Disusun Oleh :
1. Masrurotul Laili(20054019)
2. Marni ( 20054008)
3. Arifatul Kamiliyah(20054010)
APRIL 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam
juga kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan kebaikan beliau kita dituntun dari
jalan yang gelap menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “EVALUASI PEMBELAJARAN”. Dengan
ini penulis mengangkat judul “PERKEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF”.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis memohon agar pembimbing materi dan pembaca dapat memakluminya. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi
manfaat kepada kita semua, Aamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, kegiatan penilaian sangat penting dalam pembelajaran untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik. Penilaian harus dilakukan secara jujur dan terbuka
antara peserta didik dan pendidik agar tidak terjadi subjektivitas. Bloom dan Arikunto (2013:
32) mengemukakan, ada tiga ranah dalam rekaan psikologis manusia yang dapat diamati atau
dinilai, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan motorik (keterampilan).
Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan, bahwa penilaian yang dilakukan hanya
menyoroti aspek kognitif. Misalnya, penilaian ujian akhir bab, ujian akhir semester dan ujian
akhir sekolah yang kesemuanya hanya menggunakan tes tertulis, sehingga kemampuan afektif
dan motorik sering diabaikan. Oleh karena itu, keterampilan yang dimiliki peserta didik
kurang terasah dan terarah yang pada akhirnya hanya pengetahuan yang mereka kuasai tanpa
tahu bagaimana aplikasi pengetahuan tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
a) Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan ketrampilan-ketrampilan yang tidak
dapat dinilai dengan asesmen tradisional.
b) Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung, dan lengkap dengan melakukan
asesmen, anda akan dapat menilai hasil belajar anak secara lengkap, tidak hanya hasil
belajar dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.
2
2.2 Bentuk Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas
untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu
program. asesmen kinerja adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang
sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat
sesuai dalam menilai keterampilan proses sains. Pemantauan didasarkan pada kinerja
(performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang
diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. hasil-hasil
kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan kegiatan itu digunakan sebagai basis untuk
dilakukan suatu pemantauan/penilaian mengenai perkembangan dari satu pencapaian program
tersebut.
Asesmen Kinerja terdiri dari setiap bentuk asesmen di mana siswa memberikan respon
secara lisan maupun tertulis. Respon siswa mung kin dielisitasi oleh guru dalam konteks
asesmen formal maupun informal atau dioservasi selama proses pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas. Asesmen ini memerlukan siswa untuk mampu melakukan tugas-tugas
yang kompleks dan signifikan untuk mengarahkan mereka mampu memecahkan masalah
yang nyata dan autentik di masyarakat. Contohnya adalah laporan lisan, proyek individu atau
kelompok, pameran dan demonstrasi. Asesmen kinerja sering memerlukan penilaian guru
terhadap respon siswa. Untuk membantu penilaian guru lebih akurat, perlu dibuat rubrik atau
scoring scale di mana skor tertentu diasosiasikan dengan penampilan siswa. Kriteria untuk
masing-masing tingkat harus dideskripsikan dengan jelas tentang keterampilan dan aktivitas
yang semestinya dilakukan oleh siswa. Salah satu kriteria dari asesmen kinerja adalah kriteria
penilaian diumumkan dan diperkenalkan lebih awal kepada siswa sehingga siswa
O'Malley dan Pierce (1996) seperti dinyatakan sebelumnya menganggap bahwa asesmen
kinerja itu adalah bagian dari asesmen autentik Dengan kata lain, tidak semua asesmen
autentik itu berbasis kinerja. Orang bisa beranggapan bahwa membaca, mendengarkan dan
berpikir merupakan manifestasi dari autentik tetapi karena tidak terobservasi secara langsung
maka tidak berbasis kinerja (Brown, 2004). Menurut Stiggins (1994), asesmen kinerja
melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan
atau menciptakan. produk yang spesifik. Menurut Berk (1986) dalam Rasyid (2007), asesmen
kinerja adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang sistematik untuk
membuat keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai
keterampilan proses sains.
3
2.3 Asesmen Potofolio
Asesmen portofolio adalah koleksi yang sistematis tentang pekerjaan siswa yang dianalisa
untuk menunjukkan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang
telah dicanangkan (Valencia, 1991 dalam O'Mally dan Pierce, 1996 :5). Dalam sistem
asesmen yang menekankan pada performance (kinerja), portofolio merupakan bukti fisik dari
kemampuan siswa untuk memenuhi standar isu dan tujuan yang ingin dicapai.
Ciri dari portofolio adalah keterlibatan siswa dalam memilih sampel pekerjaannya sendiri
untuk menunjukkan kemajuan belajarnya dalam kurun waktu tertentu. Konteks pengajaran
yang mendukung penggunaan portofolio diperkenalkan oleh The Whole Language Approach.
Pendekatan ini menekankan pengajaran dan asesmen yang holistik bukan berdasarkan pada
pendekatan pembelajaran keterampilan secara terpisah. Di dalam kelas, aktivitas belajar
mengajar berpusat pada siswa, bermakna dan autentik. Peranan siswa berubah dari cenderung
pasif menjadi aktif, menjadi evaluator dan pemikir kreatif yang mampu menganalisis bukan
hanya mengulangi atau menghafal informasi. Isi portofolio seharusnya mencerminkan apa
yang dikerjakan siswa di dalam kelas dan mencerminkan kemajuan mereka sesuai dengan
tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, portofolio dikatakan memiliki
content validity. Karena portofolio mencerminkan aktivitas yang holistik, maka portofolio
memiliki perspektif yang multidimensional terhadap perkembangan siswa dalam kurun waktu
tertentu.
Bentuk asesmen ini sifatnya masih baru dan belum banyak dilaksanakan di sekolah.
Portofolio merupakan salah satu bentuk asesmen yang dapat didefinisikan sebagai koleksi
atau kumpulan sistematik hasil karya siswa baik yang dikembangkan dengan bantuan guru
maupun oleh siswa itu sendiri. Kumpulan karya tersebut dapat ditelaah, dianalisis, dan
dijadikan dasar perbaikan dan pengembangan pencapaian hasil belajar. Dengan demikian,
portofolio siswa merepresentasikan kualitas belajar siswa selama masa penilaian. Portofolio
akan mencerminkan kegiatan-kegiatan dan proses yang dilakukan siswa meliputi pemilihan,
perbandingan, penilaian pribadi, kerjasama, dan penetapan tujuan. Nilai-nilai yang melanda
penggunaan portofolio mencakup keyakinan dalam pengembangan prosedur belajar mengajar
dalam kelas yang mencerminkan apa yang secara aktif dilakukan siswa, komitmen terhadap
4
keterlibatan siswa dalam evaluasi diri, dan membantu siswa untuk menyadari perkembangan
diri mereka sendiri (Rahmat dan Suherdi, 1998).
Secara umum pengertian afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Sehingga penilaian ranah afektif dapat diartikan sebuah penilaian yang fokus pada ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Penilaian ranah afektif digunakan untuk menilai
perilaku dan sikap siswa dalam segala interaksi selama menimba ilmu di sekolah. Guna
melihat perkembangan anak tersebut dan membantunya selama pembentukan jati diri dalam
masa belajar di sekolah.
A. Karakteristik Afektif
Dibagi menjadi beberapa tingkatan, meliputi:
Receiving atau attending dinilai dari kepekaan seseorang ketika menerima sebuah
rangsangan. Akan tetapi di dalam dunia pendidikan, receiving atau attending ini sering
diberi pengertian sebagai kemauan seorang siswa untuk memperhatikan suatu kegiatan
atau objek pembelajaran. Pada jenjang ini siswa hanya dibina untuk mau menerima nilai-
nilai yang diajarkan, sesuai dengan ketetapan kurikulum dan tanggungjawab pengajar.
2. Responding (Menanggapi)
3. Valuing (Menghargai)
4. Organization (Mengorganisasikan)
5
dibentuk dan dikembangkan sebuah nilai baru yang bersifat universal. Kemampuan
pengembangan nilai inilah yang dinamakan organization.
1 . Metode observasi
Metode laporan diri digunakan untuk menilai ranah afektif dengan alasan bahwa
yang lebih mengenal dan mengetahui sikap maupun sifat seseorang adalah dirinya sendiri.
Akan tetapi dalam menerapkan metode ini dibutuhkan kejujuran siswa dalam menilai
karakteristik afektif yang ada pada dirinya sendiri. Diperlukan beberapa instrumen seperti
angket dengan konten yang cukup banyak. Beberapa instrumen tersebut di antaranya
meliputi instrumen sikap, instrumen minat, instrumen konsep diri, instrumen nilai dan
instrumen moral.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alternative Assessment merupakan asesmen yang tidak hanya tergantung pada tes
tertulis. Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-
tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam
suatu program. asesmen kinerja adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan
yang sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Pemantauan didasarkan pada
kinerja yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan.
Kriteria untuk masing-masing tingkat harus dideskripsikan dengan jelas tentang
keterampilan dan aktivitas yang semestinya dilakukan oleh siswa.
Asesmen portofolio adalah koleksi yang sistematis tentang pekerjaan siswa yang dianalisa
untuk menunjukkan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang
telah dicanangkan . Peranan siswa berubah dari cenderung pasif menjadi aktif, menjadi
evaluator dan pemikir kreatif yang mampu menganalisis bukan hanya mengulangi atau
menghafal informasi. Isi portofolio seharusnya mencerminkan apa yang dikerjakan siswa di
dalam kelas dan mencerminkan kemajuan mereka sesuai dengan tujuan instruksional yang
telah ditetapkan.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada kaitannya dengan judul makalah
ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Padmadewi, Ni Nyoman, Luh Putu Artini.(2018). Literasi di Sekolah, dari Teori ke Praktik.
Bandung: Nilacakra Publishing House,hlm.66-68.
https://www.saturadar.com/2019/08/Pengertian-
Afektif.html?m=1#:~:text=Sehingga%20penilaian%20ranah%20afektif%20dapat,selama%20me
nimba%20ilmu%20di%20sekolah.