Oleh Kelompok 3 :
PTI 3D
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu-isu Objektivitas
dan Subjektivitas dalam Pembelajaran”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asesemen dan Evaluasi Pendidikan yang diberikan oleh Dosen
Pengampu P. Wayan Arta Suyasa, S.Pd, M.Pd dengan tujuan menjelaskan mengenai
isu objektivitas dan isu subjektivitas dalam pembelajaran.
Kami ucapkan terima kasih atas kesempatan dan waktu yang diberikan kepada
kami. Semoga makalah yang kami buat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
digunakan dalam pembelajaran di sekolah ataupun di kampus . Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar pembaca dapat
memakluminya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
2. 1 Penilaian Pembelajaran.................................................................................. 4
2. 2 Isu Objektivitas dan Subjektivitas ................................................................. 5
2. 3 Faktor Penyebab Isu Objektivitas dan Subjektivitas ..................................... 6
2. 4 Contoh Isu Objektivitas dan Subjektivitas .................................................... 10
2. 5 Cara Mengatasi Isu Objektivitas dan Subjektivitas ....................................... 11
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................... 14
3. 1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
3. 2 Saran ............................................................................................................. 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
manapun harus mengikuti procedure-prosedur yang telah ditentukan. Prosedur-
prosedur yang dilakukan adalah berupa langkah-langkah tertentu yang dimana harus
menerapkan perlakuan yang adil terhadap setiap peserta didik. Hal ini dilakukan
dengan tidak melupakan berbagai pertimbangan diantaranya adalah waktu, tempat,
dan juga berbagai keragaman dari peserta didik itu sendiri.
1. Penilaian Belajar
2. Isu Objektivitas dan Subjektivitas
3. Faktor penyebab terjadinya Isu Objektivitas dan Subjektivitas
2
4. Contoh Isu Objektivitas dan Subjektivitas
5. Cara mengatasi Isu Objektivitas dan Subjektivitas
1.4 Manfaat
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Penilaian dapat dikatakan sebagai bagian yang paling penting dan tidak akan
dapat terpisahkan didalam dunia pendidikan. Untuk dapat melihat bagaimana
peningkatan kualitas pendidikan di dalam proses pembelajaran, maka akan
menggunakan nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajarannya.
Tentu hal ini memerlukan sistem penilaian yang baik dan juga tidak bias. Sistem
penilaian yang baik ini akan memberikan bagaimana gambaran tentang kualitas
pembelajaran sehingga nantinya akan membantu pendidik didalam merencanakan
strategi pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri, sistem penilaian ini akan
memberikan motivasi untuk selalu belajar dan meningkatkan kemampuannya di
dalam proses pembelajaran. Di dalam melakukan penilaian hasil belajar merupakan
langkah lanjutan setelah dilakukannya pengukuran di dalam proses belajar. Informasi
yang nantinya diperoleh dari pengukuran didalam proses belajar selanjutnya akan
dideskripsikan dan juga ditafsirkan. Oleh karena itu, penilaian sendiri merupakan
kegiatan untuk mengetahui seberapa banyak hal-hal yang telah diajarkan dan
dipahami peserta didik didalam proses pembelajaran ini. Di dalam melakukan
penilaian ini terdapat dua acuan yang dapat digunakan didalam penilaian yaitu acuan
norma dan juga acuan kriteria. Didalam melakukan penilaian didalam bidang
pendidikan kedua acuan ini sangat tepat untuk digunakan.
Penggunaan acuan norma dilakukan karena agar dapat menyeleksi dan juga
mengetahui dimana posisi peserta didik terhadap kelompoknya. Contohnya adalah
jika peserta didik mengikuti tes tertentu, maka hasil dari tes tersebut akan
memberikan gambaran dimana posisi peserta didik tersebut jika dibandingkan dengan
orang lain yang juga mengikuti tes tersebut. Selain itu, acuan criteria juga diperlukan
untuk dapat menentukan kelulusan peserta didik yang telah ditetapkan sebelumnya.
4
Peserta didik dikatakan lulus jika peserta didik sudah mampu melakukan apa yang
terdapat di dalam kriteria yang dibuat oleh pendidik. Acuan criteria ini biasanya
dipergunakan saat peserta didik melakukan ujian praktek. Dengan adanya acuan
norma dan juga acuan kriteria diharapkan akan menghasilkan penilaian yang akurat
yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian yang nantinya akan dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu, para pendidik diharapkan lebih teliti
didalam memberikan penilaian didalam proses pembelajaran kepada peserta didik.
Desas-desus, rumor atau yang biasa disebut dengan isu merupakan sebuah
konsekuensi dari beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh suatu pihak maupun
kelompok yang nantinya dapat menghasilkan sebuah negosiasi dan penyesuaian di
dalam sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau krimial yang nantinya dapat menjadi
masalah kebijakan publik melalui tindakan legislatif maupun perundang-undangan.
Selain itu isu juga dapat dikatakan sebagai sebuah masalah yang belum terpecahkan
yang siap diambil keputusannya. Isu juga merepresentasikan suatu kesenjangan
antara praktik korporat dengan harapan-harapan para stakeholder. Maka dari itu,
dapat dikatalan bahwa isu merupakan hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar
organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif
terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis.
5
pembelajaran tersebut sedang berlangsung. Dengan kata lain, Isu objectivitas dalam
pembelajaran yaitu masalah dalam pembelajaran yang memang benar-benar ada dan
Isu Subjectivitas dalam pembelajaran yaitu masalah yang ada dalam pembelajaran
menurut pendapat pribadi atau pandangan seseorang.
Melihat pengertian dari isu subjektivitas dan juga objektvitas dapat dibedakan
melalui ciri-cirinya. Ciri yang membedakan keduanya adalah terletak pada ada
tidaknya pengaruh pribadi. Hal ini dapat dilihat jikat pandangan objektif merupakan
pandangan yang menyeluruh dan juga didukung oleh adanya fakta serta data. Dengan
ini tentu pandangan objektifitas tidak hanya terbatas pada kata “katanya” atau
terpengaruh oleh perasaan pribadi orang lain yang disini mengacu pada pendidik.
Selain itu, pandangan atau pendapata dapat dikatakan objektif jika dapat mewakili
banyak orang, yang dimana bukan hanya sekedar perwakilan dari satu suara.
Misalkan, ada sepuluh orang didalam suatu kelompok, yang dimana ada sembilan
orang yang memiliki satu suara dan seorang lainnya memiliki suara yang berbeda.
Dengan ini dapat dikatakan objektif jika penilaian berdasarkan suara yang berasal
dari sembilan orang tersebut. Selain itu, di dalam menentukan apakah sebuah
pandangan objektif atau subjektif diperlukan data-data dan juga fakta yang
mendukung pemberian nilai yang diberikan nantinya. Semakin banyak data dan fakta
yang dikumpulkan, maka akan semakin besar juga nilai objektivitasnya. Namun,
kebalikannya adalah jika semakin mengandalkan perasaan dan selera pribadi tertentu
maka subjektivitasnya juga akan semakin besar. Hal ini tentunya akan sangat tidak
baik didalam memberikan sebuah penilaian, karena didalam memberikan penilaian
yang baik adalah harus objektif dan memperhatikan data dan juga fakta yang terdapat
dilapangan.
6
Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis merupakan faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah
belajar peserta didik hal ini berkaitan dengan kurang berfungsinya otak,
susunan syaraf maupun bagian-bagian tubuh yang lainnya. Para pendidik
harus menyadari bahwa hal yang paling berperan daalam waktu dan proses
belajar mengajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima,
memproses, menyimpan, maupun memunculkan kembali informasi yang
sudah disimpan. Jika ada bagian yang tidak sesuai pada bagian tertentu dari
otak seorang peserta didik, maka dengan sendirinya peserta didik akan
mengalami masalah belajar. Seandainya sistem syaraf atau otak peserta didik
karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna akibatnya akan
mengalami hambatan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Faktor Sosial
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adalah Faktor Sosial. Merupakan
suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat
yang ada disekeliling peserta didik sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
kegiatan belajar dan kecerdasan peserta didik sebagaimana ada yang
menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah
gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab
masalah belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta
masyarakat sekeliling yang kurang mendukung peserta didik tersebut untuk
belajar sepenuh hati. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting
karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu meminum
minuman keras dan melawan hukum, ada orang tua yang selalu marah bila
menonton TV atau bermain ponsel setiap saat, ada juga yang tidak terbuka
ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan
contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab masalah belajar
peserta didik. Intinya, lingkungan di sekitar peserta didik harus dapat
membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar
di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu
7
para peserta didik, harapan bangsa ini untuk berkembang dan tumbuh
menjadi lebih cerdas. Peserta didik dengan kemampuan cukup seharusnya
dapat dikembangkan menjadi peserta didik berkemampuan baik, yang
berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup.
Sekali lagi, orang tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak
sengaja, dapat menyebabkan masalah bagi peserta didik. Karenanya, peran
orang tua dan guru dalam membentengi para peserta didik dari pengaruh
negatif masyarakat sekitar, disamping perannya dalam memotivasi para
peserta didik untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan.
Faktor Kejiwaan
Selanjutnya ada Faktor Kejiwaan. Faktor yang menjadi penyebab masalah
belajar peserta didik ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati
atau emosi peserta didik unutuk belajar secara bersungguh-sungguh. Sebagai
contoh, ada peserta didik yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia
selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini terjadi, peserta didik
tersebut akan mengalami masalah belajar yang sangat berat. Hal ini
merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan masalah belajar.
Contoh lain adalah peserta didik yang rendah diri, peserta didik yang
ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya sedih
berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor
penyebab masalah belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak
yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi
mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi
suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata
pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi
seorang pendidik adalah bagaimana membantu peserta didiknya sehingga
mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik. Yang perlu
mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat
menyebabkan peserta didiknya lebih giat belajar, namun dapat juga
menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat
8
juga terjadi, peserta didik akan membenci sekali mata pelajaran yang diasuh
guru tersebut. Jika hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat
merugikan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, ini akan menjadi tantangan
besar bagi pendidik didalam proses belajar mengajar agar peserta didik dapat
mengikuti kegiatan belajar dengan baik.
Faktor Intelektual
Kemudian ada Faktor Intelektual. Faktor ini yang menjadi penyebab masalah
belajar peserta didik yang berkaitan dengan kurang sempurna atau kurang
normalnya tingkat kecerdasan peserta didik. Para pendidik harus meyakini
bahwa setiap peserta didik mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada
peserta didik yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban
menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat
dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal yang
disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab masalah belajar pada diri
peserta didik tersebut.
Faktor Kependidikan
Terakhir terdapat Faktor Kependidikan. Faktor ini yang akan menjadi
penyebab masalah belajar peserta didik yang berkaitan dengan belum
mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Pendidik yang selalu
meremehkan peserta didik, pendidik yang tidak bisa memotivasi peserta
didik untuk belajar lebih giat, pendidik yang membiarkan peserta didiknya
melakukan hal-hal yang salah, pendidik yang tidak pernah memeriksa
pekerjaan peserta didik, sekolah yang membiarkan para peserta didik bolos
tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab masalah
dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan peserta didik
tersebut.
9
2.4 Contoh Isu Objektivitas dan Subjektivitas
Agar lebih memahami tentang Isu Objektivitas dan juga Isu Subjektivitas,
dibawah ini akan dibahas beberapa contoh dari Isu Objektivitas dan juga Isu
Subjektivitas didalam penilaian yaitu sebagai berikut :
Isu Objektivitas
Contoh dari Isu Objektivitas sendiri meliputi beberapa hal diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Hal ini ditandai dengan isu-isu atau masalah ojektivitas di dalam
perubahan atau penerapan kurikulum baru disebuah instansi
kependidikan. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi contoh di dalam
terjadinya isu subjektivitas.
b. Pemerataan pendidikan, ketenaga kerjaan dan juga fasilitas sekolah
yang kurang terlaksana. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi
didalam berkembangnya isu objektovitas, seperti yang dijelaskan
sebelumnya objektif dilihat dari fakta dan juga data yang riil. Dan jika
terdapat ketenaga kerjaan dan fasilitas yang kurang memadai tentu saja
akan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan juga penilaian.
Isu Subjektivitas
Contoh dari Isu Subjektivitas sendiri meliputi beberapa hal diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya
kegiatan exstra harus dimanfaatkan secara baik oleh para pendidik dan
juga orang tua, karena ketrampilan setiap peserta didik sangatlah
berbeda-beda, sehingga bisa memulai dan mengembangkan
ketrampilannya sejak dari kecil. Dengan adanya hal ini diharapkan
agar peserta didik dapat mengembangkan bakatnya secara optimal.
b. Keterampilan dalam Belajar
10
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajar yang amat tinggi. Ketrampilan dalam proses
belajar dapat menunjang prestasi belajar peserta didik karena peserta
didik akan lebih banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan
dari proses pembelajaran yang semestinya.
c. Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan
perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran
khusus dari para pendidik.
d. Kurang Motivasi dalam Belajar
Hal ini disebabkan dari beberapa hal yang meliputi dari lingkungan
sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan peserta didik,
jika lingkungan peserta didik sejak kecil diberi semangat belajar yang
tinggi, pastinya peserta didik tersebut dapat termotivasi untuk menjadi
anak yang pintar, namun sebaliknya kurangnya motivasi belajar
peserta didik dapat mempengaruhi proses belajar dan akhirnya
menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam
pembelajaran.
e. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda
tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-
hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya, maka sikap dan kebiasaan
yang tidak baik ini tidak dapat menunjang kelancaran proses belajar
anak.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi Isu Objektivitas dan
juga Isu Subjektivitas yaitu diantaranya adalah :
11
a. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan salah suatu bentuk layanan yang
diberikan kepada seseorang atau sekelompok peserta didik yang
mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar peserta didik.
b. Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seseorang atau beberapa orang peserta didik yang sangat cepat
dalam belajar. Sebagai seorang pendidik tentunya tidak harus
memperhatikan siswa yang kurang mampu saja, akan tetapi siswa yang
cepat dalam belajar juga sangat penting untuk di perhatikan, hal ini
dilakukan agar nantinya tidak ada kesenjangan satu dengan yang lain,
harapannya peserta didik yang cepat dalam menerima pelajaran bisa
mengimbangi dan mungkin bisa membantu peserta didik yang kurang
cepat dalam menerima pelajaran.
c. Peningkatan Motivasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar sangatlah penting untuk diberikan kepada
semua peserta didik, hal ini bisa memberikan semangat belajar yang tinggi
bagi semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan minat peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara individu
maupun secara kelompok.
d. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Kebiasaan belajar yang baik sangat menunjang di dalam segala aspek
pembelajaran peserta didik, ketika peserta didik sudah melaksanakan hal-
hal yang baik, mulai dari pengembangan sikap, disiplin, rajin dan ada
tanggung jawab bersama, maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai
dengan harapan bersama, dan bisa memberikan pengaruh yang besar
dalam peningktan prestasi peserta didik.
e. Layanan Konseling Individual
12
Layanan konseling ini diberikan kepada seluruh peserta didik yang merasa
dirinya kurang dalam aspek-aspek yang ada pada proses pembelajaran
disekolah atau diri sendiri. Bimbingan Konseling juga memiliki peranan
yang cukup besar dalam hal memotivasi peserta didik, pendidik secara
berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik
secara perorangan atau individu maupun secara kelompok.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isu Objectivitas dalam pembelajaran merupakan hal atau masalah yang terjadi
pada suatu pembelajaran sesuai dengan kenyataan atau fakta yang ada di lapangan.
Sedangkan Isu Subjectivitas dalam pembelajaran adalah isu atau masalah yang dibuat
menurut pendapat seseorang terhadap proses pembelajaran tersebut berlangsung.
Dengan kata lain, Isu objectivitas dalam pembelajaran yaitu masalah dalam
pembelajaran yang memang benar-benar ada dan Isu Subjectivitas dalam
pembelajaran yaitu masalah yang ada dalam pembelajaran menurut pendapat pribadi
atu seseorang. Factor terjadinya isu-isu Objektivitas dan Subjektivitas meliputi Faktor
Fisiologis, Faktor Sosial, Faktor Kejiwaan, Faktor Intelektual dan juga Faktor
Kependidikan.
3.2 Saran
Sebaiknya, sebagai calon seorang pendidik, kita sudah harus memahami apa
saja isu-isu yang ada dalam dunia pendidikan saat ini. Sehingga sebagai calon
pendidik kita dapat mengetahui bagaimana cara mengelola dan memberi nilai yang
tepat, sehingga kualitas siswa dari tahun-ketahun dapat meningkat dan juga proses
belajara mengajar dapat berjalan dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kusumah, W. (2012, Maret 22). Guru Harus Mampu Memberikan Penilaian Yang
Objektif. Retrieved from kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/550e99e5813311892cbc67ce/guru-
harus-mampu-memberikan-penilaian-obyektif-kepada-siswa
Ningtyas, M. (2020, April 06). Objektif: Ini Contoh dan 2 Perbedaan Dengan
Subjektif. Retrieved from tedas.id: https://tedas.id/pendidikan/publik/objektif/
15
Wahid, R. (2018, Januari 15). Wahai Guru, Adil dan Objektiflah dalam Menilai.
Retrieved from kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/rahmanwe/5a5c6adbab12ae5496365322/wahai-
guru-adil-dan-objektiflah-dalam-
menilai?page=all#:~:text=Dalam%20memberikan%20penilaian%20juga%2C
%20guru,tanpa%20ada%20politik%20kepentingan%20didalamnya.
16