mengandung naphthoquinones


telah digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit. Furanocoumarins terdiri dari cincin furan beranggota lima yang
melekat pada inti kumarin, dibagi menjadi tipe linier atau sudut dengan substitusi pada satu atau kedua posisi benzoid
yang tersisa . Aktivitas etnomedisinal dan farmakologis tanaman ini dijelaskan dengan baik dalam literatur yang
berbeda. Studi pada bagian tanaman menunjukkan adanya kelompok fitokimia yang berbeda, seperti
alkaloid, terpenoid, antrakuinon, glikosida, saponin, fenol, flavonoid, minyak atsiri, fosfolipid, dan asam lemak tak jenuh
rantai panjang
METODOLOGI
• Pengumpulan dan identifikasi daun S. macrophylla
Daun S.macrophylla dikumpulkan dari sebuah desa Raynanda, Daksin, Dinajpur, Benggala Barat yang ada di India.
• Persiapan ekstrak tumbuhan untuk identifikasi kuinon
Bahan : Daun S.macrophylla Laurutan hcl, dietil eter, etanol silika gel

Alat : alat alat gelas, water bath, klt, TLC


HASIL PENELITIAN
KESIMPULAN

Dalam penelitian ini, S. macrophylla diskrining untuk mengetahui keberadaan


kuinon dan furanocoumarin yang berbeda, oleh karena itu, mungkin memiliki
potensi sebagai sumber obat yang bermanfaat. penelitian ini menunjukkan
bahwa S.macrophylla daun dapat menjadi sumber potensial agen terapeutik
alami yang dapat mencegah penyakit degeneratif terkait stres oksidatif.
Pemurnian lebih lanjut, identifikasi dan karakterisasi senyawa aktif ini harus
diprioritaskan dalam penelitian selanjutnya.
03
LATAR BELAKANG

Mengkudu (Morinda citrifolia, L) merupakan tanaman yang digunakan sebagai bahan


makanan sekaligus pengobatan. Tanaman mengkudu mengandung senyawa bersifat
antibakteri yaitu antrakuinon, alkaloid, flavonoid, yang mampu melawan mikroorganisme
pathogen. Akar tanaman mengkudu mengandung antrakuinon, yang berfungsi sebagai
antibakteri dan antikanker. Antrakuinon termasuk turunan kuinon. Antrakuinon merupakan
senyawa kristal bertitik leleh tinggi, dan larut dalam pelarut organik dan basa. Dua
senyawa yang diisolasi dari ekstrak kloroform buah telah dapat diidentifikasi sebagai asam
ursolat dan skopoletin.
METODOLOGI
Cara kerja

Penyiapan Ekstrak Metanol


Mengkudu (Morinda
citrifolia, L)

MASERASI

PARTISI
MASERASI
Sampel akar mengkudu dibersihkan dan dikering anginkan kemudian
sampel akar kayu mengkudu yang sudah kering dihaluskan sampai
menjadi serbuk

Serbuk kering akar mengkudu sebanyak 3 kg dimaserasi dengan


metanol pada suhu kamar, selama 3x24 jam.

Ekstrak metanol kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat

Residunya dimaserasi kembali dengan metanol.


Langkah diatas dilakukan berulang kali hingga sebagian besar
senyawa telah terekstrak

Semua maserat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan menggunakan


rotary evaporator dan di peroleh sebanyak 67,61 gram (2,25%) maserat
yang berupa ekstrak kental metanol berwarna coklat kemerahan.
PARTISI
Ekstrak kental metanol kemudian dipartisi menggunakan pelarut
dengan tingkat kepolaran yang berbeda.

Pertama menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, etil asetat, dan


metanol.

Hasil partisi dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga


dihasilkan fraksi n-heksana,fraksi kloroform, fraksi metanol, fraksi etil
asetat.
Pemisahan Senyawa Metabolit Sekunder dengan KLT
Ekstrak metanol yang telah di analisis menggunakan kromatografi lapis
tipis sampai diperoleh pola pemisahan untuk melihat kandungan
senyawa

Ekstrak metanol dipisahkan menggunakan kromatografi kolom dengan


fasa diam silika gel dan dielusi berturut-turut

Hasil kromatografi kolom mempunyai harga Rf (rate of flow) dan noda


yang sama
Fraksinasi Menggunakan Metode Kromatografi Vakum Cair (KVC)

KVC dilakukan dengan menggunakan fasa diam silika gel Merck 60


GF254 dan fasa gerak pelarut organik

Sampel yang akan digunakan untuk satu kali proses KVC adalah fraksi
aktif antioksidan dan eluen yang digunakan ditentukan melalui KLT
berdasarkan pada pemisahan yang sesuai.

Fraksi yang diperoleh dari hasil KVC dianalisis dengan teknik KLT
sehingga diperoleh fraksi gabungan KVC

Fraksi gabungan diperoleh selanjutnya ditentukan berat kering dari


gabungan fraksi
Fraksinasi Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Tekan (KKT)

Fraksinasi dengan metode KKT dilakukan terhadap hasil fraksinasi


KVC yang menunjukkan aktivitas antioksidan

KKT dilakukan dengan menggunakan fasa diam silika gel Merck 60


GF254 dan fasa gerak pelarut organik yang ditingkatkan kepolarannya
secara gradien yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT

Fraksi yang diperoleh dari hasil KKT dianalisis dengan teknik KLT
sehingga diperoleh fraksi gabungan KKT

Fraksi gabungan diperoleh selanjutnya ditentukan berat kering dari


gabungan fraksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi kloroform masih kompleks dan beragam. Oleh
karena itu senyawa-senyawa tersebut dapat dipisahkan dengan KVC. Prinsip dari KVC adalah partisi
dan adsorpsi yang pemisahannya dipercepat dengan bantuan pompa vacuum. Pemilihan eluen di
mulai dari variasi eluen n-heksana: etil asetat (v/v) 9:1 dan selanjutnya di tingkatkan kepolaran eluen
ditingkatkan menjadi 8:2; 7:3; 6:4; 4:6; 3:7; 2:8; 1:9, etil asetat (v/v) 100% dan metanol (v/v) 100%.
Pemisahan dilakukan menggunakan teknik elusi bergradien.
Kandungan senyawa kimia pada fraksi C dimurnikan menggunakan kromatografi kolom tekan (KKT).
Pemurnian senyawa dalam fraksi C menggunakan kolom berdiameter 1 cm dengan panjang 30 cm.
Fasa diam yang di gunakan yaitu silika gel 60 (230-400 mesh). Fraksi C (1,65g) sebelumnya
diimpregnasi dengan silika gel (60-70 mesh) sampai homogen
Gambar 3 memperlihatkan bahwa fraksi M.j2 relatif murni, hal ini terlihat dari kromatogram yang menunjukkan
adanya noda tunggal berwarna kuning. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa hanya diperoleh 1 senyawa
yang relatif murni dari ekstrak kloroform akar tanaman mengkudu (Morinda citrifolia, L) yang dilihat dari
kromatogram yang di hasilkan pada KLT 2D dengan n-heksana: etil asetat (v/v) (1:1). Selanjutnya isolat M.j2 yang
diperoleh berupa padatan amorf berwarna kuning dianalisis golongan senyawa metabolit sekunder dengan
KLTsemprot dengan KOH 10% .
Pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak toleun-etil
asetatasam asetat (75:24:1) (v/v) yang telah dijenuhkan sebanyak 10 mL, noda yang dihasilkan berwarna kuning
ketika di semprot dengan KOH 10%. Warna berubah menjadi merah mengidentifikasi isolat M.j2 merupakan
golongan antrakuion
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat simpulan bahwa isolat
senyawa metabolit sekunder dari fraksi kloroform akar kayu tanaman mengkudu (Morinda
citrifolia, L) hasil isolat berwarna kuning. Senyawa antrakuinon pada pengujian yang dilakukan
memakai kromatografi lapis tipis (KLT) ketika di semprot dengan KOH 10% menghasilkan
warna merah menandai isolat M.j2 adalah positif antrakuinon.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai