Anda di halaman 1dari 7

ASESMEN DAN EVALUASI

Pertemuan ke 14

DOSEN PENGAMPU :
Ni Wayan Sukerti, S.Pd., M.Pd

OLEH :

NAMA : Komang Cahya Galih Pertiwi


NIM : 1915081033
KELAS : PVS kuliner (B)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL SENI KULINER


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
1. Contoh kasus untuk penggunaan PAN dan PAP

Contoh untuk penggunaan PAN :


Dari HASIL TES 20 SISWA

- Skor 45 = 2 orang
- Skor 40 = 3 orang
- Skor 35 = 7 orang
- Skor 30 = 6 orang
- Skor 20 = 2 orang

Frekuensi
(f)
Nilai ( x ) x.f µ² f. µ²

45 2 90 11,25 126,562 253,124


40 3 120 6,25 39,062 117,186

35 7 245 1,25 1,562 10,934

30 6 180 -3,75 14,062 84,372

20 2 40 -13,75 189,062 378,124

Jumlah N= 20 675 843,74

Mean = = = 33,75

SD= = = = 6,495

Nilai Skor Minimal

10 M + ( 2,25 x SD ) = 33,75 + ( 2,25 x 1,086 ) = 36,195


9 M + ( 1,75 x SD = 33,75 + ( 1,75 x 1,086 ) = 35,650

8 M + ( 1,25 x SD ) = 33,75 + ( 1,25 x 1,086 ) = 35,107

7 M + (0,75 x SD ) = 33,75 + ( 0,75 x 1,086 ) = 34,564

6 M + ( 0,25 x SD ) = 33,75 + ( 0,25 x 1,086 ) = 34,021

5 M – ( 0,25 x SD ) = 33,75 – (0,25 x 1,086) = 33,478

4 M – ( 0,75 x SD ) = 33,75 – (0,75 x 1,086 ) = 32,935

3 M – ( 1,25 x SD ) = 33,75 – (1,25 x 1,086 ) = 32,392

2 M – ( 1,75 x SD ) = 33,75 – (1,75 x 1,086 ) = 31,849

1 M – ( 2,25 x SD ) = 33,75 – (2,25 x 1,086 ) = 31,306

Contoh Penggunaan untuk PAP


Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Fiqh. Soal-soal
yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes obyektif dan 1
butir soal tes uraian dengan rincian sbb :

Jumlah Bobot
Nomor Butir Jawaban
Butir Soal Bentuk Tes/Model Soal Soal Betul Skor

Tes Obyektif bentuk True-


01-10 False 10 1 10

11-20 Tes Obyektif bentuk Matching 10 1 10

Tes Obyektif bentuk


21-30 Completion 10 1 10
Tes Obyektif bentuk MCI
31-40 model melengkapi lima pilihan 10 1 10

Tes Obyektif bentuk MCI


41-50 model melengkapi berganda 10 1½ 15

Tes Obyektif bentuk MCI


model asosiasi dengan lima
51-60 pilihan 10 1½ 15

Tes Obyektif bentuk MCI


model analisis hubungan
61-70 antarhal 10 2 20

Tes Obyektif bentuk MCI


71-75 model analisis kasus 5 4 20

76 Tes Uraian 1 10 10

Skor Maksimum Ideal 120

Berdasarkan rincian butir-butir soal diatas tersebut dapat diketahui bahwa Skor
Maksimum Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120. Kemudian
Skor-skor mentah hasil THB bidang studi Fiqh yang dicapai oleh 20 orang siswa
setelah diubah (dikonversi) menjadi nilai standar dengan menggunakan standar
mutlak (penilaian beracuan kriterium).

Dengan menggunakan Rumus : Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum Ideal X 100

No. Skor Mentah Nilai

1. 60 60/120 X 100 = 50

2. 40 40/120 X 100 = 33

3. 80 80/120 X 100 = 67
4. 30 30/120 X 100 = 25

5. 75 75/120 X = 62

6. 52 52/120 X 100 = 43

7. 59 59/120 X 100 = 49

8. 71 71/120 X 100 = 59

9. 41 41/120 X 100 = 34

10. 58 58/120 X 100 = 48

11. 61 61/120 X 100 = 51

12. 56 56/120 X 100 = 47

13. 53 53/120 X 100 = 44

14. 63 63/120 X 100 = 52

15. 85 785/120 X 100 = 71

16. 54 54/120 X 100 = 45

17. 60 60/120 X 100 = 50

18. 49 49/120 X 100 = 41

19. 55 55/120 X 100 = 46

20. 43 43/120 X 100 = 36

Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf
dengan patokan adalah :

Rentang Skor Nilai


Nilai 80% s.d. 100% = A

Nilai 70% s.d. 79% = B

Nilai 60% s.d. 69% = C

Nilai 45% s.d. 59% = D

Nilai < 44% E / Tidak lulus

Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada
seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (%),
Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (2,5 %), Nilai D ada 5 orang siswa (%) dan
siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Fiqh ini ada 7 orang siswa (%).

2. Kesimpulan kapan PAN dan PAP digunakan

Kesimpulan kapan PAN digunakan

Pada umumnya, PAN dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan ini
dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai sampel
dari bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan bagian
mana yang lebih urgen. Untuk itu, guru harus dapat membatasi jumlah soal yang
diperlukan, karena tidak semua materi yang disampaikan kepada peserta didik
dapat dimunculkan soal-soalnya secara lengkap. Soal-soal harus dibuat dengan
tingkat kesukaran yang bervariasi, mulai dari yang mudah sampai dengan yang
sukar sehingga memberikan kemungkinan jawaban peserta didik bervariasi, soal
dapat menyebar, dan dapat membandingkan peserta didik yang satu dengan
lainnya.

Kesimpulan kapan PAP digunakan


PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan
membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan
dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah
suatu tingkat pengalaman belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya,
kriteria yang digunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya
dibawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus
mendapatkan remedial. PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan
kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang
telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat
pencapaiannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan
ini, setiap skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin
dicapai oleh peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai