Dosen Pengampu:
Dr. Nazriati, M.Si
Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd, M.Si
OLEH:
KELOMPOK 3 -OFF J
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2023
A. Judul: Hasil Kali Kelarutan (KSP)
B. Tujuan Percobaan :
● Dapat menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut
● Dapat menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan
Ksp pada suhu
C. Dasar Teori
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang bisa larut dalam
sejumlah pelarut. Berdasarkan sifat kelarutannya suatu larutan dibedakan menjadi tiga
kondisi,yaitu
1. Tidak jenuh, dimana konsentrasi suatu larutan belum melampaui kelarutannya,
sehingga masih bisa melarutkan zat terlarut
2. Jenuh, dimana konsentrasi suatu larutan sama dengan kelarutannya, sehingga zat
tepat mengendap
3. Lewat jenuh, dimana konsentrasi suatu larutan melampaui kelarutannya, sehingga
zat yang mengendap lebih banyak daripada zat yang larut
Sedangkan hasil kali kelarutan adalah hasil akhir yang dicapai oleh hasil kali ion
ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dalam
larutan tersebut. Harga pKsp yang besar (positif) menunjukkan kelarutan yang kecil, pKsp
yang kecil (negatif) menunjukkan kelarutan besar. Banyaknya zat terlarut yang dapat
menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut
kelarutan (Achmad, 1996).
Ksp = [𝑀𝑦+]𝑥[𝐴𝑥−]𝑦 Ksp = (𝘢𝑀𝑦+ )𝑥(𝘢𝐴𝑥−)𝑦
Tetapan kesetimbangan untuk senyawa yang sukar larut disebut Ksp. Ksp dapat juga
disebut konstanta hasil kali kelarutan. Secara umum, hasil kali kelarutan adalah hasil kali
konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan koefisien
stoikiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan (Subhan, 2013).
Ksp suatu garam adalah ukuran kelarutan garam tersebut. Jika diketahui kelarutan
molar, maka Ksp dapat dihitung. Sebaliknya jika diketahui Ksp makadapat dihitung
kelarutan molar. Selain daripada Ksp, kadang-kadang adalah lebihmudah jika menggunakan
pKsp yaitu negatif logaritma dari Ksp (-log Ksp).
Contoh lain dari adanya kesetimbangan dinamik ialah suatu larutan jenuh yang masih
mengandung solut yang tidak dapat larut pada suhu tertentu. Partikel- partikel solut akan
bergerak ke dalam larutan dengan kecepatan yang samadengan partikel-partikel yang akan
mengkristal kembali menjadi padat. Keadaanyang sama akan terjaddi juga pada larutan dimana
solutnya mempunyai daya larutyang rendah. Karena merupakan suatu sistem kesetimbangan,
maka dapat dipakai prinsip Le Chatelier untuk menganalisis bagaimana suatu gangguan akan
dapat mempengaruhi keadaan setimbang. Gangguan ini adalah pertambahan nilai suhu.Kenaikan
suhu akan mengubah keadaan setimbang pada arah yang mengabsorpsi panas (Brady, 1999).
Menurut Brady (1999), bila bertambahnya solut yang larut merupakan prosesendoterm, seperti
diperlihatkan pada persamaan di bawah, dimana larutan (2) lebih pekat dari larutan (1), maka
dengan menaikkan suhu, kelarutan akan bertambah. Dengan perkataan lain kenaikkan suhu akan
menggeser kesetimbangan ke arah kanan:Panas + solut + larutan (1) larutan (2) Secara umum
tekanan hanya mempunyai pengaruh yang kecil pada larutan zatcair atau zat padat pada pelarut
cair. Tetapi kelarutan gas selalu bertambah dengan bertambahnya tekanan. Misalnya saja
minuman yang mengandung karbonat, dibotolkan pada tekanan yang tinggi untuk memastikan
kandungan CO2 yang besardan sewaktu botol dibuka, minuman akan kehilangan karbonatnya
(Brady, 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat kristalin adalah temperatur,
sifat dasar pelarut dan hadirnya ion-ion lain dalam larutan.
Dalam kategori terakhir tercakup ion-ion yang mungkin sekutu atau tidak dari ion-ion
yang ada dalam zatpadat. Ion-ion yang bersama dengan ion zat padat itu membentuk molekul
yang sedikit sekali terdisosiasi atau ion kompleks (Day dan Underwood, 1996). Kebanyakan
garam anorganik yang kita minati, kelarutannya meningkat bila temperatur dinaikkan. Biasanya
ada manfaatnya untuk melakukan operasi pengendapan, penyaringan dan pencucian dengan
larutan panas. Mungkin dihasilkan partikel dengan ukuran besar, penyaringan lebih cepat dan
ketakmurnian lebih mudah melarut. Oleh karena itu, seringkali disarankan untuk menggunakan
larutan panas dalam kasus-kasus kelarutan endapan masih dapat diabaikan pada temperatur
tinggi. Tetapi dalam hal senyawa yang agak dapat larut, seperti magnesium amonium fosfat,
larutan itu haruslah didinginkan dalam air es sebelum penyaringan.
Kuantitas senyawa yang berarti mungkin akan hilang jika larutan disaring pada waktu panas.
Misalnya garam timbal melarut pada temperatur tinggi (Day dan Underwood, 1996).
Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi pada larutan
PbCl2 dalam keadaan jenuh dituliskan sebagai berikut:
PbCl2(s) ⇋ Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas adalah sebagai
berikut:
2+ − 2
(𝖺𝑃𝑏 )(𝖺𝐶𝑙 )
𝐾𝑎 = (𝖺𝑃𝑏𝐶𝑙2(𝑠))
Karena aktivitas padatan murni sama dengan satu, maka persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi:
Ka = (𝘢𝑃𝑏2+)(𝘢𝐶𝑙− )2
Dalam suatu larutan encer, aktivitas dianggap sama dengan konsentrasi dalam satuan
molar. Nilai Ksp pada persamaan diatas dikenal sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2
(Tim Dosen Kimia Fisika, 2020).
10 mL 0,50 mL Belum -
10 mL 1,00 mL Belum -
G. Analisis Data
- Perhitungan [Pb2+][Cl-] dan Ksp
10 mL Pb(NO3)2 0,075 M dengan 1,1 mL 1,1 M
mol Pb(NO3)2 0,075 M = M . V
= 0,075 M x 10 mL
= 0,75 mmol
Mol KCl 1,0 M =M.V
= 1,0 M x 1,1 mL
= 1,1 mmol
Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,1 mmol - -
R 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol
S 0,2 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol
𝑛 0,55 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,1 𝑚𝐿
= 0,0495 M
𝑛 0,65 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,3 𝑚𝐿
= 0,0575 M
𝑛 0,7 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,4 𝑚𝐿
= 0,0614 M
Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,5 mmol - -
R 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol
S - 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol
𝑛 0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,5 𝑚𝐿
= 0,0652 M
- Persen Kesalahan
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 43, 6%
3 𝐾𝑠𝑝
𝑠= 4
× 𝑀𝑟 𝑃𝑏𝐶𝑙2
3 𝐾𝑠𝑝
𝑠= 4
× 278
H. Pembahasan
Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui kelarutan elektrolit yang
bersifat sedikit larut dan mengetahui panas pelarutan melalui sifat kebergantungan Ksp
pada suhu. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengujian endapan. Tahapan
pertama untuk pengujian endapan yaitu dengan mencampurkan 1M KCl dengan volume
yang beda-beda, yaitu 0,50 mL, 1,00 mL, 1,50, 200 mL, 2,50 mL, 3,00 mL, dan 3,50 mL
dengan Pb(NO3)2 0,075M dengan volume yang konstan yaitu 10 mL. Endapan mulai
terbentuk pertama kali pada penambahan KCl dengan volume 1,50 mL. Endapan tersebut
adalah endapan PbCl2 yang berwarna putih. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Pb(NO3)2 (aq) + 2KCl (aq) → PbCl2 (s) + 2KNO3 (aq)
I. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Ksp
akan meningkat seiring bertambahnya suhu, sedangkan panas pelarutan tidak dipengaruhi
oleh suhu dan reaksi tersebut berlangsung secara endotermik. Pada percobaan ini, nilai
−4
Ksp dari PbCl2 ialah 1, 35175 × 10 Sedangkan kalor pelarutan (∆H°) PbCl2 pada
percobaan ini ialah sebesar + 57, 655 𝐾𝑗/𝑚𝑜𝑙 dengan persentase kesalahan menurut
literatur dari panduan praktikum sebesar 43, 6%.
J. Pertanyaan
1. Reaksi PbCl2 (s) ⇋ Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq) bersifat endotermik dan eksotermik?
Jawaban:
Reaksi PbCl2 (s) ⇌ Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq) bersifat endotermik.Karena terjadi
penyerapan panas / kalor dari sistem ke lingkungan dan juga untuk melarutkan zat
yang tidak larut membutuhkan energi.
2. Nilai Ksp PbCl2 pada suhu 25°C menurut literatur adalah 1,6 x 10-5. Apakah
perbedaan Ksp yang diperoleh pada percobaan ini dengan nilai Ksp literatur
disebabkan kesalahan acak yang terdapat pada percobaan (Random Error)? Jika
tidak mengapa?
Jawaban:
Tidak,karena nilai Ksp dapat disebabkan oleh perbedaan suhu, serta
adanya random error dan juga dapat mempengaruhi nilai ksp dimana persen eror
meningkat maka ksp semakin tidak tepat.
K. Daftar Pustaka
Achmad, H., 1996, Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan, PT. Citra Aditya
Bakti,Bandung
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas: Asas Dan Struktur. Binapura Aksara: Jakarta.
Day R.A. dan Underwood A.L. (1996) . Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. Subhan. 2013. Kimia Dasar 2. Makassar: Dua Satu
Press.
Tim Dosen Kimia Fisika. 2020. Petunjuk Praktikum Pengukuran Sifat Kimia Fisika Bahan.
Universitas Negeri Malang.
L. Lampiran