KIMIA DASAR
ACARA V
IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS FUNGSI
SENYAWA ORGANIK
DISUSUN OLEH
A. PELAKSANAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Menentukan reaksi identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon
alifatik.
b. Menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif.
2. Waktu Praktikum
Senin, 20 September 2021.
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Sejak zaman purba manusia telah menggunakan zat yang diambil
atau diisolasi dari organisme hidup baik tumbuhan maupun hewan. Untuk
membuat obat orang merebus daun, kulit kayu, atau akar tumbuhan dengan
air. Air rebusan ini tanpa difahami oleh perebusnya, pada hakekatnya
mengandung zat-zat organik atau zat yang berasal dari organisme hidup, yang
berkhasiat bagi penyembuhan berbagai penyakit, atau mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan tubuh. Rebusan daun kumis kucing, dikenal untuk
obat kencing batu, demikian juga kita mengenal rebusan obat seperti rebusan
daun saga, kulit kina, atau jamu godokan. Karena zat di atas berasal dari
makhluk hidup maka zat tersebut disebut senyawa organik, (Roni, 2021).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia,
yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energy pangan per gram. Karbohidrat
juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan
makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam
tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan
tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk
membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat terdiri dari
monosakarida, disakarida, dan polisakarida, yang memiliki senyawa berbeda-
beda, (Fitri dan Fitriana, 2020).
Seperti nutrisi penghasil energi lainnya, asupan karbohidrat sangat
penting berhubungan erat dengan asupan energi. Ini berarti bahwa individu
dengan asupan energi yang lebih tinggi biasanya menelan lebih banyak
karbohidrat daripada individu dengan asupan energy yang lebih rendah.
Sebagian besar variasi antara individu mengenai asupan karbohidrat karena
itu perbedaan asupan energi total. Namun, itu juga bukan fokus perhatian jika
orang memiliki asupan energi yang tinggi atau rendah (dengan demikian,
penyerapan karbohidrat tinggi atau rendah), atau jika mereka berbeda jenis
kelamin, berat badan atau kurang aktif secara fisik, melainkan jika mereka
memiliki asupan karbohidrat yang tinggi atau rendah dalam kaitannya dengan
individu serupa. Dalam studi observasional, faktor risiko dapat disesuaikan
secara statistik antara kelompok yang diselidiki (Hauner, 2012).
Masing-masing zat gizi makro, karbohidrat, protein dan lemak,
memiliki seperangkat sifat unik yang mempengaruhi kesehatan, tetapi
semuanya adalah sumber energi. Keseimbangan optimal dari kontribusi
mereka terhadap diet telah lama menjadi bahan perdebatan. Selama setengah
abad terakhir, telah terjadi perkembangan pemikiran mengenai mekanisme di
mana masing-masing dapat berkontribusi pada energy keseimbangan. Pada
awal periode ini, penekanannya adalah pada sinyal metabolisme yang dimulai
acara makan (yaitu, frekuensi makan yang ditentukan). Ini diikuti dengan
orientasi ke usus sinyal endokrin yang konon memodulasi ukuran acara
makan (yaitu, porsi yang ditentukan ukuran). Baru-baru ini, perhatian
penelitian telah diarahkan ke otak di mana sinyal penghargaan ditimbulkan
oleh makronutrien dipandang berpotensi bermasalah yaitu, berkontribusi
makan. Pada titik ini kekuatan prediksi dari makronutrien untuk asupan
energi tetap terbatas. (Carreiro dkk, 2016).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Beaker glass 100 mL
b. Penjepit kayu
c. Pipet tetes
d. Pipet ukur 5 mL
e. Pipet ukur 10 mL
f. Rak tabung reaksi
g. Rubber bulb
h. Tabung reaksi
i. Water bath
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Iodium (I2)
b. Larutan Amilum (C6H10O5)n 2%
c. Larutan Asam Klorida (HCl) pekat
d. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) pekat
e. Larutan Glukosa (C6H12O6) 2%
f. Larutan Kalium Permanganat (KMnO4)
g. Larutan Klorofrom (CHCl3)
h. Larutan Sukrosa (C12H22O11) 2%
i. Minyak kelapa
j. Reagen Molisch
D. PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi ( tabung 1 dan tabung 2 ).
b. Dilarutkan 2 mL minyak kelapa dalam 2 mL kloroform pada tabung
reaksi 1.
c. Dimasukkan 4 mL kloroform ke dalam tabung reaksi lain (tabung
reaksi 2).
d. Diteteskan beberapa tetes larutan KMnO4 ke dalam minyak kelapa
pada tabung reaksi 1 setetes demi setetes. Diamati perubahan warna
pada tabung reaksi 1 setelah ditetesi larutan KMnO4.
e. Diteteskan larutan KMnO4 ke dalam tabung reaksi 2, jumlah tetes
larutan KMnO4 harus sama dengan jumlah tetes yang digunakan pada
tabung reaksi 1. Diamati perubahan warna larutan dalam tabung reaksi
2.
f. Dibandingkan warna larutan dalam tabung reaksi 1 dengan warna
larutan pada tabung reaksi 2.
2. Uji Karbohidrat
a. Tes molisch
- Masing-masing sebanyak 2 tetes pereaksi molisch dimasukkan ke
dalam 3 tabung reaksi yang sudah berisi 2 mL glukosa, sukrosa,
dan amilum.
- Tabung dikocok, kemudian dimiringkan dan ditambahkan 2 mL
larutan H2SO4 secara perlahan-lahan.
- Diamati apa yang terjadi.
b. Hidrolisa Polisakarida
- Larutan amilum 2% masing-masing sebanyak 3 mL ditempatkan
pada 2 tabung reaksi yang berbeda.
- Tabung 1 ditambahkan 3 tetes HCl pekat kemudian dipanaskan.
- Ditambahkan iodium.
- Amilum pada tabung 2 ditambahkan iodium. Diamati apa yang
terjadi
- Bandingkan tabung 1 dengan tabung 2.
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
1. Identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik.
a. Identifikasi menggunakan larutan KMnO4
Tabung I
Tabung 2
2. Uji Karbohidrat
a. Tes Molisch
b. Hidrolisis polisakarida
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami menentukan reaksi identifikasi
ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik serta menentukan sifat-sifat
karbohidrat secara kualitatif dengan melakukan beberapa percobaan, antara
lain mengidentifikasi adanya ikatan rangkap dengan larutan KmnO4 dan
melakukan uji korbohidrat dengan tes molisch dan hidrolisis polisakarida.
Percobaan pertama, kami mengidentifikasi adanya ikatan
rangkap pada senyawa hidrokarbon alifatik yang dimulai dengan melarutkan
2 mL minyak kelapa dalam 2 mL kloroform pada tabung reaksi 1 warnanya
menjadi kuning keputihan. Selanjutnya diteteskan 10 tetes larutan KMnO4
yang berwarna orange, hasilnya setelah diteteskan, warnanya berubah
menjadi pink bening yang semula berwarna kuning keputihan. Artinya dari
perubahan tersebut adanya ikatan rangkap dalam tabung I tadi. Lalu pada
larutan tabung II, kami mencampurkan 4 ml kromoform dan 10 tetes larutan
KMnO4 lagi, ketika KMnO4 dicampurkan langsung dengan kloroform
membentuk lingkaran seperti cincin berwarnapin bening yang mengelilingi
kloroform. Artinya campuran tersebut tidak membentuk ikatan rangkap,
karena kedua larutan tidak menyatu.
Percobaan selanjutnya adalah uji karbohidrat, pengujian adanya
karbohidrat dapat dilakukan melalui dua cara, yang pertama dengan uji
molisch yaitu dengan menggunakan 3 tabung yaitu glukosa, sukrosa, dan
amilum. Semua diberi perlakuan yang sama yaitu ditambahkan 2 tetes
molisch lalu dikocok dan ditambahkan 2 mL larutan asam sulfat pekat
perlahan-lahan. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin pink
dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Larutan asam sulfat
pekat berfungsi untuk menghidrolisasi ikatan pada sakarida untuk
menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen molisch
dan akhirnya membntuk cincin yang berwarna pink. Yang membentuk cincin
pink tersebut adalah glukosa, sukrosa, dan amilum, namun kadar karbohidrat
setiap larutan berbeda. Cara yang kedua untuk uji karbohidrat yaitu hidrolisis
polisakarida. Di percobaan ini kami menggunakan dua tabung sebagai
perbandingan. Tabung I dimasukan 3 mL amilum 2% sebagai sampel
polisakaridanya, lalu ditambahkan 3 tetes HCl 1 M warnanya berubah
menjadi keruh dan setelah dipanaskan warnanya menjadi bening. Kemudian
ditambahkan larutan iodium yang menghasilkan warna biru pekat hal ini
menandakan berhasilnya hidrolisis polisakarida. Pada tabung II dimasukkan 3
mL amilum 2 % yang berwarna putih dan setelah ditambahkan iodium
warnanya berubah menjadi biru pekat. Perubahan warna ini menandakan
berhasilnya hidrolisis polisakarida.
H. KESIMPULAN
Dari praktikum identifikasi makronutrien dan gugus fungsi
senyawa organik dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk mengetahui cara identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon
alifatik dapat dilakukan dengan cara melarutkan 2 mL minyak kelapa
dalam 2 mL kloroform pada tabung reaksi 1 warnanya menjadi kuning
keputihan. Selanjutnya diteteskan 10 tetes larutan KMnO4 warnanya
berubah menjadi pink bening, artinya dari perubahan tersebut adanya
ikatan rangkap. Lalu pada larutan tabung II, dilakukan dengan
mencampurkan 4 ml kloroform dan 10 tetes larutan KMnO4, ketika
KMnO4 dicampurkan langsung dengan kloroform membentuk lingkaran
seperti cincin berwarnapin bening yang mengelilingi kloroform. Artinya
campuran tersebut tidak membentuk ikatan rangkap, karena kedua larutan
tidak menyatu. Tanda adanya ikatan rangkap adalah mengalami perubahan
warna dan keturunan sifatnya.
2. Dalam menentukan sifat-sifat karbohidrat dapat dilakukan dengan dua
percobaan, yaitu yang pertama dengan tes molisch menggunakan 3 tabung
yaitu glukosa, sukrosa, dan amilum. Semua diberi perlakuan yang sama
yaitu ditambahkan 2 tetes molisch lalu dikocok dan ditambahkan 2 mL
larutan asam sulfat pekat perlahan-lahan. Perubahan warna yang terjadi
pada tabung I yaitu bagian atasnya menjadi ungu. Pada tabung II warnanya
menjadi ungu pekat, dan pada tabung III warna bagian tengahya menjadi
ungu. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga tabung reaksi adanya ikatan
rangkap yaitu ditandai dengan perubahan warna ungu atau membentuk
lingkaran pink. Percobaan yang kedua yaitu hidrolisis polisakarida
menggunakan dua tabung sebagai perbandingan. Tabung I dimasukan 3
mL amilum 2% sebagai sampel polisakaridanya, lalu ditambahkan 3 tetes
HCl 1 M warnanya berubah menjadi keruh dan setelah dipanaskan
warnanya menjadi bening. Kemudian ditambahkan larutan iodium yang
menghasilkan warna biru pekat hal ini menandakan berhasilnya hidrolisis
polisakarida. Pada tabung II dimasukkan 3 mL amilum 2 % yang berwarna
putih dan setelah ditambahkan iodium warnanya berubah menjadi biru
pekat. Perubahan warna ini menandakan berhasilnya hidrolisis
polisakarida. Karena hidrolisis polisakarida ditandai dengan perubahan
warna biru.
DAFTAR PUSTAKA
Roni, K. A., & Legiso, (2021). Karakteristik Senyawa Organik. Kimia Organik,
73.
Fitri, A. S., & Fitriana,Y. A. N., (2020). Analisis Senyawa Kimia Pada
Karbohidrat, Sainteks. 17(1), 45-52.
Hauner, H., Bechthold. A., Boeing, H., Bronstrup. A., Buyken, A.,Bonnent, E. L.,
Linseisen, J., Schulze, M., Strohm, D., Wolfram, G., (2012). Dampak
Karbohidrat. Asupan Karbohidrat Dan Pencegahan Penyakit Terkait
Nutrisi, 60(1), 1-58.
Carreiro, A. L., Dhillon, J., Gordon, S., Jacobs, A. G., Higgins, K. A., McArthur,
B. M., A., Redan, B. W., Rivera, R. L., Schmidt, L. R., and Mattes, R. D.,
(2016). Asupan Energy. Makronutrien, Nafsu Makan dan Asupan Energy,
17(36), 73-103.
LAMPIRAN
Kiagus Ahmad Roni
Legiso KIMIA ORGANIK
3. Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau
lebih cincin karbon. Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh
dengan 1 cincin adalah CnH2n.
4. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah
hidrokarbon yang paling tidak mempunyai satu cincin aromatik.
ABSTRAK
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4
kalori (kilojoule) energy pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting
dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-
lain. Sedangkan dalam tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis,
pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk
membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat terdiri dari monosakarida,
disakarida, dan polisakarida, yang memiliki senyawa berbeda-beda. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap karbohidrat yang meliputi perubahan
warna, senyawa positif, dan pengelompokannya. Analisis dilakukan menggunakan uji
Fehling, Moore, hidrolisa, dan Iod. Penelitian ini menghasilkan bahwa berdasarkan hasil
uji Fehling dan Moore, glukosa dan sukrosa merupakan gula sederhana. Sementara pada
uji Hidrolisa, sukrosa dan amilum positif terhidrolisis melalui perubahan warna yaitu
endapan oren pada sukrosa dan hijau kebiruan pada amilum. Hasil uji Iod menunjukkan
amilum termasuk polisakarida terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman. Dengan
demikian, klasifikasi karbohidrat yang termasuk monosakarida adalah glukosa, disakarida
adalah sukrosa, dan polisakarida adalah amilum.
Kata-kata kunci: analisis, senyawa kimia, karbohidrat.
ABSTRACT
Carbohydrates are the primary source of energy for the human body, providing four
calories (kilojoule) of food energy per gram. Carbohydrates also have an essential role in
determining the characteristics of food ingredients, such as taste, color, texture, and so
on. While in the body, carbohydrates are useful for preventing the growth of ketosis, the
body's breakdown of excessive protein, loss of minerals, and are useful for helping
metabolize fats and proteins. Carbohydrates consist of monosaccharides, disaccharides,
and polysaccharides, which have different compounds. Therefore, in this study, an
analysis of carbohydrates was carried out, which included changes in color, positive
compounds, and their grouping. Analyzes were performed using the Fehling, Moore,
hydrolysis, and Iod tests. This study shows that based on the results of the Fehling and
Moore test, glucose and sucrose are simple sugars. While in the hydrolysis test, positive
sucrose and starch were hydrolyzed through a color change, namely the orange deposits
on sucrose and bluish green on starch. Iod test results show starch, including
polysaccharides, changes color to blackish blue. Thus, the classification of
carbohydrates, including monosaccharides, is glucose, disaccharides are sucrose, and
polysaccharides are starch.
Keywords: analysis, chemical compounds, carbohydrates.
(Analisis Senyawa Kimia ............ Ardhista Shabrina Fitri, Yolla Arinda Nur Fitriana) 45
Ann Nutr Metab 2012;60(suppl 1):1–58 Published online: January 23, 2012
DOI: 10.1159/000335326
Abstract
Each of the macronutrients, carbohydrate, protein and fat, has a unique set of properties that
influence health, but all are a source of energy. The optimal balance of their contribution to the
diet has been a long-standing matter of debate. Over the past half century, there has been a
progression of thinking regarding the mechanisms by which each may contribute to energy
balance. At the beginning of this time period, the emphasis was on metabolic signals that initiated
eating events (i.e., determined eating frequency). This was followed by an orientation to gut
endocrine signals that purportedly modulate the size of eating events (i.e., determined portion
Author Manuscript
size). Most recently, research attention has been directed to the brain where the reward signals
elicited by the macronutrients are viewed as potentially problematic (i.e., contribute to disordered
eating). At this point the predictive power of the macronutrients for energy intake remains limited.
Keywords
Carbohydrate; protein; fat; diet; food; energy balance
Introduction
Consensus is difficult to achieve on most topics in the field of nutrition and the target seems
to be retreating. With imperfect knowledge of the function of human somatic cells and
Author Manuscript
growing recognition of the contribution of genetics, epigenetics, the gut microbiome and
probabilistic behavioral inputs, establishing cause and effect, let alone best practices for
individuals and populations, is problematic. One area of agreement is that body weight is a
function of energy balance, and there is evolving acceptance that this is truly based on
energy itself rather than its source. Body weight can be gained, lost or maintained on diets
varying in macronutrient composition (142, 156). There are clearly different health
Correspondence: Richard D. Mattes, MPH, Ph.D., R.D., Distinguished Professor of Nutrition Science, Director of Public Health,
Director of the Ingestive Behavior Research Center, Purdue University, 212 Stone Hall, Department of Nutrition Science, 700 W State
Street, West Lafayette, IN 47907-2059, 765-496-2791 ph (morning), 765-494-0662 ph (afternoon), 765-494-0674 fax,
mattes@purdue.edu.