Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN

KARAKTER DAN ANTI


KORUPSI
KELOMPOK 1
 AINUL RAFIQ
 OLI GUSTI
 YUNIUS DANIEL SYAH
 FAHMI ISLAMI
PENGERTIAN KORUPSI
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-
Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono,
korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan
merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut
Huntington(1968) adalah perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kepentingan pribadi
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi,
yang jka dilihat dari struktrur bahasa dan cara
penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi
batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan
salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah
urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal
(misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri.
BENTUK BENTUK KORUPSI
Korupsi banyak bentuk atau jenisnya bukan hanya
sekedar suap menyuap rupiah. Berikut adalah
penjelasan macam-macam korupsi :
1. Korupsi ekstartif
2. Korupsi manipulatif
3. Korupsi nepotetik dan kronisme
4. Korupsi subversif.
5. Korupsi transaktif
6. Korupsi ektortif
7. Korupsi investis
8. Korupsi otogenik
9. Korupsi suportif
SEJARAH KORUPSI
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu,
sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama,
Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun
hasilnya masih jauh panggang dari api.
Era Sebelum Indonesia Merdeka
Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh
“budaya-tradisi korupsi” yang tiada henti karena didorong
oleh motif kekuasaan, kekayaan dan wanita. Kita dapat
menyirnak bagaimana tradisi korupsi berjalin berkelin dan
dengan perebutan kekusaan di Kerajaan Singosari (sampai
tujuh keturunan saling membalas dendam berebut
kekusaan
Era Pasca Kemerdekaan
Titik tekan dalam persoalan korupsi sebenarnya adalah
masyarakat masih belum melihat kesungguhan pemerintah dalam
upaya memberantas korupsi. Ibarat penyakit, sebenarnya sudah
ditemukan penyebabnya, namun obat mujarab untuk penyembuhan
belum bisa ditemukan.
Pada era di bawah kepemimpinan Soekarno, tercatat sudah dua
kali dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi – Paran dan Operasi
Budhi – namun ternyata pemerintah pada waktu itu setengah hati
menjalankannya. Paran, singkatan dari Panitia Retooling Aparatur
Negara dibentuk berdasarkan Undang-undang Keadaan Bahaya,
dipimpin oleh Abdul Haris Nasution dan dibantu oleh dua orang
anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani.
Era Orde Baru
Pada pidato kenegaraan di depan anggota DPR/MPR tanggal 16
Agustus 1967, Pj Presiden Soeharto menyalahkan rezim Orde Lama
yang tidak mampu memberantas korupsi sehingga segala kebijakan
ekonomi dan politik berpusat di Istana. Pidato itu memberi isyarat
bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke akar-
akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah
Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
Era Reformasi
Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya “korupsi”
lebih banyak dilakukan oleh kalangan elit
pemerintahan, maka pada Era Reformasi hampir
seluruh elemen penyelenggara negara sudah terjangkit
“Virus Korupsi” yang sangat ganas. Di era
pemerintahan Orde Baru, korupsi sudah membudaya
sekali, kebenarannya tidak terbantahkan. Orde Baru
yang bertujuan meluruskan dan melakukan koreksi
total terhadap ORLA serta melaksanakan Pancasila dan
DUD 1945 secara murni dan konsekwen, namun yang
terjadi justru Orde Baru lama-lama rnenjadi Orde Lama
juga dan Pancasila maupun UUD 1945 belum pernah
diamalkan secara murni, kecuali secara “konkesuen”
alias “kelamaan”.

Anda mungkin juga menyukai