Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN SIFAT KIMIA FISIKA BAHAN


PERCOBAAN 10
HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Dosen Pengampu:
Dr. Nazriati, M.Si
Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd, M.Si

OLEH:
KELOMPOK 3 -OFF J

1. AISSHA NADIRA SYAHNANTA (210332626473)


2. MOHAMMAD RIZKI AGUSTA (210332626419)
3. MUHAMMAD ARGA IQBAL (210332626459)
4. WAHYU AZIZ SIREGAR (210332626501) ★

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2023
A. Judul: Hasil Kali Kelarutan (KSP)
B. Tujuan Percobaan :
● Dapat menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut
● Dapat menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan
Ksp pada suhu
C. Dasar Teori
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang bisa larut dalam
sejumlah pelarut. Berdasarkan sifat kelarutannya suatu larutan dibedakan menjadi tiga
kondisi,yaitu
1. Tidak jenuh, dimana konsentrasi suatu larutan belum melampaui kelarutannya,
sehingga masih bisa melarutkan zat terlarut
2. Jenuh, dimana konsentrasi suatu larutan sama dengan kelarutannya, sehingga zat
tepat mengendap
3. Lewat jenuh, dimana konsentrasi suatu larutan melampaui kelarutannya, sehingga
zat yang mengendap lebih banyak daripada zat yang larut
Sedangkan hasil kali kelarutan adalah hasil akhir yang dicapai oleh hasil kali ion
ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dalam
larutan tersebut. Harga pKsp yang besar (positif) menunjukkan kelarutan yang kecil, pKsp
yang kecil (negatif) menunjukkan kelarutan besar. Banyaknya zat terlarut yang dapat
menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut
kelarutan (Achmad, 1996).
Ksp = [𝑀𝑦+]𝑥[𝐴𝑥−]𝑦 Ksp = (𝘢𝑀𝑦+ )𝑥(𝘢𝐴𝑥−)𝑦
Tetapan kesetimbangan untuk senyawa yang sukar larut disebut Ksp. Ksp dapat juga
disebut konstanta hasil kali kelarutan. Secara umum, hasil kali kelarutan adalah hasil kali
konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan koefisien
stoikiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan (Subhan, 2013).
Ksp suatu garam adalah ukuran kelarutan garam tersebut. Jika diketahui kelarutan
molar, maka Ksp dapat dihitung. Sebaliknya jika diketahui Ksp makadapat dihitung
kelarutan molar. Selain daripada Ksp, kadang-kadang adalah lebihmudah jika menggunakan
pKsp yaitu negatif logaritma dari Ksp (-log Ksp).
Contoh lain dari adanya kesetimbangan dinamik ialah suatu larutan jenuh yang masih
mengandung solut yang tidak dapat larut pada suhu tertentu. Partikel- partikel solut akan
bergerak ke dalam larutan dengan kecepatan yang samadengan partikel-partikel yang akan
mengkristal kembali menjadi padat. Keadaanyang sama akan terjaddi juga pada larutan dimana
solutnya mempunyai daya larutyang rendah. Karena merupakan suatu sistem kesetimbangan,
maka dapat dipakai prinsip Le Chatelier untuk menganalisis bagaimana suatu gangguan akan
dapat mempengaruhi keadaan setimbang. Gangguan ini adalah pertambahan nilai suhu.Kenaikan
suhu akan mengubah keadaan setimbang pada arah yang mengabsorpsi panas (Brady, 1999).
Menurut Brady (1999), bila bertambahnya solut yang larut merupakan prosesendoterm, seperti
diperlihatkan pada persamaan di bawah, dimana larutan (2) lebih pekat dari larutan (1), maka
dengan menaikkan suhu, kelarutan akan bertambah. Dengan perkataan lain kenaikkan suhu akan
menggeser kesetimbangan ke arah kanan:Panas + solut + larutan (1) larutan (2) Secara umum
tekanan hanya mempunyai pengaruh yang kecil pada larutan zatcair atau zat padat pada pelarut
cair. Tetapi kelarutan gas selalu bertambah dengan bertambahnya tekanan. Misalnya saja
minuman yang mengandung karbonat, dibotolkan pada tekanan yang tinggi untuk memastikan
kandungan CO2 yang besardan sewaktu botol dibuka, minuman akan kehilangan karbonatnya
(Brady, 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat kristalin adalah temperatur,
sifat dasar pelarut dan hadirnya ion-ion lain dalam larutan.
Dalam kategori terakhir tercakup ion-ion yang mungkin sekutu atau tidak dari ion-ion
yang ada dalam zatpadat. Ion-ion yang bersama dengan ion zat padat itu membentuk molekul
yang sedikit sekali terdisosiasi atau ion kompleks (Day dan Underwood, 1996). Kebanyakan
garam anorganik yang kita minati, kelarutannya meningkat bila temperatur dinaikkan. Biasanya
ada manfaatnya untuk melakukan operasi pengendapan, penyaringan dan pencucian dengan
larutan panas. Mungkin dihasilkan partikel dengan ukuran besar, penyaringan lebih cepat dan
ketakmurnian lebih mudah melarut. Oleh karena itu, seringkali disarankan untuk menggunakan
larutan panas dalam kasus-kasus kelarutan endapan masih dapat diabaikan pada temperatur
tinggi. Tetapi dalam hal senyawa yang agak dapat larut, seperti magnesium amonium fosfat,
larutan itu haruslah didinginkan dalam air es sebelum penyaringan.
Kuantitas senyawa yang berarti mungkin akan hilang jika larutan disaring pada waktu panas.
Misalnya garam timbal melarut pada temperatur tinggi (Day dan Underwood, 1996).
Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi pada larutan
PbCl2 dalam keadaan jenuh dituliskan sebagai berikut:
PbCl2(s) ⇋ Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas adalah sebagai
berikut:
2+ − 2
(𝖺𝑃𝑏 )(𝖺𝐶𝑙 )
𝐾𝑎 = (𝖺𝑃𝑏𝐶𝑙2(𝑠))

Karena aktivitas padatan murni sama dengan satu, maka persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi:
Ka = (𝘢𝑃𝑏2+)(𝘢𝐶𝑙− )2

Dalam suatu larutan encer, aktivitas dianggap sama dengan konsentrasi dalam satuan
molar. Nilai Ksp pada persamaan diatas dikenal sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2
(Tim Dosen Kimia Fisika, 2020).

D. Alat dan Bahan


● Alat :
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Erlenmeyer 250 mL
4. Buret 50 mL
5. Bunsen
6. Kaki tiga
7. Kasa
8. Thermometer
● Bahan
1. Pb(NO3)2 0,075 M
2. KCl 1,0 M
E. Prosedur Kerja
F. Data Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan Faktor Ketelitian
Volume 0,075 M Pb(NO3)2 Volume 1,0 M KCl Pembentukan Suhu (oC)
Endapan

10 mL 1,1 mL Sudah 40oC

10 mL 1,2 mL Sudah 43oC

10 mL 1,3 mL Sudah 45oC

10 mL 1,4 mL Sudah 51oC

10 mL 1,5 mL Sudah 52oC

Tabel 2. Pengamatan Pembentukan Endapan


Volume 0,075 M Pb(NO3)2 Volume 1,0 M KCl Pembentukan Suhu (oC)
Endapan

10 mL 0,50 mL Belum -

10 mL 1,00 mL Belum -

10 mL 1,50 mL Sudah 52oC

10 mL 2,00 mL Sudah 62oC

10 mL 2,50 mL Sudah 64oC

10 mL 3,00 mL Sudah 82oC

10 mL 3,50 mL Sudah 83oC


Tabel 3. Data Pengamatan Suhu Larutan

No Volume Volume Suhu Pelarutan [Pb2+] Ksp Log 1/T


0,075 M 1,0 M Endapan [Cl- ] Ksp (K-1)
Pb(NO3)2 KCl
o
C K

1 10 mL 1,1 mL 40oC 313,15 K 4,9005 4,851 -3,31 0,00317


x 10-3 x 10-4 41 96

2 10 mL 1,2 mL 43oC 316,15 K 5,7245 6,125 -3,21 0,00315


x 10-3 x 10-4 28 95

3 10 mL 1,3 mL 45oC 318,15 K 6,6125 7,604 -3,11 0,00312


x 10-3 x 10-4 89 35

4 10 mL 1,4 mL 51oC 324,15 K 7,5399 9,138 -3,03 0,00309


x 10-3 x 10-4 91 45

5 10 mL 1,5 mL 52oC 325,15 K 8.5020 1,101 -2,95 0,00306


x 10-3 x 10-3 79 60

G. Analisis Data
- Perhitungan [Pb2+][Cl-] dan Ksp
10 mL Pb(NO3)2 0,075 M dengan 1,1 mL 1,1 M
mol Pb(NO3)2 0,075 M = M . V
= 0,075 M x 10 mL
= 0,75 mmol
Mol KCl 1,0 M =M.V
= 1,0 M x 1,1 mL
= 1,1 mmol
Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,1 mmol - -
R 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol
S 0,2 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol 0,55 mmol
𝑛 0,55 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,1 𝑚𝐿
= 0,0495 M

Reaksi Kesetimbangan Larutan Jenuh :


PbCl2 → Pb2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
0,0495 M 0,0495 M 0,099 M
[Pb2+][Cl-] = 0,0495 M . 0,099 M = 4,9005 x 10-3
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= 0,0495 M x (0,099 M)2
= 4,814 x 10-4

- Perhitungan [Pb2+][Cl-] dan Ksp


10 mL Pb(NO3)2 0,075 M dengan 1,1 mL 1,1 M
mol Pb(NO3)2 0,075 M = M . V
= 0,075 M x 10 mL
= 0,75 mmol
Mol KCl 1,0 M =M.V
= 1,0 M x 1,2 mL
= 1,2 mmol
Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,2 mmol - -
R 0,60 mmol 0,60 mmol 0,60 mmol 0,60 mmol
S 0,15 mmol 0,60 mmol 0,60 mmol 0,60 mmol
𝑛 0,60 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,2 𝑚𝐿
= 0,0535 M

Reaksi Kesetimbangan Larutan Jenuh :


PbCl2 → Pb2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
0,0535 M 0,0535 M 0,107 M
[Pb2+][Cl-] = 0,0535 M . 0,107 M = 5,7245 x 10-3
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= 0,0535 M x (0,107 M)2
= 6,1252 x 10-4
- Perhitungan [Pb2+][Cl-] dan Ksp
10 mL Pb(NO3)2 0,075 M dengan 1,1 mL 1,1 M
mol Pb(NO3)2 0,075 M = M . V
= 0,075 M x 10 mL
= 0,75 mmol
Mol KCl 1,0 M =M.V
= 1,0 M x 1,3 mL
= 1,3 mmol
Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,3 mmol - -
R 0,65 mmol 0,65 mmol 0,65 mmol 0,65 mmol
S 0,10 mmol 0,65 mmol 0,65 mmol 0,65 mmol

𝑛 0,65 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,3 𝑚𝐿
= 0,0575 M

Reaksi Kesetimbangan Larutan Jenuh :


PbCl2 → Pb2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
0,0575 M 0,0575 M 0,115 M
[Pb2+][Cl-] = 0,0575 M . 0,115 M = 6,6125 x 10-3
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= 0,0575 M x (0,115 M)2
= 7,6043 x 10-4

- Perhitungan [Pb2+][Cl-] dan Ksp


10 mL Pb(NO3)2 0,075 M dengan 1,1 mL 1,1 M
mol Pb(NO3)2 0,075 M = M . V
= 0,075 M x 10 mL
= 0,75 mmol
Mol KCl 1,0 M =M.V
= 1,0 M x 1,4 mL
= 1,4 mmol
Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,4 mmol - -
R 0,7 mmol 0,7 mmol 0,7 mmol 0,7 mmol
S 0,05 mmol 0,7 mmol 0,7 mmol 0,7 mmol

𝑛 0,7 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,4 𝑚𝐿
= 0,0614 M

Reaksi Kesetimbangan Larutan Jenuh :


PbCl2 → Pb2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
0,0614 M 0,0614 M 0,122 M
[Pb2+][Cl-] = 0,0614 M . 0,122 M = 7,5399 x 10-3
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= 0,0614 M x (0,122 M)2
= 9,1387 x 10-4

- Perhitungan [Pb2+][Cl-] dan Ksp


10 mL Pb(NO3)2 0,075 M dengan 1,1 mL 1,1 M
mol Pb(NO3)2 0,075 M = M . V
= 0,075 M x 10 mL
= 0,75 mmol
Mol KCl 1,0 M =M.V
= 1,0 M x 1,5 mL
= 1,5 mmol

Reaksi :
Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 1,5 mmol - -
R 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol
S - 0,75 mmol 0,75 mmol 0,75 mmol
𝑛 0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
[PbCl2] = 𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 11,5 𝑚𝐿
= 0,0652 M

Reaksi Kesetimbangan Larutan Jenuh :


PbCl2 → Pb2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
0,0652 M 0,0652 M 0,130 M
[Pb2+][Cl-] = 0,0652 M . 0,130 M = 8,5020 x 10-3
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= 0,0652 M x (0,130 M)2
= 1,101 x 10-3
- Grafik Hubungan Ksp terhadap Suhu

- Grafik Ksp Terhadap 1/T


- Perhitungan ΔH dari persamaan Van't Hoff
Persamaan ini merupakan representatif dari persamaan Van’t Hoff, yakni:
∆𝐻॰ 1
𝑙𝑜𝑔 𝐾𝑠𝑝 =− 2,303 × 𝑅
× 𝑇
+ 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
∆𝐻॰
Nilai Slope yang didapat dari kurva merupakan nilai dari − 2,303 × 𝑅
pada persamaan Van’t

Hoff. Dengan demikian, nilai ∆𝐻॰ dapat dihitung sebagai berikut:


∆𝐻॰
− 3011, 2 = 2,303 × 𝑅

− 3011, 2 × 2, 303 × 8, 314 𝑗/𝑚𝑜𝑙. 𝐾 = ∆𝐻॰


∆𝐻॰ = + 57. 655, 8739 𝐽/𝑚𝑜𝑙
∆𝐻॰ = + 57, 655 𝐾𝑗/𝑚𝑜𝑙
Dengan menggunakan persamaan Van’t Hoff juga dapat digunakan untuk menghitung
tetapan Ksp dari PbCl2 pada suhu 25°C sebagai berikut.
∆𝐻॰ 1
𝑙𝑜𝑔 𝐾𝑠𝑝 =− 2,303 × 𝑅
× 𝑇
+ 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
+57.655,8739 𝐽/𝑚𝑜𝑙 1
𝑙𝑜𝑔 𝐾𝑠𝑝 =− 2,303 × 8,314 𝑗/𝑚𝑜𝑙.𝐾
× 298,15
+ 6, 2803

𝑙𝑜𝑔 𝐾𝑠𝑝 =− 3, 8691


−4
𝐾𝑠𝑝 = 1, 35175 × 10

- Persen Kesalahan

𝐾𝑠𝑝 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝐾𝑠𝑝 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠


%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | 0,00024
| × 100%
0,000135175 − 0,00024
%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | 0,00024
| × 100%

%𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 43, 6%

- Kelarutan PbCl2 Dalam Air

3 𝐾𝑠𝑝
𝑠= 4
× 𝑀𝑟 𝑃𝑏𝐶𝑙2
3 𝐾𝑠𝑝
𝑠= 4
× 278

Volume 0,075 Volume 1,0 M Suhu (oC) Ksp Kelarutan


M Pb(NO3)2 KCl PbCl2

10,0 1,10 40oC 4,851 x 10-4 13,76091

10,0 1,20 43oC 6,125 x 10-4 14,87299

10,0 1,30 45oC 7,604 x 10-4 15,98495

10,0 1,40 51oC 9,138 x 10-4 16,99494

10,0 1,50 52oC 1,101 x 10-3 18,08808


Grafik hubungan Kelarutan PbCl2 Terhadap Suhu

H. Pembahasan
Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui kelarutan elektrolit yang
bersifat sedikit larut dan mengetahui panas pelarutan melalui sifat kebergantungan Ksp
pada suhu. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengujian endapan. Tahapan
pertama untuk pengujian endapan yaitu dengan mencampurkan 1M KCl dengan volume
yang beda-beda, yaitu 0,50 mL, 1,00 mL, 1,50, 200 mL, 2,50 mL, 3,00 mL, dan 3,50 mL
dengan Pb(NO3)2 0,075M dengan volume yang konstan yaitu 10 mL. Endapan mulai
terbentuk pertama kali pada penambahan KCl dengan volume 1,50 mL. Endapan tersebut
adalah endapan PbCl2 yang berwarna putih. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Pb(NO3)2 (aq) + 2KCl (aq) → PbCl2 (s) + 2KNO3 (aq)

Dikarenakan pembentukan endapan telah terjadi ketika volume 1,5 mL KCl,


sehingga langkah selanjutnya ialah melakukan prosedur yang sama dengan volume KCl
1,1 mL dan meningkat sebesar 0,1 mL hingga terbentuk endapan PbCl2 (volume KCl 1,5
mL). Hal tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan ketelitian. Lalu, kelima tabung
tersebut dipanaskan hingga endapan larut dan suhu dapat dicatat. Menurut data yang telah
diperoleh, jika semakin banyak larutan KCl yang ditambahkan atau semakin banyaknya
endapan yang terbentuk, maka semakin besar pula suhu yang dibutuhkan untuk
melarutkan endapan secara sempurna. Sehingga dapat dibuat kurva hubungan antara suhu
dan kelarutan (s) dari data tersebut, dan juga dapat diketahui hubungan diantara Ksp
dengan suhu. Dari kurva tersebut dapat diketahui bahwa nilai Ksp akan naik diikuti
dengan naiknya suhu yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan dengan sempurna.
Persamaan reaksi yang terjadi dari proses tersebut adalah:
PbCl2 (s) ↔Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq)

Dari kurva tersebut diketahui bahwa persamaan regresinya adalah y = -3011,2x +


6,2803 yang selanjutnya dapat dihitung panas pelarutan (ΔH0) = + 57, 655 𝐾𝑗/𝑚𝑜𝑙 yang
dapat disimpulkan bahwa reaksi tersebut berlangsung secara endotermik. Tetapan Ksp
−4
yang didapatkan adalah sebesar 1, 35175 × 10 dengan persentase kesalahan menurut
literatur dari panduan praktikum sebesar 43, 6% sedangkan persentase kesalahan

I. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Ksp
akan meningkat seiring bertambahnya suhu, sedangkan panas pelarutan tidak dipengaruhi
oleh suhu dan reaksi tersebut berlangsung secara endotermik. Pada percobaan ini, nilai
−4
Ksp dari PbCl2 ialah 1, 35175 × 10 Sedangkan kalor pelarutan (∆H°) PbCl2 pada
percobaan ini ialah sebesar + 57, 655 𝐾𝑗/𝑚𝑜𝑙 dengan persentase kesalahan menurut
literatur dari panduan praktikum sebesar 43, 6%.
J. Pertanyaan
1. Reaksi PbCl2 (s) ⇋ Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq) bersifat endotermik dan eksotermik?
Jawaban:
Reaksi PbCl2 (s) ⇌ Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq) bersifat endotermik.Karena terjadi
penyerapan panas / kalor dari sistem ke lingkungan dan juga untuk melarutkan zat
yang tidak larut membutuhkan energi.
2. Nilai Ksp PbCl2 pada suhu 25°C menurut literatur adalah 1,6 x 10-5. Apakah
perbedaan Ksp yang diperoleh pada percobaan ini dengan nilai Ksp literatur
disebabkan kesalahan acak yang terdapat pada percobaan (Random Error)? Jika
tidak mengapa?
Jawaban:
Tidak,karena nilai Ksp dapat disebabkan oleh perbedaan suhu, serta
adanya random error dan juga dapat mempengaruhi nilai ksp dimana persen eror
meningkat maka ksp semakin tidak tepat.
K. Daftar Pustaka

Achmad, H., 1996, Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan, PT. Citra Aditya
Bakti,Bandung
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas: Asas Dan Struktur. Binapura Aksara: Jakarta.
Day R.A. dan Underwood A.L. (1996) . Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. Subhan. 2013. Kimia Dasar 2. Makassar: Dua Satu
Press.
Tim Dosen Kimia Fisika. 2020. Petunjuk Praktikum Pengukuran Sifat Kimia Fisika Bahan.
Universitas Negeri Malang.
L. Lampiran

Gambar 1.Hasil uji 0,5 mL Gambar 2. Proses Gambar 3.Proses pemanasan


KCL + 10 mL PbCl2 dan pemanasan untuk untuk menghilangkan
.Hasil uji 1 mL KCL + 10 mL menghilangkan endapan endapan
PbCl2

Gambar 4. Pengambilan Gambar 5. Pengambilan


larutan Pb(NO3)2 0,075 M larutan KCl 1,0 M

Anda mungkin juga menyukai